Anda di halaman 1dari 112

DAMPAK TERAPI RUQYAH SYAR’IYYAH DALAM

PEMULIHAN KESEHATAN MENTAL PASIEN DI RUMAH RUQYAH INDONESIA


CILILITAN JAKARTA TIMUR

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)

Disusun Oleh:

MILLATY HANIFA
NIM:1111052000033

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya yang saya ajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Oktober 2015

Millaty Hanifa

i
ABSTRAK
Dampak Terapi Ruqyah Syar’iyyah Dalam Pemulihan Kesehatan Mental
Pasien Di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur
Millaty Hanifa, NIM: 1111052000033

Dalam kehidupan ini, manusia pasti mengalami masalah yang datang silih
berganti, bahkan terkadang masalah yang datang sampai tumpang tindih. Masalah
yang datang bertubi-tubi inilah yang dapat mengganggu kejiwaaan serta fisik
seseorang. Seiring dihadapkannya pada masalah-masalah yang pelik, tidak
menutup kemungkinan hal tersebut akan mengganggu kestabilan mental
seseorang sehingga diperlukannya pemulihan kesehatan mental. Salah satu
caranya adalah dengan terapi ruqyah syar’iyyah.
Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur adalah salah satu
lembaga yang melayani terapi ruqyah untuk pemulihan penyakit psikis maupun
fisik. Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan, melaksanakan terapi dengan metode
ruqyah ini karena metode ini tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Terapi
ruqyah ini disebut dengan ruqyah syar’iyyah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana proses terapi
ruqyah syar’iyyah yang ada di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur
serta dampak yang terjadi terhadap mental pasien. Jenis penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif.
Sedangkan dalam pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara dan
observasi yang diperoleh langsung dari sumber yang berkaitan dengan penelitian.
Dalam hal ini, informan terdiri dari dua orang terapis dan empat orang pasien
yang terindikasi mengalami gangguan mental.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan
terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia merupakan terapi
ruqyah syar’iyyah. Karena pelaksanaannya sesuai dengan syari’at Islam yaitu
dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an atau hadis dan menggunakan bahasa
Arab yang fasih. Adapun dampak yang terjadi setelah melakukan terapi ruqyah
syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia adalah berdampak positif. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara, pasien yang sebelumnya mengalami gelisah,
cemas, emosional, tidak mampu menyelesaikan masalah, kaku pada bagian tubuh
yang disebabkan terlalu banyak beban pikiran berangsur membaik.

Kata kunci: Ruqyah Syar’iyyah, Pemulihan Kesehatan Mental

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

juga kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai kepada kita saat ini.

Skripsi yang berjudul “Dampak Terapi Ruqyah Syar’iyyah Dalam

Pemulihan Kesehatan Mental Di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta

Timur” ini disusun sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan

skripsi ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, bersama Dr. Suparto, M.ed. Ph.D sebagai Wakil

Dekan Bidang Akademik, bersama Dr. Roudhonah, M.A sebagai

Wakil Dekan Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si sebagai

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

3. Ir. Noor Bekti Nugroho, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan

dan Penyuluhan Islam.

iii
4. H. Fauzun Jamal, Lc., M.A sebagai dosen pembimbing skripsi yang

dengan sabar, tulus, ikhlas membimbing penulis dan memberikan

arahan serta motivasi selama penulis menyusun skripsi ini.

5. Prof. Dr. Daud Effendi selaku dosen penasehat akademik yang

memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

khususnya dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima

kasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga ilmunya selalu

bermanfaat.

7. Ustadz Achmad Junaedi, Lc, MHi sebagai Pimpinan Rumah Ruqyah

Indonesia. Terima kasih telah membantu saya memberikan data dan

informasi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kedua orang tua (Ahmad Muslih S.Pd.I dan Susilawati), terima kasih

atas pengorbanan, kasih sayang, perhatian, dukungan, serta doanya

yang terus mengalir tiada henti kepada penulis.

9. Sahabat seperjuangan penulis Shifa Amalia yang telah meluangkan

waktunya untuk menemani penulis wawancara ke Rumah Ruqyah

Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Wirda, Tiara Izzati, Iis Nadia Alim,

dan Roisatunnisa terima kasih atas perhatian dan dukungannya kepada

penulis. Kenangan bersama yang telah kita ukir kurang lebih empat

tahun akan selalu penulis kenang. Semoga persahabatan kita tak akan

iv
lekang termakan zaman dan kita semua menjadi orang yang

bermanfaat.

10. Teman-teman BPI 2011, kenangan selama 4 tahun silam tidak akan

penulis lupakan.

Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak

mengurangi rasa hormat kepada Anda semua, penulis mengucapkan banyak

terima kasih. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik kepada kita semua.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya, dan mahasiswa Bimbingan dan

Penyuluhan Islam pada khususnya.

Ciputat, 07 Oktober 2015

Penulis

Millaty Hanifa

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i


ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ........................................................ 11

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 13


A. Dampak ............................................................................. 13
B. Ruqyah Syar’iyyah ............................................................ 14
1. Pengertian Ruqyah Syar’iyyah ................................... 14
2. Dasar-dasar Terapi Ruqyah ........................................ 17
3. Syarat-syarat Ruqyah Syar’iyyah ............................... 19
C. Kesehatan Mental .............................................................. 20
1. Pengertian Kesehatan Mental ..................................... 20
2. Ciri-ciri Mental Yang Sehat Dan Tidak Sehat ........... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 32
A. Pendekatan Penelitian........................................................ 32
B. Jenis Penelitian .................................................................. 32
C. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................ 34
1. Observasi .................................................................... 34
2. Wawancara ................................................................. 35
3. Dokumentasi............................................................... 36
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 37
E. Subjek dan Objek Penelitian ............................................. 37
F. Teknik Analisis Data ......................................................... 37
G. Teknik Penulisan ............................................................... 38
H. Sumber Data ...................................................................... 39

BAB IV PROFIL LEMBAGA DAN ANALISIS DATA ...................... 40


A. Gambaran Umum Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Jakarta Timur ..................................................................... 40
1. Sejarah dan Perkembangan ........................................ 40
2. Visi dan Misi .............................................................. 41
3. Pelayanan ................................................................... 41
4. Struktur Pengurus ....................................................... 43
5. Prosedur Penanganan Pasien ...................................... 44
6. Mekanisme Pelaksanaan Terapi Ruqyah .................... 45
7. Sarana dan Prasarana .................................................. 46
vi
8. Pengalaman Rumah Ruqyah Indonesia ...................... 47
B. Temuan dan Analisis Data ................................................ 48
1. Karakteristik Informan ............................................... 58
2. Intensitas Kunjungan .................................................. 52
3. Latar Belakang Penyakit ............................................ 54
C. Proses Pelaksanaan Terapi Ruqyah di Rumah
Ruqyah Indonesia ............................................................... 56
D. Analisis Dampak Terapi Ruqyah Syar’iyyah dalam
Pemulihan Kesehatan Mental Pasien ................................. 61

BAB V PENUTUP.................................................................................. 65
A. Kesimpulan ........................................................................ 65
B. Saran .................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 67


LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia menghendaki hidup dan kehidupan yang tentram

dan bahagia, walaupun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut dapat

tercapai. Karena dalam kehidupan ini, manusia tidak ada hentinya mengalami

suatu masalah yang datang silih berganti. Bahkan masalah tersebut terkadang

sampai tumpang tindih, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Menurut Sahilun,

permasalahan yang datang bertubi-tubi ini bisa mengganggu kejiwaan dan

badaniah seseorang. Tidak jarang orang yang menderita sakit badaniah lebih

disebabkan karena faktor-faktor kejiwaan yang lebih dikenal dengan

psychosomatic. Secara medis, sebetulnya orang itu tidak sakit, tapi kenyataannya

menderita sakit.1 Seperti semakin kurus, sukar tidur, kadang-kadang berperilaku

aneh, gelisah, dan lain-lain.

Menurut Zakiah Daradjat, perasaan resah-gelisah, risau dan kelabu sering

menyerang manusia. Kadang bercampur dengan rasa takut dan cemas, sehingga

manusia tidak mampu menghadapi serta mengatasinya, terasa dirinya ditimbun

oleh tumpukan kesulitan. Keadaan yang demikian akan mempengaruhi kesehatan

jasmaninya, bahkan mungkin menyerang kesehatan rohaninya (jiwanya), lebih

jauh, juga dapat mengganggu hubungan sosialnya.2

1
Sahilun A dan Nasir, M.Pd. Problematika Kehidupan dan Pemecahannya: Suatu
Pendekatan Psyeo-Religious, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), h. 25.
2
Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta: Ruhama, 1996), cet. Ke-6,
h.20.

1
2

Kegoncangan batin yang diperkirakan akan melanda umat manusia ini

barangkali akan mempengaruhi kehidupan psikologis manusia. Kehidupan

manusia yang semakin kompleks menuntut adanya pencerahan spiritual. Pada

kondisi ini, manusia akan mencari penentram batin, antara lain agama. Hal ini

pula barangkali yang menyebabkan munculnya ramalan fotorolog bahwa di era

globalisasi agama akan mempengaruhi jiwa manusia.3

Seringnya manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan pelik dalam

kehidupan ini, tidak menutup kemungkinan akan mengganggu kestabilan jiwa

manusia itu sendiri. Sehingga diperlukan kekuatan yang besar agar manusia

sanggup menghadapi hambatan dan rintangan tersebut. Kekuatan ini hanya bisa

diperoleh di dalam aqidah dan keimanan pada Allah.4

Kesehatan mental yang terganggu berpengaruh buruk terhadap

kesejahteraan dan kebahagiaan. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh gangguan

atau penyakit mental tersebut antara lain dapat dilihat dari perasaan, pikiran,

tingkah laku dan kesehatan badan. Dan dari segi perasaan, gejalanya antara lain

menunjukkan rasa gelisah, iri, dengki, sedih, kecewa, putus asa, bimbang dan rasa

marah. Dari segi pikiran dan kecerdasan, gejalanya antara lain lupa dan tidak

mampu mengkonsentrasikan pikiran dan suatu pekerjaan karena kemampuan

berfikir menurun. Dari segi tingkah laku sering menunjukkan tingkah laku yang

tidak terpuji, seperti suka menganggu lingkungan, mengambil milik orang lain,

menyakiti dan memfitnah. Apalagi keadaan buruk ini berlarut-larut dan tidak

mendapatkan penyembuhan, besar kemungkinan penderita akan mengalami


3
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 197.
4
Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan. Terjemah Jaziratul Islamiyah,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet. ke-3, 2000, h. 27.
3

psikosomatik atau penyakit jasmani yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan,

seperti hipertensi (darah tinggi), lumpuh, gangguan pencernaan dan lemah syaraf.5

Karakteristik kualitas hidup seseorang merupakan bagian dari kesehatan

mental. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik, tidak mungkin apabila

seseorang mengabaikan kesehatan mentalnya. Sebaliknya, kualitas hidup

seseorang dapat dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan pada kesehatan

mentalnya. Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas hidup seseorang ditunjukkan

oleh kesehatan mentalnya.6

Manusia yang sehat secara psikis akan menyadari bahwa dirinya menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari lingkungannya, dan harus terus menerus

berkomunikasi dengan dunia luar agar dia bisa menjadi manusia yang normal.7

Oleh karena itu, mewujudkan mental yang sehat adalah sebuah keharusan agar

bisa menjadi manusia yang normal dan dapat meningkatkan kualitas hidup.

Terwujudnya kesehatan mental yaitu dengan adanya keserasian yang

sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri

antara manusia dengan diri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan

ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di

dunia dan akhirat.8

Menurut Muhammad Mahmud Abd al-Qadir, seorang ulama dan ahli

biokimia, ada hubungannya antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan

5
A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Gunung Agung,
1993), h. 33.
6
Mulyono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental (Konsep dan Penerapan),
(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), h. 27.
7
Ibid.,h. 27.
8
Jalaluddin dan Dr. Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia,
1993), h. 77.
4

antara hubungan agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa. Agama dapat

memberi dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia, termasuk dalam

kesehatan. Ini terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu

kekuasaan yang Maha Tinggi. Sikap pasrah ini memberikan sikap optimis pada

diri seseorang sehingga muncul perasaan positif.9

Orang pertama yang mengemukakan pentingnya terapi keagamaan atau

keimanan adalah William James, seorang filosof dan ahli jiwa dari Amerika

Serikat. Ia mengatakan bahwa:

“Gelombang lautan yang menggelora sama sekali tidak membuat keruh


ketenangan relung yang dalam dan membuat resah, demikian hanya
individu yang keimanannya mendalam, ketenangan tidak akan terkeruhkan
oleh gejolak seperti rel yang sementara sifatnya. Sebab inividu yang
religius akan terlindungi dari keresahan dan selalu terjaga
keseimbangannya serta selalu siap untuk menghadapi segala petaka yang
terjadi.”10

Jadi, tidak diragukan lagi terapi terbaik bagi kesehatan adalah keimanan

kepada Tuhan, sebab individu yang benar-benar religius akan selalu siap

menghadapi apapun yang akan terjadi.

A g a m a sej a k d a h u l u d e n g a n

k et e nt u a n d a n h u k u m n y a tel a h d a p at

m e m b e n d u n g terj a di n y a g a n g g u a n

k eji w a a n, yait u d e n g a n dil a hir k a n n y a

s e g al a k e m u n g k i n a n - k e m u n g k i n a n

si k a p, p er a s a a n d a n peril a k u ya n g

m e m b a w a p a d a k e g elis a h a n, ji k a terja di
9
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) Cet. ke 7, h. 152.
10
M. Utsman Najati, al-Quran wa al-Nafs, Penerjemah Rof’i Usmani (Bandung: Pustaka,
1997), h. 283.
5

k e s al a h a n ya n g pa d a ak hir n y a

m e m b a w a p e n y e s al a n pa d a or a n g ya n g

b e r s a n g k u t a n, m a k a ag a m a ak a n

m e m b e ri jala n u nt u k m e n g e m b a lik a n

k et e n a n g a n bati ni a h d e n g a n m e m i n t a
11
a m p u n a n k e p a d a T u h a n .

Sesungguhnya banyak penyakit di dunia ini yang dialami oleh manusia,

serta berbagai macam pula faktor penyebabnya. Namun semua itu ternyata dapat

disembuhkan melalui terapi iman yaitu dengan bersuci dan berzikir (shalat), serta

menerapkan tuntunan Allah dalam kehidupan sehari-hari.12 Jika manusia mau

mendalami al-Quran bisa menjadi obat ataupun pencegah penyakit. Ibadah dalam

agama Islam banyak yang berkaitan dengan keadaan tubuh, sebagaimana Allah

berfirman:

Artinya: “Dan kami turunkan dari alquran suatu yang jadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S Al-
Israa: 82)

11
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dan Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Masagung,
1994), h. 7.
12
Syekh Muhammad as-Shayim, Kisah-kisah Nyata Raja Jin, Penerjemah Bahrun Abu
Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 5.
6

Ayat tersebut menegaskan bahwa semua kandungan al-Quran merupakan

obat. Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan adanya dua pendapat ulama

tentang penyakit yang bisa disembuhkan oleh al-Quran. Pendapat pertama bahwa

al-Quran itu menyembuhkan hati dari penyakit kebodohan dan keraguan.

Pendapat kedua menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani dengan cara ruqyah,

taawudz dan sejenisnya.13

Masih ada dalam masyarakat yang mempunyai persepsi yang kurang benar

tentang ruqyah. Mereka beranggapan bahwa ruqyah hanya digunakan untuk

mengusir jin saja. Kesalahan persepsi tersebut boleh jadi karena sering diadakan

ruqyah massal untuk mengusir jin yang ada dalam diri manusia. Jarang para

peruqyah menjelaskan lebih luas penggunaan metode ruqyah tersebut untuk

penyembuhan fisik dan psikis.

Ruqyah syar’iyyah dalam prakteknya dapat dimaknai secara operasional

adalah suatu upaya penyembuhan yang dilakukan seorang muslim dengan

memohon kepada Allah akan kesembuhan baik untuk dirinya sendiri atau orang

lain dengan cara membaca ayat-ayat al-Quran yang shahih yang diajarkan oleh

Rasulullah SAW. Pengertian ini sejalan dengan firman Allah SWT:

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu dari Rabbmu dan


penyembuh (penawar) dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada

13
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al Anshari Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkam Al
Qur’an. (Kairo: T.pn., 1940) juz 10, h. 316.
7

dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus:
57)

Begitu juga dalam hadits Nabi SAW:

“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan menurunkan pula


obatnya” (HR Bukhori: 5678)14
Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur merupakan suatu

lembaga yang melayani terapi ruqyah yang tidak hanya untuk para penderita

gangguan jin saja. Terapi dengan metode ruqyah yaitu terapi yang digunakan

untuk menyembuhkan penyakit, baik yang diduga terkena gangguan jin ataupun

sejenisnya. Pada zaman dahulu di negeri Arab, terapi ruqyah ini sangat populer

yang dipakai sebagai pengobatan alternatif dalam mengobati suatu penyakit.

Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur menerapkan terapi

dengan metode ruqyah ini karena metode yang diterapkan tidak bertentangan

dengan syari’at Islam dan juga merujuk pada petunjuk Rasulullah SAW. Oleh

karena itu, terapi ruqyah tersebut dinamakan ruqyah syar’iyyah. Metode

pengobatan alternatif terapi ruqyah dengan pendekatan syar’iyyah merupakan

pengobatan yang begitu besar manfaatnya dalam mengobati segala macam

penyakit. Metode pengobatan terapi ruqyah pada era sekarang terus

dikembangkan tidak hanya terfokus pada pengobatan untuk gangguan jin, akan

tetapi dikembangkan untuk mengobati gangguan-gangguan psikologis yang

lainnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

14
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, Mukhtasor Ad-Da’wa, Terapi Penyakit Rohani. Terjemah
Salafudin Abu Sayyid (Solo: Arafah, 2005), Cet. ke-1, h. 14.
8

Jakarta Timur. Oleh karena itu, pengobatan dengan terapi ruqyah ini penulis rasa

sangat menarik untuk diteliti hubungannya dengan kesehatan mental.

Berdasarkan latar belakang dan pokok pemikiran di atas, maka penulis

ingin melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus menjadikan

pembahasan skripsi dengan judul “DAMPAK TERAPI RUQYAH SYAR’IYYAH

DALAM PEMULIHAN KESEHATAN MENTAL PASIEN DI RUMAH

RUQYAH INDONESIA CILILITAN JAKARTA TIMUR”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur ini memiliki

berbagai macam layanan seperti ruqyah syar’iyyah, bekam/hijamah,

konsultasi masalah keluarga dan agama, iridiologi, acupressure, obat-obatan

herbal serta ceramah dan pelatihan ruqyah/bekam, maka penulis membatasi

hanya pada pelayanan terapi ruqyah syar’iyyah. Penelitian ini hanya

membatasi pada dampak dari terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan

mental pasien di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.

2. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana proses pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah

Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.

b. Apa dampak yang terjadi pada mental pasien setelah melakukan terapi

ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.


9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menganalisa proses pelaksanaan terapi ruqyah

syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.

b. Untuk mengetahui dan menganalisa dampak yang terjadi pada mental

pasien setelah melakukan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah

Indonesia Cililitan Jakarta Timur.

2. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara akademis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan mahasiswa

Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya dan mahasiswa

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai terapi ruqyah

dan dampaknya bagi kesehatan mental. Penelitian ini juga diharapkan

dapat memberikan pengaruh positif terhadap terapi Islam khususnya

terapi ruqyah yang selama ini dianggap hanya untuk mengusir jin saja.

b. Secara praktis

1) Dapat memberikan wawasan baru tentang adanya dampak terapi

ruqyah terhadap kesehatan mental.


10

2) Sebagai bahan evaluasi untuk Rumah Terapi Ruqyah Indonesia

dalam proses pelaksanaan terapi ruqyah.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, sebelumnya penulis menelaah skripsi-skripsi

terdahulu yang mempunyai masalah hampir sama dan berhubungan dengan

masalah yang diteliti penulis. Adapun skripsi yang berhubungan dengan masalah

yang penulis teliti adalah:

a. Arief, NIM: 102052025633, jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2006, dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Islam Melalui

Terapi Ruqyah di Pesantren Yatama Depok”. Dalam penelitian ini

menjelaskan tentang korelasi bimbingan Islam dengan terapi ruqyah di

Pesantren Yatama Depok. Sedangkan penelitian yang penulis teliti

menjelaskan tentang dampak terapi ruqyah syar’iyyah dalam pemulihan

kesehatan mental pasien.

b. Ana Noviana, NIM: 106052001949, jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2010, dengan judul “Pelaksanaan Terapi

Ruqyah Syar’iyyah Bagi Penderita Gangguan Emosi di Bengkel Rohani

Ciputat”. Dalam penelitian ini membahas tentang proses pelaksanaan

terapi ruqyah syar’iyyah dalam menangani pasien yang menderita


11

gangguan emosi di Bengkel Rohani. Berbeda dengan yang penulis teliti,

penelitian penulis memfokuskan pada kesehatan mental.

c. Aan Anwarudin, NIM: 100070020095, jurusan Psikologi, Fakultas

Psiko,ogi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009, dengan judul

“Terapi Ruqyah dalam Konteks Individu yang Mengalami Kesurupan

(Studi Kasus pada Pasien Bengkel Rohani)”. Dalam penelitian ini

menjelaskan metode ruqyah yang dilaksanakan di Bengkel Rohani

Ciputat. Subjek dalam penelitian ini yaitu individu yang mengalami

kesurupan. Sedangkan penelitian yang penulis teliti subjek penelitiannya

adalah kesehatan mental pasien.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membuat sistematika berdasarkan hubungan dan kesamaan yang ada. Skripsi

ini terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Mengemukakan tentang dampak, ruqyah syar’iyyah, pengertian

ruqyah, jenis-jenis ruqyah, dan syarat-syarat ruqyah dan peruqyah.

Selain itu juga mengemukakan tentang kesehatan mental,


12

pengertian kesehatan mental dan ciri-ciri mental yang sehat dan

yang tidak sehat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang pendekatan penelitian, jenis

penelitian, instrument dan cara pengumpulan data, waktu dan

tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik analisis data,

dan sumber data.

BAB IV PROFIL DAN ANALISIS DATA

Bab ini menjelaskan tentang gambaran profil Rumah Ruqyah

Indonesia, sejarah singkat, visi dan misi, struktur kepengurusan,

pengalaman, dan kegiatan-kegiatan yang ada di Rumah Ruqyah

Indonesia. Analisis proses terapi ruqyah syar’iyyah yang dilakukan

di Rumah Ruqyah Indonesia. Analisis dampak terapi ruqyah

syar’iyyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien. Analisis

hasil wawancara.

BAB V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dampak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dampak adalah “pengaruh kuat

yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif)”.1 Secara sederhana,

dampak juga bisa diartikan sebagai “pengaruh atau akibat”. Pengaruh adalah suatu

keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa

yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dampak juga bisa merupakan

proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan.

Dari penjelasan di atas, maka dampak dapat terbagi ke dalam dua

pengertian, yaitu:

1. Dampak positif

Dampak positif yaitu pengaruh kuat yang mendatangkan akibat yang

positif. Positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui

usaha-usaha yang sadar bila sesuatu terjadi pada dirinya agar tidak

membelokkan fokus mental seseorang pada yang negatif.

2. Dampak negatif

Dampak negatif adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif.2

Negatif adalah pengaruh buruk yang lebih besar daripada pengaruh positifnya.

Terapi ruqyah syar‟iyyah merupakan salah satu layanan yang diberikan

kepada pasien oleh Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Dengan
1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 234.
2
Ibid., h. 234.

13
14

adanya layanan terapi ruqyah ini diharapkan dapat memberikan dampak yang

positif terhadap pasien terutama dalam pembinaan mentalnya.

B. Ruqyah Syar’iyyah

1. Pengertian Ruqyah Syar’iyyah

Ruqyah adalah pengobatan dengan cara membaca al-Quran dan doa-doa

ma‟suraat (yang diambil dari al-Quran dan hadis).3 Ruqyah adalah pembacaan

beberapa kalimat untuk seseorang dengan harapan atas kesembuhan atau

kesengsaraannya. Ruqyah bisa berupa kumpulan ayat-ayat al-Quran, dzikir atau

doa para Nabi yang dibacakan oleh seseorang untuk dirinya sendiri ataupun orang

lain selain dirinya.4

Makna ruqyah secara terminologi menurut Saad Muhammad Shadiq

dalam “Shira‟bainal haq wal bathil” sebagaimana yang dikutip oleh Kholilul

Rohim bahwa “Ruqyah pada hakekatnya adalah berdoa dan tawassul untuk

memohon kepada Allah kesembuhan bagi orang yang sakit dan hilangnya

gangguan dari badannya.” Ruqyah menurut para ulama adalah suatu bacaan dan

doa yang dibacakan dan ditiupkan untuk mencari kesembuhan.5

Menurut Ib n u T i n, ruqyah a d a l a h k ali m a t

p e rli n d u n g a n at a u a s m a All a h y a n g

m e r u p a k a n ob at ro h a n i a h. K a l a u

d i u c a p k a n m e l al ui lis a n o r a n g sa l e h,

n i s c a y a a k a n m e n d a t a n g k a n k e s e m b u h a n

3
Said Abdul Azhim, Bebas Penyakit dengan Ruqyah, (Depok: Qultum Media Cetakan I,
2006), h. 169.
4
M. Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Jakarta: Gema
Insani Press Cetakan I, 2006), h. 397.
5
Ibid., h. 44.
15

d e n g a n izi n All a h . Se d a n g k a n m e n u r u t

I b n u M a s’u d ruqyah ad a l a h ti n d a k a n

m e m b a c a m a n t e r a - m a n t e r a, d a n ti n d a k a n

te r s e b ut dip e r b ol e h k a n a p a bil a ti d a k
6
m e m iliki jej a k syi rik.

Pengertian ruqyah dilihat dari sudut kebahasaan adalah jampi atau mantra.

Sedangkan, istilah ini sering diartikan sebagai segala macam bacaan atau doa

yang dilafalkan adalah ayat-ayat al-Quran atau bersumber dari ajaran Rasulullah,

ruqyah semacam ini disebut ruqyah syar‟iyyah. Sebaliknya jika mantra yang

dibaca selain dari keduanya (al-Quran dan doa dari Rasulullah) disebut ruqyah

syirkiyyah, yakni yang dilarang oleh syariat karena mengandung unsur-unsur

penyekutuan terhadap Allah SWT.7

Ruqyah secara umum terbagi menjadi dua macam, pertama ruqyah

syar‟iyyah yang diperbolehkan oleh syariah Islam yaitu terapi ruqyah yang seperti

diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kedua, ruqyah syirkiyyah yang tidak

diperbolehkan oleh syariah Islam. Yaitu ruqyah yang dilakukan dengan

menggunakan bahasa yang tidak dipahami maknanya, atau ruqyah yang

mengandung unsur kesyirikan.8

Ruqyah syar‟iyyah termasuk salah satu dari terapi Islam. Terapi adalah

melakukan sesuatu secara teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang

6
Majdi Muhammad Asy-Syahawi, Menjelajah Alam Jin dan Cara Mengatasi
Gangguannya berdasarkan Syariat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 178
7
Kholilul Rohim, Terapi Juz Amma: Ragam Manfaat Surah-surah Pendek juz ke-30 untuk
Kesehatan dan Keselamatan Hidup Dunia-Akhirat, (Jakarta: PT Mizan Publika Cetakan I, 2008),
h. 44.
8
Hanis Syam, dkk., Ruqyah dan Doa: Terapi Gangguan Jin dan Sihir sesuai Syariat
Islam, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,2006), h. 28.
16

untuk tujuan memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh

kehidupan yang lebih baik.9 Terapi Islam mempunyai beberapa fungsi,

sebagaimana yang dirumuskan oleh Hamdani Bakran antara lain:

a. Fungsi pencegahan (prevention), dengan mempelajari, memahami dan

mengaplikasikan ilmu (agama Islam) maka akan dapat menimbulkan

potensi preventif sebagaimana telah diberikan Allah kepada hambanya

yang dikehendaki-Nya.

b. Fungsi penyembuhan dan perawatan (treatment). Terapi Islam (dzikir,

shalat, doa, membaca shalawat Nabi) akan membantu seseorang

melakukan pengobatan penyakit khususya terhadap gangguan mental,

spiritual dan kejiwaan.

c. Fungsi pensucian atau pembersihan. Terapi Islam melakukan

pensucian diri dari bekas-bekas dosa dengan pensucian najis,

pensucian dari yang kotor (mandi), pensucian yang bersih (wudhu),

pensucian yang suci atau fitri (shalat taubat), dan pensucian yang

Maha suci (Dzikrullah mentauhidkan Allah).10

Mungkin terlintas di dalam benak bahwa ruqyah dikhususkan untuk

pengobatan penyakit yang ditimbulkan oleh „ain, sihir, atau kerasukan jin, serta

tidak mempunyai efek penyembuhan penyakit jasmani, rohani ataupun hati.

Pandangan semacam ini tidak benar dan merupakan kesalahan persepsi tentang

ruqyah yang harus diluruskan, agar dapat mengambil manfaat dari ruqyah dalam

9
Lukman Hakim, Terapi Qurani untuk Kesembuhan dan Rizki yang tak Terduga (Jakarta:
Link Consulting, 2012), h. 13.
10
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2002), h.270-271.
17

mengobati semua penyakit yang menimpa kita, baik penyakit secara maknawi

ataupun penyakit yang terindera.

Agar penggunaan ruqyah tidak melenceng dari tuntunan agama, maka para

ulama menetapkan tiga syarat sahnya ruqyah. Tentang hal ini, Ibnu Hajar berkata,

“Para ulama telah berkonsensus tentang bolehnya ruqyah jika telah memenuhi

syarat berikut:

a. Menggunakan kalam Allah (ayat-ayat al-Quran), asmaul husna, dan

sifat-sifat-Nya.

b. Menggunakan bahasa Arab.

c. Diyakini bahwa ruqyah tidak memberikan pengaruh dengan

sendirinya, tapi justru dengan ketentuan Allah.11

2. Dasar-dasar Terapi Ruqyah Syar’iyyah

Dasar-dasar terapi ruqyah terdapat di dalam al-Quran maupun as-Sunnah.

Dasar-dasar tersebut antara lain12:

a. Di dalam surat Al-Israa’ ayat 82, Allah berfirman:

Artinya: “Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang jadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.”(QS. Al-
Israa: 82)

11
Yusuf Al-Qardhawi, “Mauqif al-Islam” dalam Khoirul Amru Harahap dan Reza Pahlevi
Dalimunthe, Dahsyatnya Doa dan Zikir, (Jakarta: Qultum Media, 2008), h. 155.
12
M. Darojat Ariyanto, Terapi Ruqyah Terhadap Penyakit Fisik, (Yogyakarta: SUHUF,
2007), h.49.
18

b. Di dalam beberapa hadis disebutkan:

Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW.


bersabda:”sebaik-baik pengobatan adalah (dengan) al-Quran.” (H.R
Ibnu Majah)13

c. Dari Muslim meriwayatkan:

Dari Abi Sa‟id Al Khudri, ia berkata: Bahwasannya Jibril datang


kepada Nabi SAW, lalu berkata: “Ya Muhammad! Sakitkah engkau?”
Nabi berkata: “ya” maka Jibril berkata: “dengan nama Allah, aku
mohonkan ruqyah untukmu dari setiap penyakit yang menimpamu dan
juga dari setiap jiwa maupun mata orang yang dengki. Allah akan
menyembuhkan engkau. Dengan nama Allah, aku akan melakukan
ruqyah untukmu.” (H.R. Muslim)14

13
Sholih Ahmad Syami, Al-Mawahibud Diniyah bil Minahil Muhammadiyah, (T.tp.: Al-
Maktabu Islamiyyah, 1991), h. 421.
14
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), h. 179.
19

3. Syarat-syarat Ruqyah Syar’iyyah

a. Syarat-syarat ruqyah

Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi dalam ruqyah yang

dibolehkan adalah:

1) Hendaklah ruqyah dilakukan dengan kalamullah (al-Quran) atau

atas nama-Nya atau sifat-sifat-Nya atau doa-doa shahih yang

diriwayatkan dari Rasulullah SAW pada penyakit tersebut.

2) Harus dilakukan dengan bahasa Arab.

3) Hendaklah diucapkan dengan makna yang jelas dan dapat

dipahami.

4) Tidak boleh ada sesuatu yang haram dalam kandungan ruqyah itu.

Misalnya, memohon pertolongan kepada selain Allah, berdoa

kepada selain Allah, menggunakan nama jin atau raja-raja jin dan

semacamnya.

5) Tidak bergantung kepada ruqyah dan tidak menganggapnya

sebagai penyembuh.

6) Harus yakin bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan kekuatan

sendiri, tetapi hanya dengan izin Allah.15

b. Syarat Peruqyah

Syarat yang harus dimiliki seorang peruqyah atau muallij (orang yang

meruqyah dengan cara syar‟i) adalah:

15
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah „Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, (Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i, 2006), h. 47-48.
20

1) Harus beraqidah lurus seperti salafush shalih (orang-orang

terdahulu yang shalih) yang bersih, jernih, benar dan terbebas dari

syirik dan bid‟ah.

2) Harus mewujudkan tauhid yang murni dalam perkataan dan

perbuatan.

3) Harus yakin bahwa al-Quran dan as-Sunnah punya pengaruh besar

pada jin dan setan.

4) Harus mengetahuui perihal jin dan setan, jerat-jeratnya,

kegemarannya melalui hadis Rasulullah SAW.

5) Mengetahui pintu-pintu masuk setan pada manusia.

6) Dianjurkan dengan sangat, sudah menikah supaya bisa menjaga

suasana hati.

7) Menjauhi hal-hal yang diharamkan, dosa kecil maupun dosa-dosa

besar.

8) Senantiasa berdzikir kepada Allah, introspeksi dan bertaubat, serta

menjaga keikhlasan dan sabar.

9) Mengetahui ilmu-ilmu hati agar tidak mudah terperdaya oleh jin

dan setan.16

C. Kesehatan Mental

1. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental berasal dari dua kata, yaitu kesehatan dan mental.

Adapun kesehatan berasal dari kata “sehat” yang diberi awalan ke- dan –an dalam

16
Perdana Akhmad, Ruqyah Syar‟iyyah vs Ruqyah Gadungan (Syirkiyyah), (T.tp.:
Quranic Media Pustaka, t.t.), h.18-19.
21

keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit/waras).17

Pengertian mental menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah yang

menyangkut batin, watak manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga.18

Adapun kata mental berasal dari mens, mentis yang berarti nyaman,

sukma, roh, semangat. Dengan demikian, pengertian mental ialah hal-hal yang

berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku

individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan

dan cerminan dari kondisi (suasana) mental.19

Istilah mental mempunyai arti ganda, ada yang mengartikannya sebagai

jiwa, nyawa, sukma, roh tetapi ada pula yang mengartikannya semangat. Istilah

mental bisa meliputi masalah pikiran, akal, ingatan, atau proses-proses yang

berasosiasi dengan ketiganya.20

Secara terminologi, para ahli kejiwaan maupun ahli psikologi mempunyai

perbedaan dalam mendefinisikan “mental”. Salah satunya sebagaimana yang

dikemukakan oleh Al-Quusy (1970) yang dikutip oleh Hasan Langgulung, yakni

mental adalah paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi psikologis

dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang menimpa manusia

17
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), h. 645.
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) h.794.
19
Kartini Kartono dan Jenny Andrani. Hygiene Mental dan Kesehatan dalam Islam,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), h.3.
20
MIF Baihaqi, M.Si, dkk., Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2005), h.3.
22

yang dapat berpengaruh terhadap emosi dan dari emosi ini akan mempengaruhi

pada kondisi mental.21

Kondisi individu kelihatan gembira, sedih, bahkan sampai hilangnya

gairah untuk hidup ini semua tergantung pada kapasitas mental dan kejiwaannya.

Mereka yang tidak memiliki sistem pertahanan mental yang kuat dalam

menghadapi segala problematika kehidupan atau tidak memiliki sistem pertahanan

diri yang kuat untuk mengendalikan jiwanya, maka individu akan mengalami

berbagai gangguan-gangguan kejiwaan, yang berpengaruh pada kondisi

kepribadian yang bisa mendorong pada perilaku-perilaku pathologies.22 Dengan

demikian mental ialah hal-hal yang berada dalam diri seseorang atau individu

yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat mendorong terjadinya

tingkah laku dan membentuk kepribadian, begitu juga sebaliknya mental yang

sehat akan melahirkan tingkah laku maupun kepribadian yang sehat pula.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis bisa merumuskan bahwa mental

adalah suatu hal yang berkaitan dengan batin dan watak berupa unsur-unsur

psikologis termasuk pikiran, emosi, perasaan dan sikap yang tidak bisa dilihat

oleh panca indera, melainkan hanya gejalanya saja yang tampak sebagai corak

tingkah laku.

Kesehatan mental menurut Yusak Burhanudin ditinjau dari segi

terminologis adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

21
Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992),
h. 30.
22
Kartini Kartono dan Jenny Andrani. Hygiene Mental dan Kesehatan dalam Islam,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 6-7.
23

menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat, dan

lingkungannya.23

Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan mental adalah sebagai berikut:

Kesehatan mental merupakan pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan


untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan
pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada
kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindarnya dari gejala-gejala
gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psikose).24

Selain itu, di dalam buku Jalaludin yang berjudul “Pengantar Ilmu Jiwa

Agama”, Zakiah Daradjat juga mengartikan kesehatan mental yaitu:

Terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, dan


sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan biasa,
dilanjutkan dengan adanya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan (tidak
ada konflik) serta mampu menyesuaikan diri dan merasa dirinya berharga,
serta dapat menggunakan potensi yang ada padanya seoptimal mungkin,
dengan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan untuk mencapai hidup
yang bermakna dan bahagia di dunia maupun akhirat.25

Dari uraian di atas tentang pengertian kesehatan mental, maka dapat

dipahami bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya dari gejala-gejala

gangguan jiwa dan penyakit jiwa serta terwujudnya keharmonisan yang sungguh-

sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk

menghadapi masalah-masalah yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif

kebahagiaan dan kemampuan dirinya.

2. Ciri-ciri mental yang sehat dan yang tidak sehat

Kondisi mental sangat menentukan dalam hidup ini, hanya orang yang

sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia, berguna dan sanggup

menghadapi rintangan atau kesulitan dalam hidup. Apabila kesehatan mentalnya


23
Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 10-12.
24
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995), h. 21.
25
Jalaluddin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 76.
24

terganggu, akan tampak gejalanya dalam aspek kehidupan, misalnya perasaan,

pikiran, kelakuan dan kesehatan.

Setiap orang senantiasa memiliki mental yang sehat pada umumnya,

namun ada sebagian orang yang memiliki mental yang tidak sehat dikarenakan

suatu hal. Orang yang mentalnya tidak sehat, tidak dapat memperoleh ketenangan

hidup karena jiwa mereka sering terganggu sehingga menimbulkan stress dan

konflik batin. Kondisi mental dapat digolongkan dalam dua bentuk, yaitu kondisi

mental yang sehat dan kondisi mental yang tidak sehat. Para ahli psikologi telah

membagi manusia ke dalam dua golongan, yaitu yang sehat mentalnya dan yang

tidak sehat mentalnya. El-Quusiy mengatakan bahwa:

“Kesehatan mental sama saja dengan kesehatan jasmani, dimana


keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi jasmani hampir
tidak ada. Hanya derajat keserasian itulah yang menunjukkan keadaan
sehat atau sakit. Demikian juga dengan fungsi-fungsi kejiwaan, hampir
tidak ada yang betul-betul serasi. Hanya derajat keserasian yang dapat
membedakan antara sehat dan tidaknya seseorang.”26

Menurut Kartini Kartono, ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya

kekalutan mental, yaitu:

1. Predisposisi struktur biologis/jasmaniah, dan mental atau kepribadian

yang lemah.

2. Konflik-konflik sosial dan konflik-konflik kultural yang

mempengaruhi diri manusia.

26
Abdul Aziz Al-Quussy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, Terj. Zakiah Daradjat,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), H. 35-36.
25

3. Pemasakan batin (internalisasi) dari pengalaman oleh diri si subjek

yang salah.27

Berkenaan dengan mental yang sehat, Maslow dan Mittlemenn dalam

karangannya yang berjudul Principles of Abnormal Psychology, sebagaimana

dikutip oleh Moeljono Notosoedirjo, memberikan ciri-ciri mental yang sehat

sebagai berikut:

a. Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat, mampu

berhubungan dengan orang lain dalam bidang kerja, pergaulan dan

dalam lingkungan kerja.

b. Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional

dengan harga diri tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral,

tidak dihinggapi rasa bersalah. Selain itu juga dapat menilai perilaku

yang asosial dan tidak manusiawi sebagai gejala perilaku yang

menyimpang.

c. Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, tanpa ada fantasi

dan angan-angan berlebihan. Pandangan hidupnya realitas dan cukup

luas. Dia sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan-kejutan

mental serta nasib buruk lainnya dengan besar hati.

d. Memiliki tujuan hidup yang tepat, wajar dan realitas sehingga bisa

dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keuletan dalam

27
Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung:
Mandar Maju, 1989), h. 241.
26

mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun

bagi masyarakat pada umumnya.28

Organisasi kesehatan dunia (WHO, 1959) memberikan kriteria jiwa atau

mental yang sehat sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. dr. Dadang Hawari,

psikiater, sebagai berikut:

a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun

kenyataan itu buruk baginya.

b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.

c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.

d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.

e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling

memuaskan.

f. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk di

kemudian hari.

g. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan

konstruktif.29

Sedangkan menurut Supratiknya ciri-ciri pribadi sehat berdasarkan aspek

penyesuaian dirinya sebagai berikut:

28
Moeljono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan,
(Malang: UMM Press, 2002), h. 28-29.
29
Dadang Hawari, Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental, (PT. Dana
Bhakti Primayasa, Yogyakarta, 1999), h. 12-13.
27

a. Ditinjau dari aspek terhadap diri sendiri.

Ciri perilakunya: menunjukkan penerimaan diri, memiliki jati diri yang

memadai (positif), memiliki penilaian yang realistik terhadap berbagai

kelebihan dan kekurangan.

b. Ditinjau dari aspek realitas

Ciri perilakunya: memiliki pandangan yang realistik terhadap diri

sendiri dan terhadap dunia, orang, maupun benda di sekelilingnya.

c. Ditinjau dari aspek integrasi

Ciri perilakunya: berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin

yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stress.

d. Ditinjau dari aspek kompetensi

Memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional dan

sosial yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup.

e. Ditinjau dari aspek otonomi

Ciri perilakunya: memiliki kemandirian, tanggung jawab, dan

peentuan diri yang memadai disertai kemampua cukup untuk

membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial.

f. Ditinjau dari aspek pertumbuhan aktualisasi diri

Menunjukkan kecenderungan ke arah menjadi semakin matang,

semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai

pemenuhan diri sebagai pribadi.30

30
MIF Baihaqi, Sunardi,Riksma N. Rinalti A., & Euis Heryati, Psikiatri (Konsep Dasar
dan Gangguan-gangguan), Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, h. 19.
28

Peranan ajaran Islam demikian dapat membantu orang dalam mengobati

jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi

kesehatan mental. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam

orang dapat pula memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa atau kesehatan

mental.

Berikut ini indikasi-indikasi kesehatan jiwa dalam Islam:

a. Sisi spiritualitas: adanya keimanan kepada Allah, konsisten dalam

melaksanakan ibadah kepada-Nya, menerima takdir dan ketetapan

yang telah digariskan oleh-Nya, selalu merasakan kedekatan kepada

Allah, memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan cara yang halal

dan selalu berdzikir kepada Allah.

b. Sisi sosial: cinta kepada orang tua, anak dan pasangan hidup, suka

membantu orang-orang yang membutuhkan amanah, berani

mengatakan kebenaran, menjauhi segala hal yang dapat menyakiti

manusia dan mampu bertanggung jawab sosial.

c. Sisi biologis: terhindarnya tubuh dari segala bentuk penyakit dan juga

cacat fisik dengan adanya pemahaman akan selalu menjaga kesehatan

tubuh dengan tidak membebaninya dengan suatu tugas yang tidak

sesuai dengan kemampuannya.31

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas mengenai mental

yang sehat yaitu keharmonisan dalam fungsi jiwa serta tercapainya kemampuan

untuk menghadapi permasalahan sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan

31
Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, Penerjemah Sari Marulita, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2005), h. 450.
29

dan kepuasan dalam dirinya. Seseorang yang kurang sehat mentalnya yaitu orang

yang merasa terganggu mental dan ketentraman hatinya. Gangguan adalah hal-hal

yang menyebabkan ketidakwarasan atau ketidakwajaran terhadap kesehatan

mental atau jiwa.32

Menurut Kartini Kartono (1989), yang disebut gangguan mental adalah

bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang

disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi

kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul

gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian atau lebih dari sistem

kejiwaan.33

Seorang individu yang terganggu kesehatan mentalnya dapat dilihat dari

tindakannya, tingkah lakunya atau ekspresi perasaannya. Karena seseorang atau

individu yang terganggu kesehatan mentalnya ialah apabila terjadi kegoncangan

emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.34 Pada dasarnya tidaklah mudah

mengukur atau memeriksa seseorang atau individu untuk mengetahui apakah

sehat mentalnya atau tidak (terganggu mentalnya) dengan alat-alat seperti halnya

pada penyakit jasmani. Namun, yang menjadi ukuran adalah merasakan diri sudah

sejauh mana kondisi perasaan, apakah sudah melampaui batas kewajaran atau

tidak, seperti merasa sedih, kecewa, pesimis, rendah diri, dan sebagainya. Gejala-

gejala umum yang kurang sehat mentalnya dapat dilihat dalam beberapa segi,

antara lain:

32
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 202.
33
Kartini Kartono dan Jeny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 80-81.
34
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 16.
30

a) Perasaan

Orang yang kurang sehat mentalnya akan selalu merasa gelisah

karena kurang mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapinya.

b) Pikiran

Adapun kondisi pikiran yang sehat yaitu mampu berfikkir secara

cepat, tepat, akurat dan sistematis, realistis, mampu berkonsentrasi,

tidak merasa lelah dan merasa gundah dan kacau (distorsi).35 Pada

umumnya orang yang kurang sehat mentalnya tampak pada kelakuan-

kelakuannya yang tidak baik dan segala yang bersifat negatif.

c) Emosi

Kondisi kejiwaan yang dapat mempengaruhi mental disamping

perasaan dan pikiran juga dipengaruhi oleh emosi. Emosi merupakan

penyesuaian organis yang timbul secara otomatis dalam diri seseorang

setiap menghadapi peristiwa-peristiwa tertentu, jadi emosi digerakkan

dengan kondisi gejolak psikis. Gejalanya bisa diperoleh dari faktor

dasar yakni watak, karakter, hereditas, dan atau dipengaruhi oleh

lingkungan.36 Disamping pengertian tersebut, yang dimaksud dengan

emosi adalah suatu kondisi perasaan yang melebihi batas, terkadang

tidak mampu menguasai diri dan menjadikan hubungan pribadi dengan

dunia luar menjadi terputus. Ketidakmampuan untuk mengendalikan

35
William Gladstone, Apakah Mental Anda Sehat, terj. Jeanette M, dkk, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994), h. 20-21.
36
Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah Surabaya, 1993), h. 50.
31

perasaan tersebut terhadap setiap problem akan melahirkan sikap

emosional yang cenderung negatif.

Sikap emosional yang ada dalam diri manusia yang didasarkan pada arah

aktivitas tingkah laku emosionalnya itu ada empat bentuk, yaitu:

1. Marah, yakni orang bergerak menentang sumber frustasi.

2. Takut, yakni orang bergerak meninggalkan sumber frustasi.

3. Cinta, yakni orang bergerak menuju sumber kesenangan.

4. Depresi, yakni orang menghentikan respon-respon terbukanya dan

mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri.37

Secara fitrah pada dasarnya setiap manusia memiliki sifat emosional, jadi

emosi tidak bisa dibunuh, akan tetapi emosi harus disalurkan dengan cara yang

baik.

37
M. Dimyati Mahmud, Psikologi: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
1990), h. 166.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu cara kerja untuk memahami objek

penelitian dalam rangka menemukan, menguji suatu kebenaran atau pengetahuan.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexi J. Moleong adalah prosedur sebuah

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa dengan kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.1 Dalam hal ini penulis

menggunakan metode penelitian kualitatif.

Penulis telah meneliti bagaimana proses terapi ruqyah syar’iyyah yang

dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur serta bagaimana

dampaknya terhadap kesehatan mental pasien yang melakukan terapi ruqyah di

Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Penelitian kualitatif deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata,

gambar, bukan angka-angka.2 Penelitian deskriptif yaitu usaha mengungkap suatu

1
Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), Cet ke-15, h.3.
2
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi Presentasi dan
Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial,
Pendidikan dan Humaniora, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.3.

32
33

masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat

sekedar untuk mengungkapkan fakta.3

Jadi penelitian ini berusaha mendeskripsikan atau menginterpretasikan

suatu kondisi proses yang berlangsung akibat atau efek yang terjadi atau tentang

kecenderungan yang tengah berlangsung.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan

dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat

alamiah karena orientasinya demikian, maka sifat naturalistik dan mendasar atau

bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus

terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut dengan field

study.4

Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya

deskriptif, seperti wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman, video dan

lain sebagainya.5 Adapun desain penelitiannya menggunakan jenis penelitian

desain deskriptif yaitu metode yang bertujuan membuat gambaran, lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan yang

diteliti.

3
Hadari Hawari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), cet. ke-11, h.31.
4
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), h. 159.
5
E. Kristi Poerwandari, Fakultas Psikologi UI Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi
(LPSP3) UI, 1998), h. 36.
34

C. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Untuk memperoleh ketetapan data dan keakuratan informasi yang

mendukung dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data melalui:

1. Observasi

Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti

mengumpulkan data langsung dari lapangan. Metode observasi merupakan

metode pengumpulan data primer dengan memperoleh secara langsung dari

sumber lapangan penelitian. Pengumpulan data atau informasi dan fakta secara

langsung tersebut biasanya melalui wawancara secara lisan dengan

memerlukan adanya kontak secara tatap muka antara peneliti dengan

respondennya.6

Tujuan observasi adalah memahami aktivitas-aktivitas yang berlangsung,

menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam suatu aktivitas,

memahami maksud dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting yang

terjadi pada suatu aktivitas. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan

langsung untuk memperoleh data tentang cara proses terapi ruqyah syar’iyyah

di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.

Dengan kata lain, observasi yaitu melakukan kunjungan langsung ke

tempat penelitian serta mengamati pasien dan proses terapi ruqyah itu

dilaksanakan. Peneliti telah melakukan observasi sebanyak tiga kali. Observasi

atau kunjungan langsung ke tempat penelitian tersebut bertujuan untuk

6
Rosady Ruslan, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h. 22.
35

memperoleh data yang lebih akurat tentang proses terapi ruqyah syar’iyyah

yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan.7

Menurut Kerlinger (1986) dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif

yang ditulis oleh Imam Gunawan, wawancara adalah situasi peran antarpribadi

berhadapan muka (face to face), ketika seseorang (yakni pewawancara)

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang

yang diwawancarai atau informan.8

Jadi, dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan suatu kegiatan

tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara

(interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang

diteliti dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola

piker dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Tujuan wawancara adalah mengumpulkan data atau informasi (keadaan,

gagasan/pendapat, sikap/tanggapan, keterangan dan sebagainya) dari suatu

7
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), h. 135.
8
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013), h.162.
36

pihak tertentu.9 Pengumpulan data atau informasi dengan wawancara

(interview) ini dilakukan secara langsung dengan tanya jawab kepada empat

orang pasien yaitu Astrid, Fera, Dwi, dan Lili serta dua orang terapis yaitu

ustadz Achmad Junaedi, Lc., MHi dan ustadz Abu Azzam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang

tertulis.10 Dokumentasi adalah pekerjaan mengumpul, menyusun dan

menyebarkan dokumen dari segala macam jenis dalam seluruh lapangan

aktivitas manusia.11 Menurut Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd,. dalam bukunya

Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Renier menjelaskan istilah

dokumen ke dalam tiga pengertian: (1) dalam arti luas, yaitu meliputi semua

sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan; (2) dalam arti sempit, yaitu

yang meliputi semua sumber tertulis saja; dan (3) dalam arti spesifik, yaitu

hanya meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat

perjanjian, undang-undang, konsesi, hibah dan sebagainya.12 Dapat

disimpulkan bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk

melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, gambar, yang semuanya

itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

Dokumentasi ini merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan

9
Arief Subiyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta:
Andi Offset, 2007), h.97.
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), h. 149.
11
R.O. Simatupang, dkk. Dokumen,(t.: Soeroengan, 1959), h. 13.
12
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013), h.176.
37

pengumpulan data yang didapat di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta

Timur dengan masalah yang diteliti.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Rumah Ruqyah Indonesia

yang beralamatkan di Jl. Kelurahan Lama (Jl. Raya Bogor) No. 56 Rt. 04 Rw. 015

Cililitan Kramat Jati Jakarta Timur. Adapun waktu penelitian telah dilakukan

yaitu pada bulan April sampai bulan Agustus 2015.

E. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pembimbing ruqyah (terapis)

serta empat orang pasien ruqyah yang ada di Rumah Ruqyah Indonesia

Cililitan Jakarta Timur.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah dampak terapi ruqyah syar’iyyah dalam

pemulihan kesehatan mental pasien di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

Jakarta Timur.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses menata, menyetrukturkan, dan memaknai

data yang tidak beraturan.13 Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data

menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat

dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang

berkaitan dengan kegiatan penelitian.


13
Christine Daymon dan Immy Holloway, Riset Kualitatif dalam Public Relations &
Marketing Communications. Penerjemah Cahya Wiratama (T.tp: PT Bentang Pusaka, 2008) h.
368.
38

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar dan bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan

lapangan, dokumen dan sebagainya kemudian di deskripsikan sehingga dapat

memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.14 Dengan

menggambarkan hasil temuan di lapangan mengenai proses terapi ruqyah

syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Penulis mencoba

memaparkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Pengelolaan data yang dilakukan dengan pendekatan

deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggunakan data secara verbal dan kualifikasi

bersifat teoritis. Hal itu itu bertujuan untuk menggambarkan dampak terapi

ruqyah syar’iyyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien Rumah Ruqyah

Indonesia Cililitan Jakarta Timur.

G. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada

Pedoman Akademik Program Strata 1 yang diterbitkan oleh Biro Administrasi

Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013-2014.

14
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 66.
39

H. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumbernya, diperoleh melalui

wawancara mendalam, observasi, tanya jawab secara langsung atau tatap

muka dengan informan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung seperti

dokumen-dokumen dan catatan yang diambil peneliti sebagai literature, buku-

buku maupun internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.


BAB IV

PROFIL LEMBAGA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur

Nama : Rumah Ruqyah Indonesia

Alamat : Jalan Kelurahan Lama (Jalan Raya Bogor) No. 56, Rt. 04 Rw.

15, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur

No. Telp : 021-80872602/085105035459

Website : www.rumahruqyah.com

1. Sejarah dan Perkembangan

Rumah Ruqyah Indonesia didirikan oleh Ustadz Achmad Junaedi, Lc dan

Ustadz Akhmad Sadzali, Lc. Rumah Ruqyah Indonesia berdiri tahun 2009

beraktenotaris. Ustadz Ustadz Achmad Junaedi, Lc adalah salah satu sidang

redaksi majalah ghoib sejak berdirinya majalah ghoib tahun 2002, kemudian

beliau lebih menekuni ruqyah dengan nama ghoib ruqyah syar’iyyah dari tahun

2002-2009. Pada awalnya Rumah Ruqyah Indonesia hadir dengan menggunakan

nama Ghoib Ruqyah Syar‟iyyah kepanjangan dari majalah ghoib yang berdiri

sejak tahun 2002. Dengan diterbitkannya majalah ghoib, pada saat itu banyak

mencerahkan masyarakat akan pengetahuan terkait dunia ghoib secara syariat

Islam.

Rumah Ruqyah Indonesia merupakan lembaga dakwah Islamiyah yang

bergerak dan mengkhususkan diri pada pemurniain tauhid melalui pelayanan

40
41

ruqyah syar’iyyah dan kajian keislaman. Kini dengan nama baru dan pengukuhan

di yayasan, kian mengukuhkan Rumah Ruqyah Indonesia untuk berdakwah tauhid

di Indonesia.

2. Visi dan Misi

Adapun Visi dan Misi dari Rumah Ruqyah Indonesia adalah:

a. Memberikan pemahaman yag benar mengenai fenomena keghoiban

sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah.

b. Memberikan pemahaman yang benar tentang ruqyah syar’iyyah.

c. Memberikan penyadaran tentang bahaya kolaborasi manusia dengan

jin dan syaitan.

d. Memberikan pemahaman tentang kehidupan yang lebih baik dengan

syari‟at Islam.

e. Mengenalkan pengobatan Islami dan alami seperti ruqyah syar’iyyah,

bekam atau al-hijamah dan herbal.

3. Pelayanan

Adapun pelayanan yang disediakan oleh Rumah Ruqyah Indonesia

berbasis pengobatan Islami, antara lain:

a. Ruqyah Syar’iyyah

Pelayanan ruqyah yang diberikan oleh Rumah Ruqyah Indonesia

tidak hanya diberikan langsung di tempat, tetapi Rumah Ruqyah

Indonesia juga menyediakan pelayanan ruqyah online. Adapun ruqyah

online yaitu ruqyah jarak jauh dengan menggunakan sarana telepon.


42

Pasien yang menghubungi akan mendengarkan pembacaan ayat-ayat

ruqyah, dzikir, dan doa yang disyari‟atkan oleh Rasulullah SAW.

Adanya pelayanan ruqyah online ini dikarenakan banyaknya

permintaan penanganan ruqyah ke daerah-daerah. Hal tersebut menjadi

kendala mengenai waktu, jarak, dan biaya. Oleh karena itu, Rumah

Ruqyah Indonesia menghadirkan layanan ruqyah online sebagai solusi

ruqyah untuk pasien nun jauh disana.

b. Bekam/hijamah

Bekam/hijamah adalah metode pengobaan dengan cara

mengeluarkan darah statis yang mengandung toksin dari dalam tubuh

manusia.

c. Konsultasi

Pelayanan konsultasi yang disediakan oleh Rumah Ruqyah

Indonesia, yaitu:

1) Konsultasi masalah keluarga

2) Konsultasi masalah agama

3) Konsultasi masalah anak dan remaja

d. Iridiologi, Acupressure

e. Obat-obatan herbal

Obat-obatan herbal yang disediakan di Rumah Ruqyah Indonesia

antara lain seperti madu, habbatussauda, minyak zaitun, dan lain-lain.

f. Ceramah dan pelatihan ruqyah/bekam


43

4. Struktur Pengurus

Tabel 1
Struktur Pengurus Rumah Ruqyah Indonesia

Pembina:

KH. Arifin Ilham

:uda
Ketua:

Achmad Junaedi, Lc

:uda
Sekretaris:

Imam Royani

Bagian Ruqyah: Bagian Bekam: Bagian Umum:

Aris Fathoni, S.Pd.I Anang Sofyan, Sugeng


S.Pd.I

Keterangan:

Pembina : KH. Muhammad Arifin Ilham

Ketua : Achmad Junaedi, Lc

Sekretaris : Imam Royani

Bagian Ruqyah : Aris Fathoni, S.Pd.I

Bagian Bekam : Anang Sofyan, S.Pd.I

Bagian Umum : Sugeng


44

5. Prosedur Penanganan Pasien

a. Bagian registrasi

1) Menerima pendaftaran

2) Mengatur penempatan pasien:

a) Pasien baru:

- Melakukan registrasi,

- Presentasi,

- Ke ruang terapi untuk ditangani ustadz yang ditunjuk

bagian pendaftaran dengan membawa buku mukatabah.

b) Pasien lama:

- Melakukan daftar ulang

- Kemudian ke ruang terapi.

c) Ketentuan yang lain

Untuk menjaga privasi pasien dan efektifitas penanganan,

maka ditetapkan beberapa hal berikut ini:

- Pasien hanya ditangani oleh satu ustadz, kecuali dalam

kondisi darurat.

- Pasien baru diwajibkan mengikuti presentasi kemudian

setelah itu masuk ke ruang terapi untuk ditangani ustadz

yang telah ditentukan sebelumnya oleh bagian pendaftaran.

- Pasien lama disarankan untuk konfirmasi jadwal ustadz

yang telah ditentukan sebelum datang ke Rumah Ruqyah

Indonesia.
45

6. Mekanisme Pelaksanaan Terapi Ruqyah

Setelah melalui pengamatan dan diskusi yang panjang, dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan pada konsumen dan efektifitas waktu pelayanan,

maka ditetapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Berkenaan dengan ruqyah

1) Tidak ada ruqyah massal

2) Adanya rekam ruqyah (status pasien)

3) Ustadz berada di ruang ruqyah yang ditentukan

4) Pasien ditangani oleh satu ustadz, kecuali dalam keadaan darurat

b. Berkenaan dengan absen

Dalam rangka meningkatkan mutu dan semangat kerja, maka

insyaallah absensi kehadiran akan menggunakan sistem komputer.

c. Kewajiban karyawan

- Datang tepat waktu (berlaku untuk semua karyawan)

- Ustadz standby diruang masing-masing (disediakan meja kecil,

berlaci, dan air minum)

- Ustadz tidak diperkenankan berada di ruang kendali selama tugas

- Ustadz tetap berada di ruang masing-masing selama jam tugas

meskipun tidak ada pasien

- Ketika tidak ada pasien, para ustadz diharapkan muroja’ah hafalan

atau membaca buku-buku yang berkaitan dengan ruqyah

- Melakukan tugas sesuai dengan job desk masing-masing

- Mengisi status pasien


46

d. Jam kerja karyawan

Adapun jam kerja karyawan yang ditetapkan di Rumah Ruqyah

Indonesia yaitu pukul 08.30-16.30.

Tabel 2
Jam Kerja Karyawan

SESSI JAM/SHIFT I ISTIRAHAT SESSI JAM/SHIFT ISTIRAHAT

II

I 08.30-10.15 10.15-10.30 III dan IV 14.00-15.15 15.15-15.45

II 10.30-11.45 11.45-12.45 V 15.45-17.45 17.45-18.45

III 12.45-14.30 14.30-14.45 VI 18.45-19.15 19.15-19.30

IV 14.45-15.15 14.45-15.15 Lanjutan 19.30-22.00 Pulang

V 15.45-16.30 Pulang - - -

7. Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebuah lembaga pengobatan,

maka Rumah Ruqyah Indonesia memiliki sarana dan prasarana yang harus

diadakan agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancer. Adapun sarana dan

prasarana yang terdapat di Rumah Ruqyah Indonesia mencakup:

a. Meja resepsionis untuk pendaftaran pasien

b. Ruang konsultasi yang digunakan untuk mengidentifikasi keluhan

pasien

c. Ruang bekam, yang terdiri dari 2 ruang untuk ikhwan dan akhwat

d. Ruang terapi ruqyah

e. Ruang refleksi
47

f. Mushola

8. Pengalaman Rumah Ruqyah Indonesia

Sebagai lembaga yang berdiri hampir 13 tahun, begitu banyak pengalaman

yang Rumah Ruqyah Indonesia dapatkan sebagai lembaga dakwah Islamiyah

yang bergerak dan mengkhususkan diri pada pemurnian tauhid melalui pelayanan

ruqyah syar’iyyah dan kajian keislaman, antara lain:

a. Rumah Ruqyah Indonesia adalah pelayanan terapi ruqyah syar’iyyah

yang pertama di Indonesia yang terlembaga dan melakukan kegiatan

secara Nasional dan Internasional.

b. Tim ruqyah menjadi narasumber pada acara sentuhan qolbu metafisika

di stasiun televisi TRANS TV tahun 2003.

c. Banyak pasien yang diterapi di Rumah Ruqyah Indonesia menjadi

narasumber di kolom kesaksian majalah ghoib.

d. Kisah nyata pasien ruqyah diangkat ke layar kaca pada stasiun televisi

“LATIVI” di acara “Kehebatan Ruqyah” pada tahun 2005.

e. Mengisi acara siraman rohani di berbagai instansi dengan berbagai

tema keghoiban dan ketauhidan serta terapi ruqyah.

f. Tim ruqyah memberikan ceramah, tausiyah, dan ruqyah syar’iyyah

kepada masyarakat dan bekerjasama dengan Majelis Ta‟lim dan

Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) se-Jabodetabek.

g. Tim ruqyah memberikan ceramah, tausiyah, dan ruqyah syar’iyyah

kepada masyarakat dan bekerjasama dengan Majelis Ta‟lim dan

Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di luar Jabodetabek, seperti:


48

1) Daerah Jawa Tengah meliputi Semarang dan Cepu.

2) Daerah Jawa Barat meliputi Banten, Tasikmalaya, Garut,

Sukabumi, Bandung, Karawang, dan Cirebon.

3) Daerah Jawa Timur meliputi Probolinggo, Pasuruan, dan

Bojonegoro.

4) Daerah Sumatera meliputi Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung,

Belitung Timur, Jambi, Batam, Pekanbaru, Padang, dan Medan.

5) Bekerjasama dengan komunitas muslim Indonesia di Australia

dalam acara seminar dan terapi ruqyah syar’iyyah pada tahun

2006.

B. Temuan dan Analisis Data

Dalam rangka pengungkapan hasil penelitian ini, penulis telah

menentukan jumlah informan yang akan menjadi subjek penelitian, informan yang

dimaksud tersebut adalah dua orang terapis ruqyah dan empat orang pasien.

Klasifikasi ini diambil berdasarkan pertimbangan dan hasil dari pengamatan

penulis selama observasi.

1. Karakteristik Informan

a) Ustadz Achmad Junaedi, Lc

Beliau adalah pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia sekaligus

terapis di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Beliau

sekarang berusia 43 tahun. Beliau sekarang tinggal di Jalan Raya

Bogor 56 Rt 04 Rw 15 Cililitan, Jakarta Timur.


49

Ustadz Achmad Junaedi, Lc., MHi mendirikan Rumah Ruqyah

Indonesia sejak tahun 2002 yang dulu dinamakan dengan nama ghoib

ruqyah.

“Saya pendiri sekaligus pimpinan dari Rumah Ruqyah


Indonesia dari tahun 2002 sampai saat ini. Dulu awalnya
dengan nama ghoib ruqyah atau majalah ghoib kemudian
karena majalahnya sudah ngga ada, kemudian tahun 2009 kita
mengajukan ke notaris membuat akta notaris yayasan dengan
nama Rumah Ruqyah Indonesia.”1

b) Ustadz Abu Azzam

Beliau merupakan salah satu terapis yang menangani ruqyah di

Rumah Ruqyah Indonesia. Saat ini beliau tinggal di Taman Wisma

Asri Blok P No. 121-122 Teluk Pucung Bekasi Utara. Beliau mulai

bergabung di Rumah Ruqyah Indonesia pada tahun 2012.

“Saya bergabung di Rumah Ruqyah Indonesia ini sekitar 3


tahunan lah, dari tahun 2012, sampai sekarang.”2

Selain menjadi terapis di Rumah Ruqyah Indonesia, Ustadz

Abu Azzam juga menjadi terapis di rumahnya yaitu di Taman Wisma

Asri Blok P No. 121-122 Teluk Pucung Bekasi Utara.

c) Astrid

Ibu Astrid adalah seorang single parent yang berusia 35 tahun,

dikaruniai seorang putri yang berusia 5 tahun. Ibu Astrid tinggal di

daerah Sentul, Nanggewer. Alasan Ibu Astrid ingin melakukan terapi

1
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015.
2
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
50

ruqyah karena ia mempunyai penyakit yang menurutnya tidak wajar.

Berikut penuturan dari Ibu Astrid:

“Yaa.. punya pengalaman sih sebelumnya memang ya


wallahua’lam sebelumnya saya pernah punya penyakit yang
menurut saya mungkin ga wajar, trus begitu saya ruqyah
yaudah sembuh.”3

Berdasarkan penuturan Ibu Astrid di atas, alasannya untuk

melakukan terapi ruqyah sebagai upaya pengobatan penyakit tidak

wajar yang ada pada dirinya, dan setelah melakukan terapi ruqyah ia

merasa sembuh dari penyakitnya.

d) Dwi

Dwi adalah seorang karyawan swasta yang berusia 27 tahun.

Dwi tinggal di daerah Purworejo, Jawa Tengah. Alasan Dwi

Melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan karena

menurutnya, ruqyah merupakan metode penyembuhan penyakit non

medis. Sebagaimana penuturan dari Dwi sebagai berikut:

”Ruqyah ini bisa mengatasi gangguan ghoib, metode


penyembuhan penyakit yang bukan medis. Karna yang saya
rasakan bukan medis, soalnya pernah di cek medis ga ada
hasilnya. Tapi sakitnya kerasa gitu.”4

Berdasarkan penuturan Dwi diatas, penyakit yang ia alami

merupakan penyakit yang dialaminya bukanlah penyakit medis karena

setelah ia melakukan cek medis tidak ditemukan penyakit, namun ia

masih merasakan sakit. Setelah melakukan terapi ruqyah, ia merasa


3
Wawancara dengan Ibu Astrid di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni
2015.
4
Wawancara dengan Dwi di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
51

normal kembali dan banyak efek positif yang dirasakan setelah

melakukan terapi ruqyah seperti lebih tenang saat berkomukasi dengan

lawan bicara, kebiasaan buruk merokoknya sedikit berkurang, dan

tidak lagi merasa emosi yang berlebihan.

e) Fera

Fera adalah seorang karyawati swasta yang berusia 27 tahun,

lulusan salah satu perguruan tinggi swasta di daerah Depok. Fera

tinggal di daerah Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Alasan Fera

ingin melakukan terapi ruqyah karena ia ingin sehat dan terbebas dari

gangguan-gangguan yang ia rasakan. Berikut penuturan dari Fera:

“Saya sih kepengen sehat dan terbebas dari gangguan-


gangguan, setau saya sih ruqyah itu kayak pengobatan.”5

Berdasarkan penuturan dari Fera di atas, karenanya menurut

Fera, ruqyah itu pengobatan maka Fera melakukan terapi ruqyah agar

ia sehat dan terbebas dari gangguan-gangguan yang ia rasakan.

f) Lili

Lili adalah seorang karyawan swasta yang berusia 27 tahun, ia

baru saja menyelesaikan studinya di salah satu perguruan tinggi swasta

di Jakarta. Alasan Lili melakukan terapi ruqyah karena ia merasa

badannya tiba-tiba kaku dan sulit untuk digerakkan. Berikut adalah

penuturan dari Lili:

“Saya sih kepengen sembuh. Awal saya kepengen diruqyah


gara-gara kepikiran skripsi saya, saya juga resign dari tempat
kerja saya, kepikiran kakak saya yang mau di operasi. Abis itu

5
Wawancara dengan Fera di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
52

tiba-tiba badan saya kaku, ga bisa digerakkin. Pas saya coba


baca doa sama wudhu agak mendinganan tuh.”6

Berdasarkan penuturan Lili diatas, ia tiba-tiba merasakan

badannya kaku dan tidak bisa digerakkan. Gejala tersebut disebut

dengan kejang hysteria. Kejang hysteria terjadi akibat

ketidakmampuan seseorang menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan

perasaan, kegelisahan, kecemasan, dan pertentangan batin. Begitu juga

halnya dengan Lili, dia merasakan kaku pada badannya dan sulit

digerakkan disebabkan oleh beban pikiran yang ia rasakan tak kunjung

terselesaikan.

2. Intensitas Kunjungan

Kriteria pasien yang dijadikan subjek dalam penelitian ini yaitu pasien

yang sebelumnya pernah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi setelah melakukan terapi

ruqyah.

a. Astrid

Ibu Astrid telah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia

ini lebih dari lima kali. Sebagaimana yang ia ungkapkan dalam

wawancara:

“Saya ngeruqyah disini sering Mba, 5 kali mah lebih, begitu saya
ruqyah yaudah sembuh.”7

6
Wawancara dengan Lili di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
7
Wawancara pribadi dengan Ibu Astrid di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10
Juni 2015.
53

Berdasarkan wawancara diatas, sebelum diruqyah Ibu Astrid

mengalami hal-hal yang menurutnya tidak wajar. Namun setelah

melakukan lima kali terapi ruqyah, Ibu Astrid merasakan sembuh total.

b. Dwi

Dwi telah empat kali melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah

Indonesia. Sebagaimana yang ia ungkapkan pada saat wawancara:

“Sudah empat kali saya ruqyah disini, kalo sebelum diruqyah saya
masih merasa sakit, tapi abis diruqyah mendingan.”8

Berdasarkan wawancara diatas, setelah melakukan terapi ruqyah

sebanyak empat kali, Dwi yang mengalami penyakit non medis merasakan

penyakit yang dialaminya berangsur membaik.

c. Fera

Fera telah tiga kali melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah

Indonesia. Sebagaimana yang ia ungkapkan pada saat wawancara:

“Saya sudah tiga kali melakukan terapi ruqyah disini. Sebelum ruqyah
saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Setelah diruqyah sih jadi
mendingan deh.”9

Berdasarkan wawancara diatas, sebelum diruqyah Fera merasa

murung, ingin selalu menyendiri. Namun, setelah melakukan tiga kali

terapi ruqyah, Fera merasa lebih baik dari sebelum ia melakukan terapi

ruqyah.

8
Wawancara pribadi dengan Dwi di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jum‟at,7
Agustus 2015.
9
Wawancara pribadi dengan Fera di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07
Agustus 2015.
54

d. Lili

Lili telah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia

sebanyak dua kali. Berikut adalah penuturan Lili pada saat wawancara:

“Saya sudah dua kali diruqyah mba, saya sih kepengen sembuh.
Sebelum diruqyah perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah diruqyah
jadi entengan aja trus kata orang tua saya, saya hampir 100 persen
berubah”10

Berdasarkan wawancara diatas, sebelum melakukan terapi ruqyah Lili

merasakan perasaannya yang berat. Sebagaimana penuturan Lili yang

sebelumnya, ia mengemukakan bahwa ia menghadapi masalah yang tak

kunjung terselesaikan. namun, setelah dia melakukan dua kali terapi

ruqyah ia merasakan perubahan yang ada pada dirinya.

3. Latar Belakang Penyakit

Semua penyakit fisik maupun non fisik, medis maupun non medis bisa

diruqyah karena pada hakekatnya yang menyembuhkan segala jenis penyakit

adalah Allah SWT. Dalam pengobatan menggunakan metode ruqyah, kita berdoa

kepada Allah SWT untuk kesembuhan penyakit yang kita rasakan. Sebagaimana

dengan firman Allah SWT:

Artinya: “Dan kami turunkan dari alquran suatu yang jadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S Al-
Israa: 82)
10
Wawancara pribadi dengan Lili di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07
Agustus 2015.
55

Berikut adalah gambaran latar belakang penyakit pasien yang menjadi

subjek penelitian di Rumah Ruqyah Indonesia.

Tabel 3
Gambaran Latar Belakang Penyakit Pasien

No. Nama Jenis Penyakit Umur Keterangan

kelamin diruqyah

1. Astrid P Emosional, putus asa, 35 tahun 5 kali

cemas, ketakutan,

selalu berpikiran

negatif, males sholat,

pikiran kacau

2. Dwi L Nafas terasa berat, 27 tahun 4 kali

cemas, tegang, tidak

percaya diri, emosi

berlebihan

3. Fera P Merasa murung, 27 tahun 3 kali

ingin selalu

menyendiri, gelisah

4. Lili L Banyak pikiran, 27 tahun 2 kali

badan kaku, takut dan

gelisah, jarang sholat


56

Hasil pasien yang melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia

merasa kondisinya semakin membaik setelah melakukan terapi ruqyah, namun

masih terus melakukan terapi ruqyah dalam upaya pemulihan mental yang sehat.

C. Proses Pelaksanaan Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia

Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan di Rumah Ruqyah Indonesia,

adapun proses pelaksanaan terapi ruqyah yang dilakukan berlandaskan nilai-nilai

keislaman, bacaannya terdiri dari kalam Allah (al-Quran) atau dengan doa-doa

Rasulullah, bacaannya dari bahasa Arab serta yakin bahwa ruqyah hanyalah

sarana karena yang menyembuhkan adalah Allah SWT. Berikut penuturan Ustadz

yang juga menjadi pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia saat sedang diwawancara:

“Prosesnya pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran dulu,


administrasi dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan singkat tentang
ruqyah bagi yang belum tau, disarankan untuk berwudhu bagi yang tidak
berhalangan setelah itu masuk ke ruangan ruqyah, Ustadz menanyakan
keluhannya apa, diawali dengan membaca istighfar bertobat kepada Allah
dengan harapan agar doa diijabah oleh Allah. Kemudian baca surat al-
Fatihah trus sampe nanti surat an-Nas seperti yang ada pada buku ruqyah
itu. Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya
kayak kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi dialog
kemudian kita arahkan jinnya kita ajak dialog kita ajak bertaubat.”11

Dari ungkapan ustadz Achmad Junaedi, Lc di atas, dapat disimpulkan

sebelum melakukan terapi ruqyah, pasien diberi penjelasan singkat tentang

ruqyah agar pasien tidak salah persepsi mengenai ruqyah. Pasien pun diajak

istighfar untuk diajak bertobat kepada Allah dengan harapan doa-doanya diijabah.

11
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015.
57

Ayat-ayat ruqyah yang dibacakan adalah ayat-ayat yang ada di al-Quran seperti

al-Fatihah, an-Nas, dan lain-lain.

Hal lain juga diungkapkan oleh ustadz Abu Azzam yang juga seorang

terapis/muallij, berikut penuturan beliau saat sedang diwawancara:

“Kalau saya pribadi, jadi untuk ruqyah itu saya ajak pasien untuk
meluruskan tujuannya dulu, jadi ruqyah itu bukan hanya sekedar „image‟
sekarang tentang ruqyah kan mengeluarkan jin dalam tubuh manusia,
menyembuhkan orang dari santet atau sebagainya. Disunnahkan untuk
berwudhu.”12

Dari ungkapan ustadz Abu Azzam diatas, dapat disimpulkan bahwa beliau

mengajak pasien untuk meluruskan tujuannya agar si pasien tidak hanya

memandang ruqyah sebagai pengobatan untuk mengeluarkan jin dari dalam tubuh

manusia, menyembuhkan orang dari santet saja.

Langkah-langkah terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah

Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Persiapan terapi

Hal yang utama sebelum melakukan terapi ruqyah adalah tekad bulat

untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang diridhoi Allah kemudian

membersihkan akidahnya dari hal-hal yang berbau syirik. Adapun hal-hal

lain yang harus dipersiapkan sebelum melakukan terapi ruqyah adalah

sebagai berikut:

a. Mempersiapkan tempat pengobatan supaya malaikat mau masuk

dengan membuang lukisan-lukisan, menghancurkan jimat-jimat,

patung-patung, rajah-rajah, sikep, dan keris.

12
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
58

b. Membersikan dari pelanggaran syari’at, seperti laki-laki memakai

emas dan sutera, perempuan yang tidak menutup aurat.

c. Mengajarkan pemahaman aqidah yang benar kepada penderita dan

keluarganya, supaya mereka hanya bergantung kepada Allah SWT.

d. Dianjurkan bagi yang hadir untuk berwudhu dan memperbanyak

dzikrullah.

e. Jika penderita adalah perempuan, maka harus ditemani dengan

muhrimnya, harus menutup aurat, tidak memakai wangi-wangian

dan lipstick, dan lain-lain yang menganggu saat terapi.

2. Pelaksanaan terapi

a. Interview/diagnose penderita

Sebelum melakukan terapi ruqyah syar’iyyah seorang terapis

menanyakan kepada penderita (pasien) tentang keluhan yang dirasakan

apakah sesuai dengan indikasi-indikasi adanya gangguan jin atau sihir.

b. Terapi ruqyah syar’iyyah

Sebelum melakukan terapi ruqyah, terapis/muallij memberikan

penjelasan singkat tentang ruqyah, sebagaimana yang dikemukakan

oleh ustadz Achmad Junaedi, Lc., MHi :

“Proses pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran


dulu, administrasi, dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan
singkat tentang ruqyah bagi yang belum tau.”13

Terapis membacakan ayat-ayat dan doa-doa ruqyah. Adapun ayat-

ayat ruqyah yang dibacakan yaitu: al-Fatihah, ayat kursi, al-Ikhlas, al-

13
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015.
59

Falaq, an-Nas, surat al-Baqarah (ayat 1-5, 102-103, 284-286), surat Ali

Imran ayat 18-19, surat al-Araf ayat (54-56, 117-122), surat Yunus

ayat 81-82, surat Taha ayat 69, surat al-Mukminun ayat 115-118, surat

as-Shaffat ayat 1-10, surat al-Ahqaf ayat 29-32, surat ar-Rahman ayat

33-36, surat al-Hasyr ayat 21-24, dan surat al-Jin ayat 1-9.

Terdapat perbedaan dalam pembacaan ayat-ayat ruqyah terhadap

pasien yang terkena gangguan jin dan pasien yang menderita gangguan

psikis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Abu Azzam pada

saat wawancara:

“Ada ayat-ayat tambahan yang beda untuk yang terkena gangguan


jin, jadi biasanya standar al-Fatihah, ayat kursi kemudian ada
misalnya tentang sihir, kita bacakan ayat-ayat tentang sihir. Kalo
masalah psikis biasanya ayat tentang kehidupan.”14

Apabila saat dibacakan atau setelah mendengar ayat-ayat dan doa-

doa yang dibacakan, biasanya penderita (pasien) mengalami tiga hal,

yakni:

1) Tidak ada reaksi sama sekali

2) Reaksi ringan seperti gemetar badannya atau terasa panas,

merasa kantuk yang berlebihan, sakit pada bagian tubuh

tertentu, mata bergerak tidak teratur dan berkedip-kedip,

menangis, merasakan pusing, mual atau muntah-muntah.

3) Reaksi berat seperti marah atau berteriak keras, mengeluarkan

gerakan seperti jurus silat. Hal tersebut menunjukkan adanya

14
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
60

jin yang mengganggu dan bereaksi terhadap ayat-ayat dan doa-

doa matsur yang dibacakan.

Seperti yang dikemukakan oleh ustadz Achmad Junaedi, Lc

tentang reaksi yang terjadi pada saat proses terapi ruqyah:

“Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya


kayak kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi
dialog kemudian kita arahkan jinnya, kita ajak dialog, kita ajak
bertaubat.”15

c. Memberi saran dan nasihat

Setelah melakukan terapi ruqyah syar’iyyah, terapis/muallij

memberikan saran dan nasehat kepada penderita (pasien) untuk

melaksanakan syari’at Islam dan melaksanakan dengan benar. Pasien

dianjurkan untuk melakukan:

1) Mendengarkan ayat-ayat al-Quran minimal satu juz setiap hari.

2) Tadarus al-Quran.

3) Menjaga shalat lima waktu, apabila laki-laki berjamaah di

masjid.

4) Mengamalkan dzikir/wirid pagi dan petang seperti yang

diajarkan oleh Rasulullah SAW.

5) Menjauhkan maksiat kepada Allah terutama syirik, bid’ah, dan

dosa besar.

6) Menjalankan sunnah-sunnah harian, seperti doa masuk dan

keluar kamar mandi, doa berpergian, doa hendak tidur, dan

15
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015
61

bangun tidur, membaca basmalah ketika hendak melakukan hal

yang baik, makan dan minum dengan tangan kanan, dan lain-

lain.

D. Analisis Dampak Terapi Ruqyah dalam Pemulihan Kesehatan Mental

Pasien

Berdasarkan uraian diatas tentang pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah di

Rumah Ruqyah Indonesia, mempunyai dampak yang positif dalam pembinaan

mental pasien.

“..Baik sekali, ada pasien kita yang mengalami keterbelakangan mental,


stress. Setelah dibacakan al-Quran itu respon positif itu selalu terjadi dan
selalu ada.”16

Tidak jauh berbeda dengan pandangan ustadz Achmad Junaedi tentang

terapi ruqyah dalam pemulihan mental mental pasien. Sebagaimana yang beliau

ungkapkan dalam wawancara:

“Sangat-sangat bagus sekali, itu harus digalakkan karena membangun


mental ini ya harus dibarengi dengan kekuatan tauhid kita kepada Allah
SWT. Kalo spiritualnya kuat insyaallah mentalnya tahan banting. karna
ruqyah sendiri itu ketergantungan kita kepada Allah.”17

Berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Achmad Junaedi dan ustadz

Abu Azzam, dapat disimpulkan bahwa doa mengandung kekuatan spiritual yang

dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimis yang keduanya merupakan

hal yang mendasar bagi penyembuhan suatu penyakit. Melakukan terapi ruqyah

16
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015
17
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015
62

secara teratur adalah salah satu manifestasi dari menjalani kehidupan secara

religius dan banyak mengandung aspek psikologis di dalamnya. Bahkan tidak

hanya sebagai amal ibadah, terapi ruqyah juga menjadi obat dan penawar bagi

seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa terapi ruqyah yaitu terapi dengan

membacakan ayat-ayat al-Quran atau doa-doa yang matsur. Suara yang masuk ke

dalam otak melalui telinga dan suara merupakan ungkapan dari getaran, dan

ketika pasien mendengarkan ayat-ayat al-Quran maka getaran yang sampai ke

otak memiliki dampak positif pada sel-sel yang ada dalam tubuh. Oleh karena itu,

terapi ruqyah sangat berpengaruh terhadap mental seseorang.

“Ruqyah itu kan membacakan ayat-ayat atau doa-doa yang terdapat di


dalam al-Quran dan as-Sunnah. Ayat dan doa tersebut sangat berpengaruh
terhadap penyembuhan gangguan psikis dan sudah dapat diterima
keefektifannya terhadap mental seseorang.”18

Menurut ustadz Achmad Junaedi, ruqyah sangat berpengaruh terhadap

penyembuhan gangguan psikis dan efektif terhadap mental seseorang. Hal ini

berkaitan dengan penyakit yang dialami oleh Ibu Astrid, sebagaimana yang ia

ungkapkan:

“Ya.. pada saat sebelum ruqyah itu ngalamin hal yang menurut saya di
luar logika Mba, seperti bawaannya emosi trus kaya putus asa trus juga
kayak ngerasa cemas, ketakutan, trus juga negatifnya berlebihan
bawaannya emosional lah, pokoknya males sholat gitu, trus juga ya
pikirannya kacau yang ga konsen ga fokus setelah di ruqyah jadi enakan
aja mba, sembuh total.”19

18
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015
19
Wawancara dengan Ibu Astrid di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni
2015
63

Hal yang dialami oleh Ibu Astrid merupakan gejala gangguan psikis

dimana ia merasakan emosi yang berlebihan, putus asa, cemas, ketakutan, selalu

berpikiran negatif, dan juga malas untuk melakukan ibadah sholat. Namun,

setelah melakukan terapi ruqyah, Ibu Astrid merasa kondisinya lebih enak dari

yang sebelumnya dan sembuh total.

Ustadz Abu Azzam juga mengungkapkan pada saat wawancara, bahwa

doa-doa yang dibacakan pada saat terapi ruqyah dapat mempengaruhi kesehatan

seseorang baik fisik maupun mental, berikut ungkapannya:

“Sekitar 70 persenan lah, karna tubuh manusia itu sebagian besar terdiri
atas air. Ketika air tersebut diberikan doa-doa, maka hal tersebut dapat
mengubah struktur molekul-molekul yang terdapat didalamnya. Perubahan
struktur tersebut dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, baik fisik
maupun mentalnya.”20

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ustadz Abu Azzam,

maka dapat disimpulkan tingkat bahwa tingkat perubahan pasien setelah

melakukan terapi ruqyah sekitar 70 persen, karena doa-doa yang dibacakan pada

saat terapi ruqyah dapat mengubah struktur molekul-molekul di dalam tubuh

manusia yang sebagian besarnnya terdiri atas air.

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, terapi ruqyah tidak terbatas pada

gangguan jin, tetapi juga mencakup terapi fisik dan gangguan mental/jiwa. Lili

merupakan salah satu pasien yang mengalami gangguan mental yaitu hysteria. Ia

mengira bahwa penyakit yang ia alami dikarenakan gangguan jin. Berikut ini

ungkapan Lili pada saat diwawancara:

20
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015
64

“Saya sih kepengen sembuh. Awal saya kepengen diruqyah gara-gara


kepikiran skripsi saya, saya juga resign dari tempat kerja saya, kepikiran
kakak saya yang mau di operasi. Abis itu tiba-tiba badan saya kaku, ga
bisa digerakkin. Pas saya coba baca doa sama wudhu agak mendinganan
tuh. Sebelum diruqyah juga perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah
diruqyah jadi entengan aja trus juga kata orang tua saya, saya hampir 100
persen berubah dari sifat-sifat buruk saya yang dulu.”21

Lili mengalami gangguan mental yang bernama hysteria. Hysteria

merupakan gangguan mental yang timbul dari kecemasan yang berlebihan.

Hysteria terjadi akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi kesukaran-

kesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan, dan pertentangan batin.

Adapun salah satu gejala hysteria yang merupakan gejala fisik adalah kejang

hysteria. Kejang hysteria ditandai dengan seluruh badan terasa kaku, tidak sadar

akan diri, kadang-kadang sangat keras, disertai dengan teriakan-teriakan dan

keluhan, tapi tidak mengeluarkan air mata.

Selain itu dampak positif ruqyah dalam pembinaan mental pasien juga

dirasakan oleh Fera. Sebelum melakukan terapi ruqyah, Fera menghadapi suatu

masalah, namun ia tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahannya tersebut.

Sebagaimana yang ia ungkapkan pada saat wawancara:

“Sebelum ruqyah saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Gelisah


gak tenang gitu. Boro-boro saya bisa nyelesein masalah. Saya diem aja
dikamar. Setelah diruqyah sih jadi mendingan deh. Ruqyah efeknya baik
banget, Alhamdulillah saya bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi.”22

Terapi ruqyah sangat efektif dalam menjaga kesehatan jiwa, selain itu

ruqyah juga dapat mempengaruhi ketenangan dan ketentraman jiwa seseorang.

21
Wawancara dengan Lili di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015
22
Wawancara pribadi dengan Fera di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07
Agustus 2015
65

Dari zaman Rasulullah sampai sekarang metode terapi ruqyah banyak berhasil

setiap digunakan dalam mengobati penyakit, terlebih akibat gangguan jin.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis selama 4 bulan di

Rumah Ruqyah Indonesia yang meneliti tentang dampak terapi ruqyah syar’iyyah

dalam pemulihan kesehatan mental pasien, penulis menyimpulkan:

1. Dalam proses pelaksanaan terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah

Ruqyah Indonesia merupakan terapi ruqyah syar’iyyah. Karena

pelaksanaannya sesuai dengan syari’at Islam, yaitu:

a. Menggunakan ayat-ayat al-Quran atau hadis dengan tidak

mengubah susunan kalimatnya.

b. Menggunakan bahasa Arab yang fasih, dibaca dengan jelas,

sehingga tidak mengubah makna aslinya.

c. Meyakini bahwa bacaan ayat-ayat al-Quran dan hadis tersebut

hanyalah merupakan sarana atau wasilah untuk penyembuhan,

sedangkan yang menyembuhkan pada hakikatnya adalah Allah

SWT.

2. Dampak yang terjadi setelah pasien melakukan terapi ruqyah

syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia berdasarkan hasil observasi

dan wawancara adalah berdampak positif. Karena berdasarkan hasil

observasi dan wawancara, pasien yang sebelumnya merasakan gelisah,

cemas, emosional, tidak mampu menyelesaikan masalahnya, terlalu

65
66

banyak beban pikiran sehingga mengakibatkan kaku pada bagian

tubuhnya berangsur sembuh.

3. Terapi ruqyah dengan kesehatan mental sangatlah erat hubungannya,

karena sesuai dengan penjelasan diatas bahwa tekanan psikis yang

sangat kuat dan menyebabkan gangguan-gangguan psikis yang

dipengaruhi oleh ruhaniyah seseorang yang tidak seimbang.

Melakukan terapi ruqyah secara teratur merupakan salah satu

manifestasi dari menjalani kehidupan secara religius dan banyak

mengandung aspek psikologis di dalamnya. Bahkan tidak hanya

sebagai amal ibadah, terapi ruqyah juga menjadi obat dan penawar

bagi seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental.

B. Saran

Adapun saran untuk Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur,

yaitu:

1. Terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur

memang sudah cukup baik, tapi semoga bisa menjadi lebih baik lagi.

2. Sosialisasi tentang ruqyah terhadap kesehatan mental lebih

ditingkatkan lagi, agar tidak terjadi kesalahan persepsi masyarakat

tentang ruqyah yang selama ini diketahui sebagai pengobatan terhadap

gangguan jin/sihir saja.


DAFTAR PUSTAKA

A, Shahilun H. Drs, dan Nasir M.Pd. (2003). Problematika Kehidupan dan


Pemecahannya (Suatu Pendekatan Psyco-Religious), Jakarta: Kalam Mulia
Ad-Dzaky, Bakran, Hamdani, M. (2002) Konseling dan Psikoterapi Islam,
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru
Adz-Dzaky, Hamdani M. (2004) Konseling, dan Psikoterapi Islam,
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Akhmad, Perdana. Ruqyah Syar’iyyah Vs Ruqyah Gadungan (Syirkiyyah),
Quranic Media Pustaka
Al-Albani, Nashiruddin, Muhammad. (2005). Ringkasan Shahih Muslim,
Jakarta: Gema Insani
Al-Jauziyyah, Qoyyim, Ibnu. (2005), Terapi Penyakit Rohani, Solo:
Arafah
Ardani, Tristiadi Ardi. (2008) Psikiatri Islam, Yogyakarta: UIN-Malang
Press
Arikunto, Suharsimi. (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ariyanto, Darojat, M. (2007) Terapi Ruqyah Terhadap Penyakit Fisik,
Yogyakarta: SUHUF
As-Shayim, Muhammad. (2002) Kisah-kisah Nyata Raja Jin, Penerjemah
Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Asy-Syahawi, Muhammad, Majdi. (2003) Menjelajah Alam Jin Dan Cara
Mengatasi Gangguannya Berdasarkan Syari’at Islam, Bandung: Pustaka Setia
Azhim, Abdul, Said. (2006) Bebas Penyakit Dengan Ruqyah, Depok:
Qultum Media
Aziz Ahyudi, Abdul. (1991) Psikologi Agama. Bandung: Sinar Bintang,
cet. ke-1.
Az-Zaghul, Abdurrahim, Imad. (2004) Psikologi Militer, Jakarta: Khalifa
Az-Zahrani, Said bin Musfir. (2005) Konseling Terapi, Jakarta: Gema
Insani
Baihaqi, MIF. (2005) Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan,
Bandung: PT. Refika Aditama
Bakar, Abu, Bahrun. (2002). Kisah Izzah Nyata Raja Jin, Bandung: Sinar
Baru Algesindo
Basri, Hasan. (2005). Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah. Jakarta: Ghoib
Pustaka
Burhanudin, Yusak. (1999). Kesehatan Mental, Bandung: CV. Pustaka
Setia
Cahyono, B. Suharjo, J.B, (2011) Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri
yang Tak Terbatas, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Daradjat, Zakiah. (1975) Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental,
Jakarta: Bulan Bintang
_____________. (1990) Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung
_____________. (1994) Peranan Agama dan Kesehatan Mental, Jakarta:
CV. Masagung
_____________. (1996) Doa Menunjang Semangat Hidup, Jakarta:
Ruhama

67
68

_____________. (2002) Psikoterapi Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang


Daymon, Christine dan Immy Holloway. (2008). Riset Kualitatif dalam
Public Relations & Marketing Communications, Jakarta: PT. Bentang Pustaka
Denim, Suwardan. (2000) Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan
Metodologi Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan
Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Depdikbud. (1998) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus Jilid 6, Jakarta: PT. Ichtiyar Baru Van
Hoevoe
Gladstone, William. (1994) Apakah Mental Anda Sehat, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Gunawan, Imam. (2013) Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik,
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hakim, Lukman. (2012) Terapi Qurani Untuk Kesembuhan dan Rizki
Yang Tak Terduga, Jakarta: Link Consulting
Hawari, Dadang. (1999) al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Mental, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa
Hawawi, Hadari. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Jaelani, A.F. (1993) Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, Jakarta: CV.
Gunung Agung
Jalaluddin. (1998) Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia
_________. (2003) Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada
_________. (2000). Psikologi Agama (Edisi Revisi), Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Jawas, Qadir, Abdul bin Yazid. (2006) Syarah ‘Aqidah Ahlussunnah Wal
Jamaah, Bogor: Pustaka Imam Syafi’i
Kafie, Jamaludin. (1993) Psikologi Dakwah, Surabaya: Surabaya Indah
Kartono, Kartini dan Jenny Andrani. (1989) Hygiene Mental dan
Kesehatan dalam Islam, Bandung: Mandar Maju
Langgulung, Hasan. (1992) Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta:
Pustaka Al-Husna
Mahmud, Dimyati, M. (1990) Psikologi: Suatu Pengantar, Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta
Maskawaih, Ibn. Terjemahan Helmi Hidayat (1994) Menuju
Kesempurnaan Akhlak, Bandung: Mizan
Moleong, J. Lexy. (2001) Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Muhammad, Abdullah, Abu. (1940), Al Jami’ Li Ahkam Al Quran, Kairo
Najati, Utsman, M. (1997) Alquran dan Ilmu Jiwa, Bandung: Pustaka
Nazir, Muhammad. (1986). Metode Penelitian, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Notosoedirjo, Mulyono dan Latipun. (2002). Kesehatan Mental (Konsep
dan Penerapan), Universitas Muhammadiyah Malang
Poerwadarminta, W.J.S. (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka
69

Poerwandari, Kristi, E. (1998) Fakultas Psikologi UI Pendekatan Kualitatif


dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2007) Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Qardhawi, Yusuf, Dr., (2000). Merasakan Kehadiran Tuhan, Terjemahan
Jaziratul Islamiyah, Yogyakarta: Mitra Pustaka
__________________. Dahsyatnya Doa dan Dzikir, Jakarta: Qultum
Media
Quusiy, Aziz, Abdul, Dr. Prof., (1974). Pokok-pokok Kesehatan Jiwa atau
Mental, Jakarta: PT. Bulan Bintang
Rohim, Kholilul. (2008) Terapi Juz Amma: Ragam Manfaat Surah-Surah
Pendek Juz Ke-30 Untuk Kesehatan Dan Keselamatan Hidup Dunia Akhirat,
Jakarta: PT. Mizan Publika
Ruslan, Rosady. (2008) Metode Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Semiawan, R. Conny, Dr. Prof., Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana
Semiun, Yustinus. (2010). Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Simatupang, R.O. (1959) Dokumen, Soeroengan
Solihin, M. (2004) Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan
Perspektif Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia
Subiyantoro, Arif dan FX. Suwarto. (2007) Metode dan Teknik Penelitian
Sosial, Yogyakarta: Andi Offset
Sudarto. (1997) Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafinndo
Persada
Syam, Hanis. (2006) Ruqyah dan Doa: Terapi Gangguan Jin dan Sihir
Sesuai Syari’at Islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka
Syami, Ahmad, Sholih. (1991), Al-Mawahibud Diniyah bil Minahil
Muhammadiyah, T.tp: Al-Maktabu Islamiyah
Taufiq, Izzudin, M. (2006) Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam,
Jakarta: Gema Insani Press
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2001) Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia. (1989) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
_________________, Depdikbud. (1994) Jakarta: Balai Pustaka
Yunus, Mahmud. (1973) Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan
Penafsiran al-Quran
PEDOMAN WAWANCARA

Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?

2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?

3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?

4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?

5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?

6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?

7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?

8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?

9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?

10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?

11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?


PEDOMAN WAWANCARA

Terapis Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

1. Sejak kapan Ustadz menjadi terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia?

2. Bagaimana proses terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah ini?

3. Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan?

4. Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja?

5. Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang

mengalami gangguan psikis?

6. Bagaimana pandangan ustadz tentang terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental

pasien?

7. Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap mental pasien?

8. Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani

terapi ruqyah?
HASIL WAWANCARA
Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

Nama : Astrid

Usia : 35 tahun

1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?


Jawab : Sering, 5 kali lebih.
2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Yaa.. punya pengalaman sih sebelumnya memang yaa wallahu a’lam
sebelumnya saya pernah punya penyakit yang menurut saya mungkin ga wajar, trus
begitu saya ruqyah yaudah sembuh.
3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?
Jawab : Ruqyah ya semacam pengobatan non medis.
4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Ya.. pada saat sebelum ruqyah itu ngalamin hal yang menurut saya di luar
logika Mba, seperti bawaannya emosi trus kaya putus asa trus juga kayak ngerasa
cemas, ketakutan, trus juga negatifnya berlebihan bawaannya emosional lah, pokoknya
males sholat gitu, trus juga ya pikirannya kacau yang ga konsen ga fokus setelah di
ruqyah sembuh total.
5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?
Jawab : Iya.. bawaannya ketakutan aja gitu.
6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?
Jawab : Iya, sekarang Alhamdulillah ngga begitu ngerasa cemas lagi.
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?
Jawab : Waktu itu saya lebih ngurung diri aja, ga tau harus ngapain.
8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?
Jawab : Iya, setelah diruqyah saya jadi lebih tau apa yang harus saya perbuat.
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Pokoknya sebelum diruqyah, bawaannya males aja mau sholat.
10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Iya.. jadi lebih ada kemauan untuk sholat dari yang sebelumnya saya males
aja bawaannya buat sholat.
11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
Jawab : Jadi enakan aja Mba.
HASIL WAWANCARA

Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

Nama : Fera

Usia : 26 tahun

1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?


Jawab : Sudah tiga kali.
2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Saya sih kepengen sehat sama terbebas dari gangguan-gangguan.
3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?
Jawab : Ruqyah itu kayak pengobatan setau saya sih.
4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Sebelum ruqyah saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Setelah
diruqyah sih jadi mendingan deh.
5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?
Jawab : Iya, Gelisah gak tenang gitu.
6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?
Jawab : Iya, jadi agak tenangan deh.
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?
Jawab : Boro-boro saya bisa nyelesein masalah. Saya diem aja dikamar.
8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?
Jawab : Ya.. Alhamdulillah, saya jadi paham cara nyelesein masalah yang baik.
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Yaa.. kadang ngelaksanain kadang juga ngga. Bolong-bolong gitu.
10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Alhamdulillah, lumayan deh udah ngga bolong-bolong lagi.
11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
Jawab : Efeknya baik banget, Alhamdulillah saya bisa jadi pribadi yang lebih baik
lagi.
HASIL WAWANCARA
Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

Nama : Lili

Usia : 27 tahun

1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?


Jawab : Sudah dua kali Mba.
2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Saya sih pengen sembuh mba, awalnya saya kepikiran skripsi saya, saya
juga abis resign dari tempat kerja saya, abis itu saya juga kepikiran kaka saya mau
operasi. Setelah itu tiba-tiba badan saya kaku. Ga bisa digerakin. Pas saya coba baca
doa sama wudhu agak mendinganan tuh.
3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?
Jawab : Yang saya tau ruqyah itu semacem pengobatan Mba.
4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Sebelum diruqyah perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah diruqyah jadi
enteng aja trus juga kata orang tua saya, saya hampir 100 persen berubah dari sifat-sifat
buruk saya yang dulu.
5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?
Jawab : Iya, takut sama gelisah.
6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?
Jawab : Iya, Alhamdulillah Mba mendingan deh Mba.
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?
Jawab : Dulu saya ga tau harus ngapain Mba.
8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?
Jawab : Alhamdulillah Mba, sekarang saya kalo ada masalah lebih berikhtiar aja
sama Allah.
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Engga, jujur aja dulu saya jarang banget sholat mba. Terakhir sholat pas
ada masalah aja. Hehe..
10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Ya, jadi kepengen sholat. Dulu mah boro-boro. Hehe..
11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
Jawab : Badan saya berasa entengan deh. Ga kayak dulu rasanya berat aja
bawaannya.
HASIL WAWANCARA
Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

Nama : Dwi

Usia : 27 tahun

1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?


Jawab : sudah empat kali.
2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?
Jawab : ruqyah ini bisa mengatasi gangguan ghoib, metode penyembuhan penyakit
yang buka medis, soalnya saya pernah di cek medis ga ada hasilnya. Tapi saya sakitnya
kerasa gitu.
3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?
Jawab : metode pengobatan.
4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?
Jawab : kalo sebelum diruqyah saya masih merasa sakit, tapi abis diruqyah
mendingan. Yang tadinya saya punya kebiasaan buruk jadi ga ada lagi. Kebiasaan
buruknya kayak ngeroko, saya ngeroko kuat sekali. Tapi setelah diruqyah saya ga
kepengen ngeroko lagi. Pernapasan yang tadinya berat banget jadi enteng sehabis
diruqyah.
5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?
Jawab : cemas iya, minder, ga percaya diri, kalo ada sesuatu tegang.
6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?
Jawab : Iya, saya merasa normal
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?
Jawab : emosi, saya acuhkan kalo masalahnya semakin berat saya emosinya
berlebihan
8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?
Jawab : iya, kan tadinya emosi, jadi biasa aja.
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : kalo ibadah gitu ga ada keinginan, ogah-ogahan.
10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : kalo abis diruqyah ya ada keinginan
11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
Jawab : kalo bicara sama orang ya luluh, tadinya kan tegang, gelisah. Bicara kayak
gini dulu mata melotot, alis naik ke atas, mau pergi aja gitu. Abis diruqyah banyak efek
positif yang ada di diri saya.
HASIL WAWANCARA
Terapis Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

Nama : Achmad Junaedi, Lc.


Usia : 43 tahun
Jabatan : Pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia

1. Sejak kapan Ustadz menjadi terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia?


Jawab : Saya pendirinya dari tahun 2002.
2. Bagaimana proses terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah ini?
Jawab : Prosesnya pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran dulu,
administrasi dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan singkat tentang ruqyah bagi
yang belum tau, disarankan untuk berwudhu bagi yang tidak berhalangan setelah itu
masuk ke ruangan ruqyah, Ustadz menanyakan keluhannya apa, diawali dengan
membaca istighfar bertobat kepada Allah dengan harapan agar doa diijabah oleh Allah.
Kemudian baca surat al-Fatihah trus sampe nanti surat an-Nas seperti yang ada pada
buku ruqyah itu. Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya
kayak kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi dialog kemudian kita
arahkan jinnya kita ajak dialog kita ajak bertaubat.
3. Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan?
Jawab : Yaa.. kurang lebih 30 menit sampe 1 jam.
4. Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja?
Jawab : Terapi ruqyah ini tidak hanya terbatas untuk gangguan jin saja, akan tetapi
ruqyah ini juga mencakup terapi fisik dan psikis.
5. Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang
mengalami gangguan psikis?
Jawab : Ada ayat-ayat tambahan yang beda untuk yang terkena gangguan jin, jadi
biasanya standar al-Fatihah ayat kursi kemudian ada misalnya ini kok tentang sihir, kita
baca ayat-ayat-ayat tentang sihir. Kalo masalah psikis biasanya ayat tentang kehidupan.
6. Bagaimana pandangan ustadz tentang terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental
pasien?
Jawab : Sangat-sangat bagus sekali, itu harus digalakkan karena membangun mental
ini ya harus dibarengi dengan kekuatan tauhid kita kepada Allah SWT. Kalo spiritualnya
kuat insyaallah mentalnya tahan banting.karna ruqyah sendiri itu ketergantungan kita
kepada Allah.
7. Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap kesehatan mental pasien?
Jawab : Ruqyah itu kan membacakan ayat-ayat atau doa-doa yang terdapat di dalam
al-Quran dan as-Sunnah. Ayat dan doa tersebut sangat berpengaruh terhadap
penyembuhan gangguan psikis dan sudah dapat diterima keefektifannya terhadap mental
seseorang.
8. Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani
terapi ruqyah?
Jawab : 85 persen perubahan positif. Pertama 50 persen itu reaksi, si pasien sadar
bahwa dirinya terkena gangguan jin.
HASIL WAWANCARA
Terapis Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan

Nama : Abu Azzam


Usia : 35 tahun
Jabatan : Terapis/Muallij

1. Sejak kapan Ustadz menjadi terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia?


Jawab : Kalau saya disini sekitar 2012, jadi kurang lebih 3 tahun.
2. Bagaimana proses terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah ini?
Jawab : Kalau saya pribadi, jadi untuk ruqyah itu saya ajak pasien untuk meluruskan
tujuannya dulu, jadi ruqyah itu bukan hanya sekedar ‘image’ sekarang tentang ruqyah
kan mengeluarkan jin dalam tubuh manusia, menyembuhkan orang dari santet atau
sebagainya. Disunnahkan untuk berwudhu.
3. Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan?
Jawab : Tergantung keluhannya ya, kalo seandainya normal tidak ada keluhannya
tidak terlalu banyak reaksi yang berarti sekitar 45 menit, kadang 30 menit sudah selesai.
Tapi kalau ada reaksi kadang bisa sampai 2 jam.
4. Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja?
Jawab : Tidak, ruqyah ini juga bisa untuk mengobati penyakit fisik maupun psikis.
5. Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang
mengalami gangguan psikis?
Jawab : Secara umum sama, hanya saja kita harus memilah memilih ayat-ayat al-
Quran itu seperti ayat ancaman itu seperti apa jangan sampai jin yang harus kita ancam
kita bacakan ayat surga misalkan, kan kurang cocok ya..
6. Bagaimana pandangan Ustadz tentang terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental
pasien?
Jawab : Baik sekali, ada pasien kita yang mengalami keterbelakangan mental, stress.
Setelah dibacakan al-Quran itu respon positif itu selalu terjadi dan selalu ada.
7. Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap mental pasien?
Jawab : Pengaruhnya pasti ada, ketika dibacakan ayat ruqyah respon positif dalam
tubuh kita pasti ada, makanya ayat suci al-Quran kalo kita mau mendalami merupakan
metode pengobatan yang sangat luar biasa.
8. Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani
terapi ruqyah?
Jawab : Sekitar 70 persen lah, karna tubuh manusia itu sebagian besar terdiri atas
air. Ketika air tersebut diberikan doa-doa, maka hal tersebut dapat mengubah struktur
molekul-molekul yang terdapat didalamnya. Perubahan struktur tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang, baik fisik maupun mentalnya.
Nama : Astrid

Usia : 35 tahun

NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR TEORI REFLEXI


BUTIR KATA KUNCI
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah  Sering  Pada butir ke-2, astrid Menurut Saad Muhammad Berdasarkan hasil
disini?  Lebih dari 5 mengemukakan alasan Shadiq, ruqyah secara wawancara kepada Astrid,
Jawab: sering, 5 kali lebih. kali ia ingin melakukan terminologi dalam alasan Astrid melakukan
terapi ruqyah karena “Shira’bainal haq wal terapi ruqyah karena ia
2. Mengapa Anda ingin melakukan  Punya sebelumnya ia punya bathil” sebagaimana yang merasakan hal yang
terapi ruqyah? penyakit penyakit yang dikutip oleh Kholilul menurutnya tidak wajar
Jawab: Yaa.. punya pengalaman yang ga menurutnya tidak Rohim bahwa “Ruqyah dan diluar logika. Astrid
sih sebelumnya memang yaa wajar wajar, kemudian pada hakekatnya adalah juga merasakan emosinya
wallahu a’lam sebelumnya saya  Setelah setelah diruqyah berdoa dan tawassul untuk tidak stabil, cemas,
pernah punya penyakit yang ruqyah penyakit tersebut memohon kepada Allah ketakutan, selalu berpikiran
menurut saya mungkin ga wajar, sembuh sembuh. Hal ini kesembuhan bagi orang negatif, dan merasa putus
trus begitu saya ruqyah yaudah berkaitan pada butir yang sakit dan hilangnya asa terhadap masalah yang
sembuh. ke-3, yaitu pengertian gangguan dari badannya.” ia hadapi. Sebelum
astrid tentang ruqyah Menurut Prof. Dr. dr. melakukan terapi ruqyah
3. Apa yang anda ketahui tentang  Pengobatan adalah semacam Dadang Hawari, psikiater, pun dia lebih mengurung
ruqyah? non medis pengobatan. bahwa kriteria jiwa atau diri dikamar dan tidak tau
Jawab: Ruqyah ya semacam  Sebelum melakukan mental yang sehat yaitu harus berbuat apa terhadap
pengobatan non medis. terapi ruqyah, Astrid secara relatif bebas dari masalah yang ia hadapi.
merasakan hal-hal yang rasa tegang dan cemas, Astrid pun malas untuk
4. Apa yang anda rasakan sebelum  Mengalami diluar logika dapat menyesuaikan diri melakukan ibadah sholat.
dan sesudah melakukan terapi hal diluar menurutnya kemudian secara konstruktif pada Setelah ia melakukan terapi

Page 1
ruqyah? logika ia juga merasakan kenyataan meskipun ruqyah, ia merasa sembuh
Jawab: Ya.. pada saat sebelum  Bawaannya emosi, putus asa, kenyataan itu buruk total dari penyakit yang
ruqyah itu ngalamin hal yang emosi, putus cemas, ketakutan, baginya. Menurut Maslow menurutnya tidak wajar.
menurut saya di luar logika Mba, asa, cemas, selalu berpikiran dan Mittlemenn dalam Rasa cemas, putus asa,
seperti bawaannya emosi trus ketakutan, negatif serta emosional karangannya yang berjudul ketakutan, dan emosinya
kaya putus asa trus juga kayak berpikiran sebagaimana yang ia Principles of Abnormal yang labil pun sudah tidak
ngerasa cemas, ketakutan, trus negatif, kemukakan pada butir psychology berkenaan ia rasakan setelah
juga negatifnya berlebihan emosional ke-4 dan ke-5, dalam dengan mental yang sehat melakukan terapi ruqyah.
bawaannya emosional lah,  Males sholat, butir ke-6 Astrid yaitu sanggup menerima Astrid merasa lebih baik
pokoknya males sholat gitu, trus pikiran mengalami perubahan segala cobaan-cobaan lagi dari sebelumnya
juga ya pikirannya kacau yang kacau setelah melakukan hidup serta nasib buruk setelah sering melakukan
ga konsen ga fokus setelah di  Setelah terapi ruqyah yaitu ia lainnya dengan besar hati. terapi ruqyah.
ruqyah sembuh total. diruqyah sudah tidak merasakan
sembuh total cemas lagi seperti
5. Sebelum diruqyah, apakah Anda  Iya, sebelumnya yang ia
sering merasa tegang/cemas dan bawaannya rasakan.
gelisah? ketakutan  Pada butir ke-7, Astrid
Jawab: Iya.. bawaannya tidak mampu
ketakutan aja gitu. menyelesaikan masalah
yang sedang menimpa,
6. Setelah diruqyah, apa anda  Iya, ia mengemukakan
terbebas dari rasa tegang/cemas alhamdulilla bahwa dia tidak tahu
dan gelisah? h ngga harus berbuat apa dan
Jawab: Iya, sekarang cemas lagi hanya mengurung diri.
Alhamdulillah ngga begitu pada butir ke-8, Astrid
ngerasa cemas lagi. jadi tahu harus berbuat
apa terhadap masalah
7. Sebelum diruqyah, bagaimana  Mengurung yang ia hadapi setelah

Page 2
Anda menyelesaikan masalah diri ia melakukan terapi
yang menimpa Anda?  Ga tau harus ruqyah berbeda dengan
Jawab: Waktu itu saya lebih berbuat apa sebelumnya.
ngurung diri aja, ga tau harus  Astrid mengemukakan
ngapain. bahwa ia merasakan
malas untuk
8. Setelah diruqyah, apakah Anda  Lebih tau menjalankan ibadah
mampu menyelesaikan masalah apa yang terutama sholat
dengan baik? harus sebelum ia melakukan
Jawab: Iya, setelah diruqyah diperbuat terapi ruqyah pada
saya jadi lebih tau apa yang butir ke-9, namun
harus saya perbuat. setelah melakukan
terapi ruqyah, Astrid
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda  Males sholat jadi memiliki kemauan
menjalankan ibadah dengan untuk melakukan
baik? sholat seperti yang ia
Jawab: Pokoknya sebelum kemukakan pada butir
diruqyah, bawaannya males aja ke-10.
mau sholat.  Efek ruqyah yang
dirasakan Astrid
10. Setelah diruqyah, apakah Anda  Ada menunjukkan efek
bisa menjalankan ibadah dengan kemauan yang positif
baik? untuk sholat berdasarkan pada butir
Jawab: Iya.. jadi lebih ada ke-11, ia mengatakan
kemauan untuk sholat dari yang bahwa efek yang ia
sebelumnya saya males aja rasakan setelah
bawaannya buat sholat. diruqyah jadi enakan

Page 3
11. Apa efek yang Anda rasakan  Jadi enakan yang berkaitan dengan
setelah diruqyah? butir ke-4 bahwa
Jawab: Jadi enakan aja Mba. setelah diruqyah ia
merasa sembuh total.

Page 4
Nama : Fera

Usia : 26 tahun

NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR TEORI REFLEXI


BUTIR KATA KUNCI
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah  Tiga kali  Pada butir ke-2, Fera Menurut Zakiah Daradjat, Berdasarkan hasil
disini? mengemukakan bahwa pembinaan mental wawancara dengan Fera,
Jawab: Sudah tiga kali. alasan ia ingin memiliki beberapa tujuan alasan Fera untuk
melakukan terapi antara lain sebagai berikut: melakuka terapi ruqyah
2. Mengapa Anda ingin melakukan  Kepengen sehat ruqyah karena ia ingin  Menumbuhkan mental karena ia ingin sehat
terapi ruqyah?  Terbebas dari sehat dan terbebas dari yang sehat, yaitu yang kembali dan terbebas dari
Jawab: Saya sih kepengen sehat gangguan gangguan. Hal ini iman dan taqwa kepada gangguan-gangguan yang
sama terbebas dari gangguan- berkaitan dengan butir Allah SWT serta yang ia rasakan. Selain itu juga
gangguan. ke-3 bahwa Fera tidak merasa terganggu Fera merasakan murung,
mengetahui ruqyah ketentraman hatinya. ingin selalu
3. Apa yang anda ketahui tentang  Pengobatan adalah suatu  Terwujudnya pribadi menyendiri,mengurung diri
ruqyah? pengobatan. yang memiliki dikamar, gelisah dan jarang
Jawab: Ruqyah itu kayak  Pada butir ke-4, kepribadian beragama melakukan ibadah. Setelah
pengobatan setau saya sih. sebelum Fera yang baik sehingga menjalani terapi ruqyah,
melakukan terapi akan dapat dia merasa jadi lebih baik
4. Apa yang anda rasakan sebelum  Ngerasa ruqyah ia merasa mengendalikan dari sebelumnya. Dulu dia
dan sesudah melakukan terapi murung murung, ingin kelakuan, tindakan, dan tidak mampu
ruqyah?  Menyendiri menyendiri. Namun sikap dalam hidup menyelesaikan masalahnya
Jawab: Sebelum ruqyah saya  Jadi mendingan setelah diruqyah ia  Menanamkan dengan baik. Namun
ngerasa murung, pengen merasa menjadi lebih ketentuan-ketentuan setelah diruqyah, dia
menyendiri aja. Setelah diruqyah baik. Hal ini berkaitan moral yang berlaku menjadi tahu dan mampu
sih jadi mendingan deh. dengan butir ke-2 untuk menyelesaikan

Page 5
sebagaimana dalam linngkungan masalah yang menimpanya
pernyataan Fera seseorang hidup. dengan baik. Menurut
bahwa ia ingin  Membangun mental Maslow dan Mittleman,
sembuh. yang datap salah satu dari mental yang
 Pada butir ke-5, memanfaatkan ilmu sehat yaitu Dia sanggup
sebelum diruqyah Fera dan pengetahuan yang menerima segala cobaan
juga sering merasa dimiliki dengan cara hidup, kejutan-kejutan
5. Sebelum diruqyah, apakah anda  Iya, gelisah mental serta nasib
gelisah dan tidak yang membawa kepada
sering merasa tegang/cemas dan  Ga tenang tenang. Ketika ia kebahagiaan dan buruknya dengan besar
gelisah?
melakukan terapi ketentraman umat hati.
Jawab: Iya, Gelisah gak tenang
ruqyah ia merasa lebih manusia. Dalam hal ini, setelah Fera
gitu.
tenang sebagaimana Mental yang sehat menurut melakukakn terapi ruqyah,
halnya pada butir ke- Maslow dan Mittlemenn ia menjadi mampu untuk
6. Setelah diruqyah, apa anda  Iya, agak menyelesaikan masalahnya
6. dalam karangannya yang
terbebas dari rasa tegang/cemas tenangan
 Pada butir ke-7, Fera berjudul Principles of dengan baik. Efek ruqyah
dan gelisah?
merasa tidak mampu Abnormal Psychology yang dirasakan oleh Fera
Jawab: Iya, jadi agak tenangan
menyelesaikan adalah sebagai berikut: sangat baik. Ia merasa
deh.
masalah yang  Memiliki rasa yang menjadi pribadi yang lebih
menimpanya, yang ia aman (sense of baik lagi dari sebelumnya.
7. Sebelum diruqyah, bagaimana  Diem dikamar
lakukan hanya security) yang tepat,
Anda menyelesaikan masalah
berdiam diri di kamar. mampu berhubungan
yang menimpa Anda?
Setelah melakukan dengan orang lain
Jawab: Boro-boro saya bisa
terapi ruqyah, Fera dalam bidang kerja,
nyelesein masalah. Saya diem
menjadi mengerti pergaulan, dan dalam
aja dikamar.
bagaimana cara lingkungan kerja.

Page 6
8. Setelah diruqyah, apakah Anda  Alhamdulillah, menyelesaikan  Memiliki penilaian
mampu menyelesaikan masalah paham masalah yang baik, hal (self evaluation) dan
dengan baik?  Menyelesaikan itu berkaitan dengan wawasan diri yang
Jawab: Ya.. Alhamdulillah, saya masalah yang butir ke-8. rasional dengan harga
jadi paham cara nyelesein baik  Fera juga merasakan diri tidak berlebihan,
masalah yang baik. malas dalam memiliki kesehatan
menjalankan ibadah, moral, tidak dihinggapi
9. Sebelum diruqyah, apakah anda  Kadang ia hanya rasa bersalah. Selain itu
menjalankan ibadah dengan ngelaksanain melakukannya jarang- juga dapat menilai
baik?  Bolong-bolong jarang seperti yang ia perilaku yang asosial
Jawab: Yaa.. kadang kemukakan pada butir dan tidak manusiawi
ngelaksanain kadang juga ngga. ke-9 yang berkaitan sebagai gejala perilaku
Bolong-bolong gitu. juga dengan poin ke- yang menyimpang.
10 setelah melakukan  Mempunyai kontak
10. Setelah diruqyah, apakah anda  Alhamdulillah, terapi ruqyah, ia mulai dengan realitas secara
bisa menjalankan ibadah dengan lumayan mau melaksanakan efisien, tanpa ada
baik?  Udah ngga ibadah dan tidak fantasi dan angan-
Jawab: Alhamdulillah, lumayan bolong-bolong bolong-bolong lagi angan berlebihan.
deh udah ngga bolong-bolong  Fera mengemukakan Pandangan hidupnya
lagi. pada butir ke-10 realitas dan cukup luas.
bahwa efek yang ia Dia sanggup menerima
11. Apa efek yang anda rasakan  Efeknya baik rasa setelah segala cobaan hidup,
setelah diruqyah?  Jadi pribadi melakukan terapi kejutan-kejutan mental
Jawab: Ruqyah efeknya baik lebih baik lagi ruqyah sangat baik, ia serta nasib buruknya
banget, Alhamdulillah saya bisa merasa menjadi dengan besar hati.
jadi pribadi yang lebih baik lagi. pribadi yang lebih  Memiliki tujuan hidup
baik lagi. Hal ini yang tepat, wajar, dan
berkaitan dengan butir realitas sehinggga bisa

Page 7
ke-3, sebagaimana dicapai dengan
yang ia kemukakan kemampuan sendiri
bahwa ruqyah adalah serta memiliki keuletan
pengobatan. dalam mengejar tujuan
hidupnya agar
bermanfaat bagi diri
sendiri maupun bagi
masyarakat pada
umumnya.

Page 8
Nama : Lili

Usia : 27 tahun

NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR TEORI REFLEXI


BUTIR KATA KUNCI
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah  Dua kali  Pada butir ke-2 alasan Hysteria merupakan suatu Berdasarkan hasil
disini? Lili ingin melakukan kompleks neurosa wawancara dengan Lili,
Jawab: Sudah dua kali Mba. terapi ruqyah yaitu mengambil bentuk yang dapat terlihat sebelum
karena ia ingin sembuh bervariasi. Biasanya melakukan terapi ruqyah
2. Mengapa Anda ingin melakukan  Pengen dari penyakit yang ia gangguannya ditandai oleh mengalami gejala
terapi ruqyah? sembuh rasakan. Pernyataan ini ketidakstabilan emosional, gangguan mental. Lili
Jawab: Saya sih kepengen berkaitan pada butir represi, dissosiasi dan merasakan
sembuh. Awal saya kepengen ke-5, dimana pada sugestibilitas. Hysteria tegang/cemas/gelisah
diruqyah gara-gara kepikiran butir ke-5, Lili juga terjadi akibat sampai pada puncaknya ia
skripsi saya, saya juga resign mengemukakan bahwa ketidakmampuan seseorang merasakan kaku pada
dari tempat kerja saya, kepikiran sebelum diruqyah ia menghadapi kesukaran- seluruh badan. Hal itu
abis itu saya juga kepikiran sering merasakan kesukaran, tekanan terjadi karena Lili terlalu
kakak saya yang mau di operasi. tegang/cemas/gelisah perasaan, kegelisahan, berlarut dengan beban
Setelah itu tiba-tiba badan saya sampai dia merasakan kecemasan dan masalah yang ia hadapi,
kaku, ga bisa digerakkin. Pas kaku pada seluruh pertentangan batin. Salah sehingga ia merasakan
saya coba baca doa sama wudhu badannya. satu gejala-gejala hysteria kaku pada seluruh
agak mendinganan tuh.  Pada butir ke-3, Lili yang berhubungan dengan badannya. Lili juga jarang
mengetahui bahwa fisik yaitu kejang hysteria. melakukan ibadah sholat,
3. Apa yang anda ketahui tentang  Pengobatan ruqyah adalah sebagai Kejang hysteria adalah terakhir ia melakukan
ruqyah? pengobatan. dimana badan seluruhnya ibadah sholat ketika ia
Jawab: Yang saya tau ruqyah itu Pernyataan Lili ini menjadi kaku tidak sadar tertimpa masalah.
semacem pengobatan Mba. saling berkaitan akan diri, kadang sangat Namun, setelah melakukan
dengan butir ke-2, keras, disertai dengan terapi ruqyah, Lili

Page 9
4. Apa yang anda rasakan sebelum  Perasaan berat dimana Lili ingin teriakan-teriakan dan merasakan perubahan pada
dan sesudah melakukan terapi  Hampir 100 melakukan terapi keluhan, namun air mata dirinya. Ia sudah tidak
ruqyah? persen berubah ruqyah karena ingin tidak keluar. merasa
Jawab: Sebelum diruqyah dari sifat penyakit yang Ruqyah adalah pembacaan cemas/tegang/gelisah,
perasaan saya berat aja gitu. Tapi buruk dialaminya sembuh. beberapa kalimat untuk sudah mampu
setelah diruqyah jadi entengan  Pada butir ke-4, seseorang dengan harapan menyelesaikan masalah
aja trus juga kata orang tua saya, terlihat perubahan yang atas kesembuhan atau dengan baik dan lebih
saya hampir 100 persen berubah terjadi pada saat kesengsaraannya. Ruqyah berikhtiar kepada Allah
dari sifat-sifat buruk saya yang sebelum dan sesudah bisa berupa kumpulan ayat- terhadap masalah-masalah
dulu. melakukan terapi ayat al-Quran, dzikir atau yang menimpanya, dan ada
ruqyah. Hal ini doa para Nabi yang keinginan juga untuk
5. Sebelum diruqyah, apakah Anda  Iya, takut berkaitan dengan butir dibacakan oleh seseorang melakukan ibadah sholat,
sering merasa tegang/cemas dan sama gelisah ke-5, ke-7 dan ke-9, untuk dirinya sendiri berbeda dengan dulu
gelisah? Lili mengalami ataupun orang lain selain sebelum melakukan terapi
Jawab: Iya, takut sama gelisah. tegang/cemas dan dirinya. ruqyah.
gelisah, tidak mampu
6. Setelah diruqyah, apa Anda  Iya, menyelesaikan masalah
terbebas dari rasa tegang/cemas Alhamdulillah yang menimpa, dan
dan gelisah? mendingan tidak menjalankan
Jawab: Iya, Alhamdulillah Mba ibadah dengan baik
mendingan deh Mba. sebelum melakukan
terapi ruqyah. Setelah
7. Sebelum diruqyah, bagaimana  Ga tau melakukan terapi
Anda menyelesaikan masalah ruqyah, Lili mengalami
yang menimpa Anda? perubahan yang
Jawab: Dulu saya ga tau harus berkaitan dengan butir
ngapain Mba. ke-6, ke-8 dan ke-10.
 Efek yang dirasakan

Page 10
8. Setelah diruqyah, apakah Anda  Alhamdulillah setelah melakukan
mampu menyelesaikan masalah  Ikhtiar sama terapi ruqyah, menurut
dengan baik? Allah Lili sangat baik,
Jawab: Alhamdulillah Mba, sebagaimana yang
sekarang saya kalo ada masalah diungkapkan Lili pada
lebih berikhtiar aja sama Allah. butir ke-11. Ia
merasakan badannya
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda  Jarang sholat menjadi lebih enteng
menjalankan ibadah dengan dari sebelumnya.
baik?
Jawab: Engga, jujur aja dulu
saya jarang banget sholat mba.
Terakhir sholat pas ada masalah
aja. Hehe..

10. Setelah diruqyah, apakah Anda  Jadi kepengen


bisa menjalankan ibadah dengan sholat
baik?
Jawab: Ya, jadi kepengen
sholat. Dulu mah boro-boro.
Hehe..

11.
Apa efek yang Anda rasakan  Berasa
setelah diruqyah? entengan
Jawab: Badan saya berasa  Dulu rasanya
entengan deh. Ga kayak dulu berat
rasanya berat aja bawaannya.

Page 11
Nama : Dwi Ryan R

Usia : 27 tahun

NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR TEORI REFLEXI


BUTIR KATA KUNCI
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah  Empat kali  Pada butir ke-2 alasan Skizofrenia adalah Berdasarkan hasil
disini? Dwi ingin melakukan gangguan jiwa dengan wawancara dengan Dwi
Jawab: Sudah empat kali terapi ruqyah yaitu gejala utama berupa Ryan R, dapat terlihat
karena ia ingin sembuh waham (keyakinan salah sebelum melakukan terapi
2. Mengapa Anda ingin melakukan  Ruqyah dari penyakit non dan tidak dapat dikoreksi) ruqyah menderita penyakit
terapi ruqyah? mengatasi medis yang ia rasakan. dan halusinasi (seperti ganguan pernapasan dan
Jawab: ruqyah ini bisa gangguan Sebelumnya Dwi mendengar dan melihat mengalami gejala
mengatasi gangguan ghoib, ghoib pernah melakukan cek sesuatu yang sebenarnya gangguan mental.
metode penyembuhan penyakit  metode medis, namun tidak itu tidak ada). Gangguan pernapasan yang
yang bukan medis. Karna yang penyembuha ada hasilnya dan Dwi Berdasarkan pengertian dialami oleh Dwi
saya rasakan sakit bukan medis, n bukan masih merasakan sakit. skizofrenia tersebut dapat disebabkan karena ia
soalnya saya pernah di cek medis medis Pernyataan ini disimpulkan bahwa yang terlalu sering untuk
ga ada hasilnya. Tapi saya  di cek medis berkaitan pada butir dimaksud dengan merokok. Sedangkan gejala
sakitnya kerasa gitu. ga ada hasil ke-3, dimana pada skizofrenia adalah suatu gangguan mental yang
 tapi merasa butir ke-3, Dwi ppenyakit yang dialami oleh Dwi yaitu
sakit mengetahui bahwa mempengaruhi otak cemas, tidak percaya diri,
ruqyah adalah suatu sebagai bentuk dari psikosa tegang, emosi yang
metode pengobatan. fungsional, menyebabkan berlebihan. Bahkan
 Pada butir ke-4, timbulnya pikiran, sebelum Dwi melakukan
sebelum melakukan persepsi, emosi, gerakan, terapi ruqyah ia merasa
terapi ruqyah, Dwi perilaku yang aneh dan ada suatu dorongan dalam
3. Apa yang anda ketahui tentang  Pengobatan mempunyai kebiasaan terganggu serta disharmoni dirinya untuk membuat

Page 12
ruqyah? buruk yaitu merokok (keretakan kepribadian) masalah seperti ingin
Jawab: metode pengobatan yang sangat kuat, antar proses pikir, afek atau menyakiti orang lain secara
pernapasan yang emosi, kemauan dan fisik. Ia juga sering
sangat berat akibat psikomotor disertai distorsi merasakan seperti ada
4. Apa yang anda rasakan sebelum  Merasa sakit terlalu sering merokok. kenyataan, terutama karena bisikan-bisikan, namun
dan sesudah melakukan terapi  Punya Pernyataan Dwi ini waham dan halusinasi, setelah Dwi melakuakn
ruqyah? kebiasaan saling berkaitan asosiasi terbagi-bagi terapi ruqyah, Dwi
Jawab: kalo sebelum diruqyah buruk ngeroko dengan butir ke-2, sehingga timbul merasakan banyak efek
saya masih merasa sakit, tapi  Ga kepengen dimana Lili ingin inkoherensi. positif yang ada pada
abis diruqyah mendingan. yang ngeroko lagi melakukan terapi Ruqyah adalah pembacaan dirinya seperti kebiasaan
tadinya saya punya kebiasaan  Pernapasan ruqyah karena ingin beberapa kalimat untuk buruk yang perlahan
buruk jadi ga ada lagi. Kebiasaan berat penyakit yang seseorang dengan harapan berkurang, merasa normal
buruknya kayak ngeroko, saya  Jadi enteng dialaminya sembuh. atas kesembuhan atau kembali dari rasa cemas,
ngeroko kuat sekali. Tapi setelah  Pada butir ke-4, kesengsaraannya. Ruqyah tegang dan emosi berlebih,
diruqyah saya ga kepengen terlihat perubahan yang bisa berupa kumpulan ayat- ada keinginan untuk
ngeroko lagi. Pernapasan yang terjadi pada saat ayat al-Quran, dzikir atau melakukan ibadah, dapat
tadinya berat banget jadi enteng sesudah melakukan doa para Nabi yang melakukan komunikasi
sehabis diruqyah. terapi ruqyah. Dwi dibacakan oleh seseorang dengan baik berbeda
yang mempunyai untuk dirinya sendiri dengan sebelumnya yang
kebiasaan buruk dan ataupun orang lain selain tidak bisa berkomunikasi
pernapasan terasa dirinya. dengan baik, seperti mata
berat, menjadi lebih melotot, acuh tak acuh
5. Sebelum diruqyah, apakah Anda  Cemas
baik setelah diruqyah. dengan lawan bicara.
sering merasa tegang/cemas dan  Tegang
gelisah? Hal ini berkaitan
Jawab: cemas iya, minder, ga dengan butir ke-2, dan
percaya diri, kalo ada sesuatu ke-3, ruqyah sebagai
tegang metode penyembuhan.
 Sebelum diruqyah, Dwi

Page 13
6. Setelah diruqyah, apa Anda  Iya, merasa merasa cemas, minder
terbebas dari rasa tegang/cemas normal dan merasa tegang jika
dan gelisah? ia dihadapkan sesuatu
Jawab: Iya, saya merasa normal hal. Emosi yang
berlebihan jika masalah
semakin berat. Yang ia
7. Sebelum diruqyah, bagaimana  Emosi kemukakan pada butir
Anda menyelesaikan masalah  Mengacuhkan ke-5 dan ke-7. hal
yang menimpa Anda? tersebut berkaitan
Jawab: emosi, saya acuhkan dengan butir ke-6 dan
kalo masalahnya semakin berat ke-8, setelah
saya emosinya berlebihan melakukan terapi
ruqyah, Dwi merasa
normal kembali dan
8. Setelah diruqyah, apakah Anda  Iya yang sebelumnya
mampu menyelesaikan masalah  Jadi biasa aja merasa emosi yang
dengan baik? berlebihan menjadi
Jawab: iya, kan yang tadinya biasa kembali.
emosi jadi biasa aja  Efek positif dirasakan
oleh Dwi setelah
melakukan terapi
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda ruqyah, sebagaimana
menjalankan ibadah dengan  Ga ada yang diungkapkan Dwi
baik? keinginan pada butir ke-11. Ia
Jawab: kalo ibadah gitu ga ada  Ogah-ogahan mengemukakan bahwa
keinginan, ogah-ogahan. banyak efek positif
yang ada dalam dirinya
setelah melakukan

Page 14
terapi ruqyah. Hal ini
berkaitan dengan butir
ke-9 dan ke-10,
10. Setelah diruqyah, apakah Anda  Ada sebelum melakukan
bisa menjalankan ibadah dengan keinginan terapi ruqyah, Dwi
baik? merasa tidak ada
Jawab: kalo abis di ruqyah ya keinginan untuk
ada keinginan melakukan ibadah dan
setelah diruqyah ia
mempunyai keinginan
untuk melakukan
11. Apa efek yang Anda rasakan  Luluh ibadahh
setelah diruqyah?  Efek positif
Jawab: kalo bicara sama orang
ya luluh, tadinya kan tegang,
gelisah. Bicara kayak gini dulu
mata melotot, alis naik keatas,
mau pergi aja gitu. Abis
diruqyah banyak efek positif
yang ada di diri saya.

Page 15
Nama : Achmad Junaedi, Lc.

Usia : 43 tahun

Jabatan : Pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia

NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR TEORI REFLEXI


BUTIR KATA KUNCI
1. Sejak kapan Ustadz menjadi  Pendiri dari Ruqyah syar’iyyah
terapis ruqyah di Rumah Ruqyah tahun 2002 termasuk salah satu dari
Indonesia? terapi Islam. Sebagaimana
Jawab: Saya pendirinya dari yang dirumuskan oleh
tahun 2002. Hamdani Bakran, terapi
Islam ini mempunyai
2. Bagaimana proses terapi ruqyah?  Pasien beberapa fungsi, salah satu
Jawab: Prosesnya pertama melakukan diantaranya adalah fungsi
pasien datang kemudian pendaftaran penyembuhan dan
melakukan pendaftaran dulu,  Pasien perawatan. Terapi Islam
administrasi dan sebagainya. diberikan (dzikir, sholat, doa, dan
Kemudian ada penjelasan penjelasan membaca shalawat Nabi)
singkat tentang ruqyah bagi yang tentang akan membantu seseorang
belum tau, disarankan untuk ruqyah melakukan pengobatan
berwudhu bagi yang tidak  Pasien penyakit khususnya
berhalangan setelah itu masuk ke disarankan terhadap gangguan mental,
ruangan ruqyah, Ustadz berwudhu spiritual dan kejiwaan.
menanyakan keluhannya apa,  Menanyakan Menurut Saad Muhammad
diawali dengan membaca keluhan Shadiq ruqyah pada
istighfar bertobat kepada Allah pasien hakekatnya adalah berdoa
dengan harapan agar doa  Mengajak dan tawassul untuk

Page 16
diijabah oleh Allah. Kemudian bertobat memohon kepada Allah
baca surat al-Fatihah trus sampe kepada Allah kesembuhan bagi orang
nanti surat an-Nas seperti yang  Reaksi yang yang sakit dan hilangnya
ada pada buku ruqyah itu. terjadi pada gangguan dari badannya.
Biasanya ditengah-tengah bacaan proses
itu ada yang bereaksi, misalnya pelaksanaan
kayak kesemutan, muntah- ruqyah
muntah, teriak-teriak. Biasanya
terjadi dialog kemudian kita
arahkan jinnya kita ajak dialog
kita ajak bertaubat.

3. Berapa lama proses terapi  30 menit


ruqyah itu dilaksanakan? sampai 1 jam
Jawab: Yaa.. kurang lebih 30
menit sampe 1 jam.

4. Apakah terapi ruqyah ini hanya  Tidak terbatas


untuk mengobati pasien yang gangguan jin
terkena gangguan jin saja?  Mencakup
Jawab: Terapi ruqyah ini tidak terapi fisik
hanya terbatas untuk gangguan dan psikis
jin saja, akan tetapi ruqyah ini
juga mencakup terapi fisik dan
psikis.

Page 17
5. Apakah ada perbedaan meruqyah  Ada, ayat
pasien yang terkena gangguan jin tambahan
dengan pasien yang mengalami untuk yang
gangguan psikis? terkena
Jawab: Ada ayat-ayat tambahan gangguan jin
yang beda untuk yang terkena
gangguan jin, jadi biasanya
standar al-Fatihah ayat kursi
kemudian ada misalnya ini kok
tentang sihir, kita baca ayat-ayat-
ayat tentang sihir. Kalo masalah
psikis biasanya ayat tentang
kehidupan.

6. Bagaimana pandangan ustadz  Sangat bagus


tentang terapi ruqyah dalam  Ruqyah itu
pembinaan mental pasien? ketergantunga
Jawab: Sangat-sangat bagus n kita kepada
sekali, itu harus digalakkan Allah
karena membangun mental ini ya
harus dibarengi dengan kekuatan
tauhid kita kepada Allah SWT.
Kalo spiritualnya kuat insyaallah
mentalnya tahan banting. karna
ruqyah sendiri itu
ketergantungan kita kepada
Allah.

Page 18
7. Bagaimana pengaruh ruqyah  Ruqyah
terhadap mental pasien? membacakan
Jawab: Ruqyah itu kan ayat atau doa
membacakan ayat-ayat atau doa-  Sangat
doa yang terdapat di dalam al- berpengaruh
Quran dan as-Sunnah. Ayat dan  Efektif
doa tersebut sangat berpengaruh terhadap
terhadap penyembuhan mental
gangguan psikis dan sudah dapat seseorang
diterima keefektifannya terhadap
mental seseorang.

8. Menurut Ustadz bagaimana  85 persen


tingkat perubahan yang merupakan
ditunjukkan pasien setelah perubahan
menjalani terapi ruqyah? positif
Jawab: 85 persen perubahan  50 persen
positif. Pertama 50 persen itu reaksi sadar
reaksi, si pasien sadar bahwa terkena
dirinya terkena gangguan jin. gangguan jin

Page 19
Nama : Abu Azzam

Usia : 35 tahun

Jabatan : Terapis/Muallij

NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR TEORI REFLEXI


BUTIR KATA KUNCI
1. Sejak kapan Ustadz menjadi  Kurang lebih 3 Ruqyah syar’iyyah
terapis ruqyah di Rumah Ruqyah tahun termasuk salah satu dari
Indonesia? terapi Islam. Sebagaimana
Jawab: Kalau saya disini sekitar yang dirumuskan oleh
2012, jadi kurang lebih 3 tahun. Hamdani Bakran, terapi
Islam ini mempunyai
2. Bagaimana proses terapi ruqyah?  Meluruskan beberapa fungsi, salah satu
Jawab: Kalau saya pribadi, jadi tujuan diantaranya adalah fungsi
untuk ruqyah itu saya ajak  Disunnahkan penyembuhan dan
pasien untuk meluruskan berwudhu perawatan. Terapi Islam
tujuannya dulu, jadi ruqyah itu (dzikir, sholat, doa, dan
bukan hanya sekedar „image‟ membaca shalawat Nabi)
sekarang tentang ruqyah kan akan membantu seseorang
mengeluarkan jin dalam tubuh melakukan pengobatan
manusia, menyembuhkan orang penyakit khususnya
dari santet atau sebagainya. terhadap gangguan mental,
Disunnahkan untuk berwudhu. spiritual dan kejiwaan.
Menurut Saad Muhammad

Page 20
3. Berapa lama proses terapi  Tergantung Shadiq ruqyah pada
ruqyah itu dilaksanakan? keluhan hakekatnya adalah berdoa
Jawab: Tergantung keluhannya  Tidak terlalu dan tawassul untuk
ya, kalo seandainya normal tidak banyak reaksi memohon kepada Allah
ada keluhannya tidak terlalu 30-45 menit kesembuhan bagi orang
banyak reaksi yang berarti  Ada reaksi bisa yang sakit dan hilangnya
sekitar 45 menit, kadang 30 sampai 2 jam gangguan dari badannya.
menit sudah selesai. Tapi kalau
ada reaksi kadang bisa sampai 2
jam.

4. Apakah terapi ruqyah ini hanya  Tidak, bisa


untuk mengobati pasien yang mengobati
terkena gangguan jin saja? penyakit fisik
Jawab: Tidak, ruqyah ini juga dan psikis
bisa untuk mengobati penyakit
fisik maupun psikis.

5. Apakah ada perbedaan meruqyah  Sama, hanya


pasien yang terkena gangguan jin saja harus
dengan pasien yang mengalami memilih ayat
gangguan psikis? yang tepat
Jawab: Secara umum sama,
hanya saja kita harus memilah
memilih ayat-ayat al-Quran itu
seperti ayat ancaman itu seperti
apa jangan sampai jin yang harus
kita ancam kita bacakan ayat

Page 21
surga misalkan, kan kurang
cocok ya..

6. Bagaimana pandangan ustadz  Baik sekali,


tentang terapi ruqyah dalam selalu ada
pembinaan mental pasien? respon positif
Jawab: Baik sekali, ada pasien
kita yang mengalami
keterbelakangan mental, stress.
Setelah dibacakan al-Quran itu
respon positif itu selalu terjadi
dan selalu ada.

7. Bagaimana pengaruh ruqyah  Ada pengaruh


terhadap mental pasien?  Ada respon
Jawab: Pengaruhnya pasti ada, positif
ketika dibacakan ayat ruqyah  Metode
respon positif dalam tubuh kita pengobatan
pasti ada, makanya ayat suci al- yang sangat
Quran kalo kita mau mendalami luar biasa
merupakan metode pengobatan
yang sangat luar biasa.

Page 22
8. Menurut Ustadz bagaimana  70 persen
tingkat perubahan yang  Air yang diberi
ditunjukkan pasien setelah doa-doa dapat
menjalani terapi ruqyah? merubah
Jawab: Sekitar 70 persen lah, struktur
karna tubuh manusia itu sebagian molekul
besar terdiri atas air. Ketika air  Perubahan
tersebut diberikan doa-doa, maka struktur dapat
hal tersebut dapat mengubah mempengaruhi
struktur molekul-molekul yang kesehatan
terdapat didalamnya. Perubahan seseorang
struktur tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan
seseorang, baik fisik maupun
mentalnya.

Page 23
DOKUMENTASI

Meja Pendaftaran Ruangan Terapi Ruqyah

Buku bacaan untuk pasien Wawancara dengan pasien (Lili)

Anda mungkin juga menyukai