Anda di halaman 1dari 171

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

DI MASA PANDEMI COVID-19 PADA MATERI


IKATAN KIMIA SMA NEGERI 1
AMPANA KOTA

Indriyani K. Idris Djawasa

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
DI MASA PANDEMI COVID-19 PADA MATERI
IKATAN KIMIA SMA NEGERI 1
AMPANA KOTA

Oleh
Indriyani K. Idris Djawasa
A 251 17 016

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
ANALYSIS OF STUDENTS' CREATIVE THINKING
ABILITY DURING THE COVID-19 PANDEMIC ON
CHEMICAL BONDING MATERIALS
SMA NEGERI 1 AMPANA CITY
By

Indriyani K. Idris Djawasa


A 251 17 016

THESIS

Submitted as one of the requirements for obtaining a bachelor's degree in


Chemistry Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Science
Education Faculty of Teacher Training and Education
Tadulako University

CHEMISTRY EDUCATION STUDY PROGRAM


DEPARTMENTOFMATHEMATICSANDNATURALSCIENCEEDUCATION
FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
TADULAKO UNIVERSITY
2021
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

iv
HALAMAN PENGESAHAN

v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

vi
ABSTRAK

Indriyani K. Idris Djawasa, 2021. “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di


Masa Pandemi Covid-19 Pada Materi Ikatan Kimia SMA Negeri 1 Ampana Kota”.
Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako.
Pembimbing: Minarni Rama Jura.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif


siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota menggunakan metode deskriptif-
kuantitatif pada materi ikatan kimia. Subjek penelitian ini berjumlah 39 orang dengan
jumlah siswa laki-laki 9 orang dan jumlah siswa perempuan 30 orang yang mewakili
seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota. Instrumen pengambilan data
yang digunakan yaitu tes essai berupa soal uraian kemampuan berpikir kreatif siswa
pada materi ikatan kimia sebanyak 8 butir soal. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data menunjukkan persentase indikator kelancaran (Fluency) sebesar 54,61%
dengan kategori rendah, indikator keluwesan (Flexibility) sebesar 45,38% dengan
kategori rendah, indikator kebaruan (Originality) sebesar 49,48% dengan kategori
rendah, dan indikator merinci (Elaboration) sebesar 38,2% dengan kategori sangat
rendah. Berdasarkan empat indikator kemampuan berpikir kreatif menunjukkan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota diperoleh
persentase sebasar 46,92% berada pada kategori rendah dengan karakteristik
kemampuan berpikir kreatif tingkat 2 yaitu cukup kreatif.
Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Ikatan Kimia, Analisis

vii
ABSTRACT

Indriyani K. Idris Djawasa, 2021. “Analysis Of Students' Creative Thinking Ability


During The Covid-19 Pandemic On Chemical Bonding Materials SMA Negeri 1
Ampana City". Thesis, Chemistry Education Study Program, Department of
Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and
Education, Tadulako University. Supervisor: Minarni Rama Jura.

This study aims to describe the creative thinking skills of class X science
students at SMA Negeri 1 Ampana Kota using descriptive-quantitative methods on
chemistry. The subjects of this study were 39 people with 9 male students and 30
female students representing class X science students at SMA Negeri 1 Ampana Kota.
The data collection instrument used was an essay test in the form of a description of
the ability to think creatively from the 8 items used in the chemical material. Based on
the results of research and data analysis, the percentage of indicators fluency is 54.61%
in the low category, the flexibility indicator is 45.38% in the low category, the novelty
indicator originality is 49.48% in the low category, and indicator detailing elaboration
of 38.2% with a very low category. Based on the four indicators of creative ability
showing the creative thinking ability of students of class X IPA SMA Negeri 1 Ampana
Kota, 46.92% was obtained in the low category with the characteristics of creative
thinking ability level 2 which is quite creative.
Keywords: Creative Thinking, Chemical Bonding, Analysis

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar
manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya
(Al-Alaq : 1-5)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (Ar-Rahman : 13)

ix
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu.

Puja dan puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan nikmat kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

di Masa Pandemi Covid-19 pada Materi Ikatan Kimia SMA Negeri 1 Ampana

Kota”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di

perguruan tinggi dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Program Studi

Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako.

Terima kasih yang tulus kepada Ibu Dra. Minarni Rama Jura, M.Si selaku dosen

wali sekaligus pembimbing saya yang telah memberikan nasehat, bimbingan,

pengarahan dan waktu yang sangat berharga kepada penulis. Begitu pula Bapak Dr.

Kasmudin Mustapa, S.Pd., M.Pd dan Bapak Drs. Supriadi, M.Si sebagai dosen

pembahas yang telah memberikan masukan berupa kritik dan saran yang sangat

bermanfaat dalam penulisan skripsi ini. Tuhan Yang Maha Esa akan membalas segala

budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

x
Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP., Rektor Universitas Tadulako.

2. Dr. Ir. Amiruddin Kade, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako.

3. Dr. H. Nurhayadi, M.Si Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

4. Abdul Kamaruddin, S.Pd., M.Ed., Ph.D Wakil Dekan Bidang Umum dan

Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

5. Dr. Iskandar, M.Hum Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

6. Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

7. Dr. Tri Santoso, M.Si, Koordinator Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

8. Dr. Siti Aminah, M.Si Kepala Laboratorium Kimia Program Studi Pendidikan

Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

9. Seluruh Dosen dan Staf pengajar FKIP khususnya Bapak/Ibu dosen Program Studi

Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tadulako, yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan, motivasi dan nasehat kepada penulis selama

perkuliahan.

xi
10. Bahtiar, S.Pd., MM Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ampana Kota, yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

11. Guru Kimia SMA Negeri 1 Ampana Kota, Ibu Siti Hairunnisa Pondungge, S.Pd.,

Ibu Silvia Kumalasari, S.Pd., dan Bapak Yunus A. Maguna, S.Pd., M,PH., yang

telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Penelitian sampai selesai.

12. Adik-adik siswa Kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota yang telah membantu

peneliti dalam melakukan penelitian.

13. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Nurafni Khairunnisa, Nurtiansy Syam, S.Farm.,

Sakinah Ahmad, S.Si., Triana Febrianty T. Lawadang, Fahri Muhammad, Satura

Daffa Tillanatta, Moh. Trihardiansyah, Abdul Rahman Lamatoro. Terima kasih

telah menjadi sahabat terbaik yang selalu ada disamping penulis dalam suka dan

duka serta memberikan bantuan yang tak terhingga bagi penulis.

14. Teman-teman EX IPA 1 terima kasih atas dukungan dan motivasi, kebersamaan

dan kekeluargaan yang kalian berikan kepada penulis.

15. Teman-teman seperjuanganku Mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2017

terkhususnya kelas C yang telah memberikan saran, motivasi maupun dukungan

dalam melewati suka dan duka selama dibangku kuliah.

16. Teman-teman Trip Dulu Baru Sarjana (TDBS), Fajrul, S.Pd., Muh. Junaidi,

Reynaldi Tandi, Taufik Hidayat, S.Pd., Akter Puala’a, S.Pd,, Hendi Gunawan, I

Made Putra Astawa, Moh. Zaniqram Z, S.Pd., Moh. Rizal, Ksaipan Bongkaombo,

Erwin P. Metoli, Alm. Risky Indrawan, Moh. Ilham, Ririn Rusni, Nurhasfah

Syawaliah H, S.Pd., Kyren Leony, S.Pd., Febryani Banggur, Siti Hajar, S.Pd., Uci

xii
Edy, Jeywanti C. Langi, S.Pd., Pinkan K. Bol.ang, Ni Gusti Ayu Made Parwati,

S.Pd., Dewi Masyitha, S.Pd., Ferawanda, S.Pd., Nuzul Rahma, Sufia, Heti Rati

Hartinegnsih, Cyndi Parinding, Dandi,S.Pd., dan Dariati, dengan setia

memberikan doa dan dukungan moril.

17. Teman-teman seperjungan, Fajrul, S.Pd., Jeywanti C. Langi, S.Pd., Hardianti,

S.Pd., dan Dian Puspitasari yang telah memberikan saran, motivasi maupun

dukung dalam melewati suka dan duka selama penyusunan tugas akhir ini.

18. Kakak tingkat penulis, Vivi Dia A. Sangkota, S.Pd., M.Si., Catur Setiawan, S.Pd.,

dan Kaipal Akmal, S.Pd., yang telah memberikan semangat dan masukan serta

dukungan selama di bangku kuliah.

19. Adik-adikku angkatan 2018 sampai 2020, dan kakak-kakak asisten, serta kakak-

kakak alumni yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan banyak cerita dan kenangan, serta dukungan kepada penulis selama

berada di program studi pendidikan kimia.

20. Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMASKI) terkhususnya pengurus peoride 2019,

Unit Kegiatan Penalaran Mahasiswa (UKPM) terkhususnya pengurus periode

2019 dan pengurus periode 2020. Serta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP

UNTAD terkhususnya pengurus periode 2019 dan Komunitas PEMANTIK yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menambah pengatahun dan

skill dalam berorganisasi.

xiii
21. Teman-teman KKN Angkatan 91 Posko Tondo 20 dan teman-teman PLP di SMA

Negeri 3 Palu. Terima kasih atas dukungan dan motivasi, kebersamaan dan

kekeluargaan yang kalian berikan kepada penulis.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan rahmat-Nya untuk kita

semua. Aamiin.

Palu, Juni 2021


Penulis

Indriyani K. Idris Djawasa


A 251 17 016

xiv
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iv


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................... ix
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ........................................................................................................... 6
2.1.1 Berpikir ....................................................................................................... 6
2.1.2 Kemampuan Berpikir Kreatif ..................................................................... 7
2.1.3 Ciri – ciri kemampuan berpikir kreatif ....................................................... 8
2.1.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ...................................................... 9
2.1.5 Karakteristik tingkat kemampuan berpikir kreatif ...................................... 9
2.1.6 Ikatan Kimia ............................................................................................. 10
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 18

xv
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 20
2.4 Hipotesis .............................................................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 23
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ................................................. 23
3.3.1 Populasi..................................................................................................... 23
3.3.2 Sampel ...................................................................................................... 24
3.3.3 Teknik Penarikan Sampel ......................................................................... 24
3.4 Jenis dan Sumber Data ......................................................................................... 24
3.4.1 Jenis data ................................................................................................... 24
3.4.2 Sumber data .............................................................................................. 25
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 25
3.5.1 Tahap Perencanaan ................................................................................... 25
3.5.2 Tahap Pelaksanaan.................................................................................... 26
3.5.3 Tahap Akhir .............................................................................................. 26
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 26
3.7 Teknik Analisis Data............................................................................................ 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................................... 32
4.1.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Kelancaran (Fluency) .................... 32
4.1.2 Kemampuan Bepikir Kreatif Aspek Keluwesan (Flexibility)................... 37
4.1.3 Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Kebaruan (Originality) .................. 41
4.1.4 Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Merinci (Elaboration) ................... 45
4.1.5 Persentase Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ...................... 49
4.2 Pembahasan.......................................................................................................... 50
4.2.1 Aspek Kemampuan Berpikir Kelancaran ................................................... 50
4.2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Keluwesan .................................................... 52

xvi
4.2.3 Aspek Kemampuan Berpikir Kebaruan ...................................................... 54
4.2.4 Aspek Kemampuan Berpikir Elaborasi (Merinci) ...................................... 56
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 60
5.2 Saran .................................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 62

xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

2.1 Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................8


2.2 Struktur Elektron Gas 1Mulia .........................................................................11
2.3 Struktur Lewis, Pasangan Elektron Dan Elektron Ikatan Beberapa Atom ......12
3.1. Rubrik Pengskoran ..........................................................................................27
3.2. Kategori Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif.........................................31
4.1. Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Kelancaran .........................33
4.2. Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Keluwesan..........................37
4.3. Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Kebaruan ............................41
4.4. Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Merinci ...............................45
4.5. Persentase Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif.......................................49

xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

2.1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 22


4.1. Kutipan Jawaban R-7 Nomor 1........................................................ 34
4.2. Kutipan Jawaban R-37 Nomor 1...................................................... 34
4.3. Kutipan Jawaban R-22 Nomor 1...................................................... 35
4.4. Kutipan Jawaban R-39 Nomor 1...................................................... 35
4.5. Kutipan Jawaban R-11 Nomor 1...................................................... 35
4.6. Kutipan Jawaban R-24 Nomor 2...................................................... 35
4.7. Kutipan Jawaban R-7 Nomor 2........................................................ 36
4.8. Kutipan Jawaban R-14 Nomor 2...................................................... 36
4.9. Kutipan Jawaban R-33 Nomor 2...................................................... 36
4.10. Kutipan Jawaban R-4 Nomor 2 ..................................................... 36
4.11. Kutipan Jawaban R-21 Nomor 3 ................................................... 39
4.12. Kutipan Jawaban R-30 Nomor 3 ................................................... 39
4.13. Kutipan Jawaban R-1 Nomor 3 ..................................................... 39
4.14. Kutipan Jawaban R-14 Nomor 3 ................................................... 39
4.15. Kutipan Jawaban R-19 Nomor 4 ................................................... 39
4.16. Kutipan Jawaban R-29 Nomor 4 ................................................... 40
4.17. Kutipan Jawaban R-12 Nomor 4 ................................................... 40
4.18. Kutipan Jawaban R-9 Nomor 4 ..................................................... 40
4.19. Kutipan Jawaban R-2 Nomor 4 ..................................................... 40
4.20. Kutipan Jawaban R-35 Nomor 4 ................................................... 40
4.21. Kutipan Jawaban R-8 Nomor 5 ..................................................... 43
4.22. Kutipan Jawaban R-15 Nomor 5 ................................................... 43
4.23. Kutipan Jawaban R-3 Nomor 5 ..................................................... 43
4.24. Kutipan Jawaban R-26 Nomor 5 ................................................... 43
4.25. Kutipan Jawaban R-25 Nomor 5 ................................................... 43

xix
4.26. Kutipan Jawaban R-9 Nomor 6 ..................................................... 44
4.27. Kutipan Jawaban R-33 Nomor 6 ................................................... 44
4.28. Kutipan Jawaban R-18 Nomor 6 ................................................... 44
4.29. Kutipan Jawaban R-21 Nomor 6 ................................................... 44
4.30. Kutipan Jawaban R-23 Nomor 6 ................................................... 44
4.31. Kutipan Jawaban R-8 Nomor 7 ..................................................... 47
4.32. Kutipan Jawaban R-29 Nomor 7 ................................................... 47
4.33. Kutipan Jawaban R-31 Nomor 7 ................................................... 47
4.34. Kutipan Jawaban R-3 Nomor 7 ..................................................... 47
4.35. Kutipan Jawaban R-13 Nomor 7 ................................................... 47
4.36. Kutipan Jawaban R-10 Nomor 8 ................................................... 48
4.37. Kutipan Jawaban R-27 Nomor 8 ................................................... 48
4.38. Kutipan Jawaban R-12 Nomor 8 ................................................... 48
4.39. Kutipan Jawaban R-5 Nomor 8 ..................................................... 48
4.40. Kutipan Jawaban R-6 Nomor 8 ..................................................... 49

xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman

1. Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............................... 66


2. Lembar Penilaian Validasi ..................................................................... 77
3. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif................................................... 82
4. Rubrik Penilaian...................................................................................... 84
5. Nama-Nama Responden ......................................................................... 90
6. Jawaban Responden ................................................................................ 91
7. Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .................................... 131
8. Surat Izin Penelitian ................................................................................ 133
9. Surat Keterangan Selesai Penelitian ....................................................... 134
10. SK Pembimbing ...................................................................................... 135
11. SK Tim Penguji....................................................................................... 137
12. SK Yudisium ........................................................................................... 140
13. Dokumentasi Foto ................................................................................... 143
14. Biodata .................................................................................................... 150

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini dunia dikejutkan dengan mewabahnya suatu penyakit yang disebabkan

oleh sebuah virus yang bernama corona atau dikenal dengan istilah covid-19

(Coronavirus Diseases-19). Covid-19 adalah penyakit jenis baru yang belum pernah

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gelaja umum infeksi covid-19

antara lain gejala gangguan pernapasan akut, seperti demam, batuk, dan sesak napas.

Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Virus yang

disinyalir mulai mewabah pada 31 Desember 2019 di Kota Wuhan Provinsi Hubai

Tiongkok, saat ini menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat.

Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan wabah ini sebagai kedaruratan

kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (Fathiyah, 2020). Indonesia adalah salah

satu negara yang terdampak covid-19. Pada 24 November 2020 Indonesia melaporkan

jumlah kasus pasien positif corona mencapai 506.302 orang. Kondisi ini mengharuskan

masyarakat untuk tetap stay at home, bekerja, beribadah dan belajar di rumah. Kondisi

demikian menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan inovasi dalam proses

pembelajaran. Salah satu bentuk inovasi tersebut ialah dengan melakukan

pembelajaran secara online atau daring (Astini,2020).

Salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia terletak dalam proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk

1
2

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Proses pembelajaran didalam kelas

siswa hanya diarahkan untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk

menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2008).

Guru memberikan konsep secara langsung tanpa mengajak siswa untuk bersama-

sama berpikir melalui proses penemuan. Padahal melalui proses penemuan mampu

mengembangkan kemampuan berpikir (Ningsih, dkk., 2012). Berpikir merupakan

kemampuan mental seseorang yang sangat penting, salah satunya adalah berpikir

kreatif. Berpikir kreatif merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi (high order

thingking). Menurut (Filsaime, 2008), berpikir kreatif yaitu proses berpikir yang

memiliki ciri-ciri kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian atau

originalitas (originality) dan merinci atau elaborasi (elaboration). Kelancaran

merupakan kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan yang benar sebanyak mungkin

secara jelas. Keluwesan merupakan kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide atau

gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari berbagai sudut pandang.

Originalitas merupakan kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang unik

dan tidak biasanya. Elaborasi merupakan kemampuan untuk menjelaskan faktor-faktor

yang mempengaruhi dan menambah detail dari ide atau gagasannya sehingga lebih

bernilai.

Murjani & Hamid (2016) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat

dikembangkan melalui penerapan pembelajaran generatif, hal ini dibuktikan dengan

adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada aspek kelancaran sebesar 8,33%,
3

keluwesan sebesar 16,7% dan pada aspek kebaruan sebesar 1,15% yang diterapkan

pada konsep larutan penyangga.

Hasil observasi awal yang dilakukan sebelum masa pandemi covid-19 di SMA

Negeri 1 Ampana Kota menunjukkan hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa

belum optimal. Hasil ulangan harian pada materi ikatan kimia yang diperoleh kelas X

IPA 4 dengan jumlah siswa 34 orang dan kelas X IPA 5 dengan jumlah siswa 36 orang

tersebut terlihat dari capaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dari kedua kelas

yang ada, hanya 67% siswa telah mencapai KKM dan 33% belum mencapai KKM.

Hasil ulangan harian kedua kelas tersebut membuktikan bahwa hanya 47 siswa yang

mencapai KKM dari 70 siswa kelas X IPA 4 dan X IPA 5. Sedangkan 23 siswa tidak

mencapai nilai KKM dari 70 siswa kelas X IPA 4 dan X IPA 5. Adapun KKM yang

ditetapkan SMAN 1 Ampana Kota pelajaran kimia yaitu 75. Dengan ini artinya untuk

soal ujian yang didalamnya bukan seluruhnya soal-soal berpikir kreatif siswa hanya

sebagian siswa yang mampu lulus. Terlebih jika dihadirkan soal-soal yang menuntut

kreatifitas lebih dari para siswa kelas X IPA (Noviana, 2017).

Berdasarkan uraian diatas maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “analisis kemampuan berpikir kreatif siswa di masa pandemi covid-19 pada

materi ikatan kimia SMA Negeri 1 Ampana Kota”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu “bagaimana kemampuan berpikir

kreatif siswa di masa pandemi covid-19 pada materi ikatan kimia SMA Negeri 1

Ampana Kota ?”
4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu “untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir

kreatif siswa di masa pandemi covid-19 pada materi ikatan kimia SMA Negeri 1

Ampana Kota”

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Untuk menambah pengetahuan dan pengembangan dalam sistem pendidikan

khususnya bidang ilmu kimia

2) Untuk menambah pengembangan dalam proses pembelajaran

b. Manfaat praktis

1) Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru untuk menentukan

model pembelajaran yang mana sesuai dengan pencapaian tujuan pendidikan

secara optimal.

2) Bagi Peserta didik

Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta cara berfikir logis,

kreatif dan kritis yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehingga

diperoleh hasil belajar yang berkualitas.

3) Bagi Sekolah

Memberikan suatu alternatif dalam upaya peningkatkan kualitas proses

belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran kimia.


5

4) Bagi universitas

Sebagai referensi dan masukan bagi civitas akademika Fakultus

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako serta sumbangan

pemikiran bagi dunia pendidikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Berpikir

Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan

memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan (Wowo, 2013). Berpikir

merupakan fungsi jiwa yang mengandung pengertian yang luas, karena mengandung

maksud dan tujuan untuk memecahkan masalah sehingga menemukan hubungan dan

menentukan sangkut paut antara masalah yang satu dengan yang lainnya. Berpikir

merupakan proses dialektis, yang artinya, selama kita berpikir, dalam pikiran itu terjadi

tanya jawab untuk bisa meletakkan hubungan-hubungan pengetahuan kita dengan tepat

(Abu & Widodo, 2008). Berpikir adalah kemampuan jiwa taraf tinggi yang hanya bisa

dicapai dan dimiliki oleh individu manusia (Baharuddin, 2007). Menurut beberapa para

ahli definisi dari berpikir (Wowo, 2013) yaitu:

a. Menurut Ross, berpikir merupakan aktivitas mental dalam aspek teori dasar

mengenai objek psikologi

b. Menurut Valentine, berpikir dalam kajian psikologis secara tegas menelaah

proses dan pemeliharaan untuk suatu aktivitas yang berisi mengenai

“bagaimana” yang dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang diarahkan

untuk beberapa tujuan yang diharapkan.

6
7

c. Menurut Garret, berpikir merupakan perilaku yang sering kali tersembunyi atau

setengah tersembunyi di dalam lambang atau gambaran, ide, konsep yang

dilakukan seseorang.

d. Menurut Gilmer, berpikir merupakan suatu pemecahan masalah dalam proses

penggunaan gagasan atau lambang-lambang pengganti suatu aktivitas yang

tampak secara fisik. Selain itu, ia mendefinisikan bahwa berpikir merupakan

suatu proses dari penyajian suatu peristiwa internal dan eksternal, kepemilikan

masa lalu, masa sekarang, dan masa depan yang satu sama lain saling

berinteraksi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir

merupakan aktivitas seseorang dalam memecahkan suatu permasalahan dan proses

penggunaan gagasan atau ide dan konsep.

2.1.2 Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif merupakan proses berpikir yang mampu memberikan ide-ide

atau gagasan-gagasan yang berbeda yang kemudian dapat menjadi pengetahuan baru

dan jawaban yang dibutuhkan. Berpikir kreatif layaknya dayung dalam sebuah perahu,

yakni sebagai pengantar dalam melewati permasalahan pembelajaran dengan siswa

sebagai pengendali dayung tersebut membawa untuk lewat arah mana siswa mencapai

tujuan atau jawaban yang diinginkan (Agustina, 2018). Berpikir merupakan

kemampuan mental seseorang yang sangat penting, salah satunya adalah berpikir

kreatif. Munandar (2012) menyatakan bahwa berpikir kreatif disebut juga dengan

berpikir divergen, yaitu kemampuan berpikir untuk memberikan bermacam-macam


8

kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada

keragaman jumlah jawaban dan kesesuaian. Wahyu & Madlazim (2018)

mengemukakan bahwa berpikir kreatif adalah menghasilkan ide-ide baru yang berguna

melalui proses pemecahan masalah dengan cara/ pemikiran yang berbeda. Kemampuan

berpikir kreatif merupakan bagian dari konsep pembelajaran yang harus ditingkatkan

dan dilatih terus menerus pada siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada

siswa bertujuan agar siswa lebih memahami dan memaknai konsep pembelajaran

(Malisa & Bakti, 2018).

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

berpikir kreatif adalah kemampuan yang dapat melahirkan ide atau gagasan yang baru

dalam menyelesaikan masalah.

2.1.3 Ciri – ciri kemampuan berpikir kreatif

Menurut Munandar (2009) ada 10 ciri-ciri orang yang memiliki sikap

kemampuan berpikir kreatif yaitu:

1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam

2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik

3. Memberikan banyak gagasan atau usulan terhadap suatu masalah

4. Bebas dalam menyatakan pendapat

5. Mempunyai rasa keindahan yang dalam

6. Menonjol dalam salah satu bidang kehidupan

7. Mampu melihat satu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang

8. Memiliki rasa humor yang luas


9

9. Mempunyai daya imajinasi

10. Orisinil dalam ungkapan gagasan dalam pemecahan masalah

2.1.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut Filsaime (2008) dan Munandar (2009) ada empat indikator

kemampuan berpikir kreatif, yaitu:

a. Kelancaran (Fluency)

Kelancaran merupakan kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan yang

benar sebanyak mungkin secara jelas.

b. Keluwesan (Flexibility)

Keluwesan merupakan kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide atau

gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari berbagai sudut

pandang.

c. Keaslian atau Originalitas (Originality)

Originalitas merupakan kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan

yang unik dan tidak biasanya.

d. Merinci atau Elaborasi (Elaboration)

Elaborasi merupakan kemampuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi dan menambah detail dari ide atau gagasannya sehingga lebih

bernilai.

2.1.5 Karakteristik tingkat kemampuan berpikir kreatif

Karakteristik dari tingkat kemampuan berpikir kreatif menurut Siswono (2011)

yang dimodifikasi oleh Ayuni, dkk. (2018) disajikan pada tabel 2.1. Tabel tersebut
10

berisi perbedaan kemunculan aspek berpikir kreatif pada tiap tingkatan yaitu sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Karakteristik tingkat kemampuan berpikir kreatif

Tingkat
Karakteristik
kemampuan
Tingkat 4 Siswa mampu menyelesaikan permasalahan lebih dari
(Sangat kreatif) satu alternative jawaban, memberikan cara
penyelesaian yang berbeda-beda dengan lancar (fasih)
dan fleksibel.
Tingkat 3 Siswa mampu memberikan suatu jawaban dengan cara
(Kreatif) penyelesaian yang baru dan berbeda (fleksibel)
meskipun tidak fasih atau siswa mampu membuat
berbagai jawaban namun caranya tidak beragam (tidak
fleksibel).
Tingkat 2 Siswa mampu membuat satu jawaban penyelesaian
(Cukup kreatif) masalah yang tidak umum meskipun tidak fleksibel atau
fasih, atau siswa mampu memberikan cara penyelesaian
lebih dari satu jawaban dengan fasih meskipun cara
penyelesaiannya tidak baru.
Tingkat 1 Siswa tidak mampu membuat penyelesaian masalah
(Kurang kreatif) yang baru dan berbeda, meskipun sudah fasih dalam
memberikan ide.
Tingkat 0 Siswa tidak mampu memberikan alternative
(Tidak kreatif) penyelesaian masalah yang baru, berbeda dan beragam.

2.1.6 Ikatan Kimia

A. Terbentuknya Ikatan Kimia

1. Konfigurasi Elektron Stabil

Diantara atom atom yang berada di alam, atom yang stabil hanyalah dari

golongan gas mulia. Atom atom yang lain ingin mencapai kestabilan sebagaimana

konfigurasi atom gas mulia dengan cara berikatan dengan atom lain untuk membentuk

delapan electron pada kulit terluarnya yang disebut kaidah oktet atau membentuk dua
11

elektron pada kulit terluarnya yang disebut dengan kaidah duplet. Atom dikatakan

stabil Jika telah memenuhi kaidah oktet atau duplet (Sudarmo, 2013).

Tabel. 2.2 Struktur elektron gas mulia

2. Teori dan Struktur Lewis

Gagasan dasar yang berkaitan dengan teori lewis yaitu:

▪ Elektron, terutama yang berada di kulit terluar (elektron valensi),

memainkan peran yang fundamental dalam pembentukan ikatan kimia

▪ Elektron yang ditransfer atau digunakan bersama-sama sehingga setiap atom

mencapai konfigurasi elektron yang sangat stabil yang biasanya disebut

dengan konfigurasi gas mulia

Struktur lewis:

• Struktur lewis adalah kombinasi simbol-simbol lewis yang menyatakan

transfer atau penggunaan bersama elektron dalam satu ikatan

• Lewis mengembangkan satu set simbol khusus untuk teorinya. Simbol lewis

berupa titik (dot) yang mengelilingi atom sejumlah dengan konfigurasi

elektron valensinya
12

Tabel 2.3 Struktur lewis, pasangan elektron dan elektron ikatan beberapa atom

Penulisan electron valensi suatu atom menggunakan lambang lewis disebut rumus

lewis atau rumus titik electron. Cara ini digunakan untuk menjelaskan ikatan kovalen

dan untuk menggambarkan ikatan ion. Pada awalnya, rumus lewis dituliskan dengan

bentuk kubus, tetapi setelah bohr menemukan lintasan kulit atom, rumus lewis

digambarkan mengelilingi gambar atomnya. Langkah – langkah membuat rumus lewis

adalah:

• Membuat konfigurasi electron

• Menentukan jumlah electron valensi

• Menggambarkan electron valensi sebagai titik-titik hitam di sekeliling lambang

unsur
13

B. Macam – Macam Ikatan Kimia

Untuk menstabilkan dirinya, atom-atom akan membentuk ikatan kimia dengan

atom lainnya dengan berbagai macam jenis ikatan kimia sebagai cara untuk memenuhi

kaidah oktet atau duplet. Berikut macam-macam ikatan kimia:

1. Ikatan ion

Ikatan ion terbentuk karena salah satu atom memberikan elektron kepada atom

pasangannya yang memiliki kemampuan untuk menerima elektron (serah terima

elektron). ikatan ini terjadi karena adanya tarik-menarik antara ion positif dan ion

negative. Ikatan yang terbentuk antara atom logam dengan nonlogam. Ikatan ion

akan terjadi antara unsur yang memiliki energi ionisasi kecil dengan unsur yang

afinitas elektronnya besar.

Contoh:

Natrium klorida (NaCl). Natrium memiliki nomor atom 11 dan klor yang memiliki

nomor atom 17 membentuk ikatan ion. Dengan konfigurasi masing-masing atom:

11Na = 1s2 2s2 2p6 3s1 → cenderung melepas 1e membentuk ion Na+

17Cl = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 → cenderung menangkap 1e membentuk ion Cl-

Saat keduanya bereaksi akan menjadi:

Na → Na+ + e

Cl + e → Cl-

Na + Cl → NaCl
14

Atom – atom yang bergabung dengan ikatan ion disebut dengan senyawa ion.

Beberapa sifat senyawa ion yaitu:

a. Mudah larut dalam air

b. Dalam bentuk larutan dan leburannya dapat menghantarkan arus listrik, tetapi

dalam bentuk padatan tidak dapat

c. Umumnya berbentuk Kristal yang besar, permukaannya keras dan sukar

digores

d. Titik leleh dan titik leburnya tinggi

e. Larut dalam pelarut polar (contohnya air) dan tidak larut dalam pelarut

nonpolar (contohnya kloroform).

2. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah Ikatan yang terbentuk karena pemakaian bersama sepasang

electron atau lebih. Elektron yang membentuk ikatan menjadi milik bersama. Ikatan

kovalen terbentuk antara atom nonlogam.

Contoh ikatan kimia pada molekul air yaitu:


15

Karakteristik senyawa kovalen adalah sebagai berikut:

a. Pada suhu kamar umumnya berupa gas (misal H2, O2, N2, Cl2 dan CO2), cair

(misal H2O dan HCl) ataupun berupa padatan (I2).

b. Bentuk padatan senyawa kovalen lunak namun tidak rapuh

c. Senyawa kovalen umumnya tidak larut dalam pelarut polar (misalnya air) tetapi

larut dalam pelarut nonpolar (organik)

d. Senyawa kovalen nonpolar sebagian besar tidak mampu menghantarkan listrik

baik padatan, leburan atau larutannya.

3. Ikatan kovalen koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang terjadi karena pasangan

electron yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan. Ikatan

kovalen koordinat dapat terjadi antara suatu atom yang mempunyai pasangan elektron

bebas dan sudah mencapai konfigurasi oktet dengan atom lain yang membutuhkan dua

elektron dan belum mencapai konfigurasi oktet. Ikatan ini ditandai dengan garis panah

tunggal dengan arah anak panah menuju atom yang didonori electron untuk berikatan.
16

Contoh ikatan kovalen koordinasi pada senyawa SO3

4. Polarisasi ikatan kovalen

Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran senyawa. Adanya

perbedaan keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan elektron ikatan lebih

tertarik ke salah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipol inilah yang

menyebabkan senyawa menjadi polar.

Pada senyawa HCl, pasangan elektron milik bersama akan lebih dekat pada Cl

karena daya tarik terhadap elektronnya lebih besar dibandingkan H. Hal itu

menyebabkan terjadinya polarisasi pada ikatan H – Cl. Atom Cl lebih negatif daripada

atom H, hal tersebut menyebabkan terjadinya ikatan kovalen polar.

Contoh:

1) Senyawa kovalen polar: HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3.

2) Senyawa kovalen nonpolar: H2, O2, Cl2, N2, CH4, C6H6, BF3.

Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur, kepolaran senyawanya

ditentukan oleh hal-hal berikut.


17

• Jumlah momen dipol, jika jumlah momen dipol = 0, senyawanya bersifat

nonpolar. Jika momen dipol tidak sama dengan 0 maka senyawanya bersifat

polar. Besarnya momen dipol suatu senyawa dapat diketahui dengan: m= d x l

• Bentuk molekul, jika bentuk molekulnya simetris maka senyawanya bersifat

nonpolar, sedangkan jika bentuk molekulnya tidak simetris maka senyawanya

bersifat polar.

5. Ikatan logam

Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama

electron elektron valensi antara Atom-atom logam. Salah satu teori yang

dikemukakan untuk menjelaskan ikatan logam adalah teori lautan elektron.

Unsur logam memiliki sedikit electron valensi sehingga kulit terluar unsur logam

relative lebih longgar (terdapat banyak ruang kosong) sehingga memungkinkan

electron untuk mengalami delokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana electron valensi

tersebut tidak tetap posisinya pada suatu atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah dari

satu atom ke atom lain.


18

Ciri – ciri ikatan logam sebagai berikut:

a. Atom – atom logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang berjejal rapat

satu sama lain.

b. Atom logam mempunyai sedikit electron valensi sehingga sangat mudah untuk

dilepaskan dan membentuk ion positif

c. Kulit terluar atom logam relative longgar (terdapat banyak tempat kosong)

sehingga electron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain.

d. Mobiltas electron dalam logam sedemikian bebas sehingga elektron valensi

logam mengalami delokalisasi

e. Electron – electron valensi tersebut berbaur membentuk awan electron yang

menyelimuti ion – ion positif logam.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan diatas, berikut ini beberapa

penelitan terdahulu yang telah dilakukan dan ada kaitannya dengan penelitan yang akan

dilaksanakan, yaitu:

Murjani & Hamid (2016) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat

dikembangkan melalui penerapan pembelajaran generatif, hal ini dibuktikan dengan

adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada aspek kelancaran sebesar 8,33%,

keluwesan sebesar 16,7% dan pada aspek kebaruan sebesar 1,15% yang diterapkan

pada konsep larutan penyangga.

Herlina, & Qurbaniah, (2017) meneliti tentang analisis kemampuan berpikir

kreatif siswa pada materi virus. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa dari 29 siswa 4
19

siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif sangat tinggi dengan pesentase 13,79%. 7

orang siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi dengan persentase 24,13%.

11 orang memiliki kemampuan berpikir kreatif cukup tinggi dengan persentase 37,93%

dan 7 orang siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah dengan persentase

24,13%. Berdasarkan hasil analisis data rata-rata persentase kemampuan berpikir

kreatif siswa adalah 55,28%.

Jumi, dkk. (2018) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Telaga dengan

menggunakan tes Open Ended Problem pada materi elektrokimia. Hasil penelitian

menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada aspek fluency sebesar

61,54% dalam kategori baik, aspek flexibility sebesar 57,85% dalam kategori cukup

dan pada aspek originality mencapai 55,12% dengan kategori cukup.

Kusumawati (2018) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan

tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran fisika. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa persentase rata-rata tiap indikator kemampuan berpikir kreatif

pada indikator kemampuan berpikir lancar dan berpikir luwes adalah 71,91%, berpikir

orisinil adalah 51,65%, dan berpikir merinci adalah 60,06%, sehingga pertentase rata-

rata kemampuan berpikir kreatif siswa sebesar 76,00% dengan kategori berpikir kreatif

tinggi.

Malisa & Bakti (2018) melakukan penelitian kemampuan berpikir kreatif siswa

dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) dengan 2 siklus. Hasil

yang didapatkan yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa untuk indikator fluency
20

semula 59,25% menjadi 77,42%, flexibility yang semula 37,25 % menjadi 55,03%,

elaboration yang awalnya 39,75% menjadi 69,75%.

Ernawati (2019) melakukan penelitian tentang kemampuan berpikir kreatif pada

materi Biokimia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif

siswa yang ditunjukkan oleh sensitivitas indikator yang memiliki rata-rata kategori

baik dengan persentase 44,7%, pada Indikator kelancaran memiliki persentase 41,5%,

indikator fleksibilitas memiliki persentase 40,4%, indikator orisinalitas memiliki

persentase 43,1% dan indikator elaborasi memiliki persentase 39,4%.

Fajrul (2020) meneliti tentang analisis kemampuan berpikir kreatif siswa pada

materi sistem periodik unsur kelas X MIPA SMA Negeri 1 Dampal Selatan di

kabupaten Toli-toli. Hasil penelitian yang diperoleh persentase indikator kelancaran

54,11% dan indikator elaborasi 55,29% berada pada kategori rendah, persentase

indkator keluwesan 71,76% berada pada kategori sedang, sedangkan persentase

indikator kebaruan 75,88% berada pada kategori tinggi.

2.3 Kerangka Berpikir

SMA Negeri 1 Ampana Kota merupakan salah satu SMA yang berada di Jl.

Tadulako No. 30, kecamatan Ampana Kota, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi

Tengah. Jumlah siswa yang berada dikelas X ± 180 siswa, dimana terbagi atas 8 kelas

yaitu kelas X IPA 1, IPA 2, IPA 3 IPA 4, IPS 1, IPS 2, IPS 3, dan IPS 4. SMA Negeri

1 Ampana Kota menggunakan kurikulum 2013, dimana siswa dituntut untuk lebih

aktif, inovatif dan kreatif. Hasil observasi awal di SMA Negeri 1 Ampana Kota hasil

belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan
21

keterampilan berpikir kreatif siswa yang rendah ditandai dengan minimnya siswa yang

mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) terutama pada mata pelajaran

kimia khusunya materi ikatan kimia.

Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir untuk menghasilkan

ide-ide baru, dan juga ide-ide alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah (Abidin, 2016).

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang pembelajaran sains di sekolah. Ilmu

kimia mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi sifat, komposisi, struktur,

perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran

(Kemendikbud, 2014). Kimia pada hakikatnya mencakup dua karakteristik, yaitu

kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi

sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-

prinsip. Kimia sebagai proses berkaitan dengan bagaimana ditemukannya konsep

tersebut. Kedua karakteristik di atas merupakan hal pokok dalam pembelajaran kimia

dan penilaian hasil belajar kimia. Dengan demikian pembelajaran kimia hendaknya

memperhatikan karakteristik tersebut, sehingga siswa terlibat secara aktif, dan

kreativitas siswa dapat terlatih (Ozgelen, 2012). Secara singkat kerangka berpikir pada

penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1.


22

SMA Negeri 1 Ampana Kota

Kurikulum 2013 Materi Ikatan Kimia

Analisi kemampuan berpikir Indikator kemampuan


kreatif siswa berpikir kreatif

Kelancaran Keluwesan Keaslian Merinci


(Fluency) (Flexibility) (Originality) (Elaboration)

% kemampuan berpikir
kreatif siswa

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas hipotesis dari penelitian ini yaitu kemampuan berpikir

kreatif siswa pada materi ikatan kimia di kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota

dengan kategori tingkat berpikir kreatif sangat tinggi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deksriptif kuantitatif.

Metode deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian dengan tujuan menguji hipotesis untuk

menggambarkan fenomena-fenomena atau peristiwa secara sistematis sesuai apa

adanya (Sugiyono, 2018).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ampana Kota, Jl. Tadulako

No. 30 Kecamatan Ampana Kota, Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi

Tengah pada bulan Desember 2020.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas X IPA di SMA Negeri 1 Ampana Kota dengan jumlah 148 siswa yang

terbagi dalam 4 kelas yang terdaftar pada tahun ajaran 2020/2021.

23
24

3.3.2 Sampel

Sugiyono (2018) mengatakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

merujuk pada buku educational research, competencies for analysis and application

oleh Gay., dkk (2009) yang menyatakan bahwa sampel yang digunakan pada penelitian

deskriptif minimal 10% dari populasi. Adapaun sampel pada penelitian berjumlah 39

orang dengan jumlah siswa laki-laki yaitu 9 orang dan jumlah siswa perempuan yaitu

30 orang yang mewakili seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota.

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (pemilihan berdasarkan

pertimbangan). Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel penelitian dengan

pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih

representatif (Sugiyono, 2016). Dimana pengambilan sampel ini berdasarkan nilai

ulangan harian siswa kelas X IPA mulai dari yang tertinggi, sedang dan rendah yang

digunakan sebagai kelas eksperimen dengan menganggap siswa yang dipilih dapat

mewakili keseluruhan dari populasi yang ada.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis data

Jenis data pada penelitian ini yaitu jenis data primer (manusia), data primer

yaitu data yang dikumpulkan dari pihak pertama (Sugiyono,2018)


25

3.4.2 Sumber data

Sumber data penelitian ini diperoleh dari siswa kelas X IPA SMA Negeri 1

Ampana Kota melalui pemberian tes essay yang terdiri dari 8 butir soal.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pemberian tes kemampuan

berpikir kreatif siswa yang berupa soal essay dan dokumentasi. Pemberian soal essay

kepada siswa yang berjumlah 8 butir soal pada materi ikatan kimia sesuai dengan

indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif. Adapun tahap-tahap pengumpulan

data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:

3.5.1 Tahap Perencanaan

1. Mencari referensi mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan cara

membaca buku, skripsi yang ada di perpustakaan Universitas Tadulako dan

jurnal cendekia.

2. Observasi lokasi, dilakukan dengan cara mengamati keadaan lingkungan

sekolah SMA 1 Negeri Ampana Kota.

3. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di SMA

Negeri 1 Ampana Kota.

4. Mewawancarai guru kimia yang mengajar di kelas X IPA untuk mengetahui

bagaimana kondisi dan masalah yang ada di sekolah tersebut.

5. Menyusun proposal

6. Membuat instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kreatif

untuk memperoleh informasi terkait kemampuan berpikir kreatif siswa.


26

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

1. Analisis dan validasi instrumen yang digunakan yaitu instrument tes

kemampuan berpikir kreatif dan rubrik kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Peneliti menjelaskan mengenai maksud dan tujuan dari pemberian tes

yakni untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi

ikatan kimia.

3. Pemberian tes kepada siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota

untuk memperoleh gambaran kemampuan berpikir kreatif siswa.

4. Pemberian tes dilakukan secara luring dengan membuat kelompok kecil

dan menerapkan protokol kesehatan covid-19.

5. Melakukan dokumentasi selama penelitian berupa foto-foto untuk

dijadikan bukti bahwa telah dilaksanakan penelitian.

6. Mengumpulkan soal dan lembar jawaban yang telah dikerjakan oleh siswa

sehingga peneliti dapat memeriksa dan menganalisis tentang kemampuan

berpikir kreatif siswa.

3.5.3 Tahap Akhir

Tahap akhir pada penelitian ini meliputi kegiatan pengolahan serta analisis data

dan penyajian data dalam bentuk lapora penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif

siswa berupa 8 butir soal essay yang masing-masing mewakili 2 soal untuk setiap

indicator yang berdasarkan pada pendapat Munandar (2009) tentang indikator-


27

indikator kemampuan berpikir kreatif siswa. Sebelum digunakan instrumen penelitian

ini divalidasi oleh validator ahli. Serta untuk mendapatkan data yang jelas dan akurat

tentang kemampuan peserta didik dalam berpikir kreatif peneliti menggunakan rubrik

pengskoran seperti ditabel 3.1

Tabel 3.1 Rubrik Pengskoran

No. Aspek berpikir kreatif Indikator Rubrik Skor


1 Kemampuan berpikir Memberikan banyak Siswa dapat 5
lancer kemungkinan menjawab soal
jawaban atau gagasan dengan lancar dan
atas pertanyaan yang jawaban tepat
diajukan Siswa dapat 3
menjawab soal
dengan lancar dan
jawaban kurang
tepat
Siswa tidak dapat 1
menjawab soal
dengan lancar dan
jawaban salah
2 Kemampuan berpikir Menghasilakan Siswa 5
luwes jawaban yang memberikan
bervariasi dengan jawaban
sudut pandang yang bervariasi dengan
berbeda sudut pandang
yang berbeda
28

No. Aspek berpikir kreatif Indikator Rubrik Skor


dengan jawaban
yang tepat
Siswa 3
memberikan
jawaban
bervariasi dengan
sudut pandang
yang berbeda
dengan jawaban
yang kurang tepat
Siswa 1
memberikan
jawaban
bervariasi dengan
sudut pandang
yang berbeda
dengan jawaban
yang tidak tepat
3 Kemampuan berpikir Dapat memberikan Siswa menjawab 5
orisinil jawaban atau soal dengan
pertanyaan yang bahasa dan
diberikan menurut caranya sendiri
pemikirannya sendiri dengan tepat
Siswa menjawab 3
soal dengan
bahasa dan
caranya sendiri
29

No. Aspek berpikir kreatif Indikator Rubrik Skor


namun
jawabannya
kurang tepat
Siswa menjawab 1
soal bukan
dengan bahasa
dan caranya
sendiri
4 Kemampuan berpiki Dapat memperinci Siswa dapat 5
merinci/mengeloborasi suatu gagasan atau menjawab soal
jawaban sehingga dengan rinci dan
lebih jelas jawabannya tepat
Siswa dapat 3
menjawab soal
dengan rinci dan
jawabannya
kurang tepat
Siswa menjawab 1
soal tidak rinci
dan jawabannya
tidak tepat
Sumber: Sulistiarmi, W (2016)

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau data lain

terkumpul, Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif.

Analisis kuantitatif merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
30

cara mencari jumlah frekuensi dan mencari jumlah persentasenya. Pada tahap ini, data

yang berasal dari tes essay yang digunakan dan dianalisa untuk mengkonfirmasi dan

menguatkan data hasil penelitian (Sugiyono, 2018).

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan cara memberikan kode pada

jawaban siswa, dan memberikan skor pada setiap jawaban yang siswa berikan

berdasarkan rubrik penilaian. Selanjutnya menghitung skor total tes untuk setiap aspek

berpikir kreatif dan menetukan nilai persentase kemampuan berpikir kreatif untuk

setiap aspek yang muncul pada setiap siswa (Jumi, dkk. 2018). Persentase dihitung

dengan rumus menurut (Purwanto, 2010) sebagai berikut:

𝑅
𝑁𝑃 = 𝑥100
𝑆𝑀
Keterangan :

NP = Nilai % yang dicari atau yang diharapkan

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimal

Setelah memberikan skor berdasarkan jawaban siswa yang diberikan pada

setiap aspek berpikir kreatif berdasarkan rubrik penilaian Selanjutnya menjumlahkan

skor yang didapat siswa dari seluruh soal yang dikerjakan dan mengkonversikan skor

yang didapat dalam bentuk persentase dan mengkategorikan kemampuan berpikir

kreatif siswa berdasarkan Tabel 3.2


31

Tabel 3.2 Kategori Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif

Kriteria (%) Kategori

85,01 ≤ N Sangat tinggi


75,01 < N ≤ 85 Tinggi
60,01 < N ≤ 75 Sedang
40,01 < N ≤ 60 Rendah
0 < N ≤ 40 Sangat rendah
Facione dalam Afadil (2016)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ampana Kota pada tanggal 10 – 15

desember 2020 dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Subjek penelitian ini

berjumlah 39 siswa perwakilan dari 4 kelas X IPA yang dibagi kedalam beberapa

kelompok kecil terdiri atas 6-7 siswa. Adapun perangkat instrumen yang digunakan

yaitu tes essay kemampuan berpikir kreatif yang sebelumnya telah divalidasi oleh

validator ahli dan penelitian ini dilakukan kepada siswa yang sebelumnya telah

diajarkan materi yang akan dilakukan tes yaitu materi ikatan kimia.

Penelitian ini mengkaji kemampuan berpikir kreatif siswa SMA Negeri 1

Ampana Kota yang meliputi aspek kelancaran (Fluency), keluwesan (Flexibility),

kebaruan (Originality), dan elaborasi (Elaboration). Tingkat kemampuan berpikir

kreatif siswa diperoleh dari hasil tes. Soal tes yang diberikan merupakan tes essay

sebanyak 8 butir soal mencakup seluruh indikator kemampuan berpikir kreatif dan

dianalisis berdasarkan rubrik pengskoran. Adapun hasil analisis kemampuan berpikir

kreatif siswa pada 4 indikator tersebut adalah sebagai berikut:

4.1.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Kelancaran (Fluency)

Berdasarkan perhitungan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberikan

pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota diperoleh persentase kemampuan

berpikir kreatif pada aspek kelancaran setiap siswa dapat dilihat dari Tabel 4.1.

32
33

Tabel. 4.1 Persentase kemampuan berpikir kreatif aspek kelancaran


Nomor Soal
Berpikir Lancar Persentase
Nama Responden Skor
(%)
1 2
R-1 3 5 8 80
R-2 3 1 4 40
R-3 1 3 4 40
R-4 5 1 6 60
R-5 1 5 6 60
R-6 3 1 4 40
R-7 5 5 10 100
R-8 3 3 6 60
R-9 1 5 6 60
R-10 5 3 8 80
R-11 1 1 2 20
R-12 1 1 2 20
R-13 1 3 4 40
R-14 1 3 4 40
R-15 1 5 6 60
R-16 1 3 4 40
R-17 3 3 6 60
R-18 1 3 4 40
R-19 0 5 5 50
R-20 3 1 4 40
R-21 3 3 6 60
R-22 3 3 6 60
R-23 5 1 6 60
R-24 1 5 6 60
R-25 3 1 4 40
R-26 5 1 6 60
R-27 3 5 8 80
R-28 3 1 4 40
R-29 3 1 4 40
R-30 5 1 6 60
R-31 5 1 6 60
R-32 5 1 6 60
34

Nomor Soal
Berpikir Lancar Persentase
Nama Responden Skor
(%)
1 2
R-33 3 3 6 60
R-34 5 1 6 60
R-35 5 1 6 60
R-36 3 1 4 40
R-37 5 3 8 80
R-38 5 1 6 60
R-39 3 3 6 60
Pada Tabel 4.1 responden R-7 memiliki nilai persentase sebesar 100% dengan

skor 10. R-1, R-10, R-27 dan R-37 memiliki nilai persentase sebesar 80% dengan skor

8. Responden yang memiliki nilai persentase 60% dengan skor 6 yaitu R-4, R-5, R-8,

R-9, R-15, R-17, R-21 – R-24, R-26, R-30 – R-35, R-38 dan R-39. Untuk R-19

memiliki nilai persentase sebesar 50% dengan skor 5. Responden R-2, R-3, R-6, R-13,

R-14, R-16, R-18, R-20, R-25, R-28, R- 29, dan R-36 memiliki nilai persentase sebesar

40% dengan skor 4. Serta responden R-11 dan R-12 memiliki nilai persentase paling

rendah yaitu 20% dengan skor 2. Adapun beberapa petikan jawaban dapat dilihat pada

Gambar 4.1 – 4.10.

Gambar 4.1 Kutipan jawaban R-7 nomor 1

Gambar 4.2 Kutipan jawaban R-37 nomor 1


35

Gambar 4.3 Kutipan jawaban R-22 nomor 1

Gambar 4.4 Kutipan jawaban R-39 nomor 1

Gambar 4.5 Kutipan jawaban R-11 nomor 1

Gambar 4.6 Kutipan jawaban R-24 nomor 2


36

Gambar 4.7 Kutipan jawaban R-7 nomor 2

Gambar 4.8 Kutipan jawaban R-14 nomor 2

Gambar 4.9 Kutipan jawaban R-33 nomor 2

Gambar 4.10 Kutipan jawaban R-4 nomor 2


37

4.1.2 Kemampuan Bepikir Kreatif Aspek Keluwesan (Flexibility)

Berdasarkan perhitungan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberikan

pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota diperoleh persentase kemampuan

berpikir kreatif aspek keluwesan setiap siswa dapat dilihat dari Tabel 4.2.

Tabel. 4.2 Persentase kemampuan berpikir kreatif aspek keluwesan


Nomor Soal
Berpikir Luwes Persentase
Nama Responden Skor
(%)
3 4
R-1 1 3 4 40
R-2 0 1 1 10
R-3 1 3 4 40
R-4 1 5 6 60
R-5 3 3 6 60
R-6 1 1 2 20
R-7 3 5 8 80
R-8 1 5 6 60
R-9 3 3 6 60
R-10 3 5 8 80
R-11 1 1 2 20
R-12 1 3 4 40
R-13 3 1 4 40
R-14 1 1 2 20
R-15 0 3 3 30
R-16 3 1 4 40
R-17 1 1 2 20
R-18 3 1 4 40
R-19 3 5 8 80
R-20 3 1 4 40
R-21 3 1 4 40
R-22 3 1 4 40
R-23 1 3 4 40
R-24 3 3 6 60
R-25 3 1 4 40
38

Nomor Soal
Berpikir Luwes Persentase
Nama Responden Skor
(%)
3 4
R-26 3 3 6 60
R-27 3 5 8 80
R-28 3 1 4 40
R-29 1 5 6 60
R-30 3 1 4 40
R-31 1 1 2 20
R-32 1 1 2 20
R-33 3 5 8 80
R-34 3 1 4 40
R-35 3 1 4 40
R-36 3 5 8 80
R-37 1 1 2 20
R-38 1 0 1 10
R-39 3 5 8 80
Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut dilihat bahwa responden R-7, R-10, R-19, R-

27, R-33, R-36, dan R-39 memiliki nilai persentase yang sama yaitu 80% dengan skor

8. Responden untuk nilai persentase 60% dengan skor 6 yaitu R-4, R-5, R-8, R-9, R-

24, R-26, dan R-29. Responden R-1, R-2, R-12, R-13, R-16, R-20 – R-23, R-25, R-28,

R-30, R-34, dan R-35 memiliki nilai persentase yang sama besar yaitu 40% dengan

skor 4. Responden untuk nilai persentase 20% dengan skor 2 yaitu R-6, R-11, R-14, R-

17, R-31, R-32, R-37. Sedangkan responden R-2 dan R-38 memiliki nilai persentase

yang paling rendah dari 39 responden yaitu 10% dengan skor 1. Adapun beberapa

petikan jawaban siswa dapat dilihat pada Gambar 4.11 – 4.20.


39

Gambar 4.11 Kutipan jawaban R-21 nomor 3

Gambar 4.12 Kutipan jawaban R-30 nomor 3

Gambar 4.13 Kutipan jawaban R-1 nomor 3

Gambar 4.14 Kutipan jawaban R-14 nomor 3

Gambar 4.15 Kutipan jawaban R-19 nomor 4


40

Gambar 4.16 Kutipan jawaban R-29 nomor 4

Gambar 4.17 Kutipan jawaban R-12 nomor 4

Gambar 4.18 Kutipan jawaban R-9 nomor 4

Gambar 4.19 Kutipan jawaban R-2 nomor 4

Gambar 4.20 Kutipan jawaban R-35 nomor 4


41

4.1.3 Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Kebaruan (Originality)

Berdasarkan perhitungan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberikan

pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota diperoleh persentase kemampuan

berpikir kreatif aspek kebaruan setiap siswa dapat dilihat dari Tabel 4.3.

Tabel. 4.3 Persentase kemampuan berpikir kreatif aspek kebaruan

Nomor Soal
Berpikir Kebaruan Persentase
Nama Responden Skor
(%)
5 6
R-1 1 3 4 40
R-2 1 3 4 40
R-3 3 3 6 60
R-4 5 3 8 80
R-5 1 1 2 20
R-6 1 3 4 40
R-7 5 3 8 80
R-8 5 5 10 100
R-9 3 5 8 80
R-10 5 3 8 80
R-11 3 1 4 40
R-12 1 3 4 40
R-13 3 3 6 60
R-14 1 3 4 40
R-15 5 5 10 100
R-16 3 3 6 60
R-17 1 3 4 40
R-18 3 3 6 60
R-19 0 3 3 30
R-20 1 1 2 20
R-21 1 3 4 40
R-22 1 3 4 40
R-23 1 1 2 20
R-24 5 1 6 60
42

Nomor Soal
Berpikir Kebaruan Persentase
Nama Responden Skor
(%)
5 6
R-25 1 1 2 20
R-26 3 1 4 40
R-27 5 3 8 80
R-28 1 1 2 20
R-29 1 3 4 40
R-30 1 3 4 40
R-31 1 3 4 40
R-32 3 3 6 60
R-33 3 5 8 80
R-34 1 1 2 20
R-35 1 1 2 20
R-36 3 1 4 40
R-37 3 3 6 60
R-38 3 1 4 40
R-39 3 3 6 60
Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut dilihat bahwa responden R-8 dan R-15 memiliki

nilai persentase yang sama yaitu 100% dengan skor 10. Responden yang memiliki nilai

persentase 80% dengan skor 8 yaitu responden R-4, R-7, R-9, R-10, R-27, dan R-33.

Responden R-3, R-13, R-16, R-18, R-24, R-32, R-37, dan R-39 memiliki nilai

persentase yang sama yaitu 60% dengan skor 6. Responden memiliki nilai persentase

40% dengan skor 4 yaitu R-1, R-2, R-6, R-11, R-12, R-14, R-17, R-21, R-22, R-26, R-

29, R-30, R-31, R-36, dan R-38. Responden R-19 memiliki nilai persentase 30%

dengan skor 3. Sedangkan, responden R-5, R-20, R-23, R-25, R-28, R-34, dan R-35

memiliki nilai persentase paling rendah yaitu 20% dengan skor 2. Adapun beberapa

petikan jawaban siswa dapat dilihat pada Gambar 4.21 – 4.30.


43

Gambar 4.21 Kutipan jawaban R-8 nomor 5

Gambar 4.22 Kutipan jawaban R-15 nomor 5

Gambar 4.23 Kutipan jawaban R-3 nomor 5

Gambar 4.24 Kutipan jawaban R-26 nomor 5

Gambar 4.25 Kutipan jawaban R-25 nomor 5


44

Gambar 4.26 Kutipan jawaban R-9 nomor 6

Gambar 4.27 Kutipan jawaban R-33 nomor 6

Gambar 4.28 Kutipan jawaban R-18 nomor 6

Gambar 4.29 Kutipan jawaban R-21 nomor 6

Gambar 4.30 Kutipan jawaban R-23 nomor 6


45

4.1.4 Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Merinci (Elaboration)

Berdasarkan perhitungan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberikan

pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota diperoleh persentase kemampuan

berpikir kreatif aspek merinci setiap siswa dapat dilihat dari Tabel 4.4.

Tabel. 4.4 Persentase kemampuan berpikir kreatif aspek merinci


Nomor Soal
Berpikir Persentase
Nama Responden Elaborasi Skor
(%)
7 8
R-1 0 3 3 30
R-2 0 0 0 0
R-3 1 1 2 20
R-4 0 3 3 30
R-5 0 3 3 30
R-6 1 1 2 20
R-7 3 3 6 60
R-8 5 1 6 60
R-9 1 3 4 40
R-10 3 5 8 80
R-11 1 3 4 40
R-12 3 3 6 60
R-13 1 1 2 20
R-14 3 3 6 60
R-15 0 0 0 0
R-16 1 3 4 40
R-17 3 3 6 60
R-18 1 3 4 40
R-19 0 0 0 0
R-20 1 1 2 20
R-21 3 1 4 40
R-22 1 1 2 20
R-23 3 1 4 40
R-24 3 1 4 40
R-25 1 1 2 20
46

Nomor Soal
Berpikir Persentase
Nama Responden Elaborasi Skor
(%)
7 8
R-26 1 5 6 60
R-27 3 5 8 80
R-28 3 1 4 40
R-29 3 0 3 30
R-30 3 1 4 40
R-31 3 0 3 30
R-32 3 1 4 40
R-33 3 0 3 30
R-34 3 3 6 60
R-35 3 0 3 30
R-36 3 3 6 60
R-37 0 1 1 10
R-38 0 3 3 30
R-39 3 5 8 80
Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut dilihat bahwa responden R-10, R-27 dan R-39

memiliki nilai persentase yang sama yaitu 80% dengan skor 8. Responden yang

memiliki nilai persentase 60% dengan skor 6 yaitu R-7, R-8, R-12, R-14, R-17, R-26,

R-34 dan R-36. Responden R-9, R-11, R-16, R-18, R-21, R-23, R-24, R-28, R-30, dan

R-32 memiliki nilai persentase yang sama yaitu 40% dengan skor 4. Responden yang

memiliki nilai persentase 30% dengan skor 3 yaitu R-1, R-4, R-5, R-29, R-31, R-33,

R-35, dan R-38. Sedangkan responden yang memiliki nilai persentase 20% dengan skor

2 yaitu R-3, R-6, R-13, R-20, R-22, dan R-25. Serta, R-37 memiliki nilai persentase

paling rendah yaitu 10% dengan skor 1. Dan terdapat 3 responden yang tidak

memberikan jawaban atau tidak menajwab soal yaitu responden R-2, R-15, dan R-19.

Adapun beberapa petikan jawaban siswa dapat dilihat pada Gambar 4.31 – 4.40.
47

Gambar 4.31 Kutipan jawaban R-8 nomor 7

Gambar 4.32 Kutipan jawaban R-29 nomor 7

Gambar 4.33 Kutipan jawaban R-31 nomor 7

Gambar 4.34 Kutipan jawaban R-3 nomor 7

Gambar 4.35 Kutipan jawaban R-13 nomor 7


48

Gambar 4.36 Kutipan jawaban R-10 nomor 8

Gambar 4.37 Kutipan jawaban R-27 nomor 8

Gambar 4.38 Kutipan jawaban R-12 nomor 8

Gambar 4.39 Kutipan jawaban R-5 nomor 8


49

Gambar 4.40 Kutipan jawaban R-6 nomor 8

4.1.5 Persentase Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Berdasarkan analisis data pada setiap indikator kemampuan berpikir kreatif

siswa menunjukkan bahwa setiap responden memiliki kreatifitas pada setiap aspek

berpikir kreatif yang berbeda-beda, ada yang cukup kreatif dan kurang kreatif.

Berdasarkan perhitungan kemampuan berpikir kreatif diperoleh persentase rata-rata

kemampuan berpikir kreatif siswa disajikan dalam tabel 4.5.

Tabel. 4.5 Persentase rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X


SMA Negeri 1 Ampana Kota
Indikator
Nomor Persentase Kategori
No. kemampuan berpikir
soal (%)
kreatif
1. Kelancaran Rendah
1&2 54,61
2. Keluwesan Rendah
3&4 45,38
3. Kebaruan Rendah
5&6 49,48
4. Elaborasi Sangat rendah
7&8 38,2
Rata-rata kemampuan berpikir kreatif Rendah
46,92
siswa
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 4.5 menunjukan bawa rata-rata

kemampuan berpikir kreatif siswa pada indikator kelancaran (Fluency) sebesar

54,61%, indikator keluwesan (Flexibility) sebesar 45,38%, dan indikator elaborasi


50

(Elaboration) sebesar 49,48%, ketiga indikator tersebut berada pada kategori rendah.

Serta indikator kebaruan (Originality) sebesar 38,2% berada pada kategori sangat

rendah. Berdasarkan keempat indikator tersebut rata-rata kemampuan berpikir kreatif

siswa X IPA sebesar 46,92% berada pada kategori rendah.

4.2 Pembahasan

Setelah dilakukan tes untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif siswa

pada materi ikatan kimia yang terdiri dari 4 indikator kemampuan berpikir kreatif

didapatkan hasil yang berbeda-beda setiap indikator. Adapun analisis kemampuan

berpikir kreatis siswa berdasarkan indikator sebagai berikut.

4.2.1 Aspek Kemampuan Berpikir Kelancaran

Kemampuan berpikir lancar didefiniskan sebagai keterampilan seseorang dalam

memproduksi beberapa respon dan ide yang valid, relevan, dan bermakna. Pada

indikator ini siswa mampu mengungkapkan banyaknya ide dan gagasan yang valid,

relevan, dan bermakna (Mukhopadhyay & Sen, 2013). Sedangkan menurut Wahyu

(2016) keterampilan berpikir lancar siswa ditunjukkan dengan adanya beberapa

jawaban siswa dalam menjawab soal secara relevan dan bermakna. Kemampuan

berpikir lancar terdapat pada soal nomor 1 dan 2, dimana kedua soal ini mampu

mengidentifikasi kemampuan berpikir lancar yang diwujudkan dengan kemampuan

kognitif siswa untuk menjawab soal dengan berbagai gagasan yang relevan.

Berdasarkan Tabel 4.5 persentase kemampuan berpikir siswa untuk indikator berpikir
51

lancar yaitu 54,61% dengan kategori rendah. Persentase ini merupakan persentase

indikator tertinggi dari indikator lainnya.

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat pada soal nomor satu ada 12 responden menjawab

soal dengan lancar dan jawaban benar, 15 responden menjawab soal dengan lancar tapi

jawaban kurang tepat, 11 responden menjawab soal dengan lancar tapi jawaban salah,

serta 1 responden tidak memberikan jawaban. Pada soal nomor dua terdapat 8

responden menjawab soal dengan lancar dan jawaban benar, 13 responden menjawab

soal dengan lancar tapi jawaban kurang tepat, sedangkan 18 responden menjawab soal

dengan lancar tapi jawaban salah. dari hasil pengerjaan responden terlihat jelas

perbedaan dalam mengerjakan soal dimana responden lebih memahami permasalahan

dinomor 1 dibandingkan permasalahan nomor 2. Berdasarkan data yang diperoleh

menunjukkan bahwa responden R-7 mampu menjawab soal dengan gagasan yang

relevan dan benar untuk kedua soal, sedangkan responden lainnya hanya mampu

memjawab soal dengan gagasan yang relevan dan benar pada salah satu soal. Hal ini

disebabkan responden belum memahami konsep, belum memahami apa yang

dimaksud dalam soal, sehingga sebagian besar responden menjawab soal dengan salah

dan responden yang memberikan jawaban benar hanya berdasarkan teori belum

dikaitkan dengan kehidupan. Hal ini dikarenakan responden hanya menghafalkan teori

yang diajarkan. Menurut suastra (2006) bahwa penekanan hafalan tidak diikuti makna

Ketika belajar akan menghambat pemahaman konsep dan tidak dapat menerapkan pada

peristiwa lainnya.
52

Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan siswa belum

sepenuhnya mampu berpikir luas berdasarkan soal yang diberikan. Sebagain besar

kemampuan siswa dalam berpikir lancar berada pada kategori rendah berdasarkan

Tabel 4.1. Sesuai dengan pernyataan (Munandar dalam Sari, 2013) bahwa berpikir

kreatif aspek lancar merupakan kemampuan dalam menghasilkan banyaknya

gagasan/ide atau jawaban yang relevan serta arus pemikiran yang lancar.

4.2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Keluwesan

Kemampuan berpikir luwes yaitu siswa mampu menghasilkan gagasan, jawaban,

atau pertanyaan yang bervariasi karena mampu melihat masalah dari sudut pandang

yang berbeda-beda (Sulistiarmi, 2016). Sedangkan menurut Wahyu (2016)

kemampuan berpikir luwes ditunjukkan dengan adanya cara yang baru dari jawaban

siswa ketika cara lama tidak lagi efisien. Keterampilan berpikir luwes ini didefinisikan

sebagai keterampilan seseorang memproduksi respon dari kategori yang berbeda-beda

dan dapat mudah meninggalkan cara berpikir lama (Kusumawati, 2018). Kemampuan

berpikir luwes terdapat pada soal nomor 3 dan 4, dimana kedua soal ini mampu

mengidentifikasi kemampuan berpikir luwes yang diwujudkan dengan kemampuan

kognitif siswa untuk menjawab permasalahan pada soal dengan cara/pendekatan yang

baru apabila cara/pendekatan lama tidak lagi efisien. Berdasarkan Tabel 4.5 persentase

kemampuan berpikir siswa pada kemampuan berpikir luwes yaitu sebasar 45,38%

dengan kategori rendah.


53

Berdasarkan Tabel 4.2 pada soal nomor 3 terdapat 22 responden memberikan

jawaban bervariasi dengan sudut pandang yang berbeda dan jawaban kurang tepat,

responden yang memberikan jawaban bervariasi dengan sudut pandang yang berbeda

dengan jawaban tidak tepat sebanyak 15 responden, sedangkan 2 responden tidak

memberikan jawaban atau tidak dapat menjawab soal. Pada soal nomor 4 terdapat 10

responden memberikan jawaban bervariasi dengan sudut pandang yang berbeda dan

jawaban tepat, 9 responden memberikan jawaban bervariasi dengan sudut pandang

yang berbeda dan jawaban kurang tepat, 19 responden memberikan jawaban bervariasi

dengan sudut pandang yang berbeda dengan jawaban tidak tepat, serta 1 responden

tidak memberikan jawaban atau tidak dapat menjawab soal. Berdasarkan data yang

diperoleh menunjukkan bahwa hanya 10 orang siswa yang dapat memberikan jawaban

pada soal nomor 4 cukup luwes dan benar sesuai dengan teori, namun sebagian besar

siswa lainnya memberikan jawabaan yang tidak sesuai dengan teori dan belum berpikir

luwes. Hal ini disebabkan siswa belum memahami konsep ikatan kimia. Selain itu

siswa belum terbiasa menghubungkan konsep ikatan kimia dalam kehidupan sehari-

hari dan siswa belum memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap permasalahan

yang disajikan.

Berdasarkan deskiprisi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa

belum sepenuhnya mampu berpikir luwes berdasarkan kehidupan sehari-hari. Dalam

hal ini sebagian besar siswa masih cenderung bingung jika terjebak dalam suatu

permasalahan dan tidak mencapai solusi yang terbaik. Sesuai dengan pernyataan

Sulistiarmi (2016) seharusnya siswa mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau


54

pertanyaan yang bervariasi karena mampu melihat masalah dari sudut pandang yang

berbeda-beda dan dapat menjawab dengan cara pendekatan yang baru sesuai dengan

konsep tertentu.

4.2.3 Aspek Kemampuan Berpikir Kebaruan

Keterampilan berpikir kebaruan didefinisikan sebagai keterampilan seseorang

dalam memberikan gagasan atau jawaban yang lain dari yang sudah ada sebelumnya.

Keterampilan berpikir kebaruan didefinisikan sebagai keterampilan seseorang dalam

memproduksi respon yang baru dan langka (Mukhopadhyay & Sen, 2013).

Kemampuan berpikir kebaruan terdapat pada soal nomor 5 dan 6, dimana kedua soal

ini mampu mengidentifikasi kemampuan berpikir kebaruan yang diwujudkan dengan

kemampuan kognitif siswa untuk menjawab soal dengan gagasan yang unik lain

daripada yang lain. Berdasarkan Tabel 4.5 persentase kemampuan berpikir siswa pada

kemampuan berpikir kebaruan yaitu sebasar 49,48% dengan kategori rendah.

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat pada soal nomor 5 terdapat 6 responden

memberikan jawaban menggunakan bahasa dengan caranya sendiri dan jawaban tepat,

13 responden memberikan jawaban menggunakan bahasa dengan caranya sendiri

namun jawaban kurang tepat, 18 responden memberikan jawbaan menggunakan

Bahasa dengan caranya sendiri tetapi jawaban salah, serta 1 responden tidak

memberikan jawaban atau tidak dapat menjawab soal. Pada soal nomor 6 terdapat 4

responden memberikan jawaban menggunakan bahasa dengan caranya sendiri dan

jawaban tepat, 23 responden memberikan jawaban menggunakan bahasa dengan


55

caranya sendiri namun jawaban kurang tepat, dan 12 responden memberikan jawaban

menggunakan bahasa dengan caranya sendiri tetapi jawaban salah. Berdasarkan data

yang diperoleh menunjukkan bahwa responden R-8 dan R-15 mampu menjawab kedua

soal dengan menggunakan bahasa dan caranya sendiri dan jawaban tepat, sedangkan

beberapa responden lainnya hanya mampu menjawab soal dengan menggunakan

bahasa dan caranya sendiri dan jawaban tepat pada salah satu soal. Serta, Sebagian

besar responden menjawab soal menggunakan bahasa dan caranya sendiri dan jawaban

kurang tepat. Hal ini disebabkan responden belum memahami konsep secara utuh,

belum memahami apa yang dimaksud dalam soal, sehingga sebagian besar responden

menjawab soal dengan salah dan responden yang memberikan jawaban benar hanya

berdasarkan teori dan belum dikaitkan dengan kehidupan. Hal ini dikarenakan

responden hanya menghafalkan teori yang diajarkan. Menurut Suastra (2006) bahwa

penekanan hafalan tidak diikuti makna ketika belajar akan menghambat pemahaman

konsep dan tidak dapat menerapkan pada peristiwa lainnya.

Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa belum

sepenuhnya mampu berpikir kebaruan berdasarkan kehidupan nyata yang dialami.

Sebagain besar keterampilan berpikir kebaruan siswa berada pada kategori rendah

berdasarkan Tabel 4.3. Sesuai dengan pernyataan Wahyu (2016) pada keterampilan ini

seharusnya siswa dapat menjawab soal dengan berbagai gagasan/ide yang lain dari

pada yang lain (unik). Siswa harusnya dapat menjawab dengan hal-hal yang tidak

pernah terpikirkan oleh orang lain.


56

4.2.4 Aspek Kemampuan Berpikir Elaborasi (Merinci)

Kemampuan berpikir elaborasi adalah siswa dapat mengembangkan atau

memperkaya gagasan orang lain dan menyusun suatu langkah penyelesaian masalah

secara terperinci (Hadma, dkk., 2017). Sedangkan menurut Mukhopadhyay & Sen

(2013) Keterampilan berpikir elaborasi merupakan sebagai keterampilan seseorang

memberikan jawaban secara detai/rinci pada suatu permasalahan yang dikerjakan.

Kemampuan berpikir elaborasi terdapat pada soal nomor 7 dan 8, dimana dua soal ini

mampu mengidentifikasi kemampuan berpikir elaborasi yang diwujudkan dengan

kemampuan kognitif siswa untuk menjawab soal dengan jawaban yang detail/rinci.

Berdasarkan Tabel 4.5 persentase kemampuan berpikir siswa pada kemampuan

berpikir merinci yaitu sebasar 38,2 % dengan kategori sangat rendah, indikator pada

aspek ini memiliki nilai yang paling rendah disbanding dengan indikator yang lain.

Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa pada soal nomor 7 terdapat satu responden

yang mampu menjawab soal dengan rinci dan benar, 19 responden menjawab soal

dengan rinci dan jawaban kurang tepat, 11 responden menjawab soal tidak rinci dan

jawaban salah. Sedangkan 8 responden tidak memberikan jawaban atau tidak mampu

menjawab soal yang diberikan. Pada soal nomor 8 terdapat 4 responden mampu

menjawab soal dengan rinci dan benar, 14 responden menjawab soal dengan rinci dan

jawaban kurang tepat, 14 responden menjawab soal tidak rinci dan jawaban salah.

Serta, 7 responden tidak memberikan jawaban atau tidak mampu menjawab soal yang

diberikan. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa beberapa responden

mampu berikan jawaban rinci dan jawaban benar hanya pada salah satu soal saja, dan
57

sebagian besar siswa belum mampu memberikan jawaban yang rinci terhadap dua soal

yang diberikan. Serta, 3 responden tidak memberikan jawaban pada dua soal tersebut.

Hal ini disebabkan siswa belum memahami teori VSEPR yang ditanyakan pada soal

nomor 7 dan belum memahami ikatan kovalen polar dan nonpolar yang ditanyakan

pada soal nomor 8. Selain itu siswa belum terbiasa memberikan jawaban secara

detail/rinci sesuai dengan materi.

Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa belum

sepenuhnya mampu berpikir secara elaborasi, sebagaian besar keterampilan berpikir

elaborasi siswa masih rendah. Pada dimensi ini harusnya siswa mampu menjawab soal

dengan memberikan gagasan atau jawaban yang merinci dan benar sesuai apa yang

ditanyakan pada soal. Sesuai dengan pendapat Mukhopadhyay & Sen (2013)

Keterampilan berpikir elaborasi merupakan sebagai keterampilan seseorang

memberikan jawaban secara detai/rinci pada suatu permasalahan yang dikerjakan.

Berdasarkan deskripsi dari keempat aspek berpikir kreatif diperoleh data

bervariasi masing-masing dari responden baik dalam kategori tinggi, sedang maupun

rendah yang menunjukkan pola piker dan kreatifitas yang berbeda-beda. Seperti R-7

mampu berpikir kreatif aspek kelancaran dengan kategori tinggi, R-8 dan R-15 mampu

berpikir kreatif aspek kebaruan dengan kategori tinggi. Sedangkan sebagian besar

responden yang lain belum mampu berpikir kreatif pada setiap aspek. Namun, ada dua

responden yang cukup menarik oleh peneliti yaitu R-7 yang mendapatkan skor tertinggi

dari 8 soal yang diberikan dan R-11 yang mendapatkan skor terendeh dari 8 soal yang

diberikan. Perbedaan yang cukup signifikan antara dua responden ini disebabkan oleh
58

cara belajar dari masing-masing responden selama masa pandemi, lingkungan kelurga

yang mendukung dalam memfasilitasi proses pembalajaran selama pandemi, dan

tempat tinggal dimana R-7 tinggal didaerah yang cukup mudah dalam mengakses

jaringan internet. Sedangkan R-11 tinggal didaerah yang masih sulit dalam mengakses

jaringan internet.

Hasil perhitungan rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada Tabel 4.5

menunjukkan bahwa kemampuan siswa berbeda-beda. Pada indikator kelancaran

persentasenya sebesar 54,61% dengan kategori rendah, indikator keluwesan memiliki

persentase sebesar 45,38% dengan kategori rendah, indikator kebaruan memiliki

persentase sebesar 49,48% dengan kategori rendah. Sedangkan, pada indikator

elaborasi persentasenya sebesar 38,2% dengan kategori sangat rendah. Rata-rata

Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota sebesar

46,92% berada pada kategori rendah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan berpikir kreatif yaitu

siswa belum memahami secara keseluruhan konsep kimia khususnya pada materi

ikatan kimia, siswa belum mampu menerapkan konsep kehidupan sehari-hari, siswa

pun belum terbiasa untuk berpikir kreatif dimana memunculkan ide atau gagasan yang

relevan, orisinil dan lebih rinci, dalam mengerjakan suatu permasalahan dalam

pembelajaran kimia. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terbuka dengan salah satu

guru kimia yang mengajar di kelas X IPA dalam proses pembelajaran diera pandemi

guru menggunakan 1 aplikasi pembelajaran yaitu aplikasi classroom, aplikasi ini

digunakan sebagai sarana dalam pembelajaran daring, seperti kegiatan pemberian


59

materi pelajaran, berdiskusi dan pemberian tugas. Dalam proses pembelajaran ini guru

cenderung menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah ini dianggap

kurang efisien untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa, sesusai dengan

pendapat Isti (2013) metode ceramah membuat siswa lebih pasif, dan kurang aktifnya

siswa. Lingkungan belajar tersebut akan membuat kemampuan berpikir kreatif siswa

cenderung rendah. Pemilihan model pembelajaran juga berpengaruh dalam melatih

keterampilan berpikir kreatif siswa. Tipe pembelajaran yang mengaitkan dengan

kehidupan sehari-hari atau lingkungan sekitar dapat mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif siswa, karena siswa dituntut untuk dapat memecahkan permasalahan

yang terjadi (Armandita, 2017).


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tes essay kemampuan berpikir kreatif siswa pada

materi ikatan kimia dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa kelas

X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota diperoleh persentase indikator kelancaran 54,61%,

indikator keluwesan 45,38% dan indikator kebaruan 49,48% berada pada kategori

rendah. Serta persentase indikator elaborasi 38,20% berada pada kategori sangat

rendah. Berdasarkan keempat indikator kemampuan berpikir kreatif bahwa

kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Ampana Kota diperoleh

persentase sebasar 46,92% berada pada kategori rendah dengan karakteristik

kemampuan berpikir kreatif tingkat 2 yaitu cukup kreatif.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang diberikan pda penelitian ini

adalah:

1. Penelitian kemampuan berpikir kreatif siswa ini mempunyai keterbatasan

penelitian, untuk memperoleh hasil yang lebih sempurna maka perlu dilakukan

penelitian-penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

2. Penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan ikatan kimia untuk penelitian

selanjutnya disarankan dilakukan pada pokok bahasan yang lain serta pada

jenjang pendidikan yang lain. Perbedaan tersebut mungkin akan membuat

kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki responden juga berbeda.

60
61

3. Siswa dapat sering dilatih untuk menyelesaikan soal-soal kemampuan berpikir

kreatif agar siswa tidak lagi menganggap bahwa hal tersebut sulit.

4. Siswa menumbuhkan sifat percaya diri dalam setiap mengerjakan latihan-

latihan soal kemampuan berpikir kreatif agar menumbuhkan inteligensi siswa

tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2016). Revitalisasi Penilaian Pembelajaran Dalam Konteks Pendidikan
Multiliterasi Abad Ke-21. Bandung: PT Refika Aditama.

Abu, A., & Widodo, S. (2008). Psikologi belajar. Jakarta: Bineka Cipta

Afadil, (2016). “Model Pembelajaran Problem Solving dengan Aspek Ontologi,


Epistemologi, Aksiologi (Model PS-TRILOGI) untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Mahasiswa”. Disertasi Tidak
Diterbitkan. Surabaya: UNESA.

Agustina, M. (2018). Problem base learning (pbl): suatu model pembelajaran untuk
mengembangkan cara berpikir kreatif siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama
Islam, 10(2), 164-173.

Armandita, P., Wijayanto, E., Rofiatus, L., & Susanti, A. (2017). Analisis kemampuan
berpikir kreatif pembelajaran fisika di kelas xi mia 3 sma negeri 11 kota Jambi.
Penelitian Ilmu Pendidikan, 10(2), 129–135.

Astini, N. K. S. (2020). Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran tingkat


sekolah dasar pada masa pandemi covid-19. Jurnal Lampuhyang, 11(2), 13–25.

Ayuni, R., Firmansyah, D., Senjayawati, E. & Maya, R. (2018). Analisis tingkat
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan permasalahan pada
materi lingkaran. Jurnal Matematics Paedagogic, 2(2), 139-148.

Baharuddin. (2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Brown, T. L., Lemay, H. E., Bursten, B. E., Murphy, C. J., & Woodward, P. M. (2012).
Chemistry: The Central Science. (Edisi Ke-12). New York: Pearson Prentice
Hall

Chang, R. (2003). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Ernawati, M. D. W., Muhammad, D., Asrial, A., Muhaimin, M., & Info, A. (2019).
Identifying creative thinking skills in subject matter bio-chemistry. International
Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE), 8(4), 581–589.
https://doi.org/10.11591/ijere.v8i4.20257.

Fajrul. (2020). Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sistem periodik
unsur kelas x mipa sma negeri 1 dampal selatan di kabupaten Toli-toli, Skripsi
Tidak Diterbitkan, Universitas Tadulako: Palu.

62
63

Fathiyah, I. (2020). Pedoman Pencegahan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-


19). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Filsaime, D. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi
Pustaka.

Gay, LR., Geoffrey, E. M., & Peter, A. (2009). Educational Research, Competencies
for Analysis and Application. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Hadma, Y., Mariati, R. Y., & Cici, H. (2017). Keterampilan berpikir kreatif pada siswa
sekolah menengah di palangka raya menggunakan pendekatan saintifik. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 3(1), 48-56.

Herlina, L., & Qurbaniah, M. (2017). Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa pada
materi virus kelas x mas al-mustaqim Sungai Raya 2. Jurnal Bioeducation, 2(1),
11-14.

Islamic, A. R., Sukardjo, J. S., & Nurhayati, D. (2016). Penerapan metode


pembelajaran team assisted individualization (tai) dilengkapi media handout
untuk peningkatkan prestasi belajar dan tata nama senyawa kimia dan persamaan
reaksi kimia kelas x 2 sma negeri Gondangrejo Karanganyar. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK), 5(2), 68–74.

Isti, S. N. D. (2013). Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui model


pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Jurnal PGSD,
1(2), 1–14.

Istiqomah, F., Widiyatmoko, A., & Wusqo, I. U. (2016). Pengaruh media kokami
terhadap keterampilan berpikir kreatif dan aktivitas belajar tema bahan kimia.
Unnes Science Education Journal, 5(2), 1217–1226.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15294/usej.v3i2.3349

Jumi, W., Suleman, N., & Tangio, J. S. (2018). Identifikasi kemampuan berpikir kreatif
siswa menggunakan soal tes open ended problem pada materi elektrokimia di sma
negeri 1 Telaga. Jurnal Entropi, 13(1), 35–43.

Kemendikbud. (2014). Permendikbud No. 59 Tahun 2014 Lampiran Iii Tentang Pmp
Mata Pelajaran Kimia SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
64

Kusumawati, E. D., Yennita., & Syahril. (2018). Capability thinking ability analysis
student class xi-mia sma negeri 1 Pekanbaru on physical latest eye. JOM FKIP,
5(1), 1–13.

Malisa, S., & Bakti, I. (2018). Model pembelajaran creative problem solving (cps)
untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Vidya
Karya, 33(1), 1–20.

Mukhopadhyay,R. & Sen, M.K. (2013). Scientific creativitya new emerging field of
research: some considerations. International Journal of Education and
Psychological Research (IJEPR), 2(1), 1-9.

Munandar, U. (2009). Perkembagan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar, U. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka


Cipta

Murjani, A., & Hamid, A. (2016). Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil
belajar siswa melalui model pembelajaran generatif pada materi larutan
penyangga. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 7(2), 103–108.

Noviyana, H. (2017). Pengaruh model project based learning terhadap kemampuan


berpikir kreatif matematika siswa. Jurnal Edumath, 3(2), 110-117.

Ozgelen, S. (2012). Students science process skills within a cognitive domain


framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,
8(4), 283–292. https://doi.org/10.12973/eurasia.2012.846a

Purwanto, N. (2010). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT


Remaja.

Riduwan. (2010). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabet

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana.

Siswono, E. Y. T. (2011). Level of student’s creative thinking in classroom


mathematics. Educational Research and Review, 6(7), 548-553.

Suastra, I. W. (2006). Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif melalui


pembelajaran sains. Jurnal IKA, 4(2), 23-24.
65

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Elfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiarmi, W. (2016). Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa kelas xi ipa pada
mata pelajaran fisika sma negeri se-kota Pati. Skripsi, tidak diterbitkan. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Wahyu, J. A., & Madlazim. (2018). Pengembangan lembar kerja pesrta didik (lkpd)
berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
peserta didik. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 7(3), 413-419.

Wahyu, P. S., Arif, H., & Sentot, K. (2016). Analisis keterampilan berpikir kreatif
siswa sma pada materi fluida statis. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(5), 307-317.

Wowo, S. K. (2013). Taksonomi berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya

Zakiyah, dkk. (2018). Analisis dampak kesulitan siswa pada materi stoikiometri
terhadap terhadap hasil belajar termokimia. Jurnal kimia dan pendidikan. 3(1).
66

Lampiran 1
LEMBAR VALIDASI TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Mata Pelajaran : Kimia
Materi pokok : Ikatan Kimia
Sekolah : SMA Negeri 1 Ampana Kota
Kelas/semester : X/I
Penulis : Indriyani K. Idris Djawasa
Nama Validator : Dr. Afadil, S.Pd., M. Si
A. Tujuan
Mengukur kevalidan tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi Ikatan Kimia
B. Petunjuk
1. Dimohon kepada bapak/ibu memberikan tanda centang ( √ ) jika Valid dan tanda silang (X) jika Tidak Valid pada
lajur nomor soal yang tersedia.
2. Jika ada yang perlu direvisi, mohon memberi revisi pada bagian saran atau menuliskan lansung pada naskah yang
ditelaah.
C. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen,ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta
interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi
67

4.5 Mengolah dan menganalisis perbandingan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungnnya dengan sifat
fisik, materi.
D. Penilaian di Tinjau dari beberapa Aspek
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77

Lampiran 2
LEMBAR PENILAIAN VALIDASI
TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Mata Pelajaran : Kimia
Materi pokok : Ikatan Kimia
Sekolah : SMA Negeri 1 Ampana Kota
Kelas/semester : X/I
Penulis : Indriyani K. Idris Djawasa
Nama Validator : Dr. Afadil, S.Pd., M. Si
A. Tujuan
Mengukur kevalidan tes kemmpuan berpikir kreatif siswa pada materi ikatan kimia.
B. Petunjuk
1. Objek penilaian adalah instrumen tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi Sistem Periodik Unsur
2. Dimohon kepada bapak/ibu memberikan tanda centang ( √ ) jika valid dan tanda silang (X) jika tidak valid pada
lajur nomor soal yang tersedia.
3. Untuk kesimpulan mohon memberikan keterangan pada lajur soal dengan tanda sebagai berikut:
• LD (Layak Digunakan),
• LDP (Layak Digunakan dengan Perbaikan),
78
79
80
81
82

Lampiran 3
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas : X MIPA
Materi : Ikatan Kimia

Nama :
Kelas :
Petunjuk :
- Jawablah pertanyaan/soal dibawah ini pada lembar jawaban
- Analisalah setiap pertanyaan/soal sebelum anda menjawab
- Usahakanlah menjawab pertanyaan/soal sesuai analisa anda

Soal Essay Ikatan Kimia

1. Di antara atom-atom di alam, hanya atom gas mulia yang lebih stabil sedangkan
atom yang lain tidak stabil. Atom-atom yang tidak stabil tersebut cendrung
bergabung dengan atom lain untuk mendapatkan kestabilan. Jelaskan pendapat
Anda mengapa atom gas mulia lebih stabil sedangkan atom yang lain tidak stabil.
2. Setelah melakukan percobaan penentuan ikatan ion dan kovalen antara larutan
gula, garam, dan soda ternyata Cloudia mempunyai kesimpulan bahwa larutan
gula dan soda tidak dapat menghantarkan listrik sehingga kedua larutan tersebut
adalah ikatan kovalen. Sedangkan larutan garam adalah ikatan ion karena dapat
menghantarkan listrik. Benarkah pernyataan Cloudia?, kemukakan beberapa
alasan Anda!
3. Apabila dalam suatu molekul terdapat beda keelektronegatifan antar atom-atom
penyusunnya, maka akan terjadi kepolaran senyawa. Semakin besar perbedaan
harga keelektronegatifan antara kedua atom, semakin polar ikatannya. Berikan
pendapat Anda bagaimana cara menentukan suatu molekul merupakan molekul
polar atau nonpolar.
4. Saat praktikum di laboratorium, terdapat objek penelitian yaitu dua buah kristal
yang berbeda penyusunnya. Kristal pertama adalah kristal garam dan kristal kedua
adalah kristal besi. Di saat bersamaan, kedua kristal tersebut dipukul menggunakan
palu dan ternyata kristal pertama menjadi pecah sedangkan kristal kedua tidak
pecah. Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi!
83

5. Pada saat proses pembuatan pisau oleh tukang besi, ternyata logam yang akan
dimanfaatkan untuk pembuatan pisau harus ditempa pada suhu tinggi. Berdasarkan
fenomena tersebut, ikatan apa yang terjadi pada proses pembuatan tersebut?, dan
kemukakan alasannya mengapa hal itu dapat terjadi!
6. Dalam sebuah percobaan, siswa melakukan pengujian terhadap daya arus lisrik
dari garam dapur dan kawat besi. Hasil yang diperoleh bahwa garam dapur dalam
fasa padat tidak mampu menghantarkan arus listrik, sedangkan kawat besi mampu
menghantarkan arus listrik. Jelaskan mengapa pendapat Anda tentang fenomena
tersebut!
7. Bentuk molekul dapat dijelaskan dengan menggunakan berbagai pendekatan
antara lain teori orbital bastar (hibridisasi orbital), teori medan kristal, dan teori
tolakan pasangan electron (VSEPR). Salah satu cara menentukan bentuk molekul
suatu senyawa adalah melalui teori VSEPR yang dikemukakan pertama kali oleh
Nevil Sidgwick dan Herbet Powel pada tahun 1940 dan disempurnakan oleh
Ronald Gillespie dan Ronald Sydney Nyholm pada tahun 1957. Teori VSEPR
nampak lebih mudah digunakan dalam menjelaskan bentuk molekul-molekul
sederhana. Kemukakan gagasan Anda tentang teori VSEPR! Jelaskan Langkah-
langkah teori VSEPR!

8.

Ikatan hidrogen adalah tarik menarik antara dipol-dipol antara atom hidrogen
dengan senyawa yang melibatkan ikatan antara hidrogen dengan atom
elektronegatif misalnya N, O, dan F. Ikatan hidrogen berpengaruh pada titik didih
suatu senyawa, gambar diatas merupakan grafik titik didih senyawa hidrida
golongan IVA, VA, VIA, dan VIIA. Berdasarkan gambar tersebut, jelaskan
pendapat Anda mengenai kecenderungan perubahan titik didih pada senyawa
hidrida diatas!
84

Lampiran 4 Rubrik Penilaian

RUBRIK PENILAIAN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

No Indikator Soal Jawaban Kriteria Jawaban Skor

Gas mulia merupakan atom stabil, kestabilan Siswa dapat menjawab soal
Di antara atom-atom di alam, suatu atom menurut G.N. Lewis dan Kossel dengan lancar dan jawaban 5
hanya atom gas mulia yang lebih berkaitan dengan konfigurasi atau susunan tepat
stabil sedangkan atom yang lain electron dari atom itu. Gas mulia memiliki
tidak stabil. Atom-atom yang konsigurasi electron penuh sehingga Siswa dapat menjawab soal
Berpikir tidak stabil tersebut cendrung merupakan atom stabil. Konfigurasi electron dengan lancar dan jawaban 3
1 Lancar bergabung dengan atom lain atom-atom akan stabil bila jumlah electron kurang tepat
(Fluency) untuk mendapatkan kestabilan. terluarnya 2 (duplet) seperti pada helium atau
Jelaskan pendapat Anda mengapa 8 (oktet) seperti atom gas mulia yang lain.
atom gas mulia lebih stabil 1
Siswa dapat menjawab soal
sedangkan atom yang lain tidak dengan lancar dan jawaban
stabil. salah
Benar. Senyawa ion dalam bentuk larutan Siswa dapat menjawab soal
Setelah melakukan percobaan
akan terurai menjadi ion positif dan negative dengan lancar dan jawaban 5
penentuan ikatan ion dan kovalen
sehingga ion positive akan tertarik pada tepat
antara larutan gula, garam, dan
kation dan ion negative akan tertarik pada
soda ternyata Cloudia mempunyai
2 anion. Sedangkan pada ikatan kovalen tidak
Berpikir kesimpulan bahwa larutan gula Siswa dapat menjawab soal
terjadi penguraian senyawa menjadi ion
Lancar dan soda tidak dapat dengan lancar dan jawaban 3
positive dan negatif
(Fluency) menghantarkan listrik sehingga kurang tepat
kedua larutan tersebut
85

No Indikator Soal Jawaban Kriteria Jawaban Skor

digolongkan dalam senyawa


berikatan kovalen sedangkan
larutan garam digolongkan 1
Siswa dapat menjawab soal
kedalam senyawa berikatan ion
dengan lancar dan jawaban
karena dapat menghantarkan
salah
listrik. Benarkah pernyataan
Cloudia?, kemukakan beberapa
alasan Anda!
Siswa memberikan jawaban
Untuk mengetahui suatu molekul merupakan
Apabila dalam suatu molekul bervariasi dengan sudut 5
molekul polar atau tidak, dapat dilakukan
terdapat beda keelektronegatifan pandang yang berbeda
dengan mengalirkan molekul tersebut dalam
antar atom-atom penyusunnya, dengan jawaban yang tepat
suatu medan magnet atau medan listrik.
maka akan terjadi kepolaran Apabila alirannya dibelokkan karena karena Siswa memberikan jawaban
senyawa. Semakin besar medan magnet atau medan listrik, berarti
Berpikir bervariasi dengan sudut
perbedaan harga molekul tersebut polar, tetapi bila alirannya 3
3 Luwes pandang yang berbeda
keelektronegatifan antara kedua tidak dibelokkan oleh medan magnet atau
(Flexibility) dengan jawaban yang kurang
atom, semakin polar ikatannya. listrik, berarti molekulnya merupakan tepat
Berikan pendapat Anda molekul non-polar
bagaimana cara menentukan suatu Siswa memberikan jawaban
1
molekul merupakan molekul polar bervariasi dengan sudut
atau nonpolar. pandang yang berbeda
dengan jawaban yang tidak
tepat
Saat praktikum di laboratorium, Siswa memberikan jawaban
Berpikir
terdapat objek penelitian yaitu dua Karena jika senyawa ion dipukul, akan terjadi bervariasi dengan sudut 5
4 Luwes
buah Kristal yang berbeda pergeseran posisi ion positif dan ion negative, pandang yang berbeda
(Flexibility)
penyusunnya. Kristal pertama dari yang semula berseling-seling menjadi dengan jawaban yang tepat
86

No Indikator Soal Jawaban Kriteria Jawaban Skor

adalah kristal garam dan Kristal berhadapan langsung. Hak ini yang Siswa memberikan jawaban
kedua adalah kristal besi. Di saat menyebabkan ion positif bertemu muka bervariasi dengan sudut
3
bersamaan, kedua kristal tersebut dengan ion positif dan terjadi gaya tolak- pandang yang berbeda
dipukul menggunakan palu dan menolak inilah yang menyebabkan Kristal dengan jawaban yang kurang
ternyata Kristal pertama menjadi senyawa ion bersifat rapuh. tepat
pecah sedangkan Kristal kedua
Siswa memberikan jawaban
tidak pecah. Jelaskan mengapa hal 1
bervariasi dengan sudut
tersebut dapat terjadi!
pandang yang berbeda
dengan jawaban yang tidak
tepat

Siswa menjawab soal dengan


5
bahasa dan caranya sendiri
Pada saat proses pembuatan pisau dengan tepat
oleh tukang besi, ternyata logam
yang akan dimanfaatkan untuk
Ikatan logam. Ikatan logam memiliki awan Siswa menjawab soal dengan
pembuatan pisau harus ditempa
Berpikir electron yang saling berdekatan sehingga sulit bahasa dan caranya sendiri 3
pada suhu tinggi. Berdasarkan
5 Orisinal untuk mengalami pergeseran, untuk membuat namun jawabannya kurang
fenomena tersebut, ikatan apa
(Originality) ikatan tersebut bergeser diperlukan suhu tepat
yang terjadi pada proses
tinggi.
pembuatan tersebut?, dan
kemukakan alasannya mengapa
1
hal itu dapat terjadi! Siswa menjawab soal bukan
dengan bahasa dan caranya
sendiri
87

No Indikator Soal Jawaban Kriteria Jawaban Skor

Siswa menjawab soal dengan


5
Dalam sebuah percobaan, siswa bahasa dan caranya sendiri
melakukan pengujian terhadap dengan tepat
daya arus lisrik dari garam dapur
dan kawat besi. Hasil yang Dalam garam dapur terdapat ikatan ion di Siswa menjawab soal dengan
Berpikir diperoleh bahwa garam dapur mana elektron terikat kuat dalam ion. Dalam bahasa dan caranya sendiri 3
6 Orisinal dalam fasa padat tidak mampu kawat besi, terdapat ikatan logam di mana namun jawabannya kurang
(Originality) menghantarkan arus listrik, elektron valensi dapat mudah bergerak tepat
sedangkan kawat besi mampu (movable)
menghantarkan arus listrik. 1
Siswa menjawab soal bukan
Jelaskan mengapa pendapat Anda
dengan bahasa dan caranya
tentang fenomena tersebut!
sendiri

Bentuk molekul dapat dijelaskan Menurut teori VSEPR, meskipun kedudukan


dengan menggunakan berbagai pasangan electron dapat tersebar diantara
pendekatan antara lain teori atom-atom tersebut tetapi secara umum
Berpikir orbital bastar (hibridisasi orbital), terdapat pola dasar kedudukan pasangan- Siswa dapat menjawab soal
5
7 Orisinal teori medan kristal, dan teori pasangan electron akibat adanya gaya tolak dengan rinci dan jawabannya
(Originality) tolakan pasangan electron menolak yang terjadi antara pasangan tepat
(VSEPR). Salah satu cara electron-elektron tersebut.
menentukan bentuk molekul suatu Rumusan tipe molekul dapat ditulis dengan
senyawa adalah melalui teori lambing AXnEn (jumlah pasangan electron),
88

No Indikator Soal Jawaban Kriteria Jawaban Skor

VSEPR yang dikemukakan pasangan electron ikatan (PEI) dan pasangan


pertama kali oleh Nevil Sidgwick electron bebas (PEB).
dan Herbet Powel pada tahun
1940 dan disempurnakan oleh 𝐴𝑋𝑛 𝐸𝑛
Ronald Gillespie dan Ronald Siswa dapat menjawab soal
Sydney Nyholm pada tahun 1957. Dimana: 3
dengan rinci dan jawabannya
Teori VSEPR nampak lebih A: Atom pusat kurang tepat
mudah digunakan dalam X: Jumlah pasangan electron ikatan (PEI)
menjelaskan bentuk molekul- E: Jumlah pasangan electron bebas (PEB)
molekul sederhana. Kemukakan Catatan:
gagasan Anda tentang teori a. Ikatan rangkap dua atau rangkap tiga
VSEPR dan jelaskan Langkah- dihitung satu pasang electron ikatan
langkah teori VSEPR! b. Tolakan antara PEB-PEB>PEB-
PEI>PEI-PEI
c. PEI menentukan bentuk molekul, PEB
mempengaruhi besar sudut ikatan
Langkah-langkah memprediksi bentuk
molekul dengan teori VSEPR 1
Siswa menjawab soal tidak
a. Tentukan struktur lewis dari rumus rinci dan jawabannya tidak
molekul tepat
b. Tentukan jumlah PEB dan PEI atom
pusat
c. Tentukan tipe atau rumus molekulnya
d. Gambar bentuk molekul dan beri
nama sesuai dengan jumlah PEI dan
PEB
89

No Indikator Soal Jawaban Kriteria Jawaban Skor

Pada deretan hidrida golongan IVA (CH4,


SiH4, GeH4, dan SnH4) terdapat kenaikan titik
didih yang teratur dari CH4 ke GeH4. Hal ini
dapat dijelaskan menurut gaya Van der Waals Siswa dapat menjawab soal
5
yang bekerja pada molekul-molekul tersebut. dengan rinci dan jawabannya
Massa molekul CH4 paling kecil, maka gaya tepat
van der Waals yang bekerja padanya paling
lemah. Oleh karena itu titik didihnya paling
rendah. Diantara hidrida unsur golongan VA
(NH3, PH3, AsH3, dan SbH3), molekul NH3
paling kecil massa rumusnya, sehingga
seharusnya titik didih NH3 paling rendah.
Berpikir Ikatan hidrogen adalah tarik Tetapi faktanya, titik didih NH3 yang paling Siswa dapat menjawab soal
3
Merinci menarik antara dipol-dipol antara tinggi. Demikian pula titik didih H2O yang dengan rinci dan jawabannya
8 kurang tepat
(Elaboration) atom hidrogen dengan senyawa paling tinggi diantara hidrida golongan VIA
yang melibatkan ikatan antara (H2O, H2S, H2Se, dan H2Te). Demikian pula
hidrogen dengan atom untuk hydrogen halide HF yang mempunyai
elektronegatif misalnya N, O, dan titik didih tertinggi di antara hydrogen halide
F. Ikatan hidrogen berpengaruh yang lain.
pada titik didih suatu senyawa,
gambar diatas merupakan grafik
titik didih senyawa hidrida 1
Siswa menjawab soal tidak
golongan IVA, VA, VIA, dan rinci dan jawabannya tidak
VIIA. Berdasarkan gambar tepat
tersebut, jelaskan pendapat Anda
mengenai kecenderungan
perubahan titik didih pada
senyawa hidrida diatas!
90

Lampiran 5 Nama-nama Responden

Nama – Nama Siswa Kelas X IPA


SMA Negeri 1 Ampana Kota
No Nama Kelas
1 Abelicha X IPA 1
2 Graseli Chandra X IPA 1
3 Ibnu Rafli Lasahido X IPA 1
4 Listyowati H. Ningrum X IPA 1
5 Mirsad X IPA 1
6 Nur Adha K. Husen X IPA 1
7 Nurazizah Dirham X IPA 1
8 Suci Ramadhani X IPA 1
9 Alvera Ibrahim X IPA 2
10 Angelina Lilian Leuw X IPA 2
11 Annisa Ramadhani X IPA 2
12 Findy Claodya Adelin Suasa X IPA 2
13 Fitri Rahmadani B. Sirang X IPA 2
14 Lisdayanti A. Djuga X IPA 2
15 Magfira Ali X IPA 2
16 Moh. Fahri H. Kandela X IPA 2
17 Muh. Revaldo R. X IPA 2
18 Pratiwi D. Maku X IPA 2
19 Alya Tri Agustina N. Tomolango X IPA 3
20 Chairan Mirzan X IPA 3
21 Gufriza X IPA 3
22 Nurul Intan Darwin Lambiu X IPA 3
23 Rosdiana X IPA 3
24 Sitti Ainun Jaariyah X IPA 3
25 Sri Wahyuni A. Tancepa X IPA 3
26 Andi Mutiara X IPA 4
27 Fathia Nazwa X IPA 4
28 Fitri X IPA 4
29 Lusiana Amali X IPA 4
30 Moh. Nur Syahban X IPA 4
91

No Nama Kelas
31 Mohamad Abdul Yulianto X IPA 4
32 Niki Intan Nurain X IPA 4
33 Putri Afriliyani X IPA 4
34 Rafik S. Sahada X IPA 4
35 Rosalinda R. Maesala X IPA 4
36 Siti Fahra Fauziah X IPA 4
37 Suci Utami Islamiati X IPA 4
38 Tri Andayani Lestari X IPA 4
39 Yusuf Rivaldi Lawira X IPA 4
92

Lampiran 6 Jawaban Responden


93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131

Lampiran 7 Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

ANALISIS DATA TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

%
Indikator Nilai Kategori
Nama Subjek
Responden lancar Persentase Luwes Persentase Kebaruan Persentase Elaborasi Persentase
1 2 (%) 3 4 (%) 5 6 (%) 7 8 (%)
R-1 3 5 80 1 3 40 1 3 40 0 3 30 47,5 Rendah
R-2 3 1 40 0 1 10 1 3 40 0 0 0 22,5 Sangat Rendah
R-3 1 3 40 1 3 40 3 3 60 1 1 20 40 Sangat Rendah
R-4 5 1 60 1 5 60 5 3 80 0 3 30 57,5 Rendah
R-5 1 5 60 3 3 60 1 1 20 0 3 30 42,5 Rendah
R-6 3 1 40 1 1 20 1 3 40 1 1 20 30 Sangat Rendah
R-7 5 5 100 3 5 80 5 3 80 3 3 60 80 Tinggi
R-8 3 3 60 1 5 60 5 5 100 5 1 60 70 Tinggi
R-9 1 5 60 3 3 60 3 5 80 1 3 40 60 Rendah
R-10 5 3 80 3 5 80 5 3 80 3 5 80 80 Tinggi
R-11 1 1 20 1 1 20 3 1 40 1 3 40 30 Sangat Rendah
R-12 1 1 20 1 3 40 1 3 40 3 3 60 40 Sangat Rendah
R-13 1 3 40 3 1 40 3 3 60 1 1 20 40 Sangat Rendah
R-14 1 3 40 1 1 20 1 3 40 3 3 60 40 Sangat Rendah
R-15 1 5 60 0 3 30 5 5 100 0 0 0 47,5 Rendah
R-16 1 3 40 3 1 40 3 3 60 1 3 40 45 Rendah
R-17 3 3 60 1 1 20 1 3 40 3 3 60 45 Rendah
R-18 1 3 40 3 1 40 3 3 60 1 3 40 45 Rendah
R-19 0 5 50 3 5 80 0 3 30 0 0 0 40 Sangat Rendah
R-20 3 1 40 3 1 40 1 1 20 1 1 20 30 Sangat Rendah
132

%
Indikator Nilai Kategori
Nama Subjek
Responden lancar Persentase Luwes Persentase Kebaruan Persentase Elaborasi Persentase
1 2 (%) 3 4 (%) 5 6 (%) 7 8 (%)
R-21 3 3 60 3 1 40 1 3 40 3 1 40 45 Rendah
R-22 3 3 60 3 1 40 1 3 40 1 1 20 40 Sangat Rendah
R-23 5 1 60 1 3 40 1 1 20 3 1 40 40 Sangat Rendah
R-24 1 5 60 3 3 60 5 1 60 3 1 40 55 Rendah
R-25 3 1 40 3 1 40 1 1 20 1 1 20 30 Sangat Rendah
R-26 5 1 60 3 3 60 3 1 40 1 5 60 55 Rendah
R-27 3 5 80 3 5 80 5 3 80 3 5 80 80 Tinggi
R-28 3 1 40 3 1 40 1 1 20 3 1 40 35 Sangat Rendah
R-29 3 1 40 1 5 60 1 3 40 3 0 30 42,5 Rendah
R-30 5 1 60 3 1 40 1 3 40 3 1 40 45 Rendah
R-31 5 1 60 1 1 20 1 3 40 3 0 30 37,5 Sangat Rendah
R-32 5 1 60 1 1 20 3 3 60 3 1 40 45 Rendah
R-33 3 3 60 3 5 80 3 5 80 3 0 30 62,5 Sedang
R-34 5 1 60 3 1 40 1 1 20 3 3 60 45 Rendah
R-35 5 1 60 3 1 40 1 1 20 3 0 30 37,5 Sangat Rendah
R-36 3 1 40 3 5 80 3 1 40 3 3 60 55 Rendah
R-37 5 3 80 1 1 20 3 3 60 0 1 10 42,5 Rendah
R-38 5 1 60 1 0 10 3 1 40 0 3 30 35 Sangat Rendah
R-39 3 3 60 3 5 80 3 3 60 3 5 80 70 Tinggi
Jumlah 2130 1770 1930 1490 1830
Nilai Rata -
rata % 54,61538462 45,38461538 49,48717949 38,20512821
Indikator
Sangat
Kategori Rendah Rendah Rendah
Rendah
133

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian


134

Lampiran 9 Surat Keterangan Selesai Penelitian


135

Lampiran 10 SK Pembimbing
136
137

Lampiran 11 SK Tim Penguji


138
139
140

Lampiran 12 SK Yudisium
141
142
143

Lampiran 13 Dokumentasi

DOKUMENTASI PENELITIAN

Tampak depan SMA Negeri 1 Ampana Kota

Lapangan basket, lapangan voli dan lapangan takraw SMA Negeri 1 Ampana Kota
144

Ruangan dewan guru SMA Negeri 1Ampana Kota

Ruangan dewan guru Ampana Kota


145

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif


146

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif


147

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif


148

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif


149

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif

Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif


150

Lampiran 14 Biodata

BIODATA/CURICULUM VITAE

I. UMUM

1. Nama : Indriyani K. Idris Djawasa

2. TTL : Berau, Kalimantan Timur.

29 Januari 1999

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Nama orang tua

a. Ayah : Kamal Idris Djawasa

b. Ibu : Marlin Pombu

5. Agama : Islam

6. Alamat : Jl. Tg. Kramat No. 1, Kel. Dondo, Kec. Ratulindo,

Kab.Tojo Una-una, Sulawesi Tengah.

II. PENDIDIKAN

1. TK : Raudhatul Athfal (RA) Fajar Terang (2003 – 2005)

2. SD : SDN 6 Ampana Kota (2005 – 2011)

3. SMP : SMP Negeri 1 Ampana Kota (2011 – 2014)

4. SMA : SMA Negeri 1 Ampana Kota (2014 – 2017)

5. PT : Universitas Tadulako (2017 – 2021)

Anda mungkin juga menyukai