Anda di halaman 1dari 68

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR


LANCAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA

(Skripsi)

Oleh
YANNA KRISTINA NAINGGOLAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
LANCAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA

Oleh

YANNA KRISTINA NAINGGOLAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepraktisan, keefektivan, dan

ukuran pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan

kemampuan berpikir lancar pada materi asam basa. Metode penelitian yang

digunakan adalah pre-eksperimen dengan desain One Group Pretest-Posttest

Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri

12 Bandarlampung yang berjumlah ±150 siswa. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik cluster random sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah

siswa kelas XI IPA 3 yang terdiri dari 36 siswa. Hasil penelitian menunjukkan

model pembelajaran inluiri terbimbing praktis dalam meningkatkan kemampuan

berpikir lancar pada materi asam basa, ditunjukkan dengan rata-rata persentase

keterlaksanaan RPP dan respon siswa berkategori “sangat tinggi”. Model

pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir

lancar pada materi asam basa, ditunjukkan melalui aktivitas siswa yang relevan

dalam pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

berkategori “sangat tinggi”, serta peningkatan nilai pretes-postes (n-Gain) pada


iii

Yanna Kristina Nainggolan


kelas XI IPA 3 kriteria “sedang”. Model pembelajaran inkuiri terbimbing

memiliki ukuran pengaruh yang “besar” dalam meningkatkan kemampuan

berpikir lancar pada materi asam basa. Berdasarkan deskripsi tersebut dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing praktis, efektif, dan

memiliki ukuran pengaruh yang besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir

lancar pada materi asam basa.

Kata kunci: inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir kreatif, asam basa


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR
LANCAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA

Oleh

YANNA KRISTINA NAINGGOLAN

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Liwa pada tanggal 18 Desember 1994, penulis merupakan

anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Makmur Nainggolan,

dan Ibu Citra Dewi Siahaan.

Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02 Liwa pada tahun 2000-

2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama

di SMPN 1 Liwa pada tahun 2006-2009. Penulis melanjutkan ke Sekolah

Menengah Atas di SMAN 1 liwa pada tahun 2009-2012.

Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program studi Pendidikan kimia

Jurusan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal

(UML). Selama menjadi mahasiswa, Pada tahun 2012-2013 menjadi anggota

Basket Unila, pada tahun 2013-2014 penulis menjadi Sekretaris Umum

Pesekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen FKIP (POMK FKIP Unila). Pada

Tahun 2014 -2015 penulis pernah terdaftar dalam lembaga internal kampus yaitu

menjadi anggota Himasakta bagian dari Divisi Seni dan Kreativitas FKIP Unila.

Tahun 2015 mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi

di SMP Muhammadiyah 1 Labuhan Maringgai dan Kuliah Kerja Nyata

Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Dusun V, desa Margasari, Kecamatan

Labuan Maringgai, kabupaten Lampung Timur.


MOTTO

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah


perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang
mendengarnya, beroleh kasih karunia
(Efesus 4 : 29)

Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat
baik terhadap diri sendiri.
(Benyamin Franklin)
PERSEMBAHAN

Puji Syukurku ku panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan anugerahNya kepadaku.
Sebagai perwujudan rasa kasih sayang, cinta, dan hormatku secara tulus

Aku mempersembahkan karya ini kepada:


Ayahku terhormat Bapak Makmur Nainggolan

Mamaku tercinta Citra Dewi Siahaan


Yang telah memberikan dukungan dan doa serta harapan demi
keberhasilanku kelak.

Kepada adik-adik yang ku kasihi


Lassri Rumora Nainggolan
Maricha Marulina Nainggolan
Manuel Basauli pangihutan Nainggolan

Almamaterku tercinta Program studi Pendidikan Kimia, Jurusan MIPA,


FKIP Angkatan 2012
Universitas Lampung
SANWACANA

Puji syukur selalu penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan

Kemampuan Bepikir Kreatif Siswa Pada Materi Asam-Basa” sebagai salah satu

syarat mencapai gelar sarjana di Fakultas FKIP Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,

bantuan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si.,selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Kimia sekaligus pembimbing I atas bimbingan dan motivasi

nya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si. Selaku pembimbing II atas bimbingan dan

memeberikan motivasi untuk menyelesaikan penyusunan skripsi;

5. Bapak Drs. Tasviri Efkar M.S.selaku Pembahas atas kehadiran dan

memberikan saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi.

6. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi

Pendidikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;
7. Ibu Aggia, S.pd selaku guru kimia atas izin yang diberikan untuk

melaksanakan penelitian dan seluruh serta siswa-siswi SMA Negeri 12

Bandar Lampung;

8. Untuk teman-temanku Lena, Sartini, Devi U, Ika Purnama, Echa, Annisa,

Devi, Feradita, Elsa, Ika N, Jannah, Nurul, Okta, Sinta, Wenny, Ika Y,

Mesva, Yuli, Dedi, Indra, Widy,Ela, Gita, Dinda, Nuwik, Iqbal Z, Iqbal

Taufik dan teman teman pendidikan kimia 12 yang telah memberikan

semangat dan kasih sayang yang luar biasa.

Semoga Tuhan memberikan balasan atas bantuan dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Februari 2018


Penulis,

Yanna Kristina Nainggolan.


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

E. Ruang LingkupPenelitian ......................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 8

A. Pembelajaran Konstruktivisme................................................................. 7

B. Model Inkuiri Terbimbing ........................................................................ 10

C. Keterampilan berpikir kreatif ................................................................... 19

D. Kepraktisan ............................................................................................... 28

E. Efektivitas ................................................................................................. 29

F. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 30

G. Anggapan Dasar........................................................................................ 32

H. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 32

III. METODOLOGI PENELITIAN.................................................................. 33

A. Subjek Penelitian ................................................................................... 33


xv

B. Metode Penelitian................................................................................... 33

C. Instrumen Penelitian............................................................................... 34

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 35

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...................................... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................... 47

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 47

1. Validitas dan reliabilitas instrumen ................................................... 47

2. Kepraktisan model inkuiri terbimbing............................................... 48

3. Keefektivan model inkuiri terbimbing .............................................. 51

4. Pengujian hipotesis dan ukuran pengaruh (effect size)...................... 55

B. Pembahasan ........................................................................................... 56

V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 62

A. Simpulan ................................................................................................ 62

B. Saran ...................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64

LAMPIRAN....................................................................................................... 67

1. Analisis SKL-KI-KD..................................................................................... 66
2. Analisis konsep ............................................................................................. 70
3. Silabus ........................................................................................................... 78
4. RPP................................................................................................................ 94
5. Lembar peserta didik ..................................................................................... 124
6. Kisi-kisi soal pretes-postes ............................................................................ 132
7. Soal pretes-postes .......................................................................................... 138
8. Rubrik Soal Pretes-Postes.............................................................................. 145
9. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ......................................... 156
10. Angket Respon Siswa ............................................................................ 184
11. .Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa................................................ 161
12. Lembar Observasi Kemampuan Guru.......................................................... 184
13. Data hasil validitas dan reliabilitas............................................................... 186
14. Data hasil keterlaksanaan model inkuiri terbimbing.................................... 187
15. Data hasil respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing... 191
xvi

16. Data hasil aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung ...................... 192
17. Data hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran...................... 197
18. Data hasil kemampuan berpikir lancar......................................................... 200
19. Data hasil uji normalitas nilai pretes dan postes kelas IX IPA 3 ................ 203
20. Data hasil uji homogenitas nilai pretes dan postes kelas XI IPA 3.............. 204
21. Data hasil perhitungan nilai t dan effect size pada kelas XI IPA 3 .............. 257
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .................................................... 16

2. Perilaku Siswa dalam keterampilan kognitif kreatif ................................... 22

3. Indikator Kemampuan Berpikir kreatif........................................................ 27

4. Desain Penelitian.......................................................................................... 34

5. Kriteria tingkat keterlaksanaan .................................................................... 40

6. Data hasil perbandingan r hitung dan r tabel validasi butir soal ........................ 47

7. Data hasil keterlaksanaan model inkuiri terbimbing.................................... 48

8. Data hasil respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing .. 49

9. Data hasil aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung ...................... 51

10. Data hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran...................... 52

11. Data hasil kemampuan berpikir lancar......................................................... 53

12. Data hasil uji homogenitas nilai pretes dan postes kelas XI IPA 3.............. 55
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar bagan penelitian.................................................................................. 37

2. Rata-rata nilai n- gain kemampuan berpikir lancar .......................................... 54

vii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang IPA, yang memiliki karakteristik yang

sama dengan IPA. Ilmu kimia memiliki tiga karakteristik yang berkaitan erat

yaitu, ilmu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep,

prinsip, hukum, dan teori), ilmu kimia sebagai proses atau kerja ilmiah, dan ilmu

kimia sebagai sikap. Ilmu kimia juga memiliki tujuan dan fungsi tertentu,

diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kreatif

terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan

hasil observasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Fadiawati, 2011).

Salah satu materi dalam mata pelajaran kimia kelas XI SMA adalah asam basa.

Materi asam basa dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya

dalam makanan, minuman, buah-buahan, air hujan bahkan di dalam tubuh kita.

Melalui materi tersebut, siswa diharapkan dapat aktif, dan kreatif selama

pembelajaran berlangsung. Salah satu keterampilan berpikir kreatif adalah

kemampuan berpikir lancar. Melalui berpikir lancar siswa dapat mengajukan

banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada, mempunyai


2

banyak gagasan mengenai suatu masalah, dan dapat bekerja lebih cepat dari orang

lain (Munandar, 2014).

Kelancaran dalam berpikir yang dimaksud adalah kemampuan mencetuskan

banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau

saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

Adapun indikator pada keterampilan lancar menurut munandar yaitu mencetuskan

banyak jawaban, gagasan, penyelesaian masalah dan pertanyaan,memberikan

banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan

lebih dari satu jawaban.

Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lancar berperilaku sering meng-

ajukan banyak pertanyaan atau menjawab suatu pertanyaan dengan sejumlah

jawaban. Dalam bekerja siswa ini lebih banyak menyelesaikan pekerjaan jika

dibandingkan dengan siswa lain, misalnya melakukan praktikum, kemudian jika

terjadi suatu kesalahan dan kekurangan pada suatu objek atau situasi siswa ini

cepat mengetahuinya.

Hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Negeri 12 Bandar Lampung,

diperoleh data bahwa pembelajaran kimia selama ini menggunakan metode

ceramah, serta jarang berdiskusi dan melakukan eksperimen. Eksperimen yang

dilakukan hanya untuk membuktikan konsep bukan digunakan untuk membangun

konsep. Selama ini pembelajaran kimia khususnya asam basa dilakukan tanpa

dikaitkan dengan lingkungan disekitar siswa, seharusnya pembelajaran materi

tersebut dapat dikaitkan dengan konsdisi atau masalah yang ada dalam kehidupan

sehari-hari. Kegiatan pembelajaran seperti ini akan membuat siswa cepat bosan,
3

pasif dan hanya mendapatkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru

tanpa melibatkan siswa itu sendiri dalam menemukan konsep pada meteri

pelajaran kimia. Pembelajaran seperti ini juga bisa menjadi salah satu faktor

rendahnya untuk siswa dalam berpikir kreatif.

Mulyasa (dalam Suyanti, 2010) menyatakan proses pembelajaran kimia di sekolah

akan lebih baik bila pembelajaran terasa menyenangkan serta mengarah kepada

penemuan di dalam prosesnya, sehingga hasil belajar yang akan dicapai nantinya

dapat berguna bagi siswa. Pembelajaran kimia menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung melalui pengembangan dan keterampilan

proses dan sikap ilmiah sehingga dalam mempelajarinya diperlukan suatu

pembelajaran yang khusus, maka guru harus mampu mengambil suatu kebijakan

yaitu dengan perbaikan metode mengajar sehingga kompetensi belajar yang

diharapkan dapat tercapai dengan baik, sebab dengan menggunakan metode

pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran

dikelas.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia

adalah menggunakan model inkuiri terbimbing (Suyanti, 2010). Melalui model

inkuiri terbimbing diharapkan keterampilan berpikir kreatif siswa dapat

meningkat. Pembelajaran ini juga dinilai tepat dan sesuai dengan proses

pembelajaran IPA yang menekankan pada kemampuan ilmiah siswa, seperti yang

ditekankan oleh National Science Education Standars bahwa pemahaman konsep

sains dilakukan dalam standard inkuiri (Zulfani, dkk., 2009).


4

Model inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman

belajar dengan model inkuiri terbimbing. Melalui model ini, siswa belajar lebih

berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru, sehingga ia mampu

memahami konsep-konsep pelajaran. Pada model ini, siswa akan dihadapkan

kepada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan, baik melalui tugas kelompok

maupun individual, agar dapat menyelesaikan masalah dan menarik suatu

kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya, selama proses belajar, siswa akan

memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru

banyak memberikan bimbingan. Kemudian, pada tahap-tahap berikutnya,

bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri

secara mandiri.

Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model

pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan

bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Model pembelajaran inkuiri

terbimbing memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran dimulai dengan memberikan

pertanyaan atau permasalahan.

Melalui pemberian pertanyaan atau permasalahan, siswa akan terlatih untuk

menemukan kemungkinan kemungkinan jawaban dari permasalahan yang tidak

lain adalah keterampilan berpikir kreatif. Setelah masalah diungkapkan, siswa

mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji

kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan

melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data

untuk meyakinkan bahwa hipotesisnya tersebut benar, tepat dan rasional; langkah
5

terakhir menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam

Trianto, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian Nirtika (2014) yang

meneliti pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan kreatif

siswa SMAN Swadipa Natar menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilaksanakannya penelitian yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Lancar Siswa pada Materi Asam Basa”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kepraktisan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa?

2. Bagaimana keefektivan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa?

3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan kepraktisan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa.


6

2. Mendeskripsikan keefektivan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa.

3. Mendiskripsikan ukuran pengaruh (effect size) model pembelajaran inkuiri

terbimbing dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi

asam basa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitain ini adalah:

1. Siswa

Melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa

dapat meningkatkan kemampuan berpikir lancar, memberikan pengalaman

baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia, dan lebih memudahkan

siswa untuk menjelaskan materi asam basa.

2. Guru dan Calon Guru

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif

model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

siswa.

3. Sekolah

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar siswa

dengan pendekatan inkuiri yang berorientasikan pada kemampuan berpikir

kreatif siswa.
7

E. Ruang Lngkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Materi pada penelitian ini yaitu asam basa yang mencakup teori asam basa

Arrhenius.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian

mengikuti beberapa langkah, yaitu (1) mengajukan pertanyaan atau

permasalahan, (2) membuat hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4)

menganalisis data, dan (5) membuat kesimpulan (dalam Trianto, 2010).

3. Keterampilan yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir lancar, meliputi

kemampuan mengajukan pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai

suatu masalah, dan bekerja lebih cepat serta melakukan lebih banyak dari orang

lain (Munandar, 2014)

4. Kepraktisan model pembelajaran inkuiri terbimbing diukur berdasarkan lembar

observasi keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran dan kemenarikan

model pembelajaran berdasarkan angket respon siswa (Sunyono, 2012).

5. Keefektivan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing diukur berdasarkan

lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar

observasi aktivitas siswa dan hasil penguasaan konsep di akhir pembelajaran

(Sunyono, 2012).

6. Ukuran pengaruh (effect size) berkenaan dengan tingkat keberhasilan suatu

perlakuan yang diterapkan dalam suatu pembelajaran (Abujahjouh, 2014).


8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kontruktivisme

Pembelajaran kontruktivisme merupakan pembelajaran kognitif yang menyatakan

bahwa siswwa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi

kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya

apabila aturan-aturan lama itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar

memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka harus bekerja memecahkan

masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan

ide-ide (Slavin, 1994).

Menurut pembelajaran ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan

adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memeberikan pengetahuan kepada

siswa. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan

kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan

membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri

untuk belajar. (Slavin, 1994).

Pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran menerapkan pembelajaran

kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa lebih mudah menemukan

dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling

mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya (slavin,1994). Contoh


9

aplikasi pendekatan konstrutivisme dalam pembelajaran adalah siswa belajar

bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain.

Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, campuran siswa

berkemampuan tinggi, sedang, mudah dan rendah. Mereka diajarkan

keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok.

Selama kerja dalam kelompok, tugas kelompok adalah mencapai ketuntasan

belajar. Pada saat siswa sedang bekerja dengan baik, dan memberikan bimbingan

kepada kelompok yang mengalami kesulitan (Trianto, 2010).

Paham konstruktivisme sebenarnya bukanlah gagasan yang baru, apa yang dilalui

dalam kehidupan kita selama ini sebenarnya merupakan himpunan dan pembinaan

dari pengalaman-pengalaman yang telah kita lalui. Pengalaman inilah yang

menyababkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Menurut paham ini, pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran

dari kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif

melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan

skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Teori belajar

konstruktivisme ini lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang

mendalam, pengalaman sebagai konstruksi aktif yang dibuat pembelajaran. Jika

seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap

tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila

pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau

fenomena yang sesuai (Sunyono, 2012).


10

Prinsip – prinsip konstrutivisme menurut Suparno (1997), antara lain :

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif.

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa.

3. Mengajar adalah membantu siswa belajar.

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir.

5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa.

6. Guru adalah fasilitator.

Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-

aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Menurut Nur

teori ini berkembang dari kerja piaget,vygotsky, teori-teori pemprosesan

informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner ( dalam

trianto, 2010). Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam

pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi ialah penyesuaian

struktur kognitif terhadap situasi baru, dan euilibrasi ialah penyesuaian kembali

yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

B. Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inkuiri)

Inkuiri berasal dari bahasa inggris inkuiri yang dapat diartikan sebagai proses

bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.

Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarah pada kegiatan

penyelidikan terhadap objek pertanyaan.dengan kata lain, inkuiri adalah suatu

proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan


11

observasi atau eksperimen untuk mencari atau memecahkan masalah dengan

bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).

Model inkuri merupakan salah satu model pembelajaran yang menitik beratkan

kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran

inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir

intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan

keterampilan mengemukakan jawaban yang berawal dari keinginan tahuan

mereka. Pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terikat langsung

dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa

tersebur dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa

tersebut.

National Research Council (2000) mendefinisikan inkuiri sebagai berikut:

Inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang meliputi observasi, membuat

pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa

yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang

telah diketahui menurut bukti ekperimen menggunakan alat untuk

mengumpulkan, menganalisa,menginterpretasi data, mengajukan jawaban,

penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Pembelajaran inkuiri

adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

secara kritis dan analitis untuk mencari dan mengemukan sendiri jawaban dari

suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan

melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga
12

dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein

yang berarti saya menemukan (Sanjaya, 2010).

Menurut Suyanti (2010) pembelajaran berbasis inkuiri merupakan pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah mendorong

siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Pendapat lain mengatakan

pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk

membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan

proses proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari

pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk

membangun kemampuan itu. Terdapat beberapa macam inkuiri seperti inkuiri

terbimbing, inkuiri bebas, latihan inkuiri. Pembelajaran inkuiri pada intinya

mencakup keinginan bahwa pembelajaran seharusnya didasarkan pada

pertanyaan-pertanyaan siswa. Pembelajaran menginginkan siswa bekerja bersama

untuk menyelesaikan masalah daripada menerima pengajaran langsung dari guru.

Guru dipandang sebagai fasilitator, pekerjaan guru dalam lingkungan

pembelajaran inkuiri adalah bukan menawarkan pengetahuan melainkan

membantu siswa selama proses mencari pengetahuan sendiri.

Sund & Trowbridge (Mulyasa, 2007: 109) mengemukakan tiga macam model

inkuiri yaitu: inkuiri terbimbing (guided inkuiri), inkuiri bebas (free inkuiri),

inkuiri bebas termodifikasi (modified free inkuiri). Model inkuiri yang digunakan

dalam penelitian ini adalah model inkuiri terbimbing. Model inkuiri terbimbing

ini diterapkan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan
13

inkuiri dimana siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari

guru hingga siswa dapat membangun pengetahuan baru melalui proses

penyelidikan (Kuhlthau, 2010).

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri: pertama,

model inkuiri menekankan kepada aktivitas, dengan menempatkan siswa sebagai

subjek belajar. Melalui proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan

sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka

berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat

menumbuhkan sikap percaya diri (self-belief). Artinya dalam model inkuiri

menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator

dan motivator belajar siswa.

Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara

guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam melakukan inkuiri.

Ketiga, tujuan dari penggunaan model inkuiri adalah mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam

pembelajaran siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi

bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya (Suryani, 2012).

Menurut Sanjaya (dalam Suryani, 2012) menyatakan bahwa model inkuiri

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Orientasi
14

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh

siswa.

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan

setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan

merumuskan kesimpulan.

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam

rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalaan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki

dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari

jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam

pembelajaran dengan model inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa

akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

mengembangkan mental melalui proses berfikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalah yang dikaji. Sebagai

jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara dapat

dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada


15

setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat

merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan

yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran dengan model

inkuiri , mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikir.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai

dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional,

artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,

akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung

jawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh

berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat


16

sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan,

sedangkan menurut Hanson (2006) bahwa model inkuiri terbimbing meliputi

beberapa langkah kegiatan yaitu :

 Exploration

Fase eksplorasi memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan observasi,

mengumpulkan dan menganalisis informasi, serta membangun hipotesis

berdasarkan permasalahan yang diajukan guru.

 Concept Formation

Fase ini merupakan tindak lanjut dari tahap eksplorasi yang menuntut siswa untuk

menemukan hubungan antar konsep dan mendorong siswa untuk berpikir kritis

dan analitis untuk membangun kesimpulan.

 Application

Konsep berupa pengetahuan baru yang telah diperoleh diaplikasikan dalam

berbagai situasi seperti latihan (exercise) yang memungkinkan siswa untuk

menerapkannya pada situasi sederhana hingga permasalahan di kehidupan nyata

(real- world problems). Pendapat lain mengungkapan tentang tahapan model

inkuiri terbimbing (guided inkuiri) dikemukakan oleh Gulo (Trianto, 2010).

Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing dipaparkan pada Tabel. 1.

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No Fase Kegiatan Guru Kegiatan siswa


Mengajukan Guru membimbing siswa Siswa
1 pertanyaan atau mengidentifikasi masalah. mengidentifikasi
permasalahan Guru membagikan LKS masalah yang terdapat
kepada siswa dalam LKS
Membuat Guru memberikan Siswa memberikan
17

Tabel 1 (lanjutan)
No Fase Kegiatan Guru Kegiatan siswa
Hipotesis kesempatan pada siswa pendapat dan
untuk curah pendapat dalam menentukan hipotesis
membuat hipotesis. Guru yang relevan dengan
membimbing siswa dalam permasalahan
2 menentukan hipotesis yang
relevan dengan
permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi prioritas
penyelidikan
3 Mengumpulkan Guru membimbing siswa Siswa melakukan
Data mendapatkan informasi atau percobaan maupun
data-data melalui percobaan telaah literatur untuk
maupun telaah literatur mendapatkan datadata
atau informasi
4 Menganalisis Guru memberi kesempatan Siswa mengumpulkan
data pada tiap siswa untuk dan menganalisi data
menyampaikan hasil serta menyampaikan
pengolahan data yang hasil pengolahan data
terkumpul yang terkumpul
5 Membuat Guru membimbing siswa Siswa membuat
Kesimpulan dalam membuat kesimpulan Kesimpulan

Inkuiri terbimbing adalah metode pembelajaran yang menekankan pada siswa

yang memecahkan masalah dari guru atau buku teks melalui cara-cara ilmiah,

melalui studi pustaka, dan melalui pertanyaan. Guru memiliki peran sebagai

pembimbing siswa dalam menentukan proses pemecahan dan identifikasi solusi

sementara dari masalah tersebut. Selain itu, model pembelajaran inkuiri

terbimbing adalah model belajar yang menekankan pada proses menjawab

masalah, bukan pada membuat suatu permasalahan (Keller, 1992: 1).

Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Tangkas (2012) bahwa pada

pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing, siswa diberi kesempatan untuk

melakukan eksperimen, diskusi, mengemukakan gagasan lama atau baru untuk

membangun pengetahuan-pengetahuan dalam pikirannya. Menurut Jack (2013)

bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa metode pemetaan konsep


18

lebih efektif dan unggul dengan model inkuiri terbimbing yang juga merupakan

model mengajar yang lebih baik untuk motode yang bersifat eksplorasi dalam

meningkatkan prestasi belajar kimia siswa.

Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Imas dan Berlin yaitu:

1. Model pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang

menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor

secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih

bermakna.

2. Model pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk

belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3. Model pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk

belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

4. Model pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi modern yang mengganggap belajar adalah proses

perubahan.

5. Model pembelajaran inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan diatas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar

bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Selain kelebihan,terdapat pula kelemahan dari model pembelajaran inkuiri,

menurut Imas dan Berlin yaitu:

1. Model pembelajaran inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka

akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.


19

2. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan.

4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai pelajaran, maka model pembelajaran Inkuiri akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

B. Kemampuan Berfikir Kreatif

Berfikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaikan persoalan,

mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap suatu

persoalan atau gagasan lama. Rogers (Munandar, 1992), mendefinisikan

kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru dalam tindakan. Hasil-hasil

baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan

individu lain, pengalaman maupun keadaan hidupnya demikian juga Drevhal

(Hurlok, 1978) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk

memproduksi komposisi dan gagasan baru yang dapat berwujud kreativitas

imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru

dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah

ada pada situasi sekarang.

Menurut Anonim (1995) “kreativitas adalah kemampuan mencipta atau daya cipta

perihal berkreasi, kekreatifan”. Begitu pentingnya pengembangan kreativitas

siswa tersebut dapat diamati dari bergesernya peran guru yang semula sering
20

mendominasi kelas, kini harus banyak kesempatan kepada siswa untuk

mengambil peran lebih aktif dan kreatif dalam suasana yang menyenangkan

(learning must be enjoy). Bagaimanpun akan sulit membangun pemahaman yang

baik pada para siswa, jika fisik dan psikisnya dalam keadaan tertekan.

Torrwnce (Ngalimun,dkk,2013) mengemukakan pendekatan dalam studi

kreativitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Pendekatan psikoligis

Pendekatan psikologis melihat kreativitas dari segi kekuatan yang ada dalam diri

individu sebagai faktor -faktor yang menentukan kreativitas.

Salah satu pendekatan psikologis yang digunakan untuk menjelaskan kreativitas

adalah pendekatan holistik. Clark (1988) menggunakan pendekatan holistik untuk

menjelaskan konsep kreativitas dengan berdasarkan pada fungsi-fungsi berpikir ,

merasa menginda dan intuisi. Clark menganggap bahwa kreativitas itu mencakup

sintesis dan fungsi-fungsi thinking, feeling , sensing, dan intuitung.

2. Pendekatan sosiologis

Pendekatan sosilogis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil dari

proses interaksi sosial, dimana individu dengan segala potensi dan disposisi

kepribadiannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat individu itu berbeda,

yang meliputi ekonomi,politik, kebudayaan dan peranan keluarga. Empat tahapan

proses kreatif, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi:

1. Persiapan (preparation)

Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk

memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan


21

pengalaman yang dimiliki, individu berusaha menjajaki berbagai kemungkinan

jalan yang dapat ditempuh untuk memeahkan masalah itu. Namun pada tahap ini

belum ada arah yang tetap meskipun sudah mampu mengeksplorasi berbagai

alternatif pemecahan masalah.

2. Inkubasi (incubation)

Pada tahap ini individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari

masalah yang dihadapinya, dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar

melainkan “menghadapinya” dalam alam prasadar.

3. Iluminasi (illumination)

Pada tahap ini individu sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru

serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti muculnya inspirasi

atau gagasan baru.

4. Verifikasi (verification)

Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen

serta menghadapkannya kepada realistis. Pemikiran divergen harus diikuti

dengan pemikiran konvergen pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh

pemikiran selektif dan sengaja. Pemikiran secara total harus diikuti oleh kritik.

Filsafar harus diikuti oleh pemikiran logis keberanian harus diikuti oelh sikap

hati-hati.

Piers (Ngalimun dkk,2013) mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah

sebagai berikut :

1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi


22

2. Memiliki keterlibatan yang tinggi

3.Memiliki rasa ingin tahu yang besar

4.Memiliki ketekunan yang tinggi

5.Cenderung tidak puas terhadap kemampuan

6. Penuh percaya diri

7.Memiliki kemandirian yang tinggi

8. Bebas dalam mengambil keputuasan

9.Menerima diri sendiri

10. Senang humor

11. Memiliki intuisi yang tinggi

12. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks

13. Toleran terhadap ambiguitas

14. Bersifat sensitif

Menurut Killen (dalam fitiyani, 2015) perilaku siswa yang termasuk dalam

keterampilan kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif

Perilaku Deskripsi
1) Berpikir a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan;
Lancar b. Arus pemikiran lancar.
(fluency)
2) Berpikir a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam;
Luwes b. Mampu mengubah cara atau pendekatan;
(fleksibel) c. Arah pemikiran yang berbeda.
3) Berpikir Memberikan jawaban yang tidak lazim,yang lain dari
Orisinil yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.
(originality)
4) Berpikir a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gaga-
Terperinci san;
(elaborasi) b. Memperinci detail-detail; memperluas suatu gagasan.
23

Munandar (2009) menyatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan faktor-

faktor kognitif dan afektif. Faktor-faktor tersebut diperlihatkan dalam ciri-ciri

aptitude dan non aptitude dari kreativitas. Adapun ciri-ciri aptitude yang

berhubungan dengan kognitif meliputi:

1) Keterampilan berpikir lancar

Kelancaran dalam berpikir yang dimaksud adalah kemampuan mencetuskan

banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau

saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

Penekanannya disini adalah dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan

gagasan atau ide tentang obyek tertentu dalam jumlah yang banyak. Kemampuan

berpikir lancar berarti kemampuan untuk memunculkan ide-ide secara cepat dan

ditekankan pada kuantitas dengan kata lain kemampuan untuk menghasilkan

banyak gagasan, jawaban dan pertanyaan, bukan berarti segi kualitas diabaikan.

Menurut Amin (1987) kemampuan berpikir lancar merupakan kemampuan

mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

Sementara itu Munandar (1985) mendefinisikan kemampuan berpikir lancar

sebagai berikut:

a) Mencetuskan banyak jawaban, gagasan, penyelesaian masalah dan pertanyaan.

b) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

c) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lancar berperilaku sering meng-

ajukan banyak pertanyaan atau menjawab suatu pertanyaan dengan sejumlah

jawaban. Dalam bekerja siswa ini lebih banyak menyelesaikan pekerjaan jika

dibandingkan dengan siswa lain, misalnya melakukan praktikum, kemudian jika


24

terjadi suatu kesalahan dan kekurangan pada suatu objek atau situasi siswa ini

cepat mengetahuinya.

2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)

Fleksibel yang dimaksud adalah kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban,

atau pertanyaan yang bervariasi. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang

yang berbeda, mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran, dan mencari

banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. Mereka yang memiliki tingkat

fleksibilitas yang tinggi mampu mengalihkan arah berpikir untuk memecahkan

suatu masalah. Sehingga penekanan fleksibilitasnya pada segi keragaman

gagasan, kaya akan alternatif dan bukan kekakuan dalam berpikir yang cenderung

otoriter.

Kemampuan berpikir luwes adalah kemampuan untuk memberikan sejumlah

jawaban yang bervariasi atas suatu pertanyaan dan dapat melihat suatu masalah

dari berbagai sudut pandang Munandar (1985). Lebih lanjut lagi Munandar

mendefenisikan kemampuan berpikir luwes sebagai berikut:

a) Menghasilkan gagasan, jawaban dan pertanyaan yang bervariasi.

b) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

c) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

Supriadi (1996) menjelaskan bahwa untuk tujuan riset mengenai berpikir kreatif,

kreativitas (sebagai produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari dua unsur,

yaitu kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas). Kefasihan ditunjukkan dengan

kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara


25

lancar dan cepat. Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan

gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah.

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir luwes dapat memberikan bermacam-

macam penafsiran terhadap suatu gambar atau masalah. Menerapkan suatu

konsep atau azas dengan cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan suatu

masalah.

3) Keterampilan berpikir orisinil

Kemampuan berpikir orisinal adalah kemampuan memberikan respon-respon

yang unik atau luar biasa (Amin, 1985). Lebih lanjut Munandar (1985)

memberikan beberapa defenisi untuk kemampuan berpikir orisinal sebagai

berikut:

a) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

b) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim pada bagian-bagian

atau unsur-unsur.

Munandar mengatakan bahwa berpikir orisinal berkaitan dengan hasil belajar.

Pengertian berpikir orisinal ini lebih menfokuskan pada proses individu untuk

memuncul-kan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang

belum diwujudkan atau masih dalam pemikiran.

Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir orisinil memiliki perilaku diantara-

nya memikirkan masalah-masalah yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain

dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru. Dalam hal ini siswa juga lebih

mengembangkan kemampuan berpikir orisinilnya kedalam kehidupan sehari-hari

dan memikirkan kemungkinan penggunaannya.


26

4) Keterampilan merinci (mengelaborasi)

Kemampuan berpikir memperinci adalah kemampuan untuk membumbui atau

menghiasi cerita, sehingga nampak lebih kaya (Munandar, 1999). Lebih lanjut

lagi Munandar memberikan beberapa defenisi tentang berpikir memperinci yaitu:

a) Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan.

b) Memperinci detail-detail atau memperinci suatu objek atau gagasan sehingga

menjadi menarik.

Sedangkan menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan bahwa terdapat lima

indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:

a) Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali

dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.

b) Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak

gagasan.

c) Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-

macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.

d) Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan

cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

e) Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau

masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di-

dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.

Munandar (2008) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif

sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di

bawah ini.
27

Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif

Pengertian Perilaku

Berpikir Lancar (Fluency)

1)T Mencetuskan banyak gagasan,


Tabel 3 (Lanjutan) a. Mengajukan banyak pertanyaan.
jawaban,penyelesaian masalah b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada.
atau jawaban. c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu
2) Memberikan banyak cara atau masalah.
saran untuk melakukan berbagai d. Lancar mengungkapkan gagasan-
hal. gagasannya.
3) Selalu memikirkan lebih dari satue. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
jawaban. banyak dari orang lain.
f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau situasi.

Berpikir Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawaban, a. Memberikan bermacam-macam penafsiran


atau pertanyaan yang bervariasi. terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
2) Dapat melihat suatu masalah dari b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan
sudut pandang yang berbeda. cara yang berbeda-beda.
3) Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda.
4) Mampu mengubah cara pendeka-
tan atau pemikiran.

Berpikir Orisinil (Originality)


1) Mampu melahirkan ungkapan a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang
yang baru dan unik. tidak terpikirkan orang lain.
2) Memikirkan cara-cara yang tak b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan
lazim untuk mengungkapkan diri. berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
3) Mampu membuat kombinasi- c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang
kombinasi yang tak lazim dari lain.
bagian-bagian atau unsur-unsur.

Berpikir Elaboratif (Elabora-


tion)
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap
1) Mampu memperkaya dan me- jawaban atau pemecahan masalah dengan
ngembangkan suatu gagasan atau melakukan lang-kah-langkah yang terperinci.
produk. b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan
Menambah atau merinci detail- orang lain.
detail dari suatu objek, gagasan c. Menambah garis-garis, warna-warna, dan
atau situasi sehingga menjadi detail-detail (bagian-bagian) terhadap gam-
lebih menarik baranya sendiri atau gambar orang lain.
28

Tabel 3 (Lanjutan)

Pengertian Perilaku
Berpikir Evaluatif (Evaluation)

1) Menentukan kebenaran suatu a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut


pertanyaan atau kebenaran suatu pandang sendiri.
penyelesaian masalah.
2) Mampu mengambil keputusan b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai
terhadap situasi terbuka. suatu hal.

D. Kepraktisan

Keterlaksanaan model dalam pelaksanaan pembelajarandapat ditinjau dari

keterlaksanaan sintak, keterlaksanaan sistem sosial, dan keterlaksanaan prinsip

reaksi pengelolaan dengan sistem pendukung yang tersedia. Pengukurannya

melalui pengamatan (observasi). Keterlaksanaan model pembelajaran diukur

dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan (observasi) dengan

sistem penskoran yang terdiri dari 5 (lima) kriteria penilaian, yaitu rendah sekali,

rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Tingkat keterlaksanaan iniakan diujikan

pada saat penerapan pembelajaran di kelas.

Nieveen (dalam Sunyono, 2012) menyatakan bahwa kepraktisan suatu model

pembelajaran merupakan salah satu kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasil

penelitian pengamat berdasarkan pengamatannya selama pelaksanaan

pembelajaran berlangsung. Suatu model pembelajaran dikatakan memiliki suatu

kepraktisan tinggi,bila pengamat berdasarkan pengamatannya menyatakan bahwa


29

tingkat keterlaksanaanpenerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas

termasuk ke dalam kategori tinggi.

C. Efektivitas

Nieveen (dalam Sunyono, 2012) menyatakan bahwa keefektivan model

pembelajaransangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model

pembelajaran dikatakan efektif bila proses pembelajaran melibatkan siswa secara

aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasi-informasi

yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari guru

atau dosen.

Indikator keefektivan meliputi:

1. Pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar pembelajar.

2. Pencapaian aktivitas pembelajar dan guru atau dosen.

3. Pencapaian kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran.

4. Pembelajar memberi respon positif dan minat yang tinggi terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan.

Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu

yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu,

efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya tujuan

pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola satu

situasi. Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen &

Kauchak (dalam Warsita, 2008) adalah:


30

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan

perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan

kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam

pelajaran.

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta

didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan

keterampilan berpikir.

6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan

dan gaya pembelajaran guru.

F. Kerangka Pemikiran

Konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap oleh siswa dalam waktu

relatif terbatas membuat mata pelajaran kimia menjadi sulit bagi siswa. Sesuai

dengan hal ini diperlukan model pembelajaran yang dirasa tepat yaitu inkuiri

terbimbing. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak akan pernah lepas dari

peran seorang guru dalam memilih serta menerapkan suatu model pembelajaran.

Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan

permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya

tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian. Proses

pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari lima langkah yaitu, mengajukan


31

pertanyaan atau merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data,

manganalisis data , dan membuat kesimpulan. Langkah pertama dalam proses

pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu guru membimbing siswa menidentifikasi

masalah, agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang

harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.

Permasalahan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan

dipecahkan oleh siswa yang dibimbing oleh guru. Langkah kedua adalah siswa

diberikan kesempatan untuk mengajukan jawaban sementara secara bebas dari

permasalahan yang diberikan berdasarkan pengetahuan awal mereka. Inilah yang

disebut hipotesis.

Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak, Bila belum jelas, sebaiknya

guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Langkah ketiga

adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak banyaknya melalui

literature dan data hasil percobaan untuk membuktikan apakah hipotesis mereka

benar atau tidak. Pada tahap ini diharapkan keterampilan berpikir lancar siswa

dapat berkembang, siswa dapat mengajukan pertanyaan berkaitan dengan

percobaan yang dilakukan kemudian siswa diminta untuk menyajikan data hasil

percobaan ke dalam bentuk essay.

Langkah keempat menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Pada tahap ini

guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil

pengolahan data yang terkumpul. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari

pembelajaran yang telah dilakukan. Ketika siswa telah mendapatkan kesimpulan

tentang jawaban dari masalah yang telah diberi diharapkan siswa dapat
32

mengungkapkan jawabannya yang lancar dengan yang siswa yang lain (Gulo

dalam Trianto, 2010). Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di

atas diharapkan dengan diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing dapat

mengembang-kan keterampilan berpikir lancar siswa.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dari penelitian ini adalah :

1. Siswa kelas XI SMAN 12 Bandar lampung menjadi subjek penelitian yang

mempunyai kemampuan awal yang sama dalam penguasaan kompetensi kimia.

2. Perbedaan n-Gain keterampilan siswa dalam keterampilan berpikir kreatif

semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.

3. Faktor-faktor lain diluar perlakuan pada kedua kelas diabaikan.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah upaya peningkatan keterampilan

berpikir lancar siswa pada materi asam basa dengan menggunakan Model Inkuiri

Terbimbing.
33

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMAN 12 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah ±150 siswa. Siswa

tersebut merupakan satu kesatuan populasi karena adanya kesamaan, yaitu :

1. Siswa tersebut berada dalam tingkat kelas yang sama yaitu kelas XI SMAN 12

Bandar Lampung.

2. Siswa tersebut berada dalam semester yang sama yaitu semester genap

3. Pada pelaksanaan pengajarannya, siswa diajar dengan kurikulum yang sama

(kurikulum 2013).

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel didapatkanlah satu kelas sebagai sampel

yaitu XI IPA 3 yang terdiri dari 36 siswa dan nantinya akan diberikan perlakuan

dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah poor eksperimental

design dengan One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, 2012). Pada desain

penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti.
34

Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subyek penelitian

dari satu kelas kemudian diobservasi.

Tabel 4. Desain Penelitian

Kelas Pretes perlakuan postes

XI IPA 3 O1 X O2

Keterangan:

O1 : Kelas perlakuan diberi pretes

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model inkuiri terbimbing

O2 : Kelas perlakuan diberi postes

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.

Menurut Sugiyono (2011), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan postes pada materi asam-basa

yangterdiri dari 3 butir soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikir lancar

siswa.

2. Lembar penilaian yang digunakan antara lain:

a. Lembar observasi keterlaksanaan model inkuiri terbimbing.

b. Angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran


35

c. Lembar pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung,

dimodifikasi dari Sunyono (2014).

d. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan

model inkuri terbimbing, dimodifikasi dari Diantini(2015).

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap persiapan

a. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di SMA

Negeri 12 Bandar Lampung.

b. Melakukan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang data

siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana prasarana yang ada di sekolah

yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

d. Membuat perangkat penelitian dan instrumen penelitian. Perangkat penelitian

terdiri dari silabus, analisis konsep, analisis KI-KD, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS). Instrumen penelitian

terdiri dari kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan postes, rubrikasi

pretes dan postes, lembar keterlaksanaan model Inkuiri Terbimbing, angket

respon siswa, lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing, dan lembar aktivitas siswa

selama pembelajaran. Selanjutnya melakukan uji validitas dan reliabilitas

terhadap soal pretes/postes kepada siswa kelas XII yang telah menerima materi

asam-basa.
36

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Melakukan pretes

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi asam-Basa dengan

menggunkan model Inkuiri Terbimbing.

c. Melakukan postes.

3. Tahap akhir penelitian

a. Melakukan analisis data kepraktisan, keefektivan, dan ukuran pengaruh serta

pengujian hipotesis

b. Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.

c. Menarik kesimpulan.
37

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan

di bawah ini.

Izin penelitian kepada pihak sekolah

Observasi sekolah

Menentukan populasi dan sample penelitian

Membuat perangkat dan instrumen pembelajaran

Validasitas dan reliabilitas


instrumen

Pembelajaran dengan menggunakan


model Inkuiri Terbimbing

Pretes

Pembelajaran dengan model inkuiri


terbimbing

Postes

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 1. Bagan penelitian


38

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Validitas dan Reliabilitas Instrument Tes

Teknik pengolahan data digunakan untuk mengetahui kualitas instrumen tes yaitu

soal pretes dan postes yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen tes

ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur kelayakan instrumen sebagai

pengumpul data telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul

data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid

dan reliable (Arikunto,2012). Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan

diketahui validitas dan reliabilitas instrument tes.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument tes (Arikunto, 2012). Sebuah instrument dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan

dengan menggunakan rumus product momen t dengan angka kasar yang

dikemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan

software SPSS versi 18 for Windows. Instrumen tes dalam mengukur kemampuan

berpikir lancar berupa 4 butir soal uraian, diujikan pada satu kelas yang telah

mendapatkan materi larutan asam basa yaitu kelas XII IPA di SMA Negeri 12

Bandar Lampung. Validitas soal ditentukan dari perbandingan nilai r hitung dan r

tabel. Nilai rtabel (product moment) didapatkan dari tabel nilai kritik sebaran r,

dengan n = 30 dan taraf signifikansi 5%.


39

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan instrumen

penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat evaluasi

dikatakan reliable jika soal diuji pada ruang dan waktu yang berbeda hasil nya

tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat

reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini

analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 18 for Windows.

Kriteriaderajatreliabilitas (r11) alatevaluasimenurut Guilford:

0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi

0,40< r11≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang

0,20< r11≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliabel

2. Kepraktisan Model Inkuiri Terbimbing

a. Keterlaksanaan Model Inkuiri Terbimbing

Keterlaksanaan model Inuiri Terbimbing diukur melalui penilaian terhadap

keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-unsur model pembelajaran yang meliputi

sintak pembelajaran, sistem sosial, dan prinsip reaksi. Analisis terhadap

keterlaksanaan RPP model Inkuiri Terbimbing dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:
40

1) menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek

pengamatan, kemudian persentase ketercapaian dihitung dengan rumus

(Sudjana, 2005):

% Ji= (∑Ji / N) x 100%

Keterangan:

% Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan

pada pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat

pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

2) menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan

dari dua orang pengamat

3) menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan

pembelajaran (RPP) sebagaimana pada table berikut

Tabel 5.Kriteria tingkat keterlaksanaan (Ratumanan dalam Sunyono, 2012)

Persentase Kriteria

80,1% - 100,0% Sangat tinggi

60,1% - 80,0% Tinggi

40,1% - 60,0% Sedang

20,1% - 40,0% Rendah

0,0% - 20,0% Sangat rendah


41

b. Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran

Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model

inkuiri terbimbing, dilakukan langkah-langkah berikut:

1) menghitung jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif

terhadap pelaksanaan pembelajaran.

2) menghitung persentase jumlah siswa yang memberikan respon positif dan

negatif.

3) menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana

Tabel 5.

3. Keefektivan Model Inkuiri Terbimbing

Ukuran keefektivan model inkuiri terbimbing dalam penelitian ini ditentukan dari

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran, serta ketercapaian dalam meningkatkan kemampuan

berpikir lancar siswa.

a. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berlangsung

Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan

lembar observasi oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas

siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus:

%Pa = x100%

Keterangan:

Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas.


42

Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul.

Fb = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.

2) Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak

relevan untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-ratanya, kemudian

menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana

Tabel 5

3) Mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan

persentasese tiap aspek aktivitas yang diamati

b. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan

menggunakan model inkuiri terbimbing, dilakukan langkah-langkah berikut:

1) menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek

pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan

menggunakan rumus:

% Ji= (∑Ji / N) x 100%

Keterangan :

%Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada

pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat

pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

2) menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek

pengamatan dari dua orang pengamat.


43

3) menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru

sebagaimana Tabel 5.

c. Kemampuan Berpikir Lancar

Nilai pretes dan postes diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

∑ Skor yang diperoleh siswa


Nilai Akhir = x 100%
skor maksimun

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n-Gain yang

selanjutnya digunakan pengujian hipotesis. Perhitungan n-Gain bertujuan untuk

mengetahui peningkatan nilai pretes dan pstes dari kedua kelas. Rumus n-Gain

menurut Hake (2002) adalah:

nilai postes nilai pretes


Rumus nilai n-Gain=
100 nilai pretes

Menurut Hake (dalam Sunyono, 2014) terdapat kriteria n-Gain yaitu:

1) Pembelajaran dengan skor n-Gain “tinggi” jika n-Gain> 0,7

2) Pembelajaran dengan skor n-Gain ”sedang” n-Gain terletak antara

0,3< n-Gain ≤ 0,7

3) Pembelajaran dengan skor n-Gain ”rendah” jika n-Gain ≤ 0,3

4. Pengujian Hipotesis dan Ukuran Pengaruh (Effect Size)

Analisis terhadap ukuran pengaruh pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing

terhadap peningkatan kemampuan berpikir lancar siswa dilakukan dengan

menggunakan uji t dan uji effect size . Sebelum melakukan uji t terlebih dahulu
44

uji normalitas dan uji homogenitas, karena syarat uji t adalah data harus

berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan Shapiro-Wilktest, langkah-langkah ujinormalitas

sebagai berikut:

1) Hipotesis

H0= sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

2) Memasukkan data penelitian berupanilai pretes dan postes kedalam

program SPSS versi 18.0 for windows dengan menggunakan taraf signifikan

(α) sebesar 0,05.

3) KriteriaUji: terima H0 jika nilai sig (p) dari Shapiro-Wilk > 0,05 dan terima

H1 jika nilai sig (p) dari Shapiro- Wilk < 0,05

b. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dibandingkan

memiliki nilai rata-rata dan varians identic. Uji homogenitas yang digunakan

dalam percobaan ini adalah levene statistics test, langkah-langkah uji

homogenitas sebagai berikut :


45

1) Hipotesis

H0= sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1= sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen.

2) Memasukkan data penelitian berupa (pretes dan nilai postes) kedalam

program SPSS versi18.0 for windows dengan menggunakan tara signifikan(α)

sebesar 0,05.

3) KriteriaUji:terimaH0 jika nilai sig(p)dari Levene Statistics > 0,05 dan terima

H1 jika nilai sig(p) dari Levene Statistics < 0,05

c. Uji Perbedaan Rata-Rata Nilai Pretes Dan Postes

Menurut Sudjana (2005), jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka

pengujian selanjutnya menggunakan uji statistik parametrik yaitu menggunakan

uji t. Uji t dilakukan terhadap perbedaan rerata pretes dan postes. Uji

perbedaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan paired samplesttest. Langkah-langkah uji perbedaan rata-rata

nilai pretes dan postes sebagai berikut :

1) Hipotesis:

Ho = nilai postes lebih besar dari pretes

H1 = nilai postest lebih rendah dari pretes

2) Memasukkan data penelitian berupa nilai pretes dan postes kedalam

program SPSS versi 18.0 for windows dengan menggunakan taraf

signifikan(α) sebesar 0,05.

3) Kriteriauji: terimaH0 jika nilai sig (2-tailed) < 0,05 dan terima H1 jika nilai
46

sig (2-tailed) > 0,05

d. Ukuran Pengaruh (Effect Size)

Menurut Jahjouh (2014) perhitungan untuk menentukan ukuran pengaruh dengan

rumus:

Keterangan:µ = effect size

t =t hitung dari uji-t

df= derajat kebebasan

Kriteria menurut Dincer (2015):

µ ≤ 0,15; efek di abaikan (sangat kecil)

0,15< µ ≤ 0,40; efek kecil

0,40< µ ≤ 0,75; efek sedang

0,75< µ ≤ 1,10; efek besar

µ > 1,10; efek sangat besar


63

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian mengenai

penerapan model inkuiri terbimbing pada materi asam basa, dapat disimpulkan:

1. Model inkuiri terbimbing praktis dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar

pada materi bsam basa, ditunjukkan dengan rata-rata persentase keterlaksanaan

RPP dan respon siswa berkategori “Sangat tinggi”.

2. Model inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar

pada asam basa, ditunjukkan melalui aktivitas siswa yang relevan dalam

pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berkategori

“Sangat tinggi”, serta peningkatan nilai pretes-postes (n-Gain) pada kelas XI ipa 3

memenuhi kriteria “sedang”.

3. Model inkuiri terbimbing memiliki ukuran pengaruh yang “besar” dalam

meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi asam basa.


63

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Penerapan Model inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran

kimia, terutama pada materi asam basa praktis, efektif dan memiliki ukuran

pengaruh yang besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa.

2. Bagi calon peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing perlu memperhatikan pengelolan waktu

pembelajaran dan suasana belajar di kelas agar proses pembelajaran yang

dilaksanakan maksimal.

3. Bagi peneliti lain yang juga tertarik dalam melakukan penelitian dengan

menggunakan model inkuiri terbimbing hendaknya menggunakan dua kelas yaitu

kelas kontrol dan kelas eksperimen agar nantinya dapat melakukan perbandingan

untuk kedua kelas


64

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A.2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Cet. II : Bandung.

Ahmadi, I. K. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Prestasi Pustaka,


Cet. I: Jakarta.

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,


Cet. VI: Jakarta.

BSNP. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar.


Nasional Pendidikan. Jakarta

Dahar, R. W 1989. Teori-teori Belajar. Erlangga : Jakarta

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta :


Jakarta

Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’ Achievment


In Turkey : a Meta- Analysis. Journal of Turkish Science Education, 12 (1)
: 99-118

Fadiawati,N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur


Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertai. SPs-UPI
Bandung.Bandung

Fraenkel, J., Wallen, N., Helen & Hyun. 2012. How to design and evaluate
research in education 8th edition. McGraw-Hill, A Business Unit Of The
McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of The Americas, New York,
NY 10020.

Gulo, W. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Grafindo, Cet. III, 2004.

Hanson, D. M. 2006. Instructor's guide to process-oriented guided-inquiry


learning. Lisle, IL: Pacific Crest.

Jahjouh, A.Y.M. 2014. The Effectiveness of Blended E-Learning Forum in


Planning for Science Intruction. Journal of Turkish Education, 11 (4) : 3-16

Komarraju, M., & Nadler, D. 2013. Self-efficacy and academic achievement:


Why do implicit beliefs, goals, and effort regulation matter?. Learning and
Individual Differences, 25, 67-72.

Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.


65

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2005.


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Cet. VII, 2010.

National Research Council. 2000. Inquiri and The National Science Education
Standards: A Guided for Teaching And Learning. Washington DC: National
Academy Press.

Rokhayati, N. 2011. Peningkatan Penguasaan Konsep Matematika Melalui


Model Pembelajaran Guided Discovery-Inquiry Pada Siswa Kelas VII SMP
N 1 Sleman .Doctoral dissertation. UNY.

Roestiyah.,K. N. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Cet. VII:


Jakarta

Santrock, J. W. 2009. Life-span development. McGraw-Hill : Boston, MA


Sudjana, N. 2005. Metode statistika. Tarsito : Bandung

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slavin,R.E. 1994. Educational Psychology Theory. Research, and Pactice Fourth


Edition. Allyn and Bacon. Massachuset.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Transito. Bandung

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: PT.


RemajaRosdakarya, 2009.

Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi


(Model SiMaYang). AURA Publishing. Bandar Lampung.

Sunyono. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi Dalam


Menumbuhkan Model Mental Dan Meningkatkan Penguasaan Konsep
Kimia Dasar Mahasiswa. Disertasi. Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya : tidak diterbitkan.

Sunyono & Yuliyanti. D. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia


SMA Berbasis Multipel Representasi Dalam Menumbuhkan Model Mental
Dan Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing Tahun I. Lembaga Penelitian Universitas
Lampung

Sunyono., Leny Y, & Muslimin I. 2015. Mental Models Of Students


on Stoichiometry Concept in Learning by Method Based and Multiple
Representation. The Online Jurnal Of New Horizons In Education.
Volume 5 Issue 2.
66

Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka, Cet. I, 2007.

Yulianingsih, U. & Hadisaputro, S. 2013. Keefektifan Pendekatan Student


Centered Learning dengan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2(2): 1-7.

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN,


2009.

Anda mungkin juga menyukai