(Skripsi)
Oleh
Oleh
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis soal Ujian Nasional (UN) Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) SMP tahun ajaran 2016/2017. Desain penelitian ini
berupa desain deskriptif. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif yakni
penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis dari butir soal yang terdapat pada
Ujian Nasional IPA tingkat SMP dengan karateristik soal tipe Higher Order
Thinking Skill (HOTS) yaitu, stimulus paling banyak dalam soal Ujian Nasional
IPA tingkat SMP tahun ajaran 2016/2017 adalah dalam bentuk gambar yang
tergolong kriteria “sedang” karena dari hasil analisis diperoleh persentase sebesar
52,5% terdapat pada 21 butir soal sedangkan, stimulus paling sedikit adalah
dalam bentuk diagram yang tergolong kriteria “sedikit sekali” karena dari hasil
kesimpulan yang tergolong kriteria “sedikit” karena dari hasil analisis diperoleh
ii
persentase sebesar 22,5% terdapat pada 9 butir soal sedangkan, indikator
sekali” karena dari hasil analisis diperoleh persentase sebesar 2,5% terdapat pada
hasil analisis diperoleh persentase sebesar 22,5% terdapat pada 9 butir soal
dari hasil analisis diperoleh persentase sebesar 2,5% terdapat pada 1 butir soal.
butir soal Ujian Nasional IPA SMP 2016/2017 sudah dikategorikan “tinggi
iii
ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh
LAMBOK VERAYANTY SIREGAR
Skripsi
2011), SMA St. Thomas 3 Medan pada tahun (2011-2014). Penulis terdaftar
undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi panitia acara dalam kegiatan
Seminung, Kabupaten Lampung Barat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Heni
Ku persembahan karya ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:
Serta
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu
akan menerimanya”
“Tetapi Kamu Ini, Kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada
upah bagi usahamu”
(2 Tawarikh 15:7)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Soal Ujian Nasional
sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
5. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku dosen pembahas yang telah memberikan kritik,
xi
saran, dan motivasi yang berharga hingga terselesainya skripsi ini.
penyelesaian skripsi.
8. Kinasih Cahyono, S.Pd., selaku guru IPA SMP Qur’an Darul Fattah Bandar
9. Tim skripsi Desi Lestari Ningsih dan Hartoyo Adi Saputro yang
skripsi.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Penilaian .................................................................................... 11
B. Kemampuan Berpiikir ............................................................... 22
C. Higher Order Thinking Skill (HOTS)......................................... 26
D. Analisis Soal............................................................................... 33
E. Ujian Nasional ............................................................................ 35
F. Kerangka Pikir ............................................................................ 38
xiii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Simpulan..................................................................................... 63
B. Saran .......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
13. Data Hasil Analisis FGD Karateristik Pemecahan Masalah ......... 189
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja
tertentu ke suatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan merupakan modal dasar
dalam membentuk pola pikir dan pengembangan intelektual serta sarana penerus
ayat (1), dengan rumusan sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
latihan bagi perannya di masa yang akan datang” (Abdulhak, 2006: 76).
baru.
2
pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik
meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian hasil belajar oleh
bentuk lain yang diperlukan. Penilaiaan hasil belajar oleh satuan pendidikan
dilakukan dalam bentuk penilaian akhir yaitu Ujian Nasional dan ujian sekolah
Penilaian dalam Kurikulum 2013 diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk
Taksonomi Bloom yang direvisi terdapat tiga ranah kognitif yang menjadi bagian
dari kemampuan berpikir tingkat tinggi analisa, evaluasi dan mencipta. Evaluasi
pendidikan, salah satunya adalah kegiatan evaluasi yang berupa Ujian Nasional
(UN). Ujian Nasional merupakan salah satu standar kelulusan bagi siswa yang
duduk di bangku sekolah, dimana tes tersebut dilakukan secara nasional pada
jenjang pendidikan menengah. Namun jika ditinjau lebih lanjut yang menjadi
komposisi soal Ujian Nasional yang berimbas pada kurang mampunya siswa
meyelesaikan tes atau soal soal yang sifatnya menuntut analisis, evaluasi, dan
yang menjadi acuan dalam pembuatan soal Ujian Nasional. Ditinjau dari segi
kemampuan berpikir tingkat tinggi. UN yang menjadi tolak ukur kualitas suatu
berpikir tingkat tinggi yang akan digunakan sebagai dasar keterampilan seumur
melakukan penanaman HOTS untuk memenuhi tuntutan zaman ke-21. Hal ini
abad ke-21 yang terfokus pada pengembangan HOTS (Basuki, 2014: 35).
Diperoleh juga nilai dari adanya rata-rata hasil Ujian Nasional IPA tahun
53,20, SMP Negeri 10 Bandar Lampung 51,81, SMP Negeri 3 Bandar Lampung
64,01, SMP Fransiskus Tanjung Karang 62,28, SMP Negeri 25 Medan 51,25,
SMP Negeri 32 Medan 48,87, SMP Negeri 19 Bogor 59,82, SMP Negeri 15
Jakarta 56,03, SMP Gotong Royong Yogyakarta 47,76 dan SMP Negeri 41
Bandung 58,02 (Kemendikbud, 2017). Dari hasil penilaian nasional tersebut perlu
diketahui bahwa berpikir tingkat tinggi sangat penting ditanamkan pada siswa
keterampilan berpikir siswa ini, maka harus ada upaya yang dilakukan untuk
Indonesia pasal 1 ayat 4 Tahun 2005 seharusnya soal Ujian Nasional yang
Merujuk dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadhan dan Wasis
SMP masih tergolong rendah pada level tinggi seperti menganalisis dan
mengevaluasi dibanding pada soal-soal PISA (Ramadhan, 2013: 5). Hasil ini
5
Didukung juga dengan adanya hasil penelitian oleh Afiyana (2010: 38) mengenai
dalam kategori kurang baik. Karena soal didominasi oleh tingkat kesukaran soal
yang tinggi. Maka dari hal tersebut para siswa perlu memiliki kemampuan
berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan menghafal saja, namun juga
membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, yaitu kemampuan berpikir kritis
kelulusan peserta didik. Ujian Nasional untuk jenjang SMP masih dilaksanakan
hingga tahun 2017. Dari hasil penelitian Budiarti (2014: 5) diperoleh data bahwa
soal Ujian Nasional tingkat SMP berkisar pada Low Order of Thinking Skill
mampu berpikir tingkat tinggi, dimana siswa tidak hanya dapat mengingat dan
mengevaluasi, dan mengkreasikan suatu konsep dengan baik, konsep yang telah
dipahami tersebut dapat melekat dalam ingatan siswa dalam waktu yang lama,
6
sehingga penting sekali bagi siswa untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat
HOTS atau kemampuan berpikir tingkat tinggi dijelaskan oleh Gunawan (2003:
informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan mereka
pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika siswa menggabungkan fakta dan
hipotesis dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang
adalah kurang terlatihnya anak Indonesia dalam meyelesaikan tes atau soal-soal
yang sifatnya menuntut analisis, evaluasi, dan kreativitas yang tinggi. Soal-soal
yang memiliki karakteristik tersebut adalah soal-soal untuk mengukur HOTS. Dan
karena dengan adanya masalah, maka siswa akan berpikir kritis yang berarti
maka peneliti tertarik untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang analisis soal
ujian nasional Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
7
Tahun Ajaran 2016/2017. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian dengan judul
Pertama Tahun Ajaran 2016/2017. Karakteristik soal tipe HOTS yang dianalisis
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan oleh peneliti di atas, maka
berdasarkan:
a. Jenis Stimulus?
kompetensi pada soal Ujian Nasional mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
8
1. Untuk mengetahui karateristik butir soal Ujian Nasional Mata Pelajaran Ilmu
2016/2017 berdasarkan:
a. Jenis Stimulus
kompetensi pada soal Ujian Nasional mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
2. Bagi Sekolah
Dengan adanya analisis HOTS terhadap soal UN IPA SMP ini diharapkan bagi
berbasis HOTS dalam soal Ujian Nasional yang dapat meningkatkan proses
3. Bagi Peneliti
dasar dalam rangka menganalisis soal-soal tipe HOTS dalam soal Ujian
Nasional (UN) IPA dan menjadi bekal sebagai calon guru mata pelajaran IPA,
E. Ruang Lingkup
1. Analisis Soal atau telaah soal adalah kegiatan pengumpulan, peringkasan, dan
setiap penilaian.
tingkatan yang lebih tinggi pada hierarki kognitif. HOTS memiliki beberapa
5. Ujian Nasional (UN) adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan
menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah
peserta didik mampu berpikir tinggi yang biasa disebut “HOTS” (Higher Order
Thinking Skill).
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
Indonesia setelah lulus sekolah dasar yang ditempuh dalam waktu 3 tahun dan
A. Penilaian
khusus penilaian didefinisikan adalah sebagai suatu proses yang sistematis dan
menentukan seberapa jauh seseorang peserta didik atau sekelompok peserta didik
Beberapa hal yang harus menjadi prinsip dalam suatu penilaian, yaitu: (1) proses
penilaian harus merupakan dari bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not a
part from instruction); (2) penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata
(real world problem), bukan dunia sekolah (school work-kind of problems); (3)
penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; dan (4) penilaian harus
bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran yaitu
seleksi atau penilaian terhadap peserta didik. Penilaian itu sendiri mempunyai
berbagai tujuan, antara lain : (1) memilih peserta didik yang dapat diterima
disekolah tertentu; (2) untuk memilih peserta didik yang dapat naik ke kelas
atau tingkat berikutnya; (3) untuk memilih peserta didik yang seharusnya
mendapat beasiswa; dan (4) untuk memilih peserta didik yang sudah berhak
maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui kelemahan peserta didik.
mengatasi.
yang ada. Akan tetapi, disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga,
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program ber-
yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, saran, dan sistem admi-
157).
14
1. Validitas
diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak
pula suatu tes memiliki suatu validitas bila tes itu benar-benar mengukur
oleh guru. Misalnya, seorang guru telah lama bergaul dengan peserta didik
tertentu. Dia dapat melihat kapasitas peserta didik itu berada di bawah
pengawasanya. Apabila antara hasil tes dengan pendapat guru tak seberapa
memiliki validitas yang tinggi. Kriteria lain yang dapat digunakan untuk
mengukur validitas tes itu adalah membanding kannya dengan hasil yang
telah diperoleh oleh seorang ahli lain. Jadi validitas suatu tes menunjukkan
ukuran atau tingkat dimana tes itu dapat dipergunakan untuk mengukur
2. Reliabilitas
hasilnya. Dengan kata lain, orang yang akan di tes itu akan mendapat skor
yang sama bila dia dites kembali dengan alat uji yang sama. Reliabilitas
ditempuh berbagai cara, yakni dengan cara mengulangi kembali tes itu
(test-retest), atau dengan cara comparable forms atau split halves method.
3. Objektivitas
Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa
adanya interprestasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu.
Guru harus menilai peserta didik dengan kriteria yang sama bagi setiap
4. Efisiensi
dan uang yang banyak. Ini tidak berarti bahwa evaluasi yang memakan
waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik. Hal ini
didik yang dinilai dan sebagainya. Suatu alat evaluasi diharapkan dapat
digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang sedikit, dalam waktu yang
5. Kegunaan/kepraktisan
Ciri lain dari alat evaluasi ialah usefulness (harus berguna). Untuk
2013: 157-159).
dilaksanakan dengan cara tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan penilaian
ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang didapat peserta didik,
program pembelajaran.
remedial.
Pelaksanaan penilaian meliputi tiga ranah yaitu ranah afektif, kognitif, dan
psikomotorik.
spiritual dan sosial siswa dalam kehidupan sehari- hari di dalam dan di luar
bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama siswa di luar jam
pelajaran) yang ditulis dalam buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal).
(incidental record), dan informasi lain yang valid dan relevan. Jurnal tidak
hanya didasarkan pada apa yang dilihat langsung oleh guru, wali kelas, dan
guru BK, tetapi juga informasi lain yang relevan dan valid yang diterima
18
dari berbagai sumber. Selain itu, penilaian diri dan penilaian antarteman
yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data konfirmasi dari hasil
1. Pengertian
memberi umpan balik (feedback) kepada siswa dan guru untuk perbaikan
0-100.
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawaban disajikan secara
b. Tes Lisan
c. Penugasan
d. Portofolio
c. Penilaian Keterampilan
a. Penilaian Kerja
b. Penilaian Produk
B. Kemampuan Berpikir
tanggapan di mana subjek yang berpikir pasif. Plato beranggapan bahwa berpikir
itu adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini adalah
a. Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir aktif.
b. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan
Bagian-bagian pengetahuan kita yaitu segala sesuatu yang telah kita miliki, yang
Berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau
(1) Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi
Salah satu sifat dari berpikir yaitu berpikir tentang sesuatu, untuk memperoleh
pemecahan masalah untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Berpikir juga dapat
position) sampai pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Dengan
demikian, dapat dikemukakan bahwa berpikir itu merupakan proses kognitif yang
berlangsung antara stimulus dan respon. Perkembangan ide dan konsep ini
secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar
dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan
membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-
Menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi proses kognitif dibedakan menjadi
dua, yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan Higher
Order Thinking Skill (HOTS), dan keterampilan berpikir tingkat rendah Lower
dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan analisis dan sintesis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mencipta atau kreativitas (C6) (Anderson, 2001: 57).
Dalam taksonomi Bloom domain kognitif hanya terdiri dari satu dimensi saja
namun dalam taksonomi Anderson dan Krathwohl berubah menjadi dua dimensi.
tinggi.
Understanding Mengelompokkan,
(pemahaman): menggambarkan,
Dapatkah peserta menjelaskan identifikasi,
didik menjelaskan menempatkan,
konsep, prinsip, melaporkan,
hukum atau menjelaskan,
prosedur? menerjemahkan,
pharaprase.
Applying Memilih,
(penerapan): mendemonstrasikan,
Dapatkah peserta memerankan,
didik menerapkan menggunakan,
pemahamannya mengilustrasikan,
dalam situasi baru? menginterpretasi,
menyusun jadwal,
membuat sketsa,
memecahkan masalah,
menulis
Menurut Brookhart kemampuan HOTS adalah (1) berpikir tingkat tinggi berada
pada bagian atas taksonomi kognitif Bloom, (2) berpikir tingkat tinggi merupakan
tujuan pengajaran dibalik taksonomi kognitif yang dapat membekali peserta didik
untuk melakukan transfer pengetahuan, (3) mampu berpikir, artinya peserta didik
selama belajar pada konteks yang baru. Dalam hal ini yang dimaksud baru adalah
aplikasi konsep yang belum terpikirkan sebelumnya oleh peserta didik, namun
konsep tersebut sudah diajarkan, ini berarti belum tentu sesuatu yang universal
HOTS atau kemampuan berpikir tingkat tinggi dijelaskan oleh Gunawan (2003:
informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan mereka
pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika siswa menggabungkan fakta dan
hipotesis dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang
ditarik kesimpulan.
memunculkan ide yang baru dan orisinil. Kemampuan memecahkan masalah yaitu
Berpikir kritis adalah berpikir yang beralasan dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan harus
melalui kemampuan bernalar dan berpikir reflektif berdasarkan suatu bukti dan
logika yang diyakini benar (Ibrahim, 2011: 4-5). Indikator keterampilan berpikir
kritis dibagi menjadi lima kelompok (Devi, 2012: 4), yaitu memberikan
Berpikir kreatif oleh Munandar (Ibrahim, 2011: 6) disebut juga berpikir divergen,
pendapat Ibrahim (2011: 6) menyatakan ada lima ciri kemampuan berpikir kreatif,
Taksonomi Bloom merupakan dasar bagi berpikir tingkat tinggi. Dasar dari
kognisi yang lebih daripada yang lain, tetapi memiliki manfaat-manfaat lain yang
untuk mencipta sesuatu (Alias, 2015: 3). Hal ini sebanding dengan yang
interpretasi (Widodo, 2013: 2). Menurut tinjauan dalam filsafat, Lewis dan Smith
berpendapat bahwa HOTS terjadi ketika seseorang mendapat informasi baru dan
informasi yang tersimpan dalam memori saling berhubungan, tertata kembali dan
HOTS adalah berpikir yang lebih tinggi dari menghafal fakta-fakta atau
mengatakan kembali sesuatu yang didengar dan diketahui. Ketika peserta didik
mengingat dan memberi informasi kembali tanpa berpikir tentang hal tersebut
disebut memori hafalan. Singkatnya HOTS adalah berpikir pada level yang lebih
dalam bentuk baru, dan menerapkannya seperti mencari solusi baru untuk masalah
ada algoritma untuk menyelesaikan suatu tugas, adanya sesuatu yang tidak dapat
diprediksi, menggunakan pendekatan yang berbeda dengan tugas yang telah ada
dan berbeda dengan contoh-contoh yang telah diberikan. Teori ini diperkuat oleh
yang arah penentuan jawaban tidak spesifik. Soal yang melibatkan proses berpikir
tingkat tinggi cenderung kompleks dan merupakan soal yang memiliki banyak
30
solusi. Maka dapat dikatakan bahwa jenis soal HOTS salah satunya merupakan
masalah, dan melibatkan mental dalam bekerja seperti elaborasi dari berbagai
macam hal serta memerlukan pertimbangan dan usaha yang tinggi (Ayuningtyas,
2013: 2).
Ada empat jenis keterampilan yang terdapat dalam Higher Order Thinking yaitu
metakognitif dan pemecahan masalah. Dikatakan pula bahwa dengan HOTS siswa
merupakan petunjuk kualitas kemampuan siswa (Widodo dan Sri, 2013: 31).
Beberapa pedoman para penulis soal untuk menuliskan butir soal yang menuntut
berpikir tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku
mencipta. Kemudian, agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat
tinggi, maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang
rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, film, atau rekaman suara.
sebagai berikut:
a. Menganalisis (C4)
32
4) Menguhungkan ide-ide.
b. Mengevaluasi (C5)
kualitas, konsistensi, dan efisiensi. Standar tersebut berlaku pada guru dan
siswa. Pada tahap evaluasi, siswa harus mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu metode, produk, gagasan, atau benda dengan
menggunakan kriteria yang telah ditetapkan tingkatan ini mencakup dua aspek
mendukung.
33
c. Menciptakan (C6)
Berpikir kreatif dalam konteks ini yaitu merujuk pada kemampuan siswa dalam
2012: 9).
D. Analisis Soal
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan
guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Miles (2009: 16)
menyatakan bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
pengambilan tindakan.
Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya
menguasai materi yang disajikan atau belum. Dalam melakukan analisis butir
34
soal, soal dapat dianalisis secara kualitatif, dalam kaitan isi dan bentuknya, serta
Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk
mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir
soal yang menjadi bagian dari tes. Dalam penilaian hasil belajar, tes diharapkan
dapat menggambarkan sampel perilaku dan menghasilkan nilai yang objektif serta
Dalam evaluasi pembelajaran, terdapat tiga istilah yang digunakan dalam evaluasi,
yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. Konteks evaluasi hasil proses pembelajaran
di sekolah dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan teknik non-tes.
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
proses pembelajaran dengan teknik tes di sekolah, dilakukan dengan jalan menguji
peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik non-tes maka evaluasi hasil proses
Kegiatan menganalisis butir soal adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
agar dapat meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan
adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang
bermutu. Selain itu, tujuan analisis soal juga untuk membantu meningkatkan tes
melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui
Tujuan utama analisis butir soal menurut Daryanto (2001: 179) adalah untuk
mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek.
Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan
analisis soal secara kualitatif adalah materi, konstruksi, bahasa dan budaya, kunci
penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang
bersangkutan. Aspek yang diperlukan dalam analisis soal pada penelitian ini
adalah berapa persen soal-soal UN IPA SMP yang dikategorikan HOTS. Analisis
soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik
E. Ujian Nasional
Tahun 2015 Bab 1 Pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa Ujian Nasional yang
lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada
secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian ini bertujuan
untuk mengukur kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Ujian Nasional merupakan sistem
evaluasi standar pendidikan dasar dan menegah di Indonesia. Selain itu sebagai
sarana untuk memetakan mutu berbagai tingkatan pendidikan satu daerah dengan
Ujian Nasional adalah penilaian hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
Hasil dari Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Negara adalah upaya
disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah sistem evaluasi atau penilaian standar
mutu dan kualitas pendidikan secara nasional, kedua, sebagai motivator siswa
untuk rajin dan giat belajar serta selalu tawakal dan berdoa, dan ketiga, sebagai
Selain tujuan tersebut, menurut Setiadi, jika dicermati secara seksama dengan
seperti: religius; jujur; toleransi; disiplin; kerja keras; kreatif; mandiri; rasa
bahasa inggris dan IPA. Setiap mata pelajaran eksak terdiri dari 40 butir soal
pilihan ganda. Soal UN terdiri atas soal sukar, sedang dan mudah. Setiap kategori
Materi IPA tingkat Sekolah Menengah Pertama terdiri dari subdisiplin ilmu
pengetahuan alam, yakni: 50% soal fisika, 25% soal kimia, dan 25% soal biologi.
diujikan. Terdiri atas 6 materi kompetensi fisika, 3 materi kompetensi kimia, dan
F. Kerangka Pikir
berpikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Di dalam proses kognitif LOTS siswa hanya mampu mengingat, memahami serta
menerapkan, namun pada proses kognitif HOTS siswa mampu menganalisis dan
Soal tipe HOTS dikategorikan dalam soal dengan tingkat kesulitan tinggi. Soal
tersebut juga sesuai dengan SKL mata pelajaran IPA yang ditetapkan oleh
saat ini agar siswa dilatih mampu berpikir logis, runtut dan sistematis, dengan
ide-ide.
ketiga kompetensi tersebut akan dilakukan analisis soal tipe Higher Order
thinking Skill dan dapat diperoleh juga karateristik dan persentase soal Ujian
39
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Maret 2018
sampai bulan Juli 2018 tahun ajaran 2016/2017 di Fakultas Keguruan dan
B. Subjek Penelitian
masalah pada soal Ujian Nasional (UN) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun ajaran 2016/2017 dan subjek kedua
adalah soal Ujian Nasional (UN) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain deskriptif
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Analisis Soal
c. Tabulasi Data
masing-masing indikatornya.
42
1. Jenis data
2013: 139). Lembar Penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pemecahan masalah.
kasus.
155-158).
44
Jumlah
menggunakan rumus:
K= Ki X 100%
Total soal
Keterangan:
K : Persentase indikator dari masing-masing karakteristik soal tipe
HOTS dalam soal UN IPA SMP tahun 2016/2017.
Ki : Banyaknya butir soal hasil analisis dari indikator masing-masing
karakteristik soal tipe HOTS dalam soal UN IPA SMP tahun
2016/2017.
1. Dosen
2. Guru
3. Mahasiswa
Total Persentase
(%)
dilakukan dengan cara yaitu, dari hasil analisis ketiga narasumber dihitung
indikator soal yang sesuai dengan butir soal dan hasilnya masing-masing
Skala Kategori
0 – 20 % Sedikit Sekali
21 – 40 % Sedikit
41 – 60 % Sedang
61 – 80 % Banyak
tersebut.
63
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Stimulus paling banyak pada soal ujian nasional IPA SMP tahun ajaran
(52,5%) terdapat pada 21 butir soal. Sedangkan stimulus paling sedikit adalah
dalam bentuk diagram yang berkategori sedikit sekali (5%) terdapat pada 2 butir
soal.
2. Indikator kemampuan berpikir kritis paling banyak pada soal ujian nasional
butir soal.
berkategori sedikit (22,5%) terdapat pada 9 butir soal. Sedangkan yang paling
4. Kesesuaian butir soal dengan indikator pencapaian kompetensi pada soal ujian
nasional IPA SMP tahun ajaran 2016/2017 berkategori tinggi sekali karena dari
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini
adalah
kualitas soal ujian nasional yang ditinjau dari kemampuan berpikir siswa.
tipe HOTS dengan menggunakan lembar analisis yang lebih sederhana yang
data.
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak. 2006. Filsafat Ilmu Pendidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung.
286 hlm.
Adek, Purnama. 2014. Analisis Soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs yang
Didasarkan pada Tingkat Pemahaman Konsep, Penalaran dan
Pemecahan Masalah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 9 hlm.
Afiyana, I. 2010. Analisis Kualitas Soal Latihan Ujian Mata Pelajaran IPA
Menggunakan ITEMAN di Kabupaten Batang (Skripsi). Universitas
Negeri Semarang. Semarang. 138 hlm.
Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 280 hlm.
Aksela, Maija. 2005. Supporting Meaningful Chemistry Learning and Higher-
Order Thinking Through Computer-Assisted Inquiry. A Design Research
Approach. Academic Dissertation. Faculty of Science of the University of
Helsinki. Helsinki. 217 hlm.
Alias, Siti Nursaila. 2015. The Level of Mastering Forces in Equilibrium Topics
by Thinking Skills. International Journal of Multicultural and
Multireligious Understanding (IJMMU)Vol. 2, No. 5. University Sains
Malaysia Pulau Pinang. Malaysia. 7 hlm.
Anastasi, Anne dan Susana Urbina. 1997. Psicological Testing. New Jersey.
Prentice-Hall, Inc.
Basuki. 2014. Assesmen Pembelajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung. 252 hlm.
Budiarti, Herni. 2014. Analisis Ujian Nasional IPA SMP Tahun 2014 berdasarkan
Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif. Jurnal Biologi, Sains,
Lingkungan dan Pembelajarannya. Vol 22: 1196-1201. 6 hlm.
Hamalik, O. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. 254 hlm.
Laily, Nur Rochmah. 2013. Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill
(HOTS) dalam Soal Un Kimia Sma Rayon B Tahun 2012/2013. Jurnal
unswagati. Vol 9 No 1.Tersedia di jurnal.unswagati.ac.id/index.php
/Euclid/article /download/323/203 (online). (diakses pada 2 November
2017, pukul 14.00 WIB). 39 hlm.
Lan, Wei-Hua., and Chen, Chiou-Lan. 2010. Using Revised Bloom’s Taxonomy
to Analyze Reading Comprehension Questions on the SEAT and the
DRET. Comtemporary Educational Research Quarterly, 18(3). 206 hlm.
Lewy, Zulkardi, & Nymas Aisyah. 2009. Pengembangan Soal untuk Mengukur
kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret
Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. Jurnal
Pendidikan Matematika, Volume 3 No. 2. 28 hlm.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. 2009. Analisis Data Kualitatif. UI-Press.
Jakarta. 491 hlm.
Mustarah, D. 2013. Analisis Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Biologi SMA
Kelas X Ditinjau dari Taksonomi Bloom. Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. 172 hlm.
Newman, F. M and Wehlage, G. G. 1993. Five Standart of Authentic Instruction
Educational Leadership. 50(7). 12 hlm.
Noor, J. 2013. Metode Penelitian. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 290
hlm.
69
Syaiful, B. D. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. 210 hlm.
Thomas, A., and Thorne, G. 2009. How to Increase Higher Order Thinking.
online. http://www. readingrockets.org/article/how-increase-higher-order-
thinking. (diakses 17 Desember 2017, pukul 15.00 WIB).
Widodo, Tri dan Sri Kadarwati. 2013. Higher Order Thinking Berbasis
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi
Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan Th. Xxxii,
No. 1: FMIPA Universitas Negeri Semarang. Semarang. (diakses tanggal 3
November 2017, pukul 14.00 WIB). 11 hlm.
Winarso, Widodo. 2014. Membangun Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat
Tinggi Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif dan Induktif-Deduktif dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal EduMa Vol.3 No.2 ISSN: 2086-3918 :
IAIN Syekh Nurjati Cirebon (diakses tanggal 22 Juni 2018). 25 hlm.
Widoyoko, S. E. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktik
Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 300 hlm.