PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN ( PDEODE)
BERBANTU PhET SIMULATION
PADA MATERI FLUIDA
(SKRIPSI)
Oleh :
(SKRIPSI)
Oleh :
NPM :1411090074
kebosanan karena jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan
(Imam Al-Ghazali)
So..
(Penulis)
PERSEMBAHAN
1. Kedua orangtuaku Ibunda Purwati dan Bapak Suyoto yang sangat luar biasa
memberi motivasi serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang
motivasi kepadaku.
Penulis bernama Yanda Meilya Anggraeni lahir pada tanggal 2 Mei 1996
Aisyiah Bustanul Atfal Wonokriyo dan selesai pada tahun 2003. Selanjutnya peneliti
tahun 2008. Setelah itu penulis melanjutkan ke SMP N 2 Gadingrejo dan selesai pada
tahun 2014 dan setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di
Jurusan Pendidikan Fisika dan dan akan menyelesaikan Strata Satu (S1) dengan gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) dari Universitas Islam Negeri Lampung pada tahun 2018.
Penulis
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur hanya milik Allah SWT karena atas
pertolongan, rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program
studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah UIN (Universitas Islam Negeri) Raden
Intan Lampung. Sholawat dan salam kepada Rosulullah, keluarga dan para
sahabat, beserta orang-orang yang istiqomah mengikuti sunnahnya hingga akhir
zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
kerjasama, bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dengan segenap kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. DR. H. Chairul Anwar, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah
UIN (Universitas Islam Negeri) Raden Intan Lampung yang selalu siap
membantu dan memajukan Fakultas Tarbiyah
2. Ibu Sri Latifah, M.Sc. selaku pembimbing I yang selalu bijaksana
memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Rahma Diani, M.Pd. selaku pembimbing II sekaligus dosen dijurusan
Fisika yang telah mencurahkan perhatian, bimbingan, kesabaran, do’a dan
kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
4. Ibu Dr. Yuberti, M.Pd. selaku Ketua Program S1 Tadris Fisika-Tarbiyah UIN
(Universitas Islam Negeri) Raden Intan Lampung yang selalu memberikan
motivasi dan semangat bimbingan selama penulisan skripsi sehingga
penulisan skripsi ini berjalan lancar.
5. Staf Dosen Tadris Fisika-Tarbiyah UIN (Universitas Islam Negeri) Raden
Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama
mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi.
6. Staf Tata Usaha UIN Raden Intan Lampung yang telah banyak membantu
penulis selama mengikuti perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Hi. Kiagus Arif selaku kepala SMA Negeri 2 Gadingrejo yang
telah dengan bijaksana memberikan keluasan waktu dan mengizinkan kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Efrildasari, M.Pd selaku guru mata pelajaran Fisika yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan dan masukan serta nasehat kepada penulis
selama melakukan penelitian.
9. Seluruh karyawan dan pegawai Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Tarbiyah
yang telah memberikan pinjaman buku kepada penulis.
10. Rekan-rekan satu angkatan Jurusan Fisika 2014 terutama sahabat-sahabat ku
yang sangat membantu dan memotivasi Fisika B yang tak pernah lelah
menanyakan kelanjutan skripsi ini selama belum terselesaikan.
11. Saudara-saudara tercinta yang telah banyak memberikan dorongan, semangat,
kasih sayang dan bantuan baik secara moril maupun materil demi lancarnya
penyusunan skripsi ini.
12. Ayah, Ibu, dan keluarga besar atas jasa-jasanya, kesabaran, do’a, dan tidak
pernah lelah dalam mendidik dan memberi cinta yang tulus dan ikhlas kepada
penulis semenjak kecil.
13. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
BAB I PENDAHULUAN
A. Kerangka Teoritis
1. Hakikat Pembelajaran Fisika ..............................................................14
2. Konsep ................................................................................................17
3. Miskonsepsi ........................................................................................19
4. Model Pembelajaran PDEODE ..........................................................25
5. Media Laboratorium Virtual PhET Simulation .................................31
6. Materi Fluida ......................................................................................34
B. Hasil Penelitian yang Relavan ................................................................50
C. Kerangka Berfikir ....................................................................................53
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................54
PENDAHULUAN
gagasan dan pemahaman akan konsep yang telah mereka ketahui maupun
1
S Prihatiningtyas, T Prastowo, and B Jatmiko, ‘Implementasi Simulasi Phet Dan Kit Sederhana
Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Pokok Bahasan Alat Optik’, Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 2.1 (2013). h. 18
2
Rahma Diani, ‘Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbantukan LKS Terhadap Hasil Belajar Fisika
Peserta Didik Kelas XI SMA Perintis 1 Bandar Lampung’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni,
5.1 (2016), 83–93. h. 84
3
Rika Febriani Yudhittiara, Nathan Hindarto, and Mosik, ‘Identifikasi Miskonsepsi
Menggunakan CRI Dan Penyebabnya Pada Materi Mekanika Fluida Kelas XI SMA’, Unnes Physics
Education Journal, 5.1 (2016). h. 82
Menurut Soedjadi dalam Ibrahim konsep merupakan ide abstrak yang
sangat penting dalam tahap awal berfikir, terlebih lagi pada bidang fisika
konsep daripada ingatan.5 Selain itu, fisika terdapat rumus, konsep, hukum,
peserta didik, melainkan dikontruksi oleh peserta didik secara aktif.6 Sebelum
bisa saja sesuai dengan konsep ilmiah juga bisa mengalami penyimpangan.
Konsep awal yang menyimpang dari konsep ilmiah akan menjadi masalah,
4
Megawati, Muslimin Ibrahim, and Tjipto Haryono, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran
IPA Dengan Strategi Predict-Discus-Explain (PDEODE) Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa
SMP’, JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains), 7.1 (2017). h. 1423.
5
Fitri Nurul Sholihat, Achmad Samsudin, and Muhamad Gina Nugraha, ‘Identifikasi
Miskonsepsi Dan Penyebab Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test Pada Sub-
Materi Fluida Dinamik: Azas Kontinuitas’, Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 3.2
(2017), 175–80. h. 176
6
Hendri Saputra, A Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Children Learning in Science ( CLIS ) Berbasis
Simulasi Komputer Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis’, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI),
1.1 (2013). h. 13
Kesalahan konsep atau miskonsepsi merupakan konsep awal yang
dipegang peserta didik, yang mana tidak selaras dengan konsepsi ilmiah atau
fisikawan.7 Penyebab miskonsepsi yang terjadi antara lain peserta didik, guru,
Miskonsepsi pada peserta didik sering terjadi pada materi fluida, yang
miskonsepsi terbesar. Menurut data yang telah diperoleh Wandersee, dkk pada
in Science,”yang diteliti dari 700 studi tentang konsep alternatif bidang fisika,
miskonsepsi tersebut.
7
Guadalupe Martinez-Borreguero and others, ‘Detection of Misconceptions about Colour and an
Experimentally Tested Proposal to Combat Them’, International Journal of Science Education, 35.8
(2013). h.1300; Supriyati, ‘Pengembangan Model Pembelajaran POEW Untuk Mendapatkan
Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Materi Suhu Dan Kalor’, Jurnal Pendidikan Fisika, 3.2
(2015). h. 2
8
Tri Wahyuningsih, Trustho Raharjo, and Dyah Fitriana Masithoh, ‘Pembuatan Instrumen Tes
Diagnostik Fisika SMA Kelas XI’, Jurnal Pendidikan Fisika, 1.1 (2013), 111–17. h. 113
9
Ria Zulvita, A Halim, and Elisa, ‘Identifikasi Dan Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum
Newton Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di MAN Darussalam’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Fisika, 2.1 (2017), 128–34. h. 129
Berdasarkan pra penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 2
dilakukan pada pada materi fluida kelas XI IPA 2, dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Presentase Miskonsepsi peserta didik
Jumlah Peserta Didik dan Kategori Presentase (%)
PK TPK M
Sub Konsep No
Fluida Soal Jumlah Jumlah Jumlah
peserta % peserta % peserta %
didik didik didik
Tekanan
4 10 33.33 5 16.67 15 50.00
hidrostatis
Hukum Pascal 8 5 16.67 5 16.67 20 66.67
Hukum
10 6 20.00 7 23.33 17 56.67
Archimedes
Kapilaritas 12 13 43.33 10 33.33 10 23.33
Tegangan
14 12 40.00 10 33.33 8 26.67
Permukaan
Prinsip
21 7 23.33 5 16.67 18 60.00
Kontinuitas
10
Zaleha, Achmad Samsudin, and Muhamad Gina Nugraha, ‘Pengembangan Instrumen Tes
Diagnostik VCCI Bentuk Four-Tier Test Pada Konsep Getaran’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan
Keilmuan (JPFK), 3.1 (2017), 36–42. h. 38
Berdasarkan tabel diatas yang menunjukkan miskonsepsi terbesar dari
masing-masing sub konsep fluida. Dapat diketahui, pada sub konsep tekanan
miskonsepsi yang terjadi sebesar 50.00% dari 15 peserta didik pada materi
berpengaruh terhadap tinggi zat cair dan semakin luas bejana maka semakin
besar tekanan, serta pada hukum Pascal miskonsepsi yang terjadi sebesar
menganggap bahwa semakin besar luas penampang pipa maka semakin besar
kecepatan dan semakin besar tekanan yang diberikan. Sedangakan pada sub
didik yang menganggap kecepatan besar pada luas permukaan yang besar dan
kecepatan kecil pada luas permukaan kecil pula. Miskonsepsi tersebut juga
menjadi salah satu penyebab hasil ulangan materi fluida, dengan diperoleh
data, yaitu :
Terdapat peserta didik yang menyukai pelajaran fisika, tetapi tidak sedikit
konsep. Padahal inti dari pola belajar ilmu fisika yaitu keaktifan dari peserta
dan demonstrasi, salah satu penyebabnya yaitu keterbatasan alat. Pada materi
11
Sri Latifah, ‘Implementasi Pembelajaran Bervisi SETS Di Sekolah’, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika ‘Al-BiRuNi, 3.1 (2014). h. 2
12
Colin Foster, ‘Creationism as a Misconception: Socio-Cognitive Conflict in the Teaching of
Evolution’, International Journal of Science Education, 34.14 (2012). h. 2171-2180
13
Alvi Dwi Puri Rahayu and Harun Nasrudin, ‘Penerapana Strategi Konstruktivis Untuk
Mereduksi Miskonsepsi Level Sub-Mikroskopik Siswa Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI
SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo’, UNESA Journal of Chemistry Education, 3.2 (2014). h.90
menurunkan miskonsepsi, yang mana proses pembelajaran membuat peserta
akan tetapi hanya terdiri dari 3 langkah saja, maka dalam mengatasi
Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE).
14
Muhammad Habibbulloh, Budi Jatmiko, and Wahono Widodo, ‘Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Model Guided Discovery Berbasis Lab Virtual Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa
SMK Topik Efek Fotolistrik’, Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya, 7.1 (2017). h. 29 ; Elnatan
Setiya, Andi Subekti, and Titin Sunarti, ‘Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Untuk
Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Kalor Di Kelas X SMAN 1 Nganjuk’,
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5.3 (2016). h. 143
15
Analisa Fitria, ‘Miskonsepsi Mahasiswa Dalam Menentukkan Grup Pada Struktur Aljabar
Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Di Jurusan Pendidikan Matematika IANI Antasari’,
Jurnal JPM IANIN Antasari, 1.2 (2014). h.58
16
Ria Zulvita, A. Halim, Elisa, Op.,Cit, h. 131
17
Suci Zakiah Dewi and Andi Suhandi, ‘Penerapan Strategi Predict , Discuss , Explain , Observe
, Discuss , Explain ( PDEODE ) Pada Pembelajaran IPA SD Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Dan Menurunkan Kuantitas Siswa Yang Miskonsepsi Pada Materi Perubahan Wujud Benda Di Kelas
V’, Eduhumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar, 8.1 (2016). h. 14
Model Pembelajaran PDEODE terdapat 6 tahapan Predict, Discuss I,
Explain I, Observe, Discuss II, Explain II. Tahapan Model PDEODE tersebut
peserta didik lebih tertarik dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran yang masih bisa
18
Farid Rahmat Ardiyan, ‘Pengaruh Strategi Pembelajaran PDEODE ( Predict – Discuss –
Explain – Observe – Discuss - Explain ) Terhadap Hasil Belajar SISWA Kelas X Pada Kompetensi
Dasar Menerapkan Macam-Macam Gerbang Dasar Rangkaian Logika Di SMK Negeri 2 Surabaya’,
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 4.3 (2015). h. 682
19
Wita Loka Rizki Siregar, ‘Keefektifan Model Pembelajaran Predict-Discuss-Explain-Observe-
Discuuss-Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Pemahaman Konseptual
Materi Buffer’, in Prosiding SEMIRATA 2015 Bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas
Tanjungpura, Pontianak, 2015. h. 1424; Megawati, Muslimin Ibrahim, Tjipto Haryono, Op.,Cit,
h.1424
Simulasi Physics Education Technology (PhET) dibuat oleh University
kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari.20 Peserta didik terlibat aktif
yang dimiliki dengan hasil percobaan yang telah dilakukan. Dalam penelitian
konseptual.22
dalam meremediasi miskonsepsi tetapi juga upaya peserta didik dalam proses
keadaan pada diri mereka sendiri dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11, yaitu :
20
Syarifah Lely Fithriani, A Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Penggunaan Media Simulasi PhET
Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berfikir Kritis Siswa Pada
Pokok Bahasan Kalor Di SMA Negeri 12 Banda Aceh’, 4.2 (2016). h. 46
21
S. Prihatiningtyas, T.Prastowo, B. Jatmoko, Op.,Cit, h. 20
22
Fonna Oktavia, ‘Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Physics Education
Technology (PhET) Interactive SIimulation Dan Microsoft Powerpoint Di SMAN 4 Banda Aceh’,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, 1.2 (2016) h. 34 ; Nurhayati and others, ‘Pelatihan
Penggunaan Software PhET Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Implementasi Kurikulum 2013 Bagi
Guru IPA Di Kota Pontianak’, GERVASI, 1.1 (2017). h. 45
…. ….
B. Identifikasi Masalah
pembelajaran.
3. Nilai ulangan harian pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA 2 masih rendah
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2012). h. 249
5. Terdapat peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada materi fluida
dan Kontinuitas.
C. Pembatasan Masalah
yaitu :
1. Penelitian dibatasi pada objek peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri 2
Gadingrejo.
3. Materi fisika yang digunakan dalam penelitian adalah materi tentang fluida.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan keilmuan dan pola
2. Manfaat Praktis
bagi peserta didik, hasil belajar dapat meningkat, keaktifan belajar dapat
terlatih, kerja sama dan berkomunikasi antar peserta didik dalam belajar
PDEODE dan media pembelajran PhET simulation sebagai salah satu cara
yang bermakna.
c) Bagi peneliti
penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan serta kajian untuk penelitian
d) Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk informasi bagi pihak sekolah
dalam hal meninjau model pembelajaran fisika yang optimal serta media
yang digunakan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teoritis
proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik serta sumber belajar dari
alam (natural sciences, science) yang biasa disebut dengan sains atau ilmu
materi ilmu memiliki enam jenis yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi,
24
Daryanto, Media Pembelajaran (Bandung: Satu Nusa, 2010). h. 2
25
Inni Amarta Khairati, Selly Feranie, and Saeful Karim, ‘Penerapan Strategi Metakognisi Pada
Cooperative Learning Untuk Mengetahui Profil Metakognisi Dan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
SMA Pada Materi Fluida Statis’, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 2.1 (2016).
h. 66
26
Yani Putri Utari, Eko Setyadi Kurniawan, and Siska Desy Fatmaryanti, ‘Pengembangan Media
Pembelajaran Fisika Online Prezi Dalam Pokok Bahasan Alat Optik Pada Siswa Kelas X IPA SMA
Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014’, Radiasi, 5.2 (2014). h. 45
ilmu-ilmu sosial dan linguistic yang dikaitkan dengan ide abstrak, benda fisik,
bahwa fisika merupakan upaya yang dilakukan untuk memahami alam dan
tidak berlaku untuk selamanya karena dapat berubah sebab ilmu tersebut
dihasilkan dari percobaan untuk dapat mengetahui sifat, struktur, gejala yang
27
Hamzah B Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif
Dan Efektif (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012). h. 126
28
C Dauglas, Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2001). h. 1
29
Muhammad Ishaq, Fisika Dasar Edisi 2 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007). h. 2
Terdapat 4 unsur hakikat sains yaitu sains sebagai proses, produk,
secarah ilmiah baik metode maupun sikap.31 Karena fisika berkaitan dengan
dan teknologi (IPTEK) dan juga mengajarkan peserta didik untuk memiliki
Fisika tidak hanya menjadikan peserta didik tahu (knowing) dan hafal
mempelajari konsep fisika dimana belajar itu telah disadari peserta didik dari
30
Richie Erina and Heru Kuswanto, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Instad Terhadap
Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Fisika Di SMA’, Jurnal Inovasi Pendidikan
IPA, 1.2 (2015). h. 2478
31
U Kulsum and S.E Nugroho, ‘Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Problem Solving
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Ilmiah Siswa Pada Mata
Pelajaran Fisika’, Unnes Physics Education Journal, 3.2 (2014). h. 74
32
Rinta Doski Yance, Ermaniati Ramli, and Fatni Mufit, ‘Pengaruh Penerapan Model Project
Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batipuh
Kabupaten Tanah Datar’, Pillar of Physics Education, 1.1 (2013). h. 48
33
U. Kulsum, S. E Nugroho, Loc. Cit,
apa yang mereka ketahui dan jika terdapat materi fisika yang baru,
peserta didik lebih aktif dibanding guru (student center)35 dengan model yang
efektif dan efisien serta kegiatan praktik atau eksperimen dalam bentuk
akan menemukan pemikirannya sendiri dari apa yang ditemukan akan tetapi
2. Konsep
memahami apa yang akan dikaji, yang nantinya akan digunakan dalam proses
34
Yani Putri Utari, Eko Setyadi Kurniawan, Siska Desy Fatmaryanti, Op. Cit.,
35
I Nyoman Sugiana and others, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Media
Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Pada Materi Momentum Dan
Impuls’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, II.2 (2016). h. 61
36
Rinta Doski Yance, Ermaniati Ramli, Fatni Mufit, Op. Cit., h. 48
memunculkan perbedaan konsepsi walaupun untuk konsep yang sama.37
peserta didik dengan baik dan benar. Proses mempelajari konsep dapat
diperoleh dimanapun, dimulai sejak usia dini sampai selama orang tersebut
yang dimilikinya berarti ia telah paham konsep, sehingga peserta didik harus
37
Ibid. h.3
38
Arif Imam Subagyo, Suyono, and Tukiran, ‘Penerapan Modified Inquiry Models Untuk
Mencegah Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Kesetimbangan Kimia’, JPPS (Jurnal Penelitian
Pendidikan Sains), 3.2 (2014), 361–66. h. 361
39
Widya Yanuike Aldila, Woro Setyarsih, and Abd. Kholiq, ‘Penggunaan PhET Simulation
Dalam ECIRR Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Fluida Dinamis’, Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF), 5.3 (2016), 161–64. h. 161
40
Noly Shofiyah, ‘Penerapan Model Pembelajaran Modified Free Inquiry Untuk Mereduksi
Miskonsepsi Mahasiswa Pada Materi Fluida’, SEJ (Science Education Journal), 1.1 (2017).h. 19
41
Ibid., h. 20.
aktif terlibat dalam proses pembelajaran agar mendapat pemahaman konsep
yang baik.42
3. Miskonsepsi
awal.
berbeda dengan konsepsi ilmuan yang biasanya lebih kompleks, rumit dan
telah disederhanakan sama dengan konsepsi peserta didik maka konsepsi tidak
1) Saleem Hasan
42
Irsyaf Eka Putra, Adlim, and A Halim, ‘Analisis Miskonsepsi Dan Upaya Remediasi
Pembelajaran Listrik Dinamis Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Lectora Inspire Dan PhET
Simulation Di SMAN Unggul Tunas Bangsa’, Jurnal Pendidiikan Sains Indonesia, 4.2 (2016). h. 18
43
Dwi Pebriyanti, Hairunnisyah Sahidu, and Sutrio Sutrio, ‘Efektifitas Model Pembelajaran
Perubahan Konseptual Untuk Mengatasi Miskonsepsi Fisika Pada Siswa Kelas X Sman 1 Praya Barat
Tahun Pelajaran 2012/2013’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 1.1 (2015), 92–96. h. 94
44
Agus Sri Hono and Leny Yuanita, ‘Penerapan Model Learning Cycle 7E Untuk Memprevensi
Terjadinya Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks’, (JPPS) Jurnal Penelitian Pendidikan
Sains, 3.2 (2014), 354–60. h. 354
2) Ibrahim
merupakan pemahaman konsep peserta didik yang diperoleh dari apa yang
mereka lihat, dengar dan tanpa disadari konsep tersebut tidak sesuai dengan
b. Sifat Miskonsepsi
45
Megawati, Muslimin Ibrahi, Tjipto Haryono, Op., Cit. h. 1423
46
Kartika Feby Trisna and Alimufi Arief, ‘Penerapan Model Pembelajaran Diskusi Kelas Dengan
Tipe Beach Ball Untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Materi Kalor SMAN 1 Driyorejo
Gresik’, Jurnal Inovasi Pendiidikan Fisika (JIPF), 6.3 (2017). h. 154
konsep yang salah karena konsep yang mereka miliki berasal dari
ilmuan.49
c. Penyebab Miskonsepsi
47
Irsyaf Eka Putra, Adlim, A. Halim, Op., Cit. h 14
48
Gestri Rolahnoviza, Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di SMP N 4 Penukal
Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Pendopo , Skripsi, 2017. h. 9
49
Ibid.
50
Paul Suparno, Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2013). h. 29
1) Kondisi peserta didik
2) Guru
Keyakinan guru dalam mengajar merupakan salah satu penyebab
serta guru yang kurang memberikan ruang terhadap peserta didik untuk
mengembangakan pengetahuannya.
3) Metode Mengajar
menghafal rumus tanpa melibatkan peserta didik secara aktif, dan langsung
sulit atau penjelasannya tidak benar serta penulisan yang keliru. misalnya
rumus, diagram dan gambar yang tidak sesuai, hal ini memungkinkan
5) Konteks
contohnya dari film bertemakan teknologi, tv, radio yang keliru, serta
miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik. Terdapat banyak cara dalam
sebab dapat menentukan dibagian mana peserta didik terkena miskonsepsi dan
51
Susanti, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan CTL Untuk
Meminimalisir Miskonsepsi Fluida Dinamis’, JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains), 2.2 (2013),
224–30. h. 225
52
Dwi Septiana, Zulfiani, and Meiry Fadila Noor, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep
Archaebacteria Dan Eubacteria Menggunakan Two-Tier Multiple Coice’, Edusains, VI.2 (2014), 192–
200. h. 193
Selanjutnya diberi pembelajaran dengan pendekatan cara berpikir siswa,
konsepnya.
keadaan tidak seimbang yaitu bertentangan antara konsep yang mereka miliki
pikiran mereka.
dan konsep baru pun akan muncul. Dalam memunculkan ketidakpuasan salah
peristiwa yang berlainan dengan konsep yang dimiliki peserta didik, dimana
53
Supriyati, Op., Cit. h. 4
54
Hendri Saputra, A.Halim, Ibnu Khaldun, Op., Cit. h. 14
55
Dwi Pebriyanti, Hairunnisyah Sahidu, Sutrio, Op.,Cit. h. 94
4. Model Pembelajaran PDEODE
dirancang dengan seksama dan telah diuji cobakan yang mana remediasi dapat
Seorang guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar
POE (Predict-Observe-Explain).58
56
Lia Yuliati, Miskonsepsi dan Remediasi Pembelajaran IPA, (On-line), tersedia :
http://pjjpgsd.unesa.ac.id (diakses 7 april 2018)
57
Nurussaniah, Wahyudi, and Novi Sri Hidayati, ‘Efektivitas Penggunaan Booklet Untuk
Meremediasi Kesalahan Siswa Pada Materi Pemuaian Zat DiKelas VII SMP Negeri 1 Tangaran
Kabupaten Sambas’, JEMS (Jurnal Edukasi Matematika Dan Saains), 4.2 (2011). h. 97
58
Tismi Dipalaya, Herawati Susilo, and Aloysius Duran Corebima, ‘Pengaruh Strategi
Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Exolain-Observe-DiscussS- Explain) Pada Kemampuan
Akademik Berbeda Terhadap Keterampilan Komunikasi Siswa’, Jurnal Pendidikan, 1.9 (2016). h.
1714
Model pembelajaran PDEODE dapat menciptakan iklim pembelajaran
Pembentukan ini dilakukan oleh peserta didik secara aktif dalam melakukan
59
Raden Raisa Wulandari and Fauzi Bakri, ‘Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE Terhadap
Hasil Belajar Kognitif Fisika Siswa SMA’, in Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF,
2015, IV. h. 182
60
Ibid
61
Tismi Dipalaya, Herawati Susilo, Aloysius Duran Corebima, Op.Cit, h. 1714
suatu masalah menggunakan percobaan dalam penyelesaiannya sesuai dengan
perkembangan kognitif .
yaitu tahap prediction, tahap discuss, tahap explain, tahap observe, tahap
permasalahan terkait materi yang akan dibahas, Peserta didik secara individu
prediksinya.
62
Bayram Costu, ‘Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy : Helping Students
Make Sense of Everyday Situations’, Eurasia Journal Of Mathematics Science & Technology
Education, 4.1 (2008). h. 4
3) Tahap menjelaskan I (Explain I)
memperoleh alasan dari prediksi yang telah dibuat. Diskusi antar kelompok
akan memberikan sebuah kebenaran dari prediksi yang dibuat peserta didik
hipotesis awal dengan setelah selesai pengamatan atau praktikum. Pada tahap
permasalahan yang ada secara detail dengan argumentasi yang logis dari
peserta didik dapat berkomunikasi dengan peserta didik yang lain untuk
serta dapat membenahi miskonsepsi yang mereka miliki melalui diskusi dan
63
Tismi Dipalaya, Herawati Susilo, Aloysius Duran Corebima, Op., Cit. h. 1714
percobaan secara langsung, membandingkan prakonsep peserta didik dengan
1) Kelebihan
belajar peserta didik tinggi, menggali gagasan awal yang dimiliki peserta
didik dan membangkitkan rasa ingin tahu serta diskusi antar peserta didik
2) Kelemahan
materi pelajaran terkadang sulit disampaikan secara tuntas, serta peserta didik
64
Raden Raisa Wulandari, Siswoyo, Fauzi Bakri, Op., Cit. h. 182
65
Farizzatul Erza and Harun Nasrudin, ‘Capaian Keterlaksanaan Strategi Predict Discuss Explain
Observe Discuss Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMAN 1 Krembung Sidoarjo’, UNESA Journal of Chemical
Education, 6.2 (2017). h.192
66
Nym Sdarmi, Ni Kt Suarni, and I Kt Dibia, ‘Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Di Gugus V Kecamatan Seririt’, Jurnal JJPGSD, 1
(2013). h. 8
5. Media Laboratorium Virtual PhET Simulation
Kata media bearasal dari bahasa latin dengan bentuk jamak “medium”
karena dapat membawa pesan dari sumber ke penerima.67 Televisi, film, foto,
merupakan salah satu jenis media komunikasi. Media tersebut, disebut media
gambaran tentang benda yang sulit diamati secara langsung karena ukuran
didik sulit untuk mengamatinya, dengan media berupa video, bagan, film akan
lebih bervariasi dan peserta didik akan lebih aktif memahami konsep fisika
67
Daryanto, Op. Cit., h. 4
68
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2013).
h. 4
69
Daryanto, Loc. Cit., h. 10.
diproyeksikan (projected media), media audio, media video, media berbasis
guru maupun teman sebaya. Media laboratorium virtual merupakan salah satu
media yang cocok dalam pembelajaran fisika, karena peserta didik dapat
kehidupan nyata dan ilmu yang mendasarinya serta siswa akan lebih mudah
70
Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan Solusi Dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia
(Gorontalo: PT. Bumi Aksara, 2012). h. 118
71
Nyoman Sugiana, Op. Cit., hal. 62
72
Ardian Asyhari, Irwandani Irwandani, and Herli Candra Saputra, ‘Lembar Kerja Instruksi
Konseptual Berbasis Phet: Mengembangkan Bahan Ajar Untuk Mengkonstruksi Konsep Siswa Pada
Efek Fotolistrik’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5.2 (2016). h. 194
Manfaat PhET sebagai media pembelajaran, menurut Adam,dkk
kehidupan sehari-hari.76
PhET simulation ini dibuat dalam java dan flash sehingga dapat
dari web browser yang dapat diunduh secara gratis dan dipasang pada
73
Antomi Saregar, ‘Pembelajaran Pengantar Fisika Kuantum Dengan Memanfaatkan Media Phet
Simulation Dan LKM Melalui Pendekatan Saintifik: Dampak Pada Minat Dan Penguasaan Konsep
Mahasiswa’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5.1 (2016). h. 55
74
Ardian Asyhari, Irwandan, Herli Candra Saputra, Log.,Cit.
75
Antomi Saregar, Log.,Cit
76
Katherine Perkins and others, ‘PhET : Interactive Simulations for Teaching and Learning
Physics’, The Physics Teacher, 2006. h. 20
komputer (perangkat lokal) dan dapat digunakan secara offline. Sehingga
6. Materi Fluida
zat yang dapat mengalir berupa zat cair dan zat gas, dimana gas yang mudah
ditekan dibandingkan cairan yang hamper tidak dapat ditekan. Fluida terdapat
dua macam yaitu fluida statis (fluid statics) dan fluida dinamis (fluid
dynamics).77
A. Fluida Statis
tegangan permukaan.78
Massa jenis merupakan sifat khas dari suatu zat murni. Benda yang
terbuat dari unsur murni contohnya emas murni yang mempunyai berbagai
macam ukuran dan massa tetapi massa jenisnya untuk selurunya tetap
77
Young and Freedman, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1 (Jakarta: Erlangga,
2001).h.393
78
Ibid., h. 425
79
C Dauglas, Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2001). h. 325
Keterangan :
: massa jenis (kg/ )
: massa (kg)
: volume ( )
b. Tekanan
Tekanan adalah gaya per satuan luas, dimana gaya F tegak lurus
Keterangan :
P : Tekanan (N/ )
F : Gaya (N)
A : Luas bidang ( )
h : Kedalaman (m)
pada kedalaman yang sama dalam zat cair seluruhnya adalah sama. Jika
Fluida tidak dapat ditekan artinya massa jenis konstan pada kedalaman
∆ = ℎ
= + ℎ
Keterangan :
: Tekanan udara (atm/Pa atau N/ )
g : percepatan gravitasi (m/ )
80
Ibid., h. 326 -327
Ketinggian Permukaan Fluida dalam Bejana Berhubungan
c. Hukum Pascal
= atau =
Keterangan :
F : Gaya (N)
(N
A : Luas Permukaan (m)
81
Mikrajuddin Abdullah, Fisika Dasar 1 Edisi Revisi (Catatan Kuliah Program Studi Fisika: ITB,
2016). h. 727
82
David Halliday, Robert Resnick, and Jearl Walker, Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid 1 (Jakarta:
Erlangga, 2010).h. 393
Gambar 2.2 Penerapan Prinsip Pascal pada Lift Hidrolik 83
d. Hukum Archimedes
Keterangan :
FA : Gaya (N)
: massa jenis zat cair (kg/ )
g : percepatan gravitasi (m/ )
V : Volume zat cair yang dipindahkan benda ( )
83
Hukum Pascal Lift Hidrolik, (Online) tersedia : http://goo.gl/images/9nyBva (diakses 15 maret
2018)
84
Pringsip Hukum Archimedes, (Online) tersedia : http//www.yuksinau.id/hukum-archimedes/
(diakses 17 maret 2018)
Adapun gaya Archimedes dalam zat cair menjadikan benda yang
melayang, tenggelam.
Keterangan :86
Gb. 2 Terapung : Sebagian benda tercelup dalam zat cair, dimana massa
jenis zat cair lebih besar daripada massa jenis benda.
( > ) ( < )
Gb. 3 Tenggelam : seluruh benda tercelup dalam zat cair, dimana massa
jenis zat cair lebih kecil daripada massa jenis benda
( < ) ( = )
Gb. 4 Melayang : Seluruh benda tercelup dalam zat cair, dimna massa jenis
zat cair sama dengan massa jenis benda
( = ) ( = )
yaitu kapal laut, hal ini dikarenakan volume air laut yang dipindahkan oleh
85
Keadaan benda zat cair, (On-line) tersedia : http//fhannum.wordpress.com/2011/12/20/hukum-
archimedes/. (diakses 17 maret 2018)
86
Giancoli, C, Dauglas, Op., Cit., h. 333
apung sebanding dengan volume zat cair yang dipindahkan, sehingga gaya
apungnya menjadi sangat besar, gaya apung inilah yang dapat melawan
e. Gejala Kapilaritas
pada pipa kapiler. Contoh fenomena kapilaritas yaitu meresapnya air pada
dinding di musim hujan dan naiknya air dari akar tanaman sampai ke
87
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung : Diponegoro, 2010), h. 288
f. Tegangan Permukaan
untuk menegang sehingga elastis. Gaya tegang berasal dari gaya tarik
γ=
Keterangan :
γ : Tegangan permukaan (N/m)
d : Panjang permukaan (m)
F : Gaya (N)
berhubungan dengan gaya gesek antar lapisan fluida ketika satu bergerak
melewati lapisan yang lain. Setiap fluida memiliki besar viskositas yang
F=
88
Douglas C. Giancoli . Op. Cit. h. 347.
Keterangan :
F : Gaya (N)
: koefisiem viskositas (kg/ms)
L : jarak antara dua keping (m)
v : kecepatan (m/s)
A : Luas Permukaan (m2)
Artinya : Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang
diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)
(Q.S Az-Zukhruf :11)89
89
Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung : Diponegoro, 2010) h. 490
Yang dimaksud ayat di atas pada bagian “air
“ hujan dari langit
(kekentalan fluida) yaitu ukuran kadar kekentalan suatu fluida atau setiap
B. Fluida Dinamis
rumus :90
v=
Keterangan :
v : laju aliran fluida (m/s)
x : jarak (m)
t : waktu (s)
b. Debit Aliran
Debit aliran yaitu jumlah volume fluida yang mengalir per satuan waktu.91
90
Mikrajuddin Abdullah, Op.,Cit h. 262
91
Ibid., h. 263.
Debit
ebit aliran fluida didefinisikan sebagai :
∆ ∆
= =
∆ ∆
Keterangan :
Q : Debit aliran fluida (m3/s)
A : luas penampang (m2)
v : laju aliran fluida (m/s)
c. Persamaan Kontinuitas
Hukum Kekekalan massa berlaku jika pipa yang dialiri fluida tidak
bocok sehingga tidak ada fluida yang meninggalkan pipa dan fluida dari
luar yang masuk kedalam pipa. Banyaknya fluida yang mengalir melalui
Q1 = Q2
A1 v1 = A2 v3
Keterangan :
Q1 : Debit aliran fluida (m3/s)
Q2 : Debit aliran fluida (m3/s)
A1 : luas penampang I (m2)
A2 : luas penampang II (m2)
v1 : laju aliran fluida I (m/s)
v2 : laju aliran fluida II (m/s)
penampang yang semakin kecil pada posisi yang makin kebawah. Akibat
gaya gravitasi, semakin kebawah laju air semakin besar, sedangkan luas
d. Persamaan Bernoulli
P1 + + ℎ1 = P2 + + ℎ2
P+ gh+½ v = konstan
92
Ibid., h. 264-265
93
Douglas C. Giancoli, Op., Cit. h. 341
Keterangan :
P1 dan P2 : Tekanan dititik 1 dan 2 (N/m2)
v1 dan v2 : Kecepatan aliran dititik 1 dan 2 (m/s2)
h1 dan h2 : Ketinggian titik 1 dan 2 (m)
: massa jenis fluida (kg/m3)
: gaya gravitas (m/s2)
1) Venturimeter
∆
v1 = dan v1 =
( ) ( )
(a) (b)
94
Abdullah Op., Cit .h. 272
Mikrajuddin Abdullah,
Keterangan :
95
Keadaan benda zat cair, (On-line) tersedia : http//fhannum.wordpress.com/2011/12/20/hukum-
archimedes/. (diakses 17 maret 2018)
96
Ibid.,
2) Teorema Toricelli ( laju efflux)
Laju air yang menyembur dari lubang sama dengan air yang
jatuh bebas dari ketinggihan h, laju air yang menyembur dari lubang
v= 2 ℎ
x=2√ ℎ
t=
Keterangan :
97
Bejana dengan lubang aliran , (On-line) tersedia : http://goo.gl/images/t5MsHq (diakses 5 april
2018)
3) Tabung pitot
Tabung pitot digunakan untuk mengukur laju aliran suatu gas atau
v=
Keterangan :
v : kecepatan aliran udara (m/s)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
h : beda tinggi zat cair dalam monometer (m)
′ : massa jenis udara yang mengalir (kg/m3)
: massa jenis zat cair dalam monometer (kg/m3)
98
Abdullah Op., Cit .h. 275
Mikrajuddin Abdullah,
99
Tabung pitot, (On-line)
line) tersedia : http//herususanto17.blogspot.co.id/2012/12/11/persamaan
http//herususanto17.blogspot.co.id/2012/12/11/persamaan-
bernoulli_4439.html?m=1 (diakses 5 april 2018)
tepat di sebelah atas sayap lebih kecil daripada laju aliran udara tepat
̅ 2 > 1
P2 < P1
1 – 2 = (P1-P2) A
1 – 2 =½ ( ̅2 2 – 1
2
)A
Keterangan :
1 – 2 = gaya angkat sayap pesawat (N)
: Massa jenis udara (kg/m3)
̅ 1 : kecepatan udara dibawah sayap (m/s2)
̅ 2 : kecepatan udara diatas sayap (m/s2)
100
Abdullah Op., Cit .h. 276
Mikrajuddin Abdullah,
101
On-line) tersedia :http://4.bp.blogspot.com/-zRRwgHYjDkA/VXYDtF_6I6I
Sayap pesawat, (On zRRwgHYjDkA/VXYDtF_6I6I
(diakses 6 April 2018)
B. Hasil Penelitian yang Relavan
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan hasil belajar pada kelas
diperoleh t-hitung > t-tabel. Dalam pengujian hipotesis dengan uji-t satu pihak
didapatkan nilai t-hitung manual sebesar 5,927 dan t-hitung SPSS sebesar
5,919. Sedangkan pada t-tabel atau t(1-α) sebesar 1,68. Hasil belajar peserta
dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan bahwa 32 siswa mengalami reduksi
102
Farid Rahmat Ardiyan dan Puput Wanatri Rusimamto, Op.,Cit h. 681 - 686.
103
Widya Yanuike Aldila, Woro Setyarsih, Abd. Kholiq, Op.,Cit h. 161-164
pertemuan I, II, III sebesar 93.68%, 93.91%, 98.52% serta terdapat
tradisional.105
104
Farizzatul Erza dan Harun Nasrudin, Op.,Cit h. 190-195
105
Suci Zakiah Dewi, Andi Suhandi, Op.,Cit, h. 14
strategi yang diterapkan dengan rata-rata keseluruhan respon positif siswa
mereduksi miskonsepsi siswa pada materi listrik dinamis. Hal ini dapat
sedang pada kelas eksperimen, dan n-Gain sebesar 0,67 dengan kriteria
PDEODE berbasis laboratorium. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji lanjut
106
Larasati Ayu Dewanti and Siti Nurul Hidayat, ‘Penerapan Pembelajaran IPA Dengan Sytategi
PDEODE Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Perubahan Fisika Dan Perubahan Kimia
Kelas VII SMP’, Jurnal Pendidikan Sains, 6.1 (2018). h.10-11
107
Prayogi Mega Suci Atmoko and Wasis, ‘Penerapan Pembelajaran Guided Discovery Dengan
Metode Demonstrasi Menggunakan PhET Simulation Dalam Menurunkan Miskonsepsi Siswa Pada
Materi Listrik Dinamis Di Kelas X SMAN 1 Tegaldlimo , Banyuwan’, Jurnal Inovasi Pendidikan
Fisika (JIPF), 4.3 (2015). h.126
108
Anang Budianto and Maya Istyadji, ‘Komparasi Hasil Belajar ANtara Strategi Predict-
Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE) Berbasis Laboratorium Dan Berbasis
Multimedia Pada Pembelajaran Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan’, Quantum, Jurnal Inovasi
Pendidikan Sains, 6.1 (2015). h.3
C. Kerangka Berfikir
tentunya harus dipahami oleh peserta didik, yang mana peserta didik tidak
hanya sekedar menghafal akan tetapi ia juga paham akan konsepnya sehingga
pembelajaran akan berjalan baik dan hasil yang baik. Dalam memahami
yang disebut Miskonsepsi. Jika tidak segera diatasi maka mengakibatkan hasil
peserta didik pokok bahasa fluida. Berikut uraian alur penelitian yang
Gambar 2.16
Bentuk Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Penelitian
dengan rata-rata pretest lebih dari rata-rata posttest sihingga tidak dapat
menurunkan miskonsepsi.
menurunkan miskonsepsi.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
2018/2019.
B. Metode Penelitian
pada tujuan penelitian yaitu mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada suatu
kelas akibat dari treatment yang diberikan sehingga tidak diperlukannya kelas
109
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan RnD (Bandung: Alfabeta, 2011). h.
74
110
Tarmizi, Abdul Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Mengatasi
Miskonsepsi Dan Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Materi Rangkaian Litrik Di SMA
Negeri 1 Jaya Kabupaten Aceh Jaya’, 1.2 (2017). h. 152
Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest
Design. Desain ini digunakan pada satu kelompok subyek.111 Dengan adanya
Tabel 3.1
Desain One-Group Pretest-Posttest Design.113
O₁ X O₂
Keterangan :
X : Perlakuan (treatment)
O₁ : Pretest (tes yang diberikan sebelum perlakuan)
O₂ : Posttest (tes yang diberikan sesudah perlakuan)
C. Variabel Penelitian
Pada Penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu hubungan antara
atau yang menjadi akibat sebab adanya variabel bebas. Dalam penelitian
Tabel 3.2
Hubungan Variabel X dan Y 114
X Y
Keterangan :
Y : Miskonsepsi
1. Populasi
yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti dan
114
Ibid.,
untuk dipelajari serta ditarik kesimpulan.115 Adapun populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh peserta didik kelas XI semester ganjil SMA N 2 Gadingrejo
Tabel 3.3
Daftar kelas Populasi
No Kelas Jumlah siswa
1. XI IPA 1 30
2. XI IPA 2 30
3. XI IPA 3 30
4. XI IPA 4 29
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.117 Sehingga yang akan
dijadikan sampel penelitian yaitu satu kelas dari peserta didik kelas XI IPA 2
115
Ibid., h. 80
116
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Dan Analisis Data Sekunder
(Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2012). h. 74
117
Sugiyono, Loc.,Cit. hlm. 82
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
dijadikan dasar bagi skor angka.119 Tes yang akan digunakan pada penelitian
ini menggunakan tes diagnostik berbentuk Four tier diagnostic test berjumlah
25 soal, Sehingga dapat diukur seberapa besar miskonsepsi yang terjadi dan
2. Observasi
118
Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). h. 158
119
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2 (Jakarta: Bumu Aksara, 2012).
h. 46
langsung dalam proses pembelajaran atau memberikan pembelajaran.120
peneliti.
3. Wawancara
secara langsung (tatap muka) atau melalui media tertentu, antar pewawancara
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes
Tes menggunakan tes diagnostik berupa Four tier diagnostic test. Tes
120
Cholid Narbuko and Abu Achmadi, Metodologi Penelitan (Jakarta: Bumi Aksara, 2015). h.
70-72
121
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, Proosedur (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013). h. 263
122
Lia Fitrah Iswana, Woro Setyarsih, and Abd Kholiq, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Materi
Fluida Dinamis Melalui Instrumen Three-Tier Diagnostic Test’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika
(JIPF), 5.3 (2016). h. 170
jenis dari tes diagnostik yaitu One tier (satu tingkat), Two tier (dua tingkat),
Tes diagnostik two tier memberikan pilihan jawaban dan alasan yang
harus dipilih peserta didik. Akan tetapi, tidak dapat mengetahui seberapa kuat
tier test peserta didik diberi beberapa alternatif pilihan jawaban, alasan, serta
dan alasan pada masing-masing butir soal. Tingkat keyakinan tunggal ini tidak
123
Dimas Adiansyah Syahrul and Woro Setyarsih, ‘Identifikasi Miskonsepsi Dan Penyebab
Miskonsepsi Siswa Dengan Three-Tier Diagnostic Test Pada Materi Dinamika Rotasi’, Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF), 4.3 (2015). h. 68
124
Zaleha, Achmad Samsudin, Muhamad Gina Nugraha, Op.,Cit. h. 37
125
Ani Rusilowati, ‘Pengembangan Tes Diagnostik Sebagai Alat Evaluasi Kesulitan Belajar
Fisika’, in Prosiding Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika, 2015, VI. h. 4
126
Dimas Adiansyah Syahrul, Woro Setyarsih, Op.,Cit, 68
127
Ani Rusilowati, Log.,Cit
tingkat keyakinan jawaban dari two-tier test. Tahap keempat (four-tier) adalah
Four-tier test merupakan tes yang terdiri dari empat tingkat. Tingkat
pertama merupakan soal pilihan ganda dengan empat pengecoh dan satu kunci
tingkat keyakinan jawaban dan tingkat keyakinan alasan yang dipilih peserta
128
Gaguk Resbiantoro and Aldila Wanda Nugraha, ‘Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep Dasar
Gaya Dan Gerak Untuk Sekola Dasar’, Jurnal Pendidikan Sains (JPS), 5.2 (2017). h. 81
129
Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati, and Sugianto, ‘Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test
Untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X’, Journal of Innovative Science
Education, 4.2 (2015). h. 42
130
Riska Irsanti, Ibnu Khaldun, and Latifah Hanum, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Four- TierDiagnostic Test Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Larutan Non Elektrolit
Di Kelas X SMA Islam Al-Falah Kabupaten Aceh Besar Abstrak Pendahuluan Metode Penelitian’,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK), 2.3 (2017). h. 231
Four-tier test juga dipadukan dengan Confidence Rating pada alasan
jawaban, sehingga lebih akurat tingkat keyakinan atas jawaban dan alasan
Tabel 3.4
Analisis Kombinasi Jawaban pada Four-Tier Diagnostic Test132
Kombinasi Jawaban
Kombinasi Tingkat Tingkat
Jawaban Jawaban Keyakinan Alasan Keyakinan
Jawaban Alasan
Benar Yakin Benar Yakin
Paham
Benar Tidak Yakin Benar Tidak Yakin
Konsep
Benar Yakin Benar Tidak Yakin
(PK)
Benar Tidak Yakin Benar Yakin
Benar Tidak Yakin Salah Tidak Yakin
Salah Tidak Yakin Benar Tidak Yakin
Tidak
Salah Tidak Yakin Salah Tidak Yakin
Paham
Benar Yakin Salah Tidak Yakin
Konsep
Salah Tidak Yakin Benar Yakin
(TPK)
Benar Tidak Yakin Salah Yakin
Benar Yakin Salah Yakin
Salah Yakin Benar Tidak Yakin
Salah Yakin Benar Yakin
Miksonsepsi Salah Yakin Salah Tidak Yakin
Salah Tidak Yakin Salah Yakin
Salah Yakin Salah Yakin
131
Ismiara Indah Ismail, Achmad Samsudin, Endi Suhendi, dan Ida Kaniawati, “Diagnostik
Miskonsepsi Melalui Listrik Dinamis Four Tier Test,” Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains, 2015. h. 382.
132
Fariyani, Rusilowati, and Sugianto; Widya Bratha Sheftyawan, Trapsilo Prihandono, and
Albertus Djoko Lesmono, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test
Pada Materi Optik Geometri’, Jurnal Pembelajaran Fisika, 7.2 (2018).h.143 Qisthi Fariyani, Ani
Rusilowati, Sugianto, Op.,Cit, h. 43
Sedangkan Certainty of Response Index (CRI) merupakan ukuran tingkat
Tabel 3.5
Kategori Skala Tingkat Keyakinan CRI 135,136
Tingkat Keyakinan
Kategori Skala
Menebak 0
Rendah/Tidak yakin
Sangat Tidak Yakin 1
Tidak Yakin 2
Yakin 3
Sangat Yakin 4 Tinggi/Yakin
Amat Sangat Yakin 5
observer yaitu guru pengampu mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA N 2
Gadingrejo.
133
Muhamad Taufiq, ‘Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Pada Konsep Gaya
Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E’, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1.2
(2012) <https://doi.org/10.15294/jpii.v1i2.2139>.h.201
134
Wiricha Annisak, Astalini, and Haerul Pathoni, ‘Desain Pengemasan Tes Diagnostik
Miskonsepsi Berbasis CBT (Computer Based Test)’, EduFisika, 2.1 (2017). h.3
135
Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati, Sugianto, Op.,Cit, h. 43.
136
Saleem Hasan, Diola Bagayoko, Ella L Kelly, “Misconception and the Certain of Response
Index (CRI), Journal of Science and Mathematics Adecation, Vol 34(5),September 1999, h. 294
Tidak hanya instrumen tes, tetapi instrumen non tes juga harus
memenuhi kriteria kelayakan. Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi dari
ada dalam lembar observasi yang menggunakan skala likert bentuk checklist.
G. Pengujian Instrumen
Ketika Instrumen soal four-tier test dilengkapi CRI akan diujikan pada
peserta didik yang sudah memeperoleh materi yang akan diteliti. kemudian
tersebut layak atau tidak dalam penelitian. Adapun analisis data yang
137
Sugiyono, Op.,Cit, h. 93-95
138
Ibid
1. Uji Validitas
data yang akan dianalisis. Sehingga data yang valid yaitu data “yang tidak
berbeda” antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya
dilihat dari korelasi antara skor butir dengan skor totalnya, rumus Korelasi
∑ –( ∑ ) (∑ )
=
( ∑ (∑ )) ( ( ∑ (∑ ))
Keterangan :
139
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2013). h. 211
140
Sugiyono, Op., Cit, hlm. 267.
141
Suharsimi Arikunto Op.Cit, hlm. 211-212
142
Sugiyono, Log., Cit., h. 183
Nilai akan dibandingkan dengan koefisien korelasi table = ( , ),
jika ≥ maka instrument valid. 143
Tabel 3.7
Interprestasi Indeks Korelasi “r” Product Moment
Besarnya “r” Product Moment ( ) Interprestasi
< 0,30 Tidak Valid
≥ 0,30 Valid
Selain itu, kualitas soal dilihat dari segi validitas, dapat ditentukan dengan
Tabel 3.8
Kriteria Validasi 144
Kriteria Validasi Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
2. Uji Reliabilitas
yang valid dan reliabel dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.145
akurat. Uji Reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari suatu
instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasilnya dapat dipercaya sebab apabila
datanya memang benar atau real sesuai dengan kenyataannya, maka berapa
143
S. Margono, Op.,Cit.
144
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: PT. Remaja
Rosdkarya, 2011). H. 45
145
Sugiyono, Log., Cit, h. 268
kali pun diambil akan tetap sama (konsisten).146 Karena four tier diagnostic
test merupakan kombinasi CRI dalam tingkat keyakinan jawaban dan alasan
jawaban yang terdapat enam skala yaitu skala 0-5.147 Indeks tersebut biasanya
CRI tidak sama dengan menghitung koefisien reliabilitas tes biasa. Dalam
∑
∑ = 1 −
Keterangan :
: Reliabilitas instrument
Σ : Varian total
146
Suharsimi Arikunto, Op., Cit, h. 221
147
Surya Gumilar, “Analisis Miskonsepsi Konsep Gaya Menggunakan Certainty or Respon Index
(CRI),” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Fisika, Vol. 2 No. 1, 2016. h.2.
148
Sugiyono, Log.,Cit, h. 93
149
Suharsimi Arikunto, Log.,Cit. hal 239
150
Ainul Uyuni Taufiq, “Pengembangan Tes Kognitif Berbasis Revisi Taksonomi Bloom Pada
Materi Sistem Reproduksi Untuk Siswa SMA,” Jurnal Biotek Vol. 3 No. 2, Desember 2015, h. 3
Tabel 3.9
Kriteria Reliabilitas151
Reliabilitas Kriteria
0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < ≤ 0,60 Sedang
0,20 < ≤ 0,40 Rendah
0,00 < ≤ 0,20 Sangat Rendah
kesukaran karena bermutu atau tidaknya butir-butir soal tes hasil belajar
awalnya diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan. Taraf Kesukaran
tes adalah kemampuan tes tersebut dalam mendapat banyaknya subyek peserta
P=
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Jumlah peserta didik yang menjawab soal tes dengan benar
: Jumlah seluruh peserta didik yang mengikuti tes.
151
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010) h. 89
152
Ibid., h. 103
153
Anas, Sudijono, Op.,Cit. h. 373
Tabel 3.10
Kriteria Tingkat Kesukaran154
Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi
0 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Cukup (Sedang)
0,71 – 1,00 Mudah
Daya pembeda item merupakan kemampuan suatu butir item tes hasil
berkemampuan tinggi lebih banyak menjawab butir item secara benar denagn
berkemampuan rendah lebih banyak tidak dapat menjawab butir item secara
benar. Rumus dalam menentukkan daya pembeda setiap butir tes adalah : 155
D= − = −
Keterangan :
D : Daya pembeda butir soal
: Proporsi atas yang menjawab benar
: Proporsi bawah yang menjawab benar
: Banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab
: Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab
: Banyaknya peserta tes kelompok atas
: Banyaknya peserta tes kelompok bawah
154
Ibid.,372; Rahmatika Rahayu, ‘Analisis Kualitas Soal Pra Ujian Nasional Mata Pelajaran
Ekonomi Akuntansi’, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, XIV.1 (2016). h.69
155
Suharsimi Arikunto, Op.,Cit. h.228
Tabel 3.11
Kriteria Daya Pembeda156
P= x 100%
Keterangan:
P = persentase jumlah siswa yang miskonsepsi.
Tabel 3.12
Kriteria Tingkat Miskonsepsi157
Besar P Kriteria
61% − 100% Tinggi
31% − 60% Sedang
0% − 30% Rendah
156
Ibid., h. 232
157
Rizky Dayu Utami, Salamah Agung, and Evi Sapinatul Bahriah, ‘Analisis Pengaruh Gender
Terhadap Miskonsepsi Siswa SMAN Di Kota Depok Dengan Menggunakan Tes Diagnostic Two-
Tier’, 2017. h. 96
H. Teknik Analisis Data
Data diperoleh dari pretest dan posttest hasil belajar dalam penelitian
kuantitatif. Skor prestasi belajar peserta didik dibandingkan antara pretest dan
N-Gain (g) =
Tabel 3.13
Kategori Nilai N-Gain159
Kategori nilai Gain Kriteria
g > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
2. Uji Normalitas
normal atau tidak.160 Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini
158
Inni Amarta Khairati, Selly Feranie, and Saeful Karim, ‘Penerapan Strategi Metakognisi Pada
Cooperative Learning Untuk Mengetahui Profil Metakognisi Dan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
SMA Pada Materi Fluida Statis’, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 2.1 (2016).
h. 67
159
Erin Radien Simbolon and Fransisca Sudargo Tapilouw, ‘Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Masalah Dan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Berpikir Kritis Siswa SMP’, EDUSAINS, VII.1
(2015). h. 192
menggunakan uji Lilliefors pada program exel dengan taraf signifikan 5%.
sebaran data yang sudah berdistribusi normal. Rumus dalam menggunakan uji
Dengan hipotesis :
a. Mengurutkan data
Setelah uji Normalitas dan data dinyatakan normal, maka dilakukan uji
varians, rumus yang digunakan menurut sudjana dalam Indah,dkk yaitu :162
F=
Tabel 3.14
Kriteria Uji Homogenitas
Sig Kriteria
Fhitung ≥ Ftabel Tidak Homogen
Fhitung < Ftabel Homogen
4. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis digunakan jika data terdistribusi normal, yaitu Uji-t. Uji-t
analisis statistik diperoleh bahwa data pretest dan posttest terdistribusi normal
162
Syafmawandi Irwan, Thamrin, and Khairi Budayawan, ‘Kontribusi Partisipasi Aktif Siswa
Dan Fasilitas Praktikum Teradap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Teknik Kerja Bengkel (TKB)
Kelas X Jurusan Teknik Audio Video Di SMK Negeri 1 Batipuh’, Jurnal Volasional Teknik
Elektronika & Informatika, 4.1 (2016). h.56
163
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan (Bandung: Kencana
Prenada Media Group, 2013). h. 257
Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang
meremediasi miskonsepsi.
alternatifnya.
thitung =
∑
( )
Keterangan :
Md : mean dari perbedaan pre-test dengan posttest
d = posttest - pretest
164
Elita Dwi Sanyoto, Woro Setyarsih, and Abd Kholiq, ‘Penerapan Model Pembelajaran
Interactive Demonstration Berbantuan Media Simulasi Virtual Untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa
Pada Materi Suhu, Kalor, Dan Perpindahan Kalor’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5.3
(2016). h. 190
165
Suharsimi Arikunto, Op.,Cit, h.306
Mencari mean gain perbedaan pre-test dengan posttest (Md) :
(∑ )
Σ = Σ –
Keterangan :
Tabel 3.15
Ketentuan Uji Hipotesis166
Sig Keterangan
Sig > 0,05 H 0 Diterima
H1 Ditolak
Sig ≤ 0.05 H0 Ditolak
H1 Diterima
166
Rahma Diani, Yuberti, Shella Syafitri,, Op.,Cit. h. 273
5. Analisis Hasil Observasi
Untuk mencari presentase dari hasil lembar observasi keterlaksanaan
Nilai presentase = x 100
Tabel 3.16
Skala Interprestasi Kriteria keterlaksanaan model
Sig Kriteria
0% - 20% Sangat Kurang Baik
21% - 40% Kurang Baik
41% - 60% Cukup Baik
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat Baik
berikut:
167
Sri Latifah, ‘Pengembangan Modul IPA Terpadu Terintegrasi Ayat-Ayat Al-Qur’an Pada
Materi Air Sebagai Sumber Kehidupan’, Jurnal Ilmiah Fisika Al-BiRUNi, 4.2 (2015). h. 159
BAB IV
A. Hasil Penelitian
validasi terlebih dahulu oleh dosen ahli dan dinyatakan sangat layak
digunakan yang dapat dilihat pada lampiran 7. Setelah itu, Instrumen tes yang
kelompok peserta didik yang telah menerima pokok bahasan materi fluida.
Dalam mendapatkan data yang akan diuji, lalu dilaksanakan uji coba tes
berupa 25 butir soal bentuk four tier diagnostic test dengan Certainty of
Response Index (CRI) diluar populasi. Dilaksanakan Uji coba tersebut pada
peserta didik kelas XII IPA 2 SMA N 1 Pagelaran. Sehingga diperoleh hasil
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Butir Soal
Keterangan Soal No. Butir Soal Jumlah
2,3,4,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,
Valid 20
17,18,20,21,22,23,25
Tidak Valid 1,5,6,19,24 5
Jumlah Soal 25
Berdasarkan hasil uji validitas butir soal pada tabel 4.1, bahwa bisa
diketahui dari 25 butir soal yang sudah diujikan dengan nilai rtebel = r (0.05,30-2) =
0.35. Ketika soal tersebut lebih dari nilai rtabel maka dinyatakan valid, dalam
hal ini diperoleh 20 soal valid sehingga soal yang valid tersebut dapat
Alpha, hasil analisis reliabilitas ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Statistik Hasil Uji
r11 0.72
rtabel 0.35
Kesimpulan Sedang
Soal dikatakan reliabel jika r11 > rtabel (0.72 > 0.35) dengan demikian
butir soal tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.
dilihat pada lampiran 7. Setelah perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas,
Tabel 4.3
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
Kategori Tingkat
No. Butur Soal Jumlah
Kesukaran
Sukar - -
1,2,3,6,7,8,9,11,12,13,14,15,16,17,
Cukup/Sedang 22
18,19,20,21,22,23,24,25,
Mudah 4,5,10 3
Jumlah soal 25
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan rata-rata tingkat kesukaran soal 0.605
yaitu 0.30 < P < 0.70 sehingga soal pada kategori cukup/sedang. Maka
disebut baik jika soal tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.168 Dalam
keseluruhan analisis hasil perhitungan uji tingkat kesukaran dapat dilihat pada
lampiran 7.
Index (CRI), dengan 25 soal yang telah diuji cobakan memperoleh hasil daya
Tabel 4.4
Hasil Uji Daya Beda butir Soal
Kategori Daya
No. Butir Soal Jumlah
Beda Soal
Jelek 9,12,19,24 4
Cukup 1,5,10,17,20,21 6
Baik 2,3,4,7,11,13,14,15,16,18,22 11
Baik Sekali 6,8,23,25 4
Jumlah soal 25
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil kategori analisis daya beda butir
soal, yang selanjutnya secara keseluruhan perhitungan hasil analisis daya beda
168
Suharsimi, Arikunto., Op.,Cit h.135
Berdasarkan uji coba instrument, sehingga diperoleh 20 soal yang dapat
dalam penelitian.
Simulation
berlangsung. Dalam hal ini yang menjadi pengamat/observer yaitu guru mata
berbantu PhET simulation pada 4 kali pertemuan ditunjukkan pada tabel 4.5
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Presentase Keterlaksanaan model PDEODE
berbantu PhET Simulation
Pertemuan Jumlah Skor Presentase
ke-
Ke-1 112 80 %
Ke-2 113 81 %
Ke-3 115 84 %
Ke-4 115 91 %
Rata-rata - 84%
Jumlah Skor 140 100%
Maksimum
kegiatan pembelajaran dengan kategori sangat baik yang mana hampir seluruh
kegiatan terlaksana dengan rata-rata 84%. Selain itu, adanya hasil analisa
presentase ini peneliti menilai kekurangan pada bagian yang belum terlaksana
yang terjadi pada peserta didik sebelum diberi perlakuan model PDEODE
sub konsep fluida statis tentang tekanan hidrostatis dan hukum pascal (no soal
motivasi untuk selalu membaca dan membuka wawasan ilmu. Serta peneliti
memberi pertanyaan apakah air didalam bak mandi merupakan contoh dari
pada peristiwa fluida statis yang dapat dilihat di LKPD yang telah dibagikan
terdapat dalam lampiran 17. Peserta didik secara individu mengamati dan
memberi hipotesis atau prediksi semantara dari jawaban rumusan masalah
yang diberikan. Salah satu contoh hipotesisi peserta didik terdapat pada
lampiran 17.
antara air dan dasar permukaan sehinga kurangnya oksigen didalam air, yang
mana konsep seharusnya telinga terasa berat karena adanya perbedaan antara
pada jawaban no 2 yang mana peserta didik mengira luas benda yang besar
maka mempunyai tekanan yang besar dan luas benda yang kecil mempunyai
b. Tahap Discuss I
dan kedalaman yang berbanding lurus. Sedangkan ceret pada bidang datar
e. Tahap Discuss II
Pada tahap discuss II, peserta didik secara berkelompok membahas dan
dapat merubah konsep nya menjadi paham konsep. Sebagai contoh peserta
didik yang awalnya berhipotesis bahwa telinga terasa berat ketika makin
terkait jawaban atas rumusan masalah yang ada secara detail. Berikut
kesimpulan yang dilakukan peserta didik dibimbing oleh guru, serta guru
pertemuan pertama.
dilakukan dengan baik seperti pada RPP yang terlampir serta sudah
dianalisis persentase keterlaksanaannya 80%, dan bisa dilihat pada tabel 4.5.
pada peristiwa fluida statik yang dapat dilihat di LKPD yang telah
Hipotesis dari salah satu peserta didik yang ditunjukkan pada lampiran 17.
yang mana seharusnya paku dapat tenggalam dikarenakan massa jenis paku
lebih besar dari massa jenis air bukan berat tetapi massa jenis. Miskonsespi
yang dialami pada jawaban kedua kapal dapat terapung dikarenakan volume
kapal lebih kecil dibandingkan volume air laut sehingga massa jenis kapal
b. Tahap Discuss I
massa jenis air laut bukan sebaliknya. Sedangkan paku dapat tenggelam
karena massa jenis paku lebih besar dari massa jenis air bukan sebaliknya.
lebih berat dibandingkan air sedangkan air laut lebih berat dibandingkan
kapal sehingga terapung. Untuk kelompok 2 mengalami miskonsepsi dimana
massa jenis paku lebih kecil dibandingkan massa jenis air laut sehi
sehingga
benda terapung, massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis air sehingga
percobaan dapat dilihat dalam LKPD. Berikut hasil percobaan pada sub
e. Tahap Discuss II
lebih besar dari massa jenis air laut. Setelah diberi langkah percobaan
dapat terapung karena massa jenis kapal lebih kecil dari massa jenis air laut.
terkait jawaban atas rumusan masalah yang ada secara detail. Pembahasan
pada tahap explain II dari kedua kelompok yang dapat dilihat dalam
lampiran 17.
Berdasarkan jawaban dari kedua kelompok terlihat bahwa keduanya
yang dibuat dengan hasil praktikum dan diskusi serta pemberian kesimpulan
dilakukan peserta didik dibimbing oleh guru, serta guru mengevaluasi proses
dengan baik seperti pada RPP yang terlampir serta sudah dianalisis
miskonsepsi fluida dinamis pada konsep kontinuitas dan Bernoulli (no soal
pertanyaan yang mengarah pada konsep fluida dinamis yang akan dibahas.
pertanyaan yang diajukan peneliti yang dapat dilihat pada lampiran 17.
pada peristiwa fluida dinamis yang dapat dilihat di LKPD yang telah
Hipotesis dari salah satu peserta didik yang dapat dilihat pada lampiran 17.
peserta mengira jika selang dibiarkan terbuka kecepatan aliran air akan
selang yang sedikit ditutup luas selang lebih kecil sehingga tekanan kecil dan
kecepatan air yang keluar kecil, lain halnya dengan yang terbuka tekanannya
tekanannya besar, begitupun sebaliknya. Untuk debit pada sungai yang besar
awalnya berhipotesis bahwa sungai yang luas memiliki kecepatan yang besar
simulation peserta didik dapat mengetahui bahwa Sungai yang luas memliki
terkait jawaban atas rumusan masalah yang ada secara detail. Berikut
yang dibuat dengan hasil praktikum dan diskusi serta pemberian kesimpulan
dengan baik seperti pada RPP yang terlampir serta sudah dianalisis
pada peristiwa fluida dinamis yang dapat dilihat di LKPD yang telah
Hipotesis dari salah satu peserta didik ditunjukkan pada lampiran 17.
konsep yang benar adalah Semakin tinggi suatu ketinggihan maka Jarak
b. Tahap Discuss I
makin besar sedangkan tekanan kecil, pada no 4 telah paham konsep dimana
Peserta didik memahami jawaban mana yang benar dan jawaban mana yang
simulasi PhET :
dapat dilihat dalam LKPD. Hasil percobaan pada tangki kebocoran terdapat
e. Tahap Discuss II
konsepnya menjadi paham konsep. Sebagai contoh pada salah satu hasil
semakin tinggi suatu ketinggihan maka aliran air semakin kecil dan tekanan
PhET simulation peserta didik dapat mengetahui bahwa semakin tinggi suatu
ketinggihan maka aliran air semakin besar dan tekanan semakin kecil.
konsepnya menjadi paham konsep. Sebagai contoh pada salah satu hasil
semakin tinggi suatu ketinggihan maka aliran air semakin kecil dan tekanan
PhET simulation peserta didik dapat mengetahui bahwa semakin tinggi suatu
ketinggihan maka aliran air semakin besar dan tekanan semakin kecil.
terkait jawaban atas rumusan masalah yang ada secara detail. Pembahasan
awal yang dibuat dengan hasil praktikum dan diskusi serta pemberian
yang dilakukan peserta didik dibimbing oleh guru, serta guru mengevaluasi
dilakukan dengan baik seperti pada RPP yang terlampir serta sudah
dianalisis persentase keterlaksanaannya 91%, dan bisa dilihat pada tabel 4.5.
menggunakan tes bentuk four tier diagnostic test dilengkapi CRI dengan
Menebak 0
Sangat Tidak Yakin 1 Rendah/Tidak yakin
Tidak Yakin 2
Yakin 3
Sangat Yakin 4 Tinggi/Yakin
Amat Sangat Yakin 5
169
Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati, and Sugianto., Op.,Cit h.43 ; Widya Brata Sheftyawan,
Trapsilo Prihandono, Albertus Djoko Lesmono, Op.,Cit h.149
170
Saleem Hasan, Diola Bagayoko, and Ella L Kelley., Op.,Cit. h. 294
Tabel 4.8 Presentase rata-rata penurunan miskonsepsi tiap sub konsep
no Miskonsepsi
Sub konsep
soal nO(%) ni (%) ∆n (%)
2 73.33 16.67 77.27
1 53.33 30 43.75
Tekanan Hidrostatis
3 56.67 36.67 35.29
5 53.33 23.33 56.25
Rata-rata presentase 59.17% 26.67% 53.14%
4 43.33 26.67 38.46
Hukum Archimedes 7 53.33 33.33 37.50
8 33.33 13.33 60.00
Rata-rata presentase 43.33 24.44% 45.32%
Hukum Pascal 6 56.67 33.3 58.82
Rata-rata presentase 56.67% 33.3% 58.82%
tegangan permukaan 9 60 30 50
Rata-rata presentase 60% 30% 50%
Viskositas 10 66.67 20 70
Rata-rata presentase 66.67 20 70
kapilaritas 11 26.67 16.7 37.5
Rata-rata presentase 26.67% 16.7% 37.5%
12 50 16.7 66.67
13 46.67 20 57.14
14 50 26.7 46.67
Prinsip Bernoulli
15 43.33 23.3 46.15
16 56.67 30 47.06
20 56.67 16.7 70.59
Rata-rata presentase 50.56% 22.2% 55.71%
17 56.67 30 47.06
Prinsip Kontinuitas 18 36.67 26.7 27.27
19 33.33 13.3 60
Rata-rata presentase 42.22% 23.3% 44.78%
Jumlah 405.28 196.67 415.28
Rata -rata 50.66% 24.58% 51.96%
Keterangan : no(%) : Presentase miskonsepsi (pretest)
ni (%) : Presentase miskonsepsi (posttest))
∆n (%): Presentase Penurunan miskonsepsi
Tabel 4.9 Presentase rata-rata penurunan tidak paham konsep per sub konsep
no Tidak paham konsep
sub konsep
soal no (%) ni (%) ∆n (%)
1 30 10 66.67
2 13.33 13.33 0.00
Tekanan Hidrostatis
3 26.67 20 25
5 33.33 13.33 60
Rata-rata presentase 25.83% 14.17% 37.92%
4 40 20 50
Hukum Archimedes 7 33.33 20 40
8 23.33 26.67 -14.29
Rata-rata presentase 32.22% 22.22% 25.24%
Hukum Pascal 6 36.67 16.67 -45.45
Rata-rata presentase 36.67% 16.67% -45.45%
tegangan permukaan 9 23.33 16.67 28.57
Rata-rata presentase 23.33% 16.67% 28.57%
Viskositas 10 23.33 20 14.29
Rata-rata presentase 23.33% 20% 14.29%
kapilaritas 11 40 10 75
Rata-rata presentase 40% 10% 75%
12 33.33 33.33 0
13 30 13.33 55.56
14 43.33 26.67 38.46
Prinsip Bernoulli
15 30 20 33.33
16 46.67 53.33 -14.29
20 33.33 46.67 -40
Rata-rata presentase 36.11% 32.22% 12.18%
17 26.67 26.67 0.00
Prinsip Kontinuitas 18 53.33 20.00 62.50
19 36.67 13.33 63.64
Rata-rata presentase 38.89% 20.00% 42.05%
Jumlah 256.39 151.94 189.78
Rata -rata 32.08% 18.99% 23.72%
sub konsep materi fluida statik dan fluida dinamik setalah dilakukan
kategori tidak paham konsep sebesar 23.72 %, akan tetapi pada kategori
pada salah satu sub konsep hukum pascal dengan ditandai tanda minus.
peserta didik pada materi fluida statik dan fluida dinamik setelah dilakukan
sangat kecil dengan ditandai tanda minus, sedangkan untuk kategori peserta
sebesar 18.29%, selain itu pada kategori tidak paham konsep juga terdapat 1
menggunakan tes diagnostik four tier diagnostic test dengan CRI (pretest -
Tabel 4.12 Presentase rata-rata hasil belajar peserta didik (pretest posttest)
Hasil Sebelum Sesudah Peningkatan
Penelitian Remediasi Remediasi hasil belajar N-Gain
(Pretest) (posttest)
didik dapat meningkat. Selain itu dapat diketahui nilai N-Gain dari data
pretest dan posttest sebesar 0.414 yang mana nilai N-Gain tersebut berada
analisis data yaitu uji normalitas dan homogenitas dalam mendapati apakah
program exel. Hasil uji normalitas untuk data pretest-posttest dapat dilihat
2. Uji Homogenitas
uji homogenitas. Dalam hal ini peneliti menggunakan Uji-F. Hasil uji
homogen dikarenakan sesuai dengan kriteria uji, jika nilai Fhitung< Ftabel
maka sampel mempunyai varians yang homogen, sehingga dapat
3. Uji Hipotesis
uji-T. Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang
Statistik Hasil
Ttabel 1.697
Thitung 12.15
Sig 0.05
Uji-T Ttabel < Thitung
Kesimpulan H0 Ditolak
H1 Diterima
Dari tabel 4.15 hasil uji hipotesis menunjukkan Thitung 12.15 yang
artinya 12.15 > 1.697. Hal tersebut sesuai dengan kriteria uji, jika Ttabel <
baik, dan juga peserta didik mengikuti semua tahapan model PDEODE
berbantu PhET simulation tampak dari antusias dan keaktifan peserta didik,
serta penelitian yang dilakukan oleh Sri Wulan Fitri Fatimah,dkk bahwa
model PDEODE mendapat respon baik dari peserta didik dan meningkatkan
171
Bayram Costu., Op.,Cit h.8
172
Sri Wulan Siti Fatimah, Agus Martono, and Hadiansah, ‘Pengaruh Strategi PDEODE (Predict-
Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi
Organisasi Kehidupan’, Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi, 5.1 (2015). h. 56-57
Samuli Kalori,dkk model PDEODE membuat peserta didik lebih aktif untuk
atas rumusan masalah yang diberikan guru, sehingga pada tahap Predict ini
sejalan dengan penelitian dari Marselius riko,dkk yang mana hasil temuannya
pelaksanaan peserta didik saling tukar pendapat dan saling bertanya, sehingga
terjadi interaksi antar peserta didik yang memungkinkan peserta didik untuk
rumusan masalah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
173
Samuli Kolari, Carina Savander-ranne, and Juho Tiili, ‘Enhancing Engineering Students ’
Confidence Using Interactive Teaching Methods - Part 2 : Post-Test Results for the Force Concept
Inventory Showing Enhanced Confidence’, 4.1 (2005). h. 16
174
Marselius Riko, ‘Remediasi Miskonsepsi Rangkaian Listrik DC Menggunakan Model POE
Berbantuan PhET Dan Alat Peraga Di SMA’, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 7.9 (2018). h.5
menyelesaikan tugas dari guru dengan saling tukar pendapat antar peserta
lain memiliki perbedaan pendapat sehingga pada tahap ini peserta didik
mana yang benar dan jawaban mana yang miskonsepsi. Miskonsepsi yang
penelitian Suparno yang menyatakan bahwa konflik kognitif bisa timbul jika
data atau konsep yang dimiliki peserta didik amat berbeda dari apa yang
atau miskonsepsi maka dilanjutkan dengan tahap Observe, Pada tahap observe
keaktifan peserta didik tinggi yaitu saat peserta didik melakukan percobaan
175
Nursinar, ‘Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Sekolah Dasar’, Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial,sains Dan Humaniora, 3.4 (2017). h.695
176
Paul Suparno., Op.,Cit h. 100
“Melalui ekperimen atau percobaan proses pembelajaran menjadi sangat
menarik, sebab peserta didik dapat mengamati peristiwa yang terjadi secara
konsepsi peserta didik yang tidak sesuai diawal pembelajaran untuk lekas
data. Hal ini disebabkan peserta didik menghadapi secara langsung peristiwa
Sehingga, poin kebenarannya dapat lebih diyakini dari peserta didik yang
miskonsepsi tersebut. Pendapat ini juga sesuai dengan yang dikemukakan dari
teori Edgar Dale tentang kerucut pengalaman dalam Abin yang dikutip oleh
177
Marselius Riko., Op.,Cit h.5
178
Nabila Ulmi, ‘Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris
Melalui Metode Totally Physical Response (TPR) Bagi Anak Autisme (Single Subject Research ) Di
Kelas IV SLB YPPA Padang’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1.1 (2013). h. 577
memahaminya dengan baik bahkan pada pertemuan berikutnya peserta didik
sudah dapat memahami dan terlihat pada pelaksanaan serta wawancara peserta
didik dimana peserta didik antusias, aktif dan merasa senang sebab
contohnya pada percobaan prinsip bernoulli pada aliran sungai, dimana pada
simulasi PhET aliran sungai digambarkan seperti bentuk aslinya yang dapat
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dilakukan oleh Joyce
pembelajaran menjadi menarik dan banyak hal dapat dipelajari.179 Selain itu
179
Mursalin, ‘Model Remediasi Miskonsepsi Materi Rangkaian Listrik Dengan Pendekatan
Simulasi PhET’, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 (2013). h.2
simuasi PhET, membentuk pembelajaran yang bisa bermain sekaligus belajar
dilakukannya tahap discuss II dimana tahap ini peserta didik terjadi konstruksi
pengetahuan dari pengetahuan yang sudah ada (hipotesis yang sudah ada)
kekeliruan pemikiran yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Bayram costu bahwa model PDEODE pada tahap discuss terjadinya
kebenaran hampir sama yang dapat dilihat pada hasil Explain II dalam
pada tahap ini dengan bimbingan guru peserta didik memberi tanggapan dari
pertanyaan yang diajukan kelompok lain yang mana antar kelompok dapat
mengetahui dan memahami mana konsep yang benar dan yang salah atas
prediksi dan percobaan serta diskusi sehingga miskonsepsi yang terjadi dapat
teratasi serta pada peserta didik selesai mengkonstruksi pengetahuan lama dan
180
Dyah Permata Sari, Achmad Lutfi, and Ahmad Qosyim, ‘Uji Coba Pembelajaran IPA Dengan
LKS Sebagai Penunjang Media Virtual PhET Untuk Melatih Ketrampilan Proses Pada Materi Hukum
Archimedes’, Jurnal Pendidikan Sains E-Pensa, 1.2 (2013). h.16
181
Bayram Costu., Op.,Cit h.8
pengetahuan barunya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Pernyatan ini didasarkan pada hasil
observasi oleh guru fisika kelas XI dan dapat terlihat dari setiap tahap-tahap
konsep dapat dipahami dengan baik serta konsep yang menyimpang yang
dapat menurun. Telihat dari tabel 4.10 penurunan tingkat miskonsepsi pada
analisis miskonsepsi tiap peserta didik dari sebelum dan sesudah penerapan
penurunan tersebut sebesar 47,67%, Sedangkan pada tabel 4.8 terlihat bahwa
fluida statis dan fluida dinamis antara sebelum dan sesudah penerapan
182
Marselius riko., Op.Cit h.5
Keberhasilan Model PDEODE berbantu PhET simulation pada
oleh Kolari, Rane dan Tilli yang mengemukakan model PDEODE dapat
perubahan konseptual dari perubahan konsep awal yang dimilki peserta didik
lebih memahami konsep peserta didik pada materi perubahan fisika dan
dilakukan oleh Suci Zakiah Dewi dan Andi Suhandi bahwa model PDEODE
miskonsepsi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Prayogi Mega Suci
183
Kolari, Savander-ranne, and Tiili.Op.,Cit h.19
184
Larasati Ayu Dewanti and Siti Nurul Hidayat., Op.,Cit h.10
185
Tabitha Sri and Hartati Wulandari, ‘Penerapan Strategi PDEODE Dalam Mengatasi
Miskonsepsi Dan Meningkatkan Ktrampilan Berfikir Kritis Pada Botani Tumbuhan Rendah’, in
Prosiding Seminar Biologi, 2013. h.8
186
Suci Zakiah Dewi, Andi Suhandi, Op.,Cit h.12
pada materi listrik dinamis.187 Demikian pula dengan hasil penelitian Nurul
pada materi pokok asam-basa.188 Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh
Merselius Riko yang menyatakan bahwa model POE berbantu PhET lebih
alat peraga.189
hasil belajar yang diperoleh dari data pretest dan posttest yang ditunjukkan
pada tabel 4.12. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
belajar peserta didik pada materi suhu dan kalor.190 Penelitian Anang
187
Prayogi Mega Suci Atmoko and Wasis., Op.,Cit h.126
188
Nurul Fitriyah and Sukarmin, ‘Penerapan Media Animasi Untuk Mencegah Miskonsepsi Pada
Materi Pokok Asam-Basa Di Kelas XI SMAN 1 Menganti Gresik’, Unesa Journal Of Chemical
Education, 2.3 (2013). h.83
189
Marselius Riko., Op.,Cit h. 8
190
R Lebdiana, N Sulhadi, and Hindarto, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Suhu
Dan Kalor Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) Untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa’, Unnes
Physics Education Journal, 4.2 (2013). h.5
191
Anang Budianto and Maya Istyadji., Op.,Cit h.4
Murwani,dkk bahwa model PDEODE dapat meningkatkan hasil belajar pada
konsep usaha, daya dan energi.192 Selain itu penggunaan PhET juga dapat
oleh Ibrahim dalam Alvi Dwi Puri Rahayu dan Harun Nasrudin bahwa
192
Rian Murwani, Dr. H. Muh. Anas M.Si, and Drs. La Tahang M.Pd, ‘Penerapa Strategi
Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas X SMKS Kelautan Dan Perikanan Kendari Pada Materi Pokok Usaha, Daya
Dan Energi’, Jurnal Penelitian Pendidikan Fisika Konsentrasi Vokasional Teknik Elektro, 2017. h. 10
193
Tantawi Jauhari, Hikmawati, and Waahyudi, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Berbantuan Media Phet Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMAN 1 Gunungsari
Tahun Pelajaran 2015 / 2016’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, II.1 (2016). h.10
194
Alvi Dwi Puri Rahayu and Harun Nasrudin, Op.,Cit. h. 90
195
Paul Suparno,Op.,Cit h.53
mempunyai potensi dalam menghalangi kemajuan lebih lanjut.196 atau dalam
didik serta penyebab miskonsepsi pada sub konsep fluida statik dan fluida
dinamik yaitu sub konsep hukum pascal peserta didik menganggap bahwa
kantong plastik yang berisi air dengan tiga lubang aliran air, ketika
memerasnya maka lubang yang besar akan mendapatkan tekanan yang besar
pula, hal ini berbeda dengan konsep ilmiah. miskonsepsi yang terjadi pada
disebabkan dari peserta didik itu sendiri yang mereka alami dalam kehidupan
196
Wahyu Juli Hastuti, Suyono, and Sri Poedjiastoeti, ‘Prevensi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep
Reaksi Redoks Melalui Modified Inquiry Models’, JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains), 3.2
(2014). h.403
197
Ibid.,
Gambar 4.5 Pola jawaban konsep hukum pascal
Konsep hukum pascal yang sebenarnya yaitu ketika tekanan pada zat
cair yang tertutup akan diteruskan sama besar sehingga tekanan yang
dihasilkan tetap sama walaupun dengan lubang yang lebih besar. Konsep ini
arah 198
yang sama besar kesegala arah”
PhET simulation,
simulation banyak peserta didik yang sudah memahami konsep hukum
198
Walker Op.,Cit h.393
David Halliday, Robert Resnick, and Jearl Walker.,
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rina
Ning Tyas,dkk yang menemukan pada konsep hukum pascal peserta didik
yang bekerja pada dua sisi bejana berhubung tertutup sama disebabkan
tersebut menurun.199
didik memberikan jawaban yang berbeda dengan konsepsi ilmiah yang mana
mengungkapkan bahwa pada bidang datar dan massa jenis yang sama bentuk
bejana berhubung yang besar akan memiliki tekanan yang besar. Pola jawaban
peserta didik dalam hal ini diduga sebabkan karena pemikiran peserta didik
199
Rina Ning Tyas, Sukisno, and Mosik, ‘Penggunaan Strategi Poe (Predict-Observe-Explain)
Untuk Memperbaiki Miskonsepsi Fisika’, Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah
Semarang, 1.1 (2013). h.40
200
Wartono, Anisa Matinu Saifullah, and Sugiyanto, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X
Pada Materi Fluida Statis Dengan Instrumen Diagnostik Three-Tier’, Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran, 23.1 (2016). h.23
yang mendapat
endapat informasi tidak lengkap,
lengkap, atau menurut Suparno disebabkan
Berikut pola jawaban peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada sub
bejana berhubung dengan bidang datar dan massa jenis sama akan memilki
tekanan yang sama walaupun dengan bentuk yang berbeda. Setelah diberikan
remediasi
iasi menggunakan model PDEODE
P berbantu PhET simulation
simulation, banyak
201
Paul Suparno., Op.,Cit h.55
disebabkan peserta didik telah mengukur sendiri secara langsung salah satu
PhET simulation.
benda tersebut tenggelam dikarenakan massa jenis benda kurang dari massa
jenis air sedangkan benda terapung jika massa jenis benda lebih besar dari
massa jenis air dan ketika melayang massa jenis benda sama dengan massa
intuisi peserta didik yang salah yang mana hanya melihat dari gambar saja
atau peserta didik hanya menebak jawaban dan alasan jawaban dilihat dari
tingkat keyakinan CRI peserta didik selain itu disebabkan metode ceramah
yang digunakan guru. Menurut Rudi dan Alimufi bahwa metode ceramah
penelitian yang dilakukan oleh Rukmana bahwa pada sub konsep hukum
202
Rudi Kurniawan and Alimufi Arief, ‘Identifikasi Miskonsepsi Hukum Newton Tentang Gerak
Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten Nganjuk’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika
(JIPF), 4.2 (2015). h.1
benda dalam fluida.203 Berikut pola jawaban peserta didik yang mengalami
benda lebih dari massa jenis fluida, sedangkan benda terapung karena massa
jenis benda kurang dari massa jenis fluida, benda dapat melayang karena
massa jenis benda sama dengan massa jenis fluida. Konsep ini juga dijelaskan
203
Diki Rukmana, ‘Identifikasi Miskonsepsi Pada Materi Prinsip Archimedes Di SMK Dengan
Menggunakan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat’, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika
Fisika, 2.2
(2017). h.40
sebagian dalam suatu fluida benda itu akan mendapatkan gaya keatas sebesar
Archimedes sebesar 45.32 %. hal ini disebabkan peserta didik telah mengukur
sendiri secara langsung salah satu animasi yang mempuyai jenis benda
tertentu dan berbeda-beda untuk dapat dilihat keadaan benda didalam fluida
akan besar sedangkan pada pipa yang kecil maka kecepatannya akan kecil.
Miskonsepsi tersebut diduga disebabkan peserta didik itu sendiri. Selain itu,
menurut Repi dalam Diar,dkk informasi yang diterima peserta didik tidak
204
Giancoli C.Douglas .,Op.,Cit h.333
205
Diar Dwi Winarto, Edy Tandililing, and Syukran Mursyid, ‘Kerja Laboratorium Melalui Phet
Untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa SMP Pada Materi Hukum Archimedes’, Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran, 4.11 (2015). h.8
yang salah.206 Pemikiran intuisi dapat mempengaruhi peserta didik dalam
memberi alasan. Dalam hal ini terjadi pada konsep kontinuitas dimana peserta
kontinuitas yaitu :
jika pipa (luas permukaan) yang besar maka kecepatannya akan kkecil
sedangkan pipa (luas permukaan) yang kecil maka kecepatannya akan besar.
206
Paul Suparno., Op.,Cit
.,Cit h.53
dari persamaan tersebut terlihat bahwa luas permukaan berbanding terbalik
didik sebesar 44.78%. hal ini disebabkan peserta didik telah mengukur sendiri
secara langsung salah satu animasi yang menyerupai aliran seperti sungai
terlihat pada peserta didik yang menganggap bahwa kelajuan fluida kecil pada
pipa dengan luas penampang kecil sehingga tekanan yang dihasilkan akan
kecil. Miskonsepsi yang terjadi pada sub konsep prinsip bernoulli sebesar
menganalisis serta peserta didik hanya menebak saja jawaban dan alasan
jawaban ditunjukkan pada tingkat keyakinan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fitri Nurul Sholihat,dkk bahwa miskonsepsi yang dialami
207
Mikrajuddin Abdullah. Op.,Cit h.264
208
Fitri Nurul Sholihat, Achmad Samsudin, Muhamad Gina Nugraha., Op.,Cit h.179
Berikut pola jawaban peserta didik yang mengalami miskonsepsi pad
pada sub
dihasilkan akan besar dan kelajuan fluida besar pada pipa dengan luas
maka tekanan rendah sedangkan pada kecepatan fluida rendah maka ttekanan
tinggi”.209
209
Giancoli C.Douglas .,Op.,Cit
., h.341
Setelah diberikan remediasi menggunakan model PDEODE berbantu
PhET simulation, banyak peserta didik yang sudah memahami konsep prinsip
Hal ini disebabkan peserta didik telah mengukur sendiri secara langsung salah
D. Temuan Penelitian
model PDEODE berbantu PhET simulation pada materi fluida. Hal ini
dibuktikan dari peningkatan nilai rata-rata pretest dan nilai rata-rata posttest
simulasi interaktif, alat peraga dan alat belajar lainnya dapat meremediasi
210
Marselius Riko., Op.,Cit h.2
BAB V
A. Kesimpulan
sebesar 51.96% dan tiap peserta didik sebesar 47.67%, Pada uji hipotesis
diperoleh nilai thitung sebesar 12.15 yang lebih besar dari ttabel sebesar 1.697
Gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.414 yang mana dalam kategori sedang.
B. Implikasi
berkelanjutan apabila tidak segera diatasi. Oleh karena itu, guru ataupun
berimplikasi pada hasil belajar peserta didik yang rendah sehingga perlu
C. Saran
Abdullah, Mikrajuddin, Fisika Dasar 1 Edisi Revisi (Catatan Kuliah Program Studi
Fisika: ITB, 2016)
Aldila, Widya Yanuike, Woro Setyarsih, and Abd. Kholiq, ‘Penggunaan PhET
Simulation Dalam ECIRR Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Fluida Dinamis’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5 (2016)
Annisak, Wiricha, Astalini, and Haerul Pathoni, ‘Desain Pengemasan Tes Diagnostik
Miskonsepsi Berbasis CBT (Computer Based Test)’, EduFisika, 2 (2017)
Ardiyan, Farid Rahmat, ‘Pengaruh Strategi Pembelajaran PDEODE ( Predict –
Discuss – Explain – Observe – Discuss - Explain ) Terhadap Hasil Belajar
SISWA Kelas X Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Macam-Macam Gerbang
Dasar Rangkaian Logika Di SMK Negeri 2 Surabaya’, Jurnal Pendidikan Teknik
Elektro, 4 (2015)
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: PT.
Remaja Rosdkarya, 2011)
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2 (Jakarta: Bumu
Aksara, 2012)
———, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2013)
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Gravindo
Persada, 2013)
Asyhari, Ardian, Irwandani Irwandani, and Herli Candra Saputra, ‘Lembar Kerja
Instruksi Konseptual Berbasis Phet: Mengembangkan Bahan Ajar Untuk
Mengkonstruksi Konsep Siswa Pada Efek Fotolistrik’, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika Al-Biruni, 5 (2016)
Atmoko, Prayogi Mega Suci, and Wasis, ‘Penerapan Pembelajaran Guided Discovery
Dengan Metode Demonstrasi Menggunakan PhET Simulation Dalam
Menurunkan Miskonsepsi Siswa Pada Materi Listrik Dinamis Di Kelas X
SMAN 1 Tegaldlimo , Banyuwan’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 4
(2015)
Budianto, Anang, and Maya Istyadji, ‘Komparasi Hasil Belajar ANtara Strategi
Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE) Berbasis
Laboratorium Dan Berbasis Multimedia Pada Pembelajaran Kelarutan Dan Hasil
Kali Kelarutan’, Quantum, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 6 (2015)
Costu, Bayram, ‘Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy : Helping
Students Make Sense of Everyday Situations’, Eurasia Journal Of Mathematics
Science & Technology Education, 4 (2008)
Daryanto, Media Pembelajaran (Bandung: Satu Nusa, 2010)
Dauglas, Giancoli, C, Fisika Edisi Kelima Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2001)
Dewanti, Larasati Ayu, and Siti Nurul Hidayat, ‘Penerapan Pembelajaran IPA
Dengan Sytategi PDEODE Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Perubahan Fisika Dan Perubahan Kimia Kelas VII SMP’, Jurnal Pendidikan
Sains, 6 (2018)
Dewi, Suci Zakiah, and Andi Suhandi, ‘Penerapan Strategi Predict , Discuss , Explain
, Observe , Discuss , Explain ( PDEODE ) Pada Pembelajaran IPA SD Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Menurunkan Kuantitas Siswa Yang
Miskonsepsi Pada Materi Perubahan Wujud Benda Di Kelas V’, Eduhumaniora:
Jurnal Pendidikan Dasar, 8 (2016)
Diani, Rahma, ‘Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbantukan LKS Terhadap Hasil
Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI SMA Perintis 1 Bandar Lampung’, Jurnal
Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5 (2016)
Diani, Rahma, Yuberti, and Shella Syafitri, ‘Uji Effect Size Model Pembelajaran
Scramble Dengan Media Video Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik
Kelas X MAN 1 Pesisir Barat’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 5
(2016)
Dipalaya, Tismi, Herawati Susilo, and Aloysius Duran Corebima, ‘Pengaruh Strategi
Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Exolain-Observe-DiscussS- Explain)
Pada Kemampuan Akademik Berbeda Terhadap Keterampilan Komunikasi
Siswa’, Jurnal Pendidikan, 1 (2016)
Erina, Richie, and Heru Kuswanto, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Instad Terhadap
Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Fisika Di SMA’, Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2015)
Erza, Farizzatul, and Harun Nasrudin, ‘Capaian Keterlaksanaan Strategi Predict
Discuss Explain Observe Discuss Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi
Miskonsepsi Siswa Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMAN 1
Krembung Sidoarjo’, UNESA Journal of Chemical Education, 6 (2017)
Fariyani, Qisthi, Ani Rusilowati, and Sugianto, ‘Pengembangan Four-Tier Diagnostic
Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X’, Journal of
Innovative Science Education, 4 (2015)
Fatimah, Sri Wulan Siti, Agus Martono, and Hadiansah, ‘Pengaruh Strategi PDEODE
(Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) Terhadap Penguasaan
Konsep Siswa Pada Materi Organisasi Kehidupan’, Jurnal Program Studi
Pendidikan Biologi, 5 (2015)
Fithriani, Syarifah Lely, A Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Penggunaan Media Simulasi
PhET Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Ketrampilan
Berfikir Kritis Siswa Pada Pokok Bahasan Kalor Di SMA Negeri 12 Banda
Aceh’, 4 (2016)
Fitria, Analisa, ‘Miskonsepsi Mahasiswa Dalam Menentukkan Grup Pada Struktur
Aljabar Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Di Jurusan
Pendidikan Matematika IANI Antasari’, Jurnal JPM IANIN Antasari, 1 (2014)
Fitriyah, Nurul, and Sukarmin, ‘Penerapan Media Animasi Untuk Mencegah
Miskonsepsi Pada Materi Pokok Asam-Basa Di Kelas XI SMAN 1 Menganti
Gresik’, Unesa Journal Of Chemical Education, 2 (2013)
Foster, Colin, ‘Creationism as a Misconception: Socio-Cognitive Conflict in the
Teaching of Evolution’, International Journal of Science Education, 34 (2012)
Habibbulloh, Muhammad, Budi Jatmiko, and Wahono Widodo, ‘Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Model Guided Discovery Berbasis Lab Virtual Untuk
Mereduksi Miskonsepsi Siswa SMK Topik Efek Fotolistrik’, Jurnal Penelitian
Fisika Dan Aplikasinya, 7 (2017)
Halliday, David, Robert Resnick, and Jearl Walker, Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid
1 (Jakarta: Erlangga, 2010)
Hastuti, Wahyu Juli, Suyono, and Sri Poedjiastoeti, ‘Prevensi Miskonsepsi Siswa
Pada Konsep Reaksi Redoks Melalui Modified Inquiry Models’, JPPS (Jurnal
Penelitian Pendidikan Sains), 3 (2014)
Hono, Agus Sri, and Leny Yuanita, ‘Penerapan Model Learning Cycle 7E Untuk
Memprevensi Terjadinya Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks’,
(JPPS) Jurnal Penelitian Pendidikan Sains, 3 (2014)
Irsanti, Riska, Ibnu Khaldun, and Latifah Hanum, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Four- TierDiagnostic Test Pada Materi Larutan Elektrolit Dan
Larutan Non Elektrolit Di Kelas X SMA Islam Al-Falah Kabupaten Aceh Besar
Abstrak Pendahuluan Metode Penelitian’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kimia (JIMPK), 2 (2017)
Irwan, Syafmawandi, Thamrin, and Khairi Budayawan, ‘Kontribusi Partisipasi Aktif
Siswa Dan Fasilitas Praktikum Teradap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran
Teknik Kerja Bengkel (TKB) Kelas X Jurusan Teknik Audio Video Di SMK
Negeri 1 Batipuh’, Jurnal Volasional Teknik Elektronika & Informatika, 4
(2016)
Ishaq, Muhammad, Fisika Dasar Edisi 2 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)
Iswana, Lia Fitrah, Woro Setyarsih, and Abd Kholiq, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Materi Fluida Dinamis Melalui Instrumen Three-Tier Diagnostic Test’, Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5 (2016)
Jauhari, Tantawi, Hikmawati, and Waahyudi, ‘Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Berbantuan Media Phet Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas X SMAN 1 Gunungsari Tahun Pelajaran 2015 / 2016’, Jurnal Pendidikan
Fisika Dan Teknologi, II (2016)
Khairati, Inni Amarta, Selly Feranie, and Saeful Karim, ‘Penerapan Strategi
Metakognisi Pada Cooperative Learning Untuk Mengetahui Profil Metakognisi
Dan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis’, Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 2 (2016)
Kolari, Samuli, Carina Savander-ranne, and Juho Tiili, ‘Enhancing Engineering
Students ’ Confidence Using Interactive Teaching Methods - Part 2 : Post-Test
Results for the Force Concept Inventory Showing Enhanced Confidence’, 4
(2005)
Kulsum, U, and S.E Nugroho, ‘Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Problem
Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan
Komunikasi Ilmiah Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika’, Unnes Physics
Education Journal, 3 (2014)
Kurniawan, Rudi, and Alimufi Arief, ‘Identifikasi Miskonsepsi Hukum Newton
Tentang Gerak Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten Nganjuk’,
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 4 (2015)
Latifah, Sri, ‘Implementasi Pembelajaran Bervisi SETS Di Sekolah’, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi, 3 (2014)
———, ‘Pengembangan Modul IPA Terpadu Terintegrasi Ayat-Ayat Al-Qur’an Pada
Materi Air Sebagai Sumber Kehidupan’, Jurnal Ilmiah Fisika Al-BiRUNi, 4
(2015)
Lebdiana, R, N Sulhadi, and Hindarto, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Materi Suhu Dan Kalor Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) Untuk
Meremediasi Miskonsepsi Siswa’, Unnes Physics Education Journal, 4 (2013)
Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Martinez-Borreguero, Guadalupe, Ángel Luis Pérez-Rodríguez, María Isabel Suero-
López, and Pedro José Pardo-Fernández, ‘Detection of Misconceptions about
Colour and an Experimentally Tested Proposal to Combat Them’, International
Journal of Science Education, 35 (2013)
Martono, Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Dan Analisis Data
Sekunder (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2012)
Megawati, Muslimin Ibrahim, and Tjipto Haryono, ‘Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA Dengan Strategi Predict-Discus-Explain (PDEODE) Untuk
Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa SMP’, JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan
Sains), 7 (2017)
Mursalin, ‘Model Remediasi Miskonsepsi Materi Rangkaian Listrik Dengan
Pendekatan Simulasi PhET’, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 (2013)
Murwani, Rian, Dr. H. Muh. Anas M.Si, and Drs. La Tahang M.Pd, ‘Penerapa
Strategi Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-
Explain Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMKS Kelautan Dan
Perikanan Kendari Pada Materi Pokok Usaha, Daya Dan Energi’, Jurnal
Penelitian Pendidikan Fisika Konsentrasi Vokasional Teknik Elektro, 2017
Narbuko, Cholid, and Abu Achmadi, Metodologi Penelitan (Jakarta: Bumi Aksara,
2015)
Ning Tyas, Rina, Sukisno, and Mosik, ‘Penggunaan Strategi Poe (Predict-Observe-
Explain) Untuk Memperbaiki Miskonsepsi Fisika’, Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang, 1 (2013)
Nurhayati, Anita, Lia Angraeni, and Ira Nofita Sari, ‘Pelatihan Penggunaan Software
PhET Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Implementasi Kurikulum 2013 Bagi
Guru IPA Di Kota Pontianak’, GERVASI, 1 (2017)
Nursinar, ‘Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Sekolah Dasar’, Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial,sains Dan Humaniora, 3
(2017)
Nurussaniah, Wahyudi, and Novi Sri Hidayati, ‘Efektivitas Penggunaan Booklet
Untuk Meremediasi Kesalahan Siswa Pada Materi Pemuaian Zat DiKelas VII
SMP Negeri 1 Tangaran Kabupaten Sambas’, JEMS (Jurnal Edukasi
Matematika Dan Saains), 4 (2011)
Oktavia, Fonna, ‘Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Physics
Education Technology (PhET) Interactive SIimulation Dan Microsoft
Powerpoint Di SMAN 4 Banda Aceh’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Pendidikan Fisika, 1 (2016)
Pebriyanti, Dwi, Hairunnisyah Sahidu, and Sutrio Sutrio, ‘Efektifitas Model
Pembelajaran Perubahan Konseptual Untuk Mengatasi Miskonsepsi Fisika Pada
Siswa Kelas X Sman 1 Praya Barat Tahun Pelajaran 2012/2013’, Jurnal
Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 1 (2015), 92–96
Perkins, Katherine, Wendy Adams, Michael Dubson, and Noah Finkelstein, ‘PhET :
Interactive Simulations for Teaching and Learning Physics’, The Physics
Teacher, 2006
Prihatiningtyas, S, T Prastowo, and B Jatmiko, ‘Implementasi Simulasi Phet Dan Kit
Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Pokok
Bahasan Alat Optik’, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2 (2013)
Putra, Irsyaf Eka, Adlim, and A Halim, ‘Analisis Miskonsepsi Dan Upaya Remediasi
Pembelajaran Listrik Dinamis Dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Lectora Inspire Dan PhET Simulation Di SMAN Unggul Tunas Bangsa’, Jurnal
Pendidiikan Sains Indonesia, 4 (2016)
Rahayu, Alvi Dwi Puri, and Harun Nasrudin, ‘Penerapana Strategi Konstruktivis
Untuk Mereduksi Miskonsepsi Level Sub-Mikroskopik Siswa Pada Materi
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo’, UNESA Journal
of Chemistry Education, 3 (2014)
Rahayu, Rahmatika, ‘Analisis Kualitas Soal Pra Ujian Nasional Mata Pelajaran
Ekonomi Akuntansi’, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, XIV (2016)
Resbiantoro, Gaguk, and Aldila Wanda Nugraha, ‘Miskonsepsi Mahasiswa Pada
Konsep Dasar Gaya Dan Gerak Untuk Sekola Dasar’, Jurnal Pendidikan Sains
(JPS), 5 (2017)
RI, Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro,
2012)
Riko, Marselius, ‘Remediasi Miskonsepsi Rangkaian Listrik DC Menggunakan
Model POE Berbantuan PhET Dan Alat Peraga Di SMA’, Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran, 7 (2018)
Rolahnoviza, Gestri, Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di SMP N
4 Penukal Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Pendopo (Skripsi,
2017)
Rukmana, Diki, ‘Identifikasi Miskonsepsi Pada Materi Prinsip Archimedes Di SMK
Dengan Menggunakan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat’, Jurnal
Wahana Pendidikan Fisika, 2 (2017)
Rusilowati, Ani, ‘Pengembangan Tes Diagnostik Sebagai Alat Evaluasi Kesulitan
Belajar Fisika’, in Prosiding Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika,
2015, VI
Samidi, ‘Pegaruh Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership Terhadap
Kreativitas Belajar Matematika Pada Siswa SMP Negeri 29 Medan T.P
2013/2014’, Jurnal EduTech, 1 (2015)
Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, Proosedur (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013)
Sanyoto, Elita Dwi, Woro Setyarsih, and Abd Kholiq, ‘Penerapan Model
Pembelajaran Interactive Demonstration Berbantuan Media Simulasi Virtual
Untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Suhu, Kalor, Dan
Perpindahan Kalor’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5 (2016)
Saputra, Hendri, A Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Children Learning in Science ( CLIS )
Berbasis Simulasi Komputer Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis’, Jurnal
Pendidikan Sains Indonesia (JPSI), 1 (2013)
Saregar, Antomi, ‘Pembelajaran Pengantar Fisika Kuantum Dengan Memanfaatkan
Media Phet Simulation Dan LKM Melalui Pendekatan Saintifik: Dampak Pada
Minat Dan Penguasaan Konsep Mahasiswa’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika
Al-Biruni, 5 (2016)
Sari, Dyah Permata, Achmad Lutfi, and Ahmad Qosyim, ‘Uji Coba Pembelajaran
IPA Dengan LKS Sebagai Penunjang Media Virtual PhET Untuk Melatih
Ketrampilan Proses Pada Materi Hukum Archimedes’, Jurnal Pendidikan Sains
E-Pensa, 1 (2013)
Sdarmi, Nym, Ni Kt Suarni, and I Kt Dibia, ‘Pengaruh Model Pembelajaran
PDEODE Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Di Gugus V
Kecamatan Seririt’, Jurnal JJPGSD, 1 (2013)
Septiana, Dwi, Zulfiani, and Meiry Fadila Noor, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Pada Konsep Archaebacteria Dan Eubacteria Menggunakan Two-Tier Multiple
Coice’, Edusains, VI (2014), 192–200
Setiya, Elnatan, Andi Subekti, and Titin Sunarti, ‘Penerapan Model Pembelajaran
Guided Discovery Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Pada
Materi Kalor Di Kelas X SMAN 1 Nganjuk’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika
(JIPF), 5 (2016)
Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan (Bandung:
Kencana Prenada Media Group, 2013)
Sheftyawan, Widya Bratha, Trapsilo Prihandono, and Albertus Djoko Lesmono,
‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test Pada
Materi Optik Geometri’, Jurnal Pembelajaran Fisika, 7 (2018)
Shofiyah, Noly, ‘Penerapan Model Pembelajaran Modified Free Inquiry Untuk
Mereduksi Miskonsepsi Mahasiswa Pada Materi Fluida’, SEJ (Science
Education Journal), 1 (2017)
Sholihat, Fitri Nurul, Achmad Samsudin, and Muhamad Gina Nugraha, ‘Identifikasi
Miskonsepsi Dan Penyebab Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier
Diagnostic Test Pada Sub-Materi Fluida Dinamik: Azas Kontinuitas’, Jurnal
Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 3 (2017), 175–80
Simbolon, Erin Radien, and Fransisca Sudargo Tapilouw, ‘Pengaruh Pembelajaran
Berbasis Masalah Dan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Berpikir Kritis
Siswa SMP’, EDUSAINS, VII (2015)
Siregar, Wita Loka Rizki, ‘Keefektifan Model Pembelajaran Predict-Discuss-Explain-
Observe-Discuuss-Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa
Pada Pemahaman Konseptual Materi Buffer’, in Prosiding SEMIRATA 2015
Bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2015
Sri, Tabitha, and Hartati Wulandari, ‘Penerapan Strategi PDEODE Dalam Mengatasi
Miskonsepsi Dan Meningkatkan Ktrampilan Berfikir Kritis Pada Botani
Tumbuhan Rendah’, in Prosiding Seminar Biologi, 2013
Subagyo, Arif Imam, Suyono, and Tukiran, ‘Penerapan Modified Inquiry Models
Untuk Mencegah Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Kesetimbangan Kimia’,
JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains), 3 (2014)
Sugiana, I Nyoman, Ahmad Harjono, Hairunnisyah Sahidu, and G Gunawan,
‘Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Media Laboratorium
Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Pada Materi Momentum Dan
Impuls’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, II (2016)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan RnD (Bandung: Alfabeta,
2011)
Suparno, Paul, Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika
(Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2013)
Supriyati, ‘Pengembangan Model Pembelajaran POEW Untuk Mendapatkan
Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Materi Suhu Dan Kalor’, Jurnal
Pendidikan Fisika, 3 (2015)
Suryabrata, Sumadi, Metodelogi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013)
Susanti, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan CTL
Untuk Meminimalisir Miskonsepsi Fluida Dinamis’, JPPS (Jurnal Penelitian
Pendidikan Sains), 2 (2013), 224–30
Syahrul, Dimas Adiansyah, and Woro Setyarsih, ‘Identifikasi Miskonsepsi Dan
Penyebab Miskonsepsi Siswa Dengan Three-Tier Diagnostic Test Pada Materi
Dinamika Rotasi’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 4 (2015), 67–70
Tarmizi, Abdul Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Penggunaan Metode Eksperimen Untuk
Mengatasi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada
Materi Rangkaian Litrik Di SMA Negeri 1 Jaya Kabupaten Aceh Jaya’, 1 (2017)
Taufiq, Muhamad, ‘Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Pada
Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E’,
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1 (2012), 198–203
<https://doi.org/10.15294/jpii.v1i2.2139>
Trisna, Kartika Feby, and Alimufi Arief, ‘Penerapan Model Pembelajaran Diskusi
Kelas Dengan Tipe Beach Ball Untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa Kelas XI
Materi Kalor SMAN 1 Driyorejo Gresik’, Jurnal Inovasi Pendiidikan Fisika
(JIPF), 6 (2017)
Ulmi, Nabila, ‘Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa
Inggris Melalui Metode Totally Physical Response (TPR) Bagi Anak Autisme
(Single Subject Research ) Di Kelas IV SLB YPPA Padang’, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus, 1 (2013)
Uno, Hamzah B, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
Kreatif Dan Efektif (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012)
———, Profesi Kependidikan Solusi Dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia
(Gorontalo: PT. Bumi Aksara, 2012)
Utami, Rizky Dayu, Salamah Agung, and Evi Sapinatul Bahriah, ‘Analisis Pengaruh
Gender Terhadap Miskonsepsi Siswa SMAN Di Kota Depok Dengan
Menggunakan Tes Diagnostic Two-Tier’, 2017
Utari, Yani Putri, Eko Setyadi Kurniawan, and Siska Desy Fatmaryanti,
‘Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Online Prezi Dalam Pokok Bahasan
Alat Optik Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran
2013/2014’, Radiasi, 5 (2014)
Wahyuningsih, Tri, Trustho Raharjo, and Dyah Fitriana Masithoh, ‘Pembuatan
Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI’, Jurnal Pendidikan Fisika, 1
(2013)
Wartono, Anisa Matinu Saifullah, and Sugiyanto, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Kelas X Pada Materi Fluida Statis Dengan Instrumen Diagnostik Three-Tier’,
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 23 (2016)
Winarto, Diar Dwi, Edy Tandililing, and Syukran Mursyid, ‘Kerja Laboratorium
Melalui Phet Untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa SMP Pada Materi Hukum
Archimedes’, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 4 (2015)
Wulandari, Raden Raisa, and Fauzi Bakri, ‘Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE
Terhadap Hasil Belajar Kognitif Fisika Siswa SMA’, in Prosiding Seminar
Nasional Fisika (E-Journal) SNF, 2015, IV
Yance, Rinta Doski, Ermaniati Ramli, and Fatni Mufit, ‘Pengaruh Penerapan Model
Project Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Batipuh Kabupaten Tanah Datar’, Pillar of Physics
Education, 1 (2013)
Young, and Freedman, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1 (Jakarta: Erlangga,
2001)
Yudhittiara, Rika Febriani, Nathan Hindarto, and Mosik, ‘Identifikasi Miskonsepsi
Menggunakan CRI Dan Penyebabnya Pada Materi Mekanika Fluida Kelas XI
SMA’, Unnes Physics Education Journal, 5 (2016)
Zaleha, Achmad Samsudin, and Muhamad Gina Nugraha, ‘Pengembangan Instrumen
Tes Diagnostik VCCI Bentuk Four-Tier Test Pada Konsep Getaran’, Jurnal
Pendidikan Fisika Dan Keilmuan (JPFK), 3 (2017)
Zulvita, Ria, A Halim, and Elisa, ‘Identifikasi Dan Remediasi Miskonsepsi Konsep
Hukum Newton Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di MAN
Darussalam’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Fisika, 2 (2017)