Anda di halaman 1dari 160

REMEDIASI MISKONSEPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN ( PDEODE)
BERBANTU PhET SIMULATION
PADA MATERI FLUIDA

(SKRIPSI)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Fisika

Oleh :

YANDA MEILYA ANGGRAENI


NPM : 1411090074

Jurusan : Pendidikan Fisika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN INTAN
LAMPUNG
1439 H/2018 M
REMEDIASI MISKONSEPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN ( PDEODE)
BERBANTU PhET SIMULATION
PADA MATERI FLUIDA

(SKRIPSI)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Fisika

Oleh :

YANDA MEILYA ANGGRAENI

NPM :1411090074

Jurusan : Pendidikan Fisika

Pembimbing I : Sri Latifah, M.Sc.

Pembimbing II : Rahma Diani, M.Pd.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN INTAN
LAMPUNG
1439 H/2018 M
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model PDEODE berbantu


PhET simulation dalam menurunkan miskonsepsi pada materi fluida. Metode yang
digunakan kuantitatif, bentuk penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu
(Pre-Experimental Design) dengan desain yang digunakan One Group Pretest-
Postest design. Sampel penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 diambil melalui teknik
simple random sampling.
Tes yang digunakan berupa pilihan ganda bertingkat bentuk four tier diagnostic
test dilengkapi certainty of response index (CRI) ) merupakan tes empat tingkat yang
dilengkapi tingkat keyakinan yang terdiri atas 20 butir soal penelitian.
Berdasarkan analisis data terjadi penurunan rata-rata presentase miskonsepsi
tiap sub konsep sebesar 51.96% dan tiap peserta didik sebesar 47.67%. Serta hasil
rata-rata nilai N-gain yang diperoleh sebesar 0,414 % dan berada dalam kategori
sedang. Hasil uji-t menunjukan thitung sebesar 12.15 lebih besar ttabel sebesar 1.697
dengan = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Remediasi miskonsepsi
memberikan konstribusi peningkatan hasil belajar peserta didik dari 16.87% menjadi
26.43%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan menggunakan model
Predict- Discuss- Explain- Observe- Discuss- Explain (PDEODE) berbantu PhET
simulation efekrif dalam meremediasi miskonsepsi pada materi fluida.

Kata Kunci : Miskonsepsi, Model PDEODE, PhET Simulation, Fluida


MOTTO

Bersungguh-sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan

kebosanan karena jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan

(Imam Al-Ghazali)

So..

Jika mau bergerak atau berusaha, Tiada kata terlambat

untuk memulai suatu kebaikan.

(Penulis)
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :

1. Kedua orangtuaku Ibunda Purwati dan Bapak Suyoto yang sangat luar biasa

memberi motivasi serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang

tak mampu ku balas dengan apapun, yang selalu mendorongku untuk

menyelesaikan skripsi, tempatku merajuk dan mencurahkan setiap keluhan.

2. Kakak serta keluarga besarku dan sahabat-sahabatku alhamdulillah karya ini

kupersembahkan untuk kalian yang senantiasa tidak pernah lelah memberikan

motivasi kepadaku.

3. Anak-anak Pendidikan Fisika angkatan ’14, Semangat mencapai kesuksesan.


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yanda Meilya Anggraeni lahir pada tanggal 2 Mei 1996

didesa Wonokriyo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Anak kedua dari 2

bersaudara dari pasangan bapak Suyoto dan Ibu Purwati.

Riwayat pendidikan penulis tempuh dimulai dari tahun 2001 tepatnya di TK

Aisyiah Bustanul Atfal Wonokriyo dan selesai pada tahun 2003. Selanjutnya peneliti

melanjutkan pendidikan ke SD N 6 Wonodadi pada tahun 2003 dan selesai pada

tahun 2008. Setelah itu penulis melanjutkan ke SMP N 2 Gadingrejo dan selesai pada

tahun 2011. Kemudian penulis melanjutkan ke SMA N 2 Gadingrejo dan selesai

tahun 2014 dan setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di

Jurusan Pendidikan Fisika dan dan akan menyelesaikan Strata Satu (S1) dengan gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd) dari Universitas Islam Negeri Lampung pada tahun 2018.

Bandar Lampung, Oktober 2018

Penulis
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur hanya milik Allah SWT karena atas
pertolongan, rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program
studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah UIN (Universitas Islam Negeri) Raden
Intan Lampung. Sholawat dan salam kepada Rosulullah, keluarga dan para
sahabat, beserta orang-orang yang istiqomah mengikuti sunnahnya hingga akhir
zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
kerjasama, bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dengan segenap kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. DR. H. Chairul Anwar, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah
UIN (Universitas Islam Negeri) Raden Intan Lampung yang selalu siap
membantu dan memajukan Fakultas Tarbiyah
2. Ibu Sri Latifah, M.Sc. selaku pembimbing I yang selalu bijaksana
memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Rahma Diani, M.Pd. selaku pembimbing II sekaligus dosen dijurusan
Fisika yang telah mencurahkan perhatian, bimbingan, kesabaran, do’a dan
kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
4. Ibu Dr. Yuberti, M.Pd. selaku Ketua Program S1 Tadris Fisika-Tarbiyah UIN
(Universitas Islam Negeri) Raden Intan Lampung yang selalu memberikan
motivasi dan semangat bimbingan selama penulisan skripsi sehingga
penulisan skripsi ini berjalan lancar.
5. Staf Dosen Tadris Fisika-Tarbiyah UIN (Universitas Islam Negeri) Raden
Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama
mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi.
6. Staf Tata Usaha UIN Raden Intan Lampung yang telah banyak membantu
penulis selama mengikuti perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Hi. Kiagus Arif selaku kepala SMA Negeri 2 Gadingrejo yang
telah dengan bijaksana memberikan keluasan waktu dan mengizinkan kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Efrildasari, M.Pd selaku guru mata pelajaran Fisika yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan dan masukan serta nasehat kepada penulis
selama melakukan penelitian.
9. Seluruh karyawan dan pegawai Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Tarbiyah
yang telah memberikan pinjaman buku kepada penulis.
10. Rekan-rekan satu angkatan Jurusan Fisika 2014 terutama sahabat-sahabat ku
yang sangat membantu dan memotivasi Fisika B yang tak pernah lelah
menanyakan kelanjutan skripsi ini selama belum terselesaikan.
11. Saudara-saudara tercinta yang telah banyak memberikan dorongan, semangat,
kasih sayang dan bantuan baik secara moril maupun materil demi lancarnya
penyusunan skripsi ini.
12. Ayah, Ibu, dan keluarga besar atas jasa-jasanya, kesabaran, do’a, dan tidak
pernah lelah dalam mendidik dan memberi cinta yang tulus dan ikhlas kepada
penulis semenjak kecil.
13. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dengan adanya skripsi ini peneliti mengharapkan masukan yang


membangun karena skripsi ini masih banyak kekurangan dikarenakan
keterbatasan ilmu yang penulis miliki. penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
perbaikan untuk kedepannya. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada
penulis menjadi amalan yang akan mendapatan balasan dari Allah SWT.
Diakhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, Oktober 2018

Yanda Meilya Anggraeni


NPM. 1411090074
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i


ABSTRAK ........................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iv
MOTTO ............................................................................................................v
PERSEMBAHAN .............................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................1


B. Identifikasi Masalah ..............................................................................10
C. Pembatasan Masalah .............................................................................11
D. Rumusan Masalah .................................................................................11
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................12
F. Manfaat Penelitian .................................................................................12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritis
1. Hakikat Pembelajaran Fisika ..............................................................14
2. Konsep ................................................................................................17
3. Miskonsepsi ........................................................................................19
4. Model Pembelajaran PDEODE ..........................................................25
5. Media Laboratorium Virtual PhET Simulation .................................31
6. Materi Fluida ......................................................................................34
B. Hasil Penelitian yang Relavan ................................................................50
C. Kerangka Berfikir ....................................................................................53
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................54

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempan dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian ..............................................................................55
2. Waktu Penelitian ...............................................................................55
B. Metode Penelitian ..................................................................................55
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent) ...........................................................57
2. Variabel Terikat (Dependent) ............................................................57
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi .............................................................................................57
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .........................................58
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes .....................................................................................................59
2. Observasi ...........................................................................................59
3. Wawancara ........................................................................................60
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes ....................................................................................60
2. Instrumen Non Tes ............................................................................64
G. Pengujian Instumen
1. Uji Validitas .......................................................................................66
2. Uji Uji Reliabilitas .............................................................................67
3. Uji Tingkat Kesukaran .......................................................................69
4. Uji Daya Beda ...................................................................................70
5. Uji Tingkat Miskonsepsi ...................................................................71
H. Uji Analisis Data
1. Uji Gain Ternormalisasi ....................................................................72
2. Uji Normalitas ...................................................................................72
3. Uji Homogenitas ................................................................................74
4. Uji Hipotesis ......................................................................................74
5. Analisis Hasil Observasi ....................................................................77
6. Analisis Hasil Wawancara .................................................................77

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Coba Instrumen .............................................................. 78
2. Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran .............................................. . 81
3. Hasil Miskonsepsi peserta didik ................................................... 102
B. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data dan Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas ............................................................................... 110
2. Uji Homogenitas ........................................................................... 110
3. Uji Hipotesis ................................................................................. 111
C. Pembahasan ......................................................................................... 112
D. Temuan Penelitian ............................................................................... 132

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN


A. Kesimpulan ......................................................................................... 133
B. Implikasi .............................................................................................. 134
C. Saran .................................................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Presentase Miskonsepsi peserta didik ................................................ 4


Tabel 1.2 Data Nilai Rata-Rata Fisika Peserta Didik ......................................... 5
Tabel 3.1 Desain One-Group Pretest-Posttest Design ...................................... 56
Tabel 3.2 Hubungan Variabel X dan Y ............................................................... 57
Tabel 3.3 Daftar kelas Populasi ......................................................................... 58
Tabel 3.4 Analisis Kombinasi Jawaban pada Four-Tier Diagnostic Test ......... 63
Tabel 3.5 Kategori Skala Tingkat Keyakinan .................................................... 64
Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Lembar Observasi ............................................... 65
Tabel 3.7 Interprestasi Indeks Korelasi “r” Product Moment ............................ 67
Tabel 3.8 Kriteria Validasi ................................................................................. 67
Tabel 3.9 Kriteria Reliabilitas ............................................................................ 69
Tabel 3.10 Kriteria Tingkat Kesukaran .............................................................. 70
Tabel 3.11 Kriteria Daya Pembeda .................................................................... 71
Tabel 3.12 Kriteria Tingkat Miskonsepsi .......................................................... 71
Tabel 3.13 Kategori Nilai N-Gain ...................................................................... 72
Tabel 3.14 Kriteria Uji Homogenitas ................................................................. 74
Tabel3.15 Ketentuan Uji Hipotesis ................................................................... 76
Tabel 3.16 Skala Interprestasi Kriteria keterlaksanaan model ............................ 77
Tabel 4.1 Hasil uji validasi butir soal ................................................................ 78
Tabel 4.2 Hasil uji Reliabilitas ...........................................................................79
Tabel 4.3 Hasil uji Tingkat Kesukaran ..............................................................79
Tabel 4.4 Hasil uji daya beda .............................................................................80
Tabel 4.5 Presentase keterlaksanaan pembelajaran ...........................................82
Tabel 4.6 Kombinasi jawaban four tier diagnostic test .....................................103
Tabel 4.7 Skala tingkat keyakinan CRI .............................................................103
Tabel 4.8 Presentase penurunan miskonsepsi tiap sub konsep ..........................104
Tabel 4.9 Presentase penurunan miskonsepsi tiap peserta didik ........................105
Tabel 4.10 Profil miskonsepsi peserta didik ......................................................108
Tabel 4.11 Presentase hasil belajar ....................................................................109
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas ........................................................................110
Tabel 4.13 Hasil uji Homogenitas .....................................................................110
Tabel 4.14 Hasil uji Hipotesis ............................................................................111
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fluida dimasukkan ke dalam bejana berhubungan ........................ 36


Gambar 2.2 Penerapan Prinsip Pascal pada Lift Hidrolik .................................. 37
Gambar 2.3 Prinsip Hukum Archimedes ........................................................... 37
Gambar 2.4 Keadaan Benda Terapung, Tenggelam, dan Melayang .................. 38
Gambar 2.5 Gejala Kapilaritas ...................................................................................... 41
Gambar 2.6 Viskositas (Kekentalan fluida) ....................................................... 42
Gambar 2.7 Elemen Fluida Berupa Pipa Silinder .............................................. 43
Gambar 2.8 Penampang Pada Kontinuitas ......................................................... 43
Gambar 2.9 Air Yang Turun Dari Kran ............................................................. 44
Gambar 2.10 Aliran Fluida Pada Persamaan Bernoulli ...................................... 45
Gambar 2.11 Venturimeter Dengan Monometer ............................................... 46
Gambar 2.12 Venturimeter Tanpa Monometer .................................................. 46
Gambar 2.13 Bejana Dengan Lubang Aliran (teorema Torocelli) ..................... 47
Gambar 2.14 Tabung Pitot ................................................................................. 48
Gambar 2.15 Sayap Pesawat .............................................................................. 49
Gambar 2.16 Bentuk Kerangka Berfikir ............................................................ 54
Gambar 4.1 Simulasi percobaan PhET simulation fluida statik ......................... 85
Gambar 4.2 Simulasi percobaan PhET simulation fluida statik ........................ 90
Gambar 4.3 Simulasi percobaan PhET simulation fluida dinamik ..................... 95
Gambar 4.4 Simulasi percobaan PhET simulation fluida dinamik .....................100
Gambar 4.5 Pola jawaban konsep hukum Pascal ...............................................123
Gambar 4.6 Pola jawaban konsep Tekanan hidrostatis ......................................125
Gambar 4.7 Pola jawaban konsep hukum Archimedes ......................................127
Gambar 4.8 Pola jawaban prinsip Kontinuitas ...................................................129
Gambar 4.9 Pola jawaban prinsip Bernoulli ......................................................131
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar nama peserta didik .................................................................... 146


Lampiran 2 Silabus ................................................................................................. 147
Lampiran 3 RPP Penelitian .................................................................................... 151
Lampiran 4 Kisi-kisi Soal ....................................................................................... 184
Lampiran 5 Soal Prestest dan Posttest .................................................................... 187
Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal............................................................................. 200
Lampiran 7 Rekapitulasi Validasi Ahli ................................................................... 201
Lampiran 8 Uji Analisis Data Instrumen tes .......................................................... 206
Lampiran 9 Uji Prasyarat ........................................................................................ 210
Lampiran 10 Uji Hipotesis ..................................................................................... 213
Lampiran 11 Nilai pretest ....................................................................................... 214
Lampiran 12 Nilai Posttest ...................................................................................... 215
Lampiran 13 Uji N-Gain ......................................................................................... 216
Lampiran 14 Analisis Uji Miskonsepsi tiap peserta didik ...................................... 217
Lampiran 15 Analisis Uji Miskonsepsi per sub konsep ......................................... 218
Lampiran 16 Analisis Uji Tidak paham konsep per sub konsep............................. 218
Lampiran 17 Jawaban Lembar Kerja Peserta didik ............................................... 219
Lampiran 18 Rekapitulasi lembar observasi keterlaksanaan penelitian ................ 255
Lampiran 19 Hasil Wawancara keterlaksanaan penelitian .................................... 262
Lampiran 20 Dokumentasi proses pembelajaran .................................................... 264
Lampiran-lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saai ini, pendidikan memiliki peran penting dalam

tumbuh dan berkembangnya suatu bangsa. Sehingga perlu adanya

peningkatan mutu pendidikan,1 yang mana dapat mengembangkan potensi dan

kecerdasan intelektual seseorang melalui pendidikan disiplin ilmu.

Pendidikan tidak terlepas dari proses belajar, dimana didalamnya

terdapat kegiatan belajar mengajar. Salah satu sarana penunjang proses

pembelajaran dengan diadakannya pendidikan formal melalui sekolah.2 Proses

pembelajaran disekolah dilakukan agar peserta didik mendapatkan ilmu

pengetahuan baru dari apa yang dipelajarinya,3 serta mengembangkan ide,

gagasan dan pemahaman akan konsep yang telah mereka ketahui maupun

yang belum diketahui.

1
S Prihatiningtyas, T Prastowo, and B Jatmiko, ‘Implementasi Simulasi Phet Dan Kit Sederhana
Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Pokok Bahasan Alat Optik’, Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 2.1 (2013). h. 18
2
Rahma Diani, ‘Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbantukan LKS Terhadap Hasil Belajar Fisika
Peserta Didik Kelas XI SMA Perintis 1 Bandar Lampung’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni,
5.1 (2016), 83–93. h. 84
3
Rika Febriani Yudhittiara, Nathan Hindarto, and Mosik, ‘Identifikasi Miskonsepsi
Menggunakan CRI Dan Penyebabnya Pada Materi Mekanika Fluida Kelas XI SMA’, Unnes Physics
Education Journal, 5.1 (2016). h. 82
Menurut Soedjadi dalam Ibrahim konsep merupakan ide abstrak yang

mana penjelasannya berupa istilah atau rangkai kata.4 Pemahaman konsep

sangat penting dalam tahap awal berfikir, terlebih lagi pada bidang fisika

merupakan salah satu bidang sains yang menitikberatkan pada pemahaman

konsep daripada ingatan.5 Selain itu, fisika terdapat rumus, konsep, hukum,

prinsip serta peristiwa kehidupan sehari-hari dimana peserta didik dituntut

untuk memahami konsep bukan hanya sekedar mengetahui rumus saja.

Pengetahuan tersebut tidak begitu saja dituangkan dalam pemikiran

peserta didik, melainkan dikontruksi oleh peserta didik secara aktif.6 Sebelum

memperoleh pendidikan formal, peserta didik memiliki prakonsepsi dengan

pemahaman yang berbeda-beda terhadap konsep fisika. Dimana prakonsepsi

bisa saja sesuai dengan konsep ilmiah juga bisa mengalami penyimpangan.

Konsep awal yang menyimpang dari konsep ilmiah akan menjadi masalah,

terlebih pembelajaran sekarang yang cenderung berbasis hafalan rumus bukan

pemahaman konsep, maka semakin mengakibatkan adanya kesalahan konsep

pada peserta didik.

4
Megawati, Muslimin Ibrahim, and Tjipto Haryono, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran
IPA Dengan Strategi Predict-Discus-Explain (PDEODE) Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa
SMP’, JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains), 7.1 (2017). h. 1423.
5
Fitri Nurul Sholihat, Achmad Samsudin, and Muhamad Gina Nugraha, ‘Identifikasi
Miskonsepsi Dan Penyebab Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test Pada Sub-
Materi Fluida Dinamik: Azas Kontinuitas’, Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 3.2
(2017), 175–80. h. 176
6
Hendri Saputra, A Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Children Learning in Science ( CLIS ) Berbasis
Simulasi Komputer Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis’, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI),
1.1 (2013). h. 13
Kesalahan konsep atau miskonsepsi merupakan konsep awal yang

dipegang peserta didik, yang mana tidak selaras dengan konsepsi ilmiah atau

fisikawan.7 Penyebab miskonsepsi yang terjadi antara lain peserta didik, guru,

buku teks, konteks, serta metode mengajar.8

Miskonsepsi pada peserta didik sering terjadi pada materi fluida, yang

juga merupakan salah satu bidang mekanika, dimana mekanika mengalami

miskonsepsi terbesar. Menurut data yang telah diperoleh Wandersee, dkk pada

Suparno dalam artikelnya yang berjudul “Research on Alternatif Conceation

in Science,”yang diteliti dari 700 studi tentang konsep alternatif bidang fisika,

yaitu 300 mengenai miskonsepsi pada mekanika, 159 meneliti mengenai

listrik, 70 meneliti mengenai panas, optika, dan sifat-sifat materi, 35 mengenai

bumi dan antariksa, serta 10 meneliti mengenai fisika modern.9 Karena

melihat banyaknya miskonsepsi yang terjadi pada bidang sains sehingga

dibutuhkannya identifikasi miskonsepsi serta perlakuan dalam membenahi

miskonsepsi tersebut.

7
Guadalupe Martinez-Borreguero and others, ‘Detection of Misconceptions about Colour and an
Experimentally Tested Proposal to Combat Them’, International Journal of Science Education, 35.8
(2013). h.1300; Supriyati, ‘Pengembangan Model Pembelajaran POEW Untuk Mendapatkan
Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Materi Suhu Dan Kalor’, Jurnal Pendidikan Fisika, 3.2
(2015). h. 2
8
Tri Wahyuningsih, Trustho Raharjo, and Dyah Fitriana Masithoh, ‘Pembuatan Instrumen Tes
Diagnostik Fisika SMA Kelas XI’, Jurnal Pendidikan Fisika, 1.1 (2013), 111–17. h. 113
9
Ria Zulvita, A Halim, and Elisa, ‘Identifikasi Dan Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum
Newton Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di MAN Darussalam’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Fisika, 2.1 (2017), 128–34. h. 129
Berdasarkan pra penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 2

Gadingrejo, dengan mengidentifikasi miskonsepsi menggunakan four-tier

diagnostic test dilengkapi certainty of response index (CRI). Tes tersebut

merupakan tes pengembangan dari three-tier test dan terdapat confidence

rating (tingkat keyakinan) menggunakan CRI pada jawaban dan alasan

jawaban sehingga tingkat keyakinan lebih akurat.10 Tes four-tier diagnostic

dilakukan pada pada materi fluida kelas XI IPA 2, dapat dilihat dari tabel

sebagai berikut :

Tabel 1.1
Presentase Miskonsepsi peserta didik
Jumlah Peserta Didik dan Kategori Presentase (%)
PK TPK M
Sub Konsep No
Fluida Soal Jumlah Jumlah Jumlah
peserta % peserta % peserta %
didik didik didik
Tekanan
4 10 33.33 5 16.67 15 50.00
hidrostatis
Hukum Pascal 8 5 16.67 5 16.67 20 66.67
Hukum
10 6 20.00 7 23.33 17 56.67
Archimedes
Kapilaritas 12 13 43.33 10 33.33 10 23.33
Tegangan
14 12 40.00 10 33.33 8 26.67
Permukaan
Prinsip
21 7 23.33 5 16.67 18 60.00
Kontinuitas

Prinsip 16 4 13.33 7 23.33 19 63.33


Bernoulli 25 7 23.33 6 20.00 17 56.67

10
Zaleha, Achmad Samsudin, and Muhamad Gina Nugraha, ‘Pengembangan Instrumen Tes
Diagnostik VCCI Bentuk Four-Tier Test Pada Konsep Getaran’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan
Keilmuan (JPFK), 3.1 (2017), 36–42. h. 38
Berdasarkan tabel diatas yang menunjukkan miskonsepsi terbesar dari

masing-masing sub konsep fluida. Dapat diketahui, pada sub konsep tekanan

miskonsepsi yang terjadi sebesar 50.00% dari 15 peserta didik pada materi

bejana berhubung yang menganggap bahwa luas bejana berhubung datar

berpengaruh terhadap tinggi zat cair dan semakin luas bejana maka semakin

besar tekanan, serta pada hukum Pascal miskonsepsi yang terjadi sebesar

66.67% dari 20 peserta didik, yang menganggap bahwa tekanan terbesar

hanya mengarah ke bawah. Diperoleh juga pada prinsip Bernoulli

miskonsepsi yang terjadi sebesar 63.33% dari 19 peserta didik yang

menganggap bahwa semakin besar luas penampang pipa maka semakin besar

kecepatan dan semakin besar tekanan yang diberikan. Sedangakan pada sub

prinsip Kontinuitas miskonsepsi yang terjadi sebesar 60.00% dari 18 peserta

didik yang menganggap kecepatan besar pada luas permukaan yang besar dan

kecepatan kecil pada luas permukaan kecil pula. Miskonsepsi tersebut juga

menjadi salah satu penyebab hasil ulangan materi fluida, dengan diperoleh

data, yaitu :

Tabel 1.2 Data Nilai Rata-Rata Peserta Didik Bidang Studi


Fisika Kelas XI di SMA N 2 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2018/2019
NILAI Jumlah peserta
No Kelas KKM
>75 <75 Didik
1. XI IPA 1 75 17 13 30
2. XI IPA 2 75 11 19 30
3. XI IPA 3 75 14 16 30
4. XI IPA 4 75 11 18 29
(Sumber: Guru Fisika Kelas XI dan Daftar Nilai Ulangan Materi Fluida
Kelas XI Tahun Pelajaran 2018/2019)
Berdasarkan angket dan wawancara peserta didik maupun guru fisika.

Terdapat peserta didik yang menyukai pelajaran fisika, tetapi tidak sedikit

yang beranggapan bahwa fisika terdapat banyak rumus yang mengharuskan

untuk menghafalkannya. Dan pembelajaran dikelas masih didominasi oleh

guru sebagai sumber informasi (teacher center) yang menyebabkan peserta

didik kurang aktif, sehingga dapat mempengaruhi dalam memahami suatu

konsep. Padahal inti dari pola belajar ilmu fisika yaitu keaktifan dari peserta

didik itu sendiri.11

Diketahui pula peserta didik jarang menggunakan metode eksperimen

dan demonstrasi, salah satu penyebabnya yaitu keterbatasan alat. Pada materi

fluida eksperimen yang dilakukan hanya pada materi Archimedes. Sedangkan

banyak materi dalam fluida memerlukan penjelasan melalui pembuktian

dalam memperkuat pemahaman peserta didik. Eksperimen dan demonstrasi

berperan penting dalam kegiatan pembelajaran karena dapat menemukan

sendiri konsep yang dipelajari sehingga dapat membandingkan konsep awal

peserta didik pada gagasan ilmiah yang mengarah keperubahan konseptual.12

Miskonsepsi yang terjadi tersebut sulit dibenahi karena sifat resistan

tahan terhadap perubahan.13 Akan tetapi, masih diperlukkan upaya

11
Sri Latifah, ‘Implementasi Pembelajaran Bervisi SETS Di Sekolah’, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika ‘Al-BiRuNi, 3.1 (2014). h. 2
12
Colin Foster, ‘Creationism as a Misconception: Socio-Cognitive Conflict in the Teaching of
Evolution’, International Journal of Science Education, 34.14 (2012). h. 2171-2180
13
Alvi Dwi Puri Rahayu and Harun Nasrudin, ‘Penerapana Strategi Konstruktivis Untuk
Mereduksi Miskonsepsi Level Sub-Mikroskopik Siswa Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI
SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo’, UNESA Journal of Chemistry Education, 3.2 (2014). h.90
menurunkan miskonsepsi, yang mana proses pembelajaran membuat peserta

didik terlibat aktif, konflik kognitif, analogi, diskusi kelompok, metakognitif,

simulasi komputer, eksperimen,14 dan mengarahkan kepada konsep yang

sebenarnya. Jika miskonsepsi dibiarkan maka berdampak rendahnya hasil

belajar peserta didik karena terhambatnya proses pembelajaran serta

menggangu pemahaman pengetahuan baru pada proses belajar lebih lanjut.15

Salah satu upaya mengatasi miskonsepsi yaitu remediasi yang

merupakan kegiatan untuk memperbaiki pembelajaran yang kurang berhasil

dalam memahami materi pelajaran.16Remediasi dilakukan dengan menerapkan

model pembelajaran yang bervariatif. Pada penelitian sebelumnya remediasi

dengan penerapan model pembelajaran POE yang dapat menggali prakonsepsi

akan tetapi hanya terdiri dari 3 langkah saja, maka dalam mengatasi

miskonsepsi yang terjadi diduga kurang kompleks.17 Sehingga dibutuhkannya

model yang lebih kompleks yaitu dengan penerapan model pembelajaran

Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE).

14
Muhammad Habibbulloh, Budi Jatmiko, and Wahono Widodo, ‘Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Model Guided Discovery Berbasis Lab Virtual Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa
SMK Topik Efek Fotolistrik’, Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya, 7.1 (2017). h. 29 ; Elnatan
Setiya, Andi Subekti, and Titin Sunarti, ‘Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Untuk
Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Kalor Di Kelas X SMAN 1 Nganjuk’,
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5.3 (2016). h. 143
15
Analisa Fitria, ‘Miskonsepsi Mahasiswa Dalam Menentukkan Grup Pada Struktur Aljabar
Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Di Jurusan Pendidikan Matematika IANI Antasari’,
Jurnal JPM IANIN Antasari, 1.2 (2014). h.58
16
Ria Zulvita, A. Halim, Elisa, Op.,Cit, h. 131
17
Suci Zakiah Dewi and Andi Suhandi, ‘Penerapan Strategi Predict , Discuss , Explain , Observe
, Discuss , Explain ( PDEODE ) Pada Pembelajaran IPA SD Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Dan Menurunkan Kuantitas Siswa Yang Miskonsepsi Pada Materi Perubahan Wujud Benda Di Kelas
V’, Eduhumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar, 8.1 (2016). h. 14
Model Pembelajaran PDEODE terdapat 6 tahapan Predict, Discuss I,

Explain I, Observe, Discuss II, Explain II. Tahapan Model PDEODE tersebut

dapat membiasakan peserta didik untuk membentuk konsep-konsep ilmiah

sebab mampu berfikir mandiri, melaksanakan dan menyelidiki langsung suatu

percobaan, berdiskusi kelompok, serta mendapatkan konsep baru yang lebih

ilmiah karena konsep awal peserta didik dibandingkan dengan hasil

penyelidikan.18 Beberapa penelitian dari Solichah, dkk bahwa penerapan

model pembelajaran PDEODE efektif dalam menurunkan miskonsepsi.19

Dalam mendukung proses pembelajaran model PDEODE dimana

terdapat observe (percobaan) pada tahap pembelajarannya, maka diperlukan

media pembelajaran dalam percobaan yang mana dapat meningkatkan rasa

ingin tahu, pemahaman konsep, meningkatkan kreativitas sehingga membuat

peserta didik lebih tertarik dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam

kegiatan belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran yang masih bisa

melakukan percobaan tanpa menggunakan alat yang banyak yaitu media

PhET simulation yang dilengkapi lembar kerja peserta didik (LKPD).

18
Farid Rahmat Ardiyan, ‘Pengaruh Strategi Pembelajaran PDEODE ( Predict – Discuss –
Explain – Observe – Discuss - Explain ) Terhadap Hasil Belajar SISWA Kelas X Pada Kompetensi
Dasar Menerapkan Macam-Macam Gerbang Dasar Rangkaian Logika Di SMK Negeri 2 Surabaya’,
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 4.3 (2015). h. 682
19
Wita Loka Rizki Siregar, ‘Keefektifan Model Pembelajaran Predict-Discuss-Explain-Observe-
Discuuss-Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Pemahaman Konseptual
Materi Buffer’, in Prosiding SEMIRATA 2015 Bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas
Tanjungpura, Pontianak, 2015. h. 1424; Megawati, Muslimin Ibrahim, Tjipto Haryono, Op.,Cit,
h.1424
Simulasi Physics Education Technology (PhET) dibuat oleh University

of Colorado. PhET dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep,

menerima umpan balik, memberi pendekatan interaktif, konstruktivis, berpikir

kritis serta kreatif sebab PhET mengutamakan keterkaitan fenomena

kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari.20 Peserta didik terlibat aktif

dalam melakukan percobaannya, sehingga dapat membandingkan konsep

yang dimiliki dengan hasil percobaan yang telah dilakukan. Dalam penelitian

sebelumnya bahwa media PhET lebih efektif dibandingkan KIT sederhana,21

efesien serta produktif untuk mengembangkan pemahaman siswa secara

konseptual.22

Tidak hanya upaya menggunakan model dan media pembelajaran

dalam meremediasi miskonsepsi tetapi juga upaya peserta didik dalam proses

pembelajaran, sebagaimana dalam sebuah ayat Al-Qur’an bawasanya Allah

SWT akan merubah keadaan seseorang jika mereka berusaha mengubah

keadaan pada diri mereka sendiri dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11, yaitu :

20
Syarifah Lely Fithriani, A Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Penggunaan Media Simulasi PhET
Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berfikir Kritis Siswa Pada
Pokok Bahasan Kalor Di SMA Negeri 12 Banda Aceh’, 4.2 (2016). h. 46
21
S. Prihatiningtyas, T.Prastowo, B. Jatmoko, Op.,Cit, h. 20
22
Fonna Oktavia, ‘Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Physics Education
Technology (PhET) Interactive SIimulation Dan Microsoft Powerpoint Di SMAN 4 Banda Aceh’,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, 1.2 (2016) h. 34 ; Nurhayati and others, ‘Pelatihan
Penggunaan Software PhET Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Implementasi Kurikulum 2013 Bagi
Guru IPA Di Kota Pontianak’, GERVASI, 1.1 (2017). h. 45
 ….           ….

Artinya : … Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum


sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka … (QS. Ar-Ra’d : 11)23

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti akan

melaksanakan penelitian dengan judul ‘Remediasi Miskonsepsi Menggunakan

Model Pembelajaran Predict– Discuss– Explain– Observe- Discus- Explain

(PDEODE) Berbantu PhET Simulation Pada Materi Fluida’.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan maka

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran yang cenderung satu arah (teacher center) dalam proses

pembelajaran.

2. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariatif.

3. Nilai ulangan harian pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA 2 masih rendah

dalam materi fluida.

4. Peserta didik mengganggap fisika mempunyai banyak rumus yang

mengharuskan untuk menghafalnya.

23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2012). h. 249
5. Terdapat peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada materi fluida

khususnya pada konsep tekanan, hukum pascal, hukum Archimedes, Bernoulli

dan Kontinuitas.

6. Proses pembelajaran fisika di sekolah belum pernah menggunakan model

pembelajaran Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE)

berbantu PhET Simulation.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut penulis membuat batasan masalah

yaitu :

1. Penelitian dibatasi pada objek peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri 2

Gadingrejo.

2. Model pembelajaran menggunkan model Predict – Discuss – Explain –

Observe – Discuss – Explain (PDEODE).

3. Materi fisika yang digunakan dalam penelitian adalah materi tentang fluida.

4. Media yang digunakan adalah laboratorium Virtual PhET Simulation.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ditunjukkan, sehingga rumusan masalah

pada penelitian ini adalah :


“Apakah penggunaan model pembelajaran Predict-Discuss-Explain-Observe-

Discuss-Explain (PDEODE) berbantu PhET Simulation dapat menurunkan

miskonsepsi pada materi fluida”?

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Predict-Discuss-Explain-

Observe-Discuss-Explain (PDEODE) berbantu PhET simulation dalam

menurunkan miskonsepsi pada materi fluida.

F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan keilmuan dan pola

pikir peneliti dan pembaca mengenai bagaimana meremediasi miskonsepsi

dengan menggunakan model PDEODE berbantu PhET Simulation.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peserta didik

bagi peserta didik, hasil belajar dapat meningkat, keaktifan belajar dapat

terlatih, kerja sama dan berkomunikasi antar peserta didik dalam belajar

serta dapat memahami akan konsep fisika.


b) Bagi guru

Pertimbangan bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran

PDEODE dan media pembelajran PhET simulation sebagai salah satu cara

belajar untuk keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran

yang bermakna.

c) Bagi peneliti

penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan serta kajian untuk penelitian

lebih lanjut dan menambah pengetahuan tentang penggunaan model yang

tepat saat kegiatan belajar mengajar.

d) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk informasi bagi pihak sekolah

dalam hal meninjau model pembelajaran fisika yang optimal serta media

yang digunakan.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Pembelajaran Fisika

Belajar merupakan hasil kontruksi individu melalui interaksi dengan

lingkungannya, yang pada prosesnya terjadi serangkaian pengalaman

belajar.24 Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Pembelajaran adalah suatu

proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik serta sumber belajar dari

suatu lingkungan belajar.25 Jadi Belajar merupakan individu yang menemukan

dan mengembangkan ilmu pengetahuannya, sedangkan pembelajaran

merupakan proses dari belajar tersebut.

Awal abad ke-14 fisika mulai berkembang yang mencakup ilmu-ilmu

alam (natural sciences, science) yang biasa disebut dengan sains atau ilmu

pengetahuan alam.26 Fisika termasuk dalam materi Ilmu, menurut Damayanti

materi ilmu memiliki enam jenis yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi,

24
Daryanto, Media Pembelajaran (Bandung: Satu Nusa, 2010). h. 2
25
Inni Amarta Khairati, Selly Feranie, and Saeful Karim, ‘Penerapan Strategi Metakognisi Pada
Cooperative Learning Untuk Mengetahui Profil Metakognisi Dan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
SMA Pada Materi Fluida Statis’, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 2.1 (2016).
h. 66
26
Yani Putri Utari, Eko Setyadi Kurniawan, and Siska Desy Fatmaryanti, ‘Pengembangan Media
Pembelajaran Fisika Online Prezi Dalam Pokok Bahasan Alat Optik Pada Siswa Kelas X IPA SMA
Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014’, Radiasi, 5.2 (2014). h. 45
ilmu-ilmu sosial dan linguistic yang dikaitkan dengan ide abstrak, benda fisik,

jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, proses tanda.27

Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang paling mendasar dalam

memahami alam serta menjelaskan berbagai fenomena alam semesta secara

alamiah dengan sikap ilmiah sesuai dengan aturan-aturan, hukum-hukum dan

asas-asas fisika. Dalam Dauglas C. Giancoli Fisika adalah ilmu pengetahuan

untuk mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di alam.28

Fisika banyak melibatkan angka dan perhitungan sehingga dalam

prosesnya, matematika menjadi alat dalam penyelesaiannya. Akan tetapi

perhitungan tersebut didapatkan dari hasil percobaan dan pengukuran baik

percobaan langsung maupun tidak, secara real atau pemikiran manusia.29

Berdasarkan uraian tentang fisika diatas, penulis menyimpulkan

bahwa fisika merupakan upaya yang dilakukan untuk memahami alam dan

tidak berlaku untuk selamanya karena dapat berubah sebab ilmu tersebut

berhubungan dengan alam semesta yang seringkali berubah, dimana

dihasilkan dari percobaan untuk dapat mengetahui sifat, struktur, gejala yang

terdapat dialam yang bersifat konkrit maupun abstrak.

27
Hamzah B Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif
Dan Efektif (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012). h. 126
28
C Dauglas, Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2001). h. 1
29
Muhammad Ishaq, Fisika Dasar Edisi 2 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007). h. 2
Terdapat 4 unsur hakikat sains yaitu sains sebagai proses, produk,

pengembangan sikap, aplikasi, yang pada keseluruhannya harus dicapai

bersama dalam pembelajaran. Salah satunya dikembangkan melalui

pembelajaran fisika yang merupakan bagian dari sains.30

Hakikat tujuan pembelajaran fisika yaitu mengembangkan pengalaman

peserta didik dalam merumuskan masalah terhadap konsep-konsep fisika

secarah ilmiah baik metode maupun sikap.31 Karena fisika berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari maka besar perannya pada bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) dan juga mengajarkan peserta didik untuk memiliki

sikap intelektual dan religi.32 Sehingga pada dasarnya hakikat pembelajaran

fisika merupakan kumpulan pengetahuan, cara berfikir dan penyelidikan

eksperimen dari apa yang akan diamati.

Fisika tidak hanya menjadikan peserta didik tahu (knowing) dan hafal

(memorizing) tetapi memahami (to understand) tentang konsep-konsep fisika,

kemudian mengaitkan suatu konsep dengan konsep yang lain.33 Dalam

mempelajari konsep fisika dimana belajar itu telah disadari peserta didik dari

30
Richie Erina and Heru Kuswanto, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Instad Terhadap
Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Fisika Di SMA’, Jurnal Inovasi Pendidikan
IPA, 1.2 (2015). h. 2478
31
U Kulsum and S.E Nugroho, ‘Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Problem Solving
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Ilmiah Siswa Pada Mata
Pelajaran Fisika’, Unnes Physics Education Journal, 3.2 (2014). h. 74
32
Rinta Doski Yance, Ermaniati Ramli, and Fatni Mufit, ‘Pengaruh Penerapan Model Project
Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batipuh
Kabupaten Tanah Datar’, Pillar of Physics Education, 1.1 (2013). h. 48
33
U. Kulsum, S. E Nugroho, Loc. Cit,
apa yang mereka ketahui dan jika terdapat materi fisika yang baru,

pengalaman belajar yang lalu mempengaruhi proses belajarnya.34

Menunjang keberhasilan pembelajaran fisika maka digunakan model

pembelajaran yang lebih bervariasi serta dalam proses pembelajaran dimana

peserta didik lebih aktif dibanding guru (student center)35 dengan model yang

efektif dan efisien serta kegiatan praktik atau eksperimen dalam bentuk

demonstrasi ataupun percobaan sehinggga dapat membuat peserta didik

tertarik dan termotivasi untuk mempelajari fisika.36 Sehingga peserta didik

akan menemukan pemikirannya sendiri dari apa yang ditemukan akan tetapi

tidak keluar dari konsep fisika.

2. Konsep

Mempelajari ilmu sains sangat dibutuhkannya konsep untuk dapat

memahami apa yang akan dikaji, yang nantinya akan digunakan dalam proses

belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari hari.

Menurut Eugen dan Kaucak konsep merupakan gagasan-gagasan,

kejadian-kejadian, atau benda-benda yang memberi bantuan individu dalam

memahami kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsepsi yaitu setiap individu

memiliki pengalaman yang berbeda dalam memandang suatu konsep sehingga

34
Yani Putri Utari, Eko Setyadi Kurniawan, Siska Desy Fatmaryanti, Op. Cit.,
35
I Nyoman Sugiana and others, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Media
Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Pada Materi Momentum Dan
Impuls’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, II.2 (2016). h. 61
36
Rinta Doski Yance, Ermaniati Ramli, Fatni Mufit, Op. Cit., h. 48
memunculkan perbedaan konsepsi walaupun untuk konsep yang sama.37

Sedangkan menurut Dahar, konsep adalah dasar untuk merumuskan prinsip-

prinsip serta generalisasi bagi proses-proses mental yang lebih tinggi.38

Fisika membutuhkan konsentrasi dan pemahaman konsep yang baik

karena terdapat konsep-konsep, hukum atau persamaan, serta peristiwa yang

terjadi pada kehidupan.39 Menurut Arent, konsep menjadi dasar dalam

menuntun jaringan ide, yang bagaimana konsep tersebut dapat dipahami

peserta didik dengan baik dan benar. Proses mempelajari konsep dapat

diperoleh dimanapun, dimulai sejak usia dini sampai selama orang tersebut

mengembangkan konsep-konsep yang semakin lama semakin kompleks.40

Pentingnya pemahaman konsep dalam proses pembelajaran akan

mempengaruhi sikap, keputusan, serta cara-cara memecahkan masalah agar

dihasilkan pembelajaran yang bermakna (meaningfull).41 Menurut Anderson,

peserta didik dapat menghubungkan pengertahuan baru dengan pengetahuaan

yang dimilikinya berarti ia telah paham konsep, sehingga peserta didik harus

37
Ibid. h.3
38
Arif Imam Subagyo, Suyono, and Tukiran, ‘Penerapan Modified Inquiry Models Untuk
Mencegah Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Kesetimbangan Kimia’, JPPS (Jurnal Penelitian
Pendidikan Sains), 3.2 (2014), 361–66. h. 361
39
Widya Yanuike Aldila, Woro Setyarsih, and Abd. Kholiq, ‘Penggunaan PhET Simulation
Dalam ECIRR Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Fluida Dinamis’, Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF), 5.3 (2016), 161–64. h. 161
40
Noly Shofiyah, ‘Penerapan Model Pembelajaran Modified Free Inquiry Untuk Mereduksi
Miskonsepsi Mahasiswa Pada Materi Fluida’, SEJ (Science Education Journal), 1.1 (2017).h. 19
41
Ibid., h. 20.
aktif terlibat dalam proses pembelajaran agar mendapat pemahaman konsep

yang baik.42

3. Miskonsepsi

Peserta didik memiliki perbedaan pandangan sesuai dengan apa yang

diamati dari lingkungan sekitar dalam mencari suatu konsep, sehingga

prakonsepsi peserta didik tersebut dibawa kesekolah untuk tahap pengetahuan

awal.

Miskonsepsi yaitu kecenderungan peserta didik memiliki konsepsi

berbeda dengan konsepsi ilmuan yang biasanya lebih kompleks, rumit dan

banyak melibatkan keterkaitan antar konsep. Apabila konsepsi ilmiah yang

telah disederhanakan sama dengan konsepsi peserta didik maka konsepsi tidak

salah, jika bertentangan maka peserta didik mengalami miskonsepsi.43

a. Miskonsepsi menurut ahli

1) Saleem Hasan

Miskonsepsi merupakan pemahaman dengan struktur kognitif yang

diperoleh seseorang, berbeda pemahaman yang diterima secara umum serta

dianggap mengganggu dalam mendapatkan pengetahuan baru.44

42
Irsyaf Eka Putra, Adlim, and A Halim, ‘Analisis Miskonsepsi Dan Upaya Remediasi
Pembelajaran Listrik Dinamis Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Lectora Inspire Dan PhET
Simulation Di SMAN Unggul Tunas Bangsa’, Jurnal Pendidiikan Sains Indonesia, 4.2 (2016). h. 18
43
Dwi Pebriyanti, Hairunnisyah Sahidu, and Sutrio Sutrio, ‘Efektifitas Model Pembelajaran
Perubahan Konseptual Untuk Mengatasi Miskonsepsi Fisika Pada Siswa Kelas X Sman 1 Praya Barat
Tahun Pelajaran 2012/2013’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 1.1 (2015), 92–96. h. 94
44
Agus Sri Hono and Leny Yuanita, ‘Penerapan Model Learning Cycle 7E Untuk Memprevensi
Terjadinya Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks’, (JPPS) Jurnal Penelitian Pendidikan
Sains, 3.2 (2014), 354–60. h. 354
2) Ibrahim

Miskonsepsi merupakan suatu prakonsepsi yang dimiliki tidak mudah

berubah dan selalu kembali dengan prakonsepsinya walaupun konsep yang

benar telah diperkenalkan.45

3) Fowler dan Berg

Miskonsepsi yaitu pengertian yang tidak akurat akan penggunaan

konsep, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep

yang berbeda,serta hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.46

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan tentang miskonsepsi

merupakan pemahaman konsep peserta didik yang diperoleh dari apa yang

mereka lihat, dengar dan tanpa disadari konsep tersebut tidak sesuai dengan

konsep ilmuan dan cenderung dipertahankan

b. Sifat Miskonsepsi

1) Miskonsepsi memiliki sifat resisten

Menurut Sadia miskonsepsi bersifat resisten disebabkan pengalaman

peserta didik sama persis dalam membangun pengetahuannya. Guru telah

memberi penjelasan yang benar akan tetapi peserta didik mempertahankan

45
Megawati, Muslimin Ibrahi, Tjipto Haryono, Op., Cit. h. 1423
46
Kartika Feby Trisna and Alimufi Arief, ‘Penerapan Model Pembelajaran Diskusi Kelas Dengan
Tipe Beach Ball Untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Materi Kalor SMAN 1 Driyorejo
Gresik’, Jurnal Inovasi Pendiidikan Fisika (JIPF), 6.3 (2017). h. 154
konsep yang salah karena konsep yang mereka miliki berasal dari

pengalaman yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.47

2) Miskonsepsi bersifat pribadi

Menurut Driver dalam Mustaqim peserta didik memiliki caranya

sendiri dalam menyimpulkan apa yang diamatinya. Misalnya dalam

melakukan percobaan yang sama tentang fluida, setiap peserta didik

mempunyai perbedaan dalam menginterprestasi percobaannya tersebut.48

3) Miskonsepsi bersifat koherensi

Peserta didik tidak merasa butuh dalam keterpaduan dikarenakan

prediksi yang dimiliki cukup memberi kepuasan, kebutuhan akan koherensi

atau keterpaduannya menurut peserta didik tidak sama dengan persepsi

ilmuan.49

c. Penyebab Miskonsepsi

Menurut Suparno Miskonsepsi disebabkan oleh peserta didik itu

sendiri, guru yang mengajar, konteks pemebelajaran, cara mengajar serta

buku teks. dengan uraian sebagai berikut:50

47
Irsyaf Eka Putra, Adlim, A. Halim, Op., Cit. h 14
48
Gestri Rolahnoviza, Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di SMP N 4 Penukal
Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Pendopo , Skripsi, 2017. h. 9
49
Ibid.
50
Paul Suparno, Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2013). h. 29
1) Kondisi peserta didik

Miskonsepsi sering terjadi pada peserta didik bukan karena selama

proses pembelajaran melainkan sebelum proses pembelajaran, darii istilah-

istilah yang dialami sehari-hari.

2) Guru
Keyakinan guru dalam mengajar merupakan salah satu penyebab

focus tidaknya dalam memberi materi kepada peserta didik, sehingga

berkurangnya kepercayaan diri, disebabkan materi yang akan diajarkan

belum terlalu dikuasai oleh guru atau ketidakmampuan menunjukkan

hubungan sehingga akan mempengaruhi pemahaman konsep peserta didik,

serta guru yang kurang memberikan ruang terhadap peserta didik untuk

mengembangakan pengetahuannya.

3) Metode Mengajar

Hanya berisi dengan metode ceramah yang notabennya hanya bersifat

menghafal rumus tanpa melibatkan peserta didik secara aktif, dan langsung

kedalam bentuk matematika, tidak pernah membahas PR, setelah ulangan

tidak dibahas kembali dan tidak mengungkapkan miskonsepsi peserta didik


4) Buku Teks

Buku teks menjadi salah satu penyebab miskonsepsi karena bahasanya

sulit atau penjelasannya tidak benar serta penulisan yang keliru. misalnya

rumus, diagram dan gambar yang tidak sesuai, hal ini memungkinkan

terjadi miskonsepsi atau kesalahan konsep.

5) Konteks

Konteks hidup peserta didik bersumber dari pemikiran seseorang yang

masih terbatas pemahamannya tentang alam dan lingkungan sekitar

contohnya dari film bertemakan teknologi, tv, radio yang keliru, serta

teman diskusi yang salah, penggunaan bahasa sehari-hari.

d. Cara Mengatasi Miskonsepsi

Sebelum memperbaiki miskonsepsi, sebaiknya mengidentifikasi

miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik. Terdapat banyak cara dalam

mengidentifikasi diantaranya tes pilihan ganda dengan alasan terbuka.51

Menurut Suwarto tes diagnostik dapat mengidentifikasi miskonsepsi

sebab dapat menentukan dibagian mana peserta didik terkena miskonsepsi dan

penyebabnya, agar dapat menentukkan pengajaran yang akan dilakukan.52

51
Susanti, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan CTL Untuk
Meminimalisir Miskonsepsi Fluida Dinamis’, JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains), 2.2 (2013),
224–30. h. 225
52
Dwi Septiana, Zulfiani, and Meiry Fadila Noor, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep
Archaebacteria Dan Eubacteria Menggunakan Two-Tier Multiple Coice’, Edusains, VI.2 (2014), 192–
200. h. 193
Selanjutnya diberi pembelajaran dengan pendekatan cara berpikir siswa,

konflik kognitif, analogi, interaksi pasangan, meta learning/metacognition,

metode demonstrasi dan praktikum53 serta dapat menggunakan media simulasi

komputer.54 Yang dapat merangsang pemikirannya dalam mengubah suatu

konsepnya.

Perubahan konsep akan terjadi jika peserta didik dihadapkan pada

keadaan tidak seimbang yaitu bertentangan antara konsep yang mereka miliki

dengan keadaan lingkungan sekitarnya, sehingga menimbulkan konflik dalam

pikiran mereka.

Peserta didik mencari keseimbangan (equilibrium) dengan jalan

akomodasi, yaitu menyatukan antara pengalaman luar dengan pengetahuannya

dan konsep baru pun akan muncul. Dalam memunculkan ketidakpuasan salah

satunya menurut Posner dengan menyajikan peristiwa anomali yaitu suatu

peristiwa yang berlainan dengan konsep yang dimiliki peserta didik, dimana

peserta didik tidak bisa mengasimilasi pengetahuan untuk memahami

fenomena yang baru.55

53
Supriyati, Op., Cit. h. 4
54
Hendri Saputra, A.Halim, Ibnu Khaldun, Op., Cit. h. 14
55
Dwi Pebriyanti, Hairunnisyah Sahidu, Sutrio, Op.,Cit. h. 94
4. Model Pembelajaran PDEODE

Remediasi berasal dari bahasa inggris yang merupakan remediation.

Kata remediation dari kata to remedy yang berarti “menyembuhkan”.56

Remediasi yaitu salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki

kekeliruan kompetensi yang telah diterapkan sejumlah kegitan remediasi

dirancang dengan seksama dan telah diuji cobakan yang mana remediasi dapat

membantu meningkatkan hasil belajar dan menurunkan miskonsepsi siswa.57

Sehingga dalam meremediasi atau memperbaiki miskonsepsi peserta didik

diperlukannya model pembelajaran.

Seorang guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar

materi pelajaran yang akan disampaikan tidak menimbulkan miskonsepsi pada

peserta didik. Terdapat berbagai model pembelajaran dalam dunia pendidikan

salah satunya yaitu Model Pembelajaran Predict-Discuss-Explain-Observe-

Discuss-Explain (PDEODE). Model Pembelajaran PDEODE dalam Costu

merupakan Model pembelajaran yang dikembangkan dari model pembelajaran

POE (Predict-Observe-Explain).58

56
Lia Yuliati, Miskonsepsi dan Remediasi Pembelajaran IPA, (On-line), tersedia :
http://pjjpgsd.unesa.ac.id (diakses 7 april 2018)
57
Nurussaniah, Wahyudi, and Novi Sri Hidayati, ‘Efektivitas Penggunaan Booklet Untuk
Meremediasi Kesalahan Siswa Pada Materi Pemuaian Zat DiKelas VII SMP Negeri 1 Tangaran
Kabupaten Sambas’, JEMS (Jurnal Edukasi Matematika Dan Saains), 4.2 (2011). h. 97
58
Tismi Dipalaya, Herawati Susilo, and Aloysius Duran Corebima, ‘Pengaruh Strategi
Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Exolain-Observe-DiscussS- Explain) Pada Kemampuan
Akademik Berbeda Terhadap Keterampilan Komunikasi Siswa’, Jurnal Pendidikan, 1.9 (2016). h.
1714
Model pembelajaran PDEODE dapat menciptakan iklim pembelajaran

yang kondusif sesuai dengan keterampilan proses sains. Menurut Mansoor

Niaz dalam jurnal yang berjudul Investigating the effectiveness of a POE-

based teachinh activity on students understanding of condensation, bahwa

pembelajaran PDEODE sebagai sarana dalam menyelusuri pemahaman

peserta didik tentang suatu konsep ilmu.59

Model pembelajaran PDEODE berlandaskan atas teori konstruktivisme

menyatakan bahwa, belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan.

Pembentukan ini dilakukan oleh peserta didik secara aktif dalam melakukan

kegiatan pembelajaran, aktif berpikir, menyusun konsep serta memberi makna

tentang hal-hal yang dipelajari.60 Selain itu, PDEODE dapat memberikan

umpan balik yang positif dan mengembangkan pembelajaran kearah student

centered dalam membangun kemampuan dan kepercayaan guna mengevaluasi

pengetahuan yang dimiliki sehingga belajar jadi lebih baik.61

Guru disini sebagai motivator dan fasilitator yang membimbing,

mengarahkan, serta membantu peserta didik agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Peserta didik dalam menyelesaikan

59
Raden Raisa Wulandari and Fauzi Bakri, ‘Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE Terhadap
Hasil Belajar Kognitif Fisika Siswa SMA’, in Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF,
2015, IV. h. 182
60
Ibid
61
Tismi Dipalaya, Herawati Susilo, Aloysius Duran Corebima, Op.Cit, h. 1714
suatu masalah menggunakan percobaan dalam penyelesaiannya sesuai dengan

perkembangan kognitif .

Model pembelajaran PDEODE memiliki enam tahapan menurut Costu,

yaitu tahap prediction, tahap discuss, tahap explain, tahap observe, tahap

discuss, tahap explain yaitu sebagai berikut :62

1) Tahap memperediksi (Prediction)

Peserta didik diberikan oleh guru suatu fenomena sains atau

permasalahan terkait materi yang akan dibahas, Peserta didik secara individu

meramalkan (memprediksi) dan memberikan alasan berdasarkan pengetahuan

awal yang dimiliki peserta didik

2) Tahap Diskusi (Discuss)

Peserta didik secara berkelompok mendiskusikan jawaban dan

penjelasan atas fenomena atau permasalahan yang telah mereka prediksi.

Dalam tahap ini, masing-masing peserta didik menyampaikan pemikirannya,

kemudian pendapat-pendapat tersebut dipadukan untuk menghasilkan

pemecahan masalah atau jawaban terkait masalah yang diberikan. Peserta

didik menggunakan buku sumber terkait dalam mencari bukti-bukti

prediksinya.

62
Bayram Costu, ‘Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy : Helping Students
Make Sense of Everyday Situations’, Eurasia Journal Of Mathematics Science & Technology
Education, 4.1 (2008). h. 4
3) Tahap menjelaskan I (Explain I)

Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi, setelah

memperoleh alasan dari prediksi yang telah dibuat. Diskusi antar kelompok

ini, memungkinkan timbulnya konflik kognitif karena adanya perbedaan

pendapat antar kelompok. Perbedaan pendapat mungkin muncul dari

perpaduan pemikiran peserta didik yang diperoleh saat diskusi sebelumnya.

Pemikiran awal peserta didik dapat bertentangan dengan konsep ilmiah

sehingga menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi yang ada dapat

membedakan hasil diskusi antar kelompok.

4) Tahap Observasi (Observe)

Perbedaan pendapat yang terjadi saat diskusi tidak dibiarkan berlarut-

larut yang selanjutnya melalui kegiatan observasi dilakukan dengan percobaan

-percobaan yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Kegiatan ini diharapkan

akan memberikan sebuah kebenaran dari prediksi yang dibuat peserta didik

sehingga tidak ada lagi keraguan atau bahkan miskonsepsi.

5) Tahap Diskusi II (Discuss II).

Peserta didik bersama kelompok melanjutkan diskusi kedua untuk

merumuskan kembali dan membandingkan berdasarkan hasil observasi antara

hipotesis awal dengan setelah selesai pengamatan atau praktikum. Pada tahap

inilah terjadi konstruksi pengetahuan dari pengetahuan yang sudah ada


dengan pengetahuan baru serta peserta didik juga membenahi kekeliruan

pemikiran yang dimiliki peserta didik.

6) Tahap menjelaskan II (Explain II)

Pada Tahap ini, peserta didik menjelaskan terkait jawaban atas

permasalahan yang ada secara detail dengan argumentasi yang logis dari

penjelasan yang terbukti kebenaran terkait permasalahan yang diberikan.

Dimana peserta didik selesai mengkonstruksi pengetahuan lama dan

pengetahuan barunya dari fenomena dalam kehidupan sehari-hari, diskusi

antar kelompok dan demonstrasi atau praktikum.

Menurut Kolari and Ranne melalui model pembelajaran PDEODE,

peserta didik dapat berkomunikasi dengan peserta didik yang lain untuk

mendiskusikan pendapat, membuat prediksi, penafsiran, konflik kognitif dan

penjelasan dalam membangun atau mengkonstruksi pengetahuan mereka,

serta dapat membenahi miskonsepsi yang mereka miliki melalui diskusi dan

demonstrasi.63 Selain itu PDEODE dapat membantu peserta didik dalam

membangun konsep-konsep yang ilmiah karena peserta didik dapat berfikir

mandiri, berdiskusi dalam kelompok, melakukan pengamatan dalam

63
Tismi Dipalaya, Herawati Susilo, Aloysius Duran Corebima, Op., Cit. h. 1714
percobaan secara langsung, membandingkan prakonsep peserta didik dengan

hasil percobaan sehingga menemukan konsep baru yang ilmiah.64

a. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PDEODE

1) Kelebihan

Kelebihan yang dimiliki model pembelajaran PDEODE yaitu peserta

didik aktif dalam proses pembelajaran, mengonstruksi secara mandiri

pengetahuan dari fenomena yang ada, membuat motivasi dan kreativitas

belajar peserta didik tinggi, menggali gagasan awal yang dimiliki peserta

didik dan membangkitkan rasa ingin tahu serta diskusi antar peserta didik

maupun dengan guru.65

2) Kelemahan

Model pembelajaran PDEODE juga memiliki kelemahan yaitu dalam

pembelajaran membutuhkan alokasi waktu yang cukup banyak sehingga

materi pelajaran terkadang sulit disampaikan secara tuntas, serta peserta didik

yang belum terbiasa dalam meyelesaikan permasalahan dengan pengamatan

sehingga kurang merasa percaya diri.66

64
Raden Raisa Wulandari, Siswoyo, Fauzi Bakri, Op., Cit. h. 182
65
Farizzatul Erza and Harun Nasrudin, ‘Capaian Keterlaksanaan Strategi Predict Discuss Explain
Observe Discuss Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMAN 1 Krembung Sidoarjo’, UNESA Journal of Chemical
Education, 6.2 (2017). h.192
66
Nym Sdarmi, Ni Kt Suarni, and I Kt Dibia, ‘Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Di Gugus V Kecamatan Seririt’, Jurnal JJPGSD, 1
(2013). h. 8
5. Media Laboratorium Virtual PhET Simulation

Kata media bearasal dari bahasa latin dengan bentuk jamak “medium”

diartikan sebagai perantara atau pengantar. Media termasuk dalam komunikasi

karena dapat membawa pesan dari sumber ke penerima.67 Televisi, film, foto,

radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan

merupakan salah satu jenis media komunikasi. Media tersebut, disebut media

pembelajaran jika terdapat maksud-maksud pengajaran didalamnya.68

Fungsi Media pembelajaran salah satunya adalah agar mendapat

gambaran tentang benda yang sulit diamati secara langsung karena ukuran

yang tidak memungkinkan. Misalnya dengan perantara buku paket peserta

didik sulit untuk mengamatinya, dengan media berupa video, bagan, film akan

lebih mudah dalam pengamatannya.69 Media pembelajaran sangat penting

dalam dunia pendidikan karena dalam kegiatan proses pembelajaran akan

lebih bervariasi dan peserta didik akan lebih aktif memahami konsep fisika

yang bersifat abstak dan konkrit.

Bentuk klasifikasi jenis media pembelajaran menurut Heinich yaitu

media yang tidak diproyeksikan (non projected media), media yang

67
Daryanto, Op. Cit., h. 4
68
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2013).
h. 4
69
Daryanto, Loc. Cit., h. 10.
diproyeksikan (projected media), media audio, media video, media berbasis

computer (Computer based media atau media Audiovisual), multimedia Kit.70

Teknologi sangat bermanfaat dalam media pembelajaran yaitu dalam

mengakses informasi berupa aplikasi perangkat yang diperlukan peserta didik,

guru maupun teman sebaya. Media laboratorium virtual merupakan salah satu

media yang cocok dalam pembelajaran fisika, karena peserta didik dapat

melakukan eksperimen tanpa menggunakan banyak alat-alat laboratorium

real. Menurut Gunawan laboratorium virtual merupakan bentuk objek

multimedia yang interaktif.71

Physics Education Technology Interactive Simulations (PhET)

merupakan aplikasi loboratorium virual yang dapat digunakan dalam proses

belajar mengajar yang memiliki banyak animasi, interaktif, seperti halnya

permainan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan

bereksplorasi. PhET juga menekankan hubungan antara fenomena dalam

kehidupan nyata dan ilmu yang mendasarinya serta siswa akan lebih mudah

memahami konsep fisika.72

70
Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan Solusi Dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia
(Gorontalo: PT. Bumi Aksara, 2012). h. 118
71
Nyoman Sugiana, Op. Cit., hal. 62
72
Ardian Asyhari, Irwandani Irwandani, and Herli Candra Saputra, ‘Lembar Kerja Instruksi
Konseptual Berbasis Phet: Mengembangkan Bahan Ajar Untuk Mengkonstruksi Konsep Siswa Pada
Efek Fotolistrik’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5.2 (2016). h. 194
Manfaat PhET sebagai media pembelajaran, menurut Adam,dkk

bahwa PhET simulations dapat lebih mudah dipahami dengan

memvisualisasikan konsep materi yang awalnya sulit dipahami ketika

pembelajaran menggunkan metode ceramah.73 Sedangkan menurut Waller &

Foster peserta didik dapat belajar menjalankan peralatan virtual diluar

laboratorium dan membantu memperkecil kesalahan penggunaan alat yang

ada pada laboratorium real.74

Kelemahan dari PhET simulation adalah dalam pembelajarannya

belum dilengkapi lembar kerja peserta didik sebagai petunjuk dalam

penggunaan PhET simulation.75 Maka sebaiknya PhET diikuti dengan peer-

instruction sehingga pembelajaran dapat terarah yang menyebabkan peserta

didik dapat menemukan, menjelaskan, mengkonstruksi konsep fisika dalam

kehidupan sehari-hari.76

PhET simulation ini dibuat dalam java dan flash sehingga dapat

dioperasikan langsung menggunakan website PhET (http://phet.colorado.edu)

dari web browser yang dapat diunduh secara gratis dan dipasang pada

73
Antomi Saregar, ‘Pembelajaran Pengantar Fisika Kuantum Dengan Memanfaatkan Media Phet
Simulation Dan LKM Melalui Pendekatan Saintifik: Dampak Pada Minat Dan Penguasaan Konsep
Mahasiswa’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5.1 (2016). h. 55
74
Ardian Asyhari, Irwandan, Herli Candra Saputra, Log.,Cit.
75
Antomi Saregar, Log.,Cit
76
Katherine Perkins and others, ‘PhET : Interactive Simulations for Teaching and Learning
Physics’, The Physics Teacher, 2006. h. 20
komputer (perangkat lokal) dan dapat digunakan secara offline. Sehingga

dapat memungkinkan siswa dapat mudah dalam mendapatkannya.

6. Materi Fluida

Fluida merupakan salah satu dari bidang mekanika. Fluida merupakan

zat yang dapat mengalir berupa zat cair dan zat gas, dimana gas yang mudah

ditekan dibandingkan cairan yang hamper tidak dapat ditekan. Fluida terdapat

dua macam yaitu fluida statis (fluid statics) dan fluida dinamis (fluid

dynamics).77

A. Fluida Statis

Fluida statis adalah fluida yang diam pada keadaan setimbang.

Fluida statis berhubungan dengan densitas, tekanan, daya apung, dan

tegangan permukaan.78

a. Massa jenis ( Densitas)

Massa jenis merupakan sifat khas dari suatu zat murni. Benda yang

terbuat dari unsur murni contohnya emas murni yang mempunyai berbagai

macam ukuran dan massa tetapi massa jenisnya untuk selurunya tetap

sama. Persamaan massa jenis sebagai berikut :79

77
Young and Freedman, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1 (Jakarta: Erlangga,
2001).h.393
78
Ibid., h. 425
79
C Dauglas, Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2001). h. 325
Keterangan :
: massa jenis (kg/ )
: massa (kg)
: volume ( )
b. Tekanan

Tekanan adalah gaya per satuan luas, dimana gaya F tegak lurus

tehadap bidang per satuan luas A, dengan perasamaan rumus :80

Keterangan :

P : Tekanan (N/ )
F : Gaya (N)
A : Luas bidang ( )
h : Kedalaman (m)

Fluida memberikan tekanan kesegala arah, misalnya pada perenang

dan penyelam yang merasakan tekanan pada seluruh badannya. Tekanan

pada kedalaman yang sama dalam zat cair seluruhnya adalah sama. Jika

Fluida tidak dapat ditekan artinya massa jenis konstan pada kedalaman

yang tidak berubah (tekanan hidrostatis) berlaku rumus :

∆ = ℎ
= + ℎ
Keterangan :
: Tekanan udara (atm/Pa atau N/ )
g : percepatan gravitasi (m/ )

80
Ibid., h. 326 -327
Ketinggian Permukaan Fluida dalam Bejana Berhubungan

Gambar 2.1 Fluida dimasukkan ke dalam bejana berhubungan.

Tekanan hidrostatis di titik A, B, dan C adalah PA = gh1, PB =

gh2, dan PC = gh3. Ketinggian permukaan maupun tekanan fluida

statis dalam bejana berhubungan selalu sama,


sama, dikarenakan tekanan

diberikan dengan sama besar kesegala arah. 81

c. Hukum Pascal

Hukum pascal dinyatakan oleh seorang ilmuan yang bernama Blaise


“Perubahan tekanan yang diterapkan pada zat cair
Pascal yang berbunyi “Perubahan
difluida tertutup, disebarkan dan tidak berkurang yang sama besar
arah Dengan rumus sebagai berikut :82
kesegala arah”

= atau =

Keterangan :
F : Gaya (N)
(N
A : Luas Permukaan (m)

81
Mikrajuddin Abdullah, Fisika Dasar 1 Edisi Revisi (Catatan Kuliah Program Studi Fisika: ITB,
2016). h. 727
82
David Halliday, Robert Resnick, and Jearl Walker, Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid 1 (Jakarta:
Erlangga, 2010).h. 393
Gambar 2.2 Penerapan Prinsip Pascal pada Lift Hidrolik 83

d. Hukum Archimedes

Hukum Archimedes berbunyi “Sebuah benda yang tenggelam


seluruhnya ataupun sebagian dalam suatu fluida benda itu akan
mendapatkan gaya keatas sebesar berat fluida yang dipinahkan”

Gambar 2.3 Pringsip Hukum Archimedes84

Gaya tekan ke atas secara matematis dirumuskan :


FA =

Keterangan :
FA : Gaya (N)
: massa jenis zat cair (kg/ )
g : percepatan gravitasi (m/ )
V : Volume zat cair yang dipindahkan benda ( )

83
Hukum Pascal Lift Hidrolik, (Online) tersedia : http://goo.gl/images/9nyBva (diakses 15 maret
2018)
84
Pringsip Hukum Archimedes, (Online) tersedia : http//www.yuksinau.id/hukum-archimedes/
(diakses 17 maret 2018)
Adapun gaya Archimedes dalam zat cair menjadikan benda yang

dimasukkan kedalam zat cair mengalami tiga kemungkinan : terapung,

melayang, tenggelam.

Gambar 2.4 Keadaan Benda Terapung, Tenggelam, dan Melayang85

Keterangan :86

Gb. 2 Terapung : Sebagian benda tercelup dalam zat cair, dimana massa
jenis zat cair lebih besar daripada massa jenis benda.
( > ) ( < )

Gb. 3 Tenggelam : seluruh benda tercelup dalam zat cair, dimana massa
jenis zat cair lebih kecil daripada massa jenis benda
( < ) ( = )

Gb. 4 Melayang : Seluruh benda tercelup dalam zat cair, dimna massa jenis
zat cair sama dengan massa jenis benda
( = ) ( = )

Salah satu penerapan hukum Archimedes dalam kehidupan sehari

yaitu kapal laut, hal ini dikarenakan volume air laut yang dipindahkan oleh

badan kapal menjadi lebih besar. Berdasarkan persamaan besarnya gaya

85
Keadaan benda zat cair, (On-line) tersedia : http//fhannum.wordpress.com/2011/12/20/hukum-
archimedes/. (diakses 17 maret 2018)
86
Giancoli, C, Dauglas, Op., Cit., h. 333
apung sebanding dengan volume zat cair yang dipindahkan, sehingga gaya

apungnya menjadi sangat besar, gaya apung inilah yang dapat melawan

berat kapal sehingga kapal dapat terapung,

Al-Qur’an lebih dulu telah menyinggung tentang gaya apung yang

dialami kapal laut yaitu pada QS. Al-Isra’ ayat 66.87

          

    

Artinya : Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan


untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya dia adalah Maha Penyayang terhadapmu.
(Q.S Al-Isra’ ayat 66)

e. Gejala Kapilaritas

Kapilaritas merupakan gejala naik atau turunya zat cair (fluida)

pada pipa kapiler. Contoh fenomena kapilaritas yaitu meresapnya air pada

dinding di musim hujan dan naiknya air dari akar tanaman sampai ke

daun, naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor.

Gejala kapilaritas dipengaruhi oleh gaya kohesi, adhesi dan

tegangan permukaan, pada gaya kohesi dan adhesi mengakibatkan sifat

meniskus permukaa fluida sehingga besar komponen gaya permukaan

dalam arah vertikal.

87
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung : Diponegoro, 2010), h. 288
f. Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan adalah kecenderungan permukaan fluida

untuk menegang sehingga elastis. Gaya tegang berasal dari gaya tarik

kohesi (gaya tarik antara molekul yang sejenis). Tegangan permukaan

didefinisikan sebagai besarnya gaya yang dialami oleh tiap satuan

panjang permukaan fluida (d).

γ=

Keterangan :
γ : Tegangan permukaan (N/m)
d : Panjang permukaan (m)
F : Gaya (N)

g. Viskositas (Kekentalan Fluida)

Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida yang

menunjukkan besar kecilnya gesekan internal fluida. Viskositas

berhubungan dengan gaya gesek antar lapisan fluida ketika satu bergerak

melewati lapisan yang lain. Setiap fluida memiliki besar viskositas yang

berbeda dan dinyatakan dengan η. Dan dinyatakan dengang persamaan : 88


F=

88
Douglas C. Giancoli . Op. Cit. h. 347.
Keterangan :
F : Gaya (N)
: koefisiem viskositas (kg/ms)
L : jarak antara dua keping (m)
v : kecepatan (m/s)
A : Luas Permukaan (m2)

Gambar 2.6 Viskositas (Kekentalan fluida)

Terdapat ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan Viskositas di dalam

QS. Az-Zukhruf ayat 11 berikut :

           

 

Artinya : Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang
diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)
(Q.S Az-Zukhruf :11)89

89
Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung : Diponegoro, 2010) h. 490
Yang dimaksud ayat di atas pada bagian “air
“ hujan dari langit

menurut kadar yang diperlukan” menyinggung tentang vviskositas

(kekentalan fluida) yaitu ukuran kadar kekentalan suatu fluida atau setiap

fluida memiliki besar viskositas yang berbeda

B. Fluida Dinamis

a. Laju Aliran Fluida

Laju aliran berperan dalam fluida bergerak, dimana dapat mengukur

jarak yang ditempuh dalam fluida persatuan waktu. Dinyatakan dalam

rumus :90

v=

Keterangan :
v : laju aliran fluida (m/s)
x : jarak (m)
t : waktu (s)

b. Debit Aliran

Debit aliran yaitu jumlah volume fluida yang mengalir per satuan waktu.91

Gambar 2.7 Elemen Fluida Berupa Pipa Silinder

90
Mikrajuddin Abdullah, Op.,Cit h. 262
91
Ibid., h. 263.
Debit
ebit aliran fluida didefinisikan sebagai :

∆ ∆
= =
∆ ∆

Keterangan :
Q : Debit aliran fluida (m3/s)
A : luas penampang (m2)
v : laju aliran fluida (m/s)

c. Persamaan Kontinuitas

Hukum Kekekalan massa berlaku jika pipa yang dialiri fluida tidak

bocok sehingga tidak ada fluida yang meninggalkan pipa dan fluida dari

luar yang masuk kedalam pipa. Banyaknya fluida yang mengalir melalui

suatu luas penampang tiap satuan waktu adalah sama.


sama

2. Penampang Pada Kontinuitas


Gambar 2.8

Persamaan yang ditimbulkan akibat hukum kekekalan massa :

Q1 = Q2

A1 v1 = A2 v3

Keterangan :
Q1 : Debit aliran fluida (m3/s)
Q2 : Debit aliran fluida (m3/s)
A1 : luas penampang I (m2)
A2 : luas penampang II (m2)
v1 : laju aliran fluida I (m/s)
v2 : laju aliran fluida II (m/s)

Penerapan kontinuitas dalam kehidupan sehari-hari


sehari hari yaitu air yang

keluar dari kran (tidak menyembur) memperlihatkan perubahan luas

penampang yang semakin kecil pada posisi yang makin kebawah. Akibat

gaya gravitasi, semakin kebawah laju air semakin besar, sedangkan luas

penampang air semakin kecil, serta penyempitan pembulu darah dan

daerah yang lebar92


aliran air sungai yang luas lebih cepat daripada daerah

2. Air Yang Turun Dari Kran


Gambar 2.9

d. Persamaan Bernoulli

“Ketika kecepatan fluida tinggi maka


Prinsip Bernoulli menyatakan “Ketika

tekanan rendah sedangkan pada kecepatan fluida rendah maka tekanan

tinggi” 93 dengan persamaan Bernoulli yaitu :

P1 + + ℎ1 = P2 + + ℎ2

P+ gh+½ v = konstan

92
Ibid., h. 264-265
93
Douglas C. Giancoli, Op., Cit. h. 341
Keterangan :
P1 dan P2 : Tekanan dititik 1 dan 2 (N/m2)
v1 dan v2 : Kecepatan aliran dititik 1 dan 2 (m/s2)
h1 dan h2 : Ketinggian titik 1 dan 2 (m)
: massa jenis fluida (kg/m3)
: gaya gravitas (m/s2)

2.1 Aliran Fluida Pada Persamaan Bernoulli


Gambar 2.10

e. Penerapan Hukum Bernoulli

1) Venturimeter

Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju

aliran fluida dalam pipa tertutup Contohnya mengukur la


laju aliran

minyak pada pipa-pipa


pipa pipa penyelur minyak dari tempat pengilangan ke

kapal tengker dipelabuhan. Pada venturimeter terdapat tabung

monometer dan tanpa monometer dengan berikut:94


dengan persamaan sebagai berikut


v1 = dan v1 =
( ) ( )

(a) (b)

94
Abdullah Op., Cit .h. 272
Mikrajuddin Abdullah,
Keterangan :

(a) persamaan untuk venturimeter dengan monometer


(b) persamaan untuk venturimeter tanpa monometer
v1 : laju fluida pada penampang besar (m/s)
: massa jenis Hg (kg/m3)
: massa jenis fluida (kg/m3)
A1 : luas penampang besar (m2)
A2 : luas penampang kecil (m2)
h : selisih tinggi permukaan Hg (m)
∆ : selisih tekanan (N/m2)

Gambar 2.11 Venturimeter Dengan Monometer95

Gambar 2.12 Venturimeter Tanpa Monometer96

95
Keadaan benda zat cair, (On-line) tersedia : http//fhannum.wordpress.com/2011/12/20/hukum-
archimedes/. (diakses 17 maret 2018)
96
Ibid.,
2) Teorema Toricelli ( laju efflux)

Laju air yang menyembur dari lubang sama dengan air yang

jatuh bebas dari ketinggihan h, laju air yang menyembur dari lubang

dinamakan laju efflux. Dengan persamaan matematis sebagai berikut :

v= 2 ℎ

x=2√ ℎ

t=

Keterangan :

v : laju air (m/s)


g : gaya gravitasi (m/s2)
h : tinggi lubang kebocoran dari permukaan tanah (m)
H : ketinggihan lubang kebocoran diukur dari permukaan air
x : jarak jangkauan air (m)
t : waktu yang dibutuhkan air mencapai tanah (s)

Gambar 2.13 Bejana Dengan Lubang Aliran (teorema Torocelli)97

97
Bejana dengan lubang aliran , (On-line) tersedia : http://goo.gl/images/t5MsHq (diakses 5 april
2018)
3) Tabung pitot

Tabung pitot digunakan untuk mengukur laju aliran suatu gas atau

udara. Alat ini dilengkapi dengan monometer raksa. Dengan

mengetahui perbedaan ketinggihan raksa pada kedua kaki monometer,

aliran gas dpat ditentukkan kelajuannya dengan persamaan :98


v=

Keterangan :
v : kecepatan aliran udara (m/s)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
h : beda tinggi zat cair dalam monometer (m)
′ : massa jenis udara yang mengalir (kg/m3)
: massa jenis zat cair dalam monometer (kg/m3)

Gambar 2.14 Tabung pitot99


4) Gaya Angkat Pesawat

Pes wat dapat terbang disebabkan karena struktur sayap pesawat


Pesawat

terbang yang dirancang sedemikian rupa sehingga laju aliran udara

98
Abdullah Op., Cit .h. 275
Mikrajuddin Abdullah,
99
Tabung pitot, (On-line)
line) tersedia : http//herususanto17.blogspot.co.id/2012/12/11/persamaan
http//herususanto17.blogspot.co.id/2012/12/11/persamaan-
bernoulli_4439.html?m=1 (diakses 5 april 2018)
tepat di sebelah atas sayap lebih kecil daripada laju aliran udara tepat

di bawah sehingga tekanan udara dibawah sayap lebih be


besar daripada

diatass sayap. 100

Gambar 2.15 Sayap pesawat101

̅ 2 > 1

P2 < P1

Nilai gaya angkat pesawat dapat dirumuskan :

1 – 2 = (P1-P2) A

1 – 2 =½ ( ̅2 2 – 1
2
)A

Keterangan :
1 – 2 = gaya angkat sayap pesawat (N)
: Massa jenis udara (kg/m3)
̅ 1 : kecepatan udara dibawah sayap (m/s2)
̅ 2 : kecepatan udara diatas sayap (m/s2)

100
Abdullah Op., Cit .h. 276
Mikrajuddin Abdullah,
101
On-line) tersedia :http://4.bp.blogspot.com/-zRRwgHYjDkA/VXYDtF_6I6I
Sayap pesawat, (On zRRwgHYjDkA/VXYDtF_6I6I
(diakses 6 April 2018)
B. Hasil Penelitian yang Relavan

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan hasil belajar pada kelas

eksperimen dan kontrol dinyatakan signifikan karena berdasarkan uji-t

diperoleh t-hitung > t-tabel. Dalam pengujian hipotesis dengan uji-t satu pihak

didapatkan nilai t-hitung manual sebesar 5,927 dan t-hitung SPSS sebesar

5,919. Sedangkan pada t-tabel atau t(1-α) sebesar 1,68. Hasil belajar peserta

didik yang menerapkan model pembelajaran PDEODE lebih baik daripada

dengan pembelajaran langsung. Sehingga model pembelajaran PDEODE

berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik.102

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ECIRR

menggunakan PhET Simulation dapat mereduksi miskonsepsi siswa

dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan bahwa 32 siswa mengalami reduksi

miskonsepsi saat tes akhir dengan persentase reduksi miskosepsi terbesar

72,7%. Untuk mengkriteriakan persentase reduksi miskonsepsi siswa

menggunakan distribusi frekuensi sehingga didapat 6 siswa mengalami

reduksi miskonsepsi tinggi, 23 siswa mengalami reduksi miskonsepsi

sedang, dan 3 siswa mengalami reduksi miskonsepsi rendah.103

3. Hasil penelitian menunjukkan terdapat presentase keterlaksanaan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran PDEODE pada

102
Farid Rahmat Ardiyan dan Puput Wanatri Rusimamto, Op.,Cit h. 681 - 686.
103
Widya Yanuike Aldila, Woro Setyarsih, Abd. Kholiq, Op.,Cit h. 161-164
pertemuan I, II, III sebesar 93.68%, 93.91%, 98.52% serta terdapat

perubahan konsep yang positif dari miskonsepsi ketahu konsep sebesar

94,44% pada faktor konsentarsi, 87,76% pada faktor suhu, Sehingga

penerapan langkah-langkah model PDEODE dapat berjalan dengan baik

dan dapat mereduksi miskonsepsi.104

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dikelas yang

menggunakan model pembelajaran PDEODE mengalami peningkatan

dalam pemahaman konsep dengan gain rata-rata 0,36 dan pembelajaran

tradisional dengan gain rata-rata 0,17. Penggunaan pembelajaran PDEODE

juga mengalami penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi dengan

presentase penurunan miskonsepsi sebanyak 52,86%. Dan pembelajaran

tradisional menurunkan miskonsepsi 24,61%. maka model pembelajaran

PDEODE efektif menurunkan miskonsepsi dibandingkan pembelajaran

tradisional.105

5. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa reduksi miskonsepsi setelah

menerapkan pembelajaran strategi PDEODE menunjukkan miskonsepsi

berkurang yang dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengalami

miskonsepsi secara keseluruhan berkurang sebesar 40,77% dari 52,93%

menjadi 12,15%. Serta memberikan respon yang sangat baik terhadap

104
Farizzatul Erza dan Harun Nasrudin, Op.,Cit h. 190-195
105
Suci Zakiah Dewi, Andi Suhandi, Op.,Cit, h. 14
strategi yang diterapkan dengan rata-rata keseluruhan respon positif siswa

sebesar 97,84%. Sehingga model PDEODE efektif dalam meremediasi

miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman konsep pada materi perubahan

fisika dan perubahan kimia.106

6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Guided

Discovery dengan metode demostrasi menggunakan PhET simulation dapat

mereduksi miskonsepsi siswa pada materi listrik dinamis. Hal ini dapat

dibuktikan dengan didapatkannya n-Gain mencapai 0,50 dengan kriteria

sedang pada kelas eksperimen, dan n-Gain sebesar 0,67 dengan kriteria

sedang pada kelas replikasi.107

7. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa model PDEODE berbasis multimedia

lebih efektif meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan model

PDEODE berbasis laboratorium. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji lanjut

Duncan pada model PDEODE dikelas berbasis multimedia sebesar 15.52%

dan berbasis laboratorium sebesar 13.45%.108

106
Larasati Ayu Dewanti and Siti Nurul Hidayat, ‘Penerapan Pembelajaran IPA Dengan Sytategi
PDEODE Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Perubahan Fisika Dan Perubahan Kimia
Kelas VII SMP’, Jurnal Pendidikan Sains, 6.1 (2018). h.10-11
107
Prayogi Mega Suci Atmoko and Wasis, ‘Penerapan Pembelajaran Guided Discovery Dengan
Metode Demonstrasi Menggunakan PhET Simulation Dalam Menurunkan Miskonsepsi Siswa Pada
Materi Listrik Dinamis Di Kelas X SMAN 1 Tegaldlimo , Banyuwan’, Jurnal Inovasi Pendidikan
Fisika (JIPF), 4.3 (2015). h.126
108
Anang Budianto and Maya Istyadji, ‘Komparasi Hasil Belajar ANtara Strategi Predict-
Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE) Berbasis Laboratorium Dan Berbasis
Multimedia Pada Pembelajaran Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan’, Quantum, Jurnal Inovasi
Pendidikan Sains, 6.1 (2015). h.3
C. Kerangka Berfikir

Fisika mempunyai berbagai macam hukum, prinsip, konsep, yang

tentunya harus dipahami oleh peserta didik, yang mana peserta didik tidak

hanya sekedar menghafal akan tetapi ia juga paham akan konsepnya sehingga

pembelajaran akan berjalan baik dan hasil yang baik. Dalam memahami

konsep tersebut peserta didik mempunyai pemahaman yang berbeda-beda

yang terkadang pemahaman konsepnya tidak sama dengan konsep ilmiah

yang disebut Miskonsepsi. Jika tidak segera diatasi maka mengakibatkan hasil

belajar rendah dan dampak terhadap pengetahuan lebih lanjut.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan model

pembelajaran Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE)

berbantu PhET Simulation pada satu kelas eksperimen. Sebelum dilakukan

nya pelaksanaan pembelajaran peserta didik pada satu kelas eksperimen

mengerjakan soal pretest, kemudian pelaksanaan pembelajaran peserta didik

akan diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran PDEODE

berbantu PhET simulation yang diajar sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), setelah itu maka dilaksanakan evaluasi berupa posttest

dengan soal yang sama yang bertujuan dapat meremediasi miskonsepsi

peserta didik pokok bahasa fluida. Berikut uraian alur penelitian yang

dikemukakan dalam diagram kerangka berfikir, yaitu :


PDEODE berbantu Terhadap
PhET Simulation Miskonsepsi
(X) (Y)

Gambar 2.16
Bentuk Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan karangka berfikir diatas, maka hipotesis yang diajukan untuk

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Penelitian

H₀ : Penggunaan model pembelajaran PDEODE berbantu PhET simulation

dengan rata-rata pretest lebih dari rata-rata posttest sihingga tidak dapat

menurunkan miskonsepsi.

H1 : Penggunaan Model pembelajaran PDEODE berbantu PhET simulation

dengan rata-rata pretest kurang dari rata-rata posttes sehingga dapat

menurunkan miskonsepsi.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SMA N 2 Gadingrejo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada semester 1 (Ganjil) tahun pelajaran

2018/2019.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pre-experimental

design. Pre-experimental design adalah penelitian yang dilaksanakan pada

satu kelompok peserta didik (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

pembanding atau kelompok kontrol.109 Metode penelitian ini didasarkan

pada tujuan penelitian yaitu mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada suatu

kelas akibat dari treatment yang diberikan sehingga tidak diperlukannya kelas

kontrol atau kelas pembanding.110

109
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan RnD (Bandung: Alfabeta, 2011). h.
74
110
Tarmizi, Abdul Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Mengatasi
Miskonsepsi Dan Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Materi Rangkaian Litrik Di SMA
Negeri 1 Jaya Kabupaten Aceh Jaya’, 1.2 (2017). h. 152
Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest

Design. Desain ini digunakan pada satu kelompok subyek.111 Dengan adanya

perlakuan yang diberikan pada suatu kelompok subyek atau eksperimen,

setelah itu diamati pengaruh dari perlakuan tersebut.112

Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelas eksperimen, diawali

dengan diberikan pretest sebelum perlakuan untuk mengetahui kemampuan

awal peserta didik, kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan model

PDEODE berbantu PhET simulation, setelah pembelajaran selesai, dilakukan

posttest untuk mengetahui penurunan miskonsepsi. Secara Skematis desain

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1
Desain One-Group Pretest-Posttest Design.113

O₁ X O₂

Keterangan :
X : Perlakuan (treatment)
O₁ : Pretest (tes yang diberikan sebelum perlakuan)
O₂ : Posttest (tes yang diberikan sesudah perlakuan)

C. Variabel Penelitian

Pada Penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat yaitu :


111
Sumadi Suryabrata, Metodelogi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013). h. 101
112
Hendri Saputra, A.Halim, Ibnu Khaldun,”Op.,Cit. h. 18
113
Sugiyono., Op.,Cit h. 39-75.
1. Variabel Bebas (Variabel Independent) adalah variabel yang

mempengaruhi sebab perubahannya serta timbulnya variabel dependent.

Dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Predict-Discuss-Explain-

Observe-Discuss-Explain (PDEODE) berbantu PhET Simulation (X)

2. Variabel Terikat (Variabel Dependent) adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat sebab adanya variabel bebas. Dalam penelitian

ini sebagai variabel terikat yaitu Miskonsepsi (Y)

Tabel 3.2
Hubungan Variabel X dan Y 114

X Y

Keterangan :

X : Model pembelajaran PDEODE berbantu PhET Simulation

Y : Miskonsepsi

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang meliputi obyek/subyek

yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti dan

114
Ibid.,
untuk dipelajari serta ditarik kesimpulan.115 Adapun populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh peserta didik kelas XI semester ganjil SMA N 2 Gadingrejo

tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 4 kelas belajar.

Tabel 3.3
Daftar kelas Populasi
No Kelas Jumlah siswa

1. XI IPA 1 30

2. XI IPA 2 30

3. XI IPA 3 30

4. XI IPA 4 29

Jumlah Populasi 119

Sumber : Dokumentasi SMA N 2 Gadingrejo tahun ajaran 2018/2019

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.116

Sehingga sampel dapat diambil dari populasi yang ditetapkan peneliti.

Teknik Pengambilan Sampel dilakukan secara simple random sampling

(sederhana) yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.117 Sehingga yang akan

dijadikan sampel penelitian yaitu satu kelas dari peserta didik kelas XI IPA 2

yang berjumlah 30 peserta didik.

115
Ibid., h. 80
116
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Dan Analisis Data Sekunder
(Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2012). h. 74
117
Sugiyono, Loc.,Cit. hlm. 82
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu peran penting karena

pengggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan

diperolehnya data obyektif.118 Teknik pengumpulan data pada penelitian

eksperimen ini sebagai berikut :

1. Tes

Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan

kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat

dijadikan dasar bagi skor angka.119 Tes yang akan digunakan pada penelitian

ini menggunakan tes diagnostik berbentuk Four tier diagnostic test berjumlah

25 soal, Sehingga dapat diukur seberapa besar miskonsepsi yang terjadi dan

setelah memperoleh pelakuan model PDEODE berbantu PhET simulation.

Tes disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan kurikulum. Tes

dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran.

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan atau pencatatan yang dilakukan

secara sistematik terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi dalam

penelitian ini menggunakan observasi partisipan yaitu peneliti terlibat

118
Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). h. 158
119
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2 (Jakarta: Bumu Aksara, 2012).
h. 46
langsung dalam proses pembelajaran atau memberikan pembelajaran.120

Tujuan dari observasi yaitu guru menilai keterlaksanaanya model

pembelajaran PDEODE berbantu PhET simulation yang akan dilakukan oleh

peneliti.

3. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui dialog baik

secara langsung (tatap muka) atau melalui media tertentu, antar pewawancara

dengan sumber data yang diwawancara.121 Penelitian ini menggunakan

wawancara terstruktur dengan pertanyaan terbuka dimana digunakan dalam

penguatan data lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran

PDEODE berbantu PhET simulation.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes

Tes menggunakan tes diagnostik berupa Four tier diagnostic test. Tes

diagnostik bertujuan untuk mengetahui profil miskonsepsi.122 ada beberapa

120
Cholid Narbuko and Abu Achmadi, Metodologi Penelitan (Jakarta: Bumi Aksara, 2015). h.
70-72
121
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, Proosedur (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013). h. 263
122
Lia Fitrah Iswana, Woro Setyarsih, and Abd Kholiq, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Materi
Fluida Dinamis Melalui Instrumen Three-Tier Diagnostic Test’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika
(JIPF), 5.3 (2016). h. 170
jenis dari tes diagnostik yaitu One tier (satu tingkat), Two tier (dua tingkat),

Three tier (tiga tingkat)123 dan Four tier (empat tingkat).124

Tes diagnostik two tier memberikan pilihan jawaban dan alasan yang

harus dipilih peserta didik. Akan tetapi, tidak dapat mengetahui seberapa kuat

peserta didik dalam memahami konsep yang diberikan.125 Sedangkan three

tier test peserta didik diberi beberapa alternatif pilihan jawaban, alasan, serta

tingkat keyakinan dalam menjawab pertanyaan.126 Tetapi hanya memberi

kesempatan untuk memilih tingkat keyakinan tunggal dalam memilih jawaban

dan alasan pada masing-masing butir soal. Tingkat keyakinan tunggal ini tidak

dapat mendeteksi apabila siswa memiliki tingkat keyakinan berbeda dalam

memilih jawaban dan alasan.127

Four-tier diagnostic test merupakan tes diagnostik dari penggabungan

two-tier test dengan Certainty of Response Index (CRI). Sedangkan CRI

yang yang dikembangkan digunakan sebagai three-tier yang merupakan

123
Dimas Adiansyah Syahrul and Woro Setyarsih, ‘Identifikasi Miskonsepsi Dan Penyebab
Miskonsepsi Siswa Dengan Three-Tier Diagnostic Test Pada Materi Dinamika Rotasi’, Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF), 4.3 (2015). h. 68
124
Zaleha, Achmad Samsudin, Muhamad Gina Nugraha, Op.,Cit. h. 37
125
Ani Rusilowati, ‘Pengembangan Tes Diagnostik Sebagai Alat Evaluasi Kesulitan Belajar
Fisika’, in Prosiding Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika, 2015, VI. h. 4
126
Dimas Adiansyah Syahrul, Woro Setyarsih, Op.,Cit, 68
127
Ani Rusilowati, Log.,Cit
tingkat keyakinan jawaban dari two-tier test. Tahap keempat (four-tier) adalah

diagnosis sumber pengetahuan peserta didik terhadap konsep.128

Four-tier test merupakan tes yang terdiri dari empat tingkat. Tingkat

pertama merupakan soal pilihan ganda dengan empat pengecoh dan satu kunci

jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat kedua merupakan tingkat

keyakinan peserta didik dalam memilih jawaban. Tingkat ketiga merupakan

alasan menjawab pertanyaan, Tingkat keempat merupakan tingkat keyakinan

peserta didik dalam memilih alasan.129

Keunggulan dari Four-tier diagnostic test guru dapat membedakan

tingkat keyakinan jawaban dan tingkat keyakinan alasan yang dipilih peserta

didik sehingga dapat menggali lebih dalam tentang kekuatan pemahaman

konsep peserta didik, mendiagnosis miskonsepsi yang dialami peserta didik

lebih dalam, menentukan bagian-bagian materi yang memerlukan penekanan

lebih, membuat menurunnya miskonsepsi peserta didik dengan merencanakan

pembelajaran yang lebih baik.130

128
Gaguk Resbiantoro and Aldila Wanda Nugraha, ‘Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep Dasar
Gaya Dan Gerak Untuk Sekola Dasar’, Jurnal Pendidikan Sains (JPS), 5.2 (2017). h. 81
129
Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati, and Sugianto, ‘Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test
Untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X’, Journal of Innovative Science
Education, 4.2 (2015). h. 42
130
Riska Irsanti, Ibnu Khaldun, and Latifah Hanum, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Four- TierDiagnostic Test Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Larutan Non Elektrolit
Di Kelas X SMA Islam Al-Falah Kabupaten Aceh Besar Abstrak Pendahuluan Metode Penelitian’,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK), 2.3 (2017). h. 231
Four-tier test juga dipadukan dengan Confidence Rating pada alasan

jawaban, sehingga lebih akurat tingkat keyakinan atas jawaban dan alasan

jawaban.131 Adapun kategori dari kombinasi jawaban Four-tier test yaitu

pada tabel berikut :

Tabel 3.4
Analisis Kombinasi Jawaban pada Four-Tier Diagnostic Test132

Kombinasi Jawaban
Kombinasi Tingkat Tingkat
Jawaban Jawaban Keyakinan Alasan Keyakinan
Jawaban Alasan
Benar Yakin Benar Yakin
Paham
Benar Tidak Yakin Benar Tidak Yakin
Konsep
Benar Yakin Benar Tidak Yakin
(PK)
Benar Tidak Yakin Benar Yakin
Benar Tidak Yakin Salah Tidak Yakin
Salah Tidak Yakin Benar Tidak Yakin
Tidak
Salah Tidak Yakin Salah Tidak Yakin
Paham
Benar Yakin Salah Tidak Yakin
Konsep
Salah Tidak Yakin Benar Yakin
(TPK)
Benar Tidak Yakin Salah Yakin
Benar Yakin Salah Yakin
Salah Yakin Benar Tidak Yakin
Salah Yakin Benar Yakin
Miksonsepsi Salah Yakin Salah Tidak Yakin
Salah Tidak Yakin Salah Yakin
Salah Yakin Salah Yakin

131
Ismiara Indah Ismail, Achmad Samsudin, Endi Suhendi, dan Ida Kaniawati, “Diagnostik
Miskonsepsi Melalui Listrik Dinamis Four Tier Test,” Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains, 2015. h. 382.
132
Fariyani, Rusilowati, and Sugianto; Widya Bratha Sheftyawan, Trapsilo Prihandono, and
Albertus Djoko Lesmono, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test
Pada Materi Optik Geometri’, Jurnal Pembelajaran Fisika, 7.2 (2018).h.143 Qisthi Fariyani, Ani
Rusilowati, Sugianto, Op.,Cit, h. 43
Sedangkan Certainty of Response Index (CRI) merupakan ukuran tingkat

keyakinan respons dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.133 Tingkat

keyakinan ini akan mempermudah dan menghemat waktu dalam menganalisa

miskonsepsi seseorang.134 Berikut tabel kategori tingkat keyakinan CRI yaitu :

Tabel 3.5
Kategori Skala Tingkat Keyakinan CRI 135,136
Tingkat Keyakinan
Kategori Skala

Menebak 0
Rendah/Tidak yakin
Sangat Tidak Yakin 1
Tidak Yakin 2
Yakin 3
Sangat Yakin 4 Tinggi/Yakin
Amat Sangat Yakin 5

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes dalam penelitian ini berupa instrumen lembar

keterlaksanaanya model pembelajaran PDEODE berbantu PhET simulation.

Dalam penenlitian ini, penerapan model tersebut akan diobservasi oleh

observer yaitu guru pengampu mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA N 2

Gadingrejo.

133
Muhamad Taufiq, ‘Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Pada Konsep Gaya
Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E’, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1.2
(2012) <https://doi.org/10.15294/jpii.v1i2.2139>.h.201
134
Wiricha Annisak, Astalini, and Haerul Pathoni, ‘Desain Pengemasan Tes Diagnostik
Miskonsepsi Berbasis CBT (Computer Based Test)’, EduFisika, 2.1 (2017). h.3
135
Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati, Sugianto, Op.,Cit, h. 43.
136
Saleem Hasan, Diola Bagayoko, Ella L Kelly, “Misconception and the Certain of Response
Index (CRI), Journal of Science and Mathematics Adecation, Vol 34(5),September 1999, h. 294
Tidak hanya instrumen tes, tetapi instrumen non tes juga harus

memenuhi kriteria kelayakan. Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi dari

instrument non tes dilakukan dengan pertimbangan ahli. Pertimbangan para

ahli ini berhubungan dengan validitas isi pada pertanyaan-pertanyaan yang

ada dalam lembar observasi yang menggunakan skala likert bentuk checklist.

Skala likert digunakan dalam mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial.137 Skala likert dalam

bentuk ckecklist dengan tabel penskoran sebagai berikut :

Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Lembar Observasi 138


Skor Interpretasi
5 Sangat Tinggi
4 Baik
3 Cukup Baik
2 Kurang Baik
1 Sangat Kurang Baik

G. Pengujian Instrumen

Ketika Instrumen soal four-tier test dilengkapi CRI akan diujikan pada

pelaksanaan penelitian, maka terlebih dahulu instrumen soal diujicoba kepada

peserta didik yang sudah memeperoleh materi yang akan diteliti. kemudian

data tersebut dianalisis untuk mendapatkan keterangan apakah instrumen

tersebut layak atau tidak dalam penelitian. Adapun analisis data yang

digunakan sebagai berikut :

137
Sugiyono, Op.,Cit, h. 93-95
138
Ibid
1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran dalam menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument.139 Uji validitas berkaitan dengan

data yang akan dianalisis. Sehingga data yang valid yaitu data “yang tidak

berbeda” antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya

pada obyek penelitian.140

Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data

yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud.141

Perhitungan daya beda tes menggunakan Indeks Konsistensi internal yang

dilihat dari korelasi antara skor butir dengan skor totalnya, rumus Korelasi

Karl Pearson dalam Budiyono sebagai berikut :142

∑ –( ∑ ) (∑ )
=
( ∑ (∑ )) ( ( ∑ (∑ ))

Keterangan :

: daya beda untuk butir ke i

∶ Banyaknya subyek yang dikenai tes

∶ Total skor (dari subyek uji coba)

∶ Skor untuk butir ke i (dari subyek uji coba)

139
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2013). h. 211
140
Sugiyono, Op., Cit, hlm. 267.
141
Suharsimi Arikunto Op.Cit, hlm. 211-212
142
Sugiyono, Log., Cit., h. 183
Nilai akan dibandingkan dengan koefisien korelasi table = ( , ),
jika ≥ maka instrument valid. 143

Tabel 3.7
Interprestasi Indeks Korelasi “r” Product Moment
Besarnya “r” Product Moment ( ) Interprestasi
< 0,30 Tidak Valid
≥ 0,30 Valid

Selain itu, kualitas soal dilihat dari segi validitas, dapat ditentukan dengan

menafsirkan koefisien korelasi dengan menggunakan kriteria :

Tabel 3.8
Kriteria Validasi 144
Kriteria Validasi Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah

2. Uji Reliabilitas

Dalam penelitian kuantitatif, data instrument harus mendapatkan data

yang valid dan reliabel dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.145

Suatu Instrumen dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten, cermat,

akurat. Uji Reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari suatu

instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasilnya dapat dipercaya sebab apabila

datanya memang benar atau real sesuai dengan kenyataannya, maka berapa

143
S. Margono, Op.,Cit.
144
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: PT. Remaja
Rosdkarya, 2011). H. 45
145
Sugiyono, Log., Cit, h. 268
kali pun diambil akan tetap sama (konsisten).146 Karena four tier diagnostic

test merupakan kombinasi CRI dalam tingkat keyakinan jawaban dan alasan

jawaban yang terdapat enam skala yaitu skala 0-5.147 Indeks tersebut biasanya

tergolong skala likert,148 sehingga dalam menghitung koefisien reliabilitas

CRI tidak sama dengan menghitung koefisien reliabilitas tes biasa. Dalam

instrumen yang bukan 1 dan 0 untuk perhitungan reliabilitas digunakan rumus

Cronbach’s Alpha sebagai berikut : 149


∑ = 1 −

Keterangan :

: Reliabilitas instrument

: Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

: Jumlah butir varian

Σ : Varian total

Kategori Pengujian, 150

a. Jika ≥ 0,70 maka soal reliabel

b. Jika < 0,70 maka soal tidak reliabel

146
Suharsimi Arikunto, Op., Cit, h. 221
147
Surya Gumilar, “Analisis Miskonsepsi Konsep Gaya Menggunakan Certainty or Respon Index
(CRI),” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Fisika, Vol. 2 No. 1, 2016. h.2.
148
Sugiyono, Log.,Cit, h. 93
149
Suharsimi Arikunto, Log.,Cit. hal 239
150
Ainul Uyuni Taufiq, “Pengembangan Tes Kognitif Berbasis Revisi Taksonomi Bloom Pada
Materi Sistem Reproduksi Untuk Siswa SMA,” Jurnal Biotek Vol. 3 No. 2, Desember 2015, h. 3
Tabel 3.9
Kriteria Reliabilitas151
Reliabilitas Kriteria
0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < ≤ 0,60 Sedang
0,20 < ≤ 0,40 Rendah
0,00 < ≤ 0,20 Sangat Rendah

Nilai koefesien alfa ( r) akan dibandingkan dengan koefesien korelasi tabel

= ( , ), jika r11 ≥ maka instrumen reliabel. 152

3. Uji Tingkat Kesukaran

Dalam penyusunan instrumen perlu memperhatikan tingkat

kesukaran karena bermutu atau tidaknya butir-butir soal tes hasil belajar

awalnya diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan. Taraf Kesukaran

tes adalah kemampuan tes tersebut dalam mendapat banyaknya subyek peserta

didik yang dapat mengerjakan dengan benar. Taraf tingkat kesukaran

dinyatakan dengan P dan dicari dengan menggunakan rumus :153

P=

Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Jumlah peserta didik yang menjawab soal tes dengan benar
: Jumlah seluruh peserta didik yang mengikuti tes.

151
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010) h. 89
152
Ibid., h. 103
153
Anas, Sudijono, Op.,Cit. h. 373
Tabel 3.10
Kriteria Tingkat Kesukaran154
Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi
0 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Cukup (Sedang)
0,71 – 1,00 Mudah

4. Uji Daya Beda

Daya pembeda item merupakan kemampuan suatu butir item tes hasil

belajar untuk membedakan (mendiskriminasi) antara peserta tes yang

berkemampuan tinggi lebih banyak menjawab butir item secara benar denagn

berkemampuan rendah lebih banyak tidak dapat menjawab butir item secara

benar. Rumus dalam menentukkan daya pembeda setiap butir tes adalah : 155

D= − = −

Keterangan :
D : Daya pembeda butir soal
: Proporsi atas yang menjawab benar
: Proporsi bawah yang menjawab benar
: Banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab
: Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab
: Banyaknya peserta tes kelompok atas
: Banyaknya peserta tes kelompok bawah

154
Ibid.,372; Rahmatika Rahayu, ‘Analisis Kualitas Soal Pra Ujian Nasional Mata Pelajaran
Ekonomi Akuntansi’, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, XIV.1 (2016). h.69
155
Suharsimi Arikunto, Op.,Cit. h.228
Tabel 3.11
Kriteria Daya Pembeda156

Indeks Daya Pembeda Keputusan


0,00 – 0,20 Jelek (poor)
0,21 – 0,40 Cukup (satistifactory)
0,41 – 0,70 Baik (good)
0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)

5. Uji Tingkat Miskonsepsi

Dalam menguji tingkat Miskonsepsi, Analisis data yang dilakukan

untuk memperoleh berupa profil miskonsepsi, dengan perhitungan presentase

miskonsepsi sebagai berikut :

P= x 100%
Keterangan:
P = persentase jumlah siswa yang miskonsepsi.

F = banyaknya siswa yang paham miskonsepsi.

N = jumlah seluruh peserta tes.

Tabel 3.12
Kriteria Tingkat Miskonsepsi157
Besar P Kriteria
61% − 100% Tinggi
31% − 60% Sedang
0% − 30% Rendah

156
Ibid., h. 232
157
Rizky Dayu Utami, Salamah Agung, and Evi Sapinatul Bahriah, ‘Analisis Pengaruh Gender
Terhadap Miskonsepsi Siswa SMAN Di Kota Depok Dengan Menggunakan Tes Diagnostic Two-
Tier’, 2017. h. 96
H. Teknik Analisis Data

1. Uji Gain Ternormalisasi

Data diperoleh dari pretest dan posttest hasil belajar dalam penelitian

kuantitatif. Skor prestasi belajar peserta didik dibandingkan antara pretest dan

posttest, kemudian dihitung menggunakan gain ternomalisasi yang kemudian

diklasifikasikan berdasarkan analisis Hake, Rumus yang digunakan dalam uji

gain sebagai berikut :158


N-Gain (g) =

Perolehan skor N-gain ternormalisasi terdapat tiga kategori sebagai berikut :

Tabel 3.13
Kategori Nilai N-Gain159
Kategori nilai Gain Kriteria
g > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah

2. Uji Normalitas

Uji normalitias data bertujuan untuk mengetahui data terdistribusi

normal atau tidak.160 Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini

158
Inni Amarta Khairati, Selly Feranie, and Saeful Karim, ‘Penerapan Strategi Metakognisi Pada
Cooperative Learning Untuk Mengetahui Profil Metakognisi Dan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
SMA Pada Materi Fluida Statis’, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 2.1 (2016).
h. 67
159
Erin Radien Simbolon and Fransisca Sudargo Tapilouw, ‘Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Masalah Dan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Berpikir Kritis Siswa SMP’, EDUSAINS, VII.1
(2015). h. 192
menggunakan uji Lilliefors pada program exel dengan taraf signifikan 5%.

yang dilakukan dengan membandingkan data observasi dengan frekuensi

sebaran data yang sudah berdistribusi normal. Rumus dalam menggunakan uji

Lilliefors menurut Sudjana sebagai berikut :161

Lhitung = Max │f(z)-S(z)│ , dengan Ltabel = L( , )

Dengan hipotesis :

H0 : data terdistribusi normal

H1 : data tidak terdistribusi normal

Kesimpulan : jika Ltabel ≤ L ( , ) maka H0 diterima

Dengan langkah-langkah uji Lilliefors :

a. Mengurutkan data

b. Menentukkan frekuensi masing-masing data

c. Menentukkan frekuensi kumulatif


∑ ∑( ̅)
d. Menentukkan nila Z dimana Zi = dengan

e. Menentukan nilai f(x), dengan mengggunakan tabel z

f. Menentukkan nilai s(z) =

g. Menentukkan nilai L = │f(z)-S(z)│

h. Menentukkan nilai Lhitung = max│f(z)-S(z)│

i. Menentukkan nilai Ltabel terdapat dilampiran


160
Rahma Diani, Yuberti, and Shella Syafitri, ‘Uji Effect Size Model Pembelajaran Scramble
Dengan Media Video Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X MAN 1 Pesisir Barat’,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 5.2 (2016). h. 246
161
Samidi, ‘Pegaruh Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership Terhadap
Kreativitas Belajar Matematika Pada Siswa SMP Negeri 29 Medan T.P 2013/2014’, Jurnal EduTech,
1.1 (2015). h.8
3. Uji Homogenitas

Setelah uji Normalitas dan data dinyatakan normal, maka dilakukan uji

Homogenitas untuk mengetahui kesamaan anatara dua keadaan, dalam

menguji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji homogenitas dua

varians, rumus yang digunakan menurut sudjana dalam Indah,dkk yaitu :162


F=

Tabel 3.14
Kriteria Uji Homogenitas
Sig Kriteria
Fhitung ≥ Ftabel Tidak Homogen
Fhitung < Ftabel Homogen

4. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis digunakan jika data terdistribusi normal, yaitu Uji-t. Uji-t

merupakan tes statistik yang memungkinkan untuk membandingkan dua skor

rata-rata, yang menentukkan probabilitas (peluang) bahwa perbedaan antara

skor rata-rata adalah perbedaan yang nyata.163 Berdasarkan uji prasyarat

analisis statistik diperoleh bahwa data pretest dan posttest terdistribusi normal

dan juga homogen.

162
Syafmawandi Irwan, Thamrin, and Khairi Budayawan, ‘Kontribusi Partisipasi Aktif Siswa
Dan Fasilitas Praktikum Teradap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Teknik Kerja Bengkel (TKB)
Kelas X Jurusan Teknik Audio Video Di SMK Negeri 1 Batipuh’, Jurnal Volasional Teknik
Elektronika & Informatika, 4.1 (2016). h.56
163
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan (Bandung: Kencana
Prenada Media Group, 2013). h. 257
Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang

signifikan dalam penerapan model PDEODE berbantu PhET simulation dalam

meremediasi miskonsepsi.

Langkah-langkah uji-t sebagai berikut :164

a. Merumuskan hipotesis statistik yang dari hipotesis nol serta hipotesis

alternatifnya.

b. Menentukkan nila thitung dihitung dengan rumus :165

thitung =

( )

Keterangan :
Md : mean dari perbedaan pre-test dengan posttest

Xd : Deviasi masing-masing subyek (d-Md)

Σ : Jumlah kuadrat deviasi

N : jumlah subyek pada sampel

d : ditentukkan dengan N-1

Mencari gain (d) :

d = posttest - pretest

164
Elita Dwi Sanyoto, Woro Setyarsih, and Abd Kholiq, ‘Penerapan Model Pembelajaran
Interactive Demonstration Berbantuan Media Simulasi Virtual Untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa
Pada Materi Suhu, Kalor, Dan Perpindahan Kalor’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5.3
(2016). h. 190
165
Suharsimi Arikunto, Op.,Cit, h.306
Mencari mean gain perbedaan pre-test dengan posttest (Md) :

Menghitung nilai kuadrat deviasi (Σ ):

(∑ )
Σ = Σ –

Keterangan :

∶ jumlah gain setelah dikuadratkan

∶ jumlah gain keseluruhan

c. Menentukkan nilai ttabel = (dk = n1 + n2 – 2)

d. Kriteria Pengujian Hipotesis :

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima H1 ditolak

Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak H1 diterima

Dan Pengujian hipotesis parametrik juga dapat menggunakan uji

Paired-Sample T-Test pada program SPSS dengan taraf signifikan 5%,

ketentuan uji sebagai berikut :

Tabel 3.15
Ketentuan Uji Hipotesis166
Sig Keterangan
Sig > 0,05 H 0 Diterima
H1 Ditolak
Sig ≤ 0.05 H0 Ditolak
H1 Diterima

166
Rahma Diani, Yuberti, Shella Syafitri,, Op.,Cit. h. 273
5. Analisis Hasil Observasi
Untuk mencari presentase dari hasil lembar observasi keterlaksanaan

model pembelajaran PDEODE berbantu PhET simulation dapat dihitung

dengan rumus serta skala kriteria :167


Nilai presentase = x 100

Tabel 3.16
Skala Interprestasi Kriteria keterlaksanaan model

Sig Kriteria
0% - 20% Sangat Kurang Baik
21% - 40% Kurang Baik
41% - 60% Cukup Baik
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat Baik

6. Analisis Hasil Wawancara

Adapun langkah-langkah dalam analisis hasil wawancara adalah sebagai

berikut:

1. Membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara

2. Melaksanakan wawancara dengan narasumber

3. Menganalisis jawaban narasumber dari hasil wawancara

4. Memberikan kesimpulan hasil wawancara.

167
Sri Latifah, ‘Pengembangan Modul IPA Terpadu Terintegrasi Ayat-Ayat Al-Qur’an Pada
Materi Air Sebagai Sumber Kehidupan’, Jurnal Ilmiah Fisika Al-BiRUNi, 4.2 (2015). h. 159
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Uji Coba Instrumen

Instrumen tes yang akan digunakan pada penelitian, sebelumnya di

validasi terlebih dahulu oleh dosen ahli dan dinyatakan sangat layak

digunakan yang dapat dilihat pada lampiran 7. Setelah itu, Instrumen tes yang

akan diberikan pada sampel penelitian, sebelumnya diujicoba kepada

kelompok peserta didik yang telah menerima pokok bahasan materi fluida.

Mengenai pengujian instrumen tersebut sampai dapat digunakan menjadi

instrumen penelitian, mengujinya memakai uji validitas, uji reliabilitas, uji

tingkat kesukaran serta uji daya beda.

Dalam mendapatkan data yang akan diuji, lalu dilaksanakan uji coba tes

berupa 25 butir soal bentuk four tier diagnostic test dengan Certainty of

Response Index (CRI) diluar populasi. Dilaksanakan Uji coba tersebut pada

peserta didik kelas XII IPA 2 SMA N 1 Pagelaran. Sehingga diperoleh hasil

uji coba analisis data yaitu :

Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Butir Soal
Keterangan Soal No. Butir Soal Jumlah
2,3,4,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,
Valid 20
17,18,20,21,22,23,25
Tidak Valid 1,5,6,19,24 5
Jumlah Soal 25
Berdasarkan hasil uji validitas butir soal pada tabel 4.1, bahwa bisa

diketahui dari 25 butir soal yang sudah diujikan dengan nilai rtebel = r (0.05,30-2) =

0.35. Ketika soal tersebut lebih dari nilai rtabel maka dinyatakan valid, dalam

hal ini diperoleh 20 soal valid sehingga soal yang valid tersebut dapat

digunakan sebagai instrumen untuk mengukur miskonsepsi peserta didik.

Selanjutnya 25 soal tersebut diuji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s

Alpha, hasil analisis reliabilitas ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Statistik Hasil Uji
r11 0.72
rtabel 0.35
Kesimpulan Sedang

Soal dikatakan reliabel jika r11 > rtabel (0.72 > 0.35) dengan demikian

butir soal tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.

Untuk analisis perhitungan validasi dan reliabilitas secara keseluruhan dapat

dilihat pada lampiran 7. Setelah perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas,

peneliti melanjutkan dengan uji tingkat kesukaran menggunakan 25 butir soal

yang telah diuji hasil analisis sebagai berikut :

Tabel 4.3
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
Kategori Tingkat
No. Butur Soal Jumlah
Kesukaran
Sukar - -
1,2,3,6,7,8,9,11,12,13,14,15,16,17,
Cukup/Sedang 22
18,19,20,21,22,23,24,25,
Mudah 4,5,10 3
Jumlah soal 25
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan rata-rata tingkat kesukaran soal 0.605

yaitu 0.30 < P < 0.70 sehingga soal pada kategori cukup/sedang. Maka

disimpulkan tingkat kesukaran soal tersebut baik digunakan pada penelitian

ini. Karena selaras dengan pendapat Suharsimi Arikunto bawasanya soal

disebut baik jika soal tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.168 Dalam

keseluruhan analisis hasil perhitungan uji tingkat kesukaran dapat dilihat pada

lampiran 7.

Soal bentuk four tier diagnostic test dilengkapi Certainty of Response

Index (CRI), dengan 25 soal yang telah diuji cobakan memperoleh hasil daya

beda soal sebagai berikut :

Tabel 4.4
Hasil Uji Daya Beda butir Soal
Kategori Daya
No. Butir Soal Jumlah
Beda Soal
Jelek 9,12,19,24 4
Cukup 1,5,10,17,20,21 6
Baik 2,3,4,7,11,13,14,15,16,18,22 11
Baik Sekali 6,8,23,25 4
Jumlah soal 25

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil kategori analisis daya beda butir

soal, yang selanjutnya secara keseluruhan perhitungan hasil analisis daya beda

soal ditampilkan pada lampiran 7.

168
Suharsimi, Arikunto., Op.,Cit h.135
Berdasarkan uji coba instrument, sehingga diperoleh 20 soal yang dapat

digunakan untuk penelitian ini dan 5 soal yang dibuang/tidak digunakan

dalam penelitian.

2. Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Model Predict-

Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE) Berbantu PhET

Simulation

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dalam penggunaan

model PDEODE Berbantu PhET simulation terhadap miskonsepsi materi

fluida yang mana penelitian dilaksanakan di SMAN 2 Gadingrejo, dengan

sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 2. Dalam mengetahui keterlaksanaan

pembelajaran menggunakan model PDEODE Berbantu PhET simulation,

dilakukannya observasi keterlaksanaan model selama proses pembelajaran

berlangsung. Dalam hal ini yang menjadi pengamat/observer yaitu guru mata

pelajaran fisika kelas XI. Dilaksanakannya proses pembelajaran dalam

penelitian ini sebanyak 4 kali pertemuan.

Data hasil keterlaksanaan proses pembelajaran model PDEODE

berbantu PhET simulation pada 4 kali pertemuan ditunjukkan pada tabel 4.5

sebagai berikut :
Tabel 4.5
Presentase Keterlaksanaan model PDEODE
berbantu PhET Simulation
Pertemuan Jumlah Skor Presentase
ke-
Ke-1 112 80 %
Ke-2 113 81 %
Ke-3 115 84 %
Ke-4 115 91 %
Rata-rata - 84%
Jumlah Skor 140 100%
Maksimum

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan presentase keterlaksanaan

model PDEODE berbantu PhET Simulation bahwa terjadi peningkatan

kegiatan pembelajaran dengan kategori sangat baik yang mana hampir seluruh

kegiatan terlaksana dengan rata-rata 84%. Selain itu, adanya hasil analisa

presentase ini peneliti menilai kekurangan pada bagian yang belum terlaksana

secara keseluruhan, yang selanjutnya akan dibenahi melalui semua kegiatan

pembelajaran yang sudah disusun sesuai pada tahap-tahap pembelajaran

model PDEODE berbantu PhET Simulation.

Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pretest

terlebih dahulu untuk melihat kemampuan awal serta melihat miskonsepsi

yang terjadi pada peserta didik sebelum diberi perlakuan model PDEODE

berbantu PhET Simulation. Pada pertemuan pertama bertujuan meremediasi

sub konsep fluida statis tentang tekanan hidrostatis dan hukum pascal (no soal

Pretest 1,2,3,5,6). Sebelum pada kegiatan inti peneliti melakukan kegiatan


pendahuluan berupa memperkenalkan diri, membaca do’a, sedikit memberi

motivasi untuk selalu membaca dan membuka wawasan ilmu. Serta peneliti

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memberi

pertanyaan yang mengarah ke materi yang akan dibahas, salah satunya

memberi pertanyaan apakah air didalam bak mandi merupakan contoh dari

fluida statis, jika iya mengapa demikian.

Selanjutnya pada kegiatan inti, dilakukannya langkah-langkah model

PDEODE berbantu PhET Simulation. diawali dengan menyampaikan

pengantar materi mengenai tekanan hidrostatis, hukum pascal kemudian

peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan membagikan lembar

kerja peserta didik (LKPD) pada masing-masing kelompok. Selanjutnya,

peneliti memberi rumusan masalah dari peristiwa fluida statis dalam

kehidupan sehari-hari dengan menampilkan gambar serta pertanyaan yang

diajukan peneliti yang ditunjukkan pada lampiran 17.

Setelah peneliti memberi rumusan masalah dari peristiwa fluida statis

dalam kehidupan sehari-hari berserta pertanyaan yang diajukan, selanjutnya

kegiatan inti masuk pada tahap-tahap pembelajaran model PDEODE berbantu

PhET Simulation yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Predict (memprediksi)

Pada tahap memprediksi, peserta didik mengamati rumusan masalah

pada peristiwa fluida statis yang dapat dilihat di LKPD yang telah dibagikan

terdapat dalam lampiran 17. Peserta didik secara individu mengamati dan
memberi hipotesis atau prediksi semantara dari jawaban rumusan masalah

yang diberikan. Salah satu contoh hipotesisi peserta didik terdapat pada

lampiran 17.

Pada jawaban pertama terlihat peserta didik mengalami miskonsepsi

bahwa telinga terasa berat dikedalaman tertentu karena adanya tekanan

antara air dan dasar permukaan sehinga kurangnya oksigen didalam air, yang

mana konsep seharusnya telinga terasa berat karena adanya perbedaan antara

tekanan dan kedalaman. Sedangkan miskonsepsi yang dialami peserta didik

pada jawaban no 2 yang mana peserta didik mengira luas benda yang besar

maka mempunyai tekanan yang besar dan luas benda yang kecil mempunyai

tekanan yang kecil. Untuk tahap selanjutnya yaitu Discuss I.

b. Tahap Discuss I

Pada Tahap discuss I peserta didik berkumpul dengan kelompok

masing-masing untuk mendiskusikan rumusan masalah serta prediksi/dugaan

sementara dari masing-masing individu untuk kemudian dipadukan sehingga

menghasilkan pemecahan masalah. Hasil discuss I pada salah satu kelompok

yang ditampilkan dalam lampiran 17.

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa terdapat miskonsepsi yang

mana telinga terasa berat seharusnya dikarenakan adanya perbedaan tekanan

dan kedalaman yang berbanding lurus. Sedangkan ceret pada bidang datar

yang mempunyai 2 bentuk yang berbeda tekanannya tetap sama walaupun

bentuk yang berbeda.


c. Tahap Explain I (Menjelaskan)

Tahap menjelaskan yaitu tahap dimana perwakilan setiap kelompok

untuk maju membacakan hasil diskusi dalam menjawab rumusan masalah.

Dari hasil penelitian terdapat perbedaan antara kelompok satu dengan

kelompok yang lain, salah satu contoh 2 kelompok yang berbeda


berbeda pendapat

ditunjukan pada lampiran 17.

Terlihat jawaban dari kedua kelompok bahwa terdapat perbedaan

pendapat antar kelompok


elompok pertama miskonsepsi yang dialami pada no 2,3,4

dan 5 sedangkan kelompok kedua miskonsepsi yang dialami pada no 1,2,3,4

dan 5 dengan jawaban miskonsepsi yang berbeda-beda.


berbeda

d. Tahap Observe (Percobaan/Eksperimen)

Pada tahap observe peserta didik melakukan


kukan percobaan dengan

menggunakan media PhET simulation yang dilengkapi LKPD untuk

memudahkan peserta didik dalam menggunakan PhET simulation serta

langkah percobaan yang akan dilakukan,


dilakukan, dikarenakan peserta didik belum

pernah menggunakan PhET simulaton. Dengan


engan gambar simulasi PhET :

4. Simulasi Percobaan Pada PhET Simulation


Gambar 4.1
Peserta didik melakukan 3 kali percobaan dengan wadah bejana yang

berbeda-beda. Hasil percobaan dapat dilihat pada lampiran 17. Berdasarkan

hasil percobaan, maka selanjutnya data tersebut dianalisis pada tahap

selanjutnya yaitu tahap Discuss II.

e. Tahap Discuss II

Pada tahap discuss II, peserta didik secara berkelompok membahas dan

mendiskusikan hasil percobaan yang telah dilakukan. Hasil pembahasan

ditunjukkan pada lampiran 17.

Pada tahap ini diketahui peserta didik yang mengalami miskonsepsi

dapat merubah konsep nya menjadi paham konsep. Sebagai contoh peserta

didik yang awalnya berhipotesis bahwa telinga terasa berat ketika makin

kebawah adalah karena tekanan udara dibawah kecil sehingga makin

kebawah maka makin kecil. Setelah diberi langkah percobaan dengan

menggunakan PhET simulation peserta didik dapat mengetahui bahwa

semakin dalam suatu kedalaman maka makin besar pula tekanannya.

f. Tahap Expalin II (Menjelaskan)

Tahap explain II, perwakilan setiap kelompok untuk menjelaskan

terkait jawaban atas rumusan masalah yang ada secara detail. Berikut

pembahasan pada tahap explain II pada kedua kelompok yang ditunjukkan

pada lampiran 17.


Berdasarkan kedua jawaban kelompok yang telah dilampirkan, terlihat

bahwa keduanya mempunyai kesimpulan yang hampir sama dan terdapat

perubahan dari miskonsepsi menjadi paham konsep. Terlihat dengan

membandingkan hipotesis yang dibuat dengan hasil praktikum dan diskusi

serta pemberian kesimpulan pada penjelasan ditahap terakhir. Pemberian

kesimpulan yang dilakukan peserta didik dibimbing oleh guru, serta guru

mengevaluasi proses pembelajaran untuk mengakhir pembelajaran pada

pertemuan pertama.

Semua tahapan pembelajaran PDEODE berbantu PhET simulation

pada pertemuan pertama ini mengungkapkan bahwa semua tahapan

dilakukan dengan baik seperti pada RPP yang terlampir serta sudah

dianalisis persentase keterlaksanaannya 80%, dan bisa dilihat pada tabel 4.5.

Selanjutnya pada pertemuan kedua penelitian dengan tujuan untuk

meremidiasi miskonsepsi fluida statik pada konsep hukum Archimedes.

kapilaritas, viskositas, tegangan permukaan (no soal pretest 4,7,8,9,10,11).

Sesuai dengan RPP yang terlampir. Kegiatan pendahuluan dengan

melakukan aktivitas yaitu berdo’a, pemberian motivasi, dan sedikit review

pembelajaran sebelumnya yaitu tentang fluida statis pada hukum tekanan

hidrostatik serta memberi pertanyaan yang mengarah pada konsep fluida

statik yang akan dibahas.

Kemudian pada kegiatan inti, dilakukannya langkah-langkah model

PDEODE berbantu PhET Simulation. diawali dengan menyampaikan


pengantar materi mengenai konsep hukum Archimedes, kapilaritas,

viskositas, tegangan permukaan, kemudian peserta didik dibagi menjadi

beberapa kelompok dan membagikan lembar kerja peserta didik (LKPD)

pada masing-masing kelompok. Selanjutnya, peneliti memberi rumusan

masalah dari peristiwa fluida statik dalam kehidupan sehari-hari dengan

menampilkan gambar serta pertanyaan yang diajukan peneliti yang dapat

dilihat pada lampiran 17.

Setelah peneliti memberi rumusan masalah dari peristiwa fluida statik

dalam kehidupan sehari-hari berserta pertanyaan yang diajukan, selanjutnya

kegiatan inti masuk pada tahap-tahap pembelajaran model PDEODE

berbantu PhET Simulation yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Predict (Memprediksi)

Pada tahap memprediksi, peserta didik mengamati rumusan masalah

pada peristiwa fluida statik yang dapat dilihat di LKPD yang telah

dibagikan, peserta didik secara individu mengamati dan memberi hipotesis

atau prediksi sementara dari jawaban rumusan masalah yang diberikan.

Hipotesis dari salah satu peserta didik yang ditunjukkan pada lampiran 17.

Pada jawaban pertama terlihat peserta didik mengalami miskonsepsi

yang mana seharusnya paku dapat tenggalam dikarenakan massa jenis paku

lebih besar dari massa jenis air bukan berat tetapi massa jenis. Miskonsespi

yang dialami pada jawaban kedua kapal dapat terapung dikarenakan volume
kapal lebih kecil dibandingkan volume air laut sehingga massa jenis kapal

kurang dari massa jenis air laut.

b. Tahap Discuss I

Pada Tahap discuss I peserta didik berkumpul dengan kelompok

masing-masing untuk mendiskusikan rumusan masalah serta prediksi/dugaan

sementara dari masing-masing individu untuk kemudian dipadukan sehingga

menghasilkan pemecahan masalah. Hasil discuss I untuk salah satu

kelompok terdapat dalam lampiran 17.

Berdasarkan jawaban dari salah satu kelompok terlihat bahwa terdapat

miskonsepsi yang mana seharusnya jawaban no 1 dan 2 kapal dapat terapung

dikarenakan menurut hukum Archimedes massa jenis kapal kurang dari

massa jenis air laut bukan sebaliknya. Sedangkan paku dapat tenggelam

karena massa jenis paku lebih besar dari massa jenis air bukan sebaliknya.

c. Tahap Explain (Menjelaskan)

Tahap menjelaskan yaitu tahap dimana perwakilan setiap kelompok

untuk maju membacakan hasil diskusi dalam menjawab rumusan masalah.

Dari hasil penelitian terdapat perbedaan antara kelompok satu dengan

kelompok yang lain salah satunya ditunjukan pada lampiran 17.

Terlihat bahwa terdapat perbedaan pendapat antar kelompok yang

mana kelompok 1 mengalami miskonsepsi bahwa paku tenggelam karena

lebih berat dibandingkan air sedangkan air laut lebih berat dibandingkan
kapal sehingga terapung. Untuk kelompok 2 mengalami miskonsepsi dimana

massa jenis paku lebih kecil dibandingkan massa jenis air laut sehi
sehingga

tenggelam sedangkan massa jenis kapal lebih besar sehingga tenggelam.

Kedua kelompok mengalami miskonsepsi yang seharusnya kelompok

pertama yang mempengaruhi massa jenis bukan beratnya, kelompok 2

seharusnya massa jenis benda lebih besar dibanding massa


massa jenis air sehingga

benda terapung, massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis air sehingga

benda tenggelam. Pendapat yang masih konsisten miskonsepsi akan di

buktikan dengan konsep sebenarnya pada tahap selanjutnya.

d. Tahap Observe (Percobaan/Eksperimen)

Pada tahap observe peserta didik melakukan percobaan dengan

menggunakan media PhET simulation yang dilengkapi LKPD untuk

memudahkan peserta didik dalam prosedur menggunakan PhET simulation

serta langkah percobaan yang akan dilakukan,


dilakuka , dikarenakan peserta didik

belum pernah menggunakan PhET simulaton.. Percobaan dilakukan

berdasarkan rumusan masalah diatas. Dengan gambar simulasi PhET :

Gambar 4.2 Simulasi Percobaan pada PhET Simulation


Peserta didik melakukan 3 kali percobaan langkah serta prosedur

percobaan dapat dilihat dalam LKPD. Berikut hasil percobaan pada sub

konsep hukum Archimedes ditunjukkan pada lampiran 17. Berdasarkan hasil

percobaan maka selanjutnya data tersebut dianalisis pada tahap selanjutnya

yaitu tahap Discuss II.

e. Tahap Discuss II

Pada tahap diskusi kedua ini peserta didik secara berkelompok

membahas dan mendiskusikan hasil percobaan yang telah dilakukan. Hasil

pembahasan diskusi ditunjukkan pada lampiran 17.

Peserta didik pada tahap ini membandingkan berdasarkan hasil

observasi antara hipotesis awal dengan setelah pengamatan atau praktikum.

Diketahui peserta didik yang mengalamai miskonsepsi dapat merubah

konsepnya menjadi paham konsep. Sebagai contoh peserta didik yang

awalnya berhipotesis bahwa kapal terapung dikarenakan massa jenis kapal

lebih besar dari massa jenis air laut. Setelah diberi langkah percobaan

dengan menggunakan PhET simulation peserta didik dapat mengetahui kapal

dapat terapung karena massa jenis kapal lebih kecil dari massa jenis air laut.

f. Tahap Explain II (Menjelaskan)

Tahap explain II, perwakilan setiap kelompok untuk menjelaskan

terkait jawaban atas rumusan masalah yang ada secara detail. Pembahasan

pada tahap explain II dari kedua kelompok yang dapat dilihat dalam

lampiran 17.
Berdasarkan jawaban dari kedua kelompok terlihat bahwa keduanya

mempunyai kesimpulan yang hampir sama dan terdapat perubahan dari

miskonsepsi menjadi paham konsep terlihat dari membandingkan hipotesis

yang dibuat dengan hasil praktikum dan diskusi serta pemberian kesimpulan

dengan menjelaskan pada tahap terakhir. Pemberian kesimpulan yang

dilakukan peserta didik dibimbing oleh guru, serta guru mengevaluasi proses

pembelajaran untuk mengakhir pembelajaran pada pertemuan kedua.

Semua tahapan pembelajaran PDEODE berbantu PhET simulation

pada pertemuan kedua ini mengungkapkan bahwa semua tahapan dilakukan

dengan baik seperti pada RPP yang terlampir serta sudah dianalisis

persentase keterlaksanaannya 81%, dan bisa dilihat pada tabel 4.5.

Pada pertemuan ketiga penelitian dengan tujuan untuk meremidiasi

miskonsepsi fluida dinamis pada konsep kontinuitas dan Bernoulli (no soal

pretest 12,13,7,18,19). Sesuai dengan RPP Kegiatan pendahuluan dengan

melakukan aktivitas yaitu berdo’a, pemberian motivasi, dan sedikit

mereview pembelajaran sebelumnya yaitu tentang fluida statis serta memberi

pertanyaan yang mengarah pada konsep fluida dinamis yang akan dibahas.

Kemudian pada kegiatan inti, dilakukannya langkah-langkah model

PDEODE berbantu PhET Simulation. diawali dengan menyampaikan

pengantar materi mengenai prinsip Kontinuitas dan prinsip Bernoulli,

kemudian peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan membagikan

lembar kerja peserta didik (LKPD) pada masing-masing kelompok.


Selanjutnya, peneliti memberi rumusan masalah dari peristiwa fluida

dinamis dalam kehidupan sehari-hari dengan menampilkan gambar serta

pertanyaan yang diajukan peneliti yang dapat dilihat pada lampiran 17.

Setelah peneliti memberi rumusan masalah dari peristiwa fluida

dinamis dalam kehidupan sehari-hari berserta pertanyaan yang diajukan,

selanjutnya kegiatan inti masuk pada tahap-tahap pembelajaran model

PDEODE berbantu PhET Simulation yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Predict (Memprediksi)

Pada tahap memprediksi, peserta didik mengamati rumusan masalah

pada peristiwa fluida dinamis yang dapat dilihat di LKPD yang telah

dibagikan, peserta didik secara individu mengamati dan memberi hipotesis

atau prediksi semantara dari jawaban rumusan masalah yang diberikan.

Hipotesis dari salah satu peserta didik yang dapat dilihat pada lampiran 17.

Pada jawaban pertama terlihat peserta didik mengalami miskonsepsi

yang mana seharusnya pada jawaban no 1 sungai yang dangkal cenderung

deras sedangkan sungai yang dalam cenderung tenang. Sedangkan

miskonsepsi yang dialami peserta didik pada jawaban no 2 yang mana

peserta mengira jika selang dibiarkan terbuka kecepatan aliran air akan

besar, jika sedikit ditutup kecepatan alirannya kecil dikarenakan untuk

selang yang sedikit ditutup luas selang lebih kecil sehingga tekanan kecil dan

kecepatan air yang keluar kecil, lain halnya dengan yang terbuka tekanannya

tetap besar kecepatannya akan besar pula.


b. Tahap Discuss I

Pada Tahap discuss I peserta didik berkumpul dengan kelompok

masing-masing untuk mendiskusikan rumusan masalah serta prediksi/dugaan

sementara dari masing-masing individu untuk kemudian dipadukan sehingga

menghasilkan pemecahan masalah. Hasil discuss I untuk salah satu

kelompok yang ditunjkkan pada lampiran.

Berdasarkan jawaban dari salah satu kelompok terlihat bahwa terdapat

miskonsepsi yang mana seharusnya jawaban no 1,2 dan 3 menurut prinsip

bernoulli bahwa sungai yang luas memiliki kecepatan kecil sedangkan

tekanannya besar, begitupun sebaliknya. Untuk debit pada sungai yang besar

makan debit yang dihasilkan besar pula, begitupun sebaliknya, untuk

jawaban no 4 mengalami miskonsepsi yang seharusnya selang sedikit ditutup

kecepatannya akan cepat karena tekanannya kecil, jika selang terbuka

kecepatannya akan kecil karena tekanan besar.

c. Tahap Explain (Menjelaskan)

Tahap menjelaskan yaitu tahap dimana perwakilan setiap kelompok

untuk maju membacakan hasil diskusi dalam menjawab rumusan masalah.

Dari hasil penelitian terdapat perbedaan antara kelompok satu dengan

kelompok yang lain salah satunya ditunjukan pada lampiran 17.

Terlihat pada jawaban kedua kelompok bahwa terdapat perbedaan

pendapat antar kelompok 1 dan kelompok 2 dengan jawaban yang berbeda


tetapi yang sama-sama
sama mengalami miskonsepsi pada no 1,2,3 dan 4.

Pendapat yang masih konsisten miskonsepsi maupun jawaban benar akan di

buktikan konsep yang benar pada tahap selanjutnya.

d. Tahap Observe (Percobaan/Eksperimen)

Pada tahap observe peserta didik melakukan percobaan dengan

menggunakan media PhET simulation yang dilengkapi LKPD untuk

memudahkan peserta didik dalam prosedur menggunakan PhET simulation

serta langkah percobaan yang akan dilakukan,


dilakukan, dikarenakan peserta didik

belum pernah menggunakan


m PhET simulaton.. Percobaan dilakukan

berdasarkan rumusan masalah diatas. Dengan gambar simulasi PhET :

Gambar 4.3 Simulasi Percobaan pada PhET Simulation

Peserta didik melakukan 2 kali percobaan langkah serta prosedur

percobaan dapat dilihat dalam


dalam LKPD. Hasil percobaan pada sub konsep

prinsip kontinuitas dan Bernoulli dilihat pada lampiran 17. Berdasarkan

hasil percobaan, maka selanjutnya data tersebut dianalisis pada tahap

selanjutnya yaitu tahap Discuss II.


e. Tahap Discuss II

Pada tahap diskusi kedua ini peserta didik secara berkelompok

membahas dan mendiskusikan hasil percobaan yang telah dilakukan. Hasil

pembahasan ditunjukkan pada lampiran 17.

Peserta didik pada tahap ini membandingkan berdasarkan hasil

observasi antara hipotesis awal dengan setelah pengamatan atau praktikum.

Diketahui peserta didik yang mengalamai miskonsepsi dapat merubah

konsepnya menjadi paham konsep. Sebagai contoh peserta didik yang

awalnya berhipotesis bahwa sungai yang luas memiliki kecepatan yang besar

karena tekanannya besar. Setelah percobaan dengan menggunakan PhET

simulation peserta didik dapat mengetahui bahwa Sungai yang luas memliki

kecepatan yang kecil karena tekanannya besar.

f. Tahap Expalin II (Menjelaskan)

Tahap explain II, perwakilan setiap kelompok untuk menjelaskan

terkait jawaban atas rumusan masalah yang ada secara detail. Berikut

pembahasan pada tahap explain II yang ditunjukkan pada lampiran 17.

Berdasarkan jawaban dari kedua kelompok terlihat bahwa keduanya

mempunyai kesimpulan yang hampir sama dan terdapat perubahan dari

miskonsepsi menjadi paham konsep terlihat dari membandingkan hipotesis

yang dibuat dengan hasil praktikum dan diskusi serta pemberian kesimpulan

dengan menjelaskan pada tahap terakhir. Pemberian kesimpulan yang


dilakukan peserta didik dibimbing oleh guru, serta guru mengevaluasi proses

pembelajaran untuk mengakhir proses pembelajaran pada pertemuan ketiga.

Semua tahapan pembelajaran PDEODE berbantu PhET simulation

pada pertemuan ketiga ini mengungkapkan bahwa semua tahapan dilakukan

dengan baik seperti pada RPP yang terlampir serta sudah dianalisis

persentase keterlaksanaannya 84%, dan dapat dilihat pada tabel 4.5.

Pada pertemuan keempat penelitian degan tujuan untuk meremidiasi

miskonsepsi fluida dinamis pada konsep Bernoulli (Contoh penerapan

prinsip Bernoulli yaitu gaya angkat pesawat, venturimeter, tangki

kebocoran) dengan no soal 14,15,16,20. Sesuai dengan RPP Kegiatan

pendahuluan dengan melakukan aktivitas yaitu berdo’a, pemberian motivasi,

dan sedikit mereview pembelajaran sebelumnya, serta memberi pertanyaan

yang mengarah pada konsep penerapan prinsip Bernoulli dalam kehidupan

sehari-hari yang akan dibahas. Kemudian pada kegiatan inti, dilakukannya

langkah-langkah model PDEODE berbantu PhET Simulation. diawali

dengan menyampaikan pengantar materi mengenai penerapan prinsip

Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari, kemudian peserta didik dibagi

menjadi beberapa kelompok dan membagikan Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) pada masing-masing kelompok. Selanjutnya, peneliti memberi

rumusan masalah dari peristiwa fluida Dinamis dalam kehidupan sehari-hari

dengan menampilkan gambar serta pertanyaan yang diajukan peneliti yang

ditunjukkan pada lampiran 17.


Setelah peneliti memberi contoh peristiwa fluida dinamis dalam

kehidupan sehari-hari berserta pertanyaan yang diajukan, selanjutnya

kegiatan inti masuk pada tahap-tahap pembelajaran model PDEODE

berbantu PhET Simulation yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Predict (Memprediksi)

Pada tahap memprediksi, peserta didik mengamati rumusan masalah

pada peristiwa fluida dinamis yang dapat dilihat di LKPD yang telah

dibagikan, peserta didik secara individu mengamati dan memberi hipotesis

atau prediksi semantara dari jawaban rumusan masalah yang diberikan.

Hipotesis dari salah satu peserta didik ditunjukkan pada lampiran 17.

Pada jawaban peserta didik terlihat bahwa terdapat miskonsepsi yang

mana Jarak pancuran besar dengan ketinggihan besar mengakibatkan

kecepatan aliran kecil karena tekanan yang ditimbulkan besar. Seharusnya

konsep yang benar adalah Semakin tinggi suatu ketinggihan maka Jarak

pancuran semakin besar yang mengakibatkan kecepatan aliran juga besar

sehingga tekanan yang ditimbulkan menjadi kecil.

b. Tahap Discuss I

Pada Tahap discuss I peserta didik berkumpul dengan kelompok

masing-masing untuk mendiskusikan rumusan masalah serta prediksi/dugaan

sementara dari masing-masing individu untuk kemudian dipadukan sehingga

menghasilkan pemecahan masalah. hasil diskusi I untuk salah satu kelompok

ditampilkan pada lampiran 17.


Berdasarkan jawaban dari salah satu kelompok terlihat bahwa terdapat

miskonsepsi yang mana seharusnya untuk no 1 kelompok tersebut sudah

paham konsep, akan tetapi untuk no 2 dan 3 mengalami miskonsepsi yang

seharusnya semakin tinggi suatu ketinggihan maka kecepatan alirannya

makin besar sedangkan tekanan kecil, pada no 4 telah paham konsep dimana

yang mempengaruhi jarak pancuran air hanya ketinggihan permukaan air

dengan lubang pancuran dan ketinggihan lubang air dengan tanah.

c. Tahap Explain I (Menjelaskan)

Tahap menjelaskan yaitu tahap dimana perwakilan setiap kelompok

untuk maju membacakan hasil diskusi dalam menjawab rumusan masalah.

Dari hasil penelitian terdapat perbedaan antara kelompok satu dengan

kelompok yang lain salah satunya ditunjukan pada lampiran 17.

Terlihat bahwa terdapat perbedaan pendapat antar kelompok yang

memungkinkan pada tahap ini peserta didik mengalami konflik kognitif.

Peserta didik memahami jawaban mana yang benar dan jawaban mana yang

miskonsepsi. Pada kelompok pertama miskonsepsi dialami pada no 3 dan 4

sedangkan kelompok 2 miskonsepsi pada no 3 dan 4. Miskonsepsi yang

dialami dapat membedakan hasil diskusi antar kelompok. Pendapat yang

masih konsisten miskonsepsi maupun jawaban benar akan di buktikan pada

konsep yang benar di tahap selanjutnya.


d. Tahap Observe (Percobaan/Eksperimen)

Pada tahap observe peserta didik melakukan percobaan dengan

menggunakan media PhET simulation yang dilengkapi LKPD untuk

memudahkan peserta didik dalam menggunakan PhET simulation serta

langkah percobaan yang akan dilakukan, dikarenakan peserta didik belum

pernah menggunakan PhET simulation. Percobaan dilakukan berdasarkan

rumusan masalah diatas khususnya pada tangki kebocoran. Dengan gambar

simulasi PhET :

Gambar 4.4 Simulasi Percobaan Pada PhET Simulatin

Peserta didik melakukan percobaan langkah serta prosedur percobaan

dapat dilihat dalam LKPD. Hasil percobaan pada tangki kebocoran terdapat

pada lampiran 17. Berdasarkan hasil percobaan, maka selanjutnya data

tersebut dianalisis pada tahap selanjutnya yaitu tahap Discuss II.

e. Tahap Discuss II

Pada tahap diskusi kedua ini peserta didik secara berkelompok

membahas dan mendiskusikan hasil percobaan yang telah dilakukan. Hasil

pembahasan ditunjukkan pada lampiran 17.


Peserta didik pada tahap ini membandingkan berdasarkan hasil

observasi antara hipotesis awal dengan setelah pengamatan atau praktikum.

Diketahui peserta didik yang mengalamai miskonsepsi dapat merubah

konsepnya menjadi paham konsep. Sebagai contoh pada salah satu hasil

diskusi diatas bahwa peserta didik yang awalnya berhipotesis bahwa

semakin tinggi suatu ketinggihan maka aliran air semakin kecil dan tekanan

semakin besar. Setelah diberi langkah percobaan dengan menggunakan

PhET simulation peserta didik dapat mengetahui bahwa semakin tinggi suatu

ketinggihan maka aliran air semakin besar dan tekanan semakin kecil.

Peserta didik pada tahap ini membandingkan berdasarkan hasil

observasi antara hipotesis awal dengan setelah pengamatan atau praktikum.

Diketahui peserta didik yang mengalamai miskonsepsi dapat merubah

konsepnya menjadi paham konsep. Sebagai contoh pada salah satu hasil

diskusi diatas bahwa peserta didik yang awalnya berhipotesis bahwa

semakin tinggi suatu ketinggihan maka aliran air semakin kecil dan tekanan

semakin besar. Setelah diberi langkah percobaan dengan menggunakan

PhET simulation peserta didik dapat mengetahui bahwa semakin tinggi suatu

ketinggihan maka aliran air semakin besar dan tekanan semakin kecil.

f. Tahap Expalin II (Menjelaskan)


Tahap explain II, perwakilan setiap kelompok untuk menjelaskan

terkait jawaban atas rumusan masalah yang ada secara detail. Pembahasan

pada tahap explain II yang ditunjukkan pada lampiran 17.


Berdasarkan jawaban dari kedua kelompok terlihat bahwa keduanya

mempunyai kesimpulan yang hampir sama dan terdapat perubahan dari

miskonsepsi menjadi paham konsep terlihat dari membandingkan hipotesis

awal yang dibuat dengan hasil praktikum dan diskusi serta pemberian

kesimpulan dengan menjelaskan pada tahap terakhir. Pemberian kesimpulan

yang dilakukan peserta didik dibimbing oleh guru, serta guru mengevaluasi

dari pembelajaran mengakhir proses pembelajaran pada pertemuan keempat.

Semua tahapan pembelajaran PDEODE berbantu PhET simulation

pada pertemuan pertama ini mengungkapkan bahwa semua tahapan

dilakukan dengan baik seperti pada RPP yang terlampir serta sudah

dianalisis persentase keterlaksanaannya 91%, dan bisa dilihat pada tabel 4.5.

Proses pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran

PDEODE berbantu PhET Simulation telah dilaksanakan selama 4 kali

pertemuan, kemudian peneliti memberikan soal posttes bentuk four tier

diagnostic test dilengkapi CRI untuk melihat penurunan miskonsepsi akibat

remediasi menggunakan model PDEODE berbantu PhET Simulation.

3. Hasil Miskonsepsi Peserta didik

Miskonsepsi yang dialami peserta didik diidentifikasi dan dianalisis

menggunakan tes bentuk four tier diagnostic test dilengkapi CRI dengan

pola jawaban dan tingkat keyakinan jawaban sebagai berikut :


Tabel 4.6 Kombinasi Jawaban Four tier diagnostic test 169
Kombinasi Jawaban
Kategori Skor Tingkat Tingkat
Jawaban Alasan
KeyakinanJawaban KeyakinanAlasan
Benar Yakin Benar Yakin
Paham
Benar Tidak Yakin Benar Tidak Yakin
Konsep 2
Benar Yakin Benar Tidak Yakin
(PK)
Benar Tidak Yakin Benar Yakin
Benar Tidak Yakin Salah Tidak Yakin
Salah Tidak Yakin Benar Tidak Yakin
Tidak
Salah Tidak Yakin Salah Tidak Yakin
Paham
0 Benar Yakin Salah Tidak Yakin
Konsep
Salah Tidak Yakin Benar Yakin
(TPK)
Benar Tidak Yakin Salah Yakin
Benar Yakin Salah Yakin
Salah Yakin Benar Tidak Yakin
Salah Yakin Benar Yakin
Miksonsepsi
1 Salah Yakin Salah Tidak Yakin
(M)
Salah Tidak Yakin Salah Yakin
Salah Yakin Salah Yakin

Tabel 4.7 Kategori Skala tingkat keyakinan (CRI)170


Kategori Skala Tingkat Keyakinan

Menebak 0
Sangat Tidak Yakin 1 Rendah/Tidak yakin
Tidak Yakin 2
Yakin 3
Sangat Yakin 4 Tinggi/Yakin
Amat Sangat Yakin 5

Berikut Presentase penurunan miskonsepsi yang dianalisis berdasarkan


tiap sub konsep dan tiap peserta didik menggunakan data pretest dan posttest
yaitu :

169
Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati, and Sugianto., Op.,Cit h.43 ; Widya Brata Sheftyawan,
Trapsilo Prihandono, Albertus Djoko Lesmono, Op.,Cit h.149
170
Saleem Hasan, Diola Bagayoko, and Ella L Kelley., Op.,Cit. h. 294
Tabel 4.8 Presentase rata-rata penurunan miskonsepsi tiap sub konsep
no Miskonsepsi
Sub konsep
soal nO(%) ni (%) ∆n (%)
2 73.33 16.67 77.27
1 53.33 30 43.75
Tekanan Hidrostatis
3 56.67 36.67 35.29
5 53.33 23.33 56.25
Rata-rata presentase 59.17% 26.67% 53.14%
4 43.33 26.67 38.46
Hukum Archimedes 7 53.33 33.33 37.50
8 33.33 13.33 60.00
Rata-rata presentase 43.33 24.44% 45.32%
Hukum Pascal 6 56.67 33.3 58.82
Rata-rata presentase 56.67% 33.3% 58.82%
tegangan permukaan 9 60 30 50
Rata-rata presentase 60% 30% 50%
Viskositas 10 66.67 20 70
Rata-rata presentase 66.67 20 70
kapilaritas 11 26.67 16.7 37.5
Rata-rata presentase 26.67% 16.7% 37.5%
12 50 16.7 66.67
13 46.67 20 57.14
14 50 26.7 46.67
Prinsip Bernoulli
15 43.33 23.3 46.15
16 56.67 30 47.06
20 56.67 16.7 70.59
Rata-rata presentase 50.56% 22.2% 55.71%
17 56.67 30 47.06
Prinsip Kontinuitas 18 36.67 26.7 27.27
19 33.33 13.3 60
Rata-rata presentase 42.22% 23.3% 44.78%
Jumlah 405.28 196.67 415.28
Rata -rata 50.66% 24.58% 51.96%
Keterangan : no(%) : Presentase miskonsepsi (pretest)
ni (%) : Presentase miskonsepsi (posttest))
∆n (%): Presentase Penurunan miskonsepsi
Tabel 4.9 Presentase rata-rata penurunan tidak paham konsep per sub konsep
no Tidak paham konsep
sub konsep
soal no (%) ni (%) ∆n (%)
1 30 10 66.67
2 13.33 13.33 0.00
Tekanan Hidrostatis
3 26.67 20 25
5 33.33 13.33 60
Rata-rata presentase 25.83% 14.17% 37.92%
4 40 20 50
Hukum Archimedes 7 33.33 20 40
8 23.33 26.67 -14.29
Rata-rata presentase 32.22% 22.22% 25.24%
Hukum Pascal 6 36.67 16.67 -45.45
Rata-rata presentase 36.67% 16.67% -45.45%
tegangan permukaan 9 23.33 16.67 28.57
Rata-rata presentase 23.33% 16.67% 28.57%
Viskositas 10 23.33 20 14.29
Rata-rata presentase 23.33% 20% 14.29%
kapilaritas 11 40 10 75
Rata-rata presentase 40% 10% 75%
12 33.33 33.33 0
13 30 13.33 55.56
14 43.33 26.67 38.46
Prinsip Bernoulli
15 30 20 33.33
16 46.67 53.33 -14.29
20 33.33 46.67 -40
Rata-rata presentase 36.11% 32.22% 12.18%
17 26.67 26.67 0.00
Prinsip Kontinuitas 18 53.33 20.00 62.50
19 36.67 13.33 63.64
Rata-rata presentase 38.89% 20.00% 42.05%
Jumlah 256.39 151.94 189.78
Rata -rata 32.08% 18.99% 23.72%

Keterangan : no(%) : Presentase tidak paham konsep (pretest)


ni (%) : Presentase miskonsepsi (posttest))
∆n (%) : Presentase penurunan tidak paham konsep
Tabel 4.10 Presentase Penurunan Miskonsepsi tiap peserta didik
Kode ∆n Tidak
No peserta Miskonsepsi N (%) paham N ∆n(%)
didik konsep
no n1 no n1
1 Y- 01 4 2 2 50 14 8 6 42.86
2 Y-02 6 4 2 33.33 12 7 5 41.67
3 Y-03 5 5 0 0 10 1 9 90
4 Y-04 11 3 8 72.73 7 7 0 0
5 Y-05 5 6 -1 -20 8 4 4 50
6 Y-06 17 8 9 52.94 3 7 -4 -133
7 Y-07 10 4 6 60 6 4 2 33.33
8 Y-08 11 6 5 45.45 8 4 4 50
9 Y-09 10 5 5 50 8 5 3 37.5
10 Y-10 6 7 -1 -16.7 6 3 3 50
11 Y-11 12 7 5 41.67 6 4 2 33.33
12 Y-12 11 4 7 63.64 8 4 4 50
13 Y-13 10 4 6 60 5 4 1 20
14 Y-14 14 5 9 64.29 5 2 3 60
15 Y-15 13 5 8 61.54 6 6 0 0
16 Y-16 10 3 7 70 7 7 0 0
17 Y-17 10 3 7 70 4 4 0 0
18 Y-18 10 4 6 60 6 2 4 66.67
19 Y-19 6 4 2 33.33 11 5 6 54.55
20 Y-20 13 5 8 61.54 6 4 2 33.33
21 Y-21 10 5 5 50 4 3 1 25
22 Y-22 9 4 5 55.56 9 7 2 22.22
23 Y-23 16 7 9 56.25 0 2 -2 0
24 Y-24 6 3 3 50 2 3 -1 -50
25 Y-25 13 1 12 92.31 2 7 -5 -250
26 Y-26 13 6 7 53.85 6 3 3 50
27 Y-27 5 4 1 20 12 5 7 58.33
28 Y-28 13 8 5 38.46 6 4 2 33.33
29 Y-29 12 4 8 66.67 5 4 1 20
30 Y-30 9 6 3 33.33 5 2 3 60
Jumlah 300 142 158 1430 197 132 65 548.8
Rata-rata 10% 4.73% 5.27% 47.67% 6.57% 4.4% 2.1% 18.29%
Berdasarkan tabel 4.8 dan 4.9 presentase penurunan miskonsepsi tiap

sub konsep materi fluida statik dan fluida dinamik setalah dilakukan

remediasi menggunakan model PDEODE berbantu PhET simulation yaitu

rata-rata sebesar 46.14%, bersamaan dengan itu terdapat rata-rata penurunan

kategori tidak paham konsep sebesar 23.72 %, akan tetapi pada kategori

tidak paham konsep, setelah diadakan remediasi justru terdapat peningkatan

pada salah satu sub konsep hukum pascal dengan ditandai tanda minus.

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa penurunan miskonsepsi tiap

peserta didik pada materi fluida statik dan fluida dinamik setelah dilakukan

remediasi menggunakan model PDEODE berbantu PhET simulation yaitu

sebesar 47.67%, akan tetapi terdapat 2 peserta didik yang mengalami

peningkatan miskonsepsi setelah diremediasi walaupun peningkatannya

sangat kecil dengan ditandai tanda minus, sedangkan untuk kategori peserta

didik yang tidak paham konsep mengalami rata-rata penurunan miskonsepsi

sebesar 18.29%, selain itu pada kategori tidak paham konsep juga terdapat 1

peserta didik yang mengalami peningkatan setelah dilakukan remediasi.

Kemudian berdasarkan analisisis data dari hasil remediasi miskonsepsi

menggunakan tes diagnostik four tier diagnostic test dengan CRI (pretest -

posttest) sebanyak 20 butir soal pada masing-masing pretest dan posttest

diketahui pula profil miskonsepsi peserta didik sebagai berikut :


Tabel 4.11 Profil miskonsepsi peserta didik (pretest dan posttest)
Banyaknya Miskonsepsi
No. Banyak Banyak
No Sub Konsep
soal Peserta didik Peserta didik
(Pretest) (Posttest)
1 Tekanan 1 16 9
2 22 5
2 Tekanan Hidrostatis 3 17 11
5 16 7
4 13 8
3 Hukum Archimedes 7 16 10
8 10 4
4 Hukum Pascal 6 17 7
5 Tegangan permukaan 9 18 9
6 Viskositas 10 20 6
7 Kapilaritas 11 8 5
12 15 5
13 14 6
14 15 8
8 Prinsip Bernoulli
15 13 7
16 17 9
20 17 5
17 17 9
9 Prinsip Kontinuitas 18 11 8
19 10 4

Dapat diketahui pula hasil belajar peserta didik yang dianalisis

berdasarkan data hasil pretest (sebelum dilakukan remediasi menggunakan

model PDEODE berbantu PhET simulation) dan hasil posttest (setelah


dilakukan remediasi menggunakan model PDEODE berbantu PhET

simulation). Berikut hasil pretest dan posttest peserta didik yaitu :

Tabel 4.12 Presentase rata-rata hasil belajar peserta didik (pretest posttest)
Hasil Sebelum Sesudah Peningkatan
Penelitian Remediasi Remediasi hasil belajar N-Gain
(Pretest) (posttest)

Rata-rata Hasil 26.43% 9.57% 0.414


16.87%
Belajar

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil

belajar peserta didik sebesar 9.57% sehinga terdapat pengaruh penerapan

model PDEODE berbantu PhET simulation dalam meremediasi miskonsepsi

sehingga miskonsepsi menjadi rendah dan menjadikan hasil belajar peserta

didik dapat meningkat. Selain itu dapat diketahui nilai N-Gain dari data

pretest dan posttest sebesar 0.414 yang mana nilai N-Gain tersebut berada

pada pada kategori sedang.

B. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data dan Analisis Hasil Penelitian

Setelah data hasil penelitian didapat, maka data akan dianalisis.

sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu dilaksanakan pengujian prasyarat

analisis data yaitu uji normalitas dan homogenitas dalam mendapati apakah

data terdistribusi normal dan memilki varians yang homogen. Berikut

mengenai hasil uji prasyarat analisis data yaitu :


1. Uji Normalitas

Dalam Uji Normalitas peneliti menggunakan uji Lilliefors pada

program exel. Hasil uji normalitas untuk data pretest-posttest dapat dilihat

pada tabel 4.13 berikut ini:

Tabel .4.13 Uji Normalitas Lillefors


Statistik Pretest Posttest
Lhitung 0.1401 0.09
Ltabel 0.161 0.161
Sig 0.05 0.05
Uji Lillefors Lh < Lt Lh < Lt
Kesimpulan Terdistribusi Normal Terdistribusi Normal

Berdasarkan tabel 4.13 yang menunjukkan bahwa data pretest

maupun posttest terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Setelah data dinyatakan terdistribusi normal, selanjutnya dilakukan

uji homogenitas. Dalam hal ini peneliti menggunakan Uji-F. Hasil uji

homogenitas ditunjukkan pada tabel 4.14 berikut ini:

Tabel 4.14 Hasil uji Homogenitas


Statistik Hasil
Fhitung 1.906
Ftabel 4.196
Sig 0.05
Uji F Fh < Ft
Kesimpulan Homogen

Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa data mempunyai varians yang

homogen dikarenakan sesuai dengan kriteria uji, jika nilai Fhitung< Ftabel
maka sampel mempunyai varians yang homogen, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data tersebut homogen.

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik diperoleh bahwa data

pretest dan posttest terdistribusi normal dan juga homogen, sehingga

pengujian dilakukan uji hipotesis parametrik yaitu dengan menggunakan

uji-T. Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang

signifikan dalam penerapan model PDEODE berbantu PhET simulation

dalam meremediasi miskonsepsi. Berikut hasil Uji Hipotesis :

Tabel 4.15 Hasil Hipotesis uji-T

Statistik Hasil
Ttabel 1.697
Thitung 12.15
Sig 0.05
Uji-T Ttabel < Thitung
Kesimpulan H0 Ditolak
H1 Diterima
Dari tabel 4.15 hasil uji hipotesis menunjukkan Thitung 12.15 yang

artinya 12.15 > 1.697. Hal tersebut sesuai dengan kriteria uji, jika Ttabel <

Thitung maka H1 diterima dan Ho ditolak, yang mana dapat disimpulkan

terdapat pengaruh penggunaan Model pembelajaran PDEODE berbantu

PhET simulation dengan rata-rata pretest kurang dari rata-rata posttes

sehingga dapat menurunkan miskonsepsi.


C. Pembahasan

Berdasarkan keterlaksanaan proses pembelajaran dengan diterapkan

model PDEODE berbantu PhET simulation dari 4 kali pertemuan memperoleh

respon positif dari peserta didik berdasarkan wawancara dan kondisi

dilapangan, peserta didik mengatakan bahwa proses pembelajaran sangat

menyenangkan sehingga kami dapat lebih memahami materi fluida dengan

baik, dan juga peserta didik mengikuti semua tahapan model PDEODE

berbantu PhET simulation tampak dari antusias dan keaktifan peserta didik,

walaupun pada awalnya peserta didik merasa bingung dengan tahap-tahap

proses pembelajaran yang berulang serta penggunaan media PhET simulation

namun dalam pertemuan berikutnya dengan bimbingan guru peserta didik

sudah mulai memahami tujuan penggunaan model PDEODE serta telah

memahami penggunaan PhET simulation. Pendapat ini juga diperkuat dengan

penelitian dari Bayram Costu menyatakan bahwa model PDEODE efektif

membantu peserta didik untuk memahami sains dalam kehidupan sehari-hari

dan berkonstribusi dalam menerima pemahaman konsep yang lebih baik.171

serta penelitian yang dilakukan oleh Sri Wulan Fitri Fatimah,dkk bahwa

model PDEODE mendapat respon baik dari peserta didik dan meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep organisasi kehidupan.172 selain itu menurut

171
Bayram Costu., Op.,Cit h.8
172
Sri Wulan Siti Fatimah, Agus Martono, and Hadiansah, ‘Pengaruh Strategi PDEODE (Predict-
Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi
Organisasi Kehidupan’, Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi, 5.1 (2015). h. 56-57
Samuli Kalori,dkk model PDEODE membuat peserta didik lebih aktif untuk

berinteraksi dengan kelompok belajar yang dibuat serta aktif dalam

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan merasa percaya diri.173

Berdasarkan proses pembelajaran dikelas dalam menggunakan model

PDEODE berbantu PhET simulation, pada tahap pertama yaitu Predict,

peserta didik secara individu memprediksi atau memberi dugaan sementara

atas rumusan masalah yang diberikan guru, sehingga pada tahap Predict ini

memberikan gambaran awal miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik

sejalan dengan penelitian dari Marselius riko,dkk yang mana hasil temuannya

menyatakan bahwa tahap predict dijadikan perkiraan pengetahuan awal yang

dimilki peserta didik mengenai rangakaian listrik DC.174 Sehingga dalam

tahap selanjutnya digunakan tahap predict sebagai acuan.

Pada tahap discuss I, peserta didik secara berkelompok menyatukan

prediksi individunya menjadi satu kesimpulan. Terlihat ketika proses

pelaksanaan peserta didik saling tukar pendapat dan saling bertanya, sehingga

terjadi interaksi antar peserta didik yang memungkinkan peserta didik untuk

lebih aktif dalam pembelajaran serta dapat menyimpulkan jawaban dari

rumusan masalah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nursinar yang menyatakan diskusi membuat peserta didik dapat

173
Samuli Kolari, Carina Savander-ranne, and Juho Tiili, ‘Enhancing Engineering Students ’
Confidence Using Interactive Teaching Methods - Part 2 : Post-Test Results for the Force Concept
Inventory Showing Enhanced Confidence’, 4.1 (2005). h. 16
174
Marselius Riko, ‘Remediasi Miskonsepsi Rangkaian Listrik DC Menggunakan Model POE
Berbantuan PhET Dan Alat Peraga Di SMA’, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 7.9 (2018). h.5
menyelesaikan tugas dari guru dengan saling tukar pendapat antar peserta

didik sehingga berpegaruh pada hasil belajar meningkat.175

Hasil diskusi dibacakan pada tahap Explain I. Terlihat pada

keterlaksanaan pembelajaran bahwa kelompok satu dengan kelompok yang

lain memiliki perbedaan pendapat sehingga pada tahap ini peserta didik

mengalami konflik kognitif. Karena peserta didik harus memahami jawaban

mana yang benar dan jawaban mana yang miskonsepsi. Miskonsepsi yang

dialami dapat membedakan hasil diskusi antar kelompok. Sejalan dengan

penelitian Suparno yang menyatakan bahwa konflik kognitif bisa timbul jika

data atau konsep yang dimiliki peserta didik amat berbeda dari apa yang

dipikirkan sebelumnya, maka peserta didik mengalami konflik pada

pikirannya (konflik kognitif),176 sehingga dengan tahap selanjutnya peserta

didik bisa mengalami perubahan konseptual pada diri peserta didik.

Agar tidak berkepanjangan apakah pemahaman peserta didik benar

atau miskonsepsi maka dilanjutkan dengan tahap Observe, Pada tahap observe

keaktifan peserta didik tinggi yaitu saat peserta didik melakukan percobaan

menggunakan PhET simulation. Terlihat bahwa peserta didik sangat

menyukai belajar ketika mereka mengalami dan membentuk pengetahuannya

sendiri melalui percobaan menggunaakan media PhET simulation. Temuan ini

sesuai dengan pendapat Nurjanah dalam Marselius Riko yang menyatakan

175
Nursinar, ‘Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Sekolah Dasar’, Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial,sains Dan Humaniora, 3.4 (2017). h.695
176
Paul Suparno., Op.,Cit h. 100
“Melalui ekperimen atau percobaan proses pembelajaran menjadi sangat

menarik, sebab peserta didik dapat mengamati peristiwa yang terjadi secara

langsung, sehingga tidak hanya mendengarkan saja”.177

Pada tahap observe membuat pembelajaran menjadi lebih menarik,

konsepsi peserta didik yang tidak sesuai diawal pembelajaran untuk lekas

diperbaiki selama percobaan (observe) dimna peserta didik dapat memperoleh

data. Hal ini disebabkan peserta didik menghadapi secara langsung peristiwa

konsep materi fluida yang dilakukan ketika mengubah ukuran, perbandingan,

kriteria yang terdapat pada percobaan menggunakan PhET simulation.

Sehingga, poin kebenarannya dapat lebih diyakini dari peserta didik yang

miskonsepsi tersebut. Pendapat ini juga sesuai dengan yang dikemukakan dari

teori Edgar Dale tentang kerucut pengalaman dalam Abin yang dikutip oleh

Nabila Ulmi, menyatakan “pembelajaran dengan pengalaman langsung

merupakan pembelajaran yang paling baik”.178

Akan tetapi pada awalnya peserta didik merasa bingung bagaimana

cara menggunakan media PhET simulation dikarenakan peserta didik belum

pernah menggunakannya bahkan belum pernah mengetahui, tetapi karena

terdapat bantuan LKPD dalam mempermudah penggunaan media PhET

simulation serta dengan bimbingan guru maka peserta didik dapat

177
Marselius Riko., Op.,Cit h.5
178
Nabila Ulmi, ‘Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris
Melalui Metode Totally Physical Response (TPR) Bagi Anak Autisme (Single Subject Research ) Di
Kelas IV SLB YPPA Padang’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1.1 (2013). h. 577
memahaminya dengan baik bahkan pada pertemuan berikutnya peserta didik

sudah dapat memahami dan terlihat pada pelaksanaan serta wawancara peserta

didik dimana peserta didik antusias, aktif dan merasa senang sebab

pembelajaran tidak monoton dan tidak bosan dalam melakukan percobaan

dikarenakan simulasi PhET dengan animasi yang menarik yang dapat

menghubungkan antara fenomena dalam kehidupan nyata salah satu

contohnya pada percobaan prinsip bernoulli pada aliran sungai, dimana pada

simulasi PhET aliran sungai digambarkan seperti bentuk aslinya yang dapat

diubah ukuran sesuai keinginan sehingga dapat membuat peserta didik

bermain sambil belajar serta terlihat pada keterlaksanaan bahwa proses

pembelajaran menjadi lebih singkat disebabkan peserta didik lebih cepat

dalam memahami suatu konsep.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dilakukan oleh Joyce

dalam Mursalin yang menyatakan bahwa PhET simulation membuat peserta

didik lebih aktif meningkatkan pengetahuan akan konsep atau prinsip,

sehingga lebih sederhana dalam memahami konsep rangkaian listrik, serta

pembelajaran menjadi menarik dan banyak hal dapat dipelajari.179 Selain itu

penelitian dari Dyah Permata Sari,dkk bahwa peserta didik dapat

menghubungkan pengetahuan awal nya dengan penemuan melalui percobaan

179
Mursalin, ‘Model Remediasi Miskonsepsi Materi Rangkaian Listrik Dengan Pendekatan
Simulasi PhET’, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 (2013). h.2
simuasi PhET, membentuk pembelajaran yang bisa bermain sekaligus belajar

pada simulasi tersebut sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.180

Untuk dapat menyimpulkan kebenaran dari rumusan masalah

dilakukannya tahap discuss II dimana tahap ini peserta didik terjadi konstruksi

pengetahuan dari pengetahuan yang sudah ada (hipotesis yang sudah ada)

dengan pengetahuan baru (hasil percobaan) dan peserta didik membenahi

kekeliruan pemikiran yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Bayram costu bahwa model PDEODE pada tahap discuss terjadinya

konstruksi pengetahuan. 181

Untuk dapat mengetahui apakah jawaban antar kelompok sudah benar

atau belum maka dilakukananya tahap Explain II dengan membacakan hasil

diskusi didepan, terlihat bahwa antar kelompok dalam meyimpulkan

kebenaran hampir sama yang dapat dilihat pada hasil Explain II dalam

keterlaksanaan model PDEODE berbantu PhET simulation diatas. Karena

pada tahap ini dengan bimbingan guru peserta didik memberi tanggapan dari

pertanyaan yang diajukan kelompok lain yang mana antar kelompok dapat

mengetahui dan memahami mana konsep yang benar dan yang salah atas

prediksi dan percobaan serta diskusi sehingga miskonsepsi yang terjadi dapat

teratasi serta pada peserta didik selesai mengkonstruksi pengetahuan lama dan

180
Dyah Permata Sari, Achmad Lutfi, and Ahmad Qosyim, ‘Uji Coba Pembelajaran IPA Dengan
LKS Sebagai Penunjang Media Virtual PhET Untuk Melatih Ketrampilan Proses Pada Materi Hukum
Archimedes’, Jurnal Pendidikan Sains E-Pensa, 1.2 (2013). h.16
181
Bayram Costu., Op.,Cit h.8
pengetahuan barunya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kearney dalam Marselius Riko yang mengungkapkan bahwa ketika tahap

diskusi eksperimen berjalan semestinya maka miskonsepsi peserta didik pada

rangkaian listrik dapat teratasi.182

Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan

RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Pernyatan ini didasarkan pada hasil

observasi oleh guru fisika kelas XI dan dapat terlihat dari setiap tahap-tahap

model PDEODE berbantu PhET simulation yang memliki kelebihan, sehingga

konsep dapat dipahami dengan baik serta konsep yang menyimpang yang

mereka miliki dapat dibenahi. Dengan terlaksananya remediasi miskonsepsi

menggunakan model pembelalajarn PDEODE berbantu PhET simulation,

maka berdasarkan hasil penelitian miskonsepsi yang dialami peserta didik

dapat menurun. Telihat dari tabel 4.10 penurunan tingkat miskonsepsi pada

analisis miskonsepsi tiap peserta didik dari sebelum dan sesudah penerapan

pembelajaran menggunakan model PDEODE berbantu PhET simulation,

penurunan tersebut sebesar 47,67%, Sedangkan pada tabel 4.8 terlihat bahwa

terjadi penurunan miskonsepsi dari analisis miskonsepsi tiap sub konsep

fluida statis dan fluida dinamis antara sebelum dan sesudah penerapan

pembelajaran menggunakan model PDEODE berbantu PhET simulation,

penurunan sebesar 51,35%.

182
Marselius riko., Op.Cit h.5
Keberhasilan Model PDEODE berbantu PhET simulation pada

penelitian ini dalam menurunkan miskonsepsi sejalan dengan yang dilakukan

oleh Kolari, Rane dan Tilli yang mengemukakan model PDEODE dapat

memungkinkan pengetahuan yang dimilki peserta didik akan terjadi

perubahan konseptual dari perubahan konsep awal yang dimilki peserta didik

yang keliru menjadi pengetahauan baru yang pasti kebenarannya.183 Pada

peneletian yang lain juga menunjukkan keberhasilan penggunaan model

pembelajaran PDEODE yang efektif dalam meremediasi miskonsepsi dan

lebih memahami konsep peserta didik pada materi perubahan fisika dan

perubahan kimia,184 serta efektif dalam mengidentifikasi miskonsepsi dan

meningkatkan ketrampilan berfikir kritis.185 Serta pada penelitian yang

dilakukan oleh Suci Zakiah Dewi dan Andi Suhandi bahwa model PDEODE

dapat menurunkan miskonsepsi dan merubah konsepsi yang keliru menjadi

konsep ilmiah pada perubahan wujud benda.186 Sedangkan media PhET

simulation berperan dalam memperkuat model PDEODE dalam meremediasi

miskonsepsi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Prayogi Mega Suci

Atmoko dan Wasis bahwa pembelajaran guided discovery menggunakan

metode demonstrasi berupa PhET simulation dapat menurunkan miskonsepsi

183
Kolari, Savander-ranne, and Tiili.Op.,Cit h.19
184
Larasati Ayu Dewanti and Siti Nurul Hidayat., Op.,Cit h.10
185
Tabitha Sri and Hartati Wulandari, ‘Penerapan Strategi PDEODE Dalam Mengatasi
Miskonsepsi Dan Meningkatkan Ktrampilan Berfikir Kritis Pada Botani Tumbuhan Rendah’, in
Prosiding Seminar Biologi, 2013. h.8
186
Suci Zakiah Dewi, Andi Suhandi, Op.,Cit h.12
pada materi listrik dinamis.187 Demikian pula dengan hasil penelitian Nurul

Fitriyah dan Sukarmin bahwa media animasi bisa menghalangi miskonsepsi

pada materi pokok asam-basa.188 Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh

Merselius Riko yang menyatakan bahwa model POE berbantu PhET lebih

efektif untuk menurunkan miskonsepsi pada rangkaian listrik DC daripada

alat peraga.189

Menurunnya tingkat miskonsepsi peserta didik maka akan

berpengaruh pula pada meningkatnya hasil belajar peserta didik berdasarkan

hasil belajar yang diperoleh dari data pretest dan posttest yang ditunjukkan

pada tabel 4.12. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh R.Lebdiana,dkk menyatakan bahwa peserta didik mengalami

miskonsepsi berkurang setelah diremediasi sehingga meningkatkan hasil

belajar peserta didik pada materi suhu dan kalor.190 Penelitian Anang

Budianto,dkk model pembelajaran PDEODE berbasis multimedia efektif

meningkatkan hasil belajar.191 Serta hasil penelitian yang dilakukan Rian

187
Prayogi Mega Suci Atmoko and Wasis., Op.,Cit h.126
188
Nurul Fitriyah and Sukarmin, ‘Penerapan Media Animasi Untuk Mencegah Miskonsepsi Pada
Materi Pokok Asam-Basa Di Kelas XI SMAN 1 Menganti Gresik’, Unesa Journal Of Chemical
Education, 2.3 (2013). h.83
189
Marselius Riko., Op.,Cit h. 8
190
R Lebdiana, N Sulhadi, and Hindarto, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Suhu
Dan Kalor Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) Untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa’, Unnes
Physics Education Journal, 4.2 (2013). h.5
191
Anang Budianto and Maya Istyadji., Op.,Cit h.4
Murwani,dkk bahwa model PDEODE dapat meningkatkan hasil belajar pada

konsep usaha, daya dan energi.192 Selain itu penggunaan PhET juga dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.193

Namun pada penelitian ini tidak secara tuntas dalam menurunkan

miskonsepsi dikarenakan miskonsepsi merupakan hal yang sulit dibenahi dan

biasanya secara konsisten msikonsepsi yang dimiliki peserta didik

dipertahankan. Pendapat ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukaan

oleh Ibrahim dalam Alvi Dwi Puri Rahayu dan Harun Nasrudin bahwa

miskonsepsi bersifat resisten terhadap perubahan, cenderung mempertahankan

konsepnya sehingga sulit diubah (persisten).194

Akan tetapi model PDEODE berbantu PhET simulation dengan

menggunakan beberapa tahapan serta percobaan menggunakan media PhET

simulation dapat mengurangi miskonsepsi dibanding menggunakan metode

ceramah, disebabkan miskonsepsi tidak dapat dibenahi dengan metode

ceramah saja. Sejalan dengan penelitian Suparno bahwa miskonsepsi tidak

hilang dengan metode mengajar klasik (ceramah).195 Karena jika miskonsepsi

dibiarkan maka menurut Horton dalam Wahyu Juli Astuti,dkk miskonsepsi

192
Rian Murwani, Dr. H. Muh. Anas M.Si, and Drs. La Tahang M.Pd, ‘Penerapa Strategi
Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas X SMKS Kelautan Dan Perikanan Kendari Pada Materi Pokok Usaha, Daya
Dan Energi’, Jurnal Penelitian Pendidikan Fisika Konsentrasi Vokasional Teknik Elektro, 2017. h. 10
193
Tantawi Jauhari, Hikmawati, and Waahyudi, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Berbantuan Media Phet Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMAN 1 Gunungsari
Tahun Pelajaran 2015 / 2016’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, II.1 (2016). h.10
194
Alvi Dwi Puri Rahayu and Harun Nasrudin, Op.,Cit. h. 90
195
Paul Suparno,Op.,Cit h.53
mempunyai potensi dalam menghalangi kemajuan lebih lanjut.196 atau dalam

hal ini dapat mempengaruhi pemahaman konsep selanjutnya.

Berikut salah satu pola jawaban miskonsepsi yang dialami peserta

didik serta penyebab miskonsepsi pada sub konsep fluida statik dan fluida

dinamik yaitu sub konsep hukum pascal peserta didik menganggap bahwa

kantong plastik yang berisi air dengan tiga lubang aliran air, ketika

memerasnya maka lubang yang besar akan mendapatkan tekanan yang besar

pula, hal ini berbeda dengan konsep ilmiah. miskonsepsi yang terjadi pada

sub konsep hukum pascal sebanyak 56.67%. Miskonsepsi tersebut diduga

disebabkan dari peserta didik itu sendiri yang mereka alami dalam kehidupan

sehari-hari serta menurut Suparno disebabkan oleh pemikiran asosiatif peserta

didik yang salah.197

Berikut pola jawaban peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada

sub konsep hukum pascal yaitu :

196
Wahyu Juli Hastuti, Suyono, and Sri Poedjiastoeti, ‘Prevensi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep
Reaksi Redoks Melalui Modified Inquiry Models’, JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains), 3.2
(2014). h.403
197
Ibid.,
Gambar 4.5 Pola jawaban konsep hukum pascal
Konsep hukum pascal yang sebenarnya yaitu ketika tekanan pada zat

cair yang tertutup akan diteruskan sama besar sehingga tekanan yang

dihasilkan tetap sama walaupun dengan lubang yang lebih besar. Konsep ini

juga dijelaskan oleh David Halliday,dkk yaitu Perubahan tekanan yang

diterapkan pada zat cair


cair difluida tertutup, disebarkan dan tidak berkurang

arah 198
yang sama besar kesegala arah”

Setelah diberikan remediasi menggunakan model PDEODE berbantu

PhET simulation,
simulation banyak peserta didik yang sudah memahami konsep hukum

pascal sehingga peserta didik yang mengalami


mengalami miskonsepsi tersebut menjadi

33.33%, yang artinya penurunan miskonsepsi peserta didik sebesar 58.82% .

198
Walker Op.,Cit h.393
David Halliday, Robert Resnick, and Jearl Walker.,
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rina

Ning Tyas,dkk yang menemukan pada konsep hukum pascal peserta didik

menganggap bahwa luas permukaan tidak mempengaruhi gaya, sehingga gaya

yang bekerja pada dua sisi bejana berhubung tertutup sama disebabkan

tekanan yang sama, namun setelah diremediasi peserta didik miskonsepsi

tersebut menurun.199

Sedangkan pada sub konsep tekanan hidrostatis sebagian besar peserta

didik memberikan jawaban yang berbeda dengan konsepsi ilmiah yang mana

mengungkapkan bahwa pada bidang datar dan massa jenis yang sama bentuk

bejana berhubung yang besar akan memiliki tekanan yang besar. Pola jawaban

peserta didik tersebut sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh

Wartono,dkk bahwa terdapat miskonsepsi pada sub konsep tekanan hidrostatis

akan tetapi setelah diremediasi miskonsepsi menurun.200 Miskonsepsi yang

terjadi pada sub konsep tekanan hidrostatis sebanyak 59.17%. Miskonsepsi

peserta didik dalam hal ini diduga sebabkan karena pemikiran peserta didik

199
Rina Ning Tyas, Sukisno, and Mosik, ‘Penggunaan Strategi Poe (Predict-Observe-Explain)
Untuk Memperbaiki Miskonsepsi Fisika’, Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah
Semarang, 1.1 (2013). h.40
200
Wartono, Anisa Matinu Saifullah, and Sugiyanto, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X
Pada Materi Fluida Statis Dengan Instrumen Diagnostik Three-Tier’, Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran, 23.1 (2016). h.23
yang mendapat
endapat informasi tidak lengkap,
lengkap, atau menurut Suparno disebabkan

oleh reasoning yang tidak lengkap karena over negeralization.201

Berikut pola jawaban peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada sub

konsep tekanan hidrostatis yaitu :

Gambar 4.6 Pola jawaban konsep tekanan hidrostatis

Konsep yang seharusnya yaitu bahwa pada tekanan hidrostatis pada

bejana berhubung dengan bidang datar dan massa jenis sama akan memilki

tekanan yang sama walaupun dengan bentuk yang berbeda. Setelah diberikan

remediasi
iasi menggunakan model PDEODE
P berbantu PhET simulation
simulation, banyak

peserta didik yang sudah memahami konsep membuat terjadinya penurunan

miskonsepsi pada sub konsep


konse tekanan hidrostatis sebesar 53.14
3.14 %. Hal ini

201
Paul Suparno., Op.,Cit h.55
disebabkan peserta didik telah mengukur sendiri secara langsung salah satu

animasi yang menyerupai seperti wadah bejana berhubung menggunakan

PhET simulation.

Selain itu, pada penelitian sub konsep hukum Archimedes peserta

didik memberikan jawaban bahwa kedudukan benda dalam fluida, ketika

benda tersebut tenggelam dikarenakan massa jenis benda kurang dari massa

jenis air sedangkan benda terapung jika massa jenis benda lebih besar dari

massa jenis air dan ketika melayang massa jenis benda sama dengan massa

jenis air, Konsep tersebut menyimpang dari konsep yang sebenarnya.

Miskonsepsi yang terjadi pada sub konsep hukum Archimedes sebanyak

43.44%. Miskonsepsi yang terjadi diduga di sebabkan karena pemikiran

intuisi peserta didik yang salah yang mana hanya melihat dari gambar saja

atau peserta didik hanya menebak jawaban dan alasan jawaban dilihat dari

tingkat keyakinan CRI peserta didik selain itu disebabkan metode ceramah

yang digunakan guru. Menurut Rudi dan Alimufi bahwa metode ceramah

yang digunakan guru dapat menyebabkan miskonsepsi.202 Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rukmana bahwa pada sub konsep hukum

archimedes peserta didik banyak mengalami miskonsepsi pada kedudukan

202
Rudi Kurniawan and Alimufi Arief, ‘Identifikasi Miskonsepsi Hukum Newton Tentang Gerak
Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten Nganjuk’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika
(JIPF), 4.2 (2015). h.1
benda dalam fluida.203 Berikut pola jawaban peserta didik yang mengalami

miskonsepsi pada sub konsep hukum Archimedes yaitu


yait :

4. Pola Jawaban konsep hukum Archimedes


Gambar 4.7

Konsep yang seharusnya yaitu benda tenggelam karena massa jenis

benda lebih dari massa jenis fluida, sedangkan benda terapung karena massa

jenis benda kurang dari massa jenis fluida, benda dapat melayang karena

massa jenis benda sama dengan massa jenis fluida. Konsep ini juga dijelaskan

“Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya ataupun


oleh Giancoli C.Douglas “Sebuah

203
Diki Rukmana, ‘Identifikasi Miskonsepsi Pada Materi Prinsip Archimedes Di SMK Dengan
Menggunakan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat’, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika
Fisika, 2.2
(2017). h.40
sebagian dalam suatu fluida benda itu akan mendapatkan gaya keatas sebesar

berat fluida yang dipinahkan”.204

Setelah diberikan remediasi menggunakan model PDEODE berbantu

PhET simulation, banyak peserta didik yang sudah memahami konsep

membuat terjadinya penurunan miskonsepsi pada sub konsep hukum

Archimedes sebesar 45.32 %. hal ini disebabkan peserta didik telah mengukur

sendiri secara langsung salah satu animasi yang mempuyai jenis benda

tertentu dan berbeda-beda untuk dapat dilihat keadaan benda didalam fluida

dengan menggunakan PhET simulation.

Pada miskonsepsi sub konsep kontinuitas sebagian besar peserta didik

mengungkapkan jawaban bahwa pada pipa yang besar maka kecepatannya

akan besar sedangkan pada pipa yang kecil maka kecepatannya akan kecil.

Konsep tersebut menyimpang dari konsep yang sebenarnya. Miskonsepsi

yang terjadi pada sub konsep prinsip kontinuitas sebanyak 42.22%.

Miskonsepsi tersebut diduga disebabkan peserta didik itu sendiri. Selain itu,

menurut Repi dalam Diar,dkk informasi yang diterima peserta didik tidak

lengkap ketika guru menerangkan,205 serta peserta didik menggunakan intuisi

204
Giancoli C.Douglas .,Op.,Cit h.333
205
Diar Dwi Winarto, Edy Tandililing, and Syukran Mursyid, ‘Kerja Laboratorium Melalui Phet
Untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa SMP Pada Materi Hukum Archimedes’, Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran, 4.11 (2015). h.8
yang salah.206 Pemikiran intuisi dapat mempengaruhi peserta didik dalam

memberi alasan. Dalam hal ini terjadi pada konsep kontinuitas dimana peserta

didik mengandalkan karakteristik terhadap gambar. Berikut pola jaw


jawaban

peserta didik yang mengalami miskonsepsi


miskonsepsi pada sub konsep prinsip

kontinuitas yaitu :

4 Pola jawaban prinsip kontinuitas


Gambar 4.8

Konsep ilmiah yang sebenarnya yaitu berdasarkan prinsip kontinuitas

jika pipa (luas permukaan) yang besar maka kecepatannya akan kkecil

sedangkan pipa (luas permukaan) yang kecil maka kecepatannya akan besar.

Hal ini sejalan dengan persamaan dari hukum kontinuitas yaitu A1 V1 = A2 V2

206
Paul Suparno., Op.,Cit
.,Cit h.53
dari persamaan tersebut terlihat bahwa luas permukaan berbanding terbalik

dengan kecepatan aliran.207 Setelah diberikan remediasi menggunakan model

PDEODE berbantu PhET simulation, banyak peserta didik yang sudah

memahami konsep tersebut sehingga peserta didik yang mengalami

miskonsepsi menjadi 23.33%, yang artinya penurunan miskonsepsi peserta

didik sebesar 44.78%. hal ini disebabkan peserta didik telah mengukur sendiri

secara langsung salah satu animasi yang menyerupai aliran seperti sungai

dengan menggunakan PhET simulation.

Dan pada penelitian sub konsep Bernoulli miskonsepsi yang terjadi

terlihat pada peserta didik yang menganggap bahwa kelajuan fluida kecil pada

pipa dengan luas penampang kecil sehingga tekanan yang dihasilkan akan

kecil. Miskonsepsi yang terjadi pada sub konsep prinsip bernoulli sebesar

50.56%. Anggapan peserta didik tersebut menimbulkan miskonsepsi diduga

disebabkan oleh kurang tepatnya pemahaman peserta didik untuk

menganalisis serta peserta didik hanya menebak saja jawaban dan alasan

jawaban ditunjukkan pada tingkat keyakinan. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Fitri Nurul Sholihat,dkk bahwa miskonsepsi yang dialami

pada sub konsep bernoulli disebabkan dalam menganalisis peserta didik

menggunakan pemahaman serta pemikiran logika yang kurang tepat.208

207
Mikrajuddin Abdullah. Op.,Cit h.264
208
Fitri Nurul Sholihat, Achmad Samsudin, Muhamad Gina Nugraha., Op.,Cit h.179
Berikut pola jawaban peserta didik yang mengalami miskonsepsi pad
pada sub

konsep prinsip Bernoulli yaitu :

4. Pola Jawaban prinsip Bernoulli


Gambar 4.9

Konsep yang benar berdasarkan prinsip bernoulli


b yang kelajuan fluida

kecil pada pipa dengan luas penampang besar sehingga te


tekanan yang

dihasilkan akan besar dan kelajuan fluida besar pada pipa dengan luas

penampang kecil sehingga tekanan


kanan yang dihasilkan akan kecil
kecil. Konsep ini

“Ketika kecepatan fluida tinggi


juga dikemukakan oleh Douglas C. Giancoli “Ketika

maka tekanan rendah sedangkan pada kecepatan fluida rendah maka ttekanan

tinggi”.209

209
Giancoli C.Douglas .,Op.,Cit
., h.341
Setelah diberikan remediasi menggunakan model PDEODE berbantu

PhET simulation, banyak peserta didik yang sudah memahami konsep prinsip

bernoulli sehingga peserta didik yang mengalami miskonsepsi menjadi

22.22%, yang artinya penurunan miskonsepsi peserta didik sebesar 55.71%.

Hal ini disebabkan peserta didik telah mengukur sendiri secara langsung salah

satu animasi yang menyerupai seperti peristiwa dalam kehidupan sehari-hari

seperti aliran pada sungai atau pipa menggunakan PhET simulation.

D. Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan pada saat penelitian didapatkan bahwa tingkat

miskonsepsi peserta didik menghadapi penurunan setelah dilaksanakannya

model PDEODE berbantu PhET simulation pada materi fluida. Hal ini

dibuktikan dari peningkatan nilai rata-rata pretest dan nilai rata-rata posttest

yang dianalisis dengan N-Gain ternormalisasi. Menurunnya miskonsepsi

peserta didik tersebut menegaskan bahwa penggunaan model PDEODE

berbantu PhET simulation dapat menurunkan tingkat miskonsepsi peserta

didik, perihal tersebut sependapat dengan penelitian yang ditemukan oleh

Marselius Riko bahwa penggunaan model pembelajaraan, penggunaan media

simulasi interaktif, alat peraga dan alat belajar lainnya dapat meremediasi

miskonsepsi peserta didik.210

210
Marselius Riko., Op.,Cit h.2
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

Model pembelajaran Predict- Discuss- Explain- Observe- Discuss- Explain

(PDEODE) berbantu PhET simulation yang berpengaruh dalam meremediasi

miskonsepsi terlihat dari rata-rata penurunan miskonsepsi tiap sub konsep

sebesar 51.96% dan tiap peserta didik sebesar 47.67%, Pada uji hipotesis

diperoleh nilai thitung sebesar 12.15 yang lebih besar dari ttabel sebesar 1.697

menunjukkan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima yang berarti terdapat

perbedaan nilai pretest dan posttest sehingga terdapat pengaruh penggunaan

model PDEODE berbantu PhET simulation dalam menurunkan miskonsepsi.

Selain dari uji hipotesis, remediasi miskonsepsi menggunakan model

PDEODE berbantu PhET simulation dalam menurunkan msikonsepsi peserta

didik juga menurun sehingga hasil belajar meningkat, berdasarkan nilai N-

Gain ternormalisasi yaitu sebesar 0.414 yang mana dalam kategori sedang.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dibuat suatu

suatu implikasi sebagai berikut :


1. Miskonsepsi merupakan hal yang sangat penting, tetapi justru kurang

begitu diperhatikan oleh guru. Padahal, miskonsepsi bisa terus

berkelanjutan apabila tidak segera diatasi. Oleh karena itu, guru ataupun

tenaga pendidik lainnya perlu memperhatikan dan turut mencarikan serta

memberikan solusi terjadinya miskonsepsi ini.

2. Berkaitan dengan miskonsepsi yang terjadi pada materi fluida yang

berimplikasi pada hasil belajar peserta didik yang rendah sehingga perlu

adanya perubahan model dan metode yang digunakan pendidik, maka

dengan model PDEODE berbantu PhET simulation yang efektif dalam

menurunkan miskonsepsi sehingga hasil belajar meningkat.

C. Saran

1. Bagi guru atau calon guru disarankan untuk menerapkan model

pembelajaran PDEODE untuk menurunkan miskonsepsi yang terjadi pada

peserta didik sehingga hasil belajar akan meningkat.

2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk lebih mengembangkan model

pembelajaran PDEODE agar dicapai penurunan miskonsespsi dan

peningkatan hasil belajar yang lebih maksimal.

3. Bagi peneliti selanjutnya, juga diharapkan dapat menggunakan media

PhET simulation untuk membantu peserta didik dalam menurunkan

miskonsepsi dan meningkatkan hasil belajar serta dapat menggunakan

media lain yang dianggap sejalan dengan model PDEODE berdasarkan

pembanding dari penelitian terdahulu.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin, Fisika Dasar 1 Edisi Revisi (Catatan Kuliah Program Studi
Fisika: ITB, 2016)
Aldila, Widya Yanuike, Woro Setyarsih, and Abd. Kholiq, ‘Penggunaan PhET
Simulation Dalam ECIRR Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Fluida Dinamis’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5 (2016)
Annisak, Wiricha, Astalini, and Haerul Pathoni, ‘Desain Pengemasan Tes Diagnostik
Miskonsepsi Berbasis CBT (Computer Based Test)’, EduFisika, 2 (2017)
Ardiyan, Farid Rahmat, ‘Pengaruh Strategi Pembelajaran PDEODE ( Predict –
Discuss – Explain – Observe – Discuss - Explain ) Terhadap Hasil Belajar
SISWA Kelas X Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Macam-Macam Gerbang
Dasar Rangkaian Logika Di SMK Negeri 2 Surabaya’, Jurnal Pendidikan Teknik
Elektro, 4 (2015)
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: PT.
Remaja Rosdkarya, 2011)
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2 (Jakarta: Bumu
Aksara, 2012)
———, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2013)
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Gravindo
Persada, 2013)
Asyhari, Ardian, Irwandani Irwandani, and Herli Candra Saputra, ‘Lembar Kerja
Instruksi Konseptual Berbasis Phet: Mengembangkan Bahan Ajar Untuk
Mengkonstruksi Konsep Siswa Pada Efek Fotolistrik’, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika Al-Biruni, 5 (2016)
Atmoko, Prayogi Mega Suci, and Wasis, ‘Penerapan Pembelajaran Guided Discovery
Dengan Metode Demonstrasi Menggunakan PhET Simulation Dalam
Menurunkan Miskonsepsi Siswa Pada Materi Listrik Dinamis Di Kelas X
SMAN 1 Tegaldlimo , Banyuwan’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 4
(2015)
Budianto, Anang, and Maya Istyadji, ‘Komparasi Hasil Belajar ANtara Strategi
Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE) Berbasis
Laboratorium Dan Berbasis Multimedia Pada Pembelajaran Kelarutan Dan Hasil
Kali Kelarutan’, Quantum, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 6 (2015)
Costu, Bayram, ‘Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy : Helping
Students Make Sense of Everyday Situations’, Eurasia Journal Of Mathematics
Science & Technology Education, 4 (2008)
Daryanto, Media Pembelajaran (Bandung: Satu Nusa, 2010)
Dauglas, Giancoli, C, Fisika Edisi Kelima Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2001)
Dewanti, Larasati Ayu, and Siti Nurul Hidayat, ‘Penerapan Pembelajaran IPA
Dengan Sytategi PDEODE Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Perubahan Fisika Dan Perubahan Kimia Kelas VII SMP’, Jurnal Pendidikan
Sains, 6 (2018)
Dewi, Suci Zakiah, and Andi Suhandi, ‘Penerapan Strategi Predict , Discuss , Explain
, Observe , Discuss , Explain ( PDEODE ) Pada Pembelajaran IPA SD Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Menurunkan Kuantitas Siswa Yang
Miskonsepsi Pada Materi Perubahan Wujud Benda Di Kelas V’, Eduhumaniora:
Jurnal Pendidikan Dasar, 8 (2016)
Diani, Rahma, ‘Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbantukan LKS Terhadap Hasil
Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI SMA Perintis 1 Bandar Lampung’, Jurnal
Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5 (2016)
Diani, Rahma, Yuberti, and Shella Syafitri, ‘Uji Effect Size Model Pembelajaran
Scramble Dengan Media Video Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik
Kelas X MAN 1 Pesisir Barat’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 5
(2016)
Dipalaya, Tismi, Herawati Susilo, and Aloysius Duran Corebima, ‘Pengaruh Strategi
Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Exolain-Observe-DiscussS- Explain)
Pada Kemampuan Akademik Berbeda Terhadap Keterampilan Komunikasi
Siswa’, Jurnal Pendidikan, 1 (2016)
Erina, Richie, and Heru Kuswanto, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Instad Terhadap
Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Fisika Di SMA’, Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2015)
Erza, Farizzatul, and Harun Nasrudin, ‘Capaian Keterlaksanaan Strategi Predict
Discuss Explain Observe Discuss Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi
Miskonsepsi Siswa Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMAN 1
Krembung Sidoarjo’, UNESA Journal of Chemical Education, 6 (2017)
Fariyani, Qisthi, Ani Rusilowati, and Sugianto, ‘Pengembangan Four-Tier Diagnostic
Test Untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X’, Journal of
Innovative Science Education, 4 (2015)
Fatimah, Sri Wulan Siti, Agus Martono, and Hadiansah, ‘Pengaruh Strategi PDEODE
(Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) Terhadap Penguasaan
Konsep Siswa Pada Materi Organisasi Kehidupan’, Jurnal Program Studi
Pendidikan Biologi, 5 (2015)
Fithriani, Syarifah Lely, A Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Penggunaan Media Simulasi
PhET Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Ketrampilan
Berfikir Kritis Siswa Pada Pokok Bahasan Kalor Di SMA Negeri 12 Banda
Aceh’, 4 (2016)
Fitria, Analisa, ‘Miskonsepsi Mahasiswa Dalam Menentukkan Grup Pada Struktur
Aljabar Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Di Jurusan
Pendidikan Matematika IANI Antasari’, Jurnal JPM IANIN Antasari, 1 (2014)
Fitriyah, Nurul, and Sukarmin, ‘Penerapan Media Animasi Untuk Mencegah
Miskonsepsi Pada Materi Pokok Asam-Basa Di Kelas XI SMAN 1 Menganti
Gresik’, Unesa Journal Of Chemical Education, 2 (2013)
Foster, Colin, ‘Creationism as a Misconception: Socio-Cognitive Conflict in the
Teaching of Evolution’, International Journal of Science Education, 34 (2012)
Habibbulloh, Muhammad, Budi Jatmiko, and Wahono Widodo, ‘Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Model Guided Discovery Berbasis Lab Virtual Untuk
Mereduksi Miskonsepsi Siswa SMK Topik Efek Fotolistrik’, Jurnal Penelitian
Fisika Dan Aplikasinya, 7 (2017)
Halliday, David, Robert Resnick, and Jearl Walker, Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid
1 (Jakarta: Erlangga, 2010)
Hastuti, Wahyu Juli, Suyono, and Sri Poedjiastoeti, ‘Prevensi Miskonsepsi Siswa
Pada Konsep Reaksi Redoks Melalui Modified Inquiry Models’, JPPS (Jurnal
Penelitian Pendidikan Sains), 3 (2014)
Hono, Agus Sri, and Leny Yuanita, ‘Penerapan Model Learning Cycle 7E Untuk
Memprevensi Terjadinya Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks’,
(JPPS) Jurnal Penelitian Pendidikan Sains, 3 (2014)
Irsanti, Riska, Ibnu Khaldun, and Latifah Hanum, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Four- TierDiagnostic Test Pada Materi Larutan Elektrolit Dan
Larutan Non Elektrolit Di Kelas X SMA Islam Al-Falah Kabupaten Aceh Besar
Abstrak Pendahuluan Metode Penelitian’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kimia (JIMPK), 2 (2017)
Irwan, Syafmawandi, Thamrin, and Khairi Budayawan, ‘Kontribusi Partisipasi Aktif
Siswa Dan Fasilitas Praktikum Teradap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran
Teknik Kerja Bengkel (TKB) Kelas X Jurusan Teknik Audio Video Di SMK
Negeri 1 Batipuh’, Jurnal Volasional Teknik Elektronika & Informatika, 4
(2016)
Ishaq, Muhammad, Fisika Dasar Edisi 2 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)
Iswana, Lia Fitrah, Woro Setyarsih, and Abd Kholiq, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Materi Fluida Dinamis Melalui Instrumen Three-Tier Diagnostic Test’, Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5 (2016)
Jauhari, Tantawi, Hikmawati, and Waahyudi, ‘Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Berbantuan Media Phet Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas X SMAN 1 Gunungsari Tahun Pelajaran 2015 / 2016’, Jurnal Pendidikan
Fisika Dan Teknologi, II (2016)
Khairati, Inni Amarta, Selly Feranie, and Saeful Karim, ‘Penerapan Strategi
Metakognisi Pada Cooperative Learning Untuk Mengetahui Profil Metakognisi
Dan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis’, Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 2 (2016)
Kolari, Samuli, Carina Savander-ranne, and Juho Tiili, ‘Enhancing Engineering
Students ’ Confidence Using Interactive Teaching Methods - Part 2 : Post-Test
Results for the Force Concept Inventory Showing Enhanced Confidence’, 4
(2005)
Kulsum, U, and S.E Nugroho, ‘Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Problem
Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan
Komunikasi Ilmiah Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika’, Unnes Physics
Education Journal, 3 (2014)
Kurniawan, Rudi, and Alimufi Arief, ‘Identifikasi Miskonsepsi Hukum Newton
Tentang Gerak Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten Nganjuk’,
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 4 (2015)
Latifah, Sri, ‘Implementasi Pembelajaran Bervisi SETS Di Sekolah’, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika ‘Al-BiRuNi, 3 (2014)
———, ‘Pengembangan Modul IPA Terpadu Terintegrasi Ayat-Ayat Al-Qur’an Pada
Materi Air Sebagai Sumber Kehidupan’, Jurnal Ilmiah Fisika Al-BiRUNi, 4
(2015)
Lebdiana, R, N Sulhadi, and Hindarto, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Materi Suhu Dan Kalor Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) Untuk
Meremediasi Miskonsepsi Siswa’, Unnes Physics Education Journal, 4 (2013)
Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Martinez-Borreguero, Guadalupe, Ángel Luis Pérez-Rodríguez, María Isabel Suero-
López, and Pedro José Pardo-Fernández, ‘Detection of Misconceptions about
Colour and an Experimentally Tested Proposal to Combat Them’, International
Journal of Science Education, 35 (2013)
Martono, Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Dan Analisis Data
Sekunder (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2012)
Megawati, Muslimin Ibrahim, and Tjipto Haryono, ‘Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA Dengan Strategi Predict-Discus-Explain (PDEODE) Untuk
Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa SMP’, JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan
Sains), 7 (2017)
Mursalin, ‘Model Remediasi Miskonsepsi Materi Rangkaian Listrik Dengan
Pendekatan Simulasi PhET’, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 (2013)
Murwani, Rian, Dr. H. Muh. Anas M.Si, and Drs. La Tahang M.Pd, ‘Penerapa
Strategi Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-
Explain Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMKS Kelautan Dan
Perikanan Kendari Pada Materi Pokok Usaha, Daya Dan Energi’, Jurnal
Penelitian Pendidikan Fisika Konsentrasi Vokasional Teknik Elektro, 2017
Narbuko, Cholid, and Abu Achmadi, Metodologi Penelitan (Jakarta: Bumi Aksara,
2015)
Ning Tyas, Rina, Sukisno, and Mosik, ‘Penggunaan Strategi Poe (Predict-Observe-
Explain) Untuk Memperbaiki Miskonsepsi Fisika’, Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang, 1 (2013)
Nurhayati, Anita, Lia Angraeni, and Ira Nofita Sari, ‘Pelatihan Penggunaan Software
PhET Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Implementasi Kurikulum 2013 Bagi
Guru IPA Di Kota Pontianak’, GERVASI, 1 (2017)
Nursinar, ‘Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Sekolah Dasar’, Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial,sains Dan Humaniora, 3
(2017)
Nurussaniah, Wahyudi, and Novi Sri Hidayati, ‘Efektivitas Penggunaan Booklet
Untuk Meremediasi Kesalahan Siswa Pada Materi Pemuaian Zat DiKelas VII
SMP Negeri 1 Tangaran Kabupaten Sambas’, JEMS (Jurnal Edukasi
Matematika Dan Saains), 4 (2011)
Oktavia, Fonna, ‘Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Physics
Education Technology (PhET) Interactive SIimulation Dan Microsoft
Powerpoint Di SMAN 4 Banda Aceh’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Pendidikan Fisika, 1 (2016)
Pebriyanti, Dwi, Hairunnisyah Sahidu, and Sutrio Sutrio, ‘Efektifitas Model
Pembelajaran Perubahan Konseptual Untuk Mengatasi Miskonsepsi Fisika Pada
Siswa Kelas X Sman 1 Praya Barat Tahun Pelajaran 2012/2013’, Jurnal
Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 1 (2015), 92–96
Perkins, Katherine, Wendy Adams, Michael Dubson, and Noah Finkelstein, ‘PhET :
Interactive Simulations for Teaching and Learning Physics’, The Physics
Teacher, 2006
Prihatiningtyas, S, T Prastowo, and B Jatmiko, ‘Implementasi Simulasi Phet Dan Kit
Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Pokok
Bahasan Alat Optik’, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2 (2013)
Putra, Irsyaf Eka, Adlim, and A Halim, ‘Analisis Miskonsepsi Dan Upaya Remediasi
Pembelajaran Listrik Dinamis Dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Lectora Inspire Dan PhET Simulation Di SMAN Unggul Tunas Bangsa’, Jurnal
Pendidiikan Sains Indonesia, 4 (2016)
Rahayu, Alvi Dwi Puri, and Harun Nasrudin, ‘Penerapana Strategi Konstruktivis
Untuk Mereduksi Miskonsepsi Level Sub-Mikroskopik Siswa Pada Materi
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo’, UNESA Journal
of Chemistry Education, 3 (2014)
Rahayu, Rahmatika, ‘Analisis Kualitas Soal Pra Ujian Nasional Mata Pelajaran
Ekonomi Akuntansi’, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, XIV (2016)
Resbiantoro, Gaguk, and Aldila Wanda Nugraha, ‘Miskonsepsi Mahasiswa Pada
Konsep Dasar Gaya Dan Gerak Untuk Sekola Dasar’, Jurnal Pendidikan Sains
(JPS), 5 (2017)
RI, Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro,
2012)
Riko, Marselius, ‘Remediasi Miskonsepsi Rangkaian Listrik DC Menggunakan
Model POE Berbantuan PhET Dan Alat Peraga Di SMA’, Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran, 7 (2018)
Rolahnoviza, Gestri, Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Di SMP N
4 Penukal Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Pendopo (Skripsi,
2017)
Rukmana, Diki, ‘Identifikasi Miskonsepsi Pada Materi Prinsip Archimedes Di SMK
Dengan Menggunakan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat’, Jurnal
Wahana Pendidikan Fisika, 2 (2017)
Rusilowati, Ani, ‘Pengembangan Tes Diagnostik Sebagai Alat Evaluasi Kesulitan
Belajar Fisika’, in Prosiding Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika,
2015, VI
Samidi, ‘Pegaruh Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership Terhadap
Kreativitas Belajar Matematika Pada Siswa SMP Negeri 29 Medan T.P
2013/2014’, Jurnal EduTech, 1 (2015)
Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, Proosedur (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013)
Sanyoto, Elita Dwi, Woro Setyarsih, and Abd Kholiq, ‘Penerapan Model
Pembelajaran Interactive Demonstration Berbantuan Media Simulasi Virtual
Untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Suhu, Kalor, Dan
Perpindahan Kalor’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 5 (2016)
Saputra, Hendri, A Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Children Learning in Science ( CLIS )
Berbasis Simulasi Komputer Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis’, Jurnal
Pendidikan Sains Indonesia (JPSI), 1 (2013)
Saregar, Antomi, ‘Pembelajaran Pengantar Fisika Kuantum Dengan Memanfaatkan
Media Phet Simulation Dan LKM Melalui Pendekatan Saintifik: Dampak Pada
Minat Dan Penguasaan Konsep Mahasiswa’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika
Al-Biruni, 5 (2016)
Sari, Dyah Permata, Achmad Lutfi, and Ahmad Qosyim, ‘Uji Coba Pembelajaran
IPA Dengan LKS Sebagai Penunjang Media Virtual PhET Untuk Melatih
Ketrampilan Proses Pada Materi Hukum Archimedes’, Jurnal Pendidikan Sains
E-Pensa, 1 (2013)
Sdarmi, Nym, Ni Kt Suarni, and I Kt Dibia, ‘Pengaruh Model Pembelajaran
PDEODE Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Di Gugus V
Kecamatan Seririt’, Jurnal JJPGSD, 1 (2013)
Septiana, Dwi, Zulfiani, and Meiry Fadila Noor, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Pada Konsep Archaebacteria Dan Eubacteria Menggunakan Two-Tier Multiple
Coice’, Edusains, VI (2014), 192–200
Setiya, Elnatan, Andi Subekti, and Titin Sunarti, ‘Penerapan Model Pembelajaran
Guided Discovery Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Pada
Materi Kalor Di Kelas X SMAN 1 Nganjuk’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika
(JIPF), 5 (2016)
Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan (Bandung:
Kencana Prenada Media Group, 2013)
Sheftyawan, Widya Bratha, Trapsilo Prihandono, and Albertus Djoko Lesmono,
‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test Pada
Materi Optik Geometri’, Jurnal Pembelajaran Fisika, 7 (2018)
Shofiyah, Noly, ‘Penerapan Model Pembelajaran Modified Free Inquiry Untuk
Mereduksi Miskonsepsi Mahasiswa Pada Materi Fluida’, SEJ (Science
Education Journal), 1 (2017)
Sholihat, Fitri Nurul, Achmad Samsudin, and Muhamad Gina Nugraha, ‘Identifikasi
Miskonsepsi Dan Penyebab Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier
Diagnostic Test Pada Sub-Materi Fluida Dinamik: Azas Kontinuitas’, Jurnal
Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 3 (2017), 175–80
Simbolon, Erin Radien, and Fransisca Sudargo Tapilouw, ‘Pengaruh Pembelajaran
Berbasis Masalah Dan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Berpikir Kritis
Siswa SMP’, EDUSAINS, VII (2015)
Siregar, Wita Loka Rizki, ‘Keefektifan Model Pembelajaran Predict-Discuss-Explain-
Observe-Discuuss-Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa
Pada Pemahaman Konseptual Materi Buffer’, in Prosiding SEMIRATA 2015
Bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2015
Sri, Tabitha, and Hartati Wulandari, ‘Penerapan Strategi PDEODE Dalam Mengatasi
Miskonsepsi Dan Meningkatkan Ktrampilan Berfikir Kritis Pada Botani
Tumbuhan Rendah’, in Prosiding Seminar Biologi, 2013
Subagyo, Arif Imam, Suyono, and Tukiran, ‘Penerapan Modified Inquiry Models
Untuk Mencegah Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Kesetimbangan Kimia’,
JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains), 3 (2014)
Sugiana, I Nyoman, Ahmad Harjono, Hairunnisyah Sahidu, and G Gunawan,
‘Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Media Laboratorium
Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Pada Materi Momentum Dan
Impuls’, Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, II (2016)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan RnD (Bandung: Alfabeta,
2011)
Suparno, Paul, Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika
(Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2013)
Supriyati, ‘Pengembangan Model Pembelajaran POEW Untuk Mendapatkan
Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Materi Suhu Dan Kalor’, Jurnal
Pendidikan Fisika, 3 (2015)
Suryabrata, Sumadi, Metodelogi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013)
Susanti, ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan CTL
Untuk Meminimalisir Miskonsepsi Fluida Dinamis’, JPPS (Jurnal Penelitian
Pendidikan Sains), 2 (2013), 224–30
Syahrul, Dimas Adiansyah, and Woro Setyarsih, ‘Identifikasi Miskonsepsi Dan
Penyebab Miskonsepsi Siswa Dengan Three-Tier Diagnostic Test Pada Materi
Dinamika Rotasi’, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 4 (2015), 67–70
Tarmizi, Abdul Halim, and Ibnu Khaldun, ‘Penggunaan Metode Eksperimen Untuk
Mengatasi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada
Materi Rangkaian Litrik Di SMA Negeri 1 Jaya Kabupaten Aceh Jaya’, 1 (2017)
Taufiq, Muhamad, ‘Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Pada
Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E’,
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1 (2012), 198–203
<https://doi.org/10.15294/jpii.v1i2.2139>
Trisna, Kartika Feby, and Alimufi Arief, ‘Penerapan Model Pembelajaran Diskusi
Kelas Dengan Tipe Beach Ball Untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa Kelas XI
Materi Kalor SMAN 1 Driyorejo Gresik’, Jurnal Inovasi Pendiidikan Fisika
(JIPF), 6 (2017)
Ulmi, Nabila, ‘Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa
Inggris Melalui Metode Totally Physical Response (TPR) Bagi Anak Autisme
(Single Subject Research ) Di Kelas IV SLB YPPA Padang’, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus, 1 (2013)
Uno, Hamzah B, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
Kreatif Dan Efektif (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012)
———, Profesi Kependidikan Solusi Dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia
(Gorontalo: PT. Bumi Aksara, 2012)
Utami, Rizky Dayu, Salamah Agung, and Evi Sapinatul Bahriah, ‘Analisis Pengaruh
Gender Terhadap Miskonsepsi Siswa SMAN Di Kota Depok Dengan
Menggunakan Tes Diagnostic Two-Tier’, 2017
Utari, Yani Putri, Eko Setyadi Kurniawan, and Siska Desy Fatmaryanti,
‘Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Online Prezi Dalam Pokok Bahasan
Alat Optik Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran
2013/2014’, Radiasi, 5 (2014)
Wahyuningsih, Tri, Trustho Raharjo, and Dyah Fitriana Masithoh, ‘Pembuatan
Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI’, Jurnal Pendidikan Fisika, 1
(2013)
Wartono, Anisa Matinu Saifullah, and Sugiyanto, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Kelas X Pada Materi Fluida Statis Dengan Instrumen Diagnostik Three-Tier’,
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 23 (2016)
Winarto, Diar Dwi, Edy Tandililing, and Syukran Mursyid, ‘Kerja Laboratorium
Melalui Phet Untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa SMP Pada Materi Hukum
Archimedes’, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 4 (2015)
Wulandari, Raden Raisa, and Fauzi Bakri, ‘Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE
Terhadap Hasil Belajar Kognitif Fisika Siswa SMA’, in Prosiding Seminar
Nasional Fisika (E-Journal) SNF, 2015, IV
Yance, Rinta Doski, Ermaniati Ramli, and Fatni Mufit, ‘Pengaruh Penerapan Model
Project Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Batipuh Kabupaten Tanah Datar’, Pillar of Physics
Education, 1 (2013)
Young, and Freedman, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1 (Jakarta: Erlangga,
2001)
Yudhittiara, Rika Febriani, Nathan Hindarto, and Mosik, ‘Identifikasi Miskonsepsi
Menggunakan CRI Dan Penyebabnya Pada Materi Mekanika Fluida Kelas XI
SMA’, Unnes Physics Education Journal, 5 (2016)
Zaleha, Achmad Samsudin, and Muhamad Gina Nugraha, ‘Pengembangan Instrumen
Tes Diagnostik VCCI Bentuk Four-Tier Test Pada Konsep Getaran’, Jurnal
Pendidikan Fisika Dan Keilmuan (JPFK), 3 (2017)
Zulvita, Ria, A Halim, and Elisa, ‘Identifikasi Dan Remediasi Miskonsepsi Konsep
Hukum Newton Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di MAN
Darussalam’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Fisika, 2 (2017)

Anda mungkin juga menyukai