Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA


MATERI GETARAN HARMONIS

(Skripsi)

Oleh
NURLIA FITRIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI
GETARAN HARMONIS

Oleh

NURLIA FITRIANA

Rendahnya hasil belajar fisika disebabkan kurangnya keterampilan proses yang

dilatihkan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran problem based

learning memberikan pengalaman belajar dengan melibatkan peserta didik untuk

memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran problem based learning

terhadap hasil belajar peserta didik. Desain yang digunakan dalam penelitian ini

ialah the non equivalent control group design dengan sample penelitian siswa-

siswi kelas X MIPA SMA N 2 Pringsewu yang ditentukan dengan teknik

purposive sampling. Penelitian ini diperoleh dari data penguasaan konsep dan

keterampilan berkomunikasi sains yang berdistribusi normal. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran

problem based learning terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif peserta

didik pada kelas eksperimen dilihat dari hasil uji hipotesis independent sample t-

test dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,00 yang kurang dari 0,05. Hasil N-gain
Nurlia Fitriana
hasil belajar yaitu 0,59 lebih tinggi peningkatannya dibandingkan kelas kontrol

dengan N-gain 0,30.

Kata kunci: Hasil belajar, Model pembelajaran, Problem Based Learning.


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
MATERI GETARAN HARMONIS

Oleh

NURLIA FITRIANA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Marga Kencana tanggal 26 Februari 1995, anak pertama dari

dua bersaudara dari pasangan Bapak Sunoto dan Ibu Katmi. Penulis mengawali

pendidikan formal di SD Negeri 3 Marga Kencana, Kecamatan Tulang Bawang

Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat yang diselesaikan pada Tahun 2007,

melanjutkan di SMP Negeri 1 Tulang Bawang Udik dan lulus pada tahun 2010

dan masuk SMA Negeri 1 Tumijajar yang diselesaikan pada Tahun 2013. Pada

tahun 2013 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan

Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Lampung

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2016, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Seputih Mataram dan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten

Lampung Tengah. Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis

pernah menjadi sekretaris departemen sosial, kajian, dan dakwah tahun 2014 dan

sekretaris departemen sosial dan hubungan masyarakat tahun 2015 di KMNU

Unila, anggota keputrian di BEM-F dan anggota bidang penelitian dan

pengembangan di Himasakta P.MIPA FKIP Unila.


MOTTO

“Man shobaro Dzofiro (Barang siapa yang bersabar maka ia akan mendapatkannya”

(Muntakhobat)

“Ilmu itu cahaya begitupun wudhu juga cahaya, maka bertambahlah cahaya ilmu karena
wudhu”
(Ta’lim Muta’alim)
“Dengan tersenyum akan menambah semangat”
(Nurlia Fitriana)
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan Rahmaan

dan HidayahNYA pada setiap makhluk. Dengan kerendahan hati,

kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada:

1. Kedua orang tuaku Bapak Sunoto dan Ibu Katmi tercinta yang telah dengan

sabar mendidikku, yang telah mendo’akan anak-anak mereka pada setiap

sujud mereka. Maafkan anakmu ini Pak, Bu belum bisa menjadi kebanggaan

kalian. Terima kasih untuk setiap nafas dan senyuman kalian.

2. Adikku terkasih Liana Maysaroh. Terima kasih telah menjadi pelengkap

semangatku.

3. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.


SANWACANA

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, karena atas nikmat dan rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di FKIP Universitas

Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, arahan dan

motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik

sekaligus pembimbing I, atas kesabarannya dalam memberikan

bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama proses

menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Ismu Wahyudi S.Pd., M.PFis., selaku Pembimbing II yang telah

banyak memberikan saran dan kritik yang bersifat positif, motivasi dan

bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.


6. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Pembahas yang banyak

memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.

7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah

membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.

8. Bapak Anggit Wicahsono, S.Pd. M.Si., Bapak Budi Susanto, S.Si., M.Pd.,

dan, Ibu Megaria, S.Pd., M.Hum. selaku dosen penguji instrumen.

9. Seluruh Bapak dan Ibu dewan guru SMA Negeri 2 Pringsewu, beserta staf

tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan Pendidikan Fisika 2013 kelas A dan

kelas B.

11. Keluarga besar Pondok Pesantren Darussa’adah. Terima kasih telah

memberikan banyak sekali ilmu, menyemangatiku, menguatkanku,

mengingatkanku dalam proses penyusunan skripsi.

12. Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama angkatan 2013 (Umi, Nuri, Mbak

Tari, Ahmad Saroji, Ardiamto, Dwi Wahyudi, dan Rosihun). Terima kasih

telah membersamai, mengingatkan, dan menyemangati hingga saat ini.

Penulis berdoa semoga atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini

bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, 11 Oktober 2017


Penulis,

Nurlia Fitriana
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK............................................................................................... i
COVER DALAM ..................................................................................... iii
MENYETUJUI ....................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vii
MOTTO .................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN ................................................................................... ix
SANWACANA ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Teori ...................................................................... 7
1. Model Pembelajaran .......................................................... 7
2. Problem Based Learning ................................................... 8
3. Hasil Belajar ...................................................................... 14
B. Kerangka Pikir ....................................................................... 19
C. Anggapan Dasar..................................................................... 22
D. Hipotesis Penelitian ............................................................... 22

III. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 23
B. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 23
C. Desain Penelitian ................................................................... 23
D. Variabel Penelitian ................................................................. 25
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 25
F. Analisis Instrumen ................................................................. 25
G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 28
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ....................... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ......................................................................... 32
1. Tahap Pelaksanaan ............................................................... 33
2. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................ 38
3. Uji Ahli Desain dan Validitas Produk LKS ........................... 41
4. Data Kuantitatif .................................................................... 44
5. N-Gain Penilaian Aspek KBS dan Penguasaan Konsep ........ 44
6. Uji Normalitas ...................................................................... 46
7. Hasil Uji Hipotesis dengan Independent Sample T-test ......... 46
8. Hasil Uji Hipotesis dengan Paired Samples Test ................... 48
B. Pembahasan .............................................................................. 49

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan................................................................................... 56
B. Saran......................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ...................................... 11
2. Kategori dan Subkategori Ranah Kognitif ................................... 18
3. Makna Koefisien Korelasi........................................................... 27
4. Kriteria Interpretasi N-Gain ........................................................ 29
5. Hasil Uji Validitas Soal Tes Hasil Belajar ..................................... 39
6. Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar ................................. 40
7. Hasil Penilaian Uji Ahli Desain Instrumen .................................... 41
8. Hasil Penilaian Uji Validitas Isi Instrumen .................................... 41
9. Hasil Penilaian Uji Validitas Bahasa ............................................. 42
10. Hasil Penilaian Uji Validitas Kualitas Kelayakan Instrumen ......... 42
11. Perbaikan Intrumen LKS .............................................................. 43
12. Rata-rata Hasil Belajar Ranah Kogntif .......................................... 44
13. Perolehan N-Gain Hasil Belajar .................................................... 44
14. Uji Normalitas Data Hasil Belajar ................................................. 45
15. Uji Independent Sample T-Test Hasil Belajar ................................ 47
16. Uji Paired Sample Test Hasil Belajar ............................................ 47
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Diagram Kerangka Pikir ............................................................. 21
2. Desain Eksperimen The Non Equivalent Control
Group Design ............................................................................. 24
3. Grafik Persentase Tes Hasil Belajar Peserta Didik ...................... 50
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ............................................................................................. 61
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 64
3. Lembar Kerja Peserta Didik ............................................................. 101
4. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Postest ..................................................... 126
5. Soal Pretest Dan Postest ................................................................... 133
6. Hasil Uji Ahli Desain Instrumen ...................................................... 136
7. Hasil Uji Ahli Validitas Isi Instrumen .............................................. 139
8. Hasil Uji Validitas Bahasa Instrumen ............................................... 141
9. Hasil Uji Ahli Validitas Kualitas Penyajian Instrumen ..................... 144
10. Lembar Observasi Pembelajaran PBL .............................................. 147
11. Data Prettest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ....... 151
12. Hasil Uji Validitas ............................................................................ 163
13. Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 169
14. Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 170
15. Hasil Uji Paired Sample Test ........................................................... 171
16. Hasil Uji Independent Sample T-Test ............................................... 172
17. Hasil Perhitungan N-Gain ................................................................ 173
18. Surat Balasan Penelitian ................................................................... 175
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Permendiknas nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses,

menyatakan bahwa pembelajaran kini lebih ditekankan pada peserta didik

yang mencari tahu bukan peserta didik yang selalu diberitahu. Pembelajaran

yang dimaksud yaitu pembelajaran yang mengedepankan peserta didik

(student center) bukan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher

center). Pendapat yang serupa juga dikemukaan oleh Ivor K. Davis dalam

Rusman (2014: 229) yang mengemukakan bahwa “salah satu kecenderungan

yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakekat pembelajaran adalah

belajarnya peserta didik dan bukan mengajarnya guru”.

Pembelajaran sekarang lebih banyak mengembangkan bagaimana agar

pembelajaran berpusat pada peserta didik (student center), sesuai dengan

kurikulum 2013 yang dimana peserta didiklah yang dituntut untuk berperan

aktif. Pembelajaran dilapangan masih didominasi dengan metode ceramah,

yaitu pembelajaran dengan cara menulis di papan tulis (Pusat Kurikulum

Departemen Pendidikan Nasional, 2007). Pembelajaran dengan metode

ceramah atau konvensional akan membunuh daya kreativitas peserta didik dan

tidak melatih keterampilan peserta didik, peserta didik cenderung malas untuk
2

lebih berpikir kritis dan aktif. Peserta didik akan lebih banyak mengalami

kesulitan-kesulitan baik kesulitan yang berasal dari dalam diri sendiri

(internal) ataupun kesulitan yang berasal dari luar diri peserta didik

(eksternal). Kesulitan internal yaitu berupa rendahnya kemampuan kognitif,

minat dan bakat, serta sikap ilmiah. Sedangkan kesulitan eksternal berupa

kurangnya fasilitas belajar dan strategi atau metode pembelajaran yang

diterapkan oleh guru.

Berdasarkan hasil wawancara salah satu guru fisika SMA kelas X juga

menyatakan bahwa pelajaran fisika merupakan salah satu pelajaran yang

cukup sulit untuk diterima oleh peserta didik. Seorang guru harus lebih kreatif

untuk menyampaikan materi mengenai konsep fisika. Selama ini pada proses

pembelajaran masih sering menggunakan metode ceramah dan pencapaian

kompetensi mata pelajaran fisika juga belum optimal dan belum sesuai dengan

apa yang diharapkan. Kurang dari 50 % dari 92 peserta didik yang nilai

ulangannya sudah mencapai KKM, dan sisanya belum. Berdasarkan hasil

wawancara, yang menyebabkan pencapaian kompetensi mata pelajaran fisika

peserta didik kurang optimal adalah pemilihan model pembelajaran yang kurang

tepat dan kurangnya peran serta keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran seperti ini hanya menempatkan peserta didik sebagai

penerima materi pelajaran dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar

peserta didik.

Berdasarkan Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses

menyatakan bahwa untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk


3

menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran maka

sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang berbasis

pemecahan masalah. Dalam proses pembelajaran model pembelajaran berbasis

masalah lebih akan memberdayakan peserta didik dan menghasilkan jawaban

yang kebenarannya multi dimensi atau tidak tunggal. Dengan pembelajaran

berbasis masalah peserta didik akan belajar bagaimana menyelesaikan

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan hal

tersebut sangatlah membantu, karena kenyataan sekarang bahwa dunia sudah

semakin berkembang dan persaingan pun semakin ketat.

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran

yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan

penyelidikan autentik, yaitu penyelidikan yang membutuhkan penyesuaian

nyata dari permasalahan yang nyata (Trianto, 2014: 62). Serupa dengan

pendapat lain menyatakan bahwa Problem Base Learning adalah

pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak

tersruktur (Ill-structured) dan bersifat terbuka bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta

sekaligus membangun pengetahuan baru (Fathurrohman, 2015: 112). Pada

model pembelajaran Problem Base Learning menuntut peserta didik untuk

melakukan pemecahan-pemecahan masalah, pemecahan masalahnya yaitu

berupa masalah yang konstektual atau masalah yang dialami dalam kehidupan

sehari-hari. Solusi dari pemecahan masalah tersebut merupakan hasil analisis

dari berbagai informasi yang digali oleh peserta didik. Peserta didik dituntut
4

untuk berpikir kreatif dan berwawasan luas dalam menganalisis dan

memecahkan suatu permasalahan.

Fisika termasuk salah satu pelajaran sains (IPA) memiliki karakterristik yang

sangat kompleks. Belajar fisika melibatkan kemampuan dan keterampilan

interprestasi fisis, transformasi besaran, satuan, logika matematika dan

kemampuan numerasi yang sangat akurat. Ilmu fisika dibangun melalui

pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti observasi,

klasifikasi, interpretasi dan berkomunikasi (Santyasa, 2004). Pada

pembelajaran sains hal yang ditekankan yaitu pengetahuan yang diperoleh

peserta didik dan bagaimana peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil

dari proses pembelajarannya. Dengan pembelajaran secara langsung peserta

didik dituntut untuk dapat menjelaskan hasil percobaan, menghitung dan

menginformasikan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis

dan jelas. Dengan dapat mengkomunikasikan hasil yang diperoleh secara baik

maka pengetahuan peserta didik dari suatu konsep tertentu dikatakan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa membelajarkan konsep fisika dengan

cara memecahkan masalah lebih efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian eksperimen ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based

learning terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pembelajaran?

2. Bagaimana tingkat pemahaman peserta didik pada materi pembelajaran?


5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based learning

terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pembelajaran.

2. Mengetahui tingkat pemahaman peserta didik pada materi pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat setelah melakukan penelitian ini adalah kita dapat mengetahui

pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar

peserta didik ranah kognitif pada materi getaran harmonis.

E. Ruag Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian eksperimen ini adalah:

1. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil

belajar ranah pengetahuan (kognitif) peserta didik. Untuk menunjukkan

pengaruh tersebut merupakan benar-benar pengaruh dari treatment, maka

digunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, sedangkan

kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

(ranah kognitif) yang diperoleh peserta didik setelah melakukan kegiatan

belajar pada materi pokok getaran harmonis.


6

3. Pembelajaran dalam penelitian dilakukan pada: K.D 3.11 Menganalisis

hubungan antara gaya dan getaran dalam kehidupan sehari-hari; dan K.D

4.11 Melakukan percobaan getaran harmonis pada ayunan sederhana.

4. Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelas X SMA N 2

Pringsewu, semester genap tahun pelajaran 2016-2017 yang menggunakan

kurikulum 2013.
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran akan menentukan bagaimana proses pembelajaran itu

berlangsung, komponen penting dalam pembelajaran ini perlu

dipertimbangkan saat kita merencanakan pembelajaran. Menurut Saragih

dan Zunanda (2016) bahwa model mempunyai makna yang lebih luas dari

pada suatu strategi, metode, atau prosedur. Istilah model pembelajaran

mencangkup suatu pendekatan pembelajaran yang luas dan menyeluruh.

Keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar akan tercapai

apabila didukung dengan model-model yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi. Model mengajar merupakan suatu cara yang

dipergunakan oleh seorang guru dalam menyajikan kesatuan bahan

pembelajaran dengan memperhatikan keseluruhan situasi belajar untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Penjelasan yang serupa mengenai model pembelajaran dikemukakan oleh

Arends dalam Trianto (2011-b: 51), model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.


8

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang

digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap

dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan

kelas.

Model pembelajaran menurut Aunurrahman (2013: 146), diartikan sebagai

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan

aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai

perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang

bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di

kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas

pembelajaran.

Berdasarkan uraian mengenai model pembelajaran di atas, model

pembelajaran diartikan sebagai suatu kerangka konseptual yang akan

menentukan proses pembelajaran itu berlangsung dan sebagai pedoman

dalam proses mengajar yang akan menentukan ketercapaian tujuan dari

pembelajaran tersebut.

a. Problem Based Learning

Model pembelajaran berbasis masalah atau juga biasa disebut problem

based learning merupakan model pembelajaran yang mendorong peserta


9

didik agar belajar untuk belajar, berpikir kritis dalam menyelasikan suatu

permasalahan dan menemukan alternatif solusi dari masalah, kemudian

memilih solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah

tersebut.

Model pembelajaran berbasis masalah menurut Handika dan Wangid

(2013), merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada

pemecahan masalah atau masalah sebagai titik tolak atau dasar dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah juga dijabarkan

menurut Tan dalam Rusman (2012: 229-232) bahwa:

Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam


pembelajaran, karena dalam PBL kemampuan berfikir peserta didik
betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim
yang sistematis, sehingga peserta didik dapat memperdayakan,
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya
secara berkesinambungan. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia
nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada.

Pembelajaran berbasis masalah diartikan sebagai rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari strategi pembelajaran

berbasis masalah menurut Hamruni (2012: 107-108) yaitu:

1) Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian


aktivitas pembelajaran. Artinya dalam implementasi pembelajaran
berbasis masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
peserta didik. Pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan
peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian
menghafal materi pelajaran. Namun melalui pembelajaran
berbasis masalah peserta didik diharapkan aktif berfikir,
berkomunikasi, mencari dan mengelola data, dan akhirnya
menyimpulkan.
10

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.


Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka
tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berfikir ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya
berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu,
sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Penjelasan lebih jauh menurut Widjajanti dalam Handika dan Wangid

(2013) menyatakan bahwa dalam pendekatan berbasis masalah, masalah

yang disajikan berupa masalah yang nyata dan kompleks, hal tersebut

berguna memotivasi siswa untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan

prinsip yang mereka perlu ketahui untuk berkembang melalui masalah

tersebut. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori

belajar konstruktivis. Pada model pembelajaran berbasis masalah peserta

didik bekerja dalam sebuah tim kecil. Peserta didik memperoleh,

mengomunikasikan, serta memadukan informasi dalam proses yang

menyerupai atau mirip dengan menemukan. Pada model pembelajaran

berbasis masalah guru memandu peserta didik menguraikan rencana

pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh

mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya

tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas

yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh peserta didik.

Pembelajaran dengan berbasis masalah terdiri dari 5 (lima) langkah utama

yang dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan suatu


11

situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian serta analisis hasil kerja

peserta didik. Sintak pembelajaran PBL dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Tingkah Laku


Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi peserta didik menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
pada masalah mengajukan fenomena atau demonstrasi
atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi peserta didik untuk terlibat
dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2 Guru membantu peserta didik untuk
Mengorganisasi peserta mendefinisikan dan mengorganisasikan
didik untuk belajar tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Tahap-3 Guru mendorong peserta didik untuk
Membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai,
penyelidikan individual melaksanakan eksperimen, untuk
maupun kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap-4 Guru membantu peserta didik dalam
Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan karya
menyajikan hasil karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5 Guru membantu peserta didik untuk
Menganalisis dan melakukan refleksi atau evaluasi
mengevaluasi proses terhadap penyelidikan mereka dan
pemecahan masalah proses-proses yang mereka gunakan.
(sumber: Trianto, 2011-a: 97).
12

Menurut Aqib (2013: 21) langkah – langkah pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning) :

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih.

b) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,

tugas, jadwal, dan lain-lain).

c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan

temannya.

e) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

PBL memiliki beberapa keunggulan yang dipaparkan oleh Sanjaya dalam

Sutirman ( 2013:42) di antaranya: (1) Pemecahan masalah (problem

based) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi

pelajaran, (2) Meningkatkan kemampuan peserta didik serta memberikan

kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik,

(3) Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik, (4) Membantu

peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk

memahami masalah dalam kehidupan nyata, (5) Membantu peserta didik

untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab


13

dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan

masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik

terhadap hasil maupun proses, (6) Memperlihatkan kepada peserta didik

bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan

sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekedar

belajar dari guru atau buku-buku saja, (7) Pembelajaran yang

menyenangkan dan disukai peserta didik, (8) Mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan

kemampuan mereka menyesuaikan dengan pengetahuan baru,

(9) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, (10) Mengembangkan

minat peserta didik untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar

pada pendidikan formal telah berakhir.

Berdasarkan penjabaran mengenai model pembelajaran berbasis masalah

di atas, pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai model

pembelajaran dimana masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai

landasan dari pembelajaran, pembelajaran tidak akan bisa berlangsung jika

tidak adanya masalah yang akan dicari solusi pemecahannya dengan suatu

langkah yang sistematis melalui lembar kegiatan peserta didik.

Pembelajaran ini akan melatih peserta didik untuk mencari solusi

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui pembelajaran

langsung dari suatu masalah, peserta didik akan lebih merasa terbiasa

mengaplikasikan pembelajaran yang telah diterima dan kemampuan

berfikir kreatif peserta didik akan semakin berkembang.


14

2. Hasil Belajar

Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang berkenaan dengan

perilaku mental seseorang yang meliputi, pemahaman, pertimbangan,

pengolahan informasi, dan pemecahan masalah. Para ahli psikologi

kognitif memandang bahwa perkembangan kognitif sudah mulai berjalan

sejak manusia lahir ke dunia, yakni sejak manusia menggunakan

kemampuan sensorik motoriknya.

Pemahaman konsep menurut Bloom dalam Susanto (2013: 6) diartikan

sebagai kemampuan untuk menyerap arti darimateri atau bahan yang

dipelajari. Pemahaman disini merupakan seberapa besar peserta didik

mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan

oleh guru terhadap peserta didik, atau sejauh mana peserta didik dapat

memahami apa yang ia lihat, yang dibaca, yang dialami, atau yang ia

rasakan berupa observasi langsung.

Menurut Piaget dalam Sanjaya (2009: 261), kemampuan kognitif

merupakan suatu yang fundamental yang mengarahkan dan membimbing

prilaku anak. Ada dua konsep yang perlu diketahui dalam memahami teori

perkembangan kognitif dari Piaget yaitu konsep tentang fungsi dan konsep

tentang struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang

sama untuk setiap orang. Tujuannya adalah untuk menyusun struktur

kognitif internal. Melalui fungsi akan terjadi kecenderungan-

kecenderungan biologis untuk mengorganisasi pengetahuan ke dalam

struktur kognitif dan untuk beradaptasi dengan berbagai tantangan yang


15

datang dari luar (lingkungannya). Sedangkan struktur merupakan

seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang

digunakan untuk memahami lingkungan.

Menurut Siwa (2013) pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk

keberhasilan menempuh tes ujian yang hakikatnya lebih banyak

menekankan pada dimensi proses kognitif yang rendah seperti menghafal

konsep, memahami dan mengaplikasikan rumus-rumus, sedangkan proses

kognitif yang lebih tinggi (menganalisis, mengevaluasi dan mencipta)

jarang tersentuh. Selain itu aspek proses dari hakikat sains itu sendiri telah

terabaikan, begitu pula dengan aspek sikap dan aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika membutuhkan penguasaan

konsep yang bukan hanya sekedar mengetahui suatu konsep, melainkan

benar-benar memahami konsep dengan baik, artinya peserta didik mampu

menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapai. Untuk itu sangatlah

penting mengukur penguasaan konsep peserta didik.

Menurut Permen No 53 tentang Panduan Penilaian untuk Satuan

Pendidikan Menengah Atas Tahun 2015, penilaian pengetahuan, selain

untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar,

juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan

pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic). Oleh

karena itu, pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik oleh

pendidik merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian

dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Ketuntasan


16

belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh satuan pendidikan dengan

mempertimbangkan batas standar minimal nilai Ujian Nasional yang

ditetapkan oleh Pemerintah. Secara bertahap satuan pendidikan terus

meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan

potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk

peningkatan kualitas hasil belajar.

Menurut Sudijono (2011: 31) evaluasi hasil belajar dapat dikatakan

terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaanya senantiasa berpegang

pada tiga prinsip dasar yaitu: (1) prinsip keseluruhan, (2) prinsip

kesinambungan, dan (3) prinsip obyektivitas.

Menurut Kunandar (2009: 168), ranah kompetensi pengetahuan atau

kognitif itu terdapat enam jenjang proses prilaku yaitu:

a) Kemampuan menghafal atau ingatan adalah kemampuan seseorang

untuk mengingat- ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama,

istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya tanpa mengharapkan

kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini

merupakan proses berpikir yang paling rendah.

b) Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan

demikian memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat

melihatnya dari berbagai aspek. Pemahaman merupakan jenjang

kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari hafalan atai

ingatan.
17

c) Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,

prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi

yang baru dan konkret. Penerapan merupakan proses berpikir setingkat

lebih tinggi dari pemahaman. Kemampuan mengaplikasikan sesuatu

yang dapat diartikan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan

masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kegiatan belajar seperti menghitung, melakukan percobaan, dan

menyelesaikan masalah.

d) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang

lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian

atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya. Dalam

pembelajaran dapat ditunjukkan melalui mengidentifikasi faktor

penyebab, merumuskan masalah, membuat grafik, dan mengkaji ulang.

e) Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari

proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga

menjelma sebagai suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola

baru. Dalam kegiatan pembelajaran ditunjukkan melalui membuat

desain, menemukan penyelesaian atau solusi dari masalah,

memprediksi, dan menciptakan produk tertentu.

f) Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan

terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Dalam pembelajaran dapat


18

ditunjukkan melalui mempertahankan pendapat, beradu argumen,

memilih solusi terbaik, menyusun kriteria penilaian, menyarankan

perubahan, dan menulis laporan.

Penjelasan mengenai kategori dan subkategori tingkatan ranah kognitif

dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Kategori dan Subkategori Ranah Kognitif


Kategori Proses Kognitif Contoh Subkategori Proses
Kognitif
(1) (2)
Mengungkap kembali pengetahuan
1. Mengingat (remember)
dari perbendaharaan instan
1.1 Mengenal Mengenali tanggal-tanggal
peristiwa sejarah penting
1.2 Menghafal Hafal nama-nama kota
Menjelaskan makna suatu pesan
2. Memahami (understand)
pembelajaran baik secara lisan,
tulisan maupun gambar/grafik
2.1 Menafsirkan Menafsirkan isi pidato,
dokumen, peraturan
2.2 Memberi contoh Memberikan contoh suatu
definisi
2.3 Mengklasifikasi Mengelompokkan jenis
tanaman berbiji tunggal
2.4 Meringkas Meringkas isi suatu buku
2.5 Interferensi Memberlakukan suatu
prinsip ke situasi yang
berbeda
2.6 Membandingkan Mencari persamaan dan
perbedaan
2.7 Menjelaskan Menjelaskan sebab-akibat
suatu kejadian
3. Mengaplikasikan (apply) Menerapkan dalil atau prosedur
3.1 Menerapkan rumus Mengalikan panjang dengan
lebar untuk menentukan luas
persegi panjang
3.2 Mengimplementasikan Memanfaatkan dalil bejana
berhubungan untuk
pembuatan saluran pipa air
minum
4. Analisis (analyze) Merinci suatu objek menjadi bagian-
bagian
19

(1) (2)
4.1 Membedakan Membedakan bagian
penting dan kurang penting
4.2 Mengorganisasi Menyusun bagian-bagian
menjadi suatu keutuhan
4.3 Mengkarakterisasi Menunjukkkan ciri khas
Negara hukum
Memberikan penilaian berdasarkan
5. Evaluasi (evaluate)
suatu criteria
5.1 Mengecek Memeriksa apakah suatu
gedung dibangun sesuai
bestek
Memberikan penilaian mana
5.2 Mengkritik diantara metode yang paling
tepat untuk menyelesaikan
masalah
Memadukan suatu bagian atau unsur
6. Menciptakan (create)
sehingga menjadi suatu kesatuan
6.1 Menghasilkan Menghasilkan suatu hipotesis
setelah membaca landasan teori

6.2 Merencanakan Menyusun proposal


penelitian tindakan kelas

6.3 Memproduksi Memproduksi kain batik bercorak


Surakarta
Bloom dalam Gafur (2013: 53-54).

Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

peserta didik menjadi suatu yang penting dan merupakan suatu tujuan dalam

proses belajar mengajar. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik tidak

hanya untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapi ketuntasan

belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan

pengetahuan peserta didik untuk selanjutnya dilakukan feedback.

B. Kerangka Pikir

Pencapaian hasil belajar yang optimal merupakan tujuan utama dari suatu

proses pembelajaran. Demi mencapai hasil yang optimal dilakukan inovasi-


20

inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satu komponen yang penting dalam

pembelajaran yaitu penggunaan model pembelajaran. Dengan model

pembelajaran yang tepat peserta didik dapat secara aktif mengikuti proses

pembelajaran dan peserta didik lebih berpikir kritis. Model pembelajaran yang

akan mengaktifkan peserta didik dan mendorong peserta didik untuk berpikir

kritis adalah model pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan mengunakan pendekatan

berpikir ilmiah, yaitu pembelajaran secara sistematis dan didasari dengan data

dan fakta yang jelas. Peserta didik dapat membangun sendiri konsep dari

mengolah informasi yang mereka peroleh. Pada saat membangun konsep maka

peserta didik telah memiliki pemahaman yang baik sehingga peserta didik

mampu menguasai konsep dengan baik. Model pembelajaran problem based

learning peserta didik dituntun untuk mampu mendefinisikan dan

mengorganisasikan belajarnya untuk memecahkan permasalahan, tahapan

pembelajaran ini mengharuskan peserta didik melakukan suatu eksperimen,

dengan bimbingan guru peserta didik dipersiapkan untuk mampu menciptakan

suatu karya sebagai solusi dari permasalahan. Tingkatan belajar yang dicapai

oleh peserta didik jika menggunakan model ini adalah peserta didik akan

mampu mencipta, atau tingkatan paling tinggi dalam belajar.

Untuk menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar tersebut merupakan

benar-benar pengaruh dari model pembelajaran problem based learning maka

digunakan kelas kontrol yang hasil belajar ranah kognitif dibandingkan dengan

kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based


21

learning. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas berupa model pembelajaran problem based

learning, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar ranah kognitif

dengan diagram kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 8.

Model Pembelajaran
Hasil Belajar Ranah
Problem Based
Kognitif (Y)
Learning (X)

Gambar 8. Diagram Kerangka Pikir

Penggunaan model pembelajaran problem based learning tersebut dilakukan

dengan terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap pemahaman konsep

peserta didik berupa pretest yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman

konsep awal dari masing-masing peserta didik. Setelah diberi perlakuan,

dilakukan penilaian terhadap pemahaman konsep peserta didik berupa posttest

dengan tes hasil belajar ranah kognitif, ini dilakukan untuk mengetahui

seberapa berhasilkah peserta didik dalam proses pembelajaran dan apakah ada

pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar ranah kognitif.

Keberhasilan belajar peserta didik sangat ditentukan oleh model pembelajaran

yang diterapkan guru di dalam kelas. Model yang dipilih oleh guru hendaknya

harus ada interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan

peserta didik. Pembelajaran dengan memecahkan masalah dan pembelajaran

dengan eksperimen merupakan cara yang tepat agar peserta didik menjadi lebih

aktif. Pembelajaran dengan menyajikan masalah dapat membuat peserta didik


22

berpikir kreatif, hal ini yang akan mendorong peserta didik untuk dapat

berargumen. Kemampuan peserta didik dalam berargumen membutuhkan

keterampilan berkomunikasi yang kuat. Model pembelajaran problem based

learning merupakan salah satu model pembelajaran berbasis masalah yang

dapat digunakan oleh guru dalam mengatasi berbagai hambatan dalam

pembelajaran konvensional, yaitu peserta didik yang tidak aktif dan memiliki

pemahaman rendah.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian ini adalah:

1) Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama.

2) Nilai rata-rata dari kemampuan awal tentang materi pembelajaran

sebelumnya peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang

relatif sama.

3) Kurikulum yang dilaksanakan pada kedua kelas sama.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis

yaitu “Terdapat pengaruh penggunaan model problem based learning terhadap

hasil belajar ranah kognitif peserta didik ”.


23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017

di SMA N 2 Pringsewu.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas X SMA N 2

Pringsewu pada semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini

akan melihat pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap

hasil belajar ranah kognitif peserta didik.

Untuk melihat pengaruh tersebut benar-benar disebabkan dari penggunaan

model problem based learning maka digunakan dua sampel sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini diseting pada kelas yang

memiliki kemampuan relatif sama, sehingga digunakan teknik purposive

sampling.

C. Desain Penelitian

Penelitian eksperimen ini menggunakan quasi experimental dengan desain

menggunakan the non-equivalent control group design. Desain ini


24

mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Pada

penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu satu kelompok diberi perlakuan

tertentu (eksperimen) dan satu kelompok dijadikan sebagai kelompok kontrol.

Kelas eksperimen menggunakan model problem based learning dalam

pembelajaran, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran

konvensional. Sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu peserta didik diminta

untuk mengerjakan pretest, dan diakhir pembelajaran peserta didik diberi

soal posttest. Perbedaan penguasaan konsep peserta didik dan kemampuan

berkomunikasi sains peserta didik antara kelas kontrol dengan kelas

eksperimen menjadi indikator keberhasilan pembelajaran dengan

menggunakan model problem based learning. Secara diagram rancangan

penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.

O1 X O2

O3 O4

Gambar.9 Desain Eksperimen The Non Equivalent Control Grup Design


(Sugiyono, 2015: 116).

Keterangan:

O1 = tes awal (pretest) kelas eksperimen


O2 = tes akhir (posttest) kelas eksperimen
O3 = tes awal (pretest) kelas kontrol 1
O4 = tes akhir (posttest) kelas kontrol 1
X= penerapan model Problem Based Learning
25

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran problem based learning, variabel terikatnya adalah hasil belajar

peserta didik.

E. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis PBL, soal pilihan jamak

berjumlah 20 butir untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik. Tes

ini digunakan pada saat pretest dan posttest.

F. Analisis Instrumen

Instrumen penilaian sebelum digunakan dalam penelitian harus diuji terlebih

dahulu agar valid dan reliabel. Sehingga perlu adanya uji validitas dan

reliabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang akan diukur. Artinya, instrumen itu dapat

mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen valid

atau sahih memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah.


26

Pada penelitian ini, instrumen penilaian berupa penilaian pengetahuan

yang diujikan kepada dosen pembahas sebagai ahli.

Dalam pengujian instrumen soal dilakukan dengan menguji validitas

instrumen dapat menggunakan uji statistik atau dengan rumus korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 } {𝑛 ∑ 𝑌 2 (∑ 𝑌)2 }

(Arikunto, 2013: 213)

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi yang menyatakan validitas


X = Skor butir soal
Y = Skor total
n = Jumlah sampel

Kriteria pengujiannya apabila rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka

instrumen tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel,

maka instrumen tersebut tidak valid. Uji validitas dengan kriteria uji bila

corrected item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3

maka data merupakan construct yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Pada penelitian ini, instrumen dikatakan reliabel jika ada kualitas yang

menunjukkan kemantapan, ekuivalensi, atau stabilitas suatu pengukuran

yang dilakukan dengan rumus Alfa Cronbach sebagai berikut:


27

𝑘 ∑ 𝛿2
𝑟11 =[ ] [1 − 2 ]
𝑘−1 𝛿1

(Arikunto, 2013: 239)

Keterangan:
𝑟11 = reabilitas instrurmen
𝑘 = banyaknya butir pertanyaan
∑ 𝛿 2 = jumlah butir pertanyaan
𝛿12 = varians total

Dimana rumus untuk mencari varians totalnya adalah:

(∑ 𝑋)2
∑ 𝑋2 −
𝑁
𝛿2 =
𝑁

(Arikunto, 2013: 227)

Keterangan:
𝑋 2 = kuadrat skor total
𝑋 = skor total
𝑁 = banyaknya responden

Hasil perhitungan korelasi menurut Arikunto (2012: 89) memiliki makna

seperti ditunjukkan pada Tabel. 3.

Tabel 3. Makna Koefisien Korelasi.


Angka Korelasi Makna
0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11≤ 0,60 Cukup
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
0,00 < r11≤ 0,20 Sangat rendah

Pada penelitian ini uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS

dan mengacu pada nilai alpa yang dihasilkan dalam output SPSS. Jika

nilai alpa >rtabel maka soal pretest dan posttest yang digunakan sebagai
28

instrumen dinyatakan reliabel atau konsisten. Sebaliknya, jika nilai alpa <

rtabel maka soal pretest dan posttest yang digunakan dinyatakan tidak

reliabel atau tidak konsisten.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil yaitu data hasil belajar ranah kognitif peserta didik.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan test tertulis berbentuk

pilihan jamak yang digunakan pada saat pretest dan posttest.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh adalah data hasil belajar ranah kognitif peserta didik

yang ditunjukkan pada proses pembelajaran, data yang diperoleh kemudian

dianalisis dengan melakukan:

1. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar peserta didik digunakan

skor gain yang ternormalisasi. Analisis hasil belajar pada aspek

pengetahuan yang menggunakan nilai pretest dan posttest, sehingga

digunakan analisis N-gain dengan persamaan berikut:

𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
N-gain (𝑔) = 𝑆𝑚𝑎𝑥 − 𝑆𝑝𝑟𝑒

Keterangan:
g = N-gain
S post = Skor posttest
29

S pre = Skor pretest

S max = Skor maksimum

Kriteria interperensi N-gain dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 4. Kriteria Interpretasi N-gain

N-gain Kriteria
Interpretasi
N-gain > 0,7 Tinggi
0,3 < N-gain < 0,7 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah

(Widiawati, 2011: 36).

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna

atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan

dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan

sebelumnya.

2. Uji Normalitas Data

Penelitian mengunakan SPSS 21.0 untuk menguji apakah sampel

penelitian merupakan jenis data terdistribusi normal, uji normalitas dapat

dilakukan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas

dihitung dengan menggunakan program komputer dengan metode

Kolmogorov-Smirnov berdasarkan pada nilai signifikan. Data dikatakan

memenuhi asumsi normalitas atau terdistribusi normal jika pada

Kolmogorov-Smirnov nilai sig.> 0,05. Sedangkan data yang tidak

terdistribusi normal memiliki nilai sig.≤ 0,05.


30

3. Uji Paired Sample T-Test

Uji ini dilakukan untuk menganalisis data pretest dan posttest hasil

belajar fisika peseta didik akibat pengaruh model pembelajaran problem

based learning. Dasar pemikiran sederhana, yaitu apabila suatu

perlakuan tidak memberikan pengaruh maka perbedaan rata-rata adalah

nol. Pada uji ini juga terlihat peningkatan atau penurunan keterampilan

hasil belajar ranah kognitif fisika peserta didik secara signifikan.

Ketentuannya bila thitung lebih kecil dari ttabel, maka H0 diterima dan H1

ditolak. Tetapi sebaliknya bila t hitung lebih besar dari t tabel maka H0

ditolak, dan H1 diterima. Secara sinifikan bila Sig. (2-tailed) <0.025,

maka Ho ditolak dan sebaliknya.

Hipotesis yang akan diuji dengan paired sample t-test yaitu:

H0: Tidak terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar

peserta didik sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan model

pembelajaran problem based learning pada materi Getaran

Harmonik.

H1: Terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar peserta

didik sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan model

pembelajaran problem based learning pada materi Getaran

Harmonik.
31

4. Uji Independent Sample T- Test

Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sample yang berbeda,

digunakan untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan rata-rata antara

dua kelompok sample. Rumus perhitungan t- test adalah sebagai berikut:

𝑋̅1 + 𝑋̅2
𝑡=
1 1
(𝑛1 −1)𝑆12 +(𝑛2 −1)𝑆22 +( + )
√ 𝑛1 𝑛2
𝑛1 +𝑛2 −2

(Sugiyono, 2011: 197).


Keterangan:

𝑋̅1= rata-rata nilai kelas eksperimen 1


𝑋̅2 = rata-rata nilai kelas eksperimen 2
𝑛1 = jumlah sampel di kelas eksperimen 1
𝑛2 = jumlah sampel di kelas eksperimen 2
𝑆1 = simpangan baku kelas eksperimen 1
𝑆2 = simpangan baku kelas eksperimen 2
𝑆12 = varians kelas eksperimen 1
𝑆12 = varians kelas eksperimen 2

Kriteria pengujian untuk daerah penerimaan dan penolakan hipotesis

penelitian adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak.

Hipotesis yang akan diuji dengan independent sample t- test yaitu:

H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar peserta

didik kelas eksperimen dengan hasil belajar peserta didik kelas

kontrol.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar peserta didik

kelas eksperimen dengan hasil belajar peserta didik kelas kontrol.


56

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diungkapkan setelah penelitian dan analisis data adalah

sebagai berikut:

1. Adanya pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran problem

based learning terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik dilihat dari

hasil uji hipotesis independent sample t-test dengan nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) 0,00 yang kurang dari 0,05

2. Peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif peserta didik dengan

pemahaman konsep tuntas sebesar 79,4% dan 20,6% yang tidak tuntas.

Pembelajaran berbasis masalah memberikan ruang bagi peserta didik

untuk belajar secara langsung, bertindak aktif dalam kelompok untuk

menyelesaikan masalah.

B. Saran

Penelitian ini penulis menyarankan agar:

1. Problem based learning merupakan model pembalajaran berbasis masalah,

dalam proses pembelajaran sajikan masalah-masalah yang menarik dan

lebih baik sudah pernah dialami oleh peserta didik baik dalam bentuk
57

gambar atau video, serta sampaiakan permasalahan dalam bentuk

pertanyaan yang meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik.

2. Peneliti yang akan menggunakan model problem based learning sebaiknya

lebih menuntun peserta didik untuk lebih bersikap teliti, bertanggung

jawab dan juga bersikap jujur dalam percobaan agar sikap ilmiah yang

dihasilkan bisa lebih meningkat.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran


Kontrekstual Inovatif. Bandung: Yrama Widya.
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar Teraktual
dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Press.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Edisi


Revisi. Jakarta: Rajagrafindo.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Gafur, Abdul. 2013. Desain Pembelajaran: Konsep, Model dan Aplikasinya


dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Ombak.

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Hanafiah dan Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika


Aditama.

Handika, Ilham, dan Muhammad Nur Wangid. 2013. Pengaruh Pembelajaran


Berbasis Masalah Terhadap Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses
Sains Siswa Kelas V. Jurnal Prima Edukasia. Vol. 1 (1), 85-93.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan


Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.

Istiyono, Edi. 2007. Fisika Kelas X untuk SMA dan MA. Klaten: Intan Pariwara.

Kanginan, Marthen. 2013. Fisika. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Kunandar. 2015. Penilaian Autentik. Jakarta: Rajawali Pers.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.


Novita, Dwi Lisa, Nym Sudana, dan Nanci Riastini. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Pbl Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas V Sd
Di Gugus Iv Diponegoro Kecamatan Mendoyo. Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, Vol. 2, No. 1,
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=145778&val=1342,
diakses pada 04 November 2016).

Permen No 53. 2015. Panduan Penilaian untuk Satuan Pendidikan Menengah


Atas.

Permendiknas nomor 22. 2016. Standar Proses.

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisma


Guru edisi kedua. Depok: Rajagrafindo Persada.

Sani, Ridwan Abdullah. 2016. Penilaian Autentik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.

Saragih, Elly Avida. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning


Terhadap Hasil Belajar Siswa Ditunjau Dari Motivasi Belajar Pada Materi
Elastisitas Dan Huhom Hooke Siswa Kelas X YPPK Yos Sudarso Merauke.
Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia. Vol. 4 (1), 17-23,
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=439062&val=6242,
diakses pada 04 November 2016).
Siwa, Muderawan, dan N. Tika. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek
Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau
Dari Gaya Kognitif Siswa. Jurnal Program Pascasarjana Pendidikan
Universitas Ganesha. Vol. 3, Hal: 2.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo


Persada.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.

Sutirman. 2013. Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana

Sedarmayati dan Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif; Konsep,


Landasan, dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana.

Ukoh, Edidiong Enyeneokpon. 2012. Determining The Effect Of Problem-Based


Learning Instructional Strategy On Nce Pre-Service Teachers’ Achievement
In Physics And Acquisition Of Science Process Skills. European Scientific
Journal. Vol. 8 (17), 103-113,
(http://eujournal.org/index.php/esj/article/view/271, diakses pada 04
November 2016).

Undang-Undang Republik Indonesia No.20. 2003. Pendidikan Nasional.

Zunanada, Muhammad dan Karya Sinulingga. 2015. Pengaruh Model


Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap
Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK. Jurnal Pendidikan
Fisika. Vol. 4 (1),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=360854&val=8276,
diakses pada 04 November 2016)

Anda mungkin juga menyukai