Semester 2
BAB I
PENDAHULUAN
C. Analisis Masalah
Dari masalah di atas peneliti menganalisis bahwa masalah yang perlu
ditangani lebih dahulu adalah mengganti dongeng tentang kerajaan
sebelum perbaikan dengan dongeng yang lebih menarik perhatian anak,
seperti dongeng tentang binatang serta pemilihan pendekatan dan metode
pembelajaran yang lebih tepat yaitu pendekatan komunikatif dan metode
lebah berdengung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah tersebut di atas maka dirumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana cara menerapkan
pendekatan komunikatif dan metode lebah berdengung untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
aspek mendengarkan pada siswa kelas I semester 2 SD Negeri
1 ., Kecamatan ., Kabupaten . tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Perbaikan
Penulis melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan tujuan untuk :
1. Mendeskripsikan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa
Indonesia pada aspek mendengarkan.
2. Mendeskripsikan metode lebah berdengung dalam pembelajaran
bahasa Indonesia pada aspek mendengarkan.
3. Mendeskripsikan/menganalisis dampak penggunaan pendekatan
komunikatif dan metode lebah berdengung dalam pembelajaran bahasa
Indonesia pada aspek mendengarkan.
F. Manfaat Perbaikan
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini adalah :
1. Bagi siswa :
Siswa dapat meningkat pemahamannya, sehingga hasil ketuntasan
belajar siswa meningkat.
2. Bagi guru :
a. Menemukan permasalahan yang terjadi pada saat proses belajar
mengajar.
b. Merumuskan pemecahan masalah pembelajaran yang muncul.
c. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran.
d. Dapat mengukur sampai sejauh mana materi yang diajarkan telah
dikuasai oleh siswa.
e. Untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam
menyampaikan materi pelajaran pada siswa.
f. Dapat menentukan cara yang paling efektif dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan proses belajar
mengajar.
g. Melaksanakan perbaikan pembelajaran yang telah direncanakan.
h. Melaporkan hasil perbaikan pembelajaran.
3. Bagi Institusi Pendidikan :
a. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar.
b. Sebagai bahan diskusi dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru
(KKG) di wilayah kerja penelti.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
C. Materi Penelitian
Berdasarkan kurikulum KTSP tahun 2006, Pembelajaran Bahasa Indonesia
di kelas I (satu), maka peneliti mengangkat materi :
Standar Kompetensi : 5. Memahami wacana lisan tentang deskripsi
benda-benda di sekitar dan dongeng.
Contoh Materi :
D. Kerangka Berfikir
Keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar salah
satunya ditunjang oleh adanya pemilihan dan penggunaan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik, dengan pemilihan dan
penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan memberi pengaruh
yang positif terhadap siswa yang peka akhirnya akan meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir seperti tersebut di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan sementara (hipotesis) sebagai berikut :
A. Subjek Penelitian
1. Lokasi dan Waktu.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 . Kecamatan .,
Kabupaten ., Tahun Pelajaran 2009/2010.
3. Karakteristik Siswa
a. Jumlah siswa keseluruhan 27 siswa.
b. Jumlah siswa laki-laki 14 siswa.
c. Jumlah siswa perempuan 13 siswa.
d. Minat dan semangat belajar siswa rendah.
e. Kondisi ekonomi orang tua siswa ekonomi lemah.
f. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai buruh pabrik,
bekerja seharian, berangkat pagi pulang malam, sehingga siswa
tidak mendapat perhatian dari orang tua.
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini hádala siswa kelas 1 SD Negeri 1 . .,
teman sejawat sebagai pengamat dan peneliti.
D. Indikator Keberhasilan
Sebagai tolok ukur (kriteria) keberhasilan tindakan kelas ini berhasil bila:
1. Minimal rata-rata aktivitas siswa 70%.
2. Rata-rata aktivitas guru lebih dari 80%.
3. Minimal 80% dari siswa telah mencapai nilai 6 atau lebih untuk
rentang nilai ideal 0 sampai 10. Hal ini didasarkan pada hasil belajar
konsep pengukuran tahun sebelumnya yaitu 5,5.
Apabila tiga hal tersebut di atas belum terpenuhi, maka harus diadakan
program perbaikan, sesuai dengan hasil yang diperoleh. Maksudnya bila
aktivitas siswa dan guru kurang memenuhi tolok ukur maka diulang
sampai memenuhi, dan untuk perbaikan nilai siswa yang memperoleh nilai
kurang dari 6 jika jumlahnya sedikit yaitu 20%, maka diadakan program
perbaikan secara individual dengan pemberian tugas rumah atau pekerjaan
rumah (PR). Namun bila yang memperoleh nilai kurang dari 6 jumlahnya
masih banyak, yaitu lebih dari 20% maka dilanjutkan siklus berikutnya.
E. Prosedur Penelitian
1. Siklus I
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa peneliti mencoba
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam
pelaksanaannya penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan/Pengumpulan
data/Instrumen dan Refleksi.
a. Rencana
1) Pada tahap identifikasi masalah dan perumusan masalah
peneliti dibantu oleh teman sejawat dan superior untuk
mengungkap dan menperjelas permasalahan yang peneliti
hadapi untuk dijadikan jalan pemecahan yang tepat.
2) Merancang pembelajaran dengan menitik beratkan mengganti
dongeng pada awal pembelajaran dengan dongeng yang lebih
diminati oleh siswa.
3) Menyusun lembar observasi dalam mengobservasi pelaksanaan
perbaikan pembelajaran yang difokuskan pada aspek motivasi,
keaktifan, kerjasama.
4) Merancang tes formatif.
b. Pelaksanaan
Prosedur penelitian tindakan kelas pada siklus I, meliputi :
1) Merencanakan, meliputi :
a) Mengidentifikasi masalah
b) Menganalisis dan merumuskan masalah
c) Merencanakan perbaikan
2) Melakukan tindakan
3) Megamati
4) Melakukan refleksi
c. Pengamatan/pengumpulan data/instrument
Data penelitian ini diambil dengan pengamatan/pengumpulan
data/instrument dengan menggunakan lembar observasi berisi
tentang tugas yang dilaksanakan siswa yang meliputi mendongeng
kepada teman sebangku, kesungguhan dalam mendongeng, latihan
mendongeng dengan inisiatif sendiri.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus I untuk mengungkapkan keberhasilan maupun
untuk mengungkapkan kelemahan pembelajaran, metode
mendongeng dengan menggunakan media berupa boneka,
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II.
2. Siklus II
a. Rencana
Berdasarkan refleksi siklus I peneliti akan memfokuskan penelitian
pada pembelajaran guru mendongeng menggunakan media peraga
berupa boneka dipadu metode lebah berdengung/mendongeng
bebas.
b. Pelaksanaan
Prosedur penelitian tindakan kelas pada siklus II, meliputi :
1) Merencanakan, meliputi :
a) Mengidentifikasi masalah
b) Menganalisis dan merumuskan masalah
c) Merencanakan perbaikan
2) Melakukan tindakan
3) Mengamati
4) Melakukan refleksi
c. Pengamatan/pengumpulan data/instrument
Data penelitian ini diambil dengan pengamatan/pengumpulan
data/instrument dengan menggunakan lembar observasi berisi
tentang tugas yang dilaksanakan siswa yang meliputi mendongeng
dengan teman sebangku, kesungguhan dalam mendongeng, latihan
mendongeng dengan inisiatif sendiri dan bimbingan guru.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II untuk mengungkapkan keberhasilan
maupun untuk mengungkapkan kelemahan pembelajaran, guru
mendongeng dengan menggunakan media boneka dengan dipadu
metode lebah berdengung, digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya atau
dihentikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Belajar
Sehingga hasil tes pembelajaran mendongeng diperoleh data sebagai
berikut : nilai tertinggi yang diperoleh siswa 90, nilai terendah 45,
dengan nilai rata-rata kelas 69,6 dan tingkat ketuntasan klasikal 37 %.
Berdasarkan hasil tersebut maka perbaikan pembelajaran siklus I
dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pembelajaran siklus II.
45 11 1 45
50 1 0 0
55 11111 3 165
60 11 3 180
65 11111 7 455
70 1111 3 210
75 111 3 225
80 111 3 240
85 1 0 0
90 1 4 360
Jumlah 27 1880
Refleksi Siklus I
Pada siklus I suasana proses pembelajaran terlihat masih kurang aktif,
interaksi antara guru dengan siswa sudah terjadi dua arah. Namun
demikian pada siklus ini semua siswa memperhatikan deskripsi benda
sekitar dengan sungguh-sungguh, namun belum bisa untuk
mendongeng sendiri. Dipandang dari sisi guru dalam perbaikan
pembelajaran siklus pertama sudah terlihat aktif dan lebih kreatif,
mendongeng lepas dari teks dongeng dan berdiri di depan kelas,
memotivasi siswa dengan baik. Namun guru masih canggung dalam
mendeskripsikan benda sekitar di depan kelas sehingga kelihatan agak
kaku.
2. Siklus II
Peneliti membuat rencana dan melaksanakan perbaikan pembelajaran
siklus II, Guru mendongeng dengan berdiri dengan mimik dan intonasi
suara dengan gerakan tubuh, serta disertai media berupa boneka
binatang yang disesuaikan dengan dongeng yang sedang didongengkan
oleh guru serta dipadu dengan metode lebah berdengung.
Hasil Belajar
Sehingga hasil tes pembelajaran mendongeng diperoleh data sebagai
berikut : nilai tertinggi yang diperoleh siswa 100, nilai terendah 75,
dengan nilai rata-rata kelas 85,5 dan tingkat ketuntasan klasikal 100 %.
Berdasarkan hasil tersebut maka perbaikan pembelajaran siklus II
dihentikan
75 1111 4 300
80 11111 10 800
11111
85 111 3 255
90 111 3 270
95 111 3 285
Jumlah 27 2310
C. Pembahasan
Pada awal pembelajaran guru bercerita dengan duduk sambil membaca
buku, pada awalnya siswa mendengarkan cerita dengan sungguh-sungguh
namun pada pertengahan guru membaca cerita siswa merasa bosan, dan
cenderung bermain sendiri, sehingga saat guru memberikan tugas bercerita
banyak siswa yang tidak berani, hanya beberapa siswa yang bisa bercerita
ke kepada teman sebangkunya. Hal ini disebabkan karena saat guru
bercerita hanya 50 % siswa yang mendengarkan sungguh-sungguh. Pada
awal pembelajaran masih banyak siswa yang dalam belajar tidak
bersuara/diam saja, tidak dapat mengawali bercerita. Perolehan nilai rata-
rata kelas pada awal pembelajaran adalah 54,6. Sehingga perlu diadakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I.
Hasil tes mengidentifikasi unsur cerita dari 27 orang siswa 100% tuntas
dalam pembelajaran dan rata kelas menjadi 85,5.
Adapun hasil angket yang diisi siswa saat awal dan akhir pembelajaran
dapat dideskripsikan sebagai berikut : Siswa yang menyenangi pelajaran
mendongeng terjadi peningkatan dari 84% menjadi 96%. Memahami
materi sebelum dan sesudah digunakan metode lebah berdengung 52%
pada awal pembelajaran menjadi 88%.Yang memanfaatkan kesempatan
bertanya pada guru terjadi peningkatan dari 12% pada awal pembelajaran
menjadi 72%, hal ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel angket.
Berdasarkan data hasil tes dan diskusi dengan teman sejawat, perbaikan
pembelajaran tentang bercerita ada peningkatan pada masing-masing
siklus. Baik peningkatan rata-rata prestasi belajar yang cukup signifikan,
peningkatan apresiasi siswa terhadap pembelajaran. Berikut ini peneliti
sajikan tabel hasil penilaian serta tingkat ketercapaian target sebagai
perbandingan pada setiap siklus.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama dua
siklus, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain :
1. Kemampuan siswa dalam menyebutkan isi dongeng dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pendekatan komunikatif dan metode lebah berdengung.
2. Meningkatkan minat siswa dalam memahami isi dongeng dapat dilakukan
dengan menggunakan metode lebah berdengung yang dipadukan dengan
penggunaan media berupa boneka binatang.
3. Perbaikan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran Bahasa
Indonesia mengalami peningkatan melalui metode lebah berdengung artinya jika
dalam penyampaian materi Bahasa Indonesia dilakukan dengan menerapkan
metode lebah berdengung maka akan menghasilkan nilai yang optimal untuk
materi itu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dikemukakan implikasi
bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa
Indonesia terutama dalam aspek mendengarkan diperlukan metode lebah
berdengung.
C. Saran
1. Kepada Guru
a. Dalam pembelajaran gunakanlah media pembelajaran yang nyata.
b. Dalam menggunakan metode, carilah metode yang tepat.
c. Dalam menggunakan metode diskusi dan latihan, guru harus menyiapkan soal-
soal yang cukup.
d. Gunakan bahasa yang komunikatif.
e. Gunakanlah media pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa.
2. Bagi Siswa :
a. Siswa harus lebih giat belajar agar hasil belajar dapat meningkat.
b. Siswa harus berani bertanya kepada guru jika ada penjelasan yang kurang jelas.
c. Jangan putus asa bila menemukan soal-soal yang sulit.
3. Kepada Pengambil Kebijakan dalam Pendidikan
a. Laporan ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mengambil keputusan.
b. Laporan ini dapat dijadikan bahan diskusi dalam Kelompok Kerja Guru (KKG)
c. Laporan ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad. 2000. Guru dan Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algesindo
Puji santoso,dkk. 2003. Materi dan pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta :
Universitas Terbuka
Wardani, I.G.A.K, Wihardit,K, dan Nasution,N. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta
: Universitas Terbuka
BAB I
PENDAHULUAN
Kebahasaan ( lafal, ejaan, tanda baca, struktur, kosa kata, paragraph dan wacana),
pemahaman ( menyimak, membaca dan penggunaan bahasa berbicara dan
menulis).
Namun pengalaman menulis selama ini dengan cara belajar verbal siswa
hanya mendengarkan guru berceramah dari hari ke hari, tidak membuat siswa
senang mengikuti pelajaran, tetapi siswa menjadi jenuh dan tidak ada minat
belajar.
Karena membaca adalah kunci pokok didalam belajar, yang terpenting adalah
bagaimana mengupayakan membaca dan menulis menjadi suatu kegemaran.
Budaya membaca perlu dikembangkan karena mempelajari sesuatu dengan
membaca lebih dalam pengalamannya dari pada mendengarkan informasi.
Atas dasar kenyataan itu penulis mengadakan penelitian kelas yang berjudul
“Meningkatkan Ketrerampilan Berbahasa Indonesia Dengan Menumbuhkan
Minat Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang Pada semester II Tahun Pelajaran 2006/2007 “
1.2.Rumusan Masalah
Alokasi waktu penelitian ini selama satu semester, tepatnya semester II tahun
Pelajaran 2006/2007 dalam siklus pembelajaran di sekolah dasar dengan pokok
bahasan “Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Dengan
Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I
Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang Pada semester II Tahun Pelajaran
2006/2007 “
1.3.Tujuan Penelitian
1.4.Hipotesis Penelitian
1.5.Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi siswa, guru,kepala sekolah dan
pejabat di lingkungan Dinas P dan K sebagai berikut :
2. Bagi guru, temuan yang diperoleh dapat bermanfaat sebagai bahan balikan
refleksi diri agar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui
menumbuhkan minat membaca dengan cara yang tepat sehingga keterampil
berbahasa Indonesia siswa meningkat.
3. Bagi Kepala Sekolah, bermanfaat sebagai bahan dalam melaksanakan
pembinaan bagi guru-guru dalam mengambil langkah-langkah menumbuhkan
minat membaca agar prestasi siswa meningkat secara optimal.
1.6.Asumsi Penelitian
1. Minat membaca siswa kelas I Sekolah Dasar dapat diukur dengan menggunakan
alat pengumpul data pengamatan langsung ( observasi) atau observasi buku
raport.
Menumbuhkan adalah mengupayakan suatu perubahan dari pada yang ada pada
diri siswa yang terkait dengan minat ditingkatkan agar motivasi intrinsiknya
meningkat.
2. Yang dimaksud “ minat “ adalah kesediaan jiwa yang aktif untuk menerima
pengaruh dari dunia luar dirinya. Minat yang bersifat tetap merupakan motivasi
intrinsik.
Guru harus mengenal dengan mengadakan observasi atau melihat raport siswa.
Mengetahui kondisi siswa seutuhnya sangat perlu untuk mengetahui strategi
pembelajaran seperti “ falsafah pisau” semakinsering diasah semakin tajam.
Kondisi siswa yang bervariasi perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru.
Guru harus mampu mengupayakan kedisiplinan dan ketertiban. Kedisiplinan
adalah kunci untuk mencapai keberhasilan, khususnya kedisplinan soal waktu.
Siswa dibiasakan hidup disiplin, teratur, bertanggung jawab, baik di sekolah
maupun di rumah. Guru harus bias menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, mengadakan evaluasi secara konsisten dengan alat evaluasi yang
valid sehingga prestasi keterampilan berbahasa Indonesia siswa meningkat.
5. Penelitian Tindakan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Pegertian Minat
Minat adalah kesediaan jiwa yang aktif, untuk menerima pengaruh dari dunia
luar diri siswa. Minat bersifat tetap, merupakan motivasi intrinsic. Menurut
Marsel ada sepuluh macam minat sebagai berikut :
1. Minat Jasmaniah, adalah suka akan pekerjaan yang memerlukan tenaga jasmani.
7. Minat Belajar, adalah suka menyelidiki sesuatu itu secara mendalam untuk
mengetahui suatu obyek.
Sesuai dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat anak sangat
berpengaruh besar terhadap proses belajar mengajar, khususnya proses belajar
membaca, karena dalam diri anak sebenarnya telah terbentuk konsep diri dan
kemampuan diri.
2.2. Membaca
1. Pengetahuan Kebahasaan
2. Pengetahuan Keduniaan
3. Aspek Afektif
4. Kemampuan Penginderaan
Meskipun demikian tujuan dan sasaran akhir dari pengajaran membaca adalah
sama. Seperti dikemukakan Anderson (dalam tarigan, 1984 : 7) bahwa membaca
dari segi linguistic merupakan proses dari penyandian kembali dan pembacaan
sandi. Tarigan (1987 : 7) mengemukakan bahwa membaca suatu proses
pengambilan atas ide pengarang melalui kata-kata atau bahasa tulis. Ada beberapa
pandangan ahli tentang pengertian membaca :
4) Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata isi bacaan yang dibaca
atau di tulis
2) Tanda baca
3) Makna tersurat
4) Membaca kritis
5) Membaca kreatif
Dalam pengajaran bahasa ada dua jenis membaca yaitu membaca permulaan
dan membaca lanjutan.
Jenis-jenis membaca lanjutan menurut Supriyadi, dkk, ( 1995 : 185 ) adalah
sebagai berikut :
Tujuan membaca dalam hati adalah agar siswa memahami isi bacaan. Bahan
bacaan yang digunakan adalah buku paket dan buku pelengkap, dapat pula
ditambah buku-buku lain mempertimbangkan keluasan dan ke dalam materi.
Untuk mengembangkan kemampuan siswa memahami bacaan Smith dab Baret
mengemukakan “ suatu taksonomi yang dapat dipakai guru sebagai pedoman
dalam menyusun pertanyaan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa
memahami bacaan “. Taksonomi itu terdiri dari empat kategori yaitu :
a. Pemahaman Harfiah
b. Pemahaman Inferensial
Ditujukan oleh siswa bila dapat menarik kesimpulan dari fakta-fakta tertulis atau
hal-hal yang diketahui dari bacaan.
c. Pemahaman Evaluasi
d. Pemahaman Apresiasi
Pemahaman apresiasi berhubungan dengan psikologis dan etetis siswa. Selain itu
juga membimbing siswa mengenal teknik-teknik, bentuk gaya dan struktur kata.
2. Membaca Bahasa
Tujuan mebaca bahasa adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang
kebahasaan Indonesia yang diperoleh dari membaca.
3. Membaca Teknik
4. Membaca Indah
Yang menjadi perhatian utama dalam membaca indah ialah unsur irama
informasi, ketepatan ucapan, intonasi, kalimat seru, kalimat ajakan dan
seterusnya. Bahan bacaan yang diperlukan ialah puisi, prosa, lirik, bacaan dialog
atau naskah drama.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Penelitian Historis
3. PenelitianKoresional
5. Penelitian Eksperimen
6. Penelitian Grounded
1. Refleksi Awal
2. Perencanaan Tindakan
4. Refleksi untuk perbaikan selanjutnya dan seterusnya sampai tujuan yang hendak
dicapai berhasil.
Pengertian lokasi pada penelitian tindakan ini adalah situasi social yang
terdiri dari dari tempat, pelaku dan kegiatan ( Nasution, 1992). Dengan demikian
yang dimaksud lokasi dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :
1. Aspek Tempat
Adalah lokasi dimana proses interaksi pembelajaran berlangsung. Dalam hal iini
kelas I Sekolah Dasar Negeri Kasembon I Kecamatan Kasembon Kabupaten
Malang.
2. Aspek Pelaku
Adalah Guru dan siswa kelas I yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar di
dalam kelas.
3. Aspek Kegiatan
3.4.Sumber Data
1. Tahap Pertama
Siswa secara satu persatu membaca wacana yang telah dipersiapkan dalam waktu
dua menit.
2. Tahap kedua
Siswa diberi lembar pertanyaan yang menyangkut isi wacana dan dijawab secara
tertulis.
Pada tahap pertama dan tahap kedua akan menghasilkan data tentang
kemampuan membaca setelah dimotivasi dengan menumbuhkan minat membaca.
1. Dokumentasi
2. Obsevasi
Menurut Suharsimi Arikunti (1992 : 128) observasi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
3. Catatan Lapangan
3.6.Analisi Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi terhadap tumbuhnya minat membaca dan hasil belajar dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Melakukan reduksi yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah
terkumpul.
e. Bergairah belajar
2 Meningkatkan hasil belajar siswa ditandai dengan indikator hasil belajar (nilai
ulangan harian) menjadi lebih baik daripada sebelum penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini data siswa yang menunjukkan meningkatnya minat siswa pada siklus I
pada saat mengerjakan LKS
5 Bergairah belajar 8 62
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus ini minat membaca siswa
belum memenuhi harapan(masih dibawah 75%). Pada tahap selanjutnya guru
mengajak siswa untuk membahas hasil pengerjaan LKS dengan cara member
kebebasan siswa menulis jawaban di papan tulis.
Selanjutnya pembahasan tentang jawaban yang telah ditulis di papan tulis. Siswa
yang jawabannya salah atau kurang sempurna harus menyempunakan
jawabannya. Hal ini dimaksudkan agar pada kegiatan selanjutnya tidak
mengalami kesalahan. Apabila tidak diperbaiki, kesalahan ini terbawa pada
kegiatan-kegiatan selanjutnya.
5 Bergairah belajar 11 85
Rata-rata 9.8 75
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I pembahasan LKS minat
siswa sudah cukup baik, rata-rata mencapai 75%.
Pada akhir tahap ini guru memberikan penelitian akan hasil tugas siswa. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan motivasi siswa bahwa semakin sempurna dan
teliti jawabannya akan mendapat nilai yang lebih baik.
Kemudian diadakan ulangan tertulis yang bahannya dari semua bahan yang
dipelajari siswa sebanyak sepuluh soal dengan waktu sepuluh menit. Pada saat
mengerjakan evaluasi terlihat adanya minat dan motivasi siswa untuk lebih
berprestasi mengerjakan sebaik-baiknya.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa minat dalam mengikuti diskusi Tanya
jawab sudah cukup baik yaitu mencapai nilai rata-rata 77.8%.
Pada saat pengerjaan evaluasi terlihat adanya minta untuk berpartisipasi dengan
mengerjakan sebaik-baiknya.
5 Bergairah belajar 11 85
Rata-rata 10.4 79.6
Dari data diatas tersebut menunjukkan bahwa motivasi (minat) siswa dalam
evaluasi ini cukup baik, mencapai rata-rata 79.6%.
1. HASIL BELAJAR
Berdasarkan ulanga harian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa telah ada
peningkatan hasil belajar daripada pertemuan sebelum dilaksanakan penelitian
walaupun kenaikan belum signifikan.
Beberapa siswa telah menunjukkan hasil yang nilainya rendah kurang dari 6,00.
No Rata-
rata
Urut Induk Nama MIN BC MB JML %
Keterangan :
MIN : Menyimak
BC : Berbicara
MB : Membaca
Dari hasil evaluasi belajar tersebut nilai rata-rata 78.1 maka dapat disimpilkan
bahwa menumbuhkan minat membaca dapat meningkatkan keterampilan
berbahasa Indonesia.
2. Rekomendasi Siklus I
Walau pada siklus I ini menunjukkan hasil yang baik tetapi beberapa catatan
penyempurnaan masih perlu dilakukan sebagai berikut :
1) Tata tertib belajar perlu disempurnakan antara lain :
C. Kelengkapan jawaban
A. Guru sebaiknya menuliskan nomor soal yang akan diisi oleh siswa secara
berurutan di papan tulis kemudian menunjukkan siswa untuk mengisi.
3). Pada saat diskusi, tempat duduk siswa sebaiknya berdekatan dengan anggota
kelompoknya untuk mempercepat berkumpulnya kelompok.
5 Bergairah belajar 14 85
Rata-rata 10,6 81,4
Dari data di atas dapat dilihat bahwa siklus II ini terjadi peningkatan minat siswa
pada saat mengerjakan LKS, yaitu sebesar 18% bila dibandingkan dengan siklus I.
Pada saat pembahasan LKS pada siklus II, guru tidak lagi memberikan kebebasan
terhadap siswa untuk menjawab soal di papan tulis, tetapi guru membatasi dengan
menuliskannomor-nomor yang akan dijawab untuk menunjukkan deret-deret
siswa yang akan menjawab.
Dengan cara ini pelajaran di papan tulis lebih terorganisasi. Disamping itu guru
membatasi jumlah siswa yang akan mengerjakan di papan tulis. Dengan cara ini
dapat diperoleh efisiensi waktu dan ketentuan pengerjaan di papan tulis dan
pembahasan cepat dilaksanakan.
Berikut data aktivitas siswa menunjukkan minat berprestasi siswa pada siklus
II, pada saat pembahasan LKS di papan Tulis.
5 Bergairah belajar 15 85
Siklus II ini diberi waktu 10 menit untuk diskusi kelompok, semangat siswa
dalam melakukan diskusi cukup tinggi. Berikut data aktivitas siswa yang
menunjukkan minat belajar siswa pada siklus II pada saat siswa berdiskusi.
5 Bergairah belajar 16 92
5 Bergairah belajar 12 92
Hasil yang diraih siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Keteraturan yang diciptakan oleh guru dalam pembelajaran ini
membuahkan hasil positif berupa peningkatan hasilbelajar dari siklus I ke siklus
II.
No Rata-
rata
Urut Induk Nama MIN BC MB JML %
Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil evaluasi belajar sebesar
5,54% dari siklus I.
4.2.1. Pembahasan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil proses belajar sebelum tumbuh minat membaca mencapai nilai rata-
rata 63,4%. Setelah termotivasi minat siklus I dan siklus II, refleksi dan
rekomendasi nilai rata-rata mencapai 81,4%, berarti ada peningkatan 18%.
Hasil belajar sebelum siklus I dan siklus II mencapai nilai rata-rata 79,1%,
setelah siklus I dan siklus II, refleksi dan rekomendasi rata-rata mencapai 84,6%
berarti ada peningkatan 5,5%.
B. Saran
2.Agar hasil belajar siswa bias meningkat secara optimal hendaknya guru
menumbuhkan minat siswa dengan perbaikan dan penyempurnaan proses
pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Ausebel, D.P, 1963. The Psychology of meaning Verbal Learning. New York, grune &
Srattim
Hopkins, David. 1985. Teaching’s Guide the Classroom Research. Philadelphia : Open
University, Milton Keynes.
Muchlisoh, dkk. 1992. Materi Pokok pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Mc, Niff, jean. 1992. Action Research, principle and Practice. New York, Rontledge
Champman & Hall, Inc.
Supriadi, dkk. 1995. Materi Pokok pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud
Bagian proyek peningkatan mutu guru SD, Setara D-II 1995.
Sudah beberapa hari ini Kancil melihat Baginda Singa akrab dengan
Keledai. Ia tidak senang dan merasa tersaingi. Ketika Baginda Singa sedang
sendiri.Kancil mendekat, “ Tuanku akhir-akhir ini Tuanku sering melihat bersama
Keledai. Hamba takut kalau Tuanku tertular kebodohannya.”
“ Terima kasih, Cil. Kalau begitu, aku akan berusaha menjauhinya,” jawab
Baginda Singa.
Kancil merasa senang karena hasutannya berhasil. Singa percaya bahwa Keledai
bodoh. Setelah kancil pergi, Baginda Singa berpikir,” Apa benar yang dikatakan
kancil? Ah, aku tidak mau lansung percaya begitu saja ! Aku harus menguji
kepintaran kancil dan keledai. Aku harus menguji kepintaran Kancil dan Keledai.
Aku harus mengajukan pertanyaan yang sulit yang sangat sulit untuk mereka
berdua.
Baginda Singa lalu mencari pertanyaan yang akan diajukan kepada
mereka. Setelah ia menemukan pertanyaan yang sulit, Baginda Singa
mengundang Kancil dan keledai.
“ Kancil, Keledai sengaja kalian aku undang malam ini. Kita rasakan udara begitu
sejuk. Langit bersih. Bintang bertaburan dan berkelip-kelip. Coba kalian lihat ke
atas! Berapa ya jumlah bintang-bintang itu?”Tanya Baginda Singa.
“ Jumlah bintang di langit sama dengan jumlah bulu yang tuan miliki.”
“ Kalau Tuan tidak percaya, silahkan saja Tuan hitung sendiri!” kata Keledai.
Singa terdiam. Ia berpikir dalam hatinya dan benar kata keledai. Aku juga tidak
tahu, berapa jumlah buluku dan jumlah bintang di langit.
Keledai tersenyum bangga, Kancil lalu pergi karena malu. Ternyata, ada juga
yang lebih pintar dari dirinya.
1. Singa
3. Tidak
5. Kancil malu kepada Keledai karena Keledai lebih pintar dari dirinya.
PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENDEKATAN TEMATIK
DENGAN MEDIA GAMBAR PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA,
MATEMATIKA, SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SISWA KELAS I
ABSTRAK
Penelitiian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatan aktivitas belajar siswa
pada pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, dan SBDP melalui model
pembelajaran tematik dengan media gambar. Berdasarkan hasil pengamatan,
aktivitas siswa kelas I SD Negeri Pasir Wetan Kabupaten Banyumas Tahun
Pelajaran 2014/2015 masih sangat rendah. Dari 32 siswa, hanya 6 siswa (20%)
yang dapat dikategorikan aktif yaitu memiliki keberanian dalam bertanya,
menjawab pertanyaan, menanggapi, dan merespons tanggapan. Sedangkan 8
siswa (24%) dikategorikan sedang, dan 18 siswa (56%) dikategorikan kurang
aktif bahkan pasif sekali. Kondisi ini jelas menghambat proses pembelajaran.
Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, peneliti mencoba menerapkan pendekatan
pembelajaran tematik dengan media gambar. Tujuan dari penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk mengetahui apakah pendekatan tematik dengan media
gambar dapat meningkatkan aktivitas siswa pada pelajaran Bahasa
Indonesia, matematika dan SBDP siswa kelas I Semester 1 SDNegeri Pasir
Wetan, Banyumas Tahun 2014/2015. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus
yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian
adalah aktivitas bertanya dari kondisi awal 25%, siklus pertama 58% dan siklus
kedua mencapai 82%. Aktivitas menjawab pertanyaan kondisi awal 23%, siklus
pertama 52% dan siklus kedua naik menjadi 80%. Memberi ide kondisi
awal 20%, siklus pertama 45% dan siklus kedua menjadi 75%. Aktivitas
merespon tanggapan, kondisi awal 20%, siklus pertama 48% dan siklus kedua
mencapai angka 75%. Rata-rata aktivitas siswa mengalami kenaikan. Pada
kondisi awal rata-rata aktivitas siswa baru 22%. Siklus 1 naik menjadi 48% dan
siklus 2 rata-rata mencapai 78%. Kesimpulan dari penelitian ini
bahwa penggunaan pendekatan tematik dengan media gambar dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas I SDN Pasir Wetan, Banyumas Tahun
2014/2015”.
Bidang seni rupa, musik, tari, dan desain memiliki kekhasan tersendiri sesuai
dengan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam pendidikan seni dan prakarya,
aktivitas berkesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam
pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua
ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik
berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.
Pendidikan perlu mengarahkan keaktifan yang dimiliki siswa agar tidak terjadi
penyimpangan yang berakibat terganggunya perkembangan siswa. Salah satu
yang bertugas membantu berkembangnya aktivitas siswa adalah guru. Perilaku
guru yang pasif, lesu, dan sukar dikontrol mengakibatkan proses pembelajaran
tidak banyak melibatkan siswa dan tidak terdapat interaksi, karena waktu tersita
dengan penyajian materi yang serius (Yamin, 2007:76).
Menurut Gagne dan Reiser (dalam Mulyani 1983:3) sebagai alat-alat fisik dimana
pesan-pesan intruksional dikomunikasikan. Jadi seorang instruktur, buku cetak
pertunjukan film atau tape recorder dan peralatan fisik yang mengkomunikasikan
pesan intruksional dianggap sebagai media. Rumpuruk (dalam Mulyani, 2001:6)
mendefinisikan media pembelajaran sebagai alat,
baik hardware maupun software dipergunakan sebagai media komunikasi
tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.
Dari dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran
adalah segala alat pembelajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk
menyampaikan bagan intruksional dalam proses belajar mengajar sehingga
memudahkan siswa untuk mencapai tujuan.
Sesuai dengan rumusan masalah, hipotesis dari penelitian ini adalah pendekatan
tematik dengan media gambar dapat meningkatkan aktivitas siswa pada pelajaran
bahasa Indonesia, matematika, dan SBDP siswa kelas I Semester 1 SD Negeri
Pasir Wetan, Banyumas Tahun 2014/2015.
Indikator Keberhasilan
Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil apabila mampu meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran, di setiap siklusnya dengan indikator kinerja
sebagai berikut:
MEDTODE PENELITIAN
Subyek penelitian adalah siswa kelas I Semester 1 SD Negeri Pasir WetanTahun
Pelajaran 2014/2015, yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 12 perempuan dan 20
laki-laki. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Pasir Wetan Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
pada semester I Tahun Pelajaran 2014/2015, tepatnya bulan Agustus s/d Oktober
2014, tepatnya 30 September-2 Oktober .
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan dengan dua siklus masing-
masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan (3 x 35 menit). Proses penelitian ini
masing-masing terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Rencana Tindakan (planning),
(2) Pelaksanaan (acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4) Analisis dan
Refleksi (reflecting). Secara rinci instrumen yang berupa rubrik pengamatan dapat
dilihat pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Rubrik Pengamatan Aktivitas Siswa
Tabel 3.4 Kondisi Awal Aktivitas Siswa dan Kondisi Akhir yang Diharapkan
Grafik 4.1 Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2
Grafik 4.2 Rata-rata Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2
Pembahasan
Hasil penelitian tindakan kelas tentang aktivitas siswa menunjukkan peningkatan.
Pada kondisi awal, rata-rata aktivitas siswa 22%. Pada siklus satu menjadi 50%
dan siklus kedua mencapai angka 78%. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh
indikator yang diamati, yang meliputi keberanian bertanya, menjawab pertanyaan,
memberi ide dan merespons tanggapan. Bahkan ada beberapa indikator yang
melampaui target yang ditetapkan. Pada siklus 1 aktivitas menjawab pertanyaan,
memberi ide dan merespons tanggapan melampaui target yang ditetapkan antara
2-8%. Hal ini terjadi karena beberapa anak sekedar menjawab pertanyaan tanpa
mempertimbangkan benar salahnya jawaban. Apabila ditinjau dari kondisi awal,
peningkatan yang paling rendah terjadi pada aktivitas memberi ide, yaitu dari
kondisi awal 20% menjadi 45%. Ini dipengaruhi bahwa anak usia SD masih takut
salah untuk memberi ide, tanggapan, atau komentar pada hasil kerja orang lain
dalam bentuk lisan.
Secara umum aktivitas bertanya mengalami peningkatan paling tinggi yaitu dari
25% pada kondisi awal, siklus pertama 58% dan pada akhir penelitian mencapai
angka 82%. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa aktivitas bertanya dapat
melampaui target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu
karakteristik anak usia SD adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Keingintahuan ini akan teraktualisasikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
yang selalu diajukan setiap kali menemukan fenomena baru. Apabila didukung
oleh lingkungan, maka keberanian untuk bertanya akan berkembang dengan baik.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Peningkatan Aktivitas Siswa Melalui
Pendekatan Tematik dengan Media Gambar pada Pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, dan SBDP Siswa Kelas I Semester 1 SDN Pasir Wetan, Banyumas
Tahun 2014/2015”, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan tematik
dengan media gambar dapat meningkatkan aktivitas. Aktivitas bertanya dari
kondisi awal 25%, siklus pertama 58% dan siklus kedua mencapai 82%. Aktivitas
menjawab pertanyaan kondisi awal 23%, siklus pertama 52% dan siklus kedua
naik menjadi 80%. Memberi ide kondisi awal 20%, siklus pertama 45% dan siklus
kedua menjadi 75%. Aktivitas merespon tanggapan, kondisi awal 20%, siklus
pertama 48% dan siklus kedua mencapai angka 75%. Rata-rata aktivitas siswa
mengalami kenaikan. Pada kondisi awal rata-rata aktivitas siswa baru 22%. Siklus
1 naik menjadi 48% dan siklus 2 rata-rata mencapai 78%.
Dari data yang diperoleh beberapa aspek mengalami peningkatan melebihi target
yang telah ditetapkan. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas ini dinyatakan
berhasil dan dihentikan pada siklus kedua. Dengan demikian hipotesis penelitian
diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Mudyahardjo, Redja. (1996). Dasar-dasar Kependidikan. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Subyakto. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Widharyanto. B. (2008). Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia Untuk SD. (Modul Pendidikan Bahasa Indonesia SD, Program
Sertifikasi Guru Jalur Pendidikan).Yogyakarta; Universitas Sanata Dharma.
Yamin, Martinis. (2013). Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
Gaung Persada Press.
BIODATA
Nama Guru : Laelatul Qomariyah, S.Pd
ABSTRAK
Nama Guru. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Sub Pokok Bahasan
Mengulang Deskripsi Benda-Benda di Sekitar melalui Metode Pengamatan pada
Siswa Kelas I Semester 2 SD Negeri .... Tahun Pelajaran ..... Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. Tahun ….
Hasil belajar siklus II, seluruh siswa yang berjumlah 20 anak (100%) telah tuntas
belajar. Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode pengamatan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
Bahasa Indonesia sub pokok bahasan mengulang deskripsi benda-benda di sekitar
pada siswa kelas I SD Negeri .... Tahun Pelajaran .....
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Apakah metode pengamatan dapat meningkatkan keaktifan belajar Bahasa
Indonesia sub pokok bahasan mengulang deskripsi benda-benda di sekitar pada
siswa kelas I SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....?
2. Apakah metode pengamatan dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia sub pokok bahasan mengulang deskripsi benda-benda di sekitar pada
siswa kelas I SD Negeri .... Tahun Pelajaran ....?
BAB II.
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Arikunto (1993:19) adalah suatu proses yang terjadi
karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang
melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa
pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.
Menurut Morgan (dalam Purwanto, 1997: 84) bahwa belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu (1993:13). Hilgard, Ernest R., dalam buku
Theories of Learning (1948: 409) mengemukakan, belajar berhubungan dengan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah
laku itu tidak dapat dijelaskan atau atas kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat, dan sebagainya).
2. Pengertian Keaktifan
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat (Kamus
Besar Bahasa Indonesia: 17). Aktif mendapat awalan ke- dan –an, sehingga
menjadi keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau kesibukan. Jadi, keaktifan
belajar adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa.
Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan
memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Ratmi,
2004). Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat
dalam belajar.
Keaktifan bukan jasmani saja, melainkan keaktifan rohani. Menurut Sriyono, dkk
(1992: 75) keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar adalah keaktifan indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan, dan
keaktifan emosi
3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa lambing
bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa yang digunakan
sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat terbagi atas 2 unsur utama,
yakni bentuk (arus ujaran) dan makna (isi) (Santosa, 2009: 1.11).
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang mengajarkan tentang kompetensi
berbahasa, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Keterampilan bahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
terdiri dari keterampilan berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis
(Santosa, 2009: 3.7)
Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah membina keterampilan berbahasa
secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
dan sarana pemahaman terhadap Iptek (Kurikulum SD Negeri ...., 2013).
b. Silabus Bahasa Indonesia Kelas I Semester 2
Materi Bahasa Indonesia tentang mengulang deskripsi benda-benda di sekitar
merupakan materi semester 2 pada kurikulum SD Negeri .... dengan Standar
Kompetensi 5. Memahami wacana lisan tentang deskripsi bendabenda di sekitar
dan dongeng, Kompetensi Dasar 5.1 Mengulang deskripsi tentang benda-benda di
sekitar, dan dengan indikator 1) Mengulang deskripsi benda-benda di sekitar; 2)
Menyebutkan benda yang dideskripsikan.
4. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan
siswa agar terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. Setiap metode
pembelajaran, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dalam
membentuk pengalaman belajar siswa, tetapi satu dengan lainnya saling
menunjang (Winataputra, 2005: 4.12).
b. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran
Pembelajaran yang dilakukan guru di kelas tidak luput dari penggunaan metode
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jenis-jenis metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran antara lain metode ceramah, metode diskusi, metode simulasi,
metode demonstrasi, metode pengamatan, dan metode eksperiman.
Metode yang digunakan dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini, adalah
metode pengamatan.
c. Metode Pengamatan
Metode pengamatan adalah metode pembelajaran yang menyajikan bahan
pelajaran dengan mengamati secara langsung objeknya (Winataputra, 2005: 4.17).
Metode pengamatan dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam
pelaksanaannya guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat mengamati
terhadap objek. Selama proses pengamatan guru sudah mempersiapkan benda atau
alat-alat yang akan digunakan.
Karakteristik metode pengamatan dalam pembelajaran, yaitu menunjukkan objek
yang sebenarnya, ada benda atau situasi tertentu yang digunakan, memerlukan
tempat yang strategis yang memungkinkan seluruh siswa dapat mengamati, dan
siswa dapat melakukannya.
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa dengan penggunaan metode pengamatan
menurut Winataputra adalah siswa dapat mengamati sesuatu pada objek
sebenarnya.
B. Kerangka Berpikir
Hasil belajar siswa tentang mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar
pada studi awal masih rendah, pembelajaran yang bersifat abstrak dengan metode
ceramah mengakibatkan siswa sulit memahami materi, oleh karena itu diperlukan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode pengamatan langsung
terhadap benda-benda di sekitar.
Perbaikan pembelajaran siklus I menggunakan metode pengamatan, sehingga
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, meskipun peningkatannya
belum mencapai kriteria yang ditetapkan.
Perbaikan pembelajaran siklus II menggunakan metode pengamatan yang
berlangsung secara kelompok kecil, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berpikir penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut:
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
b. Tindakan
1) Kegiatan Awal
Guru menyampaikan salam, kemudian berdo’a bersama, melakukan presensi, dan
apersepsi menyanyikan lagu “kring kring kring ada sepeda.”
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu melalui pengamatan, siswa dapat
mengulang deskripsi benda-benda di sekitar dengan benar dan melalui tanya
jawab, siswa dapat menyebutkan benda yang dideskripsikan dengan benar.
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri
dari 5 anak.
2) Kegiatan Inti
Guru menunjukkan gambar sepeda, siswa mengamati gambar sepeda. guru dan
siswa berdiskusi tentang sepeda dan nama-nama bagiannya. Guru memberikan
contoh deskripsi tentang gambar sepeda, siswa menirukan deskripsi sepeda.
Siswa secara berkelompok diajak ke luar kelas untuk mengamati sepeda dan
tumbuhan disekitar sekolah. Siswa mencatat benda yang diamati dengan
bimbingan guru dalam lembar kerja.
Siswa diajak kembali masuk kelas. Siswa mendengarkan contoh deskripsi guru
tentang sepeda. Siswa mengulang deskripsi guru tentang sepeda.
Siswa berlatih membuat deskripsi tentang tumbuhan di sekitar sekolah. Siswa
membaca deskripsi tentang tumbuhan. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang
materi yang belum dipahami. Guru memberi penguatan dan menegaskan materi
pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa
mengerjakan soal evaluasi. Guru melakukan penilaian dan tindak lanjut.
Pembelajaran ditutup dengan salam.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat dengan menggunkaan lembar observasi
yang telah disepakati bersama. Setelah kegiatan selesai dilakukan diskusi balikan
untuk membahas kelemahan dan kelebihan selama proses perbaikan pembelajaran
berlangsung.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui keaktifan dan hasil belajar siswa serta
kinerja guru dalam proses perbaikan pembelajaran.
Keaktifan siswa diamati sesuai indikator keaktifan yaitu kerjasama siswa dalam
kerja kelompok, keberanian siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan.
Tingkat keaktifan siswa siklus I telah mengalami peningkatan, yaitu 4 siswa
sangat aktif, 9 siswa terlihat aktif, 3 siswa cukup aktif, dan 2 siswa kurang aktif,
bahkan masih terdapat 2 siswa yang tidak aktif dalam mengikuti proses perbaikan
pembelajaran.
Hasil belajar siswa tentang mengulang deskripsi benda-benda di sekitar adalah 15
siswa (75%) telah tuntas belajar dan sisanya masih 5 siswa (25%) belum tuntas.
Pengamatan terhadap kinerja guru diperoleh hasil, yaitu guru sudah melakukan
bimbingan terhadap kelompok yang mengalami kesulitan, namun belum
mengkondisikan siswa yang kurang aktif. Guru sibuk membimbing beberapa
kelompok saja dan belum semua kelompok, sehingga masih ada beberapa
kelompok yang ribut sendiri dan tidak melaksanakan tugasnya.
d. Refleksi
Berdasarkan data yang terkumpul dan data hasil diskusi, dilakukan penelaahan
dan mencoba menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan. Kesimpulan ini
menunjukkan bahwa prestasi hasil belajar siswa sudah meningkat dari
pembelajaran studi awal, namun peningkatan tersebut belum seperti yang
diharapkan, yaitu tingkat ketuntasan siswa 90%. Peneliti kemudian melakukan
refleksi dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri. Mengapa peningkatan
prestasi hasil belajar siswa belum seperti yang diharapkan? Apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi keadaan ini? Mengapa masih ada siswa yang belum
mencapai KKM?
Berdasarkan hasil refleksi, peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan
siklus II dengan pembelajaran menggunakan metode pengamatan langsung
terhadap benda yang akan dideskripsikan; guru akan memberikan bimbingan
kepada seluruh kelompok terutama yang mengalami kesulita; guru akan
mengingatkan kelompok atau siswa yang kurang aktif dan bermain sendiri agar
kembali aktif; siswa akan dikelompokan menjadi 6 yang masing-masing
beranggotakan 3 sampai 4 siswa, dengan beberapa alternatif pemecahan masalah
tersebut, diharapkan seluruh siswa aktif dan hasil belajar siswa meningkat sesuai
dengan yang diharapkan.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, pada siklus II, peneliti mencoba
menyempurnakan tindakan pembelajaran sebelumnya. Sebelum melaksanakan
perbaikan, peneliti melakukan persiapan antara lain memeriksa RPP dan semua
kelengkapan lainnya.
b. Tindakan
1) Kegiatan Awal
Guru menyampaikan salam, kemudian berdo’a bersama, melakukan presensi, dan
apersepsi menyanyikan lagu “kuku kuku ruyuk.” Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, yaitu melalui pengamatan, siswa dapat mengulang deskripsi benda-
benda di sekitar dengan benar dan melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan
benda yang dideskripsikan dengan benar. Guru membagi siswa menjadi 6
kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 anak.
2) Kegiatan Inti
Guru menunjukkan gambar jago, siswa mengamati gambar jago. Guru dan siswa
berdiskusi tentang gambar jago. Guru memberikan contoh deskripsi tentang
gambar jago, siswa menirukan deskripsi jago.
Guru menunjukkan sebuah layang-layang dan jam dinding kepada siswa. Guru
dan siswa bertanya jawab tentang layang-layang. Siswa mengulang deskripsi guru
tentang layang-layang. Siswa secara berkelompok mengamati layang-layang dan
jam dinding. Siswa mencatat bagian-bagian layang-layang dan jam dinding pada
lembar kerja.
Siswa mendengarkan contoh deskripsi guru tentang layang-layang. Siswa
mengulang deskripsi guru tentang layang-layang. Siswa berlatih membuat
deskripsi tentang jam dinding. Siswa membaca deskripsi tentang jam dinding.
Guru membagikan lembar kerja kelompok tentang gambar benda di lingkungan
sekitar. Siswa berkelompok mengerjakan lembar kerja berlatih membuat deskripsi
benda berdasarkan gambar.
Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang belum dipahami. Guru
memberi penguatan dan menegaskan materi pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa
mengerjakan soal evaluasi. Guru melakukan penilaian dan tindak lanjut.
Pembelajaran ditutup dengan salam.
c. Pengamatan
Sama seperti pada siklus I, siklus II pengamatan terhadap proses perbaikan
pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat dengan menggunkaan lembar
observasi yang telah disepakati bersama. Setelah kegiatan selesai dilakukan
diskusi balikan untuk membahas kelemahan dan kelebihan selama proses
perbaikan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui keaktifan dan hasil belajar siswa serta
kinerja guru dalam proses perbaikan pembelajaran.
Keaktifan siswa diamati sesuai indikator keaktifan yaitu kerjasama siswa dalam
kerja kelompok, keberanian siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan.
Tingkat keaktifan siswa siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I, yaitu
10 siswa sangat aktif, 8 siswa aktif, dan 2 siswa cukup aktif dalam mengikuti
proses perbaikan pembelajaran.
Hasil belajar siswa tentang mengulang deskripsi benda-benda di sekitar adalah
seluruh siswa yang berjumlah 20 anak (100%) telah tuntas belajar.
Pengamatan terhadap kinerja guru siklus II diperoleh hasil, yaitu guru sudah
melakukan bimbingan terhadap kelompok yang mengalami kesulitan. Guru telah
mengkondisikan siswa yang kurang aktif dan bermain sendiri untuk kembali aktif
melakukan tugasnya dalam diskusi kelompok maupun proses pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan data yang terkumpul pada siklus II dan data hasil diskusi, dilakukan
penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan.
Kesimpulan ini menunjukkan bahwa prestasi hasil belajar siswa telah meningkat
dengan signifikan dari pembelajaran siklus I, peningkatan tersebut telah sesuai
harapan, seluruh siswa yang berjumlah 20 anak (100%) telah mencapi ketuntasan
belajar.
Peneliti bersama supervisor menyimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus
II telah berhasil. Penggunaan metode pengamatan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia tentang mengulang deskripsi benda-benda sekitar dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil refleksi, peneliti bersama supervisor memutuskan untuk
menghentikan penelitian pada siklus II.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pembelajaran pra siklus, dari 20
siswa, baru 10 anak yang tuntas belajar dan 10 anak masih belum tuntas. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik ketuntasan belajar studi awal
berikut ini:
2. Siklus I
Berdasarkan analisis data dan diskusi dengan supervisor 2, maka dilakukan
tindakan pembelajaran siklus I. Hasil penelitian tindakan kelas siklus I dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Siklus I
Berdasarkan analisis data nilai tes formatif dan grafik di atas diperoleh data bahwa
hasil belajar siklus I siswa kelas IA mengalami peningkatan dari studi awal. Dari
20 siswa, yang telah mencapai nilai ketuntasan belajar tercatat 15 anak atau 75%
dan sisanya, 5 anak atau 25% belum tuntas belajar. Dari tabel di atas terlihat
bahwa nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 80.
Penggunaan metode pengamatan pada perbaikan pembelajaran siklus I dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu siswa aktif
bekerja sama dalam diskusi, aktif mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan. Data keaktifan siswa siklus I dicatat dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3 Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I
Keterangan:
1 = tidak aktif (TA) 3 = cukup aktif (CA) 5 = sangat aktif (SA)
2 = kurang aktif (KA) 4 = aktif (A)
Dari tabel di atas 4 siswa sangat aktif, 9 siswa aktif, 3 siswa cukup aktif, 2 siswa
kurang aktif, bahkan masih ada 2 siswa yang tidak aktif.
3. Siklus II
Tindakan perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh data hasil evaluasi sebagai
berikut:
Berdasarkan analisis data nilai evaluasi dan grafik di atas diperoleh data bahwa
hasil belajar siklus II telah mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan.
Pada siklus II, dari 20 siswa kelas IA semester 2 SD Negeri ...., seluruhnya
(100%) telah mencapai nilai ketuntasan belajar, yaitu nilai 67 atau lebih. Dari
tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah 90, hal itu
menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas telah mencapai tingkat ketuntasan
belajar.
Seluruh siswa (100%) telah terlihat aktif mengikuti proses perbaikan
pembelajaran. Mereka aktif bekerjasama dalam melaksanakan tugas masing-
masing dalam kelompok. Peneliti terlihat telah membimbing siswa dengan baik
dan selalu mengingatkan siswa yang tidak aktif atau bermain sendiri untuk
kembali melakukan tugasnya bersama kelompoknya. Dengan demikian,
pembelajaran berjalan dengan kondusif sehingga hasilnya maksimal.
Tabel 4.5 Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II
Keterangan:
1 = tidak aktif (TA) 3 = cukup aktif (CA) 5 = sangat aktif (SA)
2 = kurang aktif (KA) 4 = aktif (A)
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 9 siswa yang sangat aktif dalam
mengikuti proses perbaikan pembelajaran dan 11 siswa lainnya telah aktif
mengikuti pembelajaran.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
1. Penggunaan metode pengamatan dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas I
semester 2 SD Negeri ..... Persentase keaktifan siswa pra siklus adalah 50% siswa
aktif mengikuti pembelajaran, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus I,
persentase keaktifan siswa menjadi 75% siswa aktif mengikuti pembelajaran,
sedangkan pada siklus II seluruh siswa (100%) telah aktif mengikuti
pembelajaran.
2. Penggunaan metode pengamatan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I
semester 2 SD Negeri ..... Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan nilai
rata-rata kelas dari kondisi awal yang hanya 68 dengan tingkat ketuntasan 50%
menjadi 80 dengan tingkat ketuntasan 75% setelah tindakan siklus I. Setelah
tindakan siklus II, rata-rata hasil belajar siswa meningkat lagi menjadi 90 dengan
tingkat ketuntasan 100%.
Demaja, Christina. 2004. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar dan Gaya Belajar
Terhadap Hasil Belajar. Artikel. http://artikel1.us/christiana6-04.html.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hilgard, Ernest R. 1948. Theories of Learning. East Norwalk, CT, US: Appleton-
Century-Crofts.
Kurikulum KTSP. 2013. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2013 SD Negeri
1 Karanggadung. .....
Kusmayadi, Ismail dkk. 2008. Belajar Bahasa Indonesia Itu Menyenangkan: untuk
SD/MI Kelas I. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Santoso, Puji. 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sriyono, dkk. 1992. Teknik belajar mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Suyatno, H dkk. 2008. Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia: Untuk SD/MI
Kelas I. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan.
Winataputra, U.S, Suparmi, Budi, S, Sularso, & Suhria, A. 2005. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Abstrak
Salah satu aspek pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yang memegang
peran penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan. Pada sisi lain,
pentingnya pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini
ini juga bertolak dari kenyataan bahwa masih terdapat sebelas juta anak Indonesia
dengan usia 7 – 8 tahun tercatat masih buta huruf (Infokito, 2007). Selain itu,
menurut laporan program pembangunan 2005 PBB tentang daftar negara
berdasarkan tingkat melek huruf, Indonesia masih berada pada peringkat 95 dari
175 negara. Pada sisi lain, berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa
kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SDN Leminggir I rendah yang
disebabkan oleh metode pembelajarannya yang kurang menarik bagi siswa.
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti melakukan upaya perbaikan
pembelajaran dengan menerapkan metode Mueller, yaitu metode pembelajaran
membaca permulaan yang memanfaatkan benda-benda konkret yang berada di
sekitar anak yang diwujudkan ke dalam kegiatan bermain. Dengan penerapan
metode tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca
permulaan siswa kelas I SDN Leminggir I. Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif berjenis penelitian tindakan kelas, hasil penelitian ini menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan rata-rata sebesar 12,5%.
Bahkan, kalau dikaitkan dengan SKM yang dipatok sekolah (85%), hasil evaluasi
Silklus II menunjukan pencapaian ketuntasan belajar sampai 90%. Hal ini
membuktikan bahwa metode Mueller cocok diterapkan dalam pembelajaran
membaca permulaan pada siswa kelas I SDN Leminggir I
Dalam kebijakan pendidikaan kita, Bahasa Indonesia diajarkan sejak anak usia
dini. Hal ini disebabkan pengajaran tersebut dapat memberikan kemampuan dasar
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Salah satu aspek pengajaran bahasa
Indonesia di sekolah dasar yang memegang peran penting adalah membaca,
khususnya membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan kegiatan awal
untuk mengenal simbol-simbol fonetis (Arifin, 2004:11). Pada sisi lain,
pentingnya pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini
ini juga bertolak dari kenyataan bahwa masih terdapat sebelas juta anak Indonesia
dengan usia 7 – 8 tahun tercatat masih buta huruf (Infokito, 2007). Selain itu,
menurut laporan program pembangunan 2005 PBB tentang daftar negara
berdasarkan tingkat melek huruf, Indonesia masih berada pada peringkat 95 dari
175 negara.
Berdasarkan pertimbangan dan informasi dari guru tersebut, peneliti merasa perlu
melakukan penelitian mengenai pembelajaran membaca di kelas I SD dengan
fokus penelitian pada “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa
Kelas I SD dengan Metode Mueller pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SDN
Leminggir I Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto”.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan alasan (1)
penelitian ini berupaya untuk melakukan inovasi terhadap kegiatan pembelajaran
di kelas, (2) pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok
seorang guru, (3) penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru
menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas. Kegiatan
penelitian ini dimulai dengan kegiatan orientasi dan observasi terhadap latar
penelitian yang meliputi latar SD sasaran, guru, siswa dan kegiatan belajar
mengajar membaca permulaan di sekolah tersebut. Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini secara garis besar dilaksanakan dalam empat tahapan yang
lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi (Arikunto, 2007:16). Hubungan antara keempat komponen tersebut
menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang
sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan kelas. Dengan
demikian, penelitian tindakan kelas tidak terbatas dalam satu kali intervensi saja,
tetapi berulang hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan (Arikunto, 2007).
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitaif. Data kualitatif
berupa catatan lapangan, hasil wawancara, dan foto, sedangkan data kuantitaf
berupa skor yang diperoleh siswa. Adapun sumber data adalah peneliti, guru kelas
1 dan siswa kelas 1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa RPP,
lembar kerja siswa, lembar obsevasi, dan instrumen pengukuran kemampuan
membaca permulaan siswa.
HASIL
Setelah mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, peneliti dan guru
saling bertukar pikiran tentang permasalahan yang dialami guru saat mengajar di
kelas. Guru merasakan bahwa minat belajar membaca siswa kelas I rendah. Guru
sendri menyatakan bahwa pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam
membaca. Sebanyak 35,7% siswa masih membaca dengan mengeja dan terbata-
bata, 35,7% siswa sudah mulai dapat membaca dengan tidak terbata-bata namun
masih mengeja, dan 28,5% siswa sudah mulai dapat membaca dengan lancar.
Dari kegiatan berbelanja tersebut secara tidak langsung anak melakukan kegiatan
membaca kata dan memperoleh makna dari kata yang dibaca. Oleh karena itu,
tampak sekali siswa yang sudah bisa membaca dengan lancar dan yang belum bisa
membaca. Siswa yang kemampuan membacanya lancar dengan mudah dia
memperoleh produk yang sesuai dengan daftar belanja yang telah mereka buat.
Sementara itu, siswa yang masih belum lancar kemampuan membacanya
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari produk yang dia butuhkan.
Selain itu, dengan kegiatan ini siswa tampak antusias mengikuti aktivitas ini.
Mereka dengan tidak sabar menunggu giliran untuk berbelanja. Siswa yang sudah
melakukan kegiatan berbelanja diminta guru untuk kembali ke tempat duduknya
sesuai dengan kelompoknya masing-masing dan menata barang belanjaannya di
meja. Setelah semua siswa melakukan kegiatan berbelanja, guru mengajak siswa
untuk menuliskan hasil belanjanya di kolom “Hasil Belanjaanku” di Lembar Kerja
1. Kemudian siswa diminta membacakan hasil belanjanya di depan kelas dengan
nyaring.
Pada pertemuan kedua, Kamis 06 November 2008 pada jam pelajaran ke-1 sampai
jam ke-3 (07.00 – 08.45), pembelajaran diawali dengan salam, do’a, dan presensi.
Guru mengulas pembelajaran yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan berikutnya
adalah memilih salah satu barang belanjaan yang disukainya dan berusaha untuk
mendeskripsikannya sesuai dengan kondisi benda. Kegiatan ini dimaksudkan anak
lebih mengenali banyak ragam tulisan dan kata yang ada dalam kemasan produk
tersebut, selain nama produknya. Guru membagikan Lembar Kerja 2 dan
menjelaskan cara mengerjakannya. Kemudian, dilanjutkan dengan menceritakan
pengalaman berbelanja dengan bantuan mengisi Lembar Kerja 3. Siswa diminta
membacakan cerita di depan kelas secara bergilir. Pada tahapan ini guru
melakukan penilaian terhadap kemampuan membaca anak dengan menggunakan
pedoman penilaian metode Mueller.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Kamis, 20 November 2008 jam ke-1 sampai
dengan jam ke-3 (07.00 – 08.45). Pembelajaran diawali dengan salam, doa, dan
presensi. Guru membagikan kembali Lembar Kerja 1 dan 2 beserta kaleng yang
berisi temuan kata. Kemudian, guru dan siswa mengulas kata-kata dan
menjelaskan fungsi tempat-tempat yang ditemukan dalam perjalanan yang
dilakukan dalam pembelajaran sebelumnya. Dengan kegiatan ini siswa
memperoleh makna dari tulisan-tulisan yang mereka temui. Selanjutnya guru
membagikan Lembar Kerja 3 dan menjelaskan cara mengerjakannya. Setelah
selesai siswa mengerjakannya, guru meminta siswa satu-persatu menceritakan
pengalaman di stasiun berdasarkan Lembar Kerja 3. Guru menutup kegiatan
pembelajaran dengan memberikan dorongan agar siswa-siswa terus belajar
membaca mulai dari tulisan yang ada di sekitar kita dan buku-buku yang mereka
miliki. Pada pertemuan kedua ini guru melakukan penilaian terhadap kemampuan
membaca permulaan siswa.
Pada siklus II siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dari tahap ke
tahap. Mareka sangat antusias dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.
Siswa tidak ada yang mengeluh dengan tulisan yang mereka jumpai. Hampir
semua siswa dapat membaca kata-kata yang ditemukan. Mereka tampak gembira
ketika mendapat satu kata dari guru saat mereka bisa melafalkan kata yang
ditemuinya. Hal ini tampak dari hasil wawancara peneliti kepada siswa. Perasaan
senang dan tidak mengalami kebingungan pada kata-kata yang sering dijumpai
berpengaruh terhadap perolehan nilai mereka. Pada siklus II guru dapat
menggunakan waktu sesuai dengan waktu yang dialokasikan di RPP. Guru
tampak merasa nyaman dan percaya diri saat melakukan tahapan-tahapan
pembelajaran. Hal ini tampak ketika guru tidak lagi bolak-balik membaca RPP
untuk melakukan tahapan pembelajaran selanjutnya. Guru melakukan tahapan
pembelajaran dengan santai tanpa merasa terbebani dengan RPP. Hal ini tampak
ketika guru melakukan improvisasi saat tahapan yang dilalui tidak sama dengan
RPP sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tetap tercapai. Guru pun
mampu menjelaskan setiap instruksi dengan jelas sehingga siswa tidak
kebingungan. Guru juga mampu mengkondisikan siswa ketika dalam
pembelajaran ada siswa yang gaduh dan menganggu temannya.
PEMBAHASAN
Sesuai dengan tema yang dipilih pada siklus I dan II, persiapan yang dilakukan
guru adalah mengumpulkan kemasan berbagai macam produk yang sering
dijumpai anak dan mengumpulkan tulisan-tulisan yang dijumpai di stasiun. Pada
saat mengumpulkan kemasan berbagai macam produk, guru melibatkan siswa
dengan cara menyuruh anak-anak membawa kemasan produk dari rumah. Seperti
halnya yang diungkapkan oleh Mueller (2006:8), bahwa dalam rangka
mengungkapkan tulisan di sekitar hendaknya melibatkan anak. Selain itu, guru
juga meminjam berbagai macam kemasan pada sudut belanja yang dimiliki kelas
3 dan 4. Setelah kemasan produk yang dibutuhkan cukup, guru menatanya seperti
di supermarket sesuai dengan klasifikasi tertentu. Pada siklus II guru membuat
beberapa kartu kata yang berhubungan dengan kata yang sering dijumpai di
stasiun, membuat tiket, dan membuat jadwal keberangkatan kereta api. Penelitian
ini membuktikan bahwa pemilihan materi, metode yang sesuai dan penataan
rencanaan pelaksanaan pembelajaran yang baik memudahkan guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang diperoleh pun maksimal.
Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan di Kelas I SD dengan
Menggunakan Metode Mueller.
Tes yang dilakukan guru ini juga disesuaikan dengan perkembangan anak usia
SD. Seperti yang diungkapkan Mueller (2006:17), perkembangan bahasa anak
usia kelas I SD meliputi (1) membaca dan menceritakan kembali cerita dan sajak
yang sudah dikenal; (2) membaca dan menulis cerita, daftar, catatan, dan lain-lain;
(3) menggunakan strategi membaca, seperti, membuat perkiraan, pertanyaan, dan
membaca ulang untuk mengenali teks; (4) membaca beberapa teks dengan
diucapkan; dan (5) mencari arti kata-kata baru dengan menggunakan hubungan
antar huruf dan bunyi, bagian kata, dan konteksnya
Kesimpulan
Saran
Penelitian ini menggunakan subjek kelas kecil. Apabila pada penelitian sejenis
menggunakan subjek sasaran kelas besar akan lebih baik. Hal ini didasarkan
pertimbangan bahwa metode Mueller dikembangkan tidak hanya untuk
pembelajaran di kelas kecil.
DAFTAR RUJUKAN