BAB I
PENDAHULUAN
sebagai sarana komunikasi ini dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai
Oleh karena itu bahasa merupakan sarana yang penting dalam kehidupan kita.
Karena bahasa merupakan suatu alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan
kepada orang lain. Bahasa juga dapat mengembangkan ekspresi dan juga
dengan baik.
fase peralihan dari masa siswa-siswa ke masa remaja awall. Ia mulai sadar
1
2
orang lain).
1998 : 5).
pembelajaran bercerita kurang mengena pada sasaran dan tujuan. Hal tersebut
tampak pada saat guru sedang bercerita tanpa media, perhatian siswa kurang
cerita yang telah diceritakan oleh guru, banyak siswa yang kurang menguasai
temannya ketika guru menawarkan maju ke depan kelas untuk bercerita, dan
juga mereka cenderung diam atau pasif jika diberikan pertanyaan oleh guru.
Kondisi yang demikian haruslah mendapat perhatian lebih, dalam hal ini
gejala rasa takut, rasa malu dan rasa tidak percaya diri.
pembelajaran bercerita terjadi karena dua hal yaitu cara mengajar guru yang
kurang bervariasi dan media yang digunakan tidak menarik minat siswa. Cara
siswa cepat bosan. Hal ini berpengaruh terhadap siswa sebagai pendengar dan
dicapai siswa.
adalah dapat menarik perhatian siswa, dapat lebih mudah dipahami oleh
siswa. Metode guru lebih bervariasi dan dapat melibatkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran.
4
“papan planel”.
Papan planel adalah suatu papan yang berukuran panjang 100 cm dan
lebar 80 cm. Ukuran ini tidak baku tergantung kebutuhan yang akan
yang ada dalam cerita yang akan disajikan. Potongan gambar tersebut di
bagian belakang diberi kain sogo yang bisa melekat pada planel, sehingga
belajar siswa.
Atas dasar uraian di atas, maka dalam penelitian ini diambil judul
Melalui Media Papan Planel (Penelitian pada Siswa VII.B SMP Negeri 2
B. Identifikasi Masalah
menceritakan kembali isi cerita. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
C. Batasan Masalah
berikut:
2. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media papan planel.
4. Ruang lingkup penelitian hanya dilakukan pada siswa VII.B SMP Negeri
D. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini.
mengungkapkan kembali isi cerita yang telah diceritakan oleh guru. Aspek
yang diteliti adalah aspek kelancaran berbicara, aspek keruntutan jalan cerita,
aspek penggunaan bahasa, aspek pemahaman isi cerita dan aspek keberanian
media papan planel dalam pembelajaran bercerita. Dari variabel ini yang
tersebut maka perlu dijelaskan tentang divinisi kedua variabel sebagai berikut:
bercerita.
menyampaikan cerita dari guru kepada siswa dan untuk menarik perhatian
melalui media papan planel pada VII.B SMP Negeri 2 Pagerageung Tahun
Indonesia yang baik dan benar. Peneliti memandu penceritaan kembali isi
cerita dengan rangsangan media papan planel yaitu untuk menarik perhatian
siswa agar mengikuti cerita yang disampaikan oleh guru sampai tuntas dan
diharapkan siswa mampu menceritakan kembali isi cerita dengan teratur, logis
dan urut yang akhirnya akan terjadi perubahan perilaku siswa yang tadinya
F. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu manfaat secara teoritis dan
kembali isi cerita melalui media papan planel untuk bahan pertimbangan dan
Manfaat bagi sekolah: Penelitian ini juga dapat sebagai sumbangan yang baik
bagi sekolah untuk dapat meningkatkan kualitas siswa dan mutu pendidikan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
memperoleh bahasa.
1. Pendekatan Behavioristik
lamanya latihan. Belajar bahasa dengan cara peniruan dan tubian merupakan
9
11
2. Pendekatan Nativistik
Manusia lahir membawa apa yang disebut kemampuan bawaan untuk belajar
pemerolehan bahasa ini ada dalam kotak hitam (black box) yang ada di dalam
otak manusia.
dari suatu tata bahasa dan memproses suatu bahasa. LAD tidak berkaitan
genetik.
2). pola perkembangan bahasa adalah sama pada pelbagai macam bahasa dan
budaya (universal).
berbahasa.
4). bahasa dapat dikuasai oleh siswa dalam waktu singkat. Secara normal
orang dewasa.
12
5). lingkungan bahasa tidak dapat menyediakan cukup data bagi penguasaan
3. Pendekatan Kognitif
1). bukanlah suatu ciri alamaiah yang terpisah melainkan salah satu di antara
Piaget
tertentu. Setiap fase jenjang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan tingkat
Dalam penelitian ini diambil fase yang kedua yaitu jenjang operasional : 18 /
24 bulan sampai 6 / 7 tahun, karena usia SMP termasuk di dalam fase ini.
berupa mimik, gambar, citra mental, atau kata (bahasa). Simbol ini digunakan
siapa saja untuk dapat memikirkan sesuatu objek ketiadaan atau ketidak
hadiran objek itu bisa dipahami lewat simbol ini. Bahasa sebagai simbol
pada dasarnya gambar juga simbol yang mewakili objek atau objek-objek
tertentu.
Dilihat dari sisi perkembangan bahasanya, maka siswa dalam fase ini telah
memikirkan kejadian masa lalu dan di tempat lain. Dalam fase ini, pikiran
mengemukakan pula bahwa setiap tingkah laku ditentukan atau diatur oleh
Menurut Thorndike, dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara kesan
antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon ini akan terjadi suatu
hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus,
hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi terbiasa, otomatis.
puas. Hubungan rangsang dan tanggapan menjadi kurang erat atau lenyap
2). Law of exercise atau law of use and disuse, yaitu hubungan rangsang dan
tanggapan bertambah erat kalau sering digunakan dan akan berkurang atau
hasil yang baik jika rangsang diberikan dalam situasi yang problematik.
bentuk tingkah laku, pengungkapan dalam hal ini menceritakan isi cerita dapat
rangsang, pola-pola pengungkapan kembali isi cerita yang baik dan teratur
dapat terbentuk.
lengkap atau lenyap. Hal ini didasarkan atas law of effect yang dikemukakan
Thorndike.
hubungan rangsang dengan tanggapan dapat dipererat dengan ketiga hal itu.
Hal itu didasarkan atas law of exercise atau law of use and disuse yang
dikemukakan Thorndike.
16
menerus dan ada dalam kegiatan sehari-hari siswa sehingga menjadi kebiasaan
cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan
belajar bagi siswa SMP dengan membawakan cerita kepada siswa secara
lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian
siswa dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi siswa SMP. Bila isi cerita
itu dikaitkan dengan kehidupan siswa SMP, maka mereka dapat memahami isi
cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan dengan
Dunia kehidupan siswa itu penuh suka cita, maka kegiatan bercerita
mengasyikkan.
Papan planel adalah papan yang terbuat dari papan yang dilapisi busa
digunting dan di belakangnya dilapisi kain perekat (kain sogo), agar bisa
dipasang dan dilepas pada papan planel. Potongan gambar lepas ini
gambar lepas tersebut harus melukiskan hal-hal yang akan disajikan dalam
benda lain yang sesuai dengan isi cerita. Dalam pelaksanaannya, sambil
bercerita guru meletakkan potongan gambar tersebut satu persatu pada papan
planel sesuai dengan jalan cerita. Dengan demikian sambil bercerita guru
membuat adegan-adegan.
Guru harus menjaga jangan sampai gerak geriknya pada waktu membuat
adegan di papan planel mengganggu konsentasi siswa. Untuk tidak
membingungkan siswa, diusahakan supaya tidak terlalu banyak adegan yang
dipasang di papan planel. (Depdikbud, 1998 : 12).
bercerita. Adapun yang dimaksud dengan papan planel adalah sebuah papan
gambar lepas.
bercerita kurang mengena sasaran. Hal ini dapat dilihat pada hasil
pengungkapan kembali isi cerita siswa yang masih kurang lancar dan tidak
urut. Dan juga perilaku yang ditunjukkan siswa dalam pembelajaran bercerita
masih negatif. Keadaan yang demikian terjadi karena metode guru dalam
menceritakan kembali isi cerita merupakan bentuk tingkah laku dalam rangka
mengungkapkan kembali isi cerita dengan teratur, logis dan urut. Akhirnya,
akan terjadi perubahan perilaku siswa yang tadi negatif menjadi positif dalam
G. Hipotesis Tindakan
papan planel, maka hasil belajar siswa terhadap materi menceritakan kembali
akan meningkat”.
21
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
siswa serta interaksi di dalam kelas. Metode Penelitian Tindakan Kelas ini
menekankan pada suatu kajian yang benar-benar dari situasi alamiah di kelas.
salah satu guru di SMP Negeri 2 Pagerageung sehingga lebih mudah untuk
kelas, yaitu pada jam pembelajaran berbahasa aspek cerita tahun pelajaran
20
22
C. Subyek Penelitian
depan bahwa SMP Negeri 2 Pagerageung kelas VII.B terbagi menjadi dua
papan planel.
adalah:
tersebut adalah berupa bentuk tes dan non tes. Berikut ini akan dipaparkan
Tes yang digunakan adalah tes lesan. Tes ini digunakan untuk
KTSP.
Berikut ini dijelaskan ketiga bentuk instrumen yang berupa non tes:
yang diamati pada siswa meliputi aktivitas siswa selama proses pembelajaran
media papan planel dan perasaan siswa ketika mereka diminta untuk berbicara
kamera foto dan mengambil gambar ketika guru bercerita dan mengambil
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan ada dua bentuk, yaitu tes dan
non tes. Bentuk tes yang digunakan adalah tes lisan. Sedangkan bentuk non
bercerita.
1. Teknik Tes
Data penelitian diperoleh melalui tes lesan pada kedua siklus. Tes lesan
ini adalah tes berbicara menceritakan kembali isi cerita yang telah diceritakan
bahasa, aspek pemahaman isi cerita dan aspek keberanian / rasa percaya diri
siswa.
Berikut ini diuraikan satu persatu cara mengambil data dengan tehnik non tes.
1). Pengamatan
pembelajaran.
dengan teman di luar proses belajar, aktif dalam bertanya dan menanggapi
teman tentang topik cerita guru dan berbicara dengan teman di luar topik
cerita guru.
2). Wawancara
3). Dokumentasi
F. Prosedur Penelitian
teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah
Penelitian Siklus I
Penelitian yang dilakukan pada siklus ini terdiri atas empat tahap
1. Perencanaan
langkah-langkah:
kelas.
2). Menyusun rencana kegiatan harian sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan.
3). Menyusun pedoman pengamatan yaitu melalui tes dan non tes.
2. Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
sebagai media. Dalam hal ini yang memberi tindakan di dalam kelas
dalam cerita.
akhirnya makan cacing dan ternyata cacing tadi adalah cacing milik
orang yang sedang mengail. Maka ditariklah kail tadi ke atas dan
depan kelas.
3. Pengamatan
4. Refleksi
dilakukan. Bagaimana hasil tes lesan siswa, kendala apa yang ditemui
siklus I.
Penelitian Siklus II
30
berikut:
1. Perencanaan
tindakan kelas.
3). Menyusun perbaikan pedoman pengamatan yaitu melalui tes dan non
tes.
2. Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi perbaikan kegiatan yang
telah dilakukan pada siklus I sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
I.
bercerita.
3. Pengamatan
berlangsung.
2). Peneliti dan pengamat mengamati dan mencatat perilaku siswa dengan
terendah, nilai sedang dan nilai tertinggi waktu di luar jam belajar
mengajar.
4. Refleksi
peningkatan siswa.
3). Menghitung nilai perolehan tes lesan siswa dan kemudian memban-
pembelajaran.
Analisis data kuantitatif adalah analisis terhadap data hasil tes lesan
menceritakan kembali isi cerita pada siklus I dan siklus II. Langkah-langkah
NP = R x 100 %
JS
Keterangan:
H. Indikator Keberhasilan
kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data berupa angka atau bilangan baik
yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun di peroleh dengan cara merubah
data kualitatif menjadi kuantitatif. Diharapkan pada penelitian ini 70% dari
BAB IV
Dalam Bab ini penulis melaporkan segala kegiatan yang dilakukan selama
mengadakan penelitian sejak dimulai dari persiapan sampai dengan analisa data.
Berikut ini penulis uraikan tentang Data Pra Siklus, Deskripsi dan
kegiatan pembelajaran.
selektif dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu
34
36
Seolah-olah mereka tidak tertarik dengan apa yang diceritakan guru. Agar
video, dan lain sebagainya. Namun dalam penelitian ini peneliti lebih memilih
lainnya, papan planel diyakini dapat menarik minat siswa agar memiliki
kemampuan menceritakan kembali isi cerita pada siklus I dan siklus II. Hasil
37
pemahaman isi cerita dan aspek keberanian atau rasa percaya diri, dibahas
dalam bab ini. Hasil tes masing-masing disajikan dengan menggunakan tabel.
Selain hasil tes, yang berikutnya diuraikan dalam bab ini adalah hasil
non tes. Hasil non tes baik siklus I maupun siklus II yang meliputi hasil
pada siklus I dan siklus II yang disajikan dalam tabel, seberapa besar
masing aspek penilaian pada siklus I dan siklus II yang disajikan dalam tabel.
Selanjutnya berikut ini akan dibahas hasil penelitian dari pra siklus,
siapa yang berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi
cerita, hanya ada empat siswa dari 33 siswa di kelas VII.B yang mau maju.
Tabel 4.1. Hasil Tes Menceritakan Kembali Isi Cerita Pra Siklus
siswa mendapat nilai cukup dan 3 siswa mendapat nilai baik karena nilai
di atas 60. Hasil secara klasikal ini mencapai angka 55, 61 dengan kategori
kurang.
kelas diberi skor antara 0 – 49. Bila mau bercerita tetapi tidak lancar atau
dapat menceritakan kembali isi cerita secara runtut maka diberi skor antara
75 – 100.
kembali isi cerita dan hasil pengamatan, hasil wawancara dan dokumentasi
Hasil wawancara berupa jawaban dari para responden yang telah ditunjuk
Berikut adalah nilai setelah diambil nilai rata-rata dari lima aspek.
dan 17 siswa putri dari VII.B. Hasil tes pada siklus I dapat dilihat pada
bawah target keberhasilan nilai individu, yaitu < 60 (lebih kecil dari
atau di atas target keberhasilan nilai individu, yaitu > 60 (lebih besar
atau sama dengan 60). Hasil secara klasikal tes ini mencapai angka 63,
berikut.
40
kategori cukup dan siswa yang lain mencapai nilai 75,0 dengan
kategori nilai baik. Secara klasikal aspek ini mencapai angka rata-
Hasil penelitian non tes pada siklus I yang terdiri atas hasil
topic cerita. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan baik oleh
peneliti.
pertanyaan guru.
dalam kelas.
Pada saat itu sebagian besar siswa aktif menjawab pertanyaan guru,
pertanyaan guru tentang topik cerita masih kurang aktif dan belum
target, dua orang siswa yang memiliki nilai sedang dan seorang
karena malu dan takut. Dua orang siswa yang memiliki nilai cukup
cerita dan hasil pengamatan, hasil wawancara dan dokumentasi foto. Hasil
Hasil wawancara berupa jawaban dari para responden yang telah ditunjuk
Hasil tes pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
bawah target keberhasilan nilai individu, yaitu < 60 (lebih kecil dari
60), sedangkan 30 siswa yang lain mendapat nilai sama atau di atas
target keberhasilan nilai individu, yaitu > 60 (lebih besar atau sama
dengan 60). Hasil secara klasikal tes ini mencapai 69,93 dengan
kategori nilai baik. Hasil tes berdasarkan kelima aspek penilaian yang
Tabel 4.12
Dari hasil tes pada tabel di atas sebanyak 2 siswa atau 6,1 % siswa
Dari hasil pada tabel di atas sebanyak 3 siswa atau 8,1 % siswa
Hasil penelitian non tes pada siklus II yang terdiri atas pengamatan,
sebagai berikut.
belajar.
berikut.
perhatian siswa.
melamun.
Namun ada dua siswa yang memiliki perilaku negatif pada saat
yang dibeli dari rumah. Hal tersebut dapat segera diatasi oleh
kategori kurang.
dapat dipetik dari cerita tadi sebagai pelajaran budi pekerti yang
baik.
planel.
Pada bagian ini diuraikan perbandingan hasil penelitian dari pra siklus,
siklus I dan siklus II, yang disajikan dalam bentuk tabel dan perubahan
Tabel 4. 14. Hasil Tes Menceritakan Kembali Isi Cerita dari Pra Siklus,
beberapa aspek yaitu aspek keruntutan cerita dan kelancaran bicara siswa.
Beberapa kendala muncul pada siswa karena siswa masih merasa malu
yang dimiliki siswa rata-rata mereka kurang fasih dalam berbicara dengan
bahasa Indonesia.
56
aspek mengalami peningkatan. Pada siklus ini beberapa siswa sudah dapat
mengatasi rasa malu dan takut berbicara di depan kelas, meskipun masih ada
beberapa siswa yang lain yang masih malu dan takut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil tes menceritakan kembali isi cerita melalui media
pengamatan yang telah dilakukan, adalah adanya faktor internal yang dapat
adanya perasaan malu, takut dan tidak berani ketika mereka berbicara di depan
beberapa nasehat dan semangat, akhirnya pada siklus II mereka sudah agak
lebih baik bersikap ketika berbicara di depan kelas tanpa merasa malu atau
takut lagi.
Faktor internal yang lain adalah mengenai minat siswa terhadap hal
merupakan hal baru bagi mereka, hal tersebut dikarenakan selama ini kegiatan
dilakukan.
57
adanya perubahan perilaku negatif siswa menjadi perilaku yang positif dalam
arah lebih baik juga terjadi pada sikap dan kemampuan guru dalam proses
lebih baik.
dengan kategori cukup meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang fasih
siklus II, yaitu dengan hasil klasikal berkategori baik. Beberapa faktor turut
planel yang secara tidak langsung dapat mendorong rasa ingin berbahasa
dengan baik ketika berada di depan kelas untuk menceritakan kembali isi
cerita di dalam diri siswa. Faktor yang lain adalah karena dengan menyimak
cerita yang dibawakan oleh guru dengan sendirinya siswa memiliki rasa ingin
meniru cara berbicara guru dengan bahasa yang baik, dengan kata lain
rangsangan berupa pengucapan kata-kata oleh guru dengan baik dan didukung
58
oleh media yang menarik dapat merangsang keinginan siswa untuk dapat
berbahasa dengan baik. Berdasarkan hal di atas, dapat disajikan beberapa teori
Berikiut ini teori yang dikemukakan oleh J.B. Watson mengenai teori
rangsang balas yang mengatakan bahwa setiap tingkah laku pada hakekatnya
terbentuk hendaklah harus selalu dilatih, karena dengan adanya pelatihan yang
secara terus menerus akan menjadikan kemampuan ini semakin baik. Hal itu
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Thorndike yaitu bahwa dasar dari
belajar itu adalah asosiasi antara kesan panca indera dengan impuls untuk
stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon ini
akan terjadi suatu hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang
terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon ini akan menjadi terbiasa,
otomatis (Sardiman, 2001 : 33). Ada beberapa teori tentang hubungan media
adalah segala alat yang dapat digunakan oleh para guru dan pelajar untuk
proses belajar siswa antara lain: 1) pengajaran akan lebih menarik perhatian
akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti
kompleks (Sudjana 2002 : 2). Dengan demikian, masalah yang terjadi di kelas
planel. Media papan planel ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
BAB V
Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
A. Simpulan
bercerita. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai pada pra siklus, siklus I
dan siklus II. Dari data penilaian pra siklus mengalami peningkatan pada
siklus I. Pada pra siklus nilai rata-rata 54,28 dengan kategori kurang. Pada
siklus I dicapai nilai rata-rata 63,26 dengan kategori cukup, sedang pada
2. Adanya perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II yang bersifat
positif. Siswa sudah tidak merasa takut atau malu lagi untuk bercerita di
depan kelas. Pemahaman siswa terhadap isi cerita menjadi lebih baik
karena mereka dapat melihat secara langsung objek yang dijadikan tokoh
dalam cerita sehingga ketika diminta untuk menceritakan kembali isi cerita
siswa tidak terlalu kesulitan. Seluruh siswa menyukai media papan planel
59
61
B. Saran
yang dapat menarik perhatian dan minat siswa yang tujuannya adalah untuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif yang dapat
dan pembelajaran kognitif serta pembelajaran yang lain yang sesuai dengan
dapat meningkat. Penggunaan media papan planel sebagai media dipilih untuk
planel dapat dilihat dan dipegang dirasakan bentuknya oleh siswa sehingga
disampaikan.
62
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
PIPIN PARIDA, S.Pd
NIP. 19620413 198305 2 006
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
rahmat, hidayah serta inayah-Nya, pada hari ini penulis masih diberi kesempatan
untuk dapat menuntut ilmu dengan baik dan menyelesaikan tugas akhir
Kembali Isi Cerita Melalui Media Papan Planel pada Siswa VII.B SMP Negeri 2
Ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna melengkapi persyaratan
Penulis menyadari bahwa PTK ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya
bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan
PTK ini
Akhirnya penulis menyadari bahwa PTK ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dan
Penulis
i
66
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................
Abstrak.................................................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..........................................................................5
C. Batasan Masalah...............................................................................5
G. Hipotesis Tindakan………………………………………………. 19
A. Rancangan Penelitian..................................................................... 20
ii
67
F. Prosedur Penelitian......................................................................... 25
H. Indikator Keberhasilan………………………………………….. 33
A. Simpulan........................................................................................ 59
B. Saran ............................................................................................. 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
68
ABSTRAK
PERNYATAAN
Cerita Melalui Media Papan Planel (Penelitian pada Siswa VII.B SMP
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
judul :
DOKUMENTASI PENELITIAN