PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan
kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus
disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng, yang
menyenangkan.
Di Sekolah Dasar bercerita adalah salah satu metode pengembangan
bahasa yang dapat menyampaikan beberapa aspek fisik maupun psikis anak
sebab tangis bayi dapat dianggap sebagai bahasa anak. Menangis bagi anak
tangisan tersebut.
Jadi bahasa ekspresif adalah merupakan cara seorang anak dalam
1
2
SD berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti
anak miliki dan dengan melalui cerita anak lebih dituntut aktif dalam
setiap kehiatan pembelajaran diperlukan metode yang tepat dan relevan untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, dalam persiapan mengajar dengan target
3
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, hal prinsip yang
pengajaran adalah : mengenai kondisi kelas, hal ini dimaksudkan agar antara
yang lainnnya sehingga terbentuk metode yang variatif. Tidak ada metode
yang paling baik diantara sekian banyak metode , tetapi dengan metode yang
disampaikan, dan merupakan satu hal yang tidak boleh diabaikan yaitu bahwa
diterapkan oleh peserta didik. Ada berbagai metode yang dapat digunakan
baik. Adapun di SDN 14 Palangka Raya, pada waktu proses belajar siswa
termotivasi untuk menyimak apa yang disampaikan oleh guru. Untuk itu,
perlu adanya metode guru yang menarik minat siswa dalam belajar. Salah
maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul penelitian Peran Guru
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peran guru Pendidikan Agama Kristen dalam
Raya?
2. Bagaimanakah cara guru PAK dalam mengatasi kendala dalam
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, ialah :
1. Mendeskripsikan peran guru Pendidikan Agama Kristen dalam
14 Palangka Raya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
5
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pemecahan
efektif dalam SK, KD, dan materi pokok lain dalam pembelajaran PAK
E. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini penulis hanya membatasi meneliti peran guru
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dikaji secara sistematis, faktual dan akurat. Dengan kata lain, pendekatan
6
berjalan pada saat penelitian dan melihat sebab dari sebuah fenomena
selalu berubah sebagai alat, proses daripada hasil dan perhatian pada
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian dan penulisan proposal ini adalah di SDN
Perumahan Sosial.
4. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu
berikut :
Moleong (2009 : 186) percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
Adapun langkah analisis data; reduksi data, penyajian data, dan menarik
G. Sistematika Penulisan
Penulisan proposal skripsi ini dilaksanakan secara sistematis untuk mencapai
metodologi penelitian.
Bab II. Kerangka Teoritis dalam bab ini penulis akan menuangkan data-data
Bab IV. Pembahasan dalam bab ini penulis membahas tentang : Peran Guru
saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peran Guru
1. Dalam Proses Belajar Mengajar
Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti
dsb. Menurut Sudjana (2004 : 32) peran yang dianggap paling dominan dan
1) Demonstrator
2) Manajer/pengelola kelas
3) Mediator/fasilitator
4) Evaluator
2. Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru
3. Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai:
1) Petugas sosial
2) Pelajar dan ilmuwan
3) Orang tua
4) Teladan
5) Pengaman
4. Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis adalah:
1) Ahli psikologi pendidikan
2) Relationship
3) Catalytic/pembaharu
4) Ahli psikologi perkembangan
karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
pertukaran ilmu dan pengetahuan diantara siswa yang satu dengan yang
formal harus berjalan sejalan dengan keluarga sebagai pendidik. Hal ini
suatu kebodohan bila agen pendidikan paling penting saat ini harus
Kristen karena hal ini akan menghasilkan kehidupan yang terpecah. Dalam
hal ini menurut Hariyanto (2012 : 153) guru memiliki tanggung jawab
untuk mengejar peserta didik agar mereka dapat mengingat kita sebagai
13
pendidik dan sahabatnya. Mereka dapat terus mengingat pribadi dan peran
kita, meskipun pengajaran agama sudah lama berlalu dan apa yang kita
boleh lupa bahwa pusat perhatian kita adalah relasi dengan peserta didik
di kelas.
2. Pendidik Sebagai Penerjemah
Sebagai pendidik, kita lebih baik berperan sebagai penerjemah atau
yang dipakai pada televisi atau radio dan berfungsi untuk mengirimkan
menjadi pendengar yang baik dari kedua belah pihak. Dia harus tahu dan
akrab dengan bahasa gereja dan bahasa Alkitab. Selain itu, pendidik juga
seharusnya tahu dunia peserta didik yang dihadapi. Bila pendidik mampu
14
yang sering kali dilengkapi dengan buku guru untuk mengajar atau
pendidik juga perlu berpikir dan membuat keputusan yang sesuai dengan
peserta didik.
4. Pendidik Sebagai Seorang Pembelajar/Murid
Seorang pendidik seharusnya tidak berhenti belajar. Menurut Dien (2006 :
mengenai keberadaan peserta didik yang diajar, mengenai cara atau model
alkitabiah maupun teologis yang akan diajarkan. Bila kita belajar, seorang
(Bachri :2005:10).
Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan sesuatu yang
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak
usia anak SD. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita
yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh,
anak secara lisan. Jadi, bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan
akan menjadikan cerita sebagai kegiatan bermain yang menarik dan dapat
menjadikan pengalaman yang unik bagi anak. Isi cerita pun diupayakan
dan lain-lain.
3) Tingkat usia, kebutuhan dan kemampuan mencerna isi cerita.
sendiri.
4) Membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan menanggapi
penghayatan, dan kepekaan pada saat bercerita agar pesan dapat sampai
kepada murid-muridnya.
19
2004:45) di antaranya adalah :1) Melatih daya serap atau daya tangkap
anak SD, artinya anak usia SD dapat dirangsang untuk mampu memahami
isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan, 2) Melatih daya
menjadi komunikatif.
Adapun fungsi dari pada metode bercerita (Moeslichatoen 2004:45)
dalam berbahasa
Anak membutuhkan dongeng atau cerita karena beberapa hal:
1) Anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat guru
mental.
4) Anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dan citraan-
Cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita, tetapi juga
senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tentang tata cara berdialog dan
tutur yang baik seperti menyuruh, melarang, berjanji, mematuhi larangan dan
memuji.
prestasi akademik.
lain. Hal ini penting karena pada hakikatnya anak senang menjadi pusat
orang lain dan dapat memerankan kepemimpinannya dari pada anak yang
baik pula.
21
dan penilaian diri yang positif, terutama setelah mendengar komentar orang
tentang dirinya.
menuangkan segala perasaan kita yang tersimpan. Kita dalam berbicara dapat
sistematis.
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-
dari:
a. menyampaikan tujuan dan tema cerita,
b. mengatur tempat duduk,
c. melaksanaan kegiatan pembukaan,
d. mengembangkan cerita,
e. menetapkan teknik bertutur,
22
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita serta tema yang dipilih
bisa menggambarkan isi cerita dengan baik. Bahan dan alat yang
karena pengaturan yang baik membuat anak merasa nyaman dan dapat
terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi
2006 : 6.9) antara lain :1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif
biaya, 6) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau
serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar
dipahami tujuan pokok isi cerita, 9) Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama
mulai dari memilih jenis cerita, menyiapkan tempat, panyiapan alat peraga
Strategi penyampaian.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Memilah dan memilih materi cerita
Diantara berbagai jenis cerita, cerita tentang pengalaman seseorang dan
tiga, yakni cerita untuk program inti, cerita untuk program pembuka, dan
cerita untuk tujuan rekreasi pada akhir program. Cerita untuk program
inti, digunakan dalam kegiatan inti cerita ini disampaikan oleh guru
yang buruk rupanya, tetapi hatinya baik, suka menolong dan sebagainya.
pembuka dan penutup, disampaikan pada kegiatan inti dan penutup yang
program, cerita ini disampaikan oleh anak setelah liburan sekolah. Untuk
jenis cerita anak yang banyak disukai adalah cerita fable karena anak
pembimbingan siswa.
(1991 : 17) yang terdiri dari: penataan tempat untuk bercerita, posisi media,
perhatian yang serius. Sebab tempat duduk berkaitan dengan banyak hal.
dapat dilakukan diberbagai tempat seperti di teras, di bawah pohon, dan lain
semua anak, teduh, bersih dan aman. Apabila jumlah anak relatif banyak
26
sebaiknya dipilih tempat yang lebih luas. Ruang kelas merupakan tempat
itu yang perlu dilakukan adalah peraturan akan murid, guru dan media dengan
baik.
dalam kelas, maka kelas perlu dtata untuk memberikan dukungan penceritaan.
Penataan tersebut meliputi ventilasi, tata cahaya dan tata warna. Sedangkan
penataan yang dilakukan di luar kelas membutuhkan beberapa hal yang perlu
sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu, tidak hanya itu saja peran seorang
guru disini juga sangat berperan penting, untuk memberikan suasana yang
hati yang senang. Karena pada prinsipnya belajar di SD itu belajar sambil
bermain. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai metode yang tepat
(1991 : 18) yang terdiri dari: strategi storytelling, strategi reproduksi cerita
berpusat pada Kristus dan bergantung pada kuasa Roh Kudus, yang
Kristus Sang Guru Agung dan perintah yang mendewakan para murid.
Secara pengertian menurut Hariyanto (2012 : 53-55), tujuan PAK adalah
(1) Membangun Kerajaan Allah (PL). (2) Membangun Kerajaan Allah dalam
Kristen adalah : (1) Iman sebagai kepercayaan (believing), (2) Iman sebagai
umum dan agama bukanlah dua hal yang tidak berhubungan, melainkan
28
Sekarang pengajaran agama membantu negara dalam tugas ini, karena justru
pemerintah seluruh alam ini, dan yesus Kristus sebagai Penebus, pemimpin
mereka selalu anggota-anggota Gereja Tuhan, dan sukaa turut bekerja bagi
Keempat, supaya meerka insaf akan dosanya dfan selalu mau bertobat
pula, minta ampun dan pembearuan hidup pada Tuhan. Dan yang kelima,
supaya mereka suka belajar terus menerus berita Alkitab,, suka mengambil
bagian dalam kebaktian jemaat, dan suka melayani Tuhan di segala lapangan
hidup.
BAB III
HASIL PENELITIAN
30
didirikan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya pada tahun 1996 yang
Dengan kepala sekolah yang pertama yaitu Eli M Junas, dengan guru-
yang sama yaitu Eli M Junas. Sekolah ini didirikan dengan tujuan, yaitu
saat kepemimpinan Eli M Junas karena tugas nya diganti oleh Rusina
31
ruang belajar.
2) Guru bertambah menjadi 22 (dua puluh dua) orang yang terdiri dari :
a. Guru kelas sebanyak 13 (tiga bela s) orang
b. Guru agama Islam 2 (dua) orang dan agama Kristen 2 (dua)
orang
c. Guru pendidikan jasmani dan kesehatan sebanyak 2 (dua) orang
d. Guru honor sebanyak 3 (tiga orang) terdiri dari 2 (dua) orang
dan purna tugas. Pada tahun 2007 terjadi perubahan nama sekolah
menjadi Sekolah Dasar Negeri 14- Palangka Raya, hingga sekarang. Pada
tahun 2010 Rusina Siter purna tugas dan kepemimpinan dipimpin oleh
(dua puluh empat) orang, murid 320 orang, 12 ruang belajar, 1 ruang
penjaga sekolah.
Dengan tenaga dan fasilitas tersebut memungkinkan kegiatan belajar
dan misi sekolah dan program yang dianjurkan oleh pemerintah hingga
saat ini.
SDN-14 Palangka Raya berada dibawah Departemen Pendidikan
sebagai berikut :
Visi :
Menjadi Sekolah Berkualitas, Berkarakter serta tidak Meninggalkan
informal.
Meningkatkan lingkungan menyenangkan melalui pemeliharaan
yang berkesinambungan.
Motto :
warga, sebelah timur, barat, utara juga berbatasan dengan rumah warga
komplek sosial.
SDN-14 Palangka Raya ini memiliki 12 ruangan kelas tempat
murid/siswa belajar, yakni terdiri atas kelas 1A, kelas 1B, kelas 2A, kelas
2B, kelas 3A, kelas kelas 3B, kelas 4A, kelas 4B, kelas 5A, kelas 5B,
kelas 6A, dan kelas 6B. Ruangan Ibadah bagi agama Kristen 1 (satu)
buah ruangan, dan bagi yang beragama Islam 1 (satu) buah ruangan
barang yang tidak layak pakai 2 (dua) buah ruangan, kemudian kantor
dan ada beberapa pasilitas yang terdapat didalam ruangan kepala sekolah
diantaranya :
1) Lemari buku-buku beserta arsip penting 13 (tiga belas) buah.
2) Kursi panjang 12 (dua belas ) buah.
3) Meja 6 ( enam ) buah.
4) Kursi pendek 9 (Sembilan ) buah.
5) Bendera 1 ( satu ) buah.
6) Bola dunia 7 ( tujuh ) buah.
7) Kipas angin 4 ( empat ) buah.
8) Salon 4 ( empat ) buah.
9) Televisi 2 ( dua ) buah.
10) Lemari panjang tempat penyimpanan buku-buku di perpustakaan ada
4 (empat) buah.
34
penyimpanan buku paket tiap mata pelajaran. Kemudian meja dan kursi
guru di tiap ruangan masing-masing satu buah, kemudian meja dan kursi
murid, ada juga papan tulis beserta penghapus dan juga spidol. Ditiap
No
Nama Siswa Agama
.
1. Indahno Kristen Protestan
2. Krisnawati Kristen Protestan
3. Esra Kristen Protestan
4. Paskarel Kristen Protestan
5. Megawati Kristen Protestan
6. Mimi Kristen Protestan
7. Yerry Topan Kristen Protestan
8. Wahyudianto Kristen Protestan
9. Lia Kristen Protestan
10. Karsily Kristen Protestan
11. Rismonika Elisa Kristen Protestan
12. Devi Putri Kristen Protestan
13. Analena Kristen Protestan
35
No
Nama Jabatan
.
1. Nurmalina, S.Pd Kepala Sekolah
2. Arthelin, S. Pd Guru Kelas
3. Rabia, A. Ma Guru Kelas
4. Pendrae Guru Penjaskes
5. Rusminie, A. Ma Guru Agama Kristen
6. Elisabet, S. Pd Guru Kelas
7. Linae, S. Pd Guru Penjaskes
8. Lici Guru Kelas
9. Otiliana Guru Kelas
10. Hamdah, S.Pd, I Guru Agama Islam
11. Hamdah, S. Pd Guru Kelas
12. Jumiati, S. Ag Guru Agama Islam
13. Darmadi, A. Ma Guru Kelas
14. Real Kenang, S. Th Guru Agama Kristen
15. Titi Sumantie, S. Pd Guru Kelas
16. Titie, S. Pd Guru Kelas
17. Marni, S. Pd Guru Kelas
18. Yesie, A. Ma Guru Kelas
19. Siti Yulisae, A. Ma Guru Kelas
20. Santai Penjaga Sekolah
21. Marianah, A. Md Guru Bahasa Inggris
22. Nuraeni Susanti, S. Pd Guru Bahasa Inggris
23. Lensa, S. Pd Pengurus Perpustakaan
24. Ade Saputra Jaya Penjaga Sekolah
25 Tuti Purliana, S. Sos Tata Usaha
bercerita atau tidak, kemudian guru melihat susunan RPP. Guru melihat
tidak. Baru kemudian guru melihat situasi kelas, fasilitas pendukung dan
menambahkan :
bercerita ialah: guru paling lama bercerita 10-15 menit, sebelum bercerita
bercerita dengan ceria, semangat dan dengan nada suara yang berbeda-
beda dan pada akhir cerita guru menyimpulkan kembali isi cerita.
37
Hal ini membuat siswa menjadi penasaran dan ingin mendengarkan cerita
dengan baik.
pembelajaran.
2) Guru kesulitan dalam memahami isi cerita dan penyesuaian cerita
Dengan kendala yang demikian, anak didik menjadi pasif, karena lebih
banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru. Hal ini juga
menarik.
BAB IV
PEMBAHASAN
tentang cerita yang telah disampaikan oleh guru. Hal ini sependapat dengan
mengajar, salah satunya guru berperan sebagai sahabat. Guru memiliki peran
bercerita atau tidak, kemudian guru melihat susunan RPP. Fakta di lapangan
ini sesuai dengan teori Bachri tentang metode bercerita. Menurutnya, metode
anak SD. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang
awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka cerita
sampaikan, kemudian guru memberitahukan judul cerita dan isi cerita dengan
yang terdiri dari: (1) menyampaikan tujuan dan tema cerita, (2) mengatur
pada saat guru bercerita selalu memberikan intonasi suara yang berbeda pada
setiap karakter tokoh dalam cerita. Hal ini berguna untuk menarik perhatian
siswa dan memudahkan siswa dalam membedakan tokoh dalam cerita melalui
suara yang diperankan oleh guru. Dalam hal ini, cara guru mengekspresikan
tokoh cerita yang menyesuaikan alur cerita sudah baik. Ekspresi yang
diperankan guru dalam bercerita memuat alur cerita menjadi lebih hidup,
misalnya saja ada cerita yang sedih, guru juga mengekspresikannya dengan
41
yaitu dengan cara membuat pertanyaan tentang isi cerita tersebut sehingga
siswa untuk menceritakan kembali atau menyimpulkan cerita yang baru saja
ia dengarkan dari guru. Cara guru berinteraksi dengan siswa melalui tanya
jawab pada setiap akhir cerita sudah sangat baik. Namun dalam hal membaca
kondisi siswa pada saat bercerita kurang diperhatikan oleh guru. Ada
pembelajaran.
2) Guru kesulitan dalam memahami isi cerita dan penyesuaian cerita dengan
materi pembelajaran.
guru harus mengatur siswa, agar siswa dapat dikondisikan dengan tenang
kendala yang dialami guru adalah hanya siswa yang duduk di depan saja
C. Refleksi Theologis
Dalam pengajaran Kristen, kita sebagai guru Pendidikan Agama Kristen
situasi-situasi yang bisa terjadi kepada semua orang dalam kehidupan sehari-
kebenaran.
4. Perumpamaan orang Samaria yang murah hati dalam Lukas 10 : 30-36.
Cerita itu diberikan Yesus sebagai jawaban untuk satu pertanyaan yang
Ulangan 6 : 7. Melalui nast ini hendaknya para guru Agama Kristen dan
sebagai Juruselamatnya.
BAB V
PENUTUP
B. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas penulis dapat mengambil beberapa
pelaksanaan metode bercerita sudah sangat baik, hal ini ditandai dengan
lain : kendala waktu bercerita yang terbatas, kurangnya cerita atau bahan
kondisi kelas.
C. Saran-Saran
1. Diharapkan guru dapat mengolah keterampilannya dalam bercerita lebih
perhatian siswa. Guru juga harus lebih kreatif dalam menggunakan alat
cerita dan cerita yang akan diperdengarkan kepada siswa, guru harus