Anda di halaman 1dari 18

1

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA


MENGGUNAKAN MEDIA HAND PUPPETS PADA SISWA
KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI KARANGSARI
KABUPATEN KENDAL TAHUN AJARAN 2017/2018

PUTRI ERIYATI
NIM : 825560931

E-mail : shinputri71@gmail.com

Abstract

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai upaya meningkatkan hasil belajar
peserta didik, terutama meningkatkan keterampilan bercerita serta partisipasi peserta
didik terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media kongkret berupa hand
puppets atau boneka tangan. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari
beberapa tahap, diantaranya : Perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil
data diperoleh dari lembar observasi dan wawancara terhadap teman sejawat,
supervisor 2 dan penilai 1. Hasil penelitian menunjukkan data siswa yang mencapai
batas ketuntasan minimum adalah 36% pada Pra siklus, 68% pada siklus I dan pada
siklus II mencapai 91% dari jumlah peserta didik sebanyak 22 siswa. Kesimpulan yang
didapat adalah media kongkret berupa Hand puppets mampu meningkatkan hasil belajar
siswa terutama pada keterampilan bercerita mata pelajaran bahasa Indonesia kelas II
SD Negeri Karangsari Kabupaten Kendal.

Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Hand Puppets, Hasil belajar


2

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Dalam UU No.20 tahun 2003 dalam pasal 33 disebutkan bahwa bahasa


Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan
nasional (Sisdiknas, 2005: 15). Fungsi bahasa itu sendiri adalah sebagai sarana
berkomunikasi, berbagi pengalaman, dan beriteraksi dengan orang lain. Tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia dalam (BSNP 2006) dijabarkan menjadi beberapa
tujuan. Tujuan bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuannya sesuai
dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Sedangkan tujuan bagi guru
adalah untuk mengembangkan potensi bahasa siswa , serta lebih mandiri dalam
menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan
kemampuan siswanya.

Bahasa Indonesia memiliki ruang lingkup yang mencakup empat


komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang yaitu (1) aspek menyimak,
(2) aspek membaca, (3) aspek menulis, dan (4) aspek berbicara. Menurut Sadhono
(2012), Keterampilan berbicara adalah kemampuan menyampaikan ide,
gagasan, pikiran atau perasaan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami atau
diterima oleh pendengarnya.

Hasil temuan dilapangan pada awal semester genap kelas II, ternyata
masih banyak permasalahan pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran
bahasa Indonesia. Selain tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan rendah, keberanian siswa untuk tampil , berbicara dan berekspresi masih
kurang dari harapan. Hasil prestasi masih dibawah KKM dan partisipasi siswa
sangat minim. Siswa cenderung pasif selama proses belajar mengajar berlangsung.

Dari pengamatan tersebut, peneliti menemukan beberapa permasalahan


dalam pembelajaran di kelas II Sekolah Dasar Negeri Karangsari, permasalahan
yang peneliti temukan adalah rendahnya keterampilan bercerita siswa. Data
3

keterampilan berbahasa lisan dengan bercerita menunjukkan sebanyak 64% dari


jumlah siswa kelas II sebanyak 22 siswa mendapat nilai dibawah KKM,
sedangkan 36% sisanya berhasil memenuhi KKM.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada teman sebaya yang


melakukan pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung, didapatkan
beberapa hal yang dapat menjadi penyebab hasil prestasi siswa yang rendah
diantaranya : pembelajaran masih berpusat pada guru, guru belum menggunakan
pendekatan pembelajaran yang kreatif sehingga timbul kebosanan pada siswa,
kurangnya minat siswa untuk memperhatikan pelajaran, serta keberanian siswa
untuk tampil, baik itu bertanya, bercerita dan mengungkapkan ide masih rendah.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, peneliti dan teman sejawat


melakukan diskusi sehingga di dapat hasil bahwa : a) Banyak peserta didik yang
kelihatan jenuh, sehingga sebagian siswa berbicara sendiri-sendiri. b) Peserta
didik kurang berminat mengikuti pelajaran bahkan tidak memperhatikan
penjelasan guru. c) Tidak ada media yang dapat membuat siswa lebih paham
terhadap materi. d) Guru kurang memberi kesempatan pada peserta didik untuk
tampil dan berekspresi didepan teman-temannya e) Pengaturan ruang kelas kurang
variatif.

Analisis Masalah

Dari hasil diskusi diskusi dengan teman sejawat, beberapa faktor yang menjadi
masalah diantaranya : a) Proses belajar yang satu arah dan tidak variatif mrmbuat
siswa jenuh bahkan beberapa siswa berbicara sendiri. b) Guru tidak menggunakan
media yang dapat menarik minat siswa untuk belajar. c) Pemahaman siswa kurang
karena dari awal tidak ada media yang menarik minat siswa untuk belajar. d)
Dalam proses pembelajaran, tidak ada sesi yang memberi kesempatan siswa untuk
melatih keberanian serta keterampilan siswa dalam bercerita. e) Pengaturan
4

tempat duduk monoton dan terkesan kaku serta tidak menyenangkan, sehingga
dirasa perlu diubah

Alternatif dan prioritas pemecahan masalah.

Berdasarkan permasalahan yang dibahas sebelumnya, maka yang menjadi


alternatif prioritas pemecahan masalah adalah : a) Penjelasan guru tidak dilakukan
hanya satu arah yaitu ceramah. b) Perlunya Menggunakan media yang lebih
menarik dan konkret. c) Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk
bertanya, berpendapat dan mencoba bercerita. d) Guru harus bisa memilih media
sesuai dengan materi dan karakter peserta didik kelas bawah. e) Guru perlu
mengatur ulang kelas agar lebih menyenangkan.

Rumusan Masalah

“Apakah penggunaan media Hand Puppets atau Boneka tangan dalam


pembelajaran Bahasa Indonesia materi Mendeskripsikan benda dan bercerita
dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa kelas II SD Negeri Karangsari
Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal Tahun pelajaran 2017/ 2018?”.

Tujuan umum

Untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan bercerita pada siswa


kelas II SD Negeri Karangsari dengan menggunakan media konkret berupa
boneka tangan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih untuk


perkembangan pendidikan, khususnya dalam bidang pembelajaran bahasa
Indonesia. Media benda konkret berupa boneka tangan selain untuk menarik minat
belajar, namun juga merupakan alternatif untuk meningkatkan keterampilan
bercerita peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Dengan menggunakan media benda konkret berupa boneka tangan, siswa


termotivasi untuk mencoba bercerita dan mengasah keterampilan berbicara.
5

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas adalah tentang situasi sosial dengan maksud


untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh proses mencakup ,
telaah , diagnosis , perencanaan , pelaksanaan , pemantauan dan pengaruh yang
menciptakan hubungan antara evaluasi diri dengan perkembangan professional
(John Elliot dalam Daryanto, 2011: 3).

Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang


kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan
yang ditimbulkan oleh lainnya (Ernest R. Hilgard dalam Sumardi Suryabrata,
1984:252).

Bahasa Indonesia

Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan
tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara
dalam bahasa itu (William A. Haviland dalam Antropologi:1993).

Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar


Kompetensi dan Kompetensi Dasar, bahwa pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara
lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia (Depdiknas, 2006).

Hakikat Berbicara

Berbicara menurut Tarigan (2008: 16) adalah kemampuan mengucapkan


bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan ini berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang
6

kelihatan (visible) yang memanfaatkan otot dan jaringan otot tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih
jauh lagi menurut Tarigan (2008: 16)

Cerita atau Dongeng

Nurgiyantoro (2013: 198) berpendapat bahwa dongeng merupakan salah


satu cerita rakyat (folktale) yang cukup beragam cakupannya. Misalnya dongeng

Hand Puppets atau Boneka Tangan

Daryanto (2011:31) menyebutkan “Boneka adalah benda tiruan dari


bentuk manusia atau binatang. Macam- macam boneka: boneka jari; boneka
tongkat; boneka tali (marionette); boneka bayang-bayang (shadow puppet);
boneka tangan (Hand Puppets)”

Hasil Belajar

Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari perolehan hasil belajar


peserta didik yang memuaskan. Hasil belajar juga merupakan salah satu alat ukur
untuk mengetahui ketuntasan belajar, memantau kemajuan belajar peserta didik
dan juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar
telah berhasil. Menurut Anni (2004 : 4)

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada peserta didik kelas II


semester II Sekolah Dasar Negeri Karangsari Kecamatan Rowosari Kabupaten
Kendal tahun pelajaran 2017/2018. Data SD Negeri Karangsari menunjukkan
bahwa jumlah peserta didik kelas II ada 22 siswa, terdiri dari 8 anak laki-laki dan
14 anak perempuan. Rentang usia peserta didik antara7-9 tahun
7

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Karangsari yang beralamat di


Desa Karangsari, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal pada kelas II semester
II tahun pelajaran 2017/2018.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan di mulai pada bulan Maret


sampai dengan bulan April 2018. Bidang tugas yang diteliti adalah mata pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas II materi Mendeskripsikan benda dan bercerita.
Penelitian dimulai dari :

Pra Siklus : 28 Maret 2018


Siklus I : 4 April 2018
Siklus II : 11 April 2018.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan siklus II


meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I :

Perencanaan Tindakan

Perencanaan merupakan tahap awal dalam pembelajaran. Adapun yang


dilakukan adlah: Menyiapkan RPP sesuai materi, berdiskusi dengan teman
sejawat tentang kelemahan yang ditemukan selama proses pembelajaran,
menyiapkan media yang sesuai untuk pembelajaran yang sesuai, menyusun tes
formatif untuk mengetahui daya serap peserta didik terhadap materi yang
diajarkan.

Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 4 April 2018. Kegiatan awal yaitu
pendahuluan / tahap situasional. Guru mberikan apersepsi melalui tanya jawab
8

untuk mendapat feedback dari peserta didik. Guru menjelaskan tujuan


pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai.

Pada kegiatan inti, ada 3 tahap yang dilakukan yaitu tahap Eksplorasi,
dimana guru menjelaskan materi yang sedang dipelajar. Tahap Elaborasi, guru
mengarahkan peserta didik unruk membentuk kelompok dan mengerjakan tugas
yang diberikan. Kemudian tahap Konfirmasi, guru memberikan apresiasi kepada
peserta didik yang aktif berpartisipasi. Selain itu gutu meluruskan jawaban yang
belum tepatserta member kesempatan peserta didik untuk bertanya.

Pengamatan

Selama Peneliti melakukan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran, peneliti


dibantu supervisor 2 dan Penilai 1. Adapun temuan-temuan dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Pengaturan kelas sudah
bervariatif dan sesuai dengan materi yang di pelajari. 2. Dalam proses
pembelajaran pengorganisasian kelas sudah sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran. 3. Media gambar cukup menarik peserta didik dan memotivasi
untuk belajar tapi belum cukup untuk meningkatkan kreativitas anak dan
keberanian untuk tampil bercerita. 4. Guru perlu memberikan penekanan-
penekanan terhadap materi tertentu yang dianggap penting.

Refleksi

Setelah melaksanakan tindakan perbaikan siklus I tedapat peningkatan


hasil belajar peserta didik dari 36% ketuntasan dari jumlah 22 siswa, setelah
diadakan tindakan perbaikan pembelajaran menjadi 68%. Artinya naik sekitar
32%. Hal ini disebabkan beberapa kelebihan yang telah dilaksanakan oleh guru
antara lain : a) Pengaturan kelas lebih bervariatif. b) Dalam pembelajaran sudah
mengorganisasikan kelas dengan baik. c) Guru mampu menarik perhatian peserta
didik menggunakan media gambar sehingga peserta didik memperhatikan materi
yang dipelajari. d) Dalam melakukan pembelajaran, sebelumnya guru telah
memberikan penjelasan singkat sehingga dalam kegiatan lebih terarah.
9

Siklus II

Perencanaan

Peneliti merancang perbaikan pada siklus II yang dilaksanakan tanggal 11


April 2018, menitik beratkan pada penggunaan media Konkret sebagai upaya
meningkatkan keterampilan bercerita siswa. Peneliti memilih media Hand Puppets
atau boneka tangan untuk menarik minat serta meningkatkan kepercayaan didi
peserta didik.

Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan pada hari selasa, 11 April 2018. Awal kegiatan guru
memeriksa rresentasi kehadiran peserta didik. Kemudian doa dan disusul dengan
tanya jawab ringan untuk mengukur ingatan siswa tentang materi yang
disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Guru mengajak siswa menyanyikan yel
yel yang membangkitkan semangat.

Kegiatan inti

Pada tahap eksplorasi guru meminta peserta didik mengingat sebuah


dongeng, kemudian menjelaskan unsur intrinsic dongeng atau cerita
tersebut.kemudian guru mengenalkan anak dengan Hand puppet yang telah
disiapkan. Guru mulai bercerita sebuah cerita yang diperankan hand puppets
tersebut. Pada tahap Elaborasi, guru memberi kesempatan peserta didik untuk
menceritakan kembali sebuah cerita dan mencoba menggunakan media boneka
tangan. Siswa bercerita didepan kelas dengan bahasa sendiri yang sederhana.
Selanjutnya tahap Konfirmasi, guru mengulang poin penting dalam pembelajaran
yang baru dipelajari, guru member kesempatan siswa bertanya.

Penutup

Guru member simpulan dan kemudian member informasi berkaitan


dengan materi pada pertemuan yang akan datang
10

Pengamatan

Setelah melaksanakan tindakan perbaikan siklus II tedapat peningkatan


hasil belajar peserta didik dari perbaikan di siklus I yaitu 68% ketuntasan atau 15
peserta didik yang tuntas dari 22 peserta didik, sekarang menjadi 91% atau 20 dari
22 peserta didik yang sudah tuntas, artinya naik sekitar 23%. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor baik dari guru ataupun dari media yang digunakan, antara
lain : a) Guru telah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran dengan cukup
baik. b) Media konkret berupa Hand puppets mampu menarik minat siswa,
bahkan terlihat antusiasme yang besar dari peserta didik sehingga meningkatkan
hasil belajar serta keterampilan bercerita peserta didik. c) Dengan diberi
bimbingan, motivasi dan penilaian peserta didik menjadi lebih aktif dan
bersemangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. d) Pada kegiatan
bercerita di depan kelas, guru mampu memberi apresiasi yang baik sehingga
meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. e) Peserta didik yang awalnya malu
dan bersuara amat kecil kemudian termotivasi dan kemampuan bercerita
merekapun meningkat.

Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, Peneliti dibantu


supervisor 2 dan penilai 1 menganalisa beberapa peningkatan yang terjadi, baik
pada guru, peserta didik, ataupun media pembelajaran yang telah digunakan.
Adapun peningkatan pada perbaikan pembelajaran siklus II itu antara lain : Hasil
belajar peserta didik meningkat. Nilai yang mencapai Batas minimum Ketuntasan
dari Pra Siklus sebesar 36% atau sebanyak 8 peserta didik, pada Siklus I
meningkat menjadi 68% atau sebanyan 15 peserta didik dan pada Siklus II
mencapai 91% atau 20 peserta didik dari jumlah seluruh siswa kelas II SD Negeri
Karangsari sebanyak 22 siswa. Nilai rata-rata dari Pra Siklus 74.2 saat perbaikan
pembelajaran siklus I meningkat menjadi 76.9, dan pada perbaikan pembelajaran
siklus II menjadi 80.6 Penggunaan media sudah tepat. Peserta didik yang bisa
menjawab lebih merata. Partisipasi peserta didik meningkat. Selain itu, siswa
11

lebih aktif baik bertanya, menjawab maupun mencoba bercerita dengan media
Hand Puppets yang disediakan, sehingga kelas terasa lebih hidup. Keterampilan
bercerita dan keberaniaan peserta didik meningkat, meskipun bahasa yang
digunakan masih sangat sederhana.

Teknik Analisis Data.

Analisis Data merupakan usaha untuk memilih, memilah, membuang,


menggolongkan, mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini jenis data yang akan
dianalisis terdiri dari 2 jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

Data Kuantitatif

Data yang berhubungan dengan bilangan, baik yang diperoleh dari hasil
pengukuran maupun diperoleh dengan cara mengubah data kualitatif menjadi data
kuantitatif. Data kuantitif dalam PTK umumnya berupa angka-angka sederhana,
seperti nilai tes hasil belajar ( nilai ulangan harian peserta didik ), distribusi
frekuensi, persentase, dan skor dari hasil angket.

Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan informasi yang


diperoleh dalam bentuk kalimat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah peneliti akan


menguraikan secara singkat tentang langkah-langkah perbaikan pembelajaran
yang telah direncanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdapat empat tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
12

Siklus I

Perencanaan

Sebagai acuan untuk membuat rencana perbaikan pembelajaran pada


siklus I, peneliti melakukan identifikasi masalah dan perumusan masalah untuk
acuannya. Hasil kajian data pembelajaran prasiklus diperoleh data 36% peserta
didik yang tuntas dan 64% peserta didik belum tuntas.

Pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 April 2018.


Materi yang disajikan adalah Mendeskripsikan Benda dan Bercerita dengan
Bahasa Sederhana. Nilai yang diperolah dari Siklus I mengalami kenaikan sebesar
32%, yaitu pada pra siklus sebesar 36% peserta didik yang mencapai Batas
Ketuntasan Minimum meningkat menjadi 68% dari jumlah 22 siswa kelas II.

Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I diperoleh data diantaranya,


Pengaturan kelas sudah bervariatif dan sesuai dengan materi yang di pelajari,
Dalam proses pembelajaran pengorganisasian kelas sudah sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran, Media gambar cukup menarik peserta didik dan
memotivasi untuk belajar tapi belum cukup untuk meningkatkan kreativitas anak
dan keberanian untuk tampil bercerita, Dalam bercerita, suara dan ekspresi guru
sudah cukup baik, Guru sudah melakukan penilaian proses dan evaluasi sesuai
kebutuhan,Guru perlu memberikan penekanan-penekanan terhadap materi tertentu
yang dianggap penting. Sementara instrumen-instrumen yang digunakan dalam
pengamatan ini antara lain : RPP siklus I, Lembar Kegiatan Peserta didik, lembar
tes Formatif, analisa hasil tes formatif dan lembar observasi.

Refleksi
13

Setelah melaksanakan tindakan perbaikan siklus I tedapat peningkatan


hasil belajar peserta didik dari 36% ketuntasan, setelah diadakan tindakan
perbaikan pembelajaran menjadi 68%. Artinya naik sekitar 32%. Hal ini
disebabkan beberapa kelebihan yang telah dilaksanakan oleh guru antara lain :
Pengaturan kelas lebih bervariatif, Dalam pembelajaran guru sudah
mengorganisasikan kelas dengan baik, Guru mampu menarik perhatian peserta
didik terhadap materi yang dipelajari, Dalam melakukan pembelajaran,
sebelumnya guru telah memberikan penjelasan singkat sehingga dalam kegiatan
lebih terarah.

Dari temuan-temuan di atas peneliti perlu merancang tindakan dengan


memilih media konkret yang lebih bervariatif serta lebih mengefektifkan
penggunaan media benda konkret tersebut dalam pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus II yang akan dilaksanakan pada
tanggal 11 April 2017.

Siklus II

Perencanaan

Berdasarkan temuan pengamat tentang kelebihan dan kekurangan yang


dilakukan peniliti dalam perbaikan pembelajaran siklus I, maka pada perbaikan
pembelajaran siklus II perencanaan lebih diarahkan pada usaha menambah media
yang lebih konkret dan menarik serta efektif. Penggunaan media benda konkret
berupa Hand Puppets dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas dinilai tepat
untuk diterapkan pada kelas rendah.

Pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 11 April 2018


atau satu minggu setelah pembelajaran siklus 1 dilaksanakan. Proses perbaikan
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana dengan menitik beratkan pada
usaha menambah media yang lebih konkret dan menarik serta efektif. Penggunaan
media benda konkret berupa Hand Puppets dalam proses kegiatan belajar
14

mengajar di kelas dinilai tepat untuk diterapkan pada kelas rendah yaitu kelas II
SD Negeri Karangsari.

Dari data hasil pembelajaran pada siklus 2 menunjukkan adanya


peningkatan penguasaan materi yang sangat memuaskan karena guru sudah bisa
membuat peserta didik menjadi aktif untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami, selain itu guru juga sudah bisa menggunakan media benda konkret
dengan baik dan maksimal.

Pengamatan

Setelah melaksanakan tindakan perbaikan siklus 2 tedapat peningkatan


hasil belajar peserta didik dari perbaikan di siklus 1 yaitu 68% ketuntasan atau 15
peserta didik yang tuntas dari jumlah 22 peserta didik, sekarang menjadi 91% atau
20 peserta didik yang sudah tuntas, artinya naik sekitar 23%. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor baik dari guru ataupun dari media yang digunakan, antara
lain, Guru telah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran dengan cukup
baik, Media konkret berupa Hand puppets mampu menarik minat siswa, bahkan
terlihat antusiasme yang besar dari peserta didik sehingga meningkatkan hasil
belajar serta keterampilan bercerita peserta didik, Pada kegiatan bercerita di depan
kelas, guru mampu memberi apresiasi yang baik sehingga meningkatkan
kepercayaan diri peserta didik, Peserta didik yang awalnya malu dan bersuara
amat kecil kemudian termotivasi dan kemampuan bercerita merekapun meningkat.

Refleksi

Secara umum proses kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 2 sudah


berjalan dengan baik, karena tingkat ketuntasan peserta didik sudah memenuhi
kritera yang ditetapkan.
15

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Siklus I

Sebelum perbaikan pembelajaran dilaksanakan peserta didik kurang


memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini disebabkan guru dalam
merancang pembelajaran di kelas kurang tepat. Dari hasil diskusi dengan
supervisor 2 dan teman sejawat maka peneliti perlu mengadakan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas, pada perbaikan pembelajaran
siklus I. Peneliti merancang pembelajaran yang memfokuskan pada penggunaan
media benda konkret dalam pembelajaran di kelas.

Dari kajian teori bahwa media benda konkret mampu membuat hasil
belajar peserta didik meningkat karena media benda asli merupakan benda yang
sebenarnya membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan
semangat belajar peserta didik, sehingga memberikan rangsangan yang amat
penting bagi peserta didik untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut
pengembangan keterampilan tertentu.

Pada perbaikan pembelajaran siklus I terdapat peningkatan hasil belajar


peserta didik. Dari 48% tingkat ketuntasan yang dicapai pada pra siklus menjadi
75% ketuntasan yang dicapai siklus I. meskipun sudah ada peningkatan, namun
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : a) Guru kurang memberikan
motivasi dan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung. b) Dalam
pembahasan kerja kelompok, guru kurang memberikan penekanan-penekanan
akan hal-hal penting yang berkaitan dengan meteri yang dipelajari.

Dari temuan temuan-temuan kekurangan di atas peneliti kembali


merancang tindakan dengan lebih mengefektifkan penggunaan media benda
konkret dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan pada perbaikan
pembelajaran siklus II.
16

Siklus II

Pada siklus II peneliti kembali merancang pembelajaran dengan lebih


mengefektifkan penggunaan media benda konkret.

Dari kajian teori dikemukakan Menurut Ibrahim dan Nana Syahodih (1992
: 3) mengatakan bahwa media benda konkret termasuk media atau sumber belajar
yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk
mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan.

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999 : 202) menyatakan


bahwa media benda asli merupakan benda yang sebenarnya membantu
pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar peserta
didik. Dengan menggunakan media benda asli akan memberikan rangsangan yang
amat penting bagi peserta didik untuk mempelajari berbagai hal terutama
menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.

Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil


yang cukup memuaskan. Berdasarkan analisa nilai yang diperoleh terdapat
peningkatan tingkat ketuntasan hasil belajar peserta didik. Dari 75% tingkat
ketuntasan yang dicapai pada pembelajaran siklus I menjadi 92% tingkat
ketuntasan pada perbaikan pembelajaran siklus II.

Dengan demikian bisa dikemukakan bahwa dengan menggunakan media


benda konkret bisa meningkatkan keaktifan serta hasil belajar peserta didik.
Sehingga ditemukan bahwa penggunaan media benda konkret sangat tepat
digunakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi
Mendiskripsikan benda dan bercerita.
17

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Simpulan

Dari hasil penelitian dari Pra Siklus, hingga perbaikan di Siklus I dan
Siklus II selama 2 bulan di SD Negeri Karangsari, dapat disimpulkan beberapa
hal antara lain : a) Dengan menggunakan media benda konkret berupa hand
Puppets atau Boneka tangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi
Mendeskripsikan benda dan bercerita dapat meningkatkan keaktifan peserta didik
dalam pembelajaran. b) Media benda konkret berupa hand Puppets atau boneka
tangan pada proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
c) Keberanian peserta didik serta keterampilan bercerita meningkat dengan
bantuan media Hand Puppets dalam pembelajaran. d) Media benda konkret
berupa Hand Puppets tepat sekali digunakan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan benda dan bercerita. e)
Perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas sangat penting
dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar serta keterampilan bercerita
peserta didik di kelas II SD Negeri Karangsari.

Saran Tindak Lanjut

Untuk Guru : a) Guru harus bisa memilih media pembelajaran yang tepat dalam
membuat rencana pembelajaran. b) Guru perlu memberikan variasi baik metode
maupun media dan mengatur suasana kelas yang kondusif serta menyenangkan
dalam pembelajaran. c) Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru harus
bisa merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan
menganalisa hasil belajar. d) Jika dalam pembelajaran hasil belajar peserta didik
banyak yang belum tuntas, sebaiknya guru melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

Untuk pengambil kebijakan dalam pendidikan : a) Laporan ini dibuat untuk


dapat dijadikan bahan referensi dalam pengambilan keputusan. b) Laporan ini
dapat dijadikan bahan diskusi untuk meningkatkan mutu pendidikan. c) Laporan
PKP dengan pola Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat dijadikan acuan
dalam perbaikan pembelajaran di sekolah tempat peneliti mengajar.
18

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka

Ahira, Anne. 2009. Boneka Tangan Unik dan Mendidik .


http://www.anneahira.com/boneka-tangan.htm.

Aqib, Zaenal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.


Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.

Aryani, Devi Yulita. 2012. Peningkatan Aktivitas Dan Keterampilan


Bercerita Melalui Metode Inquiry Berdasarkan Teks Cerita Fiksi Pada
Siswa Kelas VA SD Negeri 1 Metro Barat. http://digilib.unila.ac.id/840/.

Arsyad, Azhar. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV.
Wacana Prima. BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi
Kelulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI. Jakarta: BP Cipta Jaya
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Depdiknas. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.


Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didikdalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :


Rineka Cipta.

Saddhono, Kundharu dan Slamet, St.Y. 2012. Meningkatkan Keterampilan


Berbahasa Indonesia. Bandung: CV Karya Putra Darwati

Anda mungkin juga menyukai