PENDAHULUAN
Kedua, bahasa bersifat manasuka, karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak
tanpa dasar, tidak ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang
disimbolkannya. Ketiga, bahasa disebut juga ujaran karena media bahasa yang
terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemui ada juga media tulisan.
bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena berfungsi sebagai penyatu dalam
lingkungan mulai dari yang terkecil, yaitu keluarga, masyarakat, dan bangsa.
membaca. Hal ini dibuktikan dalam pembelajaran membaca pada siswa kelas satu
rendah hingga kelas atas. Hal ini juga mengacu pada program gerakan nasional
membaca dan literasi yang saat ini sedang digalakkan. Standar kompetensi pada
yang dilakukan oleh peneliti, kemampuan melafalkan bunyi vocal dan konsonan
pada siswa kelas satu SDN Temas 02 sangatlah kurang. Dari observasi yang
melafalkan bunyi vocal dan konsonan masih banyak siswa yang belum mampu
untuk melafalkannya dengan baik dan benar. Dalam hal ini, KKM untuk pelajaran
bahasa indonesia adalah 70. Diperoleh hasil bahwa 10 dari 21 siswa masih
mereka belum bisa melafalkan bunyi vocal dan konsonan dengan baik.
inovatif dengan maksud agar tujuan pembelajaran dapat tercapai khususnya dalam
cermat, tetapi juga harus mampu meilih strategi pembelajaran yang tepat dan
pembelajaran tersebut tidak harus menjadi kendala bagi mereka untuk melakukan
(2008) adalah sebagai perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan
menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh
karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga
metode mengajar. Hal yang penting dalam metode ialah bahwa setiap metode
pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.
metode-metode mengajar yang mungkin dapat dilakukan oleh guru salah satunya
metode permainan.
melalui metode pembelajaran permainan kucing dan tikus bagi siswa kelas 1
Vocal dan Konsonan dengan Metode Permainan Kucing dan Tikus pada Siswa
Permainan Kucing dan Tikus pada Siswa Kelas I SDN Temas 02 Batu dapat
(1) Apakah dengan metode Permainan Kucing dan Tikus dalam pelajaran
Temas 02?
(2) Apakah dengan metode Permainan Kucing dan Tikus dalam pelajaran
02?
guru, bagi siswa, bagi pemerhati pendidikan, dan bagi peneliti lain.
meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa dan sebagai sarana pemberdaya
adalah suatu metode dimana ada yang berperan sebagai kucing dan ada pula
segala permainan yang anda berikan. Permainan ini cocok untuk usia anak
5 – 7 tahun.
antara siswa dan guru, sumber belajar dan lingkungan mulai dari
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini disampaikan kajian pustaka tentang (1) Pembelajaran
Bahasa Indonesia, (2) Belajar Bahasa Indonesia, (3) Metode permainan kucing
secara sadar oleh seorang penulis sebagai salah satu cara pengungkapan diri:
sendiri.
tiga fase saja, yaitu (1) fase pramenulis atau persiapan, (2) fase penulisan atau
pengembangan isi karangan, dan (3) fase pascamenulis atau telaah dan revisi atau
untuk menulis. Fase pramenulis meliputi (a) memilih topik, (b) menetapkan
tujuan dan sasaran, (c) mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan,
serta (d) mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan.
Dengan selesainya fase persiapan berarti penulis telah siap mengembangkan butir
demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan dengan memanfaatkan
bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan. Fase pascamenulis
Kegiatan ini terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi) tulisan yang dapat
kasar, (b) berdiskusi dalam kelompok menulis, dan (c) menemukan kesalahan,
dilakukan melalui kegiatan melengkapi cerita sederhana yang hal itu disesuaikan
dengan fase pola pikir mereka. Dan mengingat kembali bahwa perkembangan
usia anak di kelas rendah adalah operasional kongkrit, maka dari itu guru perlu
menyajikan materi dari hal-hal yang paling sederhana dan mudah dipahami oleh
siswa.
yang saling berkaitan, serta memiliki makna (Solhan TW. 2008). Belajar bahasa
tulisan. Dalam belajar bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang dapat
adalah metode pembelajaran . Salah satu model pembelajaran yang efektif untuk
Selain itu anak juga dilatih untuk memecahkan masalah misalnya si kucing
berusaha mengejar tikus dengan berfikir dan tikus selalu memikirkan cara supaya
tradisional Kucing dan Tikus dapat memberikan manfaat bagi anak diantaranya
Kucing dan tikus merupakan jenis permainan tanpa alat untuk usia 5 – 7
tahun, namun dalam PBM ini guru mempergunakan alat khusus berupa kartu
huruf untuk menyusun kata-kata dari huruf acak. Dalam permainan ini anak
diajak bermain peran, guru memberikan pengantar cerita pendek sebelum masuk
ke dalam permainan.
berikut :
1. Wasit membagi peserta menjadi 2 regu sama besar, yaitu regu kucing dan regu
tikus.
3. Wasit mengatur rumah tikus. Susunan rumah tikus harus bervariasi. Agar tidak
5. Kucing harus berusaha menangkap tikus dengan cara berusaha melewati atau
tikus.
6. Jika kucing berhasil menangkap tikus, maka kucing harus melafalkan kata-
kata yang terdapat pada kertas dengan lantang, diikuti oleh siswa lain.
7. Peserta yang salah dalam melafalkan kata, atau melafalakn kurang lantang,
Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh strategi dan perencanaan yang
dilakukan oleh guru. Strategi dan perencanaan yang dimaksud adalah bagaimana
guru memikirkan strategi dalam upaya mencapai hasil belajar yang sesuai dengan
program yang direncanakan. Untuk itu, guru perlu membuat model pembelajaran
yang dapat menjadikan suasana belajar siswa yang menyenangkan dan lebih
efektif. Harapannya adalah siswa aktif dalam kegiatan belajar dan tujuan
aturan.
jasamani
1. Ranah Kognitif
(recognition).
kata sendiri.
kehidupan sehari-hari.
2. Ranah Psikomotor
berikut ini:
oleh pendengarnya.
3. Ranah Afektif
baik objek itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak
nilai kurang dari 70 maka siswa tersebut dinyatakan tidak lulus atau
Batu, dengan obyek penelitian siswa kelas 1. Dipilihnya kelas 1 adalah karena
kemampuan mengenal huruf vokal dan konsonan pada anak usia 5-6 tahun
menjadi penting untuk dikembangkan. Hal ini terkait dengan hasil penelitian yang
akan struktur bunyi dan kata-kata (Tadkiroatun Musfiroh, 2009: 16). Anak usia 3-
5 tahun yang memiliki kesadaran bunyi dan nama huruf yang menyusun kata
memiliki kemajuan membaca yang lebih baik daripada yang tidak (Tadkiroatun
sedangkan pada siklus II ditekankan pada pengenalan huruf konsonan. Kata yang
dikenalkan pada siswa kelas 1, adalah kata-kata yang berkaitan dengan benda-
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Refleksi awal
membaca permulaan.
dan vokal di SD Temas 02 Kota Batu. Adapun peran kolaborator dalam penelitian
pembelajaran di kelas.
keaktifan dan prestasi belajar siswa terhadap materi batuan adalah pembelajaran
Virtual dan kegiatan praktikum, akan meningkat keaktifan dan prestasi belajar
maka keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VC SD Temas 02 Kota Batu
tindakan adalah:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan standart
kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan dicapai siswa serta sesuai
Kegiatan awal:
Kegiatan inti:
a. Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, antara lain :
b.Elaborasi
proses pembentukannya.
2.
c. Konfirmasi
Kegiatan Akhir
Kegiatan awal:
a. Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, antara lain :
b. Elaborasi
proses pembentukannya.
2.
c. Konfirmasi
Kegiatan Akhir
untuk memperbaiki rendahnya minat dan prestasi belajar materi jenis batuan
3. Tahap Observasi
Pengamatan pada siklus ini dilakukan oleh peneliti dan kolaborator.
dengan indikator:
hasil)
dilontarkan guru
4. Tahap Refleksi
dalam kerangka untuk mencari pemecahan dan penguatan penguatan terhadap apa
siklus I yang dilakukan guru menjadi dasar refleksi. Seperti apa kualitas RPP yang
prestasi belajar siswa dan keaktifannya. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari
hasil uji kompetensi materi batuan yang meliputi proses pembentukan batuan,
jenis, ciri dan manfaat batuan. Uji kompetensi ini dilakukan diakhir pembelajaran.
Disamping itu, prestasi belajar siswa juga diukur melalui penilaian proses, yang
lain, siswa mau mengerjakan tugas secara tepat (tepat waktu dan hasil), siswa mau
mengajukan pertanyaan kepada guru apabila ada yang kurang memengerti serta
bekerjasama dengan temannya dalam mengerjakan tugas, siswa mau mencatat apa
digunakan soal uji kompetensi berupa TTS ( teka-teki silang) serta rubrik
7. Analisis Data
Data tentang prestasi belajar yang diperoleh dari nilai uji kompetensi
(Nilai Hasil atau NH) dan penilaian proses (NP), dijumlahkan dan dibagi dua. Jika
Keterangan:
NA = NP + NH
2
NA: Nilai akhir
dengan SKM yang telah ditetapkan, yaitu 70. Jika nilai rerata nilai akhir dari 38
siswa berada diatas 70, maka pembelajaran dinyatakan tuntas. Sebaliknya jika
menggunakan persentase. Jumlah siswa yang aktif dihitung secara klasikal dan
dipersentase dengan patokan, jika jumlah siswa yang menunjukkan aktivitas
seperti deskriptor berjumlah kurang dari 20% maka diwakili dengan skor 1 yang
berarti sangat kurang. Jika jumlah siswa antara 20-40% yang menunjukkan
aktivitas seperti deskriptor, maka diberi skor 2 yang berarti kurang. Lebih
1 = Sangat kurang ( x < 20% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)
2 = Kurang ( 20% < X < 40% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada
deskriptor)
3 = Cukup (40% < X < 60% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)
4 = Baik (60% < X < 80% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)
5 = Sangat baik (80% < X < 100% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada
deskriptor)
jumlah skor tiap item atau deskriptor dijumlahkan dan di bagi 5 selanjutnya rerata
SIKLUS II
di siklus II:
praktikum.
1. Perencanaan
a. Refleksi awal
siklus II.
multimedia Interaktif CD Lab Ipa Virtual dan kegiatan praktikum, maka prestasi
5) Menyiapkan angket.
berikut:
Pertemuan I
Kegiatan awal:
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, doa, dan memeriksa
kehadiran siswa untuk siap belajar, serta menyiapkan media dan sumber
belajar.
sebelumnya
Kegiatan inti:
a. Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, antara lain :
metamorf?
batu apung)
b. Elaborasi
batuan.
kesulitan
c. Konfirmasi
Kegiatan Akhir
dilingkungan mereka.
Pertemuan II
Kegiatan awal:
kehadiran siswa untuk siap belajar, serta menyiapkan media dan sumber
belajar.
sebelumnya
Kegiatan inti:
a. Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, antara lain :
multimedia interaktif.
b. Elaborasi
o Guru memanggil siswa secara satu persatu, untuk
IPA Virtual.
konsep batuan.
mengikuti pembelajaran
c. Konfirmasi
Kegiatan Akhir
prestasi belajar siswa dan keaktifannya. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari
hasil uji kompetensi materi batuan yang meliputi proses pembentukan batuan,
jenis, ciri dan manfaat batuan. Uji kompetensi ini dilakukan diakhir pembelajaran.
Disamping itu, prestasi belajar siswa juga diukur melalui penilaian proses, yang
selama proses pembelajaran berlangsung. Yang diamati antara lain, siswa mau
mengerjakan tugas secara tepat (tepat waktu dan hasil), siswa mau mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada yang kurang memengerti serta menjawab
pertanyaan yang dilontarkan guru, siswa mau berdiskusi dan bekerjasama dengan
temannya dalam mengerjakan tugas, siswa mau mencatat apa yang telah
baik.
4. Instrumen Penelitian
digunakan soal uji kompetensi berupa soal obyektif dengan jumlah 10 soal, serta
rubrik penilaian proses kegiatan praktikum yang meliputi keaktifan dalam kerja
observasi. Observasi keaktifan siswa dilakukan secara klasikal, jumlah siswa yang
5. Analisis Data
proses dan hasil pembelajaran yang dibagi dua. Jika dirumuskan adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
NA = NP + NH
2
NA: Nilai akhir
dengan SKM yang telah ditetapkan, yaitu 70. Jika nilai rerata nilai akhir dari 38
siswa berada diatas 70, maka pemebelajaran dinyatakan tuntas. Sebaliknya jika
menggunakan presentase. Jumlah siswa yang aktif dihitung secara klasikal dan
seperti deskriptor berjumlah kurang dari 20% maka diwakili dengan skor 1 yang
berarti sangat kurang. Jika jumlah siswa antara 20-40% yang menunjukkan
aktivitas seperti deskriptor, maka diberi skor 2 yang berarti kurang. Lebih
1 = Sangat kurang ( x < 20% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)
2 = Kurang ( 20% < X < 40% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada
deskriptor)
3 = Cukup (40% < X < 60% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)
4 = Baik (60% < X < 80% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)
5 = Sangat baik (80% < X < 100% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada
deskriptor)
jumlah skor tiap item atau deskriptor dijumlahkan dan di bagi 5 selanjutnya rerata
6. Tahap Refleksi
dalam kerangka untuk mencari pemecahan dan penguatan penguatan terhadap apa
siklus II yang dilakukan guru menjadi dasar refleksi. Seperti apa kualitas RPP