Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat.

Pertama, bahasa bersifat sistematik, karena bahasa merupakan suatu sistem.

Kedua, bahasa bersifat manasuka, karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak

tanpa dasar, tidak ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang

disimbolkannya. Ketiga, bahasa disebut juga ujaran karena media bahasa yang

terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemui ada juga media tulisan.

Keempat, bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi

selama manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya. Terakhir,

bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena berfungsi sebagai penyatu dalam

lingkungan mulai dari yang terkecil, yaitu keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia terbagi menjadi empat keterampilan, yaitu

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa Indonesia

dituangkan dalam kompetensi dasar yang merujuk pada pengembangan

keterampilan menyimak, berbicara, mambaca, dan menulis.

Dari aspek-aspek kebahasaaan tersebut yang menjadi kesulitan pada

pembelajaran di kelas rendah SD yang terjadi selama ini adalah keterampilan

membaca. Hal ini dibuktikan dalam pembelajaran membaca pada siswa kelas satu

sangatlah kurang. Mereka mengalami kesulitan dalam dalam melafalkan bunyi

vocal dan bunyi konsonan.

Kompetensi membaca di SD sudah harus dikembangkan mulai dari kelas

rendah hingga kelas atas. Hal ini juga mengacu pada program gerakan nasional
membaca dan literasi yang saat ini sedang digalakkan. Standar kompetensi pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu peserta didik dapat mengembangkan

potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat serta dapat

menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual

bahasa sendiri. Memperhatikan permasalahan di atas, berdasarkan pengamatan

yang dilakukan oleh peneliti, kemampuan melafalkan bunyi vocal dan konsonan

pada siswa kelas satu SDN Temas 02 sangatlah kurang. Dari observasi yang

dilakukan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran bahasa indonesia khususnya

melafalkan bunyi vocal dan konsonan masih banyak siswa yang belum mampu

untuk melafalkannya dengan baik dan benar. Dalam hal ini, KKM untuk pelajaran

bahasa indonesia adalah 70. Diperoleh hasil bahwa 10 dari 21 siswa masih

memperoleh nilai di bawah KKM . Siswa belum bisa membaca dikarenakan

mereka belum bisa melafalkan bunyi vocal dan konsonan dengan baik.

Kenyataan ini yang menunjukkan siswa mengalami kesulitan dalam membaca

sehingga guru harus berupaya lebih dalam mengembangkan pembelajaran yang

inovatif dengan maksud agar tujuan pembelajaran dapat tercapai khususnya dalam

pembelajaran melengkapi cerita.

Pembelajaran di SD memang kompleks. Guru tidak saja memikirkan

materi pembelajaran yang relevan dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

cermat, tetapi juga harus mampu meilih strategi pembelajaran yang tepat dan

teknik evaluasi yang benar. Walaupun demikian, keterbatasan fasilitas

pembelajaran tersebut tidak harus menjadi kendala bagi mereka untuk melakukan

pembelajaran yang kreatif dan pembelajaran yang efektif (Depdiknas, 2003:1;

Surapranata, 2005: 1; Mulyasa, 2006: 175).


Pengertian proses pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara

siswa, guru, da lingkungan belajar. Sedangkan hasil belajar Menurut Hamalik

(2008) adalah sebagai perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat

diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan

tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang

lebih baik sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi

siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan

menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh

karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga

mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.

Untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar, guru

seyogyanya paham betul pengertian, fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan

metode mengajar. Hal yang penting dalam metode ialah bahwa setiap metode

pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.

metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran

penting .Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran hanya mungkin dapat

di implementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Ada sejumlah

metode-metode mengajar yang mungkin dapat dilakukan oleh guru salah satunya

metode permainan.

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana


yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Sedangkan permainan merupakan sebuah aktifitas bermain yang
murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Metode permaianan
mengutamakan kerja sama dalam menyelasaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas, masalah pokok penelitian ini adalah

bagaimana meningkatkan prestasi belajar melafalkan bunyi vocal dan konsonan

melalui metode pembelajaran permainan kucing dan tikus bagi siswa kelas 1

SDN Temas 02 Batu. Dengan demikian, judul penelitian ini adalah

”Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Tentang Melafalkan Bunyi

Vocal dan Konsonan dengan Metode Permainan Kucing dan Tikus pada Siswa

Kelas I SDN Temas 02 Batu”.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah umum dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan metode

Permainan Kucing dan Tikus pada Siswa Kelas I SDN Temas 02 Batu dapat

meningkatkan prestasi belajarmelafalkan bunyi vocal dan konsonan?”

Secara lebih rinci, masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut.

(1) Apakah dengan metode Permainan Kucing dan Tikus dalam pelajaran

Bahasa Indonesia dengan materi melafalkan bunyi vocal dan bunyi

konsonan dapat meningkatkan prestasi belajar membaca siswa kelas I SDN

Temas 02?

(2) Apakah dengan metode Permainan Kucing dan Tikus dalam pelajaran

Bahasa Indonesia dengan materi melafalkan bunyi vocal dan bunyi

konsonan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas I SDN Temas

02?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah umum di atas, penelitian ini bertujuan

meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Tentang Melafalkan Bunyi


Vocal dan Konsonan dengan Metode Permainan Kucing dan Tikus pada Siswa

Kelas I SDN Temas 02 Batu .

Secara lebih rinci, tujuan tersebut dirumuskan sebagai berikut.

(1) Mengetahui peningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Tentang

Melafalkan Bunyi Vocal dan Konsonan dengan Metode Permainan Kucing

dan Tikus pada Siswa Kelas I SDN Temas 02 Batu.

(2) Mengetahui peningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Tentang

Melafalkan Bunyi Vocal dan Konsonan dengan Metode Permainan Kucing

dan Tikus pada Siswa Kelas I SDN Temas 02 Batu.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat teoretis, penelitian ini dapat memperluas wawasan keilmuan

bidang studi Bahasa Indonesia, khususnya dalam hal pembelajaran melafalkan

bunyi vocal dan konsonan melalui permainan kucng dan tikus.

Secara praktis penelitian ini memiliki sejumlah manfaat, terutama bagi

guru, bagi siswa, bagi pemerhati pendidikan, dan bagi peneliti lain.

Bagi siswa penelitian ini dapat membantu siswa dalam memberikan

pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan untuk meningkatkan

prestasi dan motivasi belajar

Bagi guru pembelajaran ini dapat meningkatkan alternatif model

pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa

serta mengatasi problem pembalajaran terutama dalam melafalkan bunyi vocal

dan konsosnan siswa kelas 1


Bagi sekolah pembelajaran ini dapat memberikan masukan untuk

meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa dan sebagai sarana pemberdaya

untuk meningkatkan kreativitas guru.

1.5 Penegasan Istilah

Dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang perlu ditegaskan

maksudnya. Istilah-istilah tersebut disampaikan pada bagian berikut.

(1) Metode permainan kucing dan tikus

adalah suatu metode dimana ada yang berperan sebagai kucing dan ada pula

yang berperan sebagai tikus. Permainannya adalah si kucing mengejar si

tikus kemudian tikus yang tertangkap berubah menjadi kucing. Permainan

ini memerlukan ruangan/ halaman yang cukup luas, pertimbangkan dengan

kondisi alam di lingkungan dan yang terpenting jagalah keamanan dalam

segala permainan yang anda berikan. Permainan ini cocok untuk usia anak

5 – 7 tahun.

(2) Kemampuan melafalkan bunyi vocal dan konsonan

adalah kesanggupan siswa dalam melengkapi cerita sederhana dengan

bahasa tertentu sesuai deangan ejaan yang benar.

(3) Peningkatan prestasi

adalah terjadinya perubahan positif terhadap suatu interaksi yang terjadi

antara siswa dan guru, sumber belajar dan lingkungan mulai dari

prakegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini disampaikan kajian pustaka tentang (1) Pembelajaran

Bahasa Indonesia, (2) Belajar Bahasa Indonesia, (3) Metode permainan kucing

dan tikus, dan (4) Prestasi belajar

2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menulis adalah kemampuan berbahasa aktif-produktif yang digunakan

secara sadar oleh seorang penulis sebagai salah satu cara pengungkapan diri:

gagasan, emosi, dan pengalamannya. Melalui keterampilan ini penulis secara

sadar dapat merencanakan dan mengungkapkan apa yang dipikirkan dan

dirasakannya untuk dikomunikasikan kepada orang lain maupun pada diri

sendiri.

Suparno dan Yunus (2002) mengelompokkan tahapan menulis menjadi

tiga fase saja, yaitu (1) fase pramenulis atau persiapan, (2) fase penulisan atau

pengembangan isi karangan, dan (3) fase pascamenulis atau telaah dan revisi atau

penyempurnaan tulisan. Fase pramenulis merupakan tahap awal atau persiapan

untuk menulis. Fase pramenulis meliputi (a) memilih topik, (b) menetapkan

tujuan dan sasaran, (c) mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan,

serta (d) mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan.

Fase penulisan merupakan tahap penuangan gagasan dalam bentuk tulisan.

Dengan selesainya fase persiapan berarti penulis telah siap mengembangkan butir

demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan dengan memanfaatkan

bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan. Fase pascamenulis

merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan draf yang telah dihasilkan.

Kegiatan ini terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi) tulisan yang dapat

dilakukan dengan memusatkan perhatian pada gagasan yang ditulis. Kegiatan


yang dapat dilakukan dalam fase perevisian antara lain (a) membaca ulang draft

kasar, (b) berdiskusi dalam kelompok menulis, dan (c) menemukan kesalahan,

dan (d) mengoreksi kesalahan.

Pada siswa sekolah dasar khususnya kelas rendah materi menulis

dilakukan melalui kegiatan melengkapi cerita sederhana yang hal itu disesuaikan

dengan fase pola pikir mereka. Dan mengingat kembali bahwa perkembangan

usia anak di kelas rendah adalah operasional kongkrit, maka dari itu guru perlu

menyajikan materi dari hal-hal yang paling sederhana dan mudah dipahami oleh

siswa.

2.2 Belajar Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan sebuah tatanan yang terdiri dari sejumlah komponen

yang saling berkaitan, serta memiliki makna (Solhan TW. 2008). Belajar bahasa

Indonesia pada hakikatnya belajar berkomunikasi baik secara lisan maupun

tulisan. Dalam belajar bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang dapat

dikuasai yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, serta menulis.

2.3 Metode permainan kucing dan tikus

Kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah metode pembelajaran . Salah satu model pembelajaran yang efektif untuk

siswa kelas 1 adalah metode permainan

Menurut Mulyasa (2016:168) permainan ini melatih keterampilan fisik

motorik anak. Anak berlari, bermain kejar-kejaran, melompat dan sebagainya.

Selain itu anak juga dilatih untuk memecahkan masalah misalnya si kucing

berusaha mengejar tikus dengan berfikir dan tikus selalu memikirkan cara supaya

tidak tertangkap oleh si kucing.


Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan

tradisional Kucing dan Tikus dapat memberikan manfaat bagi anak diantaranya

melatih keterampilan fisik, motorik dan berfikir sportif.

Kucing dan tikus merupakan jenis permainan tanpa alat untuk usia 5 – 7

tahun, namun dalam PBM ini guru mempergunakan alat khusus berupa kartu

huruf untuk menyusun kata-kata dari huruf acak. Dalam permainan ini anak

diajak bermain peran, guru memberikan pengantar cerita pendek sebelum masuk

ke dalam permainan.

Adapun urutan kegiatan permainan kucing dan tikus adalah sebagai

berikut :

1. Wasit membagi peserta menjadi 2 regu sama besar, yaitu regu kucing dan regu

tikus.

2. Wasit menentukan peserta yang berperan sebagai tikus dan kucing.

3. Wasit mengatur rumah tikus. Susunan rumah tikus harus bervariasi. Agar tidak

terjadi kecurangan dalam menghalangi kucing mengejar tikus.

4. Permainan dimulai dengan posisi tikus di dalam lingkaran sedangkan kucing di

luar lingkaran dengan aba-aba dari wasit.

5. Kucing harus berusaha menangkap tikus dengan cara berusaha melewati atau

menerobos lingkaran gandengan tangan rumah tikus yang berusaha melindungi

tikus.

6. Yang bertugas sebagai tikus membawa kertas yang bertuliskan benda-benda

disekitar. Ada tulisan; B-o-l-a, k-u-d-a, m-a-t-a, s-a-p-u, t-o-p-i, b-a-j-u.

6. Jika kucing berhasil menangkap tikus, maka kucing harus melafalkan kata-

kata yang terdapat pada kertas dengan lantang, diikuti oleh siswa lain.
7. Peserta yang salah dalam melafalkan kata, atau melafalakn kurang lantang,

maka bertugas menjadi tikus, dan berhak menggantikan siswa sebelumnya.

Kelebihan permainan ini adalah mudah dilakukan serta melibatkan

banyak anak untuk bermain.

2.4 Hasil Belajar

Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh strategi dan perencanaan yang

dilakukan oleh guru. Strategi dan perencanaan yang dimaksud adalah bagaimana

guru memikirkan strategi dalam upaya mencapai hasil belajar yang sesuai dengan

program yang direncanakan. Untuk itu, guru perlu membuat model pembelajaran

yang dapat menjadikan suasana belajar siswa yang menyenangkan dan lebih

efektif. Harapannya adalah siswa aktif dalam kegiatan belajar dan tujuan

pembelajaran tercapai berupa hasil belajar siswa lebih meningkat.

Menurut Gagne (Supriyono,2009), hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yang kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara

spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan

aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Kemampuan ini meliputi kemampuan mengategorisasi,

kemampuan analitis sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-

prinsip keilmuan. Keterampilan ini merukapan kemampuan melakukan

kemampuan kognitif bersifat khas


3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak

jasamani

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan mewujudkan nilai-nilai sebagai standart perilaku

Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives

(Winkel, 1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif (berkaitan dengan daya piker, pengetahuan, dan

penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan

bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai

memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan

konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini

berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan,

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan

eveluasi. Pada siswa SMP diutamakan pada ranah pengetahuan,

pemahaman, dan penerapan.

Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang hal

yang telah dipejari, dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu


berkenaan dengan fakta, peristiwa, kaidah, prinsip, teori, dan rumus.

Pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan, digali pada saat

dibutuhkan dalam bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali

(recognition).

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan

arti dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami

sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi,

kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-

kata sendiri.

Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan

pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk

menghadapi situasi baru dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat

penerapan ini dapat diukur dari kemampuan menggunakan konsep,

prinsip, teori, dan metode untuk menghadapi masalah-masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik,

ketrampilan motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan

anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf

dan otot. Simpson (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah

psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan,

gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.


Sedangkan menurut Kibler, Barker, dan Miles (dalam Dimyati

dan Mudjiono, 1994:195-196) ranah psikomotor mempunyai taksonomi

berikut ini:

a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan

gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan,

dan ketepatan tubuh yang mencolok.

b. Ketepatan gerakan dikordinasikan, merupakan ketrampilan yang

berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan .

c. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan

mengadakan komunikasi tanpa kata

d. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang

berhubungan dengan komunikasi secara lisan Untuk kemampuan

berbicara, siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya

memilih dan menggunakan kata atau kalimat sehingga informasi,

ide, atau yang dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah

oleh pendengarnya.

3. Ranah Afektif

Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti

perasaan senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk

memilih apa yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam

belajar menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan,

baik objek itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak

dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang

wajar. Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah


afektif terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan

sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.Untuk ranah kognitif,

guru menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil tes yang

diberikan kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2.

Penilaian hasil belajar dalam penelitian ini mengacu pada

Standar Ketuntasan Minimum (SKM) yang ditetapkan oleh ketuntasan

belajar yang ditetapkan adalah 70 artinya setiap siswa yang mendapat

nilai kurang dari 70 maka siswa tersebut dinyatakan tidak lulus atau

belum tuntas sehingga perlu mendapat perbaikan. Sedangkan persentase

ketuntasan belajar kelas tercapai jika siswa yang mencapai ketuntasan

belajar lebih besar atau sama dengan 85%.


A. Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Temas 02 Kota

Batu, dengan obyek penelitian siswa kelas 1. Dipilihnya kelas 1 adalah karena

terdapat permasalahan rendahnya kemampuan membedakan huruf konsonan dan

vokal pada aspek membaca permulaan.

Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam 2 siklus, karena dalam

kemampuan mengenal huruf vokal dan konsonan pada anak usia 5-6 tahun

menjadi penting untuk dikembangkan. Hal ini terkait dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa keberhasilan membaca tidak dapat dipisahkan dari kesadaran

akan struktur bunyi dan kata-kata (Tadkiroatun Musfiroh, 2009: 16). Anak usia 3-

5 tahun yang memiliki kesadaran bunyi dan nama huruf yang menyusun kata

memiliki kemajuan membaca yang lebih baik daripada yang tidak (Tadkiroatun

Musfiroh, 2009: 11).

Sehingga pada siklus I ditekankan pada pengenalan huruf vokal,

sedangkan pada siklus II ditekankan pada pengenalan huruf konsonan. Kata yang

dikenalkan pada siswa kelas 1, adalah kata-kata yang berkaitan dengan benda-

benda yang ada di lingkungan sekitar.

B. Deskripsi Tiap Siklus

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Refleksi awal

Peneliti mulai melakukan identifikasi masalah-masalah

pembelajaran di kelas 1 SDN Temas 02 Kota Batu. Peneliti melakukan tanya


jawab dan diskusi untuk dapat menemukan permasalahan dalam pembelajaran

membaca permulaan.

Setelah permasalahan teridentifikasi, maka peneliti membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terkait peningkatan membedakan konsonan

dan vokal di SD Temas 02 Kota Batu. Adapun peran kolaborator dalam penelitian

ini adalah mengidentifikasi masalah bersama peneliti, mendiskusikan penerapan

permainan kucing dan tikus untuk membedakan konsonan dan vokal.

b. Merumuskan Permasalahan Secara Oprasional

Pada tahap ini peneliti merumuskan permasalahan yang muncul dalam

pembelajaran di kelas.

c. Merumuskan Hipotesis Tindakan

Rencana tindakan untuk menyelesaikan permasalahan rendahnya

keaktifan dan prestasi belajar siswa terhadap materi batuan adalah pembelajaran

dengan menggunakan multimedia interaktif CD Lab IPA Virtual dan kegiatan

praktikum. Diharapkan dengan menggunakan multimedia interaktif CD Lab IPA

Virtual dan kegiatan praktikum, akan meningkat keaktifan dan prestasi belajar

siswa. Hipotesis tindakan pada siklus I dirumuskan sebagai berikut: ” Melalui

pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif CD Lab Ipa Virtual,

maka keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VC SD Temas 02 Kota Batu

terhadap materi Batuan akan meningkat”

d. Menyusun Rencana Tindakan

Secara sistematis, rancangan yang dilakukan untuk melakukan

tindakan adalah:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan standart

kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan dicapai siswa serta sesuai

dengan rencana tindakan pada penelitian ini, yaitu:

Kegiatan awal:

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, doa, dan

memeriksa kehadiran siswa untuk siap belajar, serta menyiapkan media

dan sumber belajar.

b. Guru mengemukakan kompetensi yang akan dicapai, kegiatan-kegiatan

yang akan dilakukan, dan manfaat mempelajari proses pembentukan

batuan, jenis, ciri dan manfaat batuan.

Kegiatan inti:

a. Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, antara lain :

o Anak-anak tahukah kalian asal terbentuknya tanah?

Darimanakah asalnya tanah?

o Bagaimanakah proses terbentuknya tanah dari batuan?

o Tahukah kalian jenis-jenis batuan di bumi ini?

b.Elaborasi

o Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok

o Guru memutarkan CD IPA Virtual tentang jenis batuan

o Siswa menyimak tayangan CD tersebut, sambil menyusun peta konsep

yang telah dibagikan guru dalam LKS1

o Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mengelompokkan jenis

batuan, memberikan contoh dan menyebutkan fungsinya.


o Guru berkeliling untuk mengamati kerja tiap kelompok dan

memberikan penilain serta memberikan bantuan kepada kelompok

yang mengalami kesulitan

o Siswa memajang peta konsep yang telah dibuatnya.

o Secara berkelompok, siswa mengidentifikasi batuan yang telah

dikoleksinya berdasarkan bentuk, warna, permukaan, kekerasan dan

proses pembentukannya.

o Siswa mengisikan hasil identifikasinya pada tabel sesuai dengan LKS

2.

c. Konfirmasi

o Siswa memajangkan koleksi batuannya, dalam wadah mika dan

memberi label pada batuan tersebut.

Kegiatan Akhir

o Simpulan: menyimpulkan kegiatan pembelajaran dengan bertanya

jawab tentang jenis batuan dan kegunaanya, melalui kegiatan kuis.

o Evaluasi: dilakukan dengan memberikan soal tes berbentuk TTS .

o Refleksi; dilakukan dengan menanyakan apa saja yang telah dipelajari

hari ini, serta menanyakan adakah hal-hal yang menyenangkan dan

tidak menyenangkan dalam pembelajaran hari ini.

o Tindak lanjut: dilakukan dengan memberi tugas kepada siswa secara

individu untuk membuat koleksi batuan dirumah.

2) Menyiapkan lembar observasi bersama itemnya, atau berupa lembar deskripsi


3) Menyiapkan tes penilaian proses dan hasil yang sesuai dengan kompetensi

dasar yang ditetapkan.

4) Menyiapkan kunci jawaban dan skor item

5) Membagi siswa dalam kelompok, 1-4 siswa perkelompok.

6) Membuat petunjuk praktikum

7) Membicarakan rencana tindakan pada siswa

8) Menyiapkan teknik analisis data, yang sesuai dengan tujuan penelitian

9) Menyiapkan langkah-langkah untuk perbaikan pada siklus selanjutnya jika

ditemui ketidak tuntasan pembelajaran pada siklus I

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, peneliti menerapkan pembelajaran materi jenis batuan,

sesuai dengan RPP yang telah didiskusikan bersama kolaborator. Langkah-

langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

Kegiatan awal:

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, doa,

dan memeriksa kehadiran siswa untuk siap belajar, serta

menyiapkan media dan sumber belajar.

b. Guru mengemukakan kompetensi yang akan dicapai, kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan, dan manfaat mempelajari jenis

dan kegunaan batuan.


Kegiatan inti:

a. Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, antara lain :

o Anak-anak tahukah kalian asal terbentuknya tanah?

Darimanakah asalnya tanah?

o Bagaimanakah proses terbentuknya tanah dari batuan?

o Tahukah kalian jenis-jenis batuan di bumi ini?

b. Elaborasi

o Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok

o Guru memutarkan CD IPA Virtual tentang jenis batuan

o Siswa menyimak tayangan CD tersebut, sambil menyusun peta konsep

yang telah dibagikan guru dalam LKS1

o Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mengelompokkan jenis

batuan, memberikan contoh dan menyebutkan fungsinya.

o Guru berkeliling untuk mengamati kerja tiap kelompok dan

memberikan penilain serta memberikan bantuan kepada kelompok

yang mengalami kesulitan

o Siswa memajang peta konsep yang telah dibuatnya.

o Secara berkelompok, siswa mengidentifikasi batuan yang telah

dikoleksinya berdasarkan bentuk, warna, permukaan, kekerasan dan

proses pembentukannya.

o Siswa mengisikan hasil identifikasinya pada tabel sesuai dengan LKS

2.
c. Konfirmasi

o Siswa memajangkan koleksi batuannya, dalam wadah mika dan

memberi label pada batuan tersebut.

Kegiatan Akhir

o Simpulan: menyimpulkan kegiatan pembelajaran dengan bertanya

jawab tentang jenis batuan dan kegunaanya, melalui kegiatan kuis.

o Evaluasi: dilakukan dengan memberikan soal tes berbentuk TTS .

o Refleksi; dilakukan dengan menanyakan apa saja yang telah dipelajari

hari ini, serta menanyakan adakah hal-hal yang menyenangkan dan

tidak menyenangkan dalam pembelajaran hari ini.

o Tindak lanjut: dilakukan dengan memberi tugas kepada siswa secara

individu untuk membuat koleksi batuan dirumah.

Dari cuplikan RPP di atas, tampak bahwa tindakan yang dilakukan

untuk memperbaiki rendahnya minat dan prestasi belajar materi jenis batuan

adalah pembelajaran dengan menggunakan media interaktif CD Lab IPA virtual,

pembuatan peta konsep, kegiatan identifikasi batuan, dan pengerjaan evaluasi

dalam bentuk TTS.

3. Tahap Observasi
Pengamatan pada siklus ini dilakukan oleh peneliti dan kolaborator.

Kegiatan ini meliputi:

Pengamatan minat siswa selama pembelajaran berlangsung,

dengan indikator:

a. Keaktifan siswa dengan sub indikatornya;

1) Siswa mengerjakan tugas secara tepat (tepat waktu dan

hasil)

2) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru apabila ada

yang kurang memengerti serta menjawab pertanyaan yang

dilontarkan guru

3) Siswa mau berdiskusi dan bekerjasama dengan temannya

dalam mengerjakan tugas

4) Mencatat apa yang telah dipelajari

5) Siswa mau memperhatikan dan mengikuti pembelajaran

dengan baik. Keterangan: instrumen dan penentuan skor

dimodifikasi dari Akbar (2007).

4. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan secara terus menerus disamping bersamaan

dengan jalannya observasi, juga dilakukan setelah observasi. Hal-hal yang

direfleksikan meliputi semua temuan hasil pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti dan kolaborator.


Refleksi ini bertujuan untuk menemukan kelemahan-kelemahan

dan kekurangan-kekurangan terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan dan

dalam kerangka untuk mencari pemecahan dan penguatan penguatan terhadap apa

yang masih dipandang lemah dan kurang.

Pengalaman empirik dalam praktik pembelajaran yang terjadi pada

siklus I yang dilakukan guru menjadi dasar refleksi. Seperti apa kualitas RPP yang

dibuat dan dipraktikkan, langkah-langkah pembelajarannya, situasi

pembelajarannya, penilaiannya menjadi bahan refleksi untuk memperoleh

gagasan-gagasan perbaikan praktik pembelajaran pada siklus berikutnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan ini berupa data

prestasi belajar siswa dan keaktifannya. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari

hasil uji kompetensi materi batuan yang meliputi proses pembentukan batuan,

jenis, ciri dan manfaat batuan. Uji kompetensi ini dilakukan diakhir pembelajaran.

Disamping itu, prestasi belajar siswa juga diukur melalui penilaian proses, yang

dilakukan ketika siswa melakukan praktikum mengidentifikasi batuan.

Sedangkan data tentang keaktifan siswa diperoleh dengan cara

mengamati siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Yang diamati antara

lain, siswa mau mengerjakan tugas secara tepat (tepat waktu dan hasil), siswa mau

mengajukan pertanyaan kepada guru apabila ada yang kurang memengerti serta

menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru, siswa mau berdiskusi dan

bekerjasama dengan temannya dalam mengerjakan tugas, siswa mau mencatat apa

yang telah dipelajari, serta siswa mau memperhatikan dan mengikuti

pembelajaran dengan baik.


6. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian yang berupa prestasi belajar

digunakan soal uji kompetensi berupa TTS ( teka-teki silang) serta rubrik

penilaian proses kegiatan praktikum yang meliputi keaktifan dalam kerja

kelompok, kerjasama dalam kegiatan praktikum, ketepatan waktu dalam

menyelesaikan praktikum, serta ketepatan hasil praktikum.

Sedangkan untuk mengukur keaktifan siswa digunakan alat lembar

observasi. Observasi keaktifan siswa dilakukan secara klasikal, dan dihitung

jumlah siswa yang melakukan aktivitas sesuai deskriptor dalam persen.

7. Analisis Data

Data tentang prestasi belajar yang diperoleh dari nilai uji kompetensi

(Nilai Hasil atau NH) dan penilaian proses (NP), dijumlahkan dan dibagi dua. Jika

dirumuskan adalah sebagai berikut:

Keterangan:
NA = NP + NH
2
NA: Nilai akhir

NP: Nilai Proses

NH: Nilai Hasil

Untuk mengetahui ketuntasan belajar belajar ditiap siklus, maka nilai

akhir dari 38 siswa dijumlahkan dan di rata-rata. Selanjutnya dibandingkan

dengan SKM yang telah ditetapkan, yaitu 70. Jika nilai rerata nilai akhir dari 38

siswa berada diatas 70, maka pembelajaran dinyatakan tuntas. Sebaliknya jika

berada dibawah 70 nilai reratanya maka dinyatakan belum tuntas.

Sedangkan data yang berupa keaktifan siswa dianalisis dengan

menggunakan persentase. Jumlah siswa yang aktif dihitung secara klasikal dan
dipersentase dengan patokan, jika jumlah siswa yang menunjukkan aktivitas

seperti deskriptor berjumlah kurang dari 20% maka diwakili dengan skor 1 yang

berarti sangat kurang. Jika jumlah siswa antara 20-40% yang menunjukkan

aktivitas seperti deskriptor, maka diberi skor 2 yang berarti kurang. Lebih

lengkapnya ditulis secara simbolik sebagaimana berikut:

1 = Sangat kurang ( x < 20% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)

2 = Kurang ( 20% < X < 40% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada

deskriptor)

3 = Cukup (40% < X < 60% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)

4 = Baik (60% < X < 80% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)

5 = Sangat baik (80% < X < 100% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada

deskriptor)

Untuk mengetahui perubahan keaktifan siswa ditiap siklus, maka

jumlah skor tiap item atau deskriptor dijumlahkan dan di bagi 5 selanjutnya rerata

tersebut dibandingkan antara siklus I dan II.

SIKLUS II

Berikut ini terdapat beberapa hal yang direncanakan untuk diperbaiki

di siklus II:

a. Menyederhanakan RPP, tahap membuat peta konsep tidak dilakukan, karena

keterbatasan waktu pembelajaran yang tersedia

b. Mencobakan penggunaan media interaktif CD Lab IPA virtual secara

bergantian. Tiap siswa mengikuti tahapan pembelajaran dengan

menggunakan media tersebut secara bergiliran


c. Mengulang kegiatan identifikasi batuan dengan merubah petunjuk

praktikum.

d. Merubah komposisi kelompok, sesuai keinginan siswa.

e. Merubah alur pembelajaran dengan cara penanaman konsep terlebih dahulu.

f. Memberi penghargaan pada siswa yang menyelesaikan tugas tepat waktu

dengan memberikan hadiah permen.

Setelah peneliti melakukan refleksi pada siklus I, peneliti menyusun

rencana siklus II dengan melanjutkan tujuan pembelajaran yang telah disusun.

Peneliti mencatat permasalahan-permasalahan pada siklus I agar tidak terulang

pada siklus II.

1. Perencanaan

a. Refleksi awal

Pada tahap ini, dilakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran di siklus

I. Dari hasil observasi pembelajaran di siklus I dan hasil Uji kompetensinya,

dianalisis untuk diperbaiki di siklus II.

b. Merumuskan Permasalahan Secara Oprasional

Permasalahan yang muncul dari hasil analisis pembelajaran di siklus I,

adalah masih rendahnya prestasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran materi batuan. Terdapatnya permasalahan dalam pembelajaran


tersebut, menyebabkan dilakukan pembelajaran sebagai langkah perbaikan di

siklus II.

c. Merumuskan Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada siklus II adalah: ”Melalui Penggunaan

multimedia Interaktif CD Lab Ipa Virtual dan kegiatan praktikum, maka prestasi

belajar dan keaktifan siswa akan meningkat”.

d. Menyusun Rencana Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan pada

siklus II antara lain:

1) Pembuatan RPP untuk siklus II

2) Menyiapkan LKS untuk kegiatan praktikum batuan

3) Menyiapkan soal uji kompetensi berupa tes tulis

4) Menyiapkan media pembelajaran berupa multimedia interaktif

Lab Ipa Virtual.

5) Menyiapkan angket.

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Siklus II dilaksanakan dengan penerapan RPP, pembelajaran

merupakan upaya perbaikan dan penyempurnaan dari siklus I. Tindakan yang

dilakukan pada siklus II adalah sesuai dengan rancangan pembelajaran sebagai

berikut:

Pertemuan I

Kegiatan awal:
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, doa, dan memeriksa

kehadiran siswa untuk siap belajar, serta menyiapkan media dan sumber

belajar.

b. Guru mengemukakan kompetensi yang akan dicapai, kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan, dan manfaat mempelajari jenis dan kegunaan batuan.

c. Guru menanyakan kesulitan yang dialami siswa pada pemebelajaran

sebelumnya

Kegiatan inti:

a. Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, antara lain :

o Anak-anak tahukah kalian apa bedanya batu jenis beku,

endapan, dan metamorf?

o Bagaimanakah proses terbentuknya batuan beku?

o Bagaimana pula proses terbentuknya batuan endapan dan

metamorf?

o Batu yang ibu tunjukkan ini jenis apa? (sambil menunjukkan

batu apung)

o Apa pula manfaatnya?

b. Elaborasi

o Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok

o Guru melakukan penanaman konsep, perbedaan jenis batuan berdasarkan

ciri yang tampak.

o Siswa mencatat penjelasan guru.


o Siswa melakukan diskusi kelas dan tanya jawab mengenai perbedaan jenis

batuan.

o Melalui kegiatan kelompok, siswa melakukan kegiatan praktikum untuk

mengidentifikasi jenis batuan. Setelah dibagikan LKS dan alat praktikum.

o Guru berkeliling untuk mengamati kerja tiap kelompok dan memberikan

penilain serta memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami

kesulitan

o Siswa memajang hasil praktikumnya.

c. Konfirmasi

o Siswa memajangkan koleksi batuannya, dalam wadah mika dan

memberi label pada batuan tersebut.

Kegiatan Akhir

o Simpulan: menyimpulkan kegiatan pembelajaran dengan bertanya

jawab tentang jenis batuan dan kegunaanya, melalui kegiatan kuis.

o Evaluasi: dilakukan dengan tanya jawab secara lisan.

o Refleksi; dilakukan dengan menanyakan apa saja yang telah dipelajari

hari ini, serta menanyakan adakah hal-hal yang menyenangkan dan

tidak menyenangkan dalam pembelajaran hari ini.


o Tindak lanjut: dilakukan dengan memberi tugas kepada siswa untuk

mencatat benda-benda yang dibuat dari bahan batu yang ada

dilingkungan mereka.

Pertemuan II

Kegiatan awal:

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, doa, dan memeriksa

kehadiran siswa untuk siap belajar, serta menyiapkan media dan sumber

belajar.

b. Guru mengemukakan kompetensi yang akan dicapai, kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan, dan manfaat mempelajari jenis dan kegunaan batuan.

c. Guru menanyakan kesulitan yang dialami siswa pada pembelajaran

sebelumnya

Kegiatan inti:

a. Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, antara lain :

o Anak-anak bagaimana menurut kalian jika belajar materi

batuan melalui komputer?

o Pernahkah kalian melakukannya?, belajar tentang apa?

o Guru menggali pengalaman siswa dalam belajar melalui

multimedia interaktif.

b. Elaborasi
o Guru memanggil siswa secara satu persatu, untuk

mencoba penggunaan multimedia interaktif CD Lab

IPA Virtual.

o Siswa menggunakan media tersebut untuk mempelajari

konsep batuan.

o Siswa melakukan game untuk menguji kemampuan

mereka dengan menggunakan multimedia tersebut

o Guru melakukan pengamatan keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran

c. Konfirmasi

o Siswa membuat rangkuman pembelajaran dari hasil

belajar dengan menggunakan multimedia tersebut

dalam bentuk peta konsep.

Kegiatan Akhir

o Simpulan: menyimpulkan kegiatan pembelajaran

o Evaluasi: dilakukan dengan uji kompetensi secara tulis.

o Refleksi: dilakukan dengan menanyakan apa saja yang telah dipelajari

hari ini, serta menanyakan adakah hal-hal yang menyenangkan dan

tidak menyenangkan dalam pembelajaran hari ini.

o Tindak lanjut: dilakukan dengan memberi tugas, langkah yang dapat

dilakukan untuk melakukan perlindungan terhadap batuan di alam

yang menjadi terbatas jumlahnya.


3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan ini berupa data

prestasi belajar siswa dan keaktifannya. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari

hasil uji kompetensi materi batuan yang meliputi proses pembentukan batuan,

jenis, ciri dan manfaat batuan. Uji kompetensi ini dilakukan diakhir pembelajaran.

Disamping itu, prestasi belajar siswa juga diukur melalui penilaian proses, yang

dilakukan ketika siswa melakukan praktikum mengidentifikasi batuan.

Data tentang keaktifan siswa diperoleh dengan cara mengamati siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Yang diamati antara lain, siswa mau

mengerjakan tugas secara tepat (tepat waktu dan hasil), siswa mau mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada yang kurang memengerti serta menjawab

pertanyaan yang dilontarkan guru, siswa mau berdiskusi dan bekerjasama dengan

temannya dalam mengerjakan tugas, siswa mau mencatat apa yang telah

dipelajari, serta siswa mau memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan

baik.

4. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian yang berupa prestasi belajar

digunakan soal uji kompetensi berupa soal obyektif dengan jumlah 10 soal, serta

rubrik penilaian proses kegiatan praktikum yang meliputi keaktifan dalam kerja

kelompok, kerjasama dalam kegiatan praktikum, ketepatan waktu dalam

menyelesaikan praktikum, serta ketepatan hasil praktikum.

Sedangkan untuk mengukur keaktifan siswa digunakan alat lembar

observasi. Observasi keaktifan siswa dilakukan secara klasikal, jumlah siswa yang

melakukan aktivitas seperti deskriptor dihitung persentasenya dari 38 siswa. Jika


terdapat 19 siswa yang melakukan aktivitas seperti deskriptor, maka dinyatakan

sebagai 50% siswa.

5. Analisis Data

Data tentang prestasi belajar diperoleh dari penjumlahan penilaian

proses dan hasil pembelajaran yang dibagi dua. Jika dirumuskan adalah sebagai

berikut:

Keterangan:
NA = NP + NH
2
NA: Nilai akhir

NP: Nilai Proses

NH: Nilai Hasil

Untuk mengetahui ketuntasan belajar belajar ditiap siklus, maka nilai

akhir dari 38 siswa dijumlahkan dan di rata-rata. Selanjutnya dibandingkan

dengan SKM yang telah ditetapkan, yaitu 70. Jika nilai rerata nilai akhir dari 38

siswa berada diatas 70, maka pemebelajaran dinyatakan tuntas. Sebaliknya jika

berada dibawah 70 nilai reratanya maka dinyatakan belum tuntas.

Sedangkan data yang berupa keaktifan siswa dianalisis dengan

menggunakan presentase. Jumlah siswa yang aktif dihitung secara klasikal dan

dipersentase dengan patokan, jika jumlah siswa yang menunjukkan aktivitas

seperti deskriptor berjumlah kurang dari 20% maka diwakili dengan skor 1 yang

berarti sangat kurang. Jika jumlah siswa antara 20-40% yang menunjukkan

aktivitas seperti deskriptor, maka diberi skor 2 yang berarti kurang. Lebih

lengkapnya ditulis secara simbolik sebagaimana berikut:

1 = Sangat kurang ( x < 20% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)
2 = Kurang ( 20% < X < 40% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada

deskriptor)

3 = Cukup (40% < X < 60% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)

4 = Baik (60% < X < 80% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada deskriptor)

5 = Sangat baik (80% < X < 100% siswa menunjukkan aktivitas seperti pada

deskriptor)

Untuk mengetahui perubahan keaktifan siswa ditiap siklus, maka

jumlah skor tiap item atau deskriptor dijumlahkan dan di bagi 5 selanjutnya rerata

tersebut dibandingkan antara siklus I dan II.

6. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan secara terus menerus disamping bersamaan

dengan jalannya observasi, juga dilakukan setelah observasi. Hal-hal yang

direfleksikan meliputi semua temuan hasil pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti dan kolaborator.

Refleksi ini bertujuan untuk menemukan kelemahan-kelemahan

dan kekurangan-kekurangan terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan dan

dalam kerangka untuk mencari pemecahan dan penguatan penguatan terhadap apa

yang masih dipandang lemah dan kurang.

Pengalaman empirik dalam praktik pembelajaran yang terjadi pada

siklus II yang dilakukan guru menjadi dasar refleksi. Seperti apa kualitas RPP

yang dibuat dan dipraktikkan, langkah-langkah pembelajarannya, situasi

pembelajarannya, penilaiannya menjadi bahan refleksi untuk memperoleh

gagasan-gagasan perbaikan praktik pembelajaran pada siklus berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai