Anda di halaman 1dari 15

Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) untuk SMP Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia
Bagi anda yang menginginkan file PTK SMP Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP EDIT dari cover sampai daftar pustaka
untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat menghubungi kami di: 0856 4754 7215

Sekali lagi, PTK ini bersifat hanya REFERENSI atau CONTOH saja karena kami tidak
mendukung PLAGIAT.

Berikut contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) SMP Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia.

Contoh Proposal PTK untuk SMP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


ABSTRAK

Masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru yang kurang
menentukan dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai, sehingga pembelajaran yang
dilakukan di Kelas VII-A SMPN ………. ………. dalam menulis sebuah puisi bebas kurang
efektif. Berdasarkan permasalahan diatas peneliti mencoba melakukan suatu tindakan
pembaharuan dengan menggunakan suatu media pembelajaran yaitu media Teknik
Permainan Bahasa. Diharapkan dengan adanya media pembelajaran seperti ini dapat
meningkatkan kemampuan atau hasil belajar siswa dalam menulis puisi. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui apakah media Teknik Permainan Bahasa dapat meningkatkan
kemampuan menulis puisi siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan rincian kegiatan setiap
pertemuan sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik permainan bahasa dapat meningkatkan
kemampuan menulis puisi siswa di Kelas VII-A SMPN ………. ………. pada sub pokok
bahasan menulis puisi bebas. Hal ini dapat dilihat dari data berikut :

Contoh Proposal PTK untuk SMP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan
kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik
dan benar. Pada hakekatnya pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam
kepekaan perasaan siswa. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka dapat
meningkatkan minat baca terhadap karya sastra, karena dengan mempelajari sastra siswa
diharapkan dapat menarik berbagai manfaat dari kehidupannya. Maka dari itu seorang guru
harus dapat mengarahkan siswa memiliki karya sastra yang sesuai dengan minat dan
kematangan jiwa mereka. Berbagai upaya dapat dilakukan salah satunya dengan memberikan
tugas untuk membuat karya sastra yaitu menulis puisi.

Keterampilan menulis puisi perlu ditanamkan pada siswa di Sekolah Menengah Pertama,
sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik.
Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman
puisi, melainkan mempertajam kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan anak terhadap
masalah kemanusiaan. Dalam pembelajaran menulis puisi di Sekolah Menengah Pertama
masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan, hal ini yang berkaitan dengan ketepatan
penggunaan model atau media dalam pembelajaran sastra dalam menulis puisi. Demikian
pula dengan permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran menulis puisi di kelas
VII-A Sekolah Menengah Pertama Negeri Siderejo Lor 05, selama ini kurang menunjukan
kemampuan yang sesungguhnya dimiliki siswa. Penulis menemukan beberapa permasalahan
yang timbul dari guru maupun murid. Hal ini diperoleh melalui pengalaman penulis saat
melakukan kegiatan PPL di Sekolah Menengah Pertama Negeri …………. …………..

Dalam pembelajaran menulis puisi ini guru hanya membacakan salah satu puisi dalam buku
paket, menjelaskan cara tentang menulis puisi, dan menyuruh siswa untuk menuliskan puisi
tersebut lalu guru menugaskan siswa untuk membuat sebuah puisi serta membacakannya di
depan kelas. Sedangkan siswa tidak diberi rangsangan atau motivasi yang mampu
membangkitkan imajinasi siswa dalam memperoleh kata-kata yang tepat. Pastinya
pembelajaran tersebut sangat kurang menggembirakan bagi siswa, di sini terkesan tidak
adanya aktivitas dan kreatifitas siswa dalam menulis puisi. Ketika penulis memberikan tugas
pada siswa untuk menulis puisi dengan kata-kata atau bahasanya sendiri, siswa terlihat
kesulitan dalam menyusun kata-kata dengan bahasanya sendiri, hal itu disebabkan karena
selama pembelajaran Bahasa Indonesia sebelumnya mereka tidak pernah memperhatikan
bahasa yang sesuai dan tepat dalam menuliskan puisi.

Melihat dari kondisi tersebut, akhirnya penulis mempunyai ide untuk memperbaiki
pembelajaran tersebut dengan menggunakan Teknik Permainan Bahasa dalam pembelajaran
menulis puisi di kelas VII-A, karena bermain bagi anakanak tak ubahnya seperti berkerja bagi
orang dewasa. Bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan kenikmatan yang akan
menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. Waktu untuk anak – anak bermain tidak jauh
berbeda dengan waktu untuk bekerja orang dewasa. Usia siswa SMP merupakan usia yang
paling kreatif dalam hidup manusia. Anak-anak merupakan makhluk yang unik sehingga
dalam pembelajaran mereka tidak harus merasa terpenjara.

1.2 Identifikasi Masalah

Bidang kajian yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai media pembelajaran,
dengan fokus yang berkaitan pada Penggunaan Teknik Permainan Bahasa Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa di Kelas VII-A Sekolah Menengah Pertama.
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah media pembelajaran yang dapat
membangkitkan semangat siswa dalam belajar membuat puisi kurang diterapkan sehingga
siswa kurang aktif, tidak kreatif dan kurang termotivasi.

1.3 Batasan Masalah


Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan atau hasil belajar siswa dalam menulis puisi.

Contoh Proposal PTK untuk SMP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Teknik Permainan Bahasa

1. Pengertian Teknik

Teknik dapat diarikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
sesuatu secara spesifik, seperti teknik pembelajaran. Teknik Pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif
banyak membutuhkan teknik tersendiri.

2. Hakikat Permainan

Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunia, dari apa yang tidak dikenali
sampai apa yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuat sampai mampu melakukan.
“Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi anak seperti halnya kebutuhan
terhadap makanan bergizi dan kesehatan untuk pertumbuhannya” (Padmonodewo: 2002).
Cohen (1993) juga menganggap bahwa “Bermain merupakan pengalaman belajar”. Bermain
bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan
sehari-hari.

Berkaitan dengan permainan Pellegrini dan Saracho, (1996:3) permainan memiliki sifat
sebagai berikut:

1. Permainan dimotivasi secara personal, karena memberin rasa kepuasan.


2. pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada
tujuannya.
3. Aktivitas permainan dapat bersifat non literal.
4. Permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-
aturan yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya.
5. Permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemainnya.

Menurut Framberg (dalam Berky, 1995)“Permainan merupakan aktivitas

yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk pengandaian
misalnya bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna”. Dalam hal ini permainan
dapat menghubungkan pengalaman – pengalaman menyenangkan atau mengasyikkan,
bahkan ketika siswa terlibat dalam permainan secara serius dan menegangkan sifat sukarela
dan motivasi datang dari dalam diri siswa sendiri secara spontan.

3. Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa menurut Alwasilah (1993: 82-89) dijelaskan dalam uraian berikut:
1. Bahasa itu sistematik

Sistematik artinya beraturan atau berpola. Bahasa memiliki sistem bunyi dan sistem makna
yang beraturan. Dalam hal bunyi, tidak sembarangan bunyi bisa dipakai sebagai suatu simbol
dari suatu rujukan (referent) dalam berbahasa. Bunyi mesti diatur sedemikian rupa sehingga
terucapkan. Kata panggilaln tidak mungkin muncul secara alamiah, karena tidak ada vokal di
dalamnya. Kalimat Pagi ini Faris pergi ke kampus, bisa dimengarti karena polanya sitematis,
tetapi kalau diubah menjadi Pagi pergi ini kampus ke Faris tidak bisa dimengarti karena
melanggar sistem.

2. Bahasa itu manasuka (Arbitrer)

Manasuka atau arbiter adalah acak , bisa muncul tanpa alasan. Kata-kata (sebagai simbol)
dalam bahasa bisa muncul tanpa hubungan logis dengan yang disimbolkannya.

3. Bahasa itu vokal

Vokal dalam hal ini berarti bunyi. Bahasa mewujud dalam bentuk bunyi. Kemajuan teknologi
dan perkembangan kecerdasan manusia memang telah melahirkan bahasa dalam wujud tulis,
tetapi sistem tulis tidak bisa menggantikan ciri bunyi dalam bahasa. Sistem penulisan
hanyalah alat untuk menggambarkan arti di atas kertas, atau media keras lain. Lebih jauh lagi,
tulisan berfungsi sebagai pelestari ujaran. Lebih jauh lagi dari itu, tulisan menjadi pelestari
kebudayaan manusia. Kebudayaan manusia purba dan manusia terdahulu lainnya bisa kita
prediksi karena mereka meninggalkan sesuatu untuk dipelajari. Sesuatu itu antara lain
berbentuk tulisan. Realitas yang menunjukkan bahwa bahasa itu vokal mengakibatkan telaah
tentang bahasa (linguistik) memiliki cabang kajian telaah bunyi yang disebut dengan istilah
fonetik dan fonologi.

4. Bahasa itu simbol

Simbol adalah lambang sesuatu, bahasa juga adalah lambang sesuatu. Titik-titik air yang
jatuh dari langit diberi simbol dengan bahasa dengan bunyi tertentu. Bunyi tersebut jika
ditulis adalah hujan. Hujan adalah simbol linguistik yang bisa disebut kata untuk
melambangkan titiktitik air yang jatuh dari langit itu. Simbol bisa berupa bunyi, tetapi bisa
berupa goresan tinta berupa gambar di atas kertas. Gambar adalah bentuk lain dari simbol.
Potensi yang begitu tinggi yang dimiliki bahasa untuk menyimbolkan sesuatu menjadikannya
alat yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya
jika manusia tidak memiliki bahasa, betapa sulit mengingat dan menkomunikasikan sesuatu
kepada orang lain.

4. Bahasa itu mengacu pada dirinya

Sesuatu disebut bahasa jika ia mampu dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.
Binatang mempunyai bunyi-bunyi sendiri ketika bersama dengan sesamanya, tetapi bunyi-
bunyi yang meraka gunakan tidak bisa digunakan untuk membelajari bunyi mereka sendiri.
Berbeda dengan halnya bunyi-bunyi yang digunakan oleh manusia ketika berkomunikasi.
Bunyi-bunyi yang digunakan manusia bisa digunakan untuk menganalisis bunyi itu sendiri.
Dalam istilah linguistik, kondisi seperti itu disebut dengan metalaguage, yaitu bahasa bisa
dipakai untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Linguistik menggunakan bahasa untuk
menelaah bahasa secara ilmiah.
4. Bahasa Itu Manusiawi

Bahasa itu manusiawi dalam arti bahwa bahwa itu adalah kekayaan yang hanya dimiliki umat
manusia. Manusialah yang berbahasa sedangkan hewan dan tumbuhan tidak. Para ahli biologi
telah

membuktikan bahwa berdasarkan sejarah evolusi, sistem komunikasi binatang berbeda


dengan sistem komunikasi manusia, sistem komunikasi binatang tidak mengenal ciri bahaya
manusia sebagai sistem bunyi dan makna. Perbedaan itu kemudian menjadi pembenaran
menamai manusia sebagai homo loquens atau binatang yang mempunyai kemampuan
berbahasa. Karena sistem bunyi yang digunakan dalam bahasa manusia itu berpola maka
manusia pun disebut homo grammaticus, atau hewan yang bertata bahasa.

7) Bahasa itu komunikasi

Fungsi terpenting dan paling terasa dari bahasa adalah bahasa sebagai alat komunikasi dan
interakasi. Bahasa berfungsi sebagai alat memperaret antar manusia dalam komunitasnya,
dari komunitas kecil seperti keluarga, sampai komunitas besar seperti negara. Tanpa bahasa
tidak mungkin terjadi interaksi harmonis antar manusia, tidak terbayangkan bagaimana
bentuk kegiatan sosial antar manusia tanpa bahasa. Komunikasi mencakup makna
mengungkapkan dan menerima pesan, caranya bisa dengan berbicara, mendengar, menulis,
atau membaca. Komunikasi itu bisa beralangsung dua arah, bisa pula searah. Komunikasi
tidak hanya berlangsung antar manusia yang hidup pada satu jaman, komunikasi itu bisa
dilakukan antar manusia yang hidup pada jaman yang berbeda, tentu saja meskipun hanya
satu arah. Nabi Muhammad SAW telah meninggal pada masa silam, tetapi ajaranajarannya
telah berhasil dikomunikasikan kepada umat manusia pada masa sekarang. Melalui buku,
para pemikir sekarang bisa mengkomunikasikan pikirannya kepada para penerusnya yang
akan lahir di masa datang. Itulah bukti bahwa bahasa menjadi jembatan komunikasi antar
manusia.

4. Pengertian Teknik Permainan Bahasa

Teknik permainan bahasa termasuk dalam kategori media yang terdiri atas paduan suara dan
gerak. Sesuai dengan klasifikasi tersebut, permainan bahasa merupakan kelompok media
pembelajaran bahasa. Teknik ini merupakan media yang hampir-hampir tidak memerlukan
hardware, akan tetapi memerlukan aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa.

Untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam bidang kebahasaan, dapat ditempuh
melalui berbagai permainan. Permainan-permaian yang berfungsi untuk melatih keterampilan
dalam bidang kebahasaan itulah yang dinamakan permainan bahasa. Dalam kehidupan
sehari-hari, permainan semacam itu sudah sering dilakukan. Akan tetapi pada umumnya
hanya merupakan kegiatan pengisi waktu luang saja.

Tujuan permainan bahasa menurut Soeparno (1980: 60) yaitu untuk memperoleh
kegembiraan dan memperoleh keterampilan tertentu dalam bidang kebahasaan. Apabila ada
jenis permainan namun tidak ada keterampilan kebahasaan yang dilatihkan, maka permainan
tersebut bukanlah permainan bahasa.

Permainan bahasa adalah suatu bentuk permainan yang sengaja dilakukan dengan melibatkan
unsur bahasa. Unsur bahasa dapat mencakup ranah yang mana saja. Permainan bahasa juga
meliputi keterampilan berbahasa yang dapat difokuskan ke bidang tertentu. Teknik yang
dapat membuat kelas menjadi aktif adalah teknik impact yang menggunakan benda,
partisipasi aktif siswa, kursi, dan gerakan.

Berikut ini beberapa permainan bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran bahasa:

1) Permainan Bahasa MENYIMAK

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan menyimak anak. Beberapa


bentuknya antara lain: Dengar-Ucap; Dengar-Tiru; Dengar-Gaya; Pesan Berantai; Dengar
Cerita.

2. Permainan Bahasa BERBICARA

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan berbicara anak untuk


mengucapkan kata dan menyusun kalimat secara lebih tepat. Contohnya: Aku minta, Aku
Tanya, Cerita berpasangan, Tebak aku, Main Peran/Sosiodrama.

2. Permainan Bahasa MEMBACA

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan membaca anak. Contohnya: Tebak
Huruf; Pancing Huruf; Aku Tahu.

2. Permainan Bahasa MENULIS

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan menulis, tetapi masih sangat
terbatas. Misalnya: Tebak Huruf, Cetak Huruf.

Ada beberapa faktor-faktor yang menentukan permainan bahasa adalah sebagai berikut:

1. Situasi dan Kondisi

Sebenarnya dalam situasi apapun dan dalam kondisi apapun permainan bahasa dapat saja
dilakukan. Akan tetapi agar berdayaguna tinggi, hendaknya pelaksanaan permainan bahasa
tersebut selalu memperhatikan faktor situasi dan kondisi.

2. Peraturan Permainan

Setiap permainan mempunyai aturan masing-masing. Peraturan tersebut hendaknya jelas dan
tegas serta mengatur langkah-langkah permainan yang harus ditempuh maupun cara
menilainya. Apabila aturan kurang jelas dan tegas, maka tidak mustahil akan menimbulkan
kericuhan di dalam kelas. Setiap pemain harus memahami, menyetujui, dan mentaati benar-
benar peraturan itu. Guru sebagai pemimpin permainan mempunyai kewajiban untuk
menjelaskan peraturan-peraturan yang harus ditaati sebelum permainan dilaksanakan.

3. Permainan

Terkait ketentuan dengan pemain, permainan dapat berjalan dengan baik, jika para pemain,
dalam hal ini siswa, mempunyai sportivitas yang tinggi. Selain itu, keseriusan, kekuatan, dan
keterlibatan aktif pemain juga sangat dibutuhkan agar permainan dapat berjalan dengan baik.
4) Peminpin Permainan atau Wasit

Pemimpin permainan atau wasit, dalam hal ini guru, harus mempunyai wibawa, tegas, adil,
serta dapat memutuskan permasalahan dengan cepat, serta menguasai ketentuan permainan
dengan baik. Selain guru, wasit dalam sebuah permainan dapat juga dipilih dari perwakilan
siswa yang dianggap mampu.

Beberapa kelebihan dan kekurangan pada penggunaan teknik permainan bahasa yaitu sebagai
berikut:

1. Kelebihan teknik permainan bahasa

Adapun kelebihan dari permainan bahasa di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Permainan
bahasa merupakan salah satu media pembelajaran yang berkadar CBSA tinggi. (2) Dapat
mengurangi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. (3) Dengan adanya
kompetisi antarsiswa, dapat menumbuhkan semangat siswa untuk lebih maju. (4) Permainan
bahasa dapat membina hubungan kelompok dan mengembangkan kompetensi sosial siswa.
(5) Materi yang dikomunikasikan akan mngesankan di hati siswa sehingga pengalaman
keterampilan yang dilatihkan sukar dilupakan.

2. Kekurangan teknik permainan bahasa

Ada juga kekurangan dalam pelaksanaan permainan bahasa, diantaranya adalah sebagai
berikut: (1) Jumlah siswa yang terlalu besar menyebabkan kesukaran untuk melibatkan
semua siswa dalam permainan. (2) Pelaksanaan permainan bahasa biasanya diikuti gelak
tawa dan sorak sorai siswa, sehingga dapat menganggu pelaksanaan pembelajaran di kelas
yang lain. (3) Tidak semua materi dapat dikomunikasikan melalui permainan bahasa. (4)
Permainan bahasa pada umumnya belum dianggap sebagai program pembelajaran bahasa,
melainkan hanya sebagai selingan saja.

2.1.2 Kemampuan Menulis Puisi

Kemampuan menulis merupakan sebuah frasa yang berasal dari dua kata yakni kemampuan
dan menulis. Kedua kata tersebut jelas memiliki makna tersendiri tanpa ada kaitan sama
sekali. Akan tetapi, ketika kedua kata tersebut menjadi satu kesatuan maka menimbulkan
makna yang sedikit banyaknya menjadi saling berhubungan dan berkaitan.

1. Pengertian Kemampuan

Dalam KBBI (2005:707) kemampuan diartikan sebagai kesanggupan; kecakapan. Hal ini
berarti bahwa kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu merupakan kecakapan
orang tersebut dalam mengerjakan hal tersebut.

2. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan


berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara,
dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan
kemampuan yang tidak penting. Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus
dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Tarigan (2008:3)
mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Selain itu, ia juga mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif. Sementara itu, Lado dalam ahmadi (1990:28) mengemukakan bahwa menulis
adalah meletakan atau mengatur simbol – simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu
bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol – simbol grafis itu
sebagai bagian penyajian satuan – satuan ekspresi bahasa. Tarigan (2008:3) menyimpulkan
bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.Dalam
KBBI (2005:1219) secara singkat menulis berarti (1) membuat huruf atau angka dan
sebagainya dengan menggunakan pena, pensil, kapur, dan sebagainya; (2) melahirkan pikiran
atau perasaan seperti mengarang dan membuat surat dengan tulisan; (3) menggambar; (4)
membatik.

Menulis yang merupakan suatu kegiatan ini jelas bukanlah sekedar penguasaan materi atau
teori tentang menulis itu sendiri. Akan tetapi, menulis merupakan sebuah keterampilan dan
kemampuan dalam mengimplementasikan ide kedalam sebuah tulisan.

Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa “menulis dapat diartikan sebagai
kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media
penyampai”. Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
“menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan
perasaan”. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan
pendapatnya mengenai menulis yaitu: “meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang
dimengerti orang lain”. Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil.
Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah
tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) “menulis merupakan keterampilan
yang sukar dan kompleks”. Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) “writing is one
of the most important things you do in college”. Menulis merupakan salah satu hal paling
penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan
yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah.
Pengertian menulis diungkapkan juga oleh Barli Bram (2002: 7) “in principle, to write means
to try to produce or reproduce writen message”. Barli Bram mengartikan menulis sebagai
suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah ada. Menurut Eric Gould,
Robert Di Yanni, dan William Smith (1989: 18) menyebutkan “writing is a creative act, the
act of writing is creative because its requires to interpret or make sense of something: a
experience, a text, an event”. Menulis adalah perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif karena
membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah pengalaman, tulisan, peristiwa.
M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah “suatu
proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan”. Burhan
Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa “menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu
aktivitas menghasilkan bahasa”.

Report this ad

Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141) “merupakan kegiatan
menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis,
menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan
jelas”. St. Y. Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan pendapatnya tentang menulis yaitu
“kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks”.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.2. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

3.2.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanankan untuk
memecahkan suatu masalah yang ditimbulkan, kemudian adanya upaya perbaikan yang
dilakukan untuk suatu peningkatan hasil belajar siswa.

Mcniff 1992, dalam Harun Rasyid dkk (2009: 7) dengan tegas mengatakan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran.

Rustam dan Mundiarto 2004, dalam Harun Rasyid dkk (2009: 9) mendefinisikan penelitian
tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan jalan
merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat.

Berdasarkan dua pernyataan diatas maka penelitian tindakan kelas merupakan tindakan
penelitian terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan dikelas dalam upaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi, memperbaiki kinerja guru, dan
memecahkan suatu permasalahan yang ditemukan dikelas. Dengan penelitian tindadakan
kelas guru dapat merefleksikan hasilnya dan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas juga adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya baik
antara guru dan sekolah, guru dan dosen maupun mahasiswa dan guru, sehingga adanya
partisipasi ini diharapkan mampu memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran.

3.2.2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMPN …….. …….. yang berjumlah
44 siswa.

3.2.3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-A SMPN …….. …….. yang
berjumlah 44 siswa.

3.2.4. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SMP Negeri …….. …….. beralamatkan di
Jln. ………….., ……… Status SMP …….. …….. sampai sekarang berstatus Negeri sesuai
dengan No. SK Pendirian/Tahun : 421.2/008385/97 Tgl 29-12-1997 yang berdiri di atas tanah
seluas 2625 m2, cabang Dinas Pendidikan Kecamatan …………Kota ……… Kelas yang
digunakan adalah kelas VII-A dengan jumlah siswa sebanyak 44 anak.. Dengan beberapa
pertimbangan dan alasan, peneliti menentukan penggunakan waktu penelitian selama
pertengahan bulan Maret hingga pertengahan bulan April pada semester II Tahun Ajaran
2011/2012.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah
variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas (X) : Teknik Permainan Bahasa.

Variabel terikat (Y) : Kemampuan Menulis Puisi.

3.4. Rencana Tindakan

Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Menurut Kemmis dan McTaggart dalam
Suharsimi Arikunto (2006:84) “pelaksanaan tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) meliputi empat alur (langkah): (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi; dan (4) refleksi”.

Contoh Proposal PTK untuk SMP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi awal

Berdasarkan nilai evaluasi siswa kelas VII-A dari pelaksanaan tindakan penelitian siklus I
pertemuan pertama, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam pokok bahasan menulis
puisi diperoleh hasil nilai rata-rata keselurahan siswa mencapai 66. Hal ini menunjukan
bahwa hasil yang telah diperoleh siswa sudah mencapai KKM yaitu 60. Namun, dari
keseluruhan siswa masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntansan minimal yaitu 60.
Terdapat 14 siswa yang belum mencapi KKM, hal ini berarti hanya 68% dari 44 siswa kelas
VII-A yang mencapai ketuntasan, sedangkan pada indikator kinerja prosentase ketuntasan
minimal seluruh siswa mencapai 75%. Oleh karena itu peneliti merencanakan Penelitian
Tindakan Kelas dilaksanakan dalam II siklus.

4.1.2 Siklus I

Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan menulis puisi. Dalam
siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut:

6. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan praktek pembelajaran dalam siklus I
ini adalah mempersiapkan RPP, instrumen, alat dan bahan untuk penelitian agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

7. Tindakan
(1) Pertemuan pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 20 April 2012 melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut :

1. Kegiatan awal

Pertemuan pertama ini berlangsung pada waktu pembelajaran jam terakhir. Untuk mengwali
kegiatan pembelajaran guru mengucapkan salam, kemudian guru bertanya pada siswa tentang
puisi. Setelah itu guru menyampaikan meteri yang akan dipelajari pada pertemuan ini.

2. Kegiatan inti

Beberapa siswa diminta menyebutkan cara menulis puisi sesuai pemahaman masing-masing,
beberapa sisiwa menanggapi pendapat temannya, setelah itu guru menjelaskan tentang cara
menulis puisi (menentukan ide pokok, memilih kata, dan menulis puisi atau merangkai kata),
kemudian guru membagi siswa dalam kelompok kecil bersama teman semejanya. Guru
menugaskan siswa menentukan ide pokok berdasarkan pengalaman yang akan ditulis menjadi
sebuah puisi kemudian guru menugaskan siswa memilih kata-kata berdasarkan kejadian pada
pengalaman masingmasing. Guru mengarahkan setiap kelompok pada teknik permainan
bahasa (Mencocokan Kata) dalam pemilihan kata-kata dan kata kiasan: Dalam 1 kelompok
ada 2 siswa, yaitu “A” dan “B”. Siswa A dan B menuliskan kata-kata yang terjadi
berdasarkan pengalaman masing-masing. Kata-kata yang telah ditulis kemudian ditukarkan
antara siswa A dan B. Berdasarkan kata-kata yang dituliskan siswa A, siswa B menentukan
dan menuliskan kata kiasan yang sesuai pada lembar kata-kata siswa A, demikian sebaliknya
Kemudian lembar kata-kata tadi dikembalikan pada masing – masing siswa. Siswa berdiskusi
dalam kelompok mengenai pencocokan kata kiasan yang tepat. Siswa merangkai kata – kata
menjadi sebuah puisi dangan pilihan kata kiasan yang tepat. Guru mengawasi sambil
memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang memahami.

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa
mengerjakan soal tugas evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

(2) Pertemuan kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 21 April 2012 melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut:

3. Kegiatan awal

Sebelum masuk pada materi, guru mengucapkan salam, kemudian guru bertanya kepada
siswa “apa yang perlu dilakukan sebelum kita menulis puisi bebas?”. Setelah itu guru
menyampaikan meteri yang akan dipelajari pada pertemuan ini.

4. Kegiatan inti
Beberapa siswa diminta menjelaskan apa yang dimaksud dengan gagasan pokok dan siswa
yang lain menanggapi pendapat temannya. Guru menjelaskan tentang cara menulis puisi
(menentukan ide pokok, memilih kata, dan menulis puisi atau merangkai kata). Guru
meminta siswa membentuk kelompok kecil dengan teman semejanya kemudian guru
menugaskan siswa memikirkan suatu gagasan pokok yang akan dijadikan dasar dalam
menulis puisi dan setiap siswa merenungkan dan mencatat hasil renungan tersebut
berdasarkan gagasan pokok. Guru menugaskan siswa memilih kata-kata berdasarkan gagasan
pokok setelah guru mengarahkan setiap kelompok pada teknik permainan bahasa (Menulis
Kata) dalam pemilihan kata-kata dan kata kiasan: Siswa menulis kata-kata berdasarkan
gagasan pokok. Untuk memperoleh keindahan kata-kata tersebut, siswa juga menuliskan kata
kiasan yang sesuai dengan kata-kata yang telah ditulis berdasarkan dengan gagasan pokok.
Siswa mendiskusikan pemilihan kata kiasan yang tepat dalam kelompok. Guru mengawasi
sambil memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang memahami.

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa
mengerjakan soal tugas evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

3. Observasi

3. Pertemuan pertama

Pembelajaran sudah berjalan dengan lancar, tetapi masih ada sedikit hambatan yaitu sebagai
berikut:

1. Siswa terlihat sedikit kebingungan dalam menerima materi pembelajaran dan tidak
bertanya pada guru tentang apa yang kurang mereka pahami.
2. Ada beberapa siswa yang masih ribut ketika guru sedang menyampaikan materi
pembelajaran sehingga mengganggu teman yang lain.
3. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.
4. Masih ada siswa yang tidak terlihat aktif dalam kelompok.

4. Pertemuan kedua

1. Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh.


2. Siswa aktif dalam diskusi kelompok.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, diketahui bahwa selama guru
mengajar pada pertemuan pertama siswa belum mampu memahami konsep pembelajaran
secara maksimal, akan tetapi ada beberapa siswa yang tingkat kemampuannya sudah cukup
baik. berdasarkan prosentase ketuntasan seluruh siswa dikelas, terdapat 68% siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar dan 32% siswa yang masih tergolong belum tuntas. Hal tersebut
dikarenakan interaksi guru dengan siswa belum optimal dalam proses pembelajaran di kelas,
masih terdapat beberapa anak yang saat mengikuti pelajaran tidak mendengarkan penjelasan
dan arahan dari guru serta masih kurang memahami konsep pembelajaran. Pada pertemuan
kedua telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam mencermati pelajaran. Terbukti
siswa mampu membuat puisi bebas dengan kata – kata mereka sendiri yang ditunjukan oleh
prosentase ketuntasan nilai seluruh siswa telah mencapai 86% dan hanya 14% siswa yang
belum tuntas. Berarti pada siklus I pertemuan kedua telah terjadi peningkatan kemampuan
siswa dalam belajar menulis puisi.

Berdasarkan analisis hasil tugas evaluasi pada siklus I terdapat 86% dari keseluruhan siswa
yang tuntas dan 14% siswa belum tuntas dalam proses belajar menulis puisi. Hal ini telah
menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan. Namun demikian masih belum semua siswa
bisa mencapai KKM (60), Sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Maka peneliti
akan memperbaikinya agar hasil belajar siswa yang dicapai secara optimal dapat berhasil
pada siklus II.

Perbaikan yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk memperbaiki pembelajaran
pada siklus sebelumnya, antara lain dengan cara :

1. Dalam menyampaikan materi menggunaan media teknik permainan bahasa sama pada
saat pelakasanaan pembelajaran pada siklus I, tujuannya untuk membuktikan bahwa
media pembelajaran yang digunakan peneliti mampu meningkatkan kemampuan
menulis siswa. Namun cara penggunaannya dalam menyampaikan pembelajaran yang
akan berbeda dari siklus I dan setiap pertemuan.
2. Lebih mengutamakan interaksi siswa dengan guru dalam pembelajaran, ini dilakukan
untuk melatih keberanian siswa dalam menyampaikan pertanyaan atau menyampaikan
pendapatnya.

Prosentase ketuntasan pada pertemuan pertama adalah 68% dan pertemuan kedua meningkat
menjadi 86%. Hasil tersebut juga telah menunjukan bahwa pembelajaran pada siklus I sudah
mencapai porsentase ketuntasan minimal (75%) dan telah terjadi peningkatan kemampuan
atau hasil belajar siswa dalam menulis puisi, dengan rata – rata nilai prosentase ketuntasan
siswa pada pertemuan pertama dan kedua mencapai 77%.

4.1.3 Siklus II

Praktek pembelajaran dilaksanakan masih dengan pokok bahasan menulis puisi, karena
tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menulis puisi. Dalam siklus II
ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan praktek pembelajaran dalam siklus II
ini adalah mempersiapkan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan berdasarakan
identifikasi masalah yang timbul pada siklus I, RPP, instrumen, alat dan bahan untuk
penelitian agar efektifitas pembelajaran dapat meningkat dibanding pada siklus I.

2. Tindakan

(1) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012 melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut:
1. Kegiatan awal

Untuk mengawali proses pembelajaran ini guru mengucapkan salam pada siswa, kemudian
guru bertanya kepada siswa: ”apakah kalian masih ingat tentang materi yang kita pelajari
pada pertemuan sebelumnya?”.

2. Kegiatan inti

Beberapa siswa diminta menyebutkan apa pentingnya menulis, kemudian beberapa sisiwa
menanggapi pendapat temannya. Guru menjelaskan tentang cara menulis puisi (menentukan
ide pokok, memilih kata, dan menulis puisi atau merangkai kata), kemudian guru
memberikan kesempatan untuk setiap siswa yang ingin bertanya mengenai materi yang
disampaikan. Guru meminta siswa membentuk kelompok kecil dengan teman semejanya,
kemudian guru meminta siswa untuk memperhatikan gambar pemandangan laut yang akan
siswa jadikan sebagai ide pokok dalam membuat puisi setelah itu guru mengarahkan setiap
kelompok pada teknik permainan bahasa (Mencocokan Kata) dalam pemilihan kata-kata dan
kata kiasan: Dalam satu kelompok, siswa masing-masing membuat tulisan yang menceritakan
kejadian pada gambar. Guru memberikan pilihan-pilihan kata kiasan yang akan siswa rangkai
menjadi sebuah puisi. Contoh; Daun kelapa melambai-lambai, Ombak yang berguling-guling,
Hembusan angin laut sangat menyegarkan jiwa, dan lain-lain sebagainya. Guru menugaskan
siswa untuk mencocokan kata-kata yang telah ditulis berdasakan kejadian pada gambar
dengan kata kiasan yang telah diberikan guru dan mendiskusikannya dalam kelompok,
selanjutnya guru menugaskan siswa merangkai kata-kata yang telah dicocokan menjadi
sebuah puisi. Guru mengawasi sambil memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang
memahami.

Contoh Proposal PTK untuk SMP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa teknik
permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-A SMPN
………….. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan data perolehan dari hasil belajar siswa,
yaitu dari siklus I dan siklus II yang ditunjukan oleh pencapaian rata-rata nilai dari nilai rata-
rata kelas, yaitu 71.19 pada siklus I meningkat menjadi 84.75 pada siklus II. Sedangkan siswa
yang sudah tuntas sebanyak 31 siswa, dan yang tidak mencapai ketuntasan ada 13 siswa
dengan rata – rata prosentase ketuntasan 77%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan bahwa Penggunaan media teknik permainan bahasa dapat


meningkatkan kemampuan atau hasil belajar siswa dalam menulis puisi, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:

Contoh Proposal PTK untuk SMP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


DAFTAR PUSTAKA

Hudson, William. H. (1965). An Introduction to The Study of Literature.


James W Pennebaker, Ph.D.Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions. Texas.

Kemmis. S. dan Mc. Taggart, R. 1990. The Action Research Reader. Third Edition. Victoria:
Deakin University Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). Depdikbud: Balai Pustaka.

Mcniff 1992,(dalam Harun Rasyid dkk 2009: 7)

Rustam dan Mundiarto 2004,(dalam Harun Rasyid dkk 2009: 9)

Soeparno. 1980. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Proyek Peningkatan/Pengembangan


Perguruan Tinggi IKIP Yogyakarta.

Jika berkenan, kami mohon bantuannya untuk memberi vote dengan cara mengklik “G+ Google” di bawah.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai