Anda di halaman 1dari 47

1

SIKLUS 1

2
SIKLUS II

3
DAFTAR PUSTAKA

4
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS


DESKRIPTIF DENGAN TEHKNIK DERET BILANGAN
PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS X KOMPUTER 3 SMK N 3 SELONG TAHUN
AJARAN 2014/2015

Disusun Oleh :
HUZAEFAH, S.Pd.
NIP.19691231199203 1 123

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

SMK NEGERI 3 SELONG


Jl. Jurusan Pancor-Keruak
Website:http://www.smkn3selong.net; E-
mail:informasi_smkn3selong@yahoo.com

5
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif
dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan
dalam bahasa tulis. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya,
seperti aspek berbicara, membaca, dan menyimak serta perbendaharaan kosa kata,
diksi, penggunaan ejaan dan tanda baca.
Kemampuan berbahasa lisan seseorang atau siswa belum tentu sebanding
dengan kemampuan menulisnya. Demikian juga siswa yang memiliki kemampuan
menulis belum tentu kemampuan berbahasa lisannya juga akan
bagus.Kemampuan berbahasa dapat menjadi pembeda antarsiswa apalagi dengan
makhluk lain.

Bahasa merupakan ciri manusia yang paling khas yang membedakannya


dengan makhluk-makhluk yang lain (Chaer, 1994: 58). Lebih lanjut dikatakan
bahwa akal dan pikiran yang dimiliki manusia tidak akan banyak fungsinya jika
tidak ada sarana penyampai dan penyalurnya. Media penyalur akal dan pikiran
manusia, pikiran yang paling utama adalah bahasa. Kridalaksana (dalam Chaer,
1994: 32), mendefinisikan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Begitu besarnya peran bahasa dalam
kehidupan manusia sehingga hampir dalam seluruh aktivitas manusia tidak bisa
lepas dari bahasa.

Dalam pemakaiannya sehari-hari, bahasa dapat diwujudkan dalam ragam


lisan dan tulisan atau yang biasa disebut bahasa lisan dan bahasa tulisan. Anton
M. Moeliono (1988: 6) mengatakan bahwa ragam bahasa menurut sarananya
lazim dibagi atas ragam lisan atau ujaran dan ragam tulisan. Kedua ragam bahasa
tersebut memiliki fungsi yang sama.

Mengekspresikan pikiran, ide, gagasan dan perasaan dalam bentuk lisan


telah menjadi keseharian manusia dan telah membudaya. Namun,

7
mengekspresikan hal tersebut secara tertulis masih belum membudaya dalam
masyarakat kita. Hal itu, menurut Anton M. Moeliono disebabkan karena: 1)
masih banyaknya masyarakat yang masih buta huruf, 2) kalimat dalam ragam tulis
harus lebih cermat (Moeliono, 1988: 6-7). Oleh karena itu, budaya tulis ini perlu
sejak dini ditumbuhkan, terutama melalui bangku pendidikan.

Salah satu keterampilan menulis yang dikembangkan dalam mata


pelajaran bahasa Indonesia adalah menulis deskriptif. Sampai saat ini, pokok
bahasan menulis masih menjadi salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi guru bahasa Indonesia untuk terus berinovasi
menemukan berbagai metode, teknik, serta alat bantu yang dapat mengubah
pandangan siswa terhadap pokok bahasan menulis paragraf hendaknya menjadi
pokok bahasan yang menarik dan menyenangkan. Dengan demikian kemampuan
siswa dalam menulis paragraf meningkat.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan di guru kelas X Jurusan Komputer


SMK Negeri 3 Selong ditemukan fakta bahwa kemampuan siswa di kelas
tersebut dalam menulis paragraf masih rendah. Guru belum menemukan inovasi
dalam hal menemukan metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi dan
situasi serta kondisi siswa dan lingkngannya. Ini sesuai dengan pengakuan guru
kelas X Jurusan Teknik Audio Vidio SMK Negeri 3 Selong kepada penulis. Dia
mengatakan bahwa ia mengajar hanya berdasarkan petunjuk yang ada pada buku
pegangan guru.
Awalnya penulis menggunakan metode debat sebagai upaya meningkatkan
kemampuan menulis deskrifsi. Kegiatan belajar berjalan dengan lancar dan
menarik karena semua siswa aktif ambil bagian untuk berbicara atau mendebat
kelompok yang lain. Tetapi apa yang dibicarakan itu jika diekspresikan dalam
bahasa tulis, sebagian besar siswa mengalami kesulitan. Penulis pun mencari
caraatau teknik lain sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis deskrifsi
siswa dapat tercapai.
Salah satu kiat agar proses belajar mengajar menjadi menarik dan
memberikan kemudahan dalam penyampaian dan penerimaan ilmu adalah dengan
menggunakan tehnik pembelajaran. Salah satu tehnik pembelajaran yang menarik

8
bagi siswa dalam proses pembelajaran adalah teknik deret bilangan . Ada
beberapa alasan penggunaan tehknik deret bilangan dalam pembelajaran:

1. Lebih cepat dan singkat


2. Tidak memerlukan proses berpikir yang panjang
3. Lebih menarik karena tidak dimulai dengan hal yang rumit
4. Dapat dilakukan secara individu atau kelompok
5. Kemampuan siswa terlihat lebih merata
Penggunaan tehnik deret bilangan dalam pembelajaran menulis
menimbulkan daya tarik tersendiri bagi para siswa. Oleh karena itu, penulis
tertarik utuk meneliti peningkatan kemampuan menulis deskriptif bahasa
Indonesia dengan menggunakan tehnik deret bilangann pada siswa kelas X
Jurusan Komputer SMK Negeri 3 Selong Tahun Pelajaran 2014/2015.

A. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka masalah penelitian tindakan
kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah menulis deskripsi dengan teknik deret bilangan dapat melancarkan


proses belajar mengajar ?
2. Apakah kondisi belajar siswa ketika menulis deskripsi dengan teknik deret
bilangan kondusif?
3. Apakah menulis deskripsi dengan teknik deret bilangan siswa lebih mudah
paham?
4. Apakah menulis deskripsi dengan teknik deret bilangan dapat meningkatkan
kemampuan siswa?

B. Cara Pemecahan Masalah


Masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas berusaha dicarikan
pemecahannya melalui pemberian serangkaian tindakan dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia, yakni pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan deret bilangan. Pemanfaatan deret bilangan dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas X Jurusan Komputer SMK
Negeri 3 Selong sebagai suatu tindakan untuk memecahkan masalah. Penelitian

9
ini dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur pelaksanaan tindakan pada masing-
masing siklus terdiri atas empat tahap tindakan, yakni: perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui kelancaran proses belajar mengajar menulis deskripsi siswa


dengan teknik deret bilangan.
2. untuk mengetahui situasi belajar siswa tentang menulis deskripsi dengan
teknik deret bilengan
3. untuk mengetahui pemahaman siswa tentang menulis deskripsi dengan
menggunkan teknik deret bilangan.
4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa menulis deskripsi dengan
menggunakan teknik deret bilangan.

D. Manfaat Penelitian
Temuan-temuan yang didapatkan sebagai hasil penelitian tindakan ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah teori
pengajaran khususnya dalam pengajaran keterampilan menulis sebagai upaya
memberi sumbangan pemikiran dalam pengembangan teori kependidikan dalam
bidang bahasa. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai
sebagai bahan masukan sekaligus sebagai pedoman bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran keterampilan menulis sebagai bagian yang tak
terpisahkan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia.

10
BAB 11
KAJIAN PUSTAKA

A.Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling kompleks,


karena keterampilan menulis merupakan suatu peroses perkembangan yang
menuntut pengalaman, waktu, kesepakatan, latihan, serta memerlukan cara
berfikir yang teratur untuk mrngungkapknnya dalam bentuk bahasa tulis.
Oleh sebab itu, keterampilan menulis perlu mendapat perhatian yang lebih
dan sungguh-sungguh sebagai salah satu aspek keterampilan berbahsa.

Menulis atau mengarang seperti dikemukakan Depdiknas (2001: 1)


merupakan kegiatan seseorang untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan
melalui bahasa tertulis. Menurut De Porter dan Hernacki (2003: 179) Menulis
adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan
(emosional) dan belahan otak kiri (logika). Dalam batasan lain dikemukakan
bahwa menulis merupakan pengungkapan buah pikiran melalui tulisan, tetapi
bukan asal tulis. Orang harus belajar menyusun sebuah tulisan yang baik dan
teratur sehingga menjadi wacana yang padu.
Dari beberapa batasan yang telah dikemukakan tersebut, dapat dinyatakan
bahwa menulis merupakan pengungkapan ide, pikiran, dan perasaan
melalui tulisan yang sistematis serta menarik sehingga ide atau pikiran
tersebut sampai kepada pembaca dengan baik. Jika ide atau pikiran
tersebut tidak mampu dituangkan dengan sistematis maka penulis akan
gagal untuk menyampaikan ide tersebut. Menulis sebagai suatu
keterampilan berbahasa memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang
harus dikuasai di antaranya yaitu pengetahuan dan penguasaan tentang
teknik dalam menulis. Untuk dapat mengembangkan kemampuan menulis,
maka perlu diingat beberapa hal sebagaimana yang diungkapkan oleh
Caraka (2002: 7-8) berikut:
1.Menulis berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah
pikiran secara menarik yang mengena pada pembaca. Ide yang jelas dan

11
tertentu mesti ada sebelum mulai menulis, agar jangan membuang-buang
waktu dan bicara hilir mudik tanpa tujuan.
2.Tulisan yang bermutu selalu berpangkal tolak pada pemikiran yang tepat dan
jelas. Hal ini akan tercermin antara lain dalam pemilihan kata-kata, dalam
tata susunan kalimat dan dalam kerangka gamblang dari seluruh uraian itu.
3.Kemampuan menulis lebih cepat diperoleh dengan memperbaiki teknik
menulis daripada dengan mengoreksi kesalahan-kesalahan saja. Kesalahan
akan hilang dengan sendirinya, jika penulis belajar bersikap kritis terhadap
sebuah tulisannya.
4.Mempelajari tata bahasa akan meningkatkan kemampuan menggunakan
bahasa. Oleh karena itu, berusahalah menguasai tata bahasa Indonesia.
5.Penggunaan kata-kata yang biasa merupakan dasar ungkapan, karena itulah
dasar bahasa. Kalau mau menulis, pilihlah bahasa yang bisaanya digunakan
oleh orang baik-baik, orang-orang terpelajar dan bukan bahasa pasaran!
6.Menulis adalah mengungkapkan sesuatu secara jujur, tanpa rasa emosional
yang berlebihan, realistis dan tidak menghabur-hamburkan kata secara tak
perlu. Pengungkapan mesti jelas dan teratur, sehingga meyakinkan para
pembaca. Uraian harus mencerminkan bahwa penulis sesungguhnya
mengerti atau menghayati apa yang diuraikannya.

B .Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Menulis


a. Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan merupakan suatu rencana yang mengandung
ketentuan-ketentuan tentang bagaimana kita menyusun gagasan secara logis
dan teratur (Mukayat, 1993: 25). Kerangka tulisan disebut juga outline
karangan. Menyusun kerangka tulisan merupakan salah satu cara untuk
menyusun rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur dari tulisan yang
akan dibuat.
Menyusun kerangka tulisan sangat dianjurkan karena akan
menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu terjadi. Kegunaan
kerangka tulisan adalah:

12
1) membantu penulis menyusun tulisan secara teratur, dan tidak
membahas satu gagasan dua kali, serta mencegah penulis
keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau
judul.
2) memperlihatkan bagian-bagian pokok tulisan serta memberi
kemungkinan bagi perluasan bagian-bagian tersebut. Hal ini
akan membantu penulis menciptakan suasana yang berbeda-
beda, sesuai dengan variasi yang diinginkan.
3) memperlihatkan kepada penulis bahan-bahan atau materi apa
yang diperlukan dalam pembahasan yang akan ditulisnya
nanti. (Mukayat, 1993: 25-26).
Kerangka tulisan dapat dibedakan atas kerangka kalimat dan kerangka
topik. Lebih lanjut Mukayat (1993 : 26) menjelaskan bahwa kerangka
kalimat dalam tulisan hendaknya mempergunakan kalimat berita yang
lengkap untuk merumuskan setiap topik, subtopik maupun sub-sub topik. Di
dalam kerangka topik setiap butir dalam kerangka terdiri dari topik yang
berupa frase bukan kalimat lengkap.

b. Mengembangkan Kerangka Tulisan


Setelah kerangka tulisan dibuat, selanjutnya kerangka tersebut perlu
dikembangkan. Mengembangkan kerangka tulisan merupakan penuangan
ide atau buah pikiran berdasarkan kerangka yang telah disusun, kemudian
dikembangkan atau dibuat menjadi mekar dan terbuka. Artinya kerangka
tulisan yang telah disusun biasanya dalam bentuk sub-sub. Sub-sub inilah
yang dikembangkan (dibuat jadi besar) menjadi sebuah karangan yang utuh.
(Hozin, 1994: 171).

C.Paragraf Deskriptif
Menurut Keraf (1999: 16), deskripsi adalah semacam bentuk tulisan atau
wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa,
sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan
pembaca melihat sendiri objek itu. Wacana deskripsi memberi suatu citra mental
mengenai sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang, atau sensasi.

13
Dalam wacana deskripsi pembaca melihat objek garapan secara hidup-hidup dan
konkret. Misalnya, sebuah deskripsi mengenai sebuah pohon diharapkan
menyajikan banyak penampilan individual dan karakteristik dari pohon tersebut
dan beberapa aspek yang dapat dianalisis seperti seberapa besarnya, bagaimana
bentuk batang, pokok, cabang, dan rantingnya, bagaimana kelebatan daunnya dan
sebagainya. Demikian pula deskripsi tentang suatu wilayah desa, bertalian dengan
ciri-ciri tipografis, struktur sosial kemasyarakatan, suasana kehidupan sehari-hari
masyarakatnya, dan hal-hal lain yang menarik.
Karena sasarannya memberi perhatian pada penampilan yang khas dari
objeknya, sering deskripsi terpaut pada aspek-aspek yang unik. (Keraf, 1999:
16). Dengan demikian, wacana deskripsi akan meninggalkan pada pembaca citra
mengenai objek itu. Secara singkat wacana deskripsi bertujuan membuat para
pembaca menyadari dengan hidup-hidup tentang apa yang diserap penulis melalui
panca inderanya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang
digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang
dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan pancaindera, seperti
benda-benda, pemandangan alam, rumah, dan lain-lain.
Lebih jauh, Keraf (1999) mengemukakan bahwa deskripsi terhadap suatu
objek lebih menekankan pengungkapannya melalui rangkaian kata-kata. Untuk
membuat deskripsi mengenai suatu objek, penulis harus melakukan identifikasi
terlebih dahulu terhadap objek yang dideskripsikan. Dengan mengenal
karakteristik objek, penulis akan dapat menggambarkan secara verbal objek yang
akan diperkenalkannya kepada para pembaca.
Berdasarkan uraian tentang wacana deskripsi dari Keraf di atas, maka yang
dimaksud dengan paragraf deskripsi adalah paragraf yang menyajikan suatu objek
secara verbal seolah-olah objek itu berada di depan mata kepala pembaca, seakan-
akan pembaca melihat sendiri objek itu. Sejalan dengan batasan wacana deskripsi
di atas, paragraf deskripsi adalah paragraf yang disusun dengan tujuan membuat
para pembaca melihat secara langsung apa yang diserap penulis melalui panca
inderanya dan merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkan
penulis.

14
D. DERET BILANGAN
1. Pengertian deret bilangan
Deret adalah susunan berdasarkan garis sejajar.
Bilangan adalah lambang atau symbol.
Deret Bilangan1. Deret Bilangan adalah bilangan-bilangan yang diurutkan
dengan pola (aturan) tertentu. Misalnya : a. 40, 44, 48, 52, b. 1, 3, 5, 7, 9,
c. 2, 4, 6, 8, 10, Bilangan-bilangan yang membentuk suatu barisan bilangan
disebut suku barisan tersebut. Misalnya, pada barisan bilangan ganjil 1, 3, 5, 7,
... suku ke-1 dari barisan tersebut adalah 1, suku ke-2 adalah 3, suku ke-3 adalah
5, dan seterusnya. Jadi, suatu barisan bilangan dapat dikatakan sebagai suatu
barisan yang dibentuk oleh suku -suku bilangan. Suatu barisan bilangan dapat
pula dibentuk dari bilangan-bilangan yang tidak mempunyai pola (aturan)
tertentu, misalnya barisan bilangan 1, 2, 5, 7, 3, 4, ... Barisan bilangan seperti ini
disebut barisan bilangan sebarang. Deret Bilangan Amati kembali barisan-
barisan bilangan berikut. a. 40, 44, 48, 52, b. 1, 3, 5, 7, c. 2, 4, 6, 8,
Berdasarkan pola ketiga barisan tersebut, dapat diperoleh penjumlahan berikut.
a. 40 + 44 + 48 + 52 + b. 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + c. 2 + 4 + 6 + 8 + 10 +
Penjumlahan suku-suku dari barisan-barisan tersebut dinamakan deret. Oleh
karena itu, jika U1, U2, U3, ..., Un adalah suatu barisan bilangan maka U1 + U2
+ U3 + ... + Un dinamakan deret. ( Kasmina dan toali,2013,189)

15
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Suharsimi (2003: 3) mengatakan bahwa suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan yang
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Kesalahan umum yang
terdapat dalam penelitian tindakan guru adalah penonjolan tindakan yang
dilakukannya sendiri, misalnya guru memberikan tugas kelompok kepada siswa.
Penelitian ini dilaksanakan atas dasar masalah dan tujuan penelitian yang
menuntut adanya penyempurnaan (tindak lanjut) berdasarkan prinsip daur ulang
secara reflektif, kolaboratif dan partisipatif yang dipusatkan pada situasi sosial
kelas. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah demi perbaikan dan atau
peningkatan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya
melekat pada terlaksananya misi peofesionalisme pendidikan yang diemban oleh
guru.

B. Subjek Penelitian
Yang dijadikan sebagai subjek dalam penelitian tindakan ini adalah
seluruh siswa kelas X Jurusan Komputer 3 SMK Negeri 3 Selong yang berjumlah
28 siswa dan dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2015. Populasi penelitian
dilihat dari kemampuan menulis sangat heterogen.

C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus, masing-masing siklus terdiri
dari beberapa komponen, yaitu tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, refleksi/evaluasi.
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah refleksi awal antara
guru dan peneliti secara kolaboratif untuk mengidentifikasikan permasalahan
berkaitan dengan rendahnya kemampuan menulis deskripsi siswa kelas

16
XJurusan Komputer 3 berserta alternatif pemecahannya melalui pemanfaatan
tehnik deret bilangan . Selanjutnya peneliti dan guru merumuskan
permasalahan secara operasional, baik permasalahan dari siswa maupun
permasalahan dari guru sendiri.

b. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan alternatif upaya peningkatan kemampuan menulis deskripsi


siswa dengan memanfaatkan tehnik deret bilangan pada mata pelajaran
yang akan disajikan.

2) Menyusun rancangan tindakan yang akan dilaksanakan di kelas. Setelah


mengidentifikasikan dan merumuskan permasalahan pembelajaran yang
dihadapi, kemudian memutuskan pola perbaikan yang akan digunakan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan rancangan tindakan
yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan adalah upaya meningkatkan kemampuan menulis deskripsi
siswa melalui tehnik deret bilangan yang meliputi:

a) Penentuan pembatasan materi yang akan diberikan yang sesuai dengan


karakteristik deret bilangan.
b) Membuat skenario pembelajaran menulis dengan menggunakan tehnik
deret bilangan.
c) Pembentukan kelompok
d) Menyusun lembar observasi
c. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran dengan


menggunakan tehnik deret bilangan yaitu siswa dibagi dalam kelompok yang
terdiri dari 4-5 orang siswa dengan kemampuan heterogen. Setiap siswa dalam
kelompok diberikan tugas yang telah disiapkan sebelumnya, dan keseluruhan
tugas yang diberikan merupakan satu kesatuan. Setiap siswa yang mendapat
tugas yang sama dapat bekerja sama dengan anggota kelompok lain.

17
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam bentuk siklus, tiap siklus dengan
materi yang berbeda. Sebelum pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan, dilakukan kegiatan pengamatan terhadap model
pembelajaran sebelumnya serta mengamati bagaimana keterlibatan siswa
selama pembelajaran dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana model pembelajaran pada siklus pertama, kedua dan ketiga.

d. Refleksi/evaluasi

Pada kegiatan ini dilakukan analisis hasil observasi kemudian hasil observasi
didiskusikan dengan guru kelas X Jurusan Komputer mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Hasil analisis berupa masukan-
masukan yang digunakan untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada
siklus berikutnya.

1. Evaluasi
Pada tahap pelaksanaan evaluasi digunakan dua macam evaluasi, yaitu
(a) evaluasi terhadap penerapan tehnik deret bilangan untuk
meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia selama kegiatan berlangsung, (b) evaluasi terhadap
keterlibatan siswa yang dilakukan melalui observasi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.

2. Revisi
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, diperoleh temuan tingkat
keberhasilan tehnik deret bilangan dalam meningkatkan kemampuan
menulis siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Kemudian daftar
permasalahan yang muncul di lapangan dapat dijadikan sebagai dasar
melakukan perencanaan ulang untuk penyempurnaan, merivisi rancangan
yang akan dilaksanakan pada tindakan selanjutnya sehingga akan
mencapai hasil yang optimal.

D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X Jurusan
Komputer SMK Negeri 3 Selong semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Data

18
dari guru berupa perangkat skenario pembelajaran bahasa Indonesia dengan tehnik
deret bilangan beserta pelaksanaan tindakan berdasarkan skenario yang telah
dibuat. Data dari siswa berupa kemampuan menulis deskriptif yang didapatkan
melalui pemberian tugas dan aktivitasnya selama proses pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Di samping menggunakan metode yang tepat, perlu memilih teknik dan
alat pengumpul data yang relevan.Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: (1) teknik tes untuk mengukur kemampuan menulis
siswa; dan (2) teknik observasi.
Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara
memberikan tugas menyusun paragraf (empat paragraf) berdasarkan deret
bilangan yang diamatinya. Aspek-aspek yang dinilai dari menulis dskriptif siswa
adalah: (1) kesesuaian isi paragraf dengan bilangan yang diamati; (2)
ketersambungan antara kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam paragraf
(koherensi); (3) ketepatan struktur atau pola kalimat; dan (4) ketepatan
penggunaan huruf dalam kata dan tanda baca (ejaan). Keempat aspek yang
dinilai tersebut diberikan penskoran dengan menggunakan rentang ( 1 ) 17 25, (
2 ) 13 - 25, ( 3 ) 9-25, ( 4 ) 5-25, untuk setiap aspek rentangnya berbeda, sehingga
skor tertinggi yang bisa diperoleh siswa dari keempat aspek tersebut adalah 100
dan terendah 44.
Adapun teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan dalam proses
pembelajaran. Hal yang diobservasi adalah: (1) kesesuaian antara skenario yang
telah disusun dengan pelaksanaan tindakan; (2) aktivitas belajar siswa selama
pelaksanaan tindakan, ( 3 ) hasil menulis deskriftif siswa dengan deret bilangan

F. Instrumen Penelitian

Terkait dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian


ini, diperlukan instrumen yang tepat sebagai alat pengumpul data, sehingga dapat
dikumpulkan sesuai dengan yang dibutuhkan guna memecahkan masalah yang
menjadi fokus penelitian. Untuk itu, instrumen yang digunakan sebagai alat
pengumpul data dalam penelitian tindakan ini adalah:

19
1. Tes kemampuan menulis deskriptif
Table 1 kriteria penilaian tes keterampilan menulis paragraph deskriftif
No Aspek yang dinilai Rentang Nilai Skor Nilai
min-
maxs
1 2 3 4
1 Kesesuaian isi 17- 25 17 -25
paragraf dengan
bilangan yang diamati.
2 Ketersambungan 13 - 25 13-25
antara kalimat yang
satu dengan yang lain
dalam paragraph
(koherensi).
3 Ketetapan struktur 9 25 9-25
atau pola kalimat.
4 Ketetapan 5-25 5 - 25
penggunaan huruf
dalam kata dan tanda
baca ( ejaan).
Jumlah 62-100
Keterangan:
Sangat baik (SB) : Nilai 25
Baik (B) : Nilai 21,5
Cukup (C) : Nilai 18
Kurang (K) : Nilai 14,5
Sangat kurang (SK) : Nilai 11

20
Table 2 Kriteria penilaian tes keterampilan menulis paragrap deskriftif
No Aspek penilaian Rentang skor Kategori
(1) (2) (3)

1 Kesesuaian isi dengan deret 17 25


bilangan yang diamati
Sangat sesuai 25 Sangat baik
Sesuai 23 Baik
Cukup sesuai 21 Cukup
Kurang sesuai 19 Kurang
Tidak sesuai 17 Sangat kurang
2 Ketersambungan antarkalimat 13 25
dalam paragraph
Sangat sesuai 25 Sangat baik
Sesuai 22 Baik
Cukup sesuai 19 Cukup
Kurang sesuai 16 Kurang
Tidak sesuai 13 Sangat kurang
3 Ketepatan struktur dan pola kalimat 9 25
Sangat sesuai 25 Sangat baik
Sesuai 21 Baik
Cukup sesuai 17 Cukup
Kurang sesuai 13 Kurang
Tidak sesuai 9 Sangat kurang

4 Ketepatan penggunaan huruf kapital 5 25


dan tanda baca
Sangat sesuai 25 Sangat baik
Sesuai 20 Baik
Cukup sesuai 15 Cukup
Kurang sesuai 10 Kurang
Tidak sesuai 5 Sangat kurang

Table 3 penilaian tes keterampilan menulis paragraph deskriftif

21
No Kategori Nilai
1 Sangat baik 87 100
2 Baik 73 86
3 Cukup baik 59 72
4 Kurang baik 45 58
5 Sangat kurang 0 44

2. Lembar Observasi
Instrumen yang berupa lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan
data yang berupa: (1) data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran
menulis dengan menggunakan teknik deret bilangan; (2) kesesuaian antara
skenario tindakan yang telah dibuat dengan pelaksanaan tindakan dalam
proses pembelajaran. Lembar observasi digunakan saat dilakukan observasi di
dalam kelas selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun indikator yang diamati selama proses
pembelajaran berlangsung terkait dengan aktivitas belajar siswa adalah: 1)
antusiasme siswa mengikuti proses pembelajaran, 2) interaksi antara siswa
dengan guru, 3) interaksi antara siswa dengan siswa, 4) kosentrasi siswa pada
bilangan yang diamati; dan 5) ketekunan siswa dalam menulis.
Dari kelima indikator yang diamati terkait dengan aktivitas siswa dalam
pembelajaran, skor aktivitas belajar diberikan kepada masing-masing individu
siswa berdasarkan banyaknya perilaku yang dilakukan siswa dari kelima
indikator yang diamati. Masing-masing indikator yang muncul diberikan skor
20. Total skor yang bisa diperoleh siswa adalah 100 jika semua indikator
muncul dalam perilaku aktivitas belajarnya. Skor yang diperoleh siswa
diklasifikasikan ke dalam lima kategori, dengan kriteria sebagai berikut:
Kriteria Sangat Tinggi (ST) apabila siswa memperoleh skor 100;
Kriteria Tinggi (T) apabila siswa memperoleh skor 80;
Kriteria Sedang (S) apabila siswa memperoleh skor 60;
Kriteria Rendah (R) apabila siswa memperoleh skor 40;
Kriteria Sangat Rendah (SR) apabila siswa memperoleh skor 20.

G. Teknik Analisis Data

22
Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
1). Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitaif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang
diperoleh dari hasil tes menulis paragraf deskrifsi pada siklus 1 dan siklus 11.
Nilai dari masing-masing siklus kemudian dihitung jumlahnya dalam satu kelas
dan selanjtnya jumlah tersebut dihitung dalam presentase dengan rumus sebagai
berikut.
Presentase Keterampilan Menulis Deskrifsi:

Keterangan:
SP : Skor Persentase
SK : Skor Komulatif
R ; Jumlah Responden

Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan. Melalui


perhitungan ini akan diketahui persentase peningkatan keterampilan menulis
deskripsi dengan teknik deret bilang.
1) Teknik Kualitatif
Taknik kualitatif digunakan untuk menganilisis data kualitatif yang
diperoleh dari tes nontes. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui siswa yang
mengalami kesulitan dalam menulis deskripsi dengan teknik deret bilang. Hasil
analisis sebagai dasar untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai sehingga
dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran menulis deskrifsi.
Melalui analisis data kualitatif ini dapat diketahui peningkatan keterampilan
menulis deskrifsi dengan teknik deret bilang dan perubahan perilaku siswa setelah
mendapatkan pembelajaran menulis deskrifsi.

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Kelas dalam Pembelajaran Menulis

Dari hasil studi pendahuluan terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa


Indonesia di kelas X Jurusan Komputer, data yang berhasil direkam secara umum
dapat dideskripsikan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan oleh
guru cenderung bersifat monoton dengan menggunakan metode ceramah sebagai
satu-satunya metode yang diterapkan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran
menulis, guru juga menggunakan metode diskusi. Guru banyak memberikan
penjelasan bagaimana cara menulis kalimat, menggabungkan beberapa kalimat
menjadi paragaraf hingga menjadi sebuah karangan. Penjelasan-penjelasan itu
selalu disertai contoh, mempraktekkannya secara langsung kepada siswa dengan
menugaskan mereka membuat kalimat, merangkai kalimat dan seterusnya.
Kondisi seperti ini menyebabkan para siswa menjadi jenuh sehingga tidak
memahami apa yang disampaikan guru. Siswa menyimak penjelasan guru, dan
mendapatkan kesempatan untuk berlatih menyusun kalimat dan merangkainya
menjadi paragraf seperti yang didapat ketika di bangku SLTP. Guru tidak pernah
menugaskan siswa untuk menyusun kalimat dengan teknik yang lain, sehingga
kesempatan para siswa untuk mengembangkan kreativitas dan aktivitas belajarnya
melalui kegiatan menulis sangat terbatas. Hal ini secara jelas berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa yang rendah sehingga berdampak pada rendahnya
kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Kondisi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan
penugasan sangat membosankan bagi siswa. Dengan demikian cara-cara yang
telah digunakan waktu di SLTP membawa konsekuensi terhadap kurangnya
keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran dan tidak adanya
kesempatan bagi siswa untuk melatih kemampuannya dengan cara yang lain. Guru
masih cenderung menggunakan cara-cara yang sudah ditemukan siswa ketika
berda di jenjang SLTP sehingga siswa menjadi bosan. Dengan demikian, proses
pembelajaran sebagai sebuah pengalaman bagi para siswa menjadi kurang

24
bermakna. Siswa hanya berusaha menghapal catatan-catatan yang diperolehnya
dari guru tentang apa itu kalimat berita, apa itu kalimat tanya, apa itu kalimat
perintah. Siswa hanya menghapal apa itu paragraf, bagaimana menyusun kalimat
menjadi paragraf, apa kalimat utama dan sebagainya. Siswa sama sekali tidak
mendapatkan kesempatan untuk melatih kemampuannya menyusun kalimat,
membuat kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka karangan dan
sebagainya.
Dengan menggunakan metode ceramah, terlihat bahwa pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas, termasuk juga di dalamnya pembelajaran menulis,
berlangsung dengan pola interaksi satu arah. Hal ini menyebabkan para siswa
menjadi pasif, hanya menerima apa yang disampaikan guru dan kurang
mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya serta kurang
kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya selama berlangsungnya
proses pembelajaran. Dengan metode ceramah yang digunakan oleh guru terlihat
bahwa tidak ada komunikasi dua arah atau komunikasi multi arah antara guru
dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Dampaknya adalah pengetahuan dan
keterampilan berbahasa siswa, termasuk juga keterampilannya berbahasa secara
tertulis, tidak berkembang sebagaimana mestinya.
Pada saat menutup pelajaran, guru langsung mengakhiri pembelajaran
tanpa memberikan umpan balik atau evaluasi terhadap materi yang
disampaikannya dalam proses pembelajaran dan tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkomentar. Keadaan yang demikian akan berdampak bagi
hasil belajar siswa yang rendah, termasuk juga kemampuan menulisnya.
Berdasarkan permasalahan yang berhasil direkam selama studi
pendahuluan yang telah diuraikan di atas, diperlukan inovasi-inovasi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, termasuk juga pembelajaran menulis. Inovasi-
inovasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
pada siswa untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan
keterampilannya melalui aktivitas dan kreativitas dalam belajar. Inovasi-inovasi
yang dimaksud adalah bagaimana mengembangkan metode dan memanfaatkan
media pembelajaran untuk mengasah kemampuan menulis siswa. Salah satu

25
media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan
menulis pada siswa adalah teknik deret bilangan.

B. Deskripsi dan Analisis Data


Deskripsi dan Analisis Data kemampuan menulis deskriptif bahasa
Indonesia siswa kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri 3 Selong Tahun
Pelajaran 2014/2015 dengan menggunakan teknik deret bilangan yang diperoleh
dalam penelitian tindakan kelas ini disajikan dalam masing-masing siklus.

1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus Pertama

Pada siklus pertama, sesuai dengan rancangan tindakan yang telah


disusun, pembelajaran menulis di kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri 3
Selong menggunakan teknik deret bilangan. Pembelajaran menulis dengan teknik
deret bilangan pada siklus pertama dirancang untuk satu kompetensi dasar (KD)
dengan dua kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri atas 2 jam tatap muka atau 2
x 45 menit. Dengan teknik deret bilangan ini, pada kedua pertemuan untuk
pembelajaran menulis para siswa dibekali dengan deret bilangan-bilanagn . Pada
kedua pertemuan ini, di awal pembelajaran guru menyampaikan indikator
pembelajaran.

a. Hasil Observasi pada Siklus Pertama


Hasil observasi secara nyata terhadap pelaksanaan tindakan selama dua
kali pertemuan pada siklus pertama, secara umum dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
Guru memasuki kelas dan membuka proses pembelajaran sesuai
dengan rancangan tindakan yang telah dibuat, yakni memberikan salam dan
menanyakan kondisi siswa secara umum. Di awal proses pembelajaran, untuk
mengetahui kedisiplinan dan memastikan jumlah siswa yang hadir, guru
membuka pembelajaran dengan menanyakan siapa siswa yang tidak hadir
kemudian dilanjutkan dengan mengisi jurnal kelas.
Guru memberikan apersepsi terkait dengan materi yang dibahas pada
pertemuan tersebut, kemudian memberitahukan kepada siswa materi yang
akan dipelajari. Terkait dengan materi yang dibahas guru menyampaikan

26
pokok-pokok materi, indikator pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa,
serta langkah-langkah yang akan ditempuh untuk membahas materi selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Selanjutnya guru membagi kelas
menjadi 8 kelompok kecil dengan anggota masing-masing 4 - 5 orang. Guru
meminta ketua kelas untuk mengambil Lembaran Kerja yang berisi deret
bilangan-bilangan di meja guru dan membagikannya kepada setiap kelompk
sesuai dengan jumlah anggota. Setelah semua kelompok menerima Lembar
Kerja, guru meminta perhatian siswa untuk mendengarkan penjelasan tentang
langkah-langkah yang harus dikerjakan siswa berkaitan dengan bilangan yang
diamatinya di dalam lembar kerja. Selesai memberikan penjelasan, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada
yang belum dipahami. Guru kemudian mempersilakan setiap siswa untuk
memulai mengamti bilangan dan mengisi garis-garis kosong di bawahnya
dengan kalimat sendiri yang sesuai dengan deret bilangan.
Selama observasi, proses pembelajaran berlangsung dalam suasana
yang kondusif. Banyak siswa yang mengajukan pertanyaan tentang kalimat
yang harus ditulisnya. Ada siswa yang menanyakan berapa jumlah kalimat
yang harus ditulis, ada yang menanyakan boleh atau tidak menulis kalimat
sebelum bilangannya dan ada juga yang menanyakan judulnya apakah harus
sama atau berbeda dan sebagainya. Untuk memastikan siswa bekerja sesuai
perintah, guru berkeliling kelas melakukan kontrol dengan mengawasi dan
mendatangi setiap kelompok secara bergantian. Jika ada siswa yang terlihat
pasif, guru memancing kemampuan menulis siswa dengan menanyakan
bilangan apa yang dilihat siswa,. Jawaban siswa secara lisan, oleh guru
diminta untuk dituliskan di bawah bilangan yang diamati.

Pola interaksi yang terbangun dalam proses pembelajaran dengan


menggunakan teknik deret bilangan dalam kelompok-kelompok kecil selama
dua pertemuan tatap muka pada siklus pertama ini adalah pola interaksi multi
arah. Interaksi antara guru dengan siswa terjadi dalam bentuk penjelasan-
penjelasan terkait dengan apa yang harus dikerjakan siswa berdasarkan apa
yang dilihat. Interaksi antara siswa dengan guru terjadi dengan munculnya

27
beberapa pertanyaan dari siswa yang diajukan kepada guru mengenai kalimat
yang akan ditulisnya di bawah bilangan. Interaksi antara siswa dengan siswa
terwujud di dalam kelompok.
Setelah semua siswa selesai menyusun kalimat sesuai dengan deret
bilangan yang dilihatnya, guru meminta semua siswa mengumpulkan Lembar
Kerjanya. Guru mengambil salah satu lembar kerja siswa secara acak dan
menyebutkan nama siswa yang lembar kerjanya terpilih. Guru meminta siswa
yang bersangkutan membaca hasil tulisannya di depan kelas.
Sebelum pembelajaran ditutup, guru memberikan uraian tentang
peristiwa yang terjadi dan menanyakan kepada siswa, siapa yang menulis
sesuai dengan uraian guru. Di akhir proses pembelajaran guru
memberitahukan kepada semua siswa bahwa hasil pekerjaannya akan
dibagikan pada pertemuan berikutnya.

b. Hasil Tes Kemampuan Menulis Deskriftif pada Siklus Pertama

Setelah pelaksanaan pembelajaran menulis dengan menggunakan tehnik


deret bilang selama dua kali pertemuan pada siklus pertama, diberikan tes
kemampuan menulis berdasarkan yang dilihat kepada subjek penelitian. Tes
kemampuan menulis diberikan dengan alokasi waktu selama 45 menit (1 jam
pelajaran). Aspek yang dinilai meliputi empat item, yakni: (1) ) ketepatan
penggunaan ejaan dan tanda baca, dengan skor minimal 5 dan maksimal 25;
(2, kesesuaian isi paragraf dengan deret bilangan yang diamati , dengan skor
minimal 17 dan maksimal 25; (3) ketepatan struktur atau pola kalimat, dengan
skor minimal 13 dan maksimal 25; dan (4), ketersambungan antara kalimat
yang satu dengan kalimat yang lain (koherensi) dengan skor minimal 9 dan
maksimal 25. Sehingga skor maksimal yang bisa diperoleh siswa dari empat
aspek yang dinilai adalah 100 dan minimal 44.
Data hasil tes kemampuan menulis paragraf deskriptif dengan menggunakan
teknik deret bilangan pada siswa kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri 3
Selong setelah pelaksanaan tindakan pada siklus pertama tersaji pada tabel A1
berikut.

28
Tabel A1
Hasil Tes Kemampuan Menulis Deskriptif
Pada Siklus Pertama
Aspek Penilaian
No Nama Siswa 1 2 3 4 Total Katagori P(%) Kriteria
1 Aitun janati 21 22 17 25 Sedang 85 TS
2 Dende ayuning sapira 19 19 13 15 Rendah 66 TT
3 Dian apriani 21 19 17 20 Rendah 77 TT
4 Doni arjunawan 21 19 17 20 Rendah 77 TT
5 Fara rimalah 23 22 21 20 Tinggi 86 TS
6 Hartini 19 19 17 20 Rendah 75 TT
7 Harwin rahmatullah 21 22 21 20 Sedang 84 TS
8 Hukmiwati 21 19 17 15 Rendah 72 TT
9 Ilham ika malyani 21 22 17 20 Sedang 80 TS
10 Indri ayu mulia cahyani 23 22 17 20 Sedang 82 TS
11 Jamaludin 19 19 13 20 Rendah 71 TT
12 Jumiaini 21 19 17 25 Sedang 82 TS
13 l.ilman al amin 21 19 17 20 Rendah 77 TT
14 l. alfian aziz yusuf 23 19 21 20 Sedang 83 TS
15 l.moh.alfan setyadi 21 19 21 20 Sedang 81 TT
16 Maman gentara putra 23 22 21 25 Tinggi 90 TS
17 Melina juni hartini 21 22 17 20 Sedang 80 TS
18 Moh.hafis alwi 23 22 21 25 Tinggi 91 TS
19 Muhammad irsad 23 22 17 25 Tinggi 87 TS
20 Nur atoyal umi 23 22 21 25 Tinggi 91 TS
21 Paesa taruna 21 22 17 20 Sedang 80 TS
22 Rani aprianingsih 21 22 17 20 Sedang 80 TS
23 Riyan yuliana 21 19 17 20 Rendah 77 TT
24 Ros marlina 21 19 21 20 Rendah 81 TT
25 Sakinah 23 22 17 25 Sedang 85 TS
26 Solatiyah 21 19 17 20 Rendah 77 TT
27 Sujayana kusuma 21 19 17 20 Rendah 77 TT
28 Suriyani 21 19 17 20 Rendah 77 TT
Jumlah 596 564 500 585
Rata-rata 21 20 18 21

PK = 61 %
Keterangan:
TS = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
PK = Persentase Ketuntasan
Dari 28 orang siswa kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri 3 Selong
Tahun Pelajaran 2014/2015 yang menjadi subjek penelitian ini, setelah
diberikan tes kemampuan menulis pada akhir siklus pertama, yang berhasil

29
mendapatkan nilai dengan kategori tinggi sebanyak 5 orang, kategori sedang
sebanyak 12 orang, dan 11 orang lainnya hanya berhasil memperoleh nilai
dengan kategori rendah.
Kriteria ketuntasan belajar yang berhasil dicapai adalah: dari 28 orang
subjek, jumlah siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar minimal yang
dipersyaratkan (N), yakni minimal mendapat nilai 80 sebanyak 17 orang
sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal sebanyak
N 17
11 orang. Dengan menggunakan rumus PK 100 atau PK 100
S 28
maka persentase ketuntasan belajar secara klasikal mencapai angka 61 %. Hal
ini berarti jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal
mencapai angka 39 %.

a. Tingkat Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dengan


memperhatikan indikator yang muncul dari perilaku setiap siswa selama
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik derte bilang pada siklus
pertama didapatkan data yang dapat dideskripsikan dalam tabel berikut.

Tabel A2
Skor Aktivita Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran Dengan tehnik deret bilang
Indikator Total
No Nama Siswa 5 Skor Katagori
1 2 3 4
1 Aitun janati 20 20 20 -- 20 80 T
2 Dende ayuning sapira 20 -- 20 -- 20 60 S
3 Dian apriani 20 20 20 20 20 100 ST
4 Doni arjunawan 20 -- 20 20 20 80 T
5 Fara rimalah -- 20 20 20 20 80 T
6 Hartini 20 20 20 20 -- 80 T
7 Harwin rahmatullah 20 20 20 20 20 100 ST
8 Hukmiwati -- 20 -- -- 20 40 R
9 Ilham ika malyani 20 -- 20 20 20 80 T
10 Indri ayu mulia cahyani 20 20 20 -- 20 80 T
11 Jamaludin 20 -- 20 -- -- 40 R
12 Jumiaini 20 20 20 20 20 100 ST
13 l.ilman al amin 20 20 20 20 20 100 ST

30
14 l. alfian aziz yusuf 20 20 -- 20 20 80 T
15 l.moh.alfan setyadi 20 20 20 20 20 100 ST
16 Maman gentara putra -- 20 -- -- 20 40 R
17 Melina juni hartini 20 20 20 20 20 100 ST
18 Moh.hafis alwi 20 20 20 20 20 100 ST
19 Muhammad irsad 20 20 20 20 20 100 ST
20 Nur atoyal umi 20 -- 20 20 20 80 T
21 Paesa taruna 20 20 20 20 20 100 ST
22 Rani aprianingsih 20 -- 20 20 -- 60 S
23 Riyan yuliana -- 20 -- 20 -- 40 R
24 Ros marlina 20 -- -- 20 -- 40 R
25 Sakinah 20 20 20 20 20 100 ST
26 Solatiyah 20 20 -- 20 20 80 T
27 Sujayana kusuma 20 -- 20 -- 20 40 R
28 Suriyani -- 20 20 20 20 80 T

Keterangan:
ST = Sangat Tinggi
T = Tinggi
S = Sedang
R = Rendah
SR = Sangat Rendah
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah siswa yang perilaku belajarnya
memperlihatkan indikator dengan skor yang termasuk ke dalam kategori
Sangat Tinggi (ST) sebanyak 10 orang, kategori Tinggi (T) sebanyak 10
orang, kategori Sedang (S) sebanyak 2 orang, dan kategori Rendah (R) 6
orang. Dengan memperhatikan kriteria aktif adalah siswa yang perilaku
belajarnya memperlihat indikator yang termasuk ke dalam kategori ST, dan T,
maka jumlah siswa yang termasuk kriteria aktif sebanyak 20 orang dan siswa
yang masuk kriteria kurang aktif sebanyak 8. Jika dihitung persentasenya,
20
maka akan didapatkan angka PK 100 = 71,80% siswa yang aktivitas
28
belajarnya termasuk kategori aktif.

d. Refleksi Siklus Pertama

Dengan memperhatikan kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yang


dipersyaratkan, yakni 85%, hasil tes kemampuan menulis yang dicapai oleh
subjek penelitian pada siklus pertama belum mencapai ketuntasan klasikal

31
yang dipersyaratkan. Artinya pada siklus pertama masih terdapat kekurangan-
kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran menulis dengan menggunakan
teknik deret bilangan. Hal ini diperkuat oleh data tentang aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran menulis yang menunjukkan bahwa 30% siswa kelas
X Jurusan Komputer SMK Negeri 3 Selong yang menjadi subjek penelitian
ini aktivitas belajarnya termasuk ke dalam kategori kurang aktif. Dengan
demikian, prosedur tindakan pada siklus pertama masih harus disempurnakan
lagi untuk dilanjutkan pada siklus kedua.
Memperhatikan hasil tes kemampuan menulis yang diberikan di akhir
siklus pertama yang masih belum mencapai kriteria ketuntasan belajar secara
klasikal, pembelajaran menulis dengan teknik deret bilangan masih harus
diperbaiki dan lebih disempurnakan pada siklus kedua. Hasil refleksi antara
peneliti dengan guru mitra terhadap proses pelaksanaan tindakan berdasarkan
hasil tes kemampuan menulis yang dicapai para siswa dan tingkat aktivitas
belajar pada siklus pertama menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan pada
pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran menulis dengan teknik deret bilang.
Kelemahan-kelemahan pada siklus pertama yang terlihat , antara lain: (1)
siswa belum terbiasa atau belum familiar dengan pembelajaran yang
menggunakan teknik deret bilang; (2) masih ada siswa yang terlihat pasif yang
dapat diidentifikasi berdasarkan indikator yang diobservasi terhadap perilaku
belajarnya; (3) penjelasan-penjelasan yang diberikan guru mengenai tugas
menyusun kalimat berdasarkan deret bilang yang diamati masih kurang
relevan dengan kalimat lainnya sehingga kemungkinannya masih ada siswa
yang kurang memahami penjelasan yang diberikan guru.
Kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus pertama tersebut,
pada siklus kedua berusaha untuk diperbaiki.

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus Kedua


Sesuai dengan rancangan tindakan yang telah disusun, pada sikllus
kedua pembelajaran menulis di kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri 3 Selong
menggunakan teknik deret bilang. Pelaksanaan tindakan dengan teknik deret
bilang pada siklus kedua ini dirancang untuk satu kompetensi dasar (KD) dengan

32
dua kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri atas 2 jam tatap muka atau 2 x 45
menit. Dua pertemuan tatap muka, yakni pertemuan pertama dan kedua,
digunakan untuk pelaksanaan tindakan yakni pembelajaran menulis dengan teknik
deret bilangan, sedangkan pertemuan kedua pada 1 x 45 menit terakhir khusus
dialokasikan waktunya untuk memberikan tes kemampuan menulis.
Prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus kedua ini sama dengan siklus
pertama. Hanya dilakukan perbaikan-perbaikan pada hal-hal yang masih kurang
sempurna yang ditemukan pada siklus pertama berdasarkan hasil observasi.
Sejumlah catatan mengenai perilaku belajar siswa yang kurang aktif menjadi
perhatian khusus pada siklus kedua.
Dengan menggunakan teknik deret bilang, untuk dua kali pertemuan
dalam pelaksanaan tindakan pada siklus kedua ini, para siswa dibekali dengan dua
Lembar Kerja yang dilengkapi deret bilangan. Pada setiap pertemuan, di awal
pembelajaran guru menyampaikan indikator pembelajaran kepada siswa. Materi
yang dipelajari para siswa dikerjakan secara berkelompok di bawah bimbingan
dan pengawasan guru. Siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk bertukar
pikiran dengan sesama siswa di dalam kelompoknya mengenai deret bilang yang
diamatinya. Di samping itu, guru juga memberikan kesempatan untuk bertanya
jika ada hal-hal yang kurang dipahami siswa.

a. Hasil Observasi pada Siklus Kedua


Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan tindakan
pada siklus kedua, secara umum dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pada setiap pertemuan, guru memasuki kelas dan membuka proses
pembelajaran sesuai dengan rancangan tindakan yang telah dibuat, yakni
memberikan salam dan menanyakan kondisi siswa secara umum. Untuk
mengetahui kedisiplinan dan memastikan jumlah siswa yang hadir, di awal
pembelajaran guru menanyakan siapa saja siswa yang tidak hadir, mengabsen
siswa dengan daftar hadir kelas kemudian dilanjutkan dengan mengisi jurnal
kelas.
Guru membagikan hasil kerja siswa pada pertemuan sebelumnya dan
memberikan apersepsi terkait dengan materi yang dibahas pada pertemuan

33
tersebut, kemudian memberitahukan kepada siswa materi yang akan
dipelajari. Terkait dengan materi yang dibahas guru menyampaikan pokok-
pokok materi, indikator pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, serta
langkah-langkah yang akan ditempuh untuk membahas materi selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Selanjutnya guru membagi kelas
menjadi 8 kelompok kecil dengan anggota masing-masing 4 - 5 orang. Guru
membagikan Lembar Kerja yang didalamnya telah dilengkapi dengan gambar-
gambar peristiwa. Setelah semua siswa menerima lembar kerja, guru meminta
perhatian siswa untuk mendengarkan penjelasan tentang langkah-langkah
mengerjakan tugas berdasarkan deret bilang yang diamati. Selesai
memberikan penjelasan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pertanyaan jika ada yang belum dipahami. Guru kemudian
mempersilakan siswa mengerjakan tugas bersama anggota kelompok masing-
masing.
Selama observasi, proses pembelajaran berlangsung dalam suasana
yang kondusif. Masing-masing siswa memperlihatkan perilaku belajar dengan
indikator yang semuanya muncul. Untuk memastikan siswa bekerja dengan
benar, guru berkeliling kelas melakukan kontrol dan mendatangi setiap
kelompok secara bergantian. Jika ada siswa yang terlihat pasif, guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tersebut untuk memancing
munculnya indikator yang diobservasi pada perilaku belajar siswa.( dokumen
terlampir )
Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugasnya, guru meminta
setiap kelompok diwakili salah seorang anggotanya untuk mengumpulkan
pekerjaanya. Lembar kerja yang dikumpulkan dipisah-pisah berdasarkan
kelompok masing-masing. Dari masing-masing kelompok, guru mengambil
satu lembar kerja secara acak dan menyebutkan nama siswa yang lembar
kerjanya terpilih, sehingga lembar kerja yang terpilih berjumlah delapan buah.
Kepada siswa yang lembar kerjanya terpilih diminta untuk membacakan hasil
kerjanya di depan kelas secara bergantian. Setelah semua siswa yang lembar
kerjanya terpilih membacakan hasil kerjanya, guru memberikan komentar
singkat dan uraian mengenai peristiwa yang terjadi pada gambar yang diamati

34
siswa dan menanyakan kepada semua siswa apakah pekerjaan teman-teman
mereka sama atau tidak dengan uraian yang diberikan guru.
Sebelum pembelajaran ditutup, guru memberikan uraian dan evaluasi
terhadap jalanya proses pembelajaran dan bagaimana para siswa bekerja di
dalam kelompoknya masing-masing.

b. Hasil Tes Kemampuan Menulis Deskriftif pada Siklus Kedua


Setelah pelaksanaan pembelajaran menulis dengan menggunakan teknik deret
bilang selama dua kali pertemuan pada siklus kedua selesai, subjek penelitian
diberikan tes kemampuan menulis deskriftif berdasarkan deret bilangan yang
diamati. Tes kemampuan menulis deskriftif diberikan khusus dialokasikan
waktunya pada pertemuan kedua. Aspek yang dinilai pada tes kemampuan
menulis deskriftif ini meliputi empat item, yakni: (1) kesesuaian isi tulisan
dengan tes, dengan skor maksimal 25; (2) ketersambungan antara kalimat
yang satu dengan kalimat yang lain (koherensi), dengan skor maksimal 25; (3)
ketepatan struktur atau pola kalimat, dengan skor maksimal 25; dan (4)
ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, dengan skor maksimal 25. Skor
maksimal yang bisa diperoleh siswa dari empat aspek yang dinilai adalah 100.
Data hasil tes kemampuan menulis deskriftif siswa dalam pembelajaran
menulis pada siklus kedua tersaji pada tabel B1 berikut.
Tabel B1
Hasil Tes Kemampuan Menulis Deskriftif
Pada Siklus Kedua

Nama Siswa Aspek Penilaian Total Katagori P(%) Kriteria


No
1 2 3 4
1 Aitun janati 23 22 17 25 Tinggi 87 TS
2 Dende ayuning sapira 21 19 13 20 Rendah 73 TT
3 Dian apriani 21 19 17 20 Rendah 77 TT
4 Doni arjunawan 23 22 19 20 Sedang 84 TT
5 Fara rimalah 25 22 21 20 Tinggi 88 TS
6 Hartini 21 19 17 20 Rendah 77 TT
7 Harwin rahmatullah 21 22 21 20 Sedang 84 TS
8 Hukmiwati 23 19 19 20 Sedang 81 TT
9 Ilham ika malyani 23 22 17 20 Sedang 82 TS
10 Indri ayu mulia cahyani 23 22 19 25 Tinggi 89 TS
11 Jamaludin 21 19 21 20 Sedang 81 TT

35
12 Jumiaini 23 22 19 25 Tinggi 89 TS
13 l.ilman al amin 21 19 17 20 Rendah 77 TT
14 l. alfian aziz yusuf 25 19 21 25 Tinggi 88 TS
15 l.moh.alfan setyadi 23 22 21 25 Tinggi 91 TT
16 Maman gentara putra 23 22 21 25 Tinggi 90 TS
17 Melina juni hartini 23 22 21 20 Sedang 86 TS
18 Moh.hafis alwi 25 22 21 25 Tinggi 91 TS
19 Muhammad irsad 23 22 17 25 Tinggi 87 TS
20 Nur atoyal umi 25 22 21 25 Tinggi 91 TS
21 Paesa taruna 23 22 19 20 Sedang 84 TS
22 Rani aprianingsih 23 22 21 25 Tinggi 91 TS
23 Riyan yuliana 23 19 21 20 Sedang 83 TS
24 Ros marlina 21 19 21 20 Sedang 81 TS
25 Sakinah 23 22 17 25 Sedang 85 TS
26 Solatiyah 21 19 21 20 Sedang 81 TS
27 Sujayana kusuma 23 22 17 20 Sedang 82 TS
28 Suriyani 23 19 21 20 Sedang 83 TS
Jumlah 636 622 554 610
Rata-rata 23 22 20 22
PK = 86,74 %

Keterangan:
TS = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
PK = Persentase Ketuntasan
Dari 28 orang siswa kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri 3 Selong
Tahun Pelajaran 2014/2015 yang menjadi subjek penelitian ini, setelah
diberikan tes kemampuan menulis pada akhir siklus kedua, yang berhasil
mendapatkan nilai dengan kategori tinggi sebanyak 11 orang, kategori sedang
sebanyak 13 orang, dan 4 orang siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
rendah.
Kriteria ketuntasan belajar yang berhasil dicapai adalah: dari 28 orang
subjek, jumlah siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar minimal yang
dipersyaratkan (N), yakni minimal mendapat nilai 80 sebanyak 24 orang
sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal sebanyak
N 24
4 orang. Dengan menggunakan rumus PK 100 atau PK 100
S 28
maka persentase ketuntasan belajar secara klasikal mencapai angka 86,74%.

36
Hal ini berarti jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal
mencapai angka 13,26%.

b. Tingkat Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dengan


memperhatikan indikator yang muncul dari perilaku setiap siswa selama
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik deret bilang pada siklus
kedua didapatkan data yang dapat dideskripsikan dalam tabel B2 berikut.

Tabel B2
Skor Aktivita Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran Dengan teknik deret bilang
Indikator Total
No Nama Siswa Skor Katagori
1 2 3 4 5
1 Aitun janati 20 20 20 -- 20 80 T
2 Dende ayuning sapira 20 -- 20 20 20 60 S
3 Dian apriani 20 20 20 20 20 100 ST
4 Doni arjunawan 20 20 20 20 20 100 ST
5 Fara rimalah 20 20 20 20 20 100 ST
6 Hartini 20 20 20 20 -- 80 T
7 Harwin rahmatullah 20 20 20 20 20 100 ST
8 Hukmiwati 20 20 -- 20 20 40 T
9 Ilham ika malyani 20 20 20 20 20 100 ST
10 Indri ayu mulia cahyani 20 20 20 -- 20 80 T
11 Jamaludin 20 -- 20 20 20 80 T
12 Jumiaini 20 20 20 20 20 100 ST
13 l.ilman al amin 20 20 20 20 20 100 ST
14 l. alfian aziz yusuf 20 20 -- 20 20 80 T
15 l.moh.alfan setyadi 20 20 20 20 20 100 ST
16 Maman gentara putra 20 20 20 -- 20 80 T
17 Melina juni hartini 20 20 20 20 20 100 ST
18 Moh.hafis alwi 20 20 20 20 20 100 ST
19 Muhammad irsad 20 20 20 20 20 100 ST
20 Nur atoyal umi 20 -- 20 20 20 80 T
21 Paesa taruna 20 20 20 20 20 100 ST
22 Rani aprianingsih 20 20 20 20 -- 80 T
23 Riyan yuliana 20 20 -- 20 20 80 T
24 Ros marlina 20 20 -- 20 20 80 T
25 Sakinah 20 20 20 20 20 100 ST
26 Solatiyah 20 20 -- 20 20 80 T
27 Sujayana kusuma 20 20 20 -- 20 60 S
28 Suriyani -- 20 20 20 20 80 T

37
Keterangan:
ST = Sangat Tinggi
T = Tinggi
S = Sedang
R = Rendah
SR = Sangat Rendah
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah siswa yang perilaku belajarnya
memperlihatkan indikator dengan skor yang termasuk ke dalam kategori
Sangat Tinggi (ST) sebanyak 13 orang, kategori Tinggi (T) sebanyak 12
orang, dan kategori Sedang (S) sebanyak 3 orang serta tidak ada siswa yang
memperlihatkan indikator dengan skor kategori Rendah (R). Dengan
memperhatikan kriteria aktif adalah siswa yang perilaku belajarnya
memperlihat indikator yang termasuk ke dalam kategori ST dan T, maka
seluruh siswa yang berjumlah 28 orang pada siklus kedua memperlihatkan
indikator dalam perilaku belajarnya termasuk kriteria aktif.

d. Refleksi Siklus Kedua

Jika dibandingkan dengan siklus pertama, pada siklus kedua terjadi


peningkatan dalam hal: tingkat aktivitas siswa dalam belajar dan kemampuan
menulis deskriftif pada siswa kelas X Jurusan Komputer 3 SMK Negeri 3
Selong Tahun Pelajaran 2014/2015. Aktivitas belajar yang mengalami
peningkatan pada siklus kedua terlihat dari peningkatan munculnya indikator
yang diobservasi. Berdasarkan indikator yang muncul dalam perilaku belajar
siswa, pada siklus pertama siswa yang termasuk aktif 71,80% meningkat
menjadi 88,24% pada siklus kedua.
Berdasarkan hasil tes kemampuan menulis deskriftif yang diberikan
pada siklus pertama dan kedua terjadi peningkatan kemampuan yang
signifikan. Pada siklus pertama siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
tinggi berjumlah 10 orang, meningkat menjadi 11 orang pada siklus kedua.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sedang pada siklus
pertama 9 orang, meningkat menjadi 13 orang pada siklus kedua.
Pada siklus kedua ini, kriteria ketuntasan belajar yang berhasil dicapai
adalah: dari 28 orang subjek penelitian, jumlah siswa yang berhasil mencapai
ketuntasan belajar minimal yang dipersyaratkan (N) sebanyak 24 orang atau

38
86,74% meningkat dari 19 orang atau 70,20% pada siklus pertama. Dengan
N 24
menggunakan rumus PK 100 atau PK 100 maka persentase
S 28
ketuntasan belajar secara klasikal mencapai angka 86,74% meningkat 16,54
dari 70,20% pada siklus pertama.

Dengan membandingkan hasil tes pada siklus pertama dengan hasil tes
pada siklus kedua, kemampuan menulis deskriptif dengan teknik deret bilangan
bahasa Indonesia pada siswa kelas X Jurusan Komputer 3 SMK Negeri 3 Selong
mengalami peningkatan. Dengan memperhatikan perbandingan hasil tes
kemampuan menulis paragraf yang diberikan kepada subjek penelitian pada siklus
kedua dengan hasil tes yang diberikan pada siklus pertama terjadi peningkatan
yang signifikan. Peningkatan terjadi pada jumlah siswa yang berhasil
mendapatkan nilai dengan kategori tinggi, jumlah siswa yang berhasil
mendapatkan nilai di atas ketuntasan belajar minimal yang dipersyaratkan, dan
peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal.
Angka 86,74% untuk ketuntasan secara klasikal yang ditunjukkan pada
tabel A2 adalah angka di atas ketuntasan belajar klasikal yang dipersyaratkan,
yakni 85%. Dengan berpedoman pada kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
pada Bab III, yakni apabila 85% subjek penelitian telah berhasil memperoleh nilai
di atas ketuntasan belajar minimal 80, maka tindakan yang diberikan kepada
subjek penelitian telah berhasil mencapai target pada siklus kedua ini. Hal ini
berarti pembelajaran menulis dengan menggunakan teknik deret bilang dapat
meningkatkan kemampuan menulis deskriftif bahasa Indonesia pada siswa kelas
X Jurusan Komputer 3 SMK Negeri 3 Selong yang menjadi subjek penelitian
tindakan kelas ini. Dengan demikian, teknik deret bilang dalam penelitian ini
dapat direkomendasikan untuk dipertimbangkan sebagai salah satu teknik
pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan menulis
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

39
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Dari deskripsi hasil penelitian di atas, ada beberapa hal yang dianggap
penting sehubungan dengan peningkatan kemampuan menulis deskriftif bahasa
Indonesia pada siswa kelas X Jurusan Komputer 3 SMK Negeri 3 Selong. Hal-hal
penting sebagai temuan dalam penelitian tindakan kelas tentang peningkatan
kemampuan menulis deskrifitf bahasa Indonesia dengan menggunakan teknik
deret bilang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan fakta yang
dikaitkan dengan teori dan logika. Pembahasan hasil penelitian tindakan ini
difokuskan pada temuan-temuan penting yang dapat meningkatkan kemampuan
menulis deskriftif bahasa Indonesia siswa kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri
3 Selong dengan menggunakan teknik deret bilangan.
Secara berturut-turut, pada bagian ini disajikan pembahasan: (1) hasil
observasi terhadap pelaksanaan tindakan pada siswa kelas X Jurusan Komputer
SMK Negeri 3 Selong dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan teknik deret bilang pada dua siklus penelitian tindakan ini; (2) hasil
tes kemampuan menulis deskriftif bahasa Indonesia yang diberikan kepada siswa
kelas X SMK Negeri 3 Selong pada dua siklus penelitian tindakan ini; dan (3)
aktivitas belajar siswa yang didapatkan dari observasi terhadap indikator-indikator
yang muncul dalam perilaku belajar siswa kelas X Jurusan Komputer SMK
Negeri 3 Selong dalam pembelajaran menulis dengan teknik deret bilang selama
pelaksanaan siklus tindakan.

1. Pembahasan Hasil Observasi


Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan untuk
meningkatkan kemampuan menulis deskriftif bahasa Indonesia dengan
menggunakan teknik deret bilang pada siswa kelas X Jurusan Komputer 3
SMK Negeri 3 Selong, terlihat bahwa interaksi yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung dengan pola interaksi multi arah. Pada kedua siklus
tindakan yang dilaksanakan, terlihat bahwa terjadi peningkatan kualitas
interaksi, baik interaksi antara guru dengan siswa maupun interaksi antara
siswa dengan siswa. Pola interaksi yang semula berlangsung dua arah,

40
sebagaimana terlihat pada studi pendahuluan, berubah menjadi pola interaksi
multi arah dengan diterapkannya teknik deret bilang dalam pembelajaran
menulis.
Peningkatan kualitas interaksi selama berlangsungnya proses
pembelajaran menulis dengan teknik deret bilang, baik pada siklus pertama
maupun siklus kedua dapat diidentifikasi berdasarkan beberapa indikator yang
muncul selama proses pembelajaran berlangsung, antara lain:
a. Siswa menunjukkan semangat belajar yang tinggi selama mengikuti proses
pembelajaran, yang ditandai dengan aktivitas dan kreativitas belajar yang
semakin meningkat.
b. Terbangunnya pola interaksi multi arah selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang bertanya kepada
guru pada setiap pertemuan tatap muka dan aktifnya siswa bertukar
pendapat dengan teman-teman di dalam kelompok kerjanya.
c. Siswa yang pada awalnya terlihat pasif, setelah dipancing dengan
pertanyaan oleh guru secara bertahap menunjukkan keaktifannya bertukar
pendapat dengan teman-temannya sesama anggota kelompok.

41
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil analisis yang


dilakukan dalam penelitian tindakan ini, berkaitan dengan pembelajaran menulis
dengan menggunakan tehnik deret bilang pada siswa kelas X Jurusan Komputer
SMK Negeri 3 Selong Tahun Pelajaran 2014/2015, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. Penggunaan teknik deret bilang dalam pembelajaran menulis dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri
3 Selong Tahun Pelajaran 2014/2015. Peningkatan aktivitas belajar dengan
menggunakan teknik deret bilang terlihat dari jumlah siswa yang perilaku
belajarnya memperlihatkan indikator dengan skor yang termasuk kategori
Sangat Tinggi (ST); kategori Tinggi (T); dan kategori Sedang (S) yang
termasuk kriteria aktif meningkat dari 71,80% pada siklus pertama menjadi
89,24% pada siklus kedua.
2. Penggunaan tehnik deret bilang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
pada siswa kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri 3 Selong Tahun Pelajaran
2014/2015. Hal ini terlihat dari pola interaksi multi arah yang terbangun
selama berlangsungnya proses pembelajaran, yakni interaksi antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa dalam satu kelompok, dan interaksi antara
siswa dengan siswa dalam kelompok yang berbeda. Terbangunnya interaksi
multi arah menunjukkan terjadinya peningkatan intensitas komunikasi.
3. Penggunaan tehnik deret bilang dalam pembelajaran menulis terbukti dapat
meningkatkan kemampuan menulis karangan bahasa Indonesia pada siswa
kelas X Jurusan Komputer SMK Negeri 3 Selong Tahun Pelajaran 2014/2015.
Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang berhasil mencapai kriteria ketuntasan
belajar minimal yang dipersyaratkan yang mengalami peningkatan secara
signifikan dari siklus pertama ke siklus kedua.

42
B. Saran
Sesuai dengan fokus masalah yang dikaji dalam penelitian ini,
berdasarkan temuan-temuan yang didapatkan, maka saran yang berupa
rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mempertimbangkan pemanfaatan teknik deret bilang sebagai salah satu
alternatif pilihan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis deskriftif
pada siswa dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia.
2. Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mempertimbangkan pemanfaatan teknik deret bilang dalam upaya
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia.
3. Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mempertimbangkan pemanfaatan teknik deret bilang dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran menulis sebagai bagian dari
pembelajaran Bahasa Indonesia.

43
Lembar Observasi
Jawaban
No Pertanyaan Ya Tdk Ketera
ngan
1 Apakah siswa antusias dalam mengikuti
peroses pembelajaran?
2 Apakah interaksi siswa dengan guru ketika
peroses pembelajaran itu baik?
3 Apakah baik pula interaksi siswa dengan
siswa saat mengikuti pembelajaran?
4 Apakah siswa konsentrasi pada bilanagn
yang akan diamatinya?
5 Apakah siswa tekun ketika menulis paragraf
deskriftif dengan menggunakan teknik deret
bilangan?

Tim penilai Kepala SMK N 3 Selong

Ahmad Yani, S.Pd Mustajab, S.Pd


Nip : 1996610102006041021 Nip :196012311991031085

44
Daftar Pustaka
Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Diklat
Pengembangan Profesi dan Jabatan Fungsional Guru. Jakarta : Bumi
Aksara.
Brotowidjoyo, Mukayat D. 2010. Penulisan karangan ilmiah. Jakarta : Akademika
Pressindo.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penilaian Laporan Penelitian Tindakan kelas. Makalah
Diklat Pengembangan Profesi dan jabatan Fungsional Guru. Mataram :
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Lombok timur.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Keraf, Gorys. 1970. Komposisi. Jakarta : Nusa Indah.
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sugono, Dendy. 2005. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta : Pusat Bahasa.
Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya : Citra Media.
Chaer, Abdul. 1993. Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Kasmina dan Toali. 2013. Matematika Barisan dan Deret. Jakarta: Erlangga.

45
Kata Pengantar
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang berjudul Meningkatkn Kemampuan Menulis Deskriftif
dengan Tehkni Deret Bilangan pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas
X Komputer 3 SMK 3 Selong tahun Ajaran 2014/2015 ini dapat rampung
dikerjakan.
Kemampuan berbicara seseorang belum tentu ditunjang dengan
kemampuan menulisnya. Banyak orang memiliki ide, gagasan yang tidak dapat
diwujudkan dalam sebuah tulisan. Untuk membantuk memudahkan siswa
menuangkan ide dan gagasannya dalam sebuah tulisan, penulis menggunakan
Teknik Deret Bilangan. Teknik deret bilangan tidak memerlukan proses berpikir
yang panjan sehingga tidak membosankan bagi siswa. Bilangan bisa saja dideret
secara acak baru diubah dalam bentuk kata kata sehingga menjadi sebuah
kalimat.
Dalam proses pelaksanaannya, penulis mendapatkan banyak bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada:
1. Bapak MUSTAJAB,S.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 3 Selong yang telah
memberikan izin dan bantuan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas
ini;
2. Ahmad Yani,S.Pd. rekan guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMKN 3
Selong yang selalu ikut memantau kegiatan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa hasil Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh
dari kesempurnaan. Kekurangan itu disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
penulis dan sarana yang kurang menunjang. Guna penyempurnaan PTK ini
penulis sangat mengharap kritik dan saran dari pihak pembaca. Atas saran dan
kritiknya penulis mengucapkan terima kasih.
Selong, Januari 2015
Penulis,

Huzaefah, S.Pd.

46
47

Anda mungkin juga menyukai