Anda di halaman 1dari 13

ptk

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan berbahasa dalam kurikulum di sekolah menyangkut empat aspek

keterampilan. Dawson menyebutnya dengan istlah catur- tunggal, yaitu; keterampilan

meyimak/ mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speking skills),

keterampilan membaca (reading skills), dan ketrampilan menulis (writing skills), (Tarigan,

1971 : 1).

Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit di antara keempat ketrampilan

berbahasa yang disebutkan di atas. Kemampuan menulis merupakan integrasi dari

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan ketrampilan membaca. Galswon (dalam

Faesal, 2009 : 1) menyatakan bahwa Kerja menulis merupakan pekerjaan yang sulit di

dunia. Menulis benar-benar menghantui jiwa.... Ditambhakn lagi oleh Dewi (2006 : 21)

mengatakan bahwa, ...sesungguhnya menulis memang tidak mudah, apa pun jenis tulisan

itu. Dari kedua penulis di atas merupakan gambar ril di dalam kegiatan menulis memang

sangat sulit dan membosankan, ini disebabkan karena ketidak kebiasaan dalam menulis, tidak

ada gambaran ide untuk ditulis, dan berbagai hal lainnya. Oleh karena dalam kegiatan

menulis perlu dicari solusi-solusi, sehingga menulis tidak lagi dianggap kertarampilan yang

sangat sulit dan terauma bagi penulis yang pemula.

Untuk mengatasi permasalahan menulis dituntut untuk mencari solusi dengan

menggunakan model atau media pembelajaran untuk membangkitkan motivasi menulis dan

menghilngkan permasalahan-permasalahan tersebut.


Pennggunaan media dalam pembalajaran sastra khususnya pada pembelajaran menulis

naskah drama sangatlah penting, untuk membantu siswa lebih mudah memahami pokok

bahasan yang disampaikan oleh guru. Namun, penggunaan media pada pelajaran naskah

drama jarang sekali digunakan oleh guru. Penggunaan media di dalam proses pembelajaran

merupakan salah satu upaya untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, mudah, dan

menyenangkan, di samping untuk mempermudah proses penyerapan dan penyampain materi

bagi siswa. Suyanto, 2005 (dalam Yuliana, 2007 : 3 ) menjelaskan bahwa pembelajaran

menarik adalah pembelajaran yang mempunyai unsur menggelitik bagi siswa untuk terus

diikuti. Dengan begitu, siswa mempunyai motivasi untuk terus mengikuti pelajaran.

Media pembelajaran yang bisa digunakan tidak harus media yang mahal dan bagus,

yang paling penting adalah media tersebut digunakan untuk menunjang proses pembelajaran

siswa. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran penulisan naskah drama

adalah penggunaan media cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan merupakan cerita prosa

rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dimasa lampau biasanya ditokohi oleh manusia dan

adakalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa terjadinya di dunia yang kita kenal sekarang,

Bascom (dalam Yuliana, 2007 : 2 ). Kelebihan media cerita rakyat dibandingkan dengan

media lainnya antara lain sebagai berikut.

1. Media cerita rakyat sangat mudah didapatkan.

2. Seluruh siswa sering mendengar cerita rakyat berasal dari daerah masing-masing bahkan

cerita rakyat berasal dari daerah lain.

3. Di dalam cerita rakyat terdapat unsur-unsur pendidikan dan pesan-pesan moral yang dapat

membentuk karakter siswa.

4. Di dalam cerita rakyat terdapat beberapa unsur pembangun yang memilki kesamaan dalam

naskah drama.
Permasalahan dalam menulis naskah drama dialami oleh siswa beraneka ragam, dari

hasil wawancara siswa saat melakukan studi pendahuluan, didapati kesuliatan-kesuliatan

yang dialami antaranya : (1) siswa masih mengalami kesuliatan dalam menentukan tema, (2)

kesulitan dalam menentukan judul, (3) sulit membayangkan suasana tempat terjadi perestiwa,

(4) sulit memilih kata-kata/ dialog yang pas sesuai dengan tema, (5) sulit mengawali atau

menentukan dialog pembuka, (6) sulit membangun klimaks, konflik, dan resolusi dalam

naskah. semua permasalahan ini disimpulkan muncul kerena siswa tidak banyak atau jarang

menulis atau membaca naskah drama.

Maka dalam penelitian ini sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan guru dan

siswa dalam pembelajaran naskah drama diangkat penelitian dengan judul Pemanfaatan

Media Cerita Rakyat untuk Meningkatken Kemampuan Menulis Naskah Drama pada

Siswa SMP Kelas VIII .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah pemanfaatan media cerita rakyat dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah

drama siswa SMP kelas XI?

2. Bagaimanakah penerapan media Cerita Rakyat dalam pembelajaran

menulis naskah drama pada siswa SMP kelas XI?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian ini antara lain:

1. meningkatkan kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan media

cerita rakyat pada siswa SMP kelas XI.


2. mengembangkan pemanfaatan media cerita rakyat dalam pembelajaran menulis

naskah drama pada siswa SMP kelas XI.

1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Siswa

Dengan pemanfaatan media certia rakyat ini mempermudah siswa dalam menulis naskah

drama. Terutama dalam memunculkan dan mengembangkan ide.

2. Guru

Media cerita rakyat diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya pokok bahasan penulisan naskah drama.

3. Peneliti

Mendapatkan informasi tentang tingkat hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia siswa

dengan menggunakan media cerita rakyat di sekolah menengah pertama dan aktifitas siswa

4. Pembaca

Memberikan tambahan informasi mengenai media dalam mengembangkan kemampuan

menulis dalam pemebelajaran.

1.5 Indikator

Indikator dari penelitian ini antara lain:


1. siswa mampu mengembangkan ide, alur, dailog, perwatakan, sting, ejaan, dan kesusai

naskah dengan cerita. Di dalam proses dan hasil penulisan naskah drama melalui

berbagai tes yang dilakukan.

2. menyusun dan mengembangankan langkah-langkah pembelajaran dan bahan ajar

menggunakan media cerita rakyat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang penggunaan berbagai media, metode atau teknik dalam pengajaran

sastra merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya

penelitian serupa yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa, guru, maupun pihak lain yang

berhubungan dengan hal tersebut. Khususnya yang berkaitan dengan penulisan naskah drama

ada beberapa peneliti yang pernah menletinya antra lain sebagai berikut.

Pertama Rahma Bages, 2010 dengan judul "strategi BUK (baca, ubah, kembangkan)

untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI MAN2 Mataram".

Pada penelitian ini Rahma, menyimpulkan bahwa anak mengalami peningkatan kemampuan

dalam menulis naskah drama dengan menggunakan tiga siklus. Pada siklus I menunjukan

kemampuan menulis siswa terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata 14,22, pada siklus II

meningkat menjadi 67,25 dan pada siklus III mencapai nilai rata-rata 67,88 atau terjadi

peningkatan sebesar 88%.


Kedua Santani, 2010 yang berjudul "Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah

Drama dengan Media Lingkungan Siswa Kelas X C SMA Muhamadia Mataram" .

Menunjukan bahwa, penggunaan media lingkungan sekolah dapat memberikan respon yang

positf bagi siswa dan dapat meningkatakan kemampuan menulis siswa. Hal ini , dapat dilihat

dari peningkatan nilai rata-rata siswa dalam menulis. Pada siklus I dengan nilai rata-rata

60,85 dan menjadi 74,34 pada siklus II. Sedangkan tingkat ketuntasan belajar meningkat dari

semula 28,94 menjadi 55,26 pada siklus I dan 94,74 pada siklus II.

Dalam penulisan naskah drama terdapat berbagai macam media dan strategi

yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu dan membangkitkan minat siswa dalam

menulis naskah drama. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menciptakan media baru

dan mudah didapat. Penggunaan media ini khendaknya mampu membantu siswa dan guru

dalam pembelajaran naskah drama.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Menulis

Keterampilan menulis termasuk di antara empat keterampilan berbahasa. Menulis

merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga dapat

diartikan sebagai kegiatan berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan khendak

kepada orang lain secara tertulis, Suriamiharja, 1985 (dalam Agusti , 2007 : 10). Dijelaskan

lagi oleh Nurrudin, (2010: 4) menulis adalah kegiatan yang dilakukan seorang untuk

menghasilkan tulisan. dapat di tarik kesimpulan pengertian menulis adalah segenap kegiatan

seorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis

kepada orang lain agar mudah dipahami.

2.2.2 Kegunaan Menulis


Menurut Subarti (dalam Rashma Bages, 2010 : 13) meyebutkan ada 6 kegunaan

menulis yaitu sebagai berikut:

1. penulis dapat terlatih dalam menggambarkan berbagai gagasan. Dengan menulis,

penulis terpaksa bernalar, menguhubung-hubungkan, serta membandingkan fakta-

fakta untuk mengembangkan berbagai gagasan.

2. dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi

penemu sekaligus pemecah masalah, bukan hanya sekedar menjadi penyadap

informaasi dari orang lain.

3. dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta

berbahasa secara tertib dan teratur.

4. penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta

mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan

permasalahan yang semula masih samar.

5. penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasanya sendiri secara lebih objektif.

6. dengan menulis sesuatu, penulis akan lebih mudah memcahkan permasalahan, yaitu

dalam konteks yang lebih konkrit.

2.2.3 Manfaat Menulis

Nurrudin, (2010 : 19) menyebutkan beberapa manfaat penulisan, yaitu:


1. sarana untuk mengungkapkan diri (a tool for self expression)

2. sarana untuk pemahaman (a tool for understanding)

3. membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri (a

tool to help developing personal satisfaction, pride, a feeling of self worth).

4. meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadapa lingkungan (a tool for increasing

awarennes and perception of enviroment)

Akhdiah 1997 (dalam Rasma Bages, 2010 : 14) menguraikan manfaat yang dapat

diperoleh dari kegiatan menulis. Dikatakan bahwa, secara umum dengan menulis seseorang

melakukan kegiatan berikut:

1. terpaksa mencari sumber informasi tentang topik yang akan ditulis tersebut. Dengan

demikian, wawasan topik tersebut bertambah luas dan mendalam.

2. untuk menulis tentang sesuatu seseorang terpaksa belajar tetang sesuatu itu serta

berpikir atau bernalar dan mengumpulkan fakta, kemudian menguhubungkan-

hubungkan, serta menarik kesimpulan.

3. menulis berarti menyusun gagasan secara runtut dan sistematis. Dengan demikian

sesuatu yang semula masih samar dapat dijelaskan.

4. dengan menulis permasalahan akan lebih muda dipecahkan.

5. kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan untuk berpikir dan berbahasa

secara tertip.

2.2.4 Media Pembelajaran


2.2.4.1 Pengertian Media

Kata media adalah bentuk jamak dari kata medium yang berasal dari medium yang

berasal dari bahasa Latin yang berarti pengantar atau perantara. Dalam konteks belajar dan

pembelajaran, media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan

atau materi ajar dari guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan dan

sebaliknya (Ginting, 2008 : 140). Pendapat lain yang sejalan Suparta, 2003 (dalam Arjuna,

2011 : 8) menjelaskan media digunakan dalam proses belajar mengajar untuk membantu

pelajaran dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Jadi, media adalah sarana membantu guru

untuk menyampaikan materi lebih mudah dan membantu siswa lebih mudah menyerap

penjelasan.

2.2.4.2 Manfaat Media

Menurut (Ginting, 2008 : 141) menyebutkan media memiliki manfaat antara

lain; (1) media secara tidak lansung dapat dijadikan sebagai skenario yang mengarahkan

jalanannya proses belajar dan pembelajaran sebagaimana direncanakan, (2) bahan ajar dapat

disiapkan sebelumnya sehingga dapat lebih disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

Ditamba lagi oleh Rudi dan Riyana (2008) manfaat media pembelajaran anatara lain; (1)

memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas, (2) mengatasi keterbatasan ruang, ruang dan

daya indra, (3) menimbulkan gairah belajar, intarksi lebih lansung antara murid dengan

sumber belajar, (4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, audiotori dan kinestiknya, (5) memberi ransangan yang sama, mempersamakan

pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Dari uraian di atas manfaat dari media pembelajaran pada dasarnya untuk

mempermudah transfer ilmu atau pengetahuan kepada siswa dan memudahkan proses

pemahaman serta penggalian makna dari apa yang disampaikan melalui media pembelajaran

tersebut.
2.2.5 Media Cerita Rakyat

Cerita rakyat merupakan salah satu sari bagian kajian dari folklor. Dundes 1965

(dalam L. Endi Kusuma Jaya, 2010 : 27) menyubutkan beberapa hal yang termasuk folklor,

yakni : mite (myths), legenda (legens), dongeng (folklates), lelucuan (jokes), pribahasa

(provebs). Namun, dari beberapa jenis kajian folklor tersebut yang termasuk cerita rakyat

adalah mite (myths), legenda (legens), dongeng (folklates).

Mite (myths) Bascom (dalam Danandjaja, 1997 : 50) mite adalah cerita prosa rakyat,

yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empuh cerita. Mite ditokohi oleh

para dewa atau mahluk setengah dewa. Mite pada umunya mengisahkan terjadinya alam

semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, gejala alam dan

sebagainya.

Legenda (legens) merupakan prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang sama

dengan Mite (myths), yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak anggap suci.

Mite ditokohi oleh manusia walaupun adakalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan

sering kali dibantu oleh mahluk-mahluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti

manusia sekarang namun waktunya saja yang terjadi pada masa lampau.

Dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh yang empuhnya

cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat, Bascom (dalam Danandjaja,

1997 : 50).

Cerita sama halnya dengan karya sastra lainnya, memiliki unsur instrinsik. unsur

isntrinsik dalam cerita rakyat anatara lain sebagai berikut.

1. Tema, istilah tema berasal dari kata thema dalam bahasa Inggris yang berarti ide

yang menjadi pokok pembicaraan, atau ide pokok dalam suatu tulisan. tema

merupakan ide pokok yang menjadi dasar terciptanya suatu cerita. Taufuik Rahman,
(2008: 10) menyimpulkan pengertian tema merupakan apa yang menjadi persoaalan

pokok, persoaalan yang menonjol, persoaalan yang banyak menimbulkan konflik, ide

utama dan tujuan utama di dalam sebuah cerita.

2. Penokohan, adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita.

3. latar/ seting, Abram (dalam L. Endi Kusuma Jaya, 2010: 16) menjelaskan latar/ seting

adalah landas tumpu, menyaran pada tempat, hubungan waktu dan lingkungan.

dipertegas lagi oleh Leo Hamalian Frederick R. Karel dalam (dalam L. Endi Kusuma

Jaya, 2010: 16) latar/ seting bukan hanya berupa tempat, waktu, perestiwa, suasana

serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga berupa suasana yang

berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, perasangka, maupun gaya hidup suatu

masyarakat dalam menanggapi suatu problem tertentu.

4. alur/plot rangakain cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan perestiwa sehingga

menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.

5. amanat menurut Akhmad Saliman (1996) (dalam Tujiono, 2005) amant adalah segala

sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanamkannya secara tidak

langsung ke dalam benak para pembaca. Harimurti Kridalaksana (183) berpendapat

amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna

wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang

lain yang digagas atau ditujunya. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat,

tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah

drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu

menemukan amanat implisit tersebut.


2.2.6 Naskah Drma

Naskah drama adalah karangan yang berupa teks cerita konflik manusia dalam bentuk

dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action

dihadapan penonton (audience). Naskah merupakan bahan pokok pementasan. Secara garis

besar naskah drama dapat berbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan

komedi (tentang lelucon dan tingka laku konyol), serta disajikan secara realis (mendekati

kenyataan yang sebenarnya dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata

panggungnya, serta secara simbolik (dalam pementasannnya tidak perlu mirip apa yang

sebenarnya terjadi dalam realita, biasanya dibuat puitis, dibumdui musik-koor-tarian, dan

panggung kosong tanpa hiasan yang melukiskan suatu realitas.

Dalam naskah drama memiliki unsur pisik dan dan pisikis. unsur pisik mengandung

judul, prolog, dialog, autodirection, dan babak. sedangkan unsur pisikis tema, alur,

penokohan, gaya bahasa, objek dan konflik.

Naskah juga dikenal juga memilki unsur instrinsik, sebgai mana karya sastra lainnya.

Unsur-unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembangunan struktur yang ada di dalam

drama itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik drama menurut Akhmad Saliman ,1996 (dalam

Tujiyono, 2003) ada 7 yakni : 1. Alur. 2. Amanat, 3. Bahasa, 4. Dialog, 5. Latar, 6. Petunjuk

teknis, 7. Tema, 8. tokoh.

Unsur-unsur instrinsik cerita rakya memiliki persamaan denagan teks naskah drama.

Hanya saja teks naskah drama memiliki dialog, dan petunjuk teknis. Akhmad Saliman,1996

(dalam Tujiyono, 2003) menjelaskan dialog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan

keseharian. Dialog drama ada yang realistis komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis

(estetik, filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karekter tokoh cerita.

Sedangkan petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh seorang
penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang ingin

mementaskannya. Petunjuk teksnis bisa berupa paparan tentang adegan demi adegan, profil

tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata lampu, tata musik, tata panggung, dan daftar

properti yang harus disiapkan.

Anda mungkin juga menyukai