BAB I
PENDAHULUAN
keterampilan membaca (reading skills), dan ketrampilan menulis (writing skills), (Tarigan,
1971 : 1).
Faesal, 2009 : 1) menyatakan bahwa Kerja menulis merupakan pekerjaan yang sulit di
dunia. Menulis benar-benar menghantui jiwa.... Ditambhakn lagi oleh Dewi (2006 : 21)
mengatakan bahwa, ...sesungguhnya menulis memang tidak mudah, apa pun jenis tulisan
itu. Dari kedua penulis di atas merupakan gambar ril di dalam kegiatan menulis memang
sangat sulit dan membosankan, ini disebabkan karena ketidak kebiasaan dalam menulis, tidak
ada gambaran ide untuk ditulis, dan berbagai hal lainnya. Oleh karena dalam kegiatan
menulis perlu dicari solusi-solusi, sehingga menulis tidak lagi dianggap kertarampilan yang
menggunakan model atau media pembelajaran untuk membangkitkan motivasi menulis dan
naskah drama sangatlah penting, untuk membantu siswa lebih mudah memahami pokok
bahasan yang disampaikan oleh guru. Namun, penggunaan media pada pelajaran naskah
drama jarang sekali digunakan oleh guru. Penggunaan media di dalam proses pembelajaran
merupakan salah satu upaya untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, mudah, dan
bagi siswa. Suyanto, 2005 (dalam Yuliana, 2007 : 3 ) menjelaskan bahwa pembelajaran
menarik adalah pembelajaran yang mempunyai unsur menggelitik bagi siswa untuk terus
diikuti. Dengan begitu, siswa mempunyai motivasi untuk terus mengikuti pelajaran.
Media pembelajaran yang bisa digunakan tidak harus media yang mahal dan bagus,
yang paling penting adalah media tersebut digunakan untuk menunjang proses pembelajaran
siswa. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran penulisan naskah drama
adalah penggunaan media cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan merupakan cerita prosa
rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dimasa lampau biasanya ditokohi oleh manusia dan
adakalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa terjadinya di dunia yang kita kenal sekarang,
Bascom (dalam Yuliana, 2007 : 2 ). Kelebihan media cerita rakyat dibandingkan dengan
2. Seluruh siswa sering mendengar cerita rakyat berasal dari daerah masing-masing bahkan
3. Di dalam cerita rakyat terdapat unsur-unsur pendidikan dan pesan-pesan moral yang dapat
4. Di dalam cerita rakyat terdapat beberapa unsur pembangun yang memilki kesamaan dalam
naskah drama.
Permasalahan dalam menulis naskah drama dialami oleh siswa beraneka ragam, dari
yang dialami antaranya : (1) siswa masih mengalami kesuliatan dalam menentukan tema, (2)
kesulitan dalam menentukan judul, (3) sulit membayangkan suasana tempat terjadi perestiwa,
(4) sulit memilih kata-kata/ dialog yang pas sesuai dengan tema, (5) sulit mengawali atau
menentukan dialog pembuka, (6) sulit membangun klimaks, konflik, dan resolusi dalam
naskah. semua permasalahan ini disimpulkan muncul kerena siswa tidak banyak atau jarang
Maka dalam penelitian ini sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan guru dan
siswa dalam pembelajaran naskah drama diangkat penelitian dengan judul Pemanfaatan
Media Cerita Rakyat untuk Meningkatken Kemampuan Menulis Naskah Drama pada
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah
1. Apakah pemanfaatan media cerita rakyat dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah
1. Siswa
Dengan pemanfaatan media certia rakyat ini mempermudah siswa dalam menulis naskah
2. Guru
Media cerita rakyat diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya pokok bahasan penulisan naskah drama.
3. Peneliti
Mendapatkan informasi tentang tingkat hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia siswa
dengan menggunakan media cerita rakyat di sekolah menengah pertama dan aktifitas siswa
4. Pembaca
1.5 Indikator
naskah dengan cerita. Di dalam proses dan hasil penulisan naskah drama melalui
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian tentang penggunaan berbagai media, metode atau teknik dalam pengajaran
sastra merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
penelitian serupa yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa, guru, maupun pihak lain yang
berhubungan dengan hal tersebut. Khususnya yang berkaitan dengan penulisan naskah drama
ada beberapa peneliti yang pernah menletinya antra lain sebagai berikut.
Pertama Rahma Bages, 2010 dengan judul "strategi BUK (baca, ubah, kembangkan)
untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI MAN2 Mataram".
Pada penelitian ini Rahma, menyimpulkan bahwa anak mengalami peningkatan kemampuan
dalam menulis naskah drama dengan menggunakan tiga siklus. Pada siklus I menunjukan
kemampuan menulis siswa terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata 14,22, pada siklus II
meningkat menjadi 67,25 dan pada siklus III mencapai nilai rata-rata 67,88 atau terjadi
Menunjukan bahwa, penggunaan media lingkungan sekolah dapat memberikan respon yang
positf bagi siswa dan dapat meningkatakan kemampuan menulis siswa. Hal ini , dapat dilihat
dari peningkatan nilai rata-rata siswa dalam menulis. Pada siklus I dengan nilai rata-rata
60,85 dan menjadi 74,34 pada siklus II. Sedangkan tingkat ketuntasan belajar meningkat dari
semula 28,94 menjadi 55,26 pada siklus I dan 94,74 pada siklus II.
Dalam penulisan naskah drama terdapat berbagai macam media dan strategi
yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu dan membangkitkan minat siswa dalam
menulis naskah drama. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menciptakan media baru
dan mudah didapat. Penggunaan media ini khendaknya mampu membantu siswa dan guru
merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga dapat
kepada orang lain secara tertulis, Suriamiharja, 1985 (dalam Agusti , 2007 : 10). Dijelaskan
lagi oleh Nurrudin, (2010: 4) menulis adalah kegiatan yang dilakukan seorang untuk
menghasilkan tulisan. dapat di tarik kesimpulan pengertian menulis adalah segenap kegiatan
seorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis
2. dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi
5. penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasanya sendiri secara lebih objektif.
6. dengan menulis sesuatu, penulis akan lebih mudah memcahkan permasalahan, yaitu
Akhdiah 1997 (dalam Rasma Bages, 2010 : 14) menguraikan manfaat yang dapat
diperoleh dari kegiatan menulis. Dikatakan bahwa, secara umum dengan menulis seseorang
1. terpaksa mencari sumber informasi tentang topik yang akan ditulis tersebut. Dengan
2. untuk menulis tentang sesuatu seseorang terpaksa belajar tetang sesuatu itu serta
3. menulis berarti menyusun gagasan secara runtut dan sistematis. Dengan demikian
5. kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan untuk berpikir dan berbahasa
secara tertip.
Kata media adalah bentuk jamak dari kata medium yang berasal dari medium yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti pengantar atau perantara. Dalam konteks belajar dan
pembelajaran, media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan
atau materi ajar dari guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan dan
sebaliknya (Ginting, 2008 : 140). Pendapat lain yang sejalan Suparta, 2003 (dalam Arjuna,
2011 : 8) menjelaskan media digunakan dalam proses belajar mengajar untuk membantu
pelajaran dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Jadi, media adalah sarana membantu guru
untuk menyampaikan materi lebih mudah dan membantu siswa lebih mudah menyerap
penjelasan.
lain; (1) media secara tidak lansung dapat dijadikan sebagai skenario yang mengarahkan
jalanannya proses belajar dan pembelajaran sebagaimana direncanakan, (2) bahan ajar dapat
Ditamba lagi oleh Rudi dan Riyana (2008) manfaat media pembelajaran anatara lain; (1)
memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas, (2) mengatasi keterbatasan ruang, ruang dan
daya indra, (3) menimbulkan gairah belajar, intarksi lebih lansung antara murid dengan
sumber belajar, (4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, audiotori dan kinestiknya, (5) memberi ransangan yang sama, mempersamakan
Dari uraian di atas manfaat dari media pembelajaran pada dasarnya untuk
mempermudah transfer ilmu atau pengetahuan kepada siswa dan memudahkan proses
pemahaman serta penggalian makna dari apa yang disampaikan melalui media pembelajaran
tersebut.
2.2.5 Media Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan salah satu sari bagian kajian dari folklor. Dundes 1965
(dalam L. Endi Kusuma Jaya, 2010 : 27) menyubutkan beberapa hal yang termasuk folklor,
yakni : mite (myths), legenda (legens), dongeng (folklates), lelucuan (jokes), pribahasa
(provebs). Namun, dari beberapa jenis kajian folklor tersebut yang termasuk cerita rakyat
Mite (myths) Bascom (dalam Danandjaja, 1997 : 50) mite adalah cerita prosa rakyat,
yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empuh cerita. Mite ditokohi oleh
para dewa atau mahluk setengah dewa. Mite pada umunya mengisahkan terjadinya alam
semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, gejala alam dan
sebagainya.
Legenda (legens) merupakan prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang sama
dengan Mite (myths), yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak anggap suci.
Mite ditokohi oleh manusia walaupun adakalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan
sering kali dibantu oleh mahluk-mahluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti
manusia sekarang namun waktunya saja yang terjadi pada masa lampau.
Dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh yang empuhnya
cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat, Bascom (dalam Danandjaja,
1997 : 50).
Cerita sama halnya dengan karya sastra lainnya, memiliki unsur instrinsik. unsur
1. Tema, istilah tema berasal dari kata thema dalam bahasa Inggris yang berarti ide
yang menjadi pokok pembicaraan, atau ide pokok dalam suatu tulisan. tema
merupakan ide pokok yang menjadi dasar terciptanya suatu cerita. Taufuik Rahman,
(2008: 10) menyimpulkan pengertian tema merupakan apa yang menjadi persoaalan
pokok, persoaalan yang menonjol, persoaalan yang banyak menimbulkan konflik, ide
3. latar/ seting, Abram (dalam L. Endi Kusuma Jaya, 2010: 16) menjelaskan latar/ seting
adalah landas tumpu, menyaran pada tempat, hubungan waktu dan lingkungan.
dipertegas lagi oleh Leo Hamalian Frederick R. Karel dalam (dalam L. Endi Kusuma
Jaya, 2010: 16) latar/ seting bukan hanya berupa tempat, waktu, perestiwa, suasana
serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga berupa suasana yang
berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, perasangka, maupun gaya hidup suatu
menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
5. amanat menurut Akhmad Saliman (1996) (dalam Tujiono, 2005) amant adalah segala
sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanamkannya secara tidak
amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna
wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang
lain yang digagas atau ditujunya. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat,
tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah
drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu
Naskah drama adalah karangan yang berupa teks cerita konflik manusia dalam bentuk
dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
dihadapan penonton (audience). Naskah merupakan bahan pokok pementasan. Secara garis
besar naskah drama dapat berbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan
komedi (tentang lelucon dan tingka laku konyol), serta disajikan secara realis (mendekati
kenyataan yang sebenarnya dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata
panggungnya, serta secara simbolik (dalam pementasannnya tidak perlu mirip apa yang
sebenarnya terjadi dalam realita, biasanya dibuat puitis, dibumdui musik-koor-tarian, dan
Dalam naskah drama memiliki unsur pisik dan dan pisikis. unsur pisik mengandung
judul, prolog, dialog, autodirection, dan babak. sedangkan unsur pisikis tema, alur,
Naskah juga dikenal juga memilki unsur instrinsik, sebgai mana karya sastra lainnya.
Unsur-unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembangunan struktur yang ada di dalam
drama itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik drama menurut Akhmad Saliman ,1996 (dalam
Tujiyono, 2003) ada 7 yakni : 1. Alur. 2. Amanat, 3. Bahasa, 4. Dialog, 5. Latar, 6. Petunjuk
Unsur-unsur instrinsik cerita rakya memiliki persamaan denagan teks naskah drama.
Hanya saja teks naskah drama memiliki dialog, dan petunjuk teknis. Akhmad Saliman,1996
(dalam Tujiyono, 2003) menjelaskan dialog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan
keseharian. Dialog drama ada yang realistis komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis
(estetik, filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karekter tokoh cerita.
Sedangkan petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh seorang
penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang ingin
mementaskannya. Petunjuk teksnis bisa berupa paparan tentang adegan demi adegan, profil
tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata lampu, tata musik, tata panggung, dan daftar