Anda di halaman 1dari 68

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan menulis puisi sastra sangat bermanfaat bagi siswa. Manfaat
menulis puisi pada siswa agar mampu secara kreatif melakukan pengenalan
realitas,

pengembangan

kemampuan

berbahasa,

pengembangan

kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain. Sebagaimana dikatakan


Stewig dalam Aminuddin (2001:16) bahwa siswa mengapreasiasi sastra
untuk mendapatkan kesenangan. Secara psikologis: aktivitas mengapresiasi
sastra tersebut juga akan mengasa kepekaan emosi, mengembangkan daya
imajinasi, dan memperkaya skemata siswa.
Dalam mencapai tujuan dan manfaat pembelajaran menulis puisi
diperlukan pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan). Berdasarkan hal itu, penulis memandang bahwa metode
inquri sangat sesuai dengan pembelajaran menulis puisi pada siswa sekolah
menengah. Apalagi metode Inkuri jarang sekali digunakan oleh para pendidik,
khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan survei awal, penulis menemukan bahwa kemampuan
menulis puisi seseorang lebih baik ketika dia menggunakan semua alat
indranya dibandingkan hanya berimajinasi saja. Hal ini sama saja pada
pembelajaran mengemudi mobil ketika dia langsung belajar dengan
1

menggunakan mobil ketimbang hanya berangan-angan saja atau hanya


mempelajari sebuah teori belaka.
Aminuddin (1990:207) menyatakan bahwa ada dua tugas guru dalam
kegiatan apresiasi, yaitu (1) mengembangkan pengetahuan dan pengalaman
(skema simbolik) siswa, dan membimbing cara berpikir siswa. (2) Guru
berperan penting untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari, serta membimbing siswa ke arah berpikir kritis
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman siswa.
Menulis puisi merupakan bagian dari pembelajaran apresiasi sastra
yang perlu dimiliki siswa. Kompetensi dasar penulis puisi pada siswa
menengah pertama berbunyi menulis puisi berdasarkan pengalaman dengan
indikator pembelajaran yaitu siswa mampu menentukan gagasan pokok puisi,
menentukan hal-hal yang menarik dari pengalaman dan mampu menulis puisi
bebas kompetensi dasar tersebut menginsyaratkan sebuah proses. Melalui
tahapan proses menulis, siswa diajak dan diarahkan untuk menentukan halhal yang dipikirkannya. Hal-hal yang dipikirkan siswa tidak lepas dari
pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.
Dengan menulis puisi, siswa dapat mengapresiasi gagasan, perasaan
serta pengalamannya secara puitis. Guru dapat membantu siswa untuk
memunculkan dan mengembangkan gagasan, kemudian mengorganisasikan
menjadi puisi. Dengan demikian, kegiatan menulis puisi memerlukan
beberapa kemampuan, yaitu (1) kemampuan memunculkan gagasan.
2

(2) kemampuan mengembangkan gagasan. (3) kemampuan menggunakan


pilihan

kata

secara

cermat,

serta

mengorganisasikannya

sehingga

menghasilkan puisi yang bermakna.


Kelemahan pembelajaran sastra pada umumnya terdapat pada
kemampuan pada guru dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut
Kasnadi (2014), mengapresiasi sastra tidak diminati para siswa sehingga
muncul sinyalemen sastra itu sulit, sastra itu tidak menarik, sastra itu
membosankan, sehingga siswa memvonis untuk menjauhi sastra. Hal itu
disebabkan ketidakmampuan guru menyajikan pembelajaran sastra menjadi
suatu hal yang menarik. Guru masih memberikan hafalan-hafalan kepada
anak-anak seperti judul hasil sastra dan pengarangnya serta angkatan
kesusastraan. Padahal tujuan pembeljaran sastra adalah memupuk apresiasi
anak terhadap hasil sastra
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti penerapan
metode inquri dalam meningkatkan kemampuan menulis Puisi siswa kelas
IX-B SMP Negeri 8 Makasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, penulis merumuskan


masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu apakah penggunaan
metode inkuiri dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa
kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan menulis puisi dengan
menggunakan metode inquri pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
pada bagian ini dibahas tentang manfaat penelitian yaitu: manfaat bagi
siswa, manfaat bagi guru, manfat bagi sekolah, dan manfaat bagi peneliti
lain.
1. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan
metode inkuiri?

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, khususnya guru Bahasa


Indonesia yaitu untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa dalam
menulis puisi dengan menggunakan metode inkuiri.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam
rangka memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah. Hasil penelitian juga
bia menjadi evaluasi penting dalam konsep pembelajaran di sekolah.
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi atau
referensi tambahan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian-penelitian
yang sejenis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5

A. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan
yang produktif dan ekspresif. Menulis adalah menirukan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan satu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain tersebut dapat membaca lambanglambang grafik tersebut, sehingga mereka dapat memahami bahasa dan
gambaran grafik itu (Tarigan, 1985:2). Hal ini sejalan dengan Abdurahman
dan Waluyo (2000:23) bahwa menulis adalah penggambaran visual tentang
pikiran, perasaan dan ide dengan menggunakan bahasa tulisan untuk
kepekaan komunikasi atau menyampaikan pesan tertentu.
Pengertian menulis juga dikemukakan oleh Suparno dan Yunus
(2007:4) bahwa menulis adalah aktivitas menyampaikan pesan dengan
menggunakan tulisan sebagai medianya. Menurut Fachruddin (1994:3),
menulis adalah alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan
sendirinya memainkan peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Kegunaan menulis dapat dilihat sebagai berikut: (1) menulis menghasilkan
ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran untuk mengadakan
hubungan mencari perhatian dan menarik persamaan (analogi) yang tidak
akan pernah terjadi seandainya tidak dimulai menulia. (2) menulis membantu
menorganisasikan pikiran kita dan menempatkanya ke dalam suatu bentuk
yang berdiri sendiri. (3) menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk
6

dilihat dan dievaluasi, kita dapat membuat jarak dengan ide kita sendiri dan
melihatnya lebih objektif pada waktu kita menuliskannya. (4) menulis
membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsurunsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga ia
dapat diuji. Pada prinsipnya fungsi tulisan adalah sebagai alat komunikasi
yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berpikir, dapat menolong kita berpikir kritis, dapat
memudahkan

kita

merasakan

dan

menikmati

hubungan-hubungan

memperdalam daya tanggap atau presepsi kita, memecahkan masalahmasalah yang kita hadapi, menyusu urutan bagi pengalaman.
Dari pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
menulis merupakan kegiatan komunikasi

yang dilakukan oleh penutur

kepada lawan tutur secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dalam
menyampaikan suatu maksud dan tujuan tertentu.

1. Kemampuan Menulis
Keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik
wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwa seseorang, penghayatan

dan

pengalaman

secara

teratur

disebut

kemampuan

menulis

atau

mengarang.
Ambo Enre (1998:6) menyatakan bahwa beberapa kegunaan menulis
yang menyebabkan kemampuan menulis itu menjadi penting yaitu: (1)
Menulis menemukan kembali apa yang pernah diketahui. (2) Menulis
menghasilkan ide-ide baru. (3) Menulis membantu mengorganisasikan pikiran
dan menempatkan dalam satu bentuk yang berdiri sendiri. (4) Menulis
menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi. (5) Menulis
membantu dan menyerap dan menguasai informasi baru. (6) Menulis
membantu memecahkan masalah dengan memperjelas unsur-unsur dan
menempatkan dalam suatu konteks visual, sehingga dapat diuji.
2. Tujuan Menulis
Dalam kegiatan menulis atau mengarang pada umumnya orang
mempunyai tujuan tertentu. Apakah mereka menulis atau mengarang untuk
kesenangan, untuk memberikan informasi, atau untuk mempengaruhi
pembaca dan lain-lain.
Setiap

menulis

tidak

hanya

diharuskan

memilih

satu

pokok

pembicaraan yang cocok dan serasi tetapi juga harus menentukan siapa
pembaca karya itu dan apa maksud dan tujuannya. Sehubungan dengan
tujuan penulisan suatu tulisan, yaitu:

1) Tujuan penugasan pada tujuan ini, sebenarnya penulis menulis sesuatu


karena ditugasi. Misalnya, siswa ditugasi merangkum, membuat laporan
dan sebagainya.
2) Tujuan altrulistik, penulis bertujuan menerangkan, menghindarkan
`kedudukan,

ingin

menolong

para

pembaca

lebih

mudah

dan

menyenangkan.
3) Tujuan persuasif, penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan
kebenaran yang diutarakan.
4) Tujuan penerangan, penulis bertujuan memberikan informasi keterangan
atau penerangan kepada pembaca.
5) Tujuan dari pernyataan diri, penulis bertujuan memperkenal, atau
menyatakan diri kepada pembaca melalui tulisannya, pembaca dapat
memahami sang penulis.
6) Tujuan pemecahan masalah, dalam tulisan ini penulis berusaha
memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis berusaha memberikan
kejelasan kepada para pembaca tentang cara pemecahan suatu
masalah.
Jelaslah menulis adalah hal yang kompleks karena selain harus
mengemukakan gagasan atau ide dengan jelas, juga harus menerapkan
kaidah bahasa tulisan dengan tepat. Kaidah bahasa tulisan yang dimaksud
adalah dapat menata organisasi karangan, menggunakan ejaan, semua

10

aspek tersebut diperlukan di dalam kegiatan tulis-menulis dengan berbagai


tujuan.
3. Manfaat Menulis
Adapun manfaat menulis yaitu:
1) Wawasan tentang topik akan bertambah karena dalam menulis berusaha
mencari sumber tentang topik yang akan di bahas.
2) Berusaha belajar berpikir dan bernalar tentang suatu misalnya:
menyaring informasi, menghubung- hubungkan dan menarik simpulan.
3) Dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis.
4) Akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas- kertas walaupun
gagasan yang tertulis memungkinkan untuk di-revisi.
5) Menulis memaksa belajar secara aktif.
6) Menulis akan membiasakan berpikir secara tertib dan sistematis.
B. Puisi
Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani Poema yang
berarti membuat, poetitis yang artinya pembuat. Dalam bahasa Inggris, puisi
diambil dari kata Poem atau Poetri. Dengan demikian, puisi dapat diartikan
sebagai membuat atau pembuat. Dari berbagai literatur ditemukan pula
beberapa pengertian puisi yang dikemukakan oleh para pakar. Ada yang
sependapat, ada pula yang berbeda pendapat.

10

11

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, (1994) dikemukakan


pengertian puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terkait oleh irama,
mantra rima serta penyusunan larik dan baut. Sedangkan puisi bebas,
adalah puisi yang tidak terkait oleh sejumlah larik dan bait serta jumlah suku
kata pada setiap larik.
Menurut Pradopo (1993:4), untuk memberikan batasan puisi secara
utuh terlebih dahulu dibedakan antara wujud puisi dan wujud prosa.
Selanjutnya, dia mengemukakan bahwa sesudah memberikan perbedaan
antara puisi dan prosa, perlu adanya kesepakatan bersama dari berbagai
pihak terrhadap pengertian atau batasan puisi tersebut.
Sehubungan
mengemukakan

dengan

perbedaan

pendapat
puisi

di

dengan

atas,

Pradopo

prosa:

koresondensi prosa yang pokok adalah kesatuan

(1993:7)

kesatuan-kesatuan

sintaksis, sedangkan

kesatuan-satuan korespondensi puisi secara resmi bukan kesatuan sintaksis


melainkan kesatraan akuistik.
Di dalam puisi, korespodensi dari corak tertentu yang terdiri atas
kesatuan-kesatuan pula meliputi seluruh dari semula hingga akhir kesatraan
ini disebut baris dalam sajak. Di dalam baris sajak ada prioritas dari awal
hingga akhir.
Pradopo (1993:6) menyatakan bahwa sebenarnya puisi merupakan
pikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta
berirama.
11

12

Waluyo (1993:3) menyatakan pengertian puisi sebagai bentuk karya


sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif
dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
struktur fisik dan struktur batinnya.
Menurut Sutardji (1995:2), kriteria puisi yang bertema lingkungan yang
baik, yaitu (1) puisi yang ditulis dapat menyampaikan ide atau pesan, (2)
mengemukakan bahasa yang indah dan menarik, (3) memberi keputusan
batin pembaca, (4) menambah atau meningkatkan wawasan pengetahuan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasan penyair secara imajinatif dan konkret dalam bahasa emosional serta
berirama.
1. Unsur- unsur yang membangun puisi
Puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yaitu bentuk atau struktur puisi
dan isi, tema atau amanat puisi. Bentuk puisi terutama dibangun oleh unsurunsur musikalitas, pertautan korespondensi, kearifan dan keaslian. Puisi juga
mempunyai unsur- unsur seperti tema, daya bayang, serta rima dan irama.
Menurut Waluyo (1995), puisi terdiri dari dua struktur yaitu struktur fisik dan
struktur batin. Dari sekian unsur yang membangun puisi penulis hanya akan
menilai unsur- unsur yang membangun puisi secara umum saja, yakni tema,
amanat nada, diksi dan penggunaan bahasa figuratif.

12

13

a. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair.
Pokok pikiran atau persolan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair,
sehingga menjadi landasan utama pengucapan atau penciptaan.
b. Amanat
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan
puisinya Amanatnya tersirat di balik kata- kata yang tersusun dan juga berada
dari amanat. Tema berhubungan dengan arti karya sastra. Maksudnya,
persoalan yang ingin diungkapkan, sedangkan amanat berhubungan dengan
makna karya sastra. Maksudnya, pesan yang ingin disimpulkan atau
disampaikan.
Amanat puisi juga pesan atau nasihat yang ada dalam puisi yang
didapat oleh pembaca melalui puisi yang dibacanya.

c. Rima
Rima adalah perulangan bunyi yang sama dalam puisi yang berguna
untuk menambah keindahan suatu puisi.
Con toh:

13

14

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Macam-macam rima sebagai berikut:
1. Rima sempurna
Rima Sempurna adalah Seluruh suku akhirnya berirama sama
Contoh :
ma lang
ma ti
pa lang
ha ti

2. Rima tak sempurna


Rima tak sempurna adalah hanya sebagian suku akhir yang sama
Contoh :
pu lang

14

15

pa - gi
tu kang
ha ri
3. Rima mutlak
Rima mutlak adalah seluruh kata berima
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenagan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau-silau
Kata jua yang diulang dua kali pada tempat yang sama itu berima mutlak.

4. Rima terbuka
Rima terbuka adalah rima yang suku akhir suku terbuka dengan vokal
yang sama.

15

16

Contoh :
bu ka
ba tu
mu ka
pa lu
5. Rima tertutup
Rima tertutup adalah rima yang berima itu suku akhir suku tertutup
dengan vokal yang diikuti konsonan yang sama.
Contoh :
hi lang
su sut
ma lang
ta kut
d. Diksi
Diksi sangat penting bagi penyair. Penyair harus cermat memilih kata,
sebab kata yang ditulis dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam
rima, irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi. Jadi diksi adalah pilihan kata yang
dipergunakan penyair.
e. Penggunaan Bahasa Figuratif.

16

17

Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk


mengatakan sesuatu dengan cara yang biasa, yakni secara langsung
mengungkapkan makna, kata atau bahasanya bermakna kias atau lambang.
Bahasa figuratif ini juga disebut majas.
2. Jenis- Jenis Puisi
a. Puisi lama
Menurut Makloempoeck (2007), puisi lama merupakan bentuk karya
sastra yang terikat oleh jumlah bait, jumlah larik tiap bait, jumlah suku kata
tiap larik, dan rima. Yang tergolong puisi lama sebagai berikut :
1) Mantra
Mantra adalah salah satu bentuk puisi asli indonesia terdiri atas
beberapa bait dengan rangkaian kata yang bernilai ritmis. Bahasa mantra
dianggap mengandung kekuatan magis. Oleh karenanya, tidak semua orang
diizinkan membacanya kecuali ahlinya, yaitu Pawang.
Contoh:
Pasau jantan, pasu rencana
Tutup pasau, penolak pasu
Kau menantang pada aku
Terjantang mataku
Jantungku sudah kugantung

17

18

Hati kau sudah kurantai


Sipulut namanya usar
Berderailah daun selasih
Aku tutup hati yang besar
Aku gantung lidah yang fasik
Jantungku sudah kugantung
Hatiku sudah kurantai
Rantai Allah, rantai Muhammad
Rantai Baginda Rasulullah
2) Pantun
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak ab- ab, tiap bait 4 baris.
Tiap baris terdiri dari 6-12 suku kata 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi.
Contoh:
Berburu ke padang datar
Mendapat rusa belang kaki
Berburu kepalang ajar
Bagai bunga kembang tak jadi.
3) Karmina
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
18

19

Sudah gaharu cendana pula


Sudah tau bertanya pula.
4) Seloka
Seloka adalah pantun berkait ( ada pertalian antar bait).
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
Turun angin patalah dahan
Ibu mati bapak berjalan
Kemana utang diserahkan

5) Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat
19

20

Tentu dirimu akan tersesat


Barangsiapa tinggalkan sembahyang
Bagai rumah tiada bertiang
Jika suami tiada berhati lurus
Istri pun kelak menjadi kurus
6) Syair
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab, tiap bait terdiri atas 4
baris. Tiap baris biasanya mempunyai delapan sampai dua belas suku kata.
Isinya cerita dan rimanya a-a-a-a.
Contoh:
Bulan purnama cahaya terang
Bintang seperti intan di karang
Pungguk merawang seorang- orang
Berahikan bulan di amah seberang
Pungguk bercinta pagi dan petang
Melihat bulan di pagar bintang
Terselap merindu dendamnya datang
Dari saujana pungguk menentang
7) Talibun
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6,8 ataupun 10
baris.
20

21

Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Ciri-ciri puisi lama menurut Makloempoeck (2007), sebagai berikut:
a. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
b. Disampaikan dari mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
c. Sangat terikat oleh aturan- aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah
suku kata maupun rima.

b. Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi
jumlah baris, suku kata, maupun rima ( Makloempoeck, 2007).
1) Distikon

21

22

Distikon adalah sanjak 2 seuntai biasanya bersajak sama.


Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandak)
2)Terzina
Terzina adalah sanjak 3 seuntai.
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bahagia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(karya : Sanusi Pane)
3) Quatrain
Quatrain adalah sanjak 4 seuntai.
Contoh :
Mendatang-datang juah
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul juah
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa juah
Adi kanda lama lalu
Membuat hati juah
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4) Quint
Quint adalah sanjak 5 seuntai.
Contoh :
Hanya kepada tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah resah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
22

23

Yang bisa dirasakan


Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandak)
5) Sexte
Sexte adalah sanjak 6 seuntai.
Contoh :
Merindu bahagia
Jika harilah dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terbatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
6) Septima
Septima adalah sanjak seuntai.
Contoh :
Indonesia tumpah darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpa darahku Indonesia namanya
(Muhammad yamin)
7) Stanza (Oktav)
Oktav adalah sanjak 8 seuntai.
Contoh :
Awan
Awang datang melayang pelahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertamba halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
8) Soneta
Soneta adalah bentuk kesusastraan Italia yang lahir sejak kira-kira
pertengan abad ke-13 di kota Florence.
Ciri-ciri soneta :
23

24

a. Terdiri atas 14 baris


b. Terdiri atas empat bait, yang terdiri atas 2 Quartrain dan 2 terzina
c. Dua Quartrain merupakan sampiran dan merupakan suatu kesatuan
yang disebut oktav.
d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut
sexte.
e. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
f. Sextes berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan dari padapada apa
yang dilukuskan dalam octav, jadi sifatnya subjektif.
g. Peralihan dari oktav ke sektet disebut volta.
h. Penambahan baris pada soneta disebut koda

Contoh:
Gembala
Siapa takan nyala (a)
Melihat anak berelagu dendang (b)
Seorang saja di tengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)
Beginilah nasib anak gembala (a)
Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang kerumah di senja kala (a)
Jauh sedikit sesayup sampai (a)
Terdengar olehku bunyi serunai (a)
Melagukan alam molek permai (a)
Wahai gembala di segera hijau (c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c)
Maulah aku menurutkan dikau (c)
(Muhammad Yamin)
Ciri-ciri puisi baru menurut Makloempoeck ( 2007), sebagai berikut :
a. Bentuknya rapi, simetris.

24

25

b. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur).


c. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola
yang lain.
d. Sebagian besar puisi empat seuntai.
e. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis).
f. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata
c. Puisi Modern
Puisi modern adalah bentuk puisi yang benar-benar bebas maksudnya
bebas dalam bentuk maupun isi. Jenis puisi modern tidak lagi terikat oleh
aturan jumlah baris, rima atau ikatan lain yang biasa digunakan pada puisi
lama maupun puisi baru. puisi modern adalah puisi-puisi yang timbul ketika
masyarakat telah mendapat pengaruh kebudayaan dunia, jadi tidak hanya
kebudayaan yang berasal dari Barat tetapi juga kebudayaan Rusia, Perancis,
Cina dan lain-lain. Puisi modern atau puisi bebas muncul pada angkatan 45,
dipelopori oleh Chairil Anwar. Puisi modern atau puisi bebas tidak
mengutamakan bentuk atau banyak baris dalam satu bait dan irama atau
persajakan tetapi lebih mengutamakan isi puisi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa puisi modern adalah puisi yang tidak lagi terikat oleh aturan jumlah
baris, lebih mengutamakan isi serta puisi modern ini mendapat pengaruh
kebudayaan dunia.

25

26

Contoh:
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat nama-Mu penuh seluruh
Cahayamu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Dipintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
(Chairil Anwar)
Ciri-ciri puisi modern sebagai berikut:
a. Bentuknya bebas tetapi mengutamakan ekspresi
b. Penulisannya cenderung eksperimen.
c. Tata tulis atau tipografinya mendukung keindahan.
d Setiap kata atau bunyi diusahakan mendukung makna, membangkitkan
imajinasi dan bernilai estetis (mengandung keindahan atau seni).
C. Metode Inkuiri
1. Pengertian
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya bila
tidak menguasai metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan
para ahli psikologis dan pendidikan (Syaiful,1995:53) . Metode merupakan

26

27

alat motivasi ekstrinsik dalam proses belajar

mengajar dan sebagai alat

untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia menyangkut ciri-ciri


puisi, penulis menerapkan metode Inkuiri. Menurut Depdiknas (2005:36),
metode inkuri dapat mendorong seluruh pikiran dan tubuh untuk bersamasama aktif, baik di dalam maupun di luar kelas. Guru harus dapat selalu
merancang kegiatan merujuk pada kegiatan menemukan. Menurut Winaptra
(1997:24),

siswa

seyogyanya

didorong

merasakan,

menemukan,

merumuskan masalah sendiri dengan arahan sepenunya dari guru.


Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
salah satu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpikir dan kreatif serta mendorong siswa untuk membuat
kesimpulan sendiri, sehingga kesimpulan diberikan berdasarkan suatu
kenyataan yang mereka alami.
2. Kelebihan Metode Inkuiri
Menurut Wina (2007:208), metode pembelajaran Inkuiri memiliki
keunggulan sebagai berikut: 1) Merupakan metode pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
secara seimbang sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih
bermakna; 2) Memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka; 3) Merupakan metode yang dianggap sesuai dengan

27

28

perkembangan psikologis belajar modern yang menganggap belajar adalah


proses perubahan tingka laku berkat adanya pengalaman.
3. Kelemahan Metode Inkuiri
Menurut Wina (2007:208), di samping memiliki keunggulan, metode
inkuiri juga mempunyai kelemahan yaitu:
1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan.
2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan
kebiasan siswa yang belajar.
3) Memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan
dengan waktu yang telah ditentukan
4) Keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran berdasarkan kelebihan dan kelemahan metode Inkuiri tersebut
di atas, maka sebaiknya guru lebih melihat .dari segi kelebihan untuk
mendapatkan output yang baik. Sedangkan dari sisi kelemahan, guru
berusaha seoptimal mungkin untuk meminimalkan kekurangan tersebut.
1. Langkah- Langkah Metode Inkuiri
1) Tahap Pertama Orientasi
a. Guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diinginkan.
b. Guru menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa.
c. Memotivasi siswa dengan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan
belajar.

28

29

2) Tahap Kedua Merumuskan Masalah


Guru memotivasi siswa untuk merumuskan masalah.
3) Tahap Ketiga Merumuskan Hipotesis.
Guru

mengembangkan

kemampuan

menebak

(hipotesis)

dengan

mengajukan berbagai pertanyaan.


4) Mengumpulkan data.
5) Menguji Hipotesis.
6) Merumuskan kesimpulan.

D. Kerangka Pikir
Keberhasilan suatu proses pembelajaran bahasa Indonesia ditentukan
oleh tinggi rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Demikian pula halnya
keberhasilan guru dalam mengajarkan materi pelajaran menulis puisi
ditentukan oleh mampu tidaknya siswa menulis puisi yang baik dengan
metode Inkuri. Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan pada kemampuan
siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar. Dengan diketahuinya kemampuan
siswa tersebut, guru dapat membuat perencanaan pembelajaran yang lebih
efektif. Guru membantu siswa meningkatkan kemampuan ke arah yang lebih
baik. Adapun bagan penelitian dapat dilihat seperti di bawah ini:

29

30

Bagan Kerangka Pikir :


KTSP

Prosa

Puisi

Menulis Puisi

Penerapan Metode Inkuiri


dalam pembelajaran menulis
puisi

Analisis

30

Drama

31

Temuan

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, hipotesis
tindakan ini yaitu penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan kemampuan
siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar dalam menulis puisi.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini digolongkan sebagai Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Muslich (2010:14), penelitian tindakan kelas adalah suatu
jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Penelitian tindakan kelas
(PTK) menggambarkan proses peneliti mengumpulkan data hingga hasil
penelitian. Penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan yang bertujuan
mendeskripsikan

peningkatan

kemampuan

menulis

puisi

dengan

menggunakan metode Inkuiri pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar.
Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 8 Makasar.

31

32

B. Lokasi Peneltian
Berdasarkan observasi peneliti di sekolah SMP Negeri 8 Makassar
sebelumnya, peneliti berasumsi bahwa lokasi penelitian sangat strategis
sebab fasilitas di lokasi penelitian sangat memadai dan semua staf guru di
sekolah tersebut rata-rata latar belakang pendidikan di atas Strata 1 (S1)
kemudian siswa-siswinya sangat antusias dalam proses belajar-mengajar,
Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 8
Makassar, Jalan Batua Raya Nomor 56.
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Yang
menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar,
dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang, terdiri dari 10 laki-laki dan 28
perempuan.
D. Rencana Tindakan
Dalam rencana tindakan ini, peneliti menggambarkan tentang langkahlangkah rill dalam tindakan. Langkah-langkah tersebut dilakukan dengan
menggunakan siklus yang di dalamnya terdiri dari perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Penggunaan siklus harus dilakukan dua kali atau lebih apabila
peningkatan hasil belum tercapai. Lebih jelasnya, penulis menjelaskan siklus
dan bagian-bagiannya di bawah ini:
32

33

Siklus I
Pada siklus I ini diuraikan dalam bentuk empat bagian yaitu tahap
perencanaan, tindakan, observasi, refleksi.
1. Perencanaan
Tahap perencanaan terdiri dari: (1) merencanakan pembelajaran yang
akan diterapkan dalam PBM, (2) menentukan pokok bahasan, (3)
mengembangkan skenario pembelajaran, (4) menyiapkan sumber belajar, (5)
menyusun lembar pengamatan, (6) Mengembangkan format evaluasi, dan (7)
mengembangkan format observasi pembelajaran.
2. Tindakan
Tindakan adalah menerapkan metode Inkuiri dalam mengajarkan
keterampilan menulis puisi pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar.
3. Observasi

33

34

Pengamatan

terdiri

dari:

(1)

Melakukan

observasi

dengan

menggunakan format observasi, (2) Penilaian hasil tindakan dengan


menggunakan lembar pengamatan.
4. Refleksi
Hasil yang didapat pada tahap observasi, peneliti akan merefleksikan
diri dengan melihat data observasi dan tes akhir, hasil analisis dan data di
laksanakan dalam

tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk

melaksanakan siklus berikutnya.


Adapun perbaikan-perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa antara lain menyesuaikan waktu yang tersedia dengan materi
pelajaran yang akan di berikan, motivasi atau dorongan kepada siswa yang
masih berada pada tingkat penguasaan materi yang sangat rendah.
Siklus II
Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua ini adalah mengulang
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada sisklus I. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk dapat
melihat hasil belajar serta membaca pemahaman siswa maka diberikan tes
pada akhir siklus. Siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari siklus I.
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri atas empat komponen yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

34

35

Secara lebih rinci langkah-langkah yang akan dilakukan dalam


pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Perencanaan tindakan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini sebagai berikut :
a) Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk
mengatasi masalah yang terjadi pada siklus I.
b) Merumuskan strategi tambahan untuk membantu meningkatkan keaktifan
siswa, seperti memberi pujian dan penghargaan bagi siswa yang
berprestasi.
c) Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan.
d) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
e) Membuat format observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas.
2. Tahap pelaksanaan tindakan
a) Mengidentifikasi kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
b) Membahas materi pelajaran sesuai dengan rencana yang telah
dirancang.
c) Memberikan dan mengajukan pertanyaan sebagai masalah untuk
mengaktifkan siswa yang tidak semangat.
3. Tahap observasi

35

36

Tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengamati setiap aktivitas


siswa selama proses belajar-mengajar dengan menggunakan lembar
obsevasi.

4. Tahap Refleksi
Pada tahap

ini,

peneliti

bersama

guru

mendiskusikan

hasil

pengamatan tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan meliputi:


a) Menganalisis hasil pengamatan yang diperoleh dan penerapan metode
inkuiri dalam pembellajaran menulis puisi.
b) Membuat kesimpulan hasil belajar siswa yang telah dicapai dari
pembelajaran dengan penerapan metode inkuiri dalam menulis puisi.
Penerapan metode Inkuiri dalam pembelajaran menulis puisi dalam
penelitian ini dinyatakan berhasil efektif jika siswa mampu memperoleh KKM
dari jumlah bobot 100 yang telah ditetapkan dengan nilai keterangan secara
klasikal yaitu 80%.
Penilaian dalam penelitian ini dilakukan dengan menilai kategori skor
mentah ditetapkan berdasarkan aspek dari pekerjaan siswa. Skor maksimal
menulis puisi adalah 100. Penetapan bobot dilakukan dengan berpedoman
pada ketentuan bobot yang dikemukakan oleh Tola (1991:31-32). Berikut
digambarkan kategori itu beserta dengan jumlah bobotnya.

Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Puisi

36

37

No
1.
2.
3.
4.
5.

Aspek yang dinilai


Tema puisi
Amanat
Rima
Diksi
Penggunaan bahasa figuratif
Jumlah

Bobot
30
20
10
20
20
100

Catatan: Apabila pada siklus kedua belum terjadi peningkatan maka


dilanjutkan pada siklus-siklus berikutnya.
E. Faktor-faktor yang diselidiki
Ada tiga faktor yang diselidiki dalam penelitian ini yaitu:
1. Input : yaitu menyelidiki persentase keaktifan, kehadiran, kemampuan
siswa

menjawab

pertanyaan,

perilaku

siswa

dalam

kelas,

dan

kemampuan awal siswa.


2. Proses : yaitu pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas yang
melibatkan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai hasil dan tujuan yang diharapkan.
3. Output : yaitu hasil belajar yang diperoleh siswa dalam proses
pembelajaran, setelah diberikan tes hasil belajar.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
ini adalah observasi, dokumentasi, dan penugasan.

37

penelitian

38

1. Teknik Observasi
Observasi dilakukan terhadap aktivitas observer sebagai peneliti, guru,
dan siswa selama proses tindakan berlangsung. Tujuan penggunaan teknik
ini adalah untuk memperoleh data berupa tindakan observasi dan guru dalam
mengarahkan

dan

mengontrol

siswa

serta

tindakan

siswa

dalam

pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan metode Inkuiri.


2. Teknik Dokumentasi
Teknik

ini

digunakan

untuk

pendokumentasian

gambar

aktivitas/pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan metode Inkuiri


serta pendokumentasian tulisan siswa.
3. Lembaran Tes
Pada lembaran tes ini akan dilampirkan beberapa bentuk tes menulis
puisi dengan menerapkan metode Inkuiri untuk menguji kemampuan dan
keberasilan siswa mamahami materi dalam proses pembelajaran yang telah
berlangsung.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
persentase, digunakan rumus berikut ini.
Nilai pemerolehan setiap siswa dihasilkan dengan menjumlahkan jawaban
yang benar, kemudian dikalikan seratus dan dibagi jumlah keseluruhan soal,

38

39

kemudian hasilnya dikaitkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal. Menurut


Tarigan (1990: 155), penilaian dilakukan dengan rumus :
Skor yang dicapai siswa
Tingkat penguasaan :

X 100

Skor maksimal
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang digunakan yaitu berdasarkan KKM yang telah
ditentukan di sekolah tersebut. Dalam indikator kinerja ini, jika KKM di
sekolah bersangkutan 82 ke atas, menulis puisi dengan menggunakan
metode Inkuiri dikatakan meningkat apabila 85% ke atas siswa mencapai
nilai 82 ke atas.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian secara rinci dari data
yang diperoleh di lapangan. Data ini kemudian akan dibahas secara detail
untuk menjawab rumusan masalah yang peneliti angkat. Yang menjadi
rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah penggunaan metode

39

40

inkuiri dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas IX-B
SMP Negeri 8 Makassar?.
Hasil penelitian ini akan dibahas data kuantitatif. Hasil analisis data
kuantitatif yang dimaksud adalah gambaran kemampuan menulis puisi
dengan menggunakan metode inkuiri yang dinyatakan dalam bentuk angka.
Dari hasil kuantitatif skor yang diperoleh siswa akan diolah dan dianalisis
menurut teknik persentase yang telah ditentukan. Data yang diolah dan
dianalisis adalah data skor kemampuan siswa menulis puisi dengan
menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar
1. Pelaksanaan Siklus
Siklus I dibagi dalam tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi

a. Perencanaan
Siklus tindakan I, rencana pembelajaran dilaksanakan lima (5) kali
pertemuan dengan waktu 2 x 40 menit. Standar Kompetensi : Menulis puisi
dengan

menggunakan

metode

inkuiri. Kompetensi dasar :

Memahami

menulis puisi dengan menggunakan metode inkuiri. Tujuan pembelajaran


sebagai berikut :
1) Siswa mampu memahami menulis puisi dengan menggunakan metode
inkuiri.
2) Siswa dapat memahami puisi dan sistematika penulisan puisi.

40

41

3) Siswa dapat memahami metode inkuiri.


b. Pelaksanaan tindakan
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Jumad, Tanggal 30 Januari
2015. Pembelajaran pada tahap ini, dilaksanakan sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang sudah disusun sebelumnya.
Pada kegiatan awal peneliti mengajak siswa berdoa kemudian
memeriksa kesiapan dan persiapan siswa mengikuti proses pembelajaran,
peneliti memberikan informasi SK/KD, indikator yang akan dicapai,
mengajukan materi yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan yang dimiliki siswa tentang materi yang diajarkan. Kegiatan
selanjutnya, peneliti memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan.

c. Observasi
Tahap ini peneliti mengamati hasil kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran

menulis

puisi

dengan

menggunakan

metode

inkuiri,

berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama pelaksanaan siklus I


berlangsung.
Tabel 4.1
Hasil observasi pada saat proses belajar berlangsung pada siklus I
No

Nama
siswa
A.Muhamm

L/P Kehadiran

Keaktifan
bertanya

41

Keaktifan Keaktifan
menjawa menanggapi
b

42

ad Rafli
2

A.Nur
Aliayah
Fadhilan

Aditya
Fahreza
Mahend

Afni
Rahmasari

Ahmad
Salim

Ainun Qalbi
Mutmainna
h

Aisyah Laili
CH

Alfi Zakiyah
Abubakar

No

Nama
siswa

L/P

Keaktifan
bertanya

Keaktifan
menjawa
b

Keaktifan
menangga
pi

ANDI
Rezkyawati

10

Andi
Siti
Fahriza
Mahardika

11

Andi
Trie
Fitriani P

12

Andi

Kehadira
n

42

43

Zaudah
Muthiah
Nur
13

Arnol
Prayusma
Mundi

14

Audia
Tasya
Magfira

15

Dian
Regiantisari

16

Anggar
Kasih
Nastiti

17

Eryca
Maulidya
Haedar

18

Fatyah
Utami

19

Ismawarni

20

Jumryati
Pazri

No

Nama
siswa

L/
P

21

Khairunnisa

22

M.Ghaly
Gunawan

23

Muh. Ragyl

Kehadiran

Keaktifan
bertanya

43

Keaktifan
menjawab

Keaktifan
menanggapi

44

Baihalqi
24

Muh. Zaryat
Zulfimas

25

Musdalifah
Basir

26

Musfiyati
Widiningsih

27

Mutiara
Bonanza

28

NurAtira
Ramadani

29

N. Indriyani

30

urfadlyanti

31

N. Khafifah

32

Nurul Latifa
Khairunnisa

33

Sri Febi Ani

34

Syamsu
Shubhan

35

Umul Qalbi

36

Wahdini
Nur Mulyadi

37

Yusti
Yudianti

No

Nama
siswa

L/
P

Kehadiran

Keaktifan
bertanya

44

Keaktifan
menjawab

Keaktifan
menanggap
i

45

38

Andi Zaki
Baridwan
Persentase

100%

34.2%

57.9%

21%

Data di atas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa belum begitu


antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan siswa juga masih
kurang aktif dalam proses pembelajaran. Mereka masih ragu untuk bertanya
atau menjawab pertanyaan yang disampaikan peneliti. Hasil observasi siswa
pada siklus I persentase kehadiran 100%, keaktifan bertanya 34.2%,
keaktifan menjawab 57.9%, keaktifan menanggapi 21%.
d. Refleksi
Setelah kegiatan belajar mengajar selesai maka peneliti mengkaji
pelaksanaan pembelajaran dan kekurangan yang terdapat pada siklus I akan
diperbaiki pada siklus II. Hasil yang diperoleh pada siklus I belum menujukan
hasil yang diharapkan, hal ini merupakan kekurangan yang harus dibenahi
pada siklus lanjutan. Adapun perbaikan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan proses belajar mengajar harus lebih maksimal untuk
berusaha meningkatkan aktifitas siswa.
2. Pengunaan alokasi waktu sesuai dengan skenario yang disusun.
3. Peningkatan pengelolaan kelas lebih tertib dan kondusif agar tidak
menggangu proses belajar mengajar.

45

46

4. Bimbingan kepada siswa lebih ditingkatkan agar siswa dapat memahami


materi pembelajaran serta dapat memberikan pendapat dalam usaha
pemecahan masalah.
5. Penyampaian materi lebih kontektstual sesuai dengan pengatahuan awal
siswa yaitu dengan memulai dari hal-hal konkrit baru keabstrak atau
masalah yang dipecahkan.
Tabel 4.2
Skor perolehan nilai pada siklus I
NO

Nama Siswa

L/

Aspek yang dinilai

Nilai
siklus I

1.

A.Muhammad Rafli

20

16

17

18

80

2.

A.Nur Aliayah Fadhilan

25

16

15

15

78

3.

Aditya Fahreza Mahend

15

10

10

48

4.

Afni Rahmasari

28

18

17

19

91

5.

Ahmad Salim

28

16

15

15

60

6.

Ainun Qalbi Mutmainnah

20

16

17

18

80

7.

Aisyah Laili CH

28

19

16

18

87

8.

Alfi Zakiyah Abubakar

15

10

10

15

55

NO

Nama Siswa

L/

Aspek yang dinilai

9.

ANDI Rezkyawati

P
P

15

12

15

14

61

10.

Andi Siti Fahriza Mahardika L

26

15

14

13

75

11.

Andi Trie Fitriani P

24

15

10

10

65

12.

Andi Zaudah Muthiah Nur

25

14

13

14

84

46

Nilai
siklus I

47

13.

Arnol Prayusma Mundi

26

15

13

10

70

14.

Audia Tasya Magfira

23

15

15

15

73

15.

Dian Regiantisari

28

15

17

18

85

16.

Enggar Kasih Nastiti

15

10

14

13

66

17.

Eryca Maulidya Haedar

24

16

14

13

73

18.

Fatyah Utami

26

15

13

10

70

19.

Ismawarni

25

15

16

16

78

20.

Jumryati Pazri

15

15

15

15

65

21.

Khairunnisa

24

15

14

12

72

22

M.Ghaly Gunawan

20

15

15

16

72

23

Muh. Ragyl Baihalqi

15

10

45

24

Muh. Zaryat Zulfimas

15

10

10

15

55

25

Musdalifah Basir

25

14

13

14

84

26

Musfiyati Widiningsih

28

15

15

17

82

27

Mutiara Bonanza

20

10

10

10

54

NO

Nama Siswa

L/

Aspek yang dinilai

28

Nur Atira Ramadani

P
L

20

14

10

56

29

Nur Indriyani

15

10

11

13

63

30

Nurfadlyanti Said

26

17

17

19

87

31

N. Khafifah

30

20

10

15

15

90

32

Nurul Latifa Khairunnisa

20

16

17

18

80

47

Nilai
siklus I

48

33

Sri Febi Ani

20

15

14

16

69

34

Syamsu Shubhan

30

20

10

15

15

90

35

Umul Qalbi

15

10

10

15

55

36

Wahdini Nur Mulyadi

26

15

14

12

72

37

Yusti Yudianti

13

35

38

Andi Zaki Baridwan

25

15

10

10

10

70

Total

2675

Rata-rata

70.3%

Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran ini adalah 38 orang . Pada


siklus I, menulis puisi siswa dengan menggunakan metode inkuiri

yang

diterapkan belum sempurna. Hal tersebut berdampak pada kemampuan


siswa melaksanakan kegiatan menulis puisi dan berakibat terhadap
rendahnya prestasi siswa pada perolehan skor hasil tes. Skor rata-rata
menulis puisi dengan menggunakan metode inkuiri siswa kelas IX-B SMP
Negeri 8 Makassar 70,3%. Ini menunjukan bahwa persentasi tingkat
penerimaan dan pengetahuan siswa belum memadai.
Tabel 4.3
Ketuntasan belajar siklus I
SKOR

KATEGORI

FREKUENSI

PERSENTASE
(%)

82-100

Tuntas

23.7%

0-81

Tidak tuntas

29

76.3%

48

49

Jumlah

38

100%

Tabel di atas menunjukan persentase ketuntasan belajar yaitu siswa


yang memperoleh skor 0-81 sebanyak dua puluh sembilan (29) orang dari 38
siswa atau sekitar (76.3%). Adapun siswa yang tuntas belajar yaitu siswa
yang memperoleh skor tertinggi dari 82-100 sebanyak sembilan (9) orang
dari 38 siswa atau sekitar (23.7%). Oleh karena itu, dari data belajar siswa
secara individual belum

mencapai kriteria. Untuk

mengetahui terjadinya

peningkatan hasil belajar siswa maka penelitian ini masih dilanjutkan ke


siklus II.
Data hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I ini dapat kita ketahui
bahwa persentase ketuntasan klasikal belum dapat memenuhi target yang
diharapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Setelah kegiatan belajar mengajar selesai maka peneliti mengkaji
pelaksanaan pembelajaran dan kekurangan yang terdapat pada siklus I akan
diperbaiki pada siklus II. Hasil yang diperoleh pada siklus I belum menujukan
hasil yang diharapkan, hal ini merupakan kekurangan yang harus dibenahi
pada siklus lanjutan. Adapun perbaikan yang dilakukan sebagai berikut:
6. Pelaksanaan proses belajar mengajar harus lebih maksimal untuk
berusaha meningkatkan aktifitas siswa.
7. Pengunaan alokasi waktu sesuai dengan skenario yang disusun.

49

50

8. Peningkatan pengelolaan kelas lebih tertib dan kondusif agar tidak


menggangu proses belajar mengajar.
9. Bimbingan kepada siswa lebih ditingkatkan agar siswa dapat memahami
materi pembelajaran serta dapat memberikan pendapat dalam usaha
pemecahan masalah.
10. Penyampaian materi lebih kontektstual sesuai dengan pengatahuan awal
siswa yaitu dengan memulai dari hal-hal konkrit baru keabstrak atau
masalah yang dipecahkan.
II. Pelaksanaan Siklus II
Siklus II ini dilaksanakan pada hari Jumat, 6 Februari 2015. Standar
kompotensi yang diajarkan masih sama standar kompetensi

dari siklus I

yakni menulis puisi dengan menggunakan metode inkuiri Kompetensi dasar


memahami menulis puisi dengan menggunakan metode inkuiri Tujuan
pembelajaran sebagai berikut:
1) Siswa mampu memahami menulis puisi dengan menggunakan metode
inkuiri.
2) Siswa dapat memahami puisi dan sistematika penulisan puisi.
3) Siswa dapat memahami metode inkuiri
a. Rencana pelaksanaan siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan enam (5) kali
pertemuan atau 10 x 40 menit. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun
sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, yaitu peneliti memeriksa
kesiapan siswa, memberi pertanyaan apersepsi, Motivasi, seperti pada siklus
50

51

I. Peneliti mengulang materi yang telah diajarkan pada siklus I. Kegiatan inti
yaitu peneliti kembali mengajarkan teori menulis puisi. Setelah lima (5) kali
pertemuan, peneliti mengevaluasi dengan memberikan tes menulis puisi
dengan menggunakan metode inkuiri.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus kedua sudah sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Proses pelaksanaan sebagai berikut:
Pada kegiatan awal guru memeriksa kesiapan dan persiapan siswa
mengikuti

proses

pembelajaran, memberikan informasi SK/KD indikator

yang akan dicapai, mengajukan materi yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui

pengetahuan yang dimiliki siswa tentang materi yang

diajarkan.
Kegiatan inti peneliti menjelaskan kembali tentang materi yang perna
diajarkan. Selanjutnya, peneliti menyampaikan kriteria penilaian pada saat
siswa menulis puisi dengan menggunakan metode inkuiri
c. Hasil Observasi Siklus II
Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan pada pembelajaran
siklus II siswa sudah mampu mencapai tujuan penelitian yang telah
dilaksanakan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus II tidak akan
mempengaruhi tercapainya tujuan yang diharapkan. Adapun observasi yang
dilakukan pada siklus II sebagai berikut:
1. Meningkatkan keaktifan siswa dalam kelas.
2. Dengan bimbingan peneliti, siswa sudah
3.

pembelajaran yang interaktif.


Motivasi siswa per individu mulai meningkat.

51

mampu

menciptakan

52

Berikut ini tabel hasil observasi/pengamatan pada saat proses belajar


berlangsung siklus II.

Tabel 4.4
Hasil observasi proses belajar pada siklus II
No

Nama siswa

L/ Kehadiran
P

A.Muhamm
ad Rafli

A.Nur
Aliayah
Fadhilan

Aditya
Fahreza
Mahend

Afni
Rahmasari

Ahmad
Salim

Ainun Qalbi L
Mutmainnah

Aisyah Laili p
CH

Alfi Zakiyah P
Abubakar

ANDI
Rezkyawati

Keaktifan
bertanya

Keaktifan Keaktifan
menjawab menanggapi

52

53

10

Andi Siti
Fahriza
Mahardika

11

Andi
Trie P
Fitriani P

12

Andi
Zaudah
Muthiah Nur

No

Nama
siswa

L/P Kehadiran

13

Arnol
Prayusma
Mundi

14

Audia
Tasya
Magfira

15

Dian
Regiantisar
i

16

Anggar
Kasih
Nastiti

17

Eryca
Maulidya
Haedar

18

Fatyah
Utami

19

Ismawarni

20

Jumryati
Pazri

Keaktifan
bertanya

53

Keaktifan Keaktifan
menjawab menanggapi

54

21

Khairunnis
a

22

M.Ghaly
Gunawan

23

Muh. Ragyl L
Baihalqi

24

Muh.
Zaryat
Zulfimas

25

Musdalifah
Basir

26

Musfiyati
Widiningsih

No

Nama
siswa

L/P Kehadiran Keaktifan


bertanya

27

Mutiara
Bonanza

28

NurAtira
Ramadani

29

Nur
Indriyani

31

Nurul
Khafifah

32

Nurul Latifa P
Khairunnis
a

33

Sri Febi Ani

34

Syamsu
Shubhan

Keaktifan
menjawab

Keaktifan
menanggapi

54

55

35

Umul Qalbi

36

Wahdini
Nur
Mulyadi

37

Yusti
Yudianti

38

Andi Zaki
Baridwan

Persentase

100%

76.3%

73.7%

57.9%

Data di atas dapat disimpulkan bahwa dalam aktivitas belajar


mengajar, siswa sangat antusias baik untuk bertanya, menjawab pertanyaan
serta menanggapi pertanyaan dan pernyataan peneliti. Hasil observasi siswa
pada siklus II persentase kehadiran 100%, keaktifan bertanya 76.3%,
keaktifan menjawab 73.7%, keaktifan menanggapi 57.9%.
d. Refeleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini adalah :
1.

Aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengalami


peningkatan. Siswa dapat membangun kerja sama untuk memahami
tugas yang diberikan oleh peneliti. Siswa mulai berpartisipasi dalam

kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakanya.


2.
Meningkatnya hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar
didukung oleh meningkatnya aktivitas peneliti dalam

meningkatkan

suasana pembelajaran kondusif. Peneliti intensif membimbing saat siswa

55

56

mengalami kesulitan dan ini dapat dilihat dari hasil observasi dan
3.

evaluasi pemerolehan nilai siswa yang mengalami peningkatan.


Hasil evaluasi pada siklus kedua mencapai rata-rata skor 85.1 %.

Tabel 4.5
Skor perolehan nilai pada siklus II
NO

Nama Siswa

L/P

1.

A.Muhammad Rafli

28

19

10

15

14

Nilai
siklusI
I
90

2.

A.Nur Aliayah Fadhilan

30

19

18

18

94

3.

Aditya Fahreza Mahend

26

15

14

10

84

4.

Afni Rahmasari

25

15

15

15

75

5.

Ahmad Salim

25

16

10

10

12

82

6.

Ainun Qalbi Mutmainnah

30

18

17

17

89

7.

Aisyah Laili CH

30

18

17

17

89

8.

Alfi Zakiyah Abubakar

25

15

15

15

75

9.

ANDI Rezkyawati

28

18

16

16

85

10.

Andi
Siti
Mahardika

Fahriza L

28

18

16

17

83

11.

Andi Trie Fitriani P

27

15

14

14

86

12.

Andi Zaudah Muthiah Nur

28

19

17

18

91

13.

Arnol Prayusma Mundi

25

16

15

13

86

56

Aspek yang dinilai


1

57

14.

Audia Tasya Magfira

30

18

15

17

87

15.

Dian Regiantisari

30

17

17

88

16.

Enggar Kasih Nastiti

28

19

10

15

14

90

17.

Eryca Maulidya Haedar

25

16

17

18

83

L/P

Aspek yang dinilai

NO

Nama Siswa

18.

Fatyah Utami

30

18

18

19

Nilai
siklusI
I
93

19.

Ismawarni

28

15

18

18

86

20.

Jumryati Pazri

26

15

18

16

84

21.

Khairunnisa

26

15

14

11

72

22

M.Ghaly Gunawan

26

15

14

10

84

23

Muh. Ragyl Baihalqi

28

17

16

16

83

24

Muh. Zaryat Zulfimas

30

19

17

17

91

25

Musdalifah Basir

28

17

16

17

85

26

Musfiyati Widiningsih

30

16

18

18

89

27

Mutiara Bonanza

30

18

17

90

28

Nur Atira Ramadani

30

19

16

18

91

29

Nur Indriyani

30

19

17

18

92

30

Nurfadlyanti Said

28

18

16

15

85

31

N. Khafifah

26

15

14

10

84

32

Nurul Latifa Khairunnisa

30

17

17

88

33

Sri Febi Ani

28

15

17

19

88

34

Syamsu Shubhan

30

19

18

17

93

35

Umul Qalbi

15

10

15

10

55

57

58

36

Wahdini Nur Mulyadi

NO

Nama Siswa

28

18

10

15

L/P

Aspek yang dinilai

15

90
Nilai
siklusII

37

Yusti Yudianti

28

15

18

1
8

86

38

Andi Zaki Baridwan

26

15

15

11

1
3

70

Total

3236

Rata-rata

85.1%

Berdasarkan siklus II, menulis puisi dengan menggunakan metode


inkuiri mengalami peningkatan. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya
hasil belajar siswa. Perolehan skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II
adalah 85.1% dari skor ideal 100. Skor tertinggi 94 dan skor terendah
adalah 55 yang berarti hasil belajar menulis puisi dengan menggunakan
metode inkuiri pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar meningkat.
Tabel 4.6
Ketuntasan belajar siklus II
SKOR

Kategori

Frekuensi

Persentase (%)

82-100

Tuntas

33

86.8%

0-81

Tidak tuntas

13.1%

38

100

Jumlah

58

59

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 38 siswa kelas IX-B


SMP- Negeri 8 Makassar terdapat 5 orang siswa yang tidak

tuntas

belajarnya dengan persentase (13.1%), dan terdapat 33 orang siswa yang


masuk kategori tuntas belajarnya dengan persentase (86.8%).
e. Tahap Refleksi Siklus II
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini adalah
4.

Aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada


pembelajaran siswa. Siswa dapat membangun kerja sama untuk
memahami tugas yang diberikan oleh peneliti. Siswa mulai berpartisipasi

5.

dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakanya.


Meningkatnya hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar
didukung oleh meningkatnya aktivitas peneliti dalam

meningkatkan

suasana pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan metode


inkuiri Peneliti intensif membimbing saat siswa mengalami kesulitan dan
ini dapat dilihat dari hasil observasi dan evaluasi siswa yang mengalami
6.

peningkatan.
Hasil evaluasi pada siklus kedua mencapai rata-rata skor 85.1%.

III. Analisis Kualitatif


Kejadian-kejadian yang perlu dicatat yang berhubungan dengan
proses pembelajaran siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut.

59

60

1. Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus I dan siklus II siswa


kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar yang berjumlah 38 orang hadir
semua,
2. Perhatian siswa dalam proses pembelajaran siklus I masih kurang baik
pada umumnya mereka masih belum antusias dengan kehadiran peneliti
sedangkan pada siklus II siswa pada umumnya sudah berubah kearah
yang lebih baik.
3. Siswa yang ribut pada siklus I didominasi oleh siswa laki-laki dan siswa
perempuan yang tempat duduknya paling belakang sehingga mudah
mempengaruhi siswa yang lain,sedangkan pada siklus II, siswa-siswa
yang selalu ribut mulai sadar dan aktif dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
4. Pada siklus I hanya sebagian kecil siswa yang bisa menjawab
pertanyaan singkat dari peneliti, dan tidak ada siswa yang berani
bertanya dan menanggapi apa yang dijelaskan peneliti, sedangkan pada
siklus II, siswa pada umumnya bertanya, menjawab dan menanggapi apa
yang dijelaskan peneliti sehingga susasana pembelajaran sangat
menyenangkan.
B. Pembahasan
Peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan metode
inkuiri pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar pada siklus I dan siklus
II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7

60

61

Deskriptif Ketuntasan menulis puisi dengan menggunakan metode inkuiri


Siklus I dan Siklus II
Skor
82-100
0-81

Kategori
Tuntas
Tidak tuntas
Jumlah

Frekuensi
Siklus I
Siklus II
9
33
29
5
38
38

Persentase
Siklus I
Siklus II
23.7%
86.8%
76.3%
13.1 %
100
100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas tampak bahwa peningkatan jumlah


siswa yang tuntas belajarnya meningkat setelah diadakan tindakan selama
dua Siklus yaitu Siklus I dan II. Pada Siklus I terdapat 29 orang atau 76.3%
siswa berada pada kategori tidak tuntas. Sedangkan pada Siklus II
mengalami perubahan dimana terdapat 5 orang atau 13.1% siswa yang hasil
belajarnya tidak tuntas. Untuk kategori tuntas pada siklus I terdapat 9 orang
siswa atau 23.7% Sedangkan pada Siklus II mengalami peningkatan dimana
terdapat 33 orang atau 86.8% siswa berada pada kategori tuntas.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan sikap siswa di kelas
selama kegiatan belajar mengajar menulis puisi dengan menggunakan
metode inkuiri ternyata mampu mengubah sikap siswa dan dapat
meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar serta menumbuhkan sikap
partisipatif antar siswa. Terlihat pada pelaksanaan Siklus I siswa sudah mulai
antusias dan termotifasi mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Pada Siklus II siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran
yang ditandai dengan adanya jumlah siswa yang memperhatikan materi
pelajaran, bertanya tentang materi yang belum di mengerti, menjawab
pertanyaan lisan guru.
61

62

Dalam penelitian ini diterapkan menulis puisi dengan menggunakan


metode inkuiri yang terdiri dari dua siklus. Penelitian ini membuahkan hasil
yang signifikan yakni meningkatkan hasil belajar menulis puisi dengan
menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar
Peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus dapat dilihat melalui
perbandingan hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II seperti tanpak pada tabel
berikut:
Tabel 4.8
Perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II
No

Siklus

Siswa
yang
Tuntas

Persentase
Ketuntasan

1.

Siklus I

23.7%

70.3%

Sangat
Kurang

2.

Siklus II

33

86.8%

85.1%

Sangat baik

110.5%

155.4%

Jumlah

Nilai rata-rata

Kategori

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan 2 kali tes siklus,


23.7% siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dari nilai rata-rata
yang diperoleh siswa pada siklus I 70.3% meningkat menjadi 86.8% siswa
dengan nilai rata-rata yang di peroleh pada siklus II 85.1%. Pada siklus II ini
menunjukkan bahwa proses penerapan metode inkuiri pada siklus II
mengalami peningkatan terhadap hasil belajar.
Grafik Persentasi hasil tes siklus I dan siklus II :

62

63

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I

Siklus II

Grafik di atas menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I


belum menunjukan hasil yang memuaskan karena persentase ketuntasannya
masih sangat kurang yaitu hanya 70.3 % , sedangkan pada siklus II hasil
belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan dengan persentase
85.1% Hal ini berarti penerapan metode inkuiri pada siswa kelas IX-B SMP
Negeri 8 Makassar memiliki pengaruh positif yang signifikan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.

63

64

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada Bab IV dapat disimpulkan beberapa hal
berikut:
1. Rata-rata kemampuan menulis puisi dengan menggunakan metode
Inkuiri siswa kelas IXB SMP Negeri 8 Makassar pada siklus I adalah
70.3. Terdapat 9 atau 23.7% siswa mencapai nilai KKM.

64

65

2. Rata-rata kemampuan menulis puisi dengan menggunakan metode


inkuiri siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar pada siklus II adalah
85.1. Terdapat 33 atau 86.8% siswa mencapai nilai KKM
3. Hasil observasi siswa pada siklus I menunjukkan persentase
kehadiran 100%, keaktifan bertanya 34.2%, keaktifan menjawab
57.9%, keaktifan menanggapi 21%.
4. Hasil observasi siswa pada siklus II menunjukkan persentase
kehadiran 100%, keaktifan bertanya 76.3%, keaktifan menjawab
73.7%, keaktifan menanggapi 57.9%.
5. Penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan kemampuan menulis
puisi siswa kelas IX-B SMP Negeri 8 Makassar.

B. Saran
Hasil yang diperoleh, selanjutnya peneliti dapat memberi saran
sebagai berikut:
1. Bagi guru, agar penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
dapat mengembangkan model-model mengajar yang berfariasi bagi
siswa.
2. Bagi penelitian selanjutnya, apa bila ingin melakukan penelitian dengan
judul yang sama agar penelitian yang dilakukan lebih sempurna lagi.
3. Bagi pengembang ilmu, diharapkan penelitian ini dapat menambah atau
memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan.

65

66

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman dan Waluyo. 2000. Pendidikan Anak Bermasalah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Aminuddin. 1990. Tingkat Perkembangan Anak dan Kegiatan Bersastra.
Malang: PPS Ikip Malang.
Bachri, Sutardji Calzoum. 1981. O, Amuk, Kapak. Jakarta: Sinar Harapan.
Depdikbub. 1994. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mutu Pelajaran
Bahasa Indonesia, Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.
Fachruddin, H. 1994. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang:
IKIP Ujung Pandang.
Kasnadi. 2001. Lingkungan sebagai Basis Pembelajaran Sastra. Makassar:
Kompas (online) 14/4.

66

67

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan


Profesi Guru. Jakarta: Kanisius.
Makloempoeck. 2007. 200 Jenis- Jenis Puisi. http: // dunia. Jenis- Jenis 20%
Puisi. Diakses 5 september.
Muslic, Mansur. 2010. Melaksanakan PTK Penelitian itu Mudah. Jakarta:
Bumi Angkasa.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Suparno dan Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tarigan, Djago. 1985. Keterampilan Menulis. Bandung: PT Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tolla, Achmad. 1996. Kajian Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Umum Kota Makassar.
Malang: PPs IKIP Malang.
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

67

68

68

Anda mungkin juga menyukai