Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam

proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa

menuju pada keadaan yang lebih baik. Keberhasilan dalam proses pembelajaran

akan ketercapaian bila siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan antusias

dan aktif. Keberhasilan yang dimaksud dapat diamati dari dua sisi yaitu dari

tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru.

Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa, yaitu

dengan menggunakan pembelajaran aktif di mana siswa melakukan sebagian

besar pekerjaan yang harus dilakukan. Siswa menggunakan otak untuk melakukan

pekerjaannya, mengeluarkan gagasan, memecahkan masalah dan dapat

menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat,

menyenangkan, mendukung dan menarik hati dalam belajar untuk mempelajari

sesuatu dengan baik. Belajar aktif membantu untuk mendengar, melihat,

mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan

yang lain. Dalam belajar aktif yang paling penting bagi siswa perlu memecahkan

masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan

dan mengerjakan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah

mereka miliki atau yang akan dicapai.

1
2

Kualitas pengajaran sastra di sekolah perlu ditingkatkan agar dapat

memberikan kontribusi yang maksimal bagi pendidikan. Masalah-masalah yang

menyangkut usaha untuk meningkatkan kualitas pengajaran sastra merupakan

tugas guru yang harus dikerjakan dengan optimal.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, baik secara lisan maupun Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia di

sekolah menuntut siswa untuk menguasai empat keterampilan berbahasa

sekaligus. Empat keterampilan berbahasa tersebut adalah menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis.

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan dalam berbahasa.

Keterampilan menulis untuk tingkat dasar meliputi menentukan paragraf, jenis

karangan, laporan, buku harian, surat, pengumuman, memo, artikel, tajuk rencana,

ringkasan, ikhtisar, resensi, dan daftar pustaka (Atmaja, 2010: 1).

Berdasarkan kurikulum KTSP yang digunakan saat ini, dalam Standar Isi

Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs kelas VIII semester 2, terdapat standar

kompetensi yang menuntut siswa untuk mampu memahami cara merangkum

bacaan, karena menurut Keraf (2010: 263) “ringkasan merupakan penyajian

singkat dari karangan asli tetapi dengan tetap mempertahankan urutan isi dan

sudut pandangan pengarang asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari

karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang

singkat itu”.
3

Dalam pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam

mengelola kelas terutama dalam memilih model pembelajaran. Model

pembelajaran yang menarik dan kreatif akan menarik minat untuk mengikuti

pembelajaran. Model pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara

heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung

jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan

menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pembelajaran

dengan penggunaan model pembelajaran Jigsaw ini bertujuan untuk

mempermudah siswa dalam memahami cara merangkum bacaan yang baik dan

benar. Dalam hal ini, guru juga harus mengetahui setiap perkembangan siswa

dalam memahami cara merangkum bacaan, yang semuanya diterapkan

menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

Alasan penulis memilih judul tersebut karena menurut sepengetahuan

penulis, judul ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Selain itu, materi

memahami cara merangkum bacaan juga diajarkan di kelas VIII semester 2 dan

merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai. Sedangkan alasan

peneliti memilih MTs Bindu sebagai objek penelitian karena peneliti ingin

mengetahui kemampuan siswa dalam menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik mengadakan penelitian

mengenai menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw pada

tingkat MTs Bindu khususnya kelas VIII.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses belajar mengajar siswa kelas VIII MTs Bindu

menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw?

2. Bagaimanakah kemampuan siswa kelas VIII MTs Bindu menulis

rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka

tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan proses belajar mengajar siswa VIII MTs Bindu

menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw.

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan siswa VIII MTs Bindu menulis

rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternative dalam menentukan

metode pembelajaran yang akan digunakan dalam melaksanakan proses

pembelajaran.
5

2. Siswa

Siswa diharapkan dengan penerapan metode ini dapat meningkatkan hasil

belajar dan prestasi siswa dan pelajaran yang diberikan dapat lebih mudah

diserap. Semoga pelajaran bahasa Indonesia khususnya mempelajari

rangkuman bacaan tidak dianggap membosankan

3. Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman

mengenai menulis rangkuman bacaan dengan menggunakan model

pembelajaran Jigsaw..

4. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan atau bekal

penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.

5. Pembaca

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan penambahan mengenai model

pembelajaran Jigsaw.
6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menurut Tarigan (2008: 3), “Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa

yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap

muka dengan orang lain”. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. Sejajar dengan tersebut, menurut Musaba dalam Sulistyo (2009: 6),

“Menulis adalah melahirkan atau mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui

suatu lambang (tulisan)”. Selanjutnya menurut Sabir dalam Sulistyo (2009: 6)

menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, secara tatap muka dengan orang lain.

Menulis pada prinsipnya hanyalah permainan bahasa dengan merangkai

kata-kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf, dan kumpulan-

kumpulan paragraf itulah yang disebut dengan tulisan. Fungsi utama dari tulisan

adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi

pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir. Penulis harus mengetahui

maksud dan tujuan yang hendak dicapai sebelum menulis. Keterampilan menulis

merupakan suatu proses perkembangan, menulis menuntut pengalaman, waktu,

pelatihan, dan pengajaran langsung dalam menulis.

6
7

Ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sekarang ini disebut Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD). Huruf yang digunakan huruf latin, yakni huruf (alfabet)

yang digunakan sebagian bangsa di dunia untuk menulis bahasa mereka.

b. Tujuan Menulis

Menurut Harting (dalam Tarigan, 2008: 25-26), “Kegiatan menulis sering

dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai”. Secara umum,

kegiatan menulis biasa dilakukan karena kesenangan, untuk memberi informasi

atau untuk mempengaruhi pembaca. Adapun tujuan menulis adalah sebagai

berikut.

1) Assigment Puspose (Tujuan Penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri

(misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang

ditugaskan membuat laporan, atau pun notulen rapat).

2) Altruistic Purpose (Tujuan Altruistik)

Penulisan bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan

kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami,

menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca

lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang

tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara

sadar maupun secara tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu

adalah lawan atau musuh. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan suatu

tulisan.
8

3) Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan

yang diutarakan.

4) Informational Purpose (Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan / penerangan

kepada para pembaca.

5) Self-Expressive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang

pengarang kepada para pembaca.

6) Creative Purpose (Tujuan Kreatif)

Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Akan tetapi,

keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya

dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman.

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

7) Problem Solving Purpose (Tujuan Pemecahan Masalah)

Dalam tulisan seperti ini sang penulis memecahkan masalah yang

dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, serta menjelajahi

serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri

agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Berdasarkan teori di atas mengenai tujuan menulis, dapat disimpulkan

bahwa tujuan menulis adalah untuk menyenangkan pembaca, memberikan

informasi kepada pembaca, dan mencapai nilai-nilai kesenian. Seorang penulis

harus mengetahui tujuan apa yang akan dicapai dalam tulisannya untuk
9

menghasilkan makna yang mendalam terhadap pembaca. Dengan kata lain

tujuan menulis adalah upaya mengungkapkan buah pikiran atau ide-ide guna

untuk disampaikan kepada orang lain (pembaca) dengan tujuan mengajak,

menghibur maupun mempengaruhi pembaca.

2. Rangkuman Bacaan

a. Pengertian Rangkuman Bacaan

Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan

karangan yang panjang dalam sajian yang singkat. “precis” berarti “memotong”

atau ”memangkas”. Sebuah ringkasan bermula dari karangan sumber yang

panjang, yang kemudian dipangkas dengan mengambil hal-hal atau bagian yang

pokok dengan membuang perincian serta ilustrasi. Meskipun begitu, sebuah

ringkasan tetap mempertahankan pikiran pengarang serta pendekatannya yang

asli. Jadi, ringkasan merupakan keterampilan mereproduksi hasil karya yang

sudah ada dalam bentuk yang singkat.

Menurut Arifin (2004: 231) ringkasan berasal dan bentuk dasar “ringkas”

yang berarti singkat, pendek, dari bentuk yang panjang. Hal ini dipakai untuk

mengatakan suatu bentuk karangan yang panjang yang dihadirkan dalam jumlah

yang singkat. Suatu ringkasan disajikan dalam bentuk yang lebih pendek dari

tulisan aslinya dengan berpedoman pada keutuhan topik dan gagasan yang ada

didalam tulisan aslinya yang panjang itu. Sedangkan menurut Atmaja (2010: 15)

ringkasan merupakan “ bentuk penyajian singkat dari suatu karangan asli,

sedangkan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap di
10

pertahankan dalam bentuknya yang singkat atau cara yang efektif untuk

menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat”.

Menurut Keraf (2010: 260) ringkasan merupakan “penyajian singkat dari

karangan asli tetapi dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandangan

pengarang asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara

proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu”. Penulis

ringkasan harus memahami isi tulisan asli. Dia berbicara sebagai “penyambung

lidah” penulis asli dengan karangannya yang lebih pendek. Penulis ringkasan

tidak dapat melepaskan dirinya dari penulis asli dalam hal kesan yang

dimunculkan oleh ringkasannya itu. Oleh sebab itu ringkasannya, tetap

memperthankan keberadaan isi bab perbab,bagian perbagian dengan sangat

memperdulikan tata urutan yang ada dikarangan asli.

Rangkuman dapat diartikan “sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas

suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan

perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan

rangkumannya” (Djuharni dalam Arifin, 2004: 232). Rangkuman dapat pula

diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan

atau tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja. Rangkuman

sering disebut juga ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari suatu uraian atau

pembicaraan Pada tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi bagian, dan

sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan dipertahankan.


11

b. Tujuan Membuat Rangkuman

Sebuah ringkasan dibuat atas kerja menyingkat atau memendekan sebuah

karangan yang panjang. Dia harus mampu memilah- milah mana gagasan utama

dan mana gagasan bawahan. Ringkasan dibuat untuk membantu membaca buku

untuk membaca hal itu dalam waktu yang singkat dengan cara menghemat waktu.

Menurur Keraf (2010: 262) tujuan ringkasan adalah “memahami dan

megetahui isi sebuah buku atau karangan, maka latihan-latihan untuk maksud

tersebut akan membimbing dan menuntun agar membaca karangan asli dengan

cermat, dan bagaimana harus menulisnya kembali dengan tepat”.

Menurut Arifin (2004: 232) tujuan membuat ringkasan “untuk membantu

pembaca buku yang panjang, ringkasan membantu pembaca buku untuk membaca

hal dalam waktu yang singkat dengan cara menghemat waktu”. Penulis tidak akan

membuat ringkasan dengan baik bila ia kurang cermat membaca, bila ia sanggup

membeda-bedakan gagasan utama dari gagasan-gagasan tambahan. Kemampuan

membedakan tingkat-tingkat gagasan itu akan membantunya mempertajam

tingkat-tingkat gagasan itu akan membantunya mempertajam gaya bahasa, serta

menghindari uraian-uaraian yang panjang lebar yang mungkin menyelusup masuk

dalam karangan tersebut.

c. Cara Membuat Rangkuman

Menurut Keraf (2010: 263) beberapa hal dalam meringkas karangan perlu

diperhatikan oleh penulis ringkasan. Yang perlu dketahui adalah ringkasan itu

tidak terwujud andai kata penulis ringkasan tidak membaca buku asli dengan baik.

Oleh sebab itu langkah yang ditulis oleh penulis ringkasan adalah.
12

1) Membaca naskah asli sampai paham dan bahkan berkali-kali

2) Mencatat gagasan umum dari semua paragraf

3) Mengadakan reproduksi

4) Ketentuan tambahan

Menurut (Arifin, 2004: 332) cara untuk membuat ringkasan yang baik dan

teratur, adalah sebagai berikut.

1) Membaca Naskah Asli

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis ringkasan adalah

membaca naskah asli. Pembacaan tersebut dapat diakukan berkali-kali agar

pembaca tersebut memahami benar isi karangan itu. Oleh sebab itu pembaca

harus mehami benar-benar apa yang dipikirkan oleh penulis didalam

tulisannya itu. Dengan membaca secara cermat apa yang tertulis itu,

pembacanya dapat isi karangan itu. Penulis perlu juga mengetahui maksud

pengarang dan sudut pandang pengarang. Untuk membantu penulis mencapai

hal tersebut, maka judul dan daftar isi karangan itu dapat dijadikan pegangan.

Sebab itu pada waktu membaca karangan isi, penulis hendaknya

memperhatikan daftar isi karangan (kalau ada) sehingga lebih mudah ia

mendapat kesan umum, maksud pandangan pengarang yang tersirat dalam

karangan itu.

2) Mencatat Gagasan Utama

Pencatatan gagasan utama dimaksudkan adalah pencatatan bagian penting-

penting. Gagasan utama dapat berupa inti bacaan. Dengan pencatatan itu dapat
13

juga diketahui bagian mana yang perlu dan bagian mana yan tidak diperlukan

didalam menulis ringkasan. Jadi penatatan gagasan utam itu bertujuan untuk.

a) Mengendalikan pikiran pembaca daam penulisan ringkasan

b) Memilah hal yang penting dan tidak penting

Tindakan atau langkah yang harus dikerjakan adalah membaca kembali

kerangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea itu sambil mencatat

semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu.

3) Mengadakan Reproduksi

Mengadakan reproduksi dimaksudkan adalah menulis ringkasan yang telah

dibaca itu. Penulisan ringkasan itu dapat dilakukan setelah melalui dua tahap

pertama,Penulisan itu didasarkan pada urutan yang terdapat pada sumber asli

atau karangan aslinya. Jadi penulisan ringkasan tidak dilaksanakan secara

sembarang, tetapi dilakukan sesuai urutan tulisan aslinya, oleh sebab itu pada

tahap pencatatan sudah dapat digambarkan urutan paragraf tulisan asli itu.

Dalam tulisan ringkasan ini kalimat-kalimat tulisan asli harus dihindari.

Kalimat yang dipkai adalah kalimat penulis ringkasan itu sendiri. Oleh sebab

itu dapat dikatakan bahwa ringkasan itu adalah hasil ringkasan sendiri

terhadap tulisan atau wacana.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai

suatu tulisan yang baik.

a) Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dipergunakan kalimat tunggal

daripada kalimat majemuk.

b) Bila mungkin ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata.


14

c) Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama

yang akan dimasukkan dalam ringkasan.

d) Bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dibuang.

e) Pertahankan susunan gagasan asli, sertaringkaskanlah gagasan-gagasan itu

dalam urutan seperti urutan naskah asli.

f) Ketentuan tambahan, di samping ketiga langkah diatas masih ada beberapa

ketentuan tambahan yang perlu diperhatikan pada waktu menyusun

ringkasan (langkah ketiga).

3. Pembelajaran Jigsaw

a. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw

Metode yang dikembangkan oleh Aronson dkk dari Universitas Texas yang

kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk ini mempunyai tujuan mengembangkan

kerja sama tim (kelompok), mengasah ketrampilan belajar kooperatif dan

menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak bisa diperoleh jika

mempelajarinya sendirian.

Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan

ada juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang

menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini juga

mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (Jigsaw), yaitu siswa melakukan

sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk

mencapai tujuan bersama.


15

Model pemebelajaran kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar

kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk

kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw merupakan model belajar

kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas

empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama

salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri (Lie dalam

Rusman, 2011: 218).

Dalam model pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan

untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan

dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung

jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang

dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Djamarah, 2010: 388).

Dapat disimpulkan bahwa metode Jigsaw adalah teknik pembelajaran

kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar

dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam

suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Tujuan dari Jigsaw ini

adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai

pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka

mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.


16

b. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajara Jigsaw

1) Kelebihan Metode Pembelajaran Jigsaw

Jhonson dalam Rusman (2011: 208) mengemukakan kelebihan dari metode

pembelajaran Jigsaw sebagai berikut.

a) Meningkatkan hasil belajar

b) Meningkatkan daya ingat

c) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penelaran tingkat tinggi

d) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu)

e) Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen

f) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah

Sementara itu Djamarah (2010: 389) menyatakan bahwa metode Jigsaw

dapat melibatkan seluruh anak didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan

kepada orang lain.

2) Kelemahan Metode Pembelajaran Jigsaw

a) Guru dan siswa kurang terbias dengan metode ini karena masih terbawa

kebiasaan menggunakan metode konvensional, dimana pemberian materi

terjadi secara satu arah. Memerlukan waktu yang relatif lama.

b) Tidak efektif untuk siswa yang banyak

c) Memerlukan perhatian dan pengawasan ekstra ketat dari guru

d) Memerlukan persiapan yang matang


17

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw

Stepen & Snapp yang dikutip Rusman (2011: 216), langkah-langkah

model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut.

1) Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.

2) Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda

3) Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan

4) Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub

bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusiksn sub bab mereka.

5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asli

dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka

kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

7) Guru memberi evaluasi.

8) Penutup

Aronson dalam Djamarah (2010: 389) langkah-langkah dalam pembelajaran

kooperatif model Jigsaw adalah sebagai berikut.

1) Pilihan materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian).

2) Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru menjelaskan mengenai topik yang

akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari ini. Pelajaran bisa menuliskan

topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik

tersebut. Kegiatan brainstromins ini dimaksud untuk mengaktifkan skema

siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.


18

3) Bagi anak didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah materi

pelajaran yang ada. Jika jumlah anak didik adalah 50, sementara jumlah materi

pelajaran yang ada adalah 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 10

orang. Jika jumlah in di anggap terlalu besar, bagi lagi menjadi 5 orang,

kemudian setelah proses (diskusi kelompok) selesai gabungan kedua

kelompok tersebut.

4) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang

berbeda-beda.

5) Setiap kelompok anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang

telah mereka pelajari dalam kelompok.

6) Kembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian tanyakan sekitarnya ada

persoalan-persoalonya yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

7) Beri anak didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka

terhadap materi yang baru saja mereka pelajari. Pengecekan pemahaman anak

didik dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mereka dalam memahami

materi.

8) Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan

pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangajn atau dengan seluruh

kelas.

d. Pembelajaran Menulis Rangkuman Bacaan Melalui Model Jigsaw

Menurut Rusman (2011 : 215) model pembelajaran Jigsaw ini dikenal juga

dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada
19

permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap

kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas

permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah ke

kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya dengan materi ajar

membuat rangkuman bacaan yang diberikan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan

pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai berikut.

1) Guru membentuk kelompok ke dalam 2 mula kelompok yaitu asal dan ahli.

Kemudian kelompok ahli melakukan kegiatan membaca untuk menggali

informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk di baca

sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan

yang sama bertemu dalam satu kelompok yang disebut kelompok ahli untuk

membicaran topik permasalahan tersebut

3) Laporan kelompok ahli ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang

didapat dari diskusi tim ahli, yang kemudian menugaskan kelompok tersebut

guna membuat membuat rangkuman bacaan berdasarkan topik yang diberikan.

4) Kemudian guru meminta siswa untuk mempersentasikan di depan kelas.

5) Setelah semua siswa memahami cara membuat rangkuman bacaan yang baik

dan benar kemudian guru memberikan tugas secara individu membuat

rangkuman bacaan dengan topik yang telah ditentukan oleh guru.

Dalam model pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan

untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan

dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung


20

jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang

dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan menulis rangkuman bacaan pernah

dilakukan oleh Reni Kurniasari selaku mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung Tahun 2006 dengan judul “Kemampuan

Menulis Rangkuman Bacaan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo

Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2006/2007”.

Dari hasil penelitian tersebut dinyatakan bahwa siswa yang mendapatkan

nilai 66-100 berjumlah 20 orang siswa atau 79,17%, siswa yang mendapatkan

nilai 0-65% berjumlah 4 orang siswa atau 20,83%. Dengan demikian siswa kelas

VIII SMP Negeri 2 Trimurjo Lampung Tengah mampu menulis rangkuman

bacaan.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaan dalam penelitian adalah sama-sama meneliti tentang

menulis rangkuman bacaan. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu

kemampuan siswa menulis rangkuman bacaan sedangkan penelitian sekarang

meneliti kemampuan siswa menulis rangkuman bacaan menggunakan metode

Jigsaw. Penelitian terdahulu objeknya siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo

Lampung Tengah sedangkan penelitian sekarang objeknya siswa kelas VIII MTs

Bindu.
21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Defenisi Operasional Istilah

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kesanggupan

yang dimaksud adalah kesanggupan yang memahami, menguasai dan menghargai

(Depdiknas, 2008: 709). Menurut Tarigan (2008: 3), “Menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Menurut Arifin (2004: 314)

Ringkasan adalah penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan bagian

atau bab dari karangan asli tetap di pertahankan dalam bentuknya yang singkat

atau cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam

bentuk yang singkat. Sedangkan Lie dalam Rusman (2011: 218) bahwa “metode

Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran model kooperatif dimana siswa

melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain

dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4 sampai dengan 6 orang yang masing-

masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan

bersama.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

siswa kelas VIII MTs Bindu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw ialah kesanggupan peserta didik kelas VIII MTs. Bindu

dalam menuliskan rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw.

21
22

2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

“Populasi adalah seluruh subjek yang menjadi perhatian kita dalam suatu

ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan” (Arikunto, 2010: 128). Subjek

penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VIII MTs Bindu subjek penelitian

karena mereka telah mempelajari tentang menulis rangkuman melalui model

pembelajaran Jigsaw.

Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dalam penelitian dapat dilihat

pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Populasi Penelitian


No Kelas Jumlah Siswa
1 VIII.A 24
2 VIII.B 24
3 VIII.C 25
4 VIII.D 25
5 VIII.E 24
Jumlah 122
Sumber data: Tata Usaha MTs Bindu Tahun Pelajaran 2012/2013

b. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel. (Arikunto, 2010: 174).

Menurut Margono (2010: 121), “Sampel adalah sebagai bagian dari

populasi, yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Peneliti

menggunakan teknik Simple random sampling, dikatakan simple (sederhana)


23

karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2011: 82). Cara

demikian bila anggota populasi dianggap homogen.

Langkah–langkah dalam penarikan sampel rumpun (Simple random

sampling) sebagai berikut.

1) Siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas VIII yang terdiri

dari lima kelas.

2) Dari lima kelas tersebut, kemudian ditentukan secara acak kelompok siswa

3) Penentuan dilakukan dengan cara menuliskan ke lima kelas tersebut pada

masing-masing gulungan kertas kecil kemudian diundi, seperti arisan.

4) Hasil pengundian secara acak diperoleh di kelas VIII.A sebagai sampel

penelitian.

Dari hasil undian tersebut, maka sampel penelitian ini adalah siswa kelas

VIII.A MTs Bindu yang berjumlah 24 orang siswa.. Jumlah sampel penelitian ini

bisa dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa


1 VIII.A 24
Jumlah 24
Sumber data: Tata Usaha MTs Bindu Tahun Pelajaran 2012/2013

3. Metode Penelitian

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 2)”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif karena metode ini
24

menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel

yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya (Sudrajat,

2005: 89).

Dengan menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini, maka

peneliti akan mendeskripsikan untuk menggambarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan peneliti berdasarkan fakta-fakta yang ada mengenai kemampuan siswa

kelas VIII.A MTs Bindu menulis rangkuman bacaan melalui metode pembelajaran

Jigsaw.

4. Teknik Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi dan tes.

Pertama yaitu teknik observasi yang diberikan kepada guru bidang studi Bahasa

Indonesia di kelas VIII.A MTs Bindu untuk mengetahui proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru dan teknik yang kedua yaitu teknik tes yang diberikan

kepada siswa.

Teknik tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa menulis

rangkuman bacaan melalui metode pembelajaran Jigsaw. Adapun pengertian dari

observasi dan tes diuraikan sebagai berikut.

1) Observasi

Observasi dapat dilakukan dengan cara yaitu observasi sistematis yang

dilakukan oleh pengamatan dengan menggunakan instrumen pengamatan dan

observasi sistematis yang dilakukan pengamatan dengan menggunakan pedoman

sebagai instrumen pengamatan (Arikunto, 2010: 200).


25

a) Membaca catatan-catatan hasil pengamatan terhadap kegiatan guru Bahasa

Indonesia dalam menggunakan metode pembelajaran Jigsaw

b) Mengklasifikasi hambatan dan kesulitan guru dalam proses dan penilaian

menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dalam menulis rangkuman

bacaan.

c) Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5

siswa guna bekerjasama mencari solusi atas permasalahan.

d) Deskripsikan hambatan serta kesulitan siswa dan guru menggunakan metode

pembelajaran Jigsaw dalam menulis rangkuman bacaan.

e) Mengadakan evaluasi

f) Menyimpulkan pelajaran bersama-sama

g) Membuat simpulan.

2) Tes

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2010: 193).

Oleh karena itu, untuk mendapatkan teknik tes menulis rangkuman bacaan yang

bertujuan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa. Tes ini

dilakukan pada hari senin, 15 April 2013 pukul 08.45-10.30 WIB.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tes adalah

teknik yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, bakat atau tingkat

kemampuan menulis rangkuman bacaan maka dalam bentuk tes berupa simpulan

rangkuman.
26

b. Teknik Penganalisisan Data

1) Observasi

Teknik analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi

dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil observasi yang berupa lembar

observasi yang telah diberi tanda chek list (√) terhadap aktivitas guru dan aktivitas

siswa dalam mengidentifikasikan rangkuman/ringkasan bacaan, lalu hasil dari

pengamatan yang telah dilakukan diinterprestasikan dan dideskripsikan secara

terperinci.

2) Tes

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah data tes simpulan rangkuman,

adapun langkah-langkah dalam penganalisisan data sebagai berikut.

1) Memeriksa hasil menulis rangkuman bacaan.

2) Memberikan penilaian hasil menulis rangkuman bacaan berpedoman pada

kriteria penilaian sebagai berikut.

Tabel 3. Kriteria Penilaian Tes Kemampuan Siswa Menulis


Rangkuman Bacaan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw
No Indikator Kualitatif Skor Deskriptor
Siswa sangat mampu menuliskan isi bacaan,
Pemahaman isi
1 Baik Sekali 5 menuliskan gagasan utama, menuliskan ide
bacaan
pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat
Siswa mampu memahami isi bacaan,
Baik 4 menuliskan gagasan utama, menuliskan ide
pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat
Siswa cukup mampu memahami isi bacaan,
Cukup 3 menuliskan gagasan utama, menuliskan ide
pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat
Siswa kurang mampu memahami isi bacaan,
menuliskan gagasan utama, menuliskan ide
Kurang 2
pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan
tepat
Sangat
1 Tidak layak nilai
kurang
27

Ketepatan logika
2 Baik Sekali 5 Siswa sangat mampu menuliskan urutan cerita
urutan bacaan
Baik 4 Siswa mampu menuliskan urutan cerita
Cukup 3 Siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita
Kurang 2 Siswa kurang mampu menuliskan urutan cerita
Sangat
1 Tidak layak nilai
kurang
3 Ketepatan kalimat Baik Sekali 5 Siswa sangat mampu menentukan kalimat
Siswa mampu menentukan
Baik 4
Kalimat
Cukup 3 Siswa cukup mampu menentukan kalimat
Kurang 2 Siswa kurang mampu menentukan kalimat
Sangat
1 Tidak layak nilai
kurang
4 Ketepatan kata Baik Sekali 5 Siswa sangat mampu menentukan kata
Baik 4 Siswa mampu menentukankata
Cukup 3 Siswa cukup mampu menentukan kata
Kurang 2 Siswa kurang mampu menentukan akata
Sangat
1 Tidak layak nilai
kurang
Ketepatan EYD Siswa sangat mampu menggunakan EYD dan
5 Baik Sekali 5
dan tanda baca tanda baca
Siswa mampu menggunakan EYD dan tanda
Baik 4
baca
Siswa cukup mampu menggunakan EYD dan
Cukup 3
tanda baca
Siswa kurang mampu menggunakan EYD dan
Kurang 2
tanda baca
Sangat
1 Tidak layak nilai
kurang
Sumber: Nurgiyantoro (2011: 433)

3) Dari semua nilai siswa yang didapat akan dicari nilai rata-ratanya dengan

menggunakan rumus.

X=

Keterangan:
X = Nilai rata-rata

X= Jumlah nilai siswa

N = Banyak siswa sampel (Arikunto, 2010: 376)


28

4) Setelah mencari dan mendapatkan nilai rata-rata kemampuan siswa menulis

rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw nilai rata-rata tersebut

akan diinterpretasikan ke dalam kategori hasil belajar siswa dengan mengacu

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Skala Penilaian

Nilai Angka Nilai Huruf Predikat

80-ke atas A Mampu sekali


66-79 B Mampu
56-65 C Cukup Mampu
46-55 D Kurang Mampu
45-ke bawah E Gagal
(Sudijono, 2011: 35)
5) Mendeskripsikan/menjelaskan hasil analisis data.

6) Membuat kesimpulan.

Setelah hasil analisis observasi dan tes menulis rangkuman bacaan melalui

model pembelajaran Jigsaw diperoleh, maka berdasarkan hasil analisis data

tes siswa barulah dibuat kesimpulan, mampu atau tidaknya siswa kelas VIII

MTs Bindu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw.


29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Observasi

a. Deskripsi Data Observasi

Peneliti mengadakan observasi terhadap siswa kelas VIII MTs. Bindu

menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw pada hari Jum’at

tanggal 12 April 2013 pukul 08.45 – 10.30 WIB di kelas VIII.A MTs. Bindu.

Observasi bertujuan untuk mendapatkan data tentang aktivitas guru dan siswa

pada saat proses belajar mengajar menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw. Alokasi waktu yang digunakan untuk observasi ini adalah

2 x 45 menit. Data observasi dapat dilihat pada tabel 5 dan 6 berikut

Tabel 5. Aktivitas Guru Dalam Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar

No. Urutan Kegiatan Ya Tidak


1 Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran √
2 Apersepsi √
3 Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran/kompetensi yang hendak dicapai
4 Menyampaikan kepada siswa kegiatan yang akan dilakukan

dalam pembelajaran
5 Menjelaskan materi pembelajaran berdasarkan masalah √
6 Mengarahkan siswa untuk antusias mengikuti pembelajaran
menulis rangkuman bacaan berdasarkan suatu permasalah

yang diberikan oleh guru menggunakan model
pembelajaran Jigsaw.

29
30

Lanjutan Tabel 5. Aktivitas Guru Dalam Melaksanakan Kegiatan Belajar


Mengajar

No. Urutan Kegiatan Ya Tidak


7 Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok,

setiap kelompok berjumlah 4-5 orang
8 Mengarahkan siswa untuk bekerjasama mencari solusi atas

suatu permasalahan
9 Mengawasi tiap-tiap kelompok √
10 Mengadakan evaluasi √
11 Menyimpulkan pelajaran √
12 Menutup pelajaran √

Tabel 6. Aktivitas Siswa Dalam Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar

Ya
No. Urutan Kegiatan Tidak
Seluruh Sebagian
1 Memperhatikan penjelasan guru 
2 Menjawab pertanyaan guru 
3 Antusias dalam menerima pelajaran 
4 Bekerjasama mencari solusi atas suatu masalah 
5 Mengerjakan tes menulis rangkuman bacaan
yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang

sesuai dengan kemampuan siswa berdasarkan
suatu permasalahan yang diberikan guru.
6 Mengumpulkan tugas atau latihan 
7 Melakukan evaluasi bersama-sama 
8 Menyimpulkan pelajaran bersama-sama 
31

b. Analisis Data Observasi

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui aktivitas guru selama proses

pembelajaran berlangsung dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebelum

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru mengadakan apersepsi,

dengan mengulas materi yang telah dipelajari dan menjelaskan cara membuat

rangkuman bacaan. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran/kompetensi yang hendak dicapai, yaitu:

siswa mampu menulis rangkuman bacaan. Selanjutnya guru menyampaikan

kepada siswa kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran, yaitu guru

menjelaskan materi mengenai cara-cara membuat rangkuman bacaan, setelah itu

siswa menuliskan rangkuman bacaan. Guru menjelaskan materi pelajaran

berdasarkan permasalahan yang sedang berkembang sekarang seperti mengenai

pendidikan. Guru mengarahkan siswa untuk antusias mengikuti pembelajaran

menulis rangkuman bacaan berdasarkan suatu permasalahan. Guru

mengelompokkan satu kelompok yang terdiri dari siswa pilihan untuk melakukan

kegiatan membaca guna menggali informasi yang akan dipelajari. Setelah siswa

pilihan (kelompok ahli) memahami permasalahan yang akan dipelajari kemudian

kelompok ahli tersebut bergabung dengan kelompok asal yang terdiri dari 4-5

siswa. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu

dalam satu kelompok untuk membicarakan topik permasalahan tersebut kemudian

guru menugaskan kelompok tersebut guna membuat membuat rangkuman bacaan

berdasarkan topik yang diberikan. Guru mengawasi tiap-tiap kelompok. Setelah


32

siswa berdiskusi guru meminta siswa untuk mempersentasikan di depan kelas.

Setelah semua siswa memahami cara membuat rangkuman bacaan yang baik dan

benar kemudian guru memberikan tugas atau mengadakan evaluasi secara

individu membuat rangkuman bacaan dengan topik yang telah ditentukan oleh

guru. Guru menyimpulkan pelajaran dan guru menutup pelajaran.

Berdasarkan data pada tabel 6 dapat diketahui aktivitas siswa selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Sebagian besar siswa dengan penuh perhatian mendengarkan penjelasan

guru mengenai cara membuat rangkman bacaan. Pada saat guru mengajukan

pertanyaan sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan guru tentang materi

yang dipelajari. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung sebagian siswa

antusias mengerjakan tugas menulis rangkuman bacaan. Siswa bekerja sama

untuk mencari solusi atas suatu masalah. Siswa mengerjakan tes menulis

rangkuman bacaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan

kemampuan siswa berdasarkan suatu permasalahan yang diberikan guru . Setelah

siswa mengerjakan tugas, siswa mengumpulkan tugas atau latihan. Siswa bersama

guru melakukan evaluasi hasil tugas menulis rangkuman bacaan. Setelah selesai

melakukan evaluasi, siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran.

2. Tes Menulis Rangkuman Bacaan

a. Deskripsi Data Tes Menulis Rangkuman Bacaan

Data tes bertujuan untuk memperoleh data mengenai kemampuan siswa

kelas VIII MTs. Bindu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw. Pengumpulan data dan penelitian dilakukan dengan cara tes menulis
33

simpulan rangkuman bacaan. Penelitian ini dilaksanakan selama sehari pada hari

Senin tanggal 15 April 2013 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit pada pukul

08.45–10.30 WIB.

Dalam pelaksanan tes, peneliti menggunakan dua penilai. Peneliti

menggunakan dua penilai supaya penelitian lebih objektif dan akurat. Untuk itu,

peneliti meminta bantuan guru bidang studi bahasa Indonesia sebagai penilai 2

dan peneliti sendiri berperan sebagai penilai 1. Berikut deskripsi data hasil tes.

Tabel 7. Deskripsi Data Kemampuan Menulis Rangkuman Bacaan Melalui


Model Pembelajaran Jigsaw Berdasarkan Dua Penilaian

Skor Aspek yang dinilai Persen


Penila Nilai Katagori
No Nama Skor Jumlah tase
ian Isi Urutan Makna Kata Kalimat Akhir Penilaian
(%)
1 3 3 4 2 3 15
1 AS 35 70 70 Mampu
2 4 4 4 4 4 20
1 3 2 3 3 2 13 Cukup
2 ANR 30 60 60
2 4 3 3 3 4 17 Mampu
1 4 4 4 3 3 18
3 AP 37 74 74 Mampu
2 4 3 4 4 4 19
1 4 4 4 3 2 17
4 AF 37 74 74 Mampu
2 4 4 4 4 4 20
1 3 2 3 3 2 13 Kurang
5 DR 28 56 56
2 3 3 3 3 3 15 Mampu
1 3 3 3 3 3 15 Cukup
6 DZ 32 64 64
2 3 3 3 4 4 17 Mampu
1 2 2 2 1 1 8
7 ES 21 42 42 Gagal
2 3 2 2 3 3 13
1 3 3 3 3 3 15
8 Fi 33 66 66 Mampu
2 4 3 4 3 4 18
1 3 3 3 1 1 11 Kurang
9 Ha 24 48 48
2 3 3 3 2 2 13 Mampu
1 3 3 3 3 3 15
10 Is 33 66 66 Mampu
2 3 4 4 3 4 18
1 4 3 3 3 3 16
11 KI 34 68 68 Mampu
2 3 4 4 3 4 18
1 4 4 3 3 3 17
12 LE 39 78 78 Mampu
2 5 5 4 4 4 22
1 4 4 4 3 3 18
13 LH 38 76 76 Mampu
2 5 4 4 3 4 20
1 3 4 3 3 3 16
14 Mu 34 68 68 Mampu
2 4 4 3 3 4 18
1 4 4 3 3 3 17
15 RR 34 68 68 Mampu
2 4 4 3 3 3 17
1 4 3 4 3 4 18
16 RA 36 72 72 Mampu
2 4 3 4 3 4 18
34

Skor Aspek yang dinilai Persen


Penila Nilai Katagori
No Nama Skor Jumlah tase
ian Isi Urutan Makna Kata Kalimat Akhir Penilaian
(%)
1 4 4 4 3 4 19
17 RFF 39 78 78 Mampu
2 4 4 4 4 4 20
1 3 3 3 2 2 13 Cukup
18 RRI 28 56 56
2 3 3 3 3 3 15 Mampu
1 4 3 4 3 3 17
19 Se 35 70 70 Mampu
2 4 4 4 3 3 18
1 4 3 4 3 2 16
20 SL 34 68 68 Mampu
2 4 4 4 3 3 18
1 3 3 3 3 3 15 Cukup
21 SH 32 64 64
2 4 4 3 3 3 17 Mampu
1 3 3 3 3 3 15
22 VR 34 68 68 Mampu
2 4 4 4 3 4 19
1 3 2 3 2 2 12 Cukup
23 YY 28 56 56
2 3 3 3 3 4 16 Mampu
1 2 2 3 2 2 11 Cukup
24 YS 29 58 58
2 4 4 4 3 3 18 Mampu
Jumlah Rata-Rata 1568

b. Analisis Tes Menulis Rangkuman Bacaan

Berdasarkan hasil analisis data sesuai dengan kriteria penilaian yang telah

ditetapkan, data tes kemampuan siswa kelas VIII MTs. Bindu, dapat dilihat pada

uraian berikut.

1) AS

Berdasarkan analisis data tes, nilai AS dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap

ketepatan logika urutan bacaan, karena siswacukup mampu menuliskan

urutan cerita.
35

(c) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap

ketepatan makna keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan

makna keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 4 terhadap

ketepatan kata, karena siswa kurang mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap

ketepatan kalimat, karena siswa cukup mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai AS dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 70. Hal tersebut berarti AS tergolong

siswa mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw.

2) ANR

Berdasarkan analisis data tes, nilai ANS dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa kurang mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.


36

(e) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa kurang mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai ANS

menulis rangkuman adalah = x 100 = 60. Hal tersebut berarti ANR

tergolong siswa cukup mampu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw.

3) AP

Berdasarkan analisis data tes, nilai AP dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan makna keselurhan

bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa cukup mampu menentukan kalimat.


37

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai AP dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 74. Hal tersebut berarti AP tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

4) AF

Berdasarkan analisis data tes, nilai AF dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan makna keselurhan

bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa kurang mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka AF dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 74. Hal tersebut berarti AF tergolong


38

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

5) DR

Berdasarkan analisis data tes, nilai DR dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa kurang mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 2 dan P2 skor 3 terhadap ketepatan kalimat, karena siswa

kurang mampu menentukan kalimat

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai DR dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 56. Hal tersebut berarti DR tergolong

siswa yang kurang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw.
39

6) DZ

Berdasarkan analisis data tes, nilai DZ dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa cukup mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai DZ dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 64. Hal tersebut berarti DZ tergolong

siswa yang cukup mampu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw.

7) ES

Berdasarkan analisis data tes, nilai ES dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.


40

(a) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 3 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa kurang mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 2 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa kurang mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 2 terhadap ketepatan makna keseluruhan bacaan, karena

siswa cukup mampu menentukan makna keselurhan bacaan, dan P2 memberi

skor 2 karena siswa kurang mampu menentukan makna keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 1 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

hasil rangkuman bacaan tidak layak dinilai.

(e) P1 memberi skor 1 dan P2 skor 3 terhadap ketepatan kalimat, karena hasil

rangkuman bacaan tidak layak dinilai.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai ES dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 42. Hal tersebut berarti ES tergolong

siswa yang gagal dalam menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

8) Fi

Berdasarkan analisis data tes, nilai Fi dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa kurang mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.


41

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai Fi dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 66. Hal tersebut berarti Fi tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

9) Ha

Berdasarkan analisis data tes, nilai Ha dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita.


42

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 1 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa menulis rangkuman bacaan tidak layak dinilai.

(e) P1 memberi skor 1 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa menulis rangkuman bacaan tidak layak dinilai.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai Ha dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 48. Hal tersebut berarti Ha tergolong

siswa yang kurang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw.

10) Is

Berdasarkan analisis data tes, nilai Is dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan makna keselurhan

bacaan.
43

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa cikup mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai Is dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 66. Hal tersebut berarti Is tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

11) KI

Berdasarkan analisis data tes, nilai KI dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 3 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan makna keselurhan

bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa cukup mampu menentukan kalimat.


44

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai KI dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 68. Hal tersebut berarti KI tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

12) LE

Berdasarkan analisis data tes, nilai LE dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 5 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 5 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa cukup mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai LE dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 78. Hal tersebut berarti LE tergolong


45

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

13) LH

Berdasarkan analisis data tes, nilai LH dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 5 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan makna keselurhan

bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa cukup mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai LH dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 76. Hal tersebut berarti LH tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.
46

14) Mu

Berdasarkan analisis data tes, nilai Mu dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa cukup mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai Mu dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 68. Hal tersebut berarti Mu tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

15) RR

Berdasarkan analisis data tes, nilai RR dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.


47

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa mampu menentukan kalimat, karena siswa cukup mampu menentukan

kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai RR dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 68. Hal tersebut berarti RR tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

16) RA

Berdasarkan analisis data tes, nilai RA dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.


48

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan makna keselurhan

bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai RA dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 72. Hal tersebut berarti RA tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

17) RFF

Berdasarkan analisis data tes, nilai RFF dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa mampu menuliskan urutan cerita.


49

(c) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan makna keselurhan

bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai RFF

dalam menulis rangkuman adalah = x 100 = 78. Hal tersebut berarti RFF

tergolong siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw.

18) RRI

Berdasarkan analisis data tes, nilai RRI dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.
50

(d) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa kurang mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa kurang mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai RRI

dalam menulis rangkuman adalah = x 100 = 56. Hal tersebut berarti RRI

tergolong siswa yang cukup mampu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw.

19) Se

Berdasarkan analisis data tes, nilai Se dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan makna keselurhan

bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa mampu menentukan kalimat.


51

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai Se dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 70. Hal tersebut berarti Se tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

20) SL
Berdasarkan analisis data tes, nilai SL dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan utama,

menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 4 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa mampu menentukan makna keselurhan

bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa kurang mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai SL dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 68. Hal tersebut berarti SL tergolong


52

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

21) SHNH

Berdasarkan analisis data tes, nilai SHNH dalam menulis rangkuman

bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa cukup mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai SHNH

dalam menulis rangkuman adalah = x 100 = 64. Hal tersebut berarti SHNH

tergolong siswa yang cukup mampu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw.
53

22) VR

Berdasarkan analisis data tes, nilai VR dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa cukup mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa cukup mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa cukup mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai VR dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 68. Hal tersebut berarti VR tergolong

siswa yang mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

23) YY

Berdasarkan analisis data tes, nilai YY dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.


54

(a) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa cukup mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.

(b) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 2 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa kurang mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 2 terhadap ketepatan kata, karena

siswa kurang mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 2 dan P2 skor 3 terhadap ketepatan kalimat, karena siswa

kurang mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai YY dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 56. Hal tersebut berarti YY tergolong

siswa yang cukup mampu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran Jigsaw.

24) YS
Berdasarkan analisis data tes, nilai YS dalam menulis rangkuman bacaan

melalui model pembelajaran Jigsaw dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(a) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 4 terhadap pemahaman isi bacaan,

karena siswa kurang mampu menuliskan isi bacaan, menuliskan gagasan

utama, menuliskan ide pokok ke dalam bentuk rangkuman dengan tepat.


55

(b) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan logika urutan

bacaan, karena siswa kurang mampu menuliskan urutan cerita.

(c) P1 memberi skor 3 dan P2 memberi skor 4 terhadap ketepatan makna

keseluruhan bacaan, karena siswa cukup mampu menentukan makna

keselurhan bacaan.

(d) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kata, karena

siswa kurang mampu menentukan kata.

(e) P1 memberi skor 2 dan P2 memberi skor 3 terhadap ketepatan kalimat, karena

siswa kurang mampu menentukan kalimat.

Berdasarkan jumlah skor total dari dua orang penilai maka nilai YS dalam

menulis rangkuman adalah = x 100 = 58. Hal tersebut berarti YS tergolong

siswa cukup mampu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran

Jigsaw.

c. Analisis Skor Siswa Menulis Rangkuman Bacaan Melalui Model


Pembelajaran Jigsaw Berdasarkan Dua Penilai
Setelah data tes hasil tes diolah dan ditabulasikan, kemudian dilakukan

pemeringkatan dari nilai yang terbesar sampai terkecil.Seperiti dapat dilihat pada

tabel 8 berikut.

Tabel 8. Analisis Skor dalam Kemampuan Menulis Rangkuman Bacaan


Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Berdasarkan Dua Penilai

No Nilai Banyak Siswa Persentase (%)


1 78 2 8,33
2 76 1 4,16
3 74 2 8,33
4 72 1 4,16
56

5 70 2 8,33
6 68 5 20,83
7 66 2 8,33
8 64 2 8,33
9 60 1 4,16
10 58 1 4,16
11 56 3 12,5
12 48 1 4,16
13 42 1 4,16
Jumlah 24 100

Keterangan
Cara mencari 4,16 yaitu x 100

d. Analisis Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Menulis Rangkuman


Bacaan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Berdasarkan Kategori
Penilaian
Nilai yang telah diberikan kepada siswa kemudian dikelompokkan

berdasarkan kategori penilaian seperti dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Menulis Rangkuman


Bacaan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Berdasarkan
Kategori Dua Penilaian

No Nilai Frekuensi Persentase (%) Kriteria Penilaian


1 80 ke atas - - Mampu Sekali
2 66-79 15 62,50 Mampu
3 56-65 6 25 Cukup Mampu
4 46-55 2 8,33 Kurang Mampu
5 45 ke bawah 1 4,16 Gagal
Jumlah 24 100

Dari table 9 di atas, terlihat siswa kelas VIII MTs. Bindu OKU yang

mendapat nilai 80 ke atas dengan predikat penilaian mampu sekali berjumlah 0

orang atau 0%, siswa yang mendapat nilai 66 – 79 dengan predikat penilaian
57

mampu berjumlah 15 orang atau 62,50%, siswa yang mendapat nilai 56 – 65

dengan predikat penilaian cukup mampu berjumlah 6 orang atau 25%, siswa yang

mendapat nilai 46 – 55 dengan predikat penilaian kurang mampu berjumlah 2

orang atau 8,33%, dan siswa yang mendapat nilai 45 ke bawah dengan predikat

penilaian gagal berjumlah 1 orang atau 4,16%.

Berdasarkan hasil penganalisisan data tes kemampuan siswa kelas VIII

MTs. Bindu OKU menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran jigsaw

sebanyak 24 sampel yang masuk, maka nilai rata-rata yang diperoleh sebagai

berikut.

= = 65,33

Secara keseluruhan, berdasarkan nilai rata-rata tersebut, siswa kelas VIII.A

MTs. Bindu tergolong cukup mampu menulis rangkuman bacaan melalui model

pembelajaran jigsaw.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran menulis rangkuman

bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw berlangsung dengan baik. Adapun

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dilaksanakan mulai dari kegiatan

pembuka hingga penutup. Kegiatan pembuka terdiri dari mengucapkan salam,

mengecek kehadiran siswa, menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru mengadakan

apersepsi, dengan mengulas materi yang telah dipelajari dan menjelaskan cara

membuat rangkuman bacaan. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan


58

menyampaikan tujuan pembelajaran/kompetensi yang hendak dicapai, yaitu:

siswa mampu menulis rangkuman bacaan. Kegiatan inti terdiri dari menjelaskan

materi yang akan dipelajari kepada siswa kegiatan yang dilakukan dalam

pembelajaran mengenai cara-cara membuat rangkuman bacaan, setelah itu siswa

menuliskan rangkuman bacaan. Guru menjelaskan materi pelajaran berdasarkan

permasalahan yang sedang berkembang sekarang seperti mengenai pendidikan.

Guru mengarahkan siswa untuk antusias mengikuti pembelajaran menulis

rangkuman bacaan berdasarkan suatu permasalahan. Guru mengelompokkan satu

kelompok yang terdiri dari siswa pilihan untuk melakukan kegiatan membaca

guna menggali informasi yang akan dipelajari. Setelah siswa pilihan (kelompok

ahli) memahami permasalahan yang akan dipelajari kemudian kelompok ahli

tersebut bergabung dengan kelompok asal yang terdiri dari 4-5 siswa. Siswa yang

telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok

untuk membicarakan topik permasalahan tersebut kemudian guru menugaskan

kelompok tersebut guna membuat membuat rangkuman bacaan berdasarkan topik

yang diberikan. Guru mengawasi tiap-tiap kelompok. Setelah siswa berdiskusi

guru meminta siswa untuk mempersentasikan di depan kelas. Setelah semua siswa

memahami cara membuat rangkuman bacaan yang baik dan benar kemudian guru

memberikan tugas atau mengadakan evaluasi secara individu membuat

rangkuman bacaan dengan topik yang telah ditentukan oleh guru. Kemudian siswa

mengumpulkan hasil kerja mereka, guru dan siswa menyimpulkan materi

bersama-sama dan menutup pelajaran.


59

Berdasarkan hasil tes kemampuan siswa kelas VIII MTs. Bindu menulis

rangkuman bacaan setelah model pembelajaran Jigsaw dari 24 sampel siswa yang

memperoleh nilai 80-100 atau memperoleh kategori penilaian mampu sekali

berjumlah 0 orang atau 0%. Selanjutnya, siswa yang memperoleh nilai 66-79 atau

memperoleh kategori penilaian mampu berjumlah 15 orang atau 62,50%. Hal ini

disebabkan isi bacaan yang dikemukakan relevan dan tepat, pokok-pokok bacaan

yang dirangkum jelas, urutan bacaan yang dibuat menjadi rangkuman tersusun

secara logis dan jelas, makna keseluruhan bacaan diungkapkan jelas, penggunaan

kata-kata dan ejaan tepat, bahasanya menarik dan menguasai aturan penulisan.

Kemudian siswa yang memperoleh nilai 56-65 atau memperoleh kategori

cukup mampu berjumlah 6 orang atau 25%. Hal ini disebabkan isi bacaan yang

dikemukakan cukup relevan dan tepat, pokok-pokok bacaan yang dirangkum

cukup jelas, urutan bacaan yang dibuat menjadi rangkuman tersusun secara logis

dan cukup jelas, makna keseluruhan bacaan diungkapkan cukup jelas, penggunaan

kata-kata dan ejaan cukup tepat, bahasanya cukup menarik dan cukup menguasai

aturan penulisan.

Siswa yang memperoleh nilai 46-65 atau memperoleh kategori kurang

mampu berjumlah 2 orang atau 8,33%. Hal ini disebabkan isi bacaan yang

dikemukakan kurang relevan dan tepat, pokok-pokok bacaan yang dirangkum

kurang jelas, urutan bacaan yang dibuat menjadi rangkuman tersusun secara logis

dan kurang jelas, makna keseluruhan bacaan diungkapkan kurang jelas,

penggunaan kata-kata dan ejaan kurang tepat, bahasanya kurang menarik dan

kurang menguasai aturan penulisan. Siswa yang memperoleh nilai 0-45 atau
60

memperoleh kategori gagal berjumlah 1 orang atau 4,16%. Hal ini disebabkan isi

bacaan yang dikemukakan sangat kurang relevan dan tepat, pokok-pokok bacaan

yang dirangkum sangat kurang jelas, urutan bacaan yang dibuat menjadi

rangkuman tersusun secara sangant kurang logis dan kurang jelas, makna

keseluruhan bacaan diungkapkan sangat kurang jelas, penggunaan kata-kata dan

ejaan sangat kurang tepat, bahasanya sangat kurang menarik dan sangat kurang

menguasai aturan penulisan.

Secara rinci kesulitan yang mereka temui adalah, pertama: pada

pemahaman isi bacaan, misalnya siswa secara keseluruhan masih kesulitan pada

saat menyusun bacaan menjadi rangkuman, kedua: pada ketepatan logika urutan

bacaan, siswa masih susah untuk menjelaskan gagasan dari rangkuman yang

mereka buat karena isi bacaan yang dikemukakan kurang logis, ketiga: ketepatan

makna keseluruhan bacaan, pada saat menulis rangkuman bacaan mereka masih

ada sebagian rangkuman yang masih sulit dipahami oleh peneliti, hal ini mungkin

disebabkan oleh siswa yang kurang memahami jalannya bacaan yang mereka

baca, sehingga penjelasan rangkuman dalam bacaan yang mereka buat kurang

tepat, keempat: ketepatan kata, dalam rangkuman bacaan yang mereka buat masih

banyak yang penggunaan kata-katanya sangat monoton dan penggunaan kata yang

kurang tepat, sehingga mengakibatkan kejanggalan dan ketidakcocokan antara

kata yang dipergunakan. Kelima: ketepatan kalimat, rangkuman yang siswa buat

bahasanya masih kurang menarik sehingga kurang komunikatif dan masih sulit

dipahami apabila hanya membaca bacaan tersebut secara sekilas maka diperlukan

waktu untuk membaca berulang-ulang agar bisa memahami isi bacaan tersebut.
61

Hal ini mungkin disebabkan karena mereka masih jarang melatih keterampilan

mereka untuk menulis rangkuman bacaan. Dari sekian banyak kesulitan tersebut,

akan bisa diatasi apabila siswa tetap dilatih untuk lebih kreatif dan inovatif dalam

keterampilan menulis rangkuman bacaan, agar mereka lebih leluasa dalam

menuangkan ide-ide dan kreasi mereka.

Bila dihubungkan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia maka siswa

kelas VIII.A MTs. Bindu cukup mampu dalam menulis rangkuman bacaan.

Untuk mengatasi agar proses pembelajaran menulis rangkuman bacaan lebih baik

dari sebelumnya, guru hendaknya menjelaskan materi pembelajaran secara

terperinci dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Jigsaw tersebut dengan lebih baik. Dengan menggunakan

model pembelajaran Jigsaw guru dapat memberikan bimbingan dan dapat

memotivasi siswa dalam meningkatkan minat belajar siswa dan dalam proses

pembelajarannya lebih antusias, lebih efektif dalam suasana menyenangkan.


62

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Proses pembelajaran menulis rangkuman bacaan dengan menggunakan

model pembelajaran Jigsaw telah berjalan dengan baik, guru menjelaskan materi

ajar kepada siswa cara menulis rangkuman bacaan. Guru mengelompokkan siswa

dalam beberapa kelompok, setiap kelompok berjumlah 3-4 orang, setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk bekerjasama mencari solusi atas suatu pemasalahan.

Guru mengadakan evaluasi, menyimpulkan pelajaran dan menutup pelajaran. Dari

hasil hasil observasi di dalam menulis rangkuman bacaan dalam pembelajaran

model Jigsaw sudah mampu meskipun dalam penerapan model pembelajaran

Jigsaw belum diterapkan dengan baik.

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai kemampuan siswa kelas

VIII MTs. Bindu menulis rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw

dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII.A MTs. Bindu cukup mampu menulis

rangkuman bacaan dengan nilai rata-rata 65,33. Hal ini dapat dilihat dari 24

sampel, siswa yang mendapat nilai 80-100 dengan predikat penilaian mampu

sekali berjumlah 0 orang atau 0%, siswa yang mendapat nilai 66-79 dengan

predikat penilaian mampu berjumlah 15 orang atau 62,50%, siswa yang mendapat

nilai 56-65 dengan predikat penilaian cukup mampu berjumlah 6 orang atau 25%,

62
63

siswa yang mendapat nilai 46-55 dengan predikat penilaian kurang mampu

berjumlah 2 orang atau 8,33% dan siswa yang mendapat nilai dibawah 45 dengan

predikat penilaian gagal berjumlah 1 orang atau 4,16%.

Dengan demikian siswa kelas VIII MTs. Bindu cukup mampu menulis

rangkuman bacaan melalui model pembelajaran Jigsaw.

B. Saran

Sehubungan dengan hasl penilaian yang dicapai dalam penelitian ini,

peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Guru kelas VIII MTs Bindu, khususnya bidang studi Bahasa Indonesia dapat

menerapkan model pembelajaran Jigsaw sebagai model variasi dalam

pembelajaran.

2. Siswa hendaknya terus meningkatakan kemampuan menulis rangkuman

bacaan dan bekerja sama dalam mencari solusi atas permasalahan.

3. Peneliti lain, agar dapat melakukan penelitian yang sama dengan kajian dan

objek penelitian yang berbeda pada masa yang akan datang.


64

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


Revisi 14. Jakarata: Reneka Cipta.

Atmaja, Jati. F. 2010. Buku Lengkap Bahasa Indonesia dan Peribahasa.


Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Burhan, Nurgiyantoro. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:


BPFE.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata: PN Balai Pustaka.

Depdiknas. 2008. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Badan


Standar Nasional Pendidikan.

Depdiknas. 2008. Model Silabus Kelas VIII. Jakarta. Badan Standar Nasional
Pendidikan.

Djamarah, S.B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Renika Cipta.

Djamarah, S.B. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif suatu
pendekatan teoritis psikologis. Jakarta: PT. Renika Cipta.

E Zaenal Arifin, Cermat Berbahasa Indonesia untuk perguruan tinggi,


Akademika Pressindo.

Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Nusa Tenggara Timur: PT. Nusa Indah

Rusman. 2011.Model-model pembelajaran.Bandung:PT.Raja Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung:


Alfabeta.

Sulistyo, Bambang. 2009. Pengantar Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung:


Yaf Bandung.

Tarigan, Henri Guntur. 2008. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai