Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan sebuah inisiatif untuk
meningkatkan kesadaran siswa dan siswi mengenai Pancasila sebagai dasar negara dan
budaya bangsa Indonesia. Salah satu fokus tema dalam P5 adalah "Gaya Hidup
Berkelanjutan", para pengajar akan mengajak siswa dan siswi untuk memahami
pentingnya hidup berkelanjutan dan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan
manusia dan kelestarian lingkungan. Menerapkan gaya hidup berkelanjutan
memberikan manfaat yang positif bagi lingkungan dan kualitas hidup manusia.
Dengan mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, dan menggunakan
bahan-bahan ramah lingkungan, siswa dan siswi dapat membantu mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan. Selain itu, gaya hidup berkelanjutan juga meningkatkan
kualitas hidup siswa dan siswi melalui kebiasaan-kebiasaan sehat seperti mengonsumsi
makanan organik dan melakukan penghijauan. Kegiatan dalam tema Gaya Hidup
Berkelanjutan di P5 meliputi penyuluhan tentang pentingnya hidup berkelanjutan dan
pembuatan produk daur ulang.
Diharapkan kegiatan-kegiatan ini dapat menginspirasi siswa dan siswi untuk
mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang lebih baik dalam menjalani gaya
hidup berkelanjutan. P5 merupakan program yang berperan dalam meningkatkan
kesadaran siswa dan siswi tentang pentingnya hidup berkelanjutan. Melalui tema Gaya
Hidup Berkelanjutan, para siswa diajak untuk memahami dan menerapkan pola hidup
yang sehat dan berkelanjutan. Harapannya, dengan kesadaran dan tindakan konkret dari
siswa dan siswi, lingkungan sekolah dan sekitarnya dapat terjaga dan terpelihara dengan
baik. Gaya hidup berkelanjutan pada dasarnya adalah cara hidup dengan kesadaran dan
pandangan jangka panjang, mengingat hampir semua tindakan yang kita lakukan
memiliki dampak pada lingkungan dan orang lain. Mengadopsi gaya hidup
berkelanjutan termasuk dalam hal-hal berikut.
Menyadari bahwa sumber daya alam terbatas, sehingga harus bijaksana dalam
menggunakannya. Lebih berhati-hati saat membeli barang atau jasa dengan

1
mempertimbangkan siklus hidupnya dan dampak lingkungan. Memposisikan diri
sebagai bagian dari lingkungan, bukan entitas terpisah, dan tidak mengeksploitasi
sumber daya alam semena-mena. Berikut adalah beberapa cara menerapkan gaya hidup
berkelanjutan pada siswa. Mendorong siswa membawa bekal makanan sendiri untuk
mengurangi sampah plastik dan meminimalisir limbah makanan. Mengajak siswa untuk
memilah sampah di sekolah dan mengolahnya secara terpisah sesuai jenis sampahnya.
Mengenalkan prinsip diet plastik, yaitu mengurangi penggunaan plastik dengan
membawa botol minum dan tas belanja sendiri. Mengajak siswa untuk mengelola
sampah, seperti mengolah sampah organik menjadi kompos dan sampah plastik menjadi
ecobrik. Mendorong siswa menggunakan transportasi ramah lingkungan, seperti
berjalan kaki atau menggunakan sepeda saat pergi ke sekolah. Menanam pohon di
lingkungan sekolah untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Menghemat penggunaan
listrik dengan memanfaatkan cahaya matahari dan embusan angin saat proses
pembelajaran di kelas. Menggunakan sumber belajar digital untuk mengurangi
penggunaan kertas dan mendukung keberlanjutan hutan. Mengajarkan siswa untuk
menggunakan barang-barang sampai habis dan bijak dalam berkonsumsi. Melakukan
kampanye gaya hidup berkelanjutan di sekolah untuk menyebarkan semangat dan
informasi kepada semua orang. Memberikan teladan sebagai guru dengan menerapkan
gaya hidup berkelanjutan secara langsung. Memberikan apresiasi terhadap tindakan
siswa yang menerapkan gaya hidup berkelanjutan untuk memotivasi dan memperkuat
semangat mereka.
Projek ini bertujuan agar siswa memahami dampak dari aktivitas manusia, baik
jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun
lingkungan sekitarnya, khususnya bagaimana melakukan pengelolaan sampah di
sekitarnya. Karena salah satu masalah terbesar yang tengah dihadapi oleh dunia adalah
pengelolaan sampah.
Target pencapaian proyek penguatan profil pelajar Pancasila dengan tema
pengolahan limbah organik anorganik ini adalah siswa memiliki sikap peduli terhadap
alam sekitar.Diharapkan pula melalui kegiatan dalam proyek ini siswa mampu
mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan
gagasan. Gaya hidup berkelanjutan terjadi karena aktivitas manusia dan berpengaruh

2
kepada cara kita hidup dan masa depan bumi. Dengan melihat isu/ permasalahan dalam
gaya hidup berkelanjutan global, kita bisa mulai mengambil aksi yang membantu
keberlanjutan (sustainability) hidup di bumi.
Sekolah sebagai komunitas dapat membangun kesadaran dari seluruh
masyarakatnya mengenai sampah yang dihasilkan setiap harinya, dan bagaimana peran
kita dalam mengurangi bahaya sampah di bumi. Dengan adanya aksi sehari-hari yang
dapat dilakukan sebagai komunitas, kita juga berperan dalam keberlanjutan kehidupan
di bumi. Semoga melalui kegiatan ini peserta didik dan guru dan semua warga sekolah
mendapatkan wawasan dan bekal tentang pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam
mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan dilingkungan sekitar untuk
menguatkan berbagai karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut : ”bagaimana Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila (P5) dengan tema gaya hidup berkelanjutan dengan mengusung topik
bebas sampah di SMK Trisakti Baturaja?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini adalah : Mendeskripsikan
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema gaya hidup
berkelanjutan dengan mengusung topik bebas sampah di SMK Trisakti Baturaja.

D. Manfaat Hasil Penelitian


Hasil – hasil yang diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan dan informasi yang lengkap bagi SMK Trisakti
khususnya dan sekolah lainnya pada umumnya mengenai Penguatan Pendidikan
Karakter Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di SMK Trisakti.
2. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, wawasan, sumbangan

3
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman peneliti setelah
melaksanakan pengamatan langsung terkait dengan Penguatan Pendidikan
Karakter Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan pemikiran bagi
peneliti di masa mendatang sebagai pengembangan ilmu pengetahuan lebih
lanjut.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman siswa setelah
melaksanakan pengamatan langsung terkait dengan Penguatan Pendidikan
Karakter Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
4. Bagi Peneliti
Sebagai rujukan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


1. Pengertian P5
Profil pelajar pancasila dirancang sesuai dengan tujuan pemerintah yaitu
menciptakan peserta didik yang memiliki kompetensi hasil dari bentuk pendidikan yang
ada di indonesia. Didalam penjelasan tersebut, profil pembelajaran pancasila memiliki
sekumpulan kompetensi yang sepenuhnya mencakup pada setiap kelas individu
mengenai pengembangan karakter yang sejalan dengan Nilai-nilai pancasila.
Kompetensi masing-masing jalur pancasila mengenal faktor internal yang
erat kaitanya dengan sebuah ideologi, kutipan dari pemimpin Indonesia, dan sejarah
negara, serta faktor eksternal yang berhubungan dengan sebuah konteks sosial negara
dan revolusi industri saat ini di Abad-21. 4.0.
Diharapkan pelajar Indonesia memiliki keterampilan yang diperlukan untuk
memimpin negaranya sebagai panglima perang demokrasi di tahun ke-21. Oleh karena
itu, pelajar Indonesia diharapkan dapat berpartisipasi dalam ekonomi global yang kuat
dan siap menghadapi berbagai tantangan.
Melalui budaya yang diterapkan disatuan pendidikan, pembelajaran
intrakurikuler, proyek penguatan profil Pancasila peserta didik, dan kegiatan
ekstrakurikuler, profil peserta didik Pancasila merupakan karakter dan kemampuan
yang dibangun dalam kehidupan sehari-hari dan dihayati oleh setiap individu peserta
didik.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah sebuah pembelajaran lintas
disiplin antar ilmu dalam merumuska sebuah solusi terhadap suatu permasalahan yang
terjadi di lingkungan sekitar dalam upaya penguatan berbagai aspek yang ada dalam
profil pelajar Pancasila. Pembelajaran berbasis projek digunakan dalam projek
Pancasila untuk pembelajaran berbasis proyek, dan berbeda dengan program
intrakurikuler untuk pembelajaran di kelas. Proyek pengembangan profil Pancasila
menawarkan peluang lingkungan belajar nonformal, struktur pembelajaran yang

5
fleksibel, kegiatan pembelajaran yang lebih interaktif, dan komunikasi berkelanjutan
dengan lingkungan sekitar untuk menilai berbagai keterampilan.
Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022 dalam panduan pengembangan
projek penguatan profil pelajar Pancasila, “Projek penguatan profil pelajar pancasila
adalah inisiatif berbasis kurikulum yang dibangun pada sebuah projek yang dirancang
untuk diselesaikan dalam rangka memenuhi kriteria profil peserta didik pancasila yang
dinyatakan gugur berdasarkan tingkat keterampilan minimum yang dapat diterima
Pengerjaan projek pembuatan profil peserta didik Pancasila dilakukan dengan cara yang
dipengaruhi oleh kalender akademik, struktur organisasi, dan batasan waktu. Tidak
perlu menghubungkan tujuan, sasaran, dan strategi manajemen projek dengan tujuan
internal kurikulum dan bahan baku. dalam memajukan dan menyelesaikan projek profil
peserta didik pancasila, dapat meminta bantuan rakyat dan/atau dunia kerja. “Menurut
buku pendoman pengembangan projek penguatan profil pelajar Pancasila terdapat
prinsip dan manfaat dalam penerapan profil pelajar Pancasila, berikut prinsip-prinsip
dan manfaatnya yaitu:

2. Prinsip-Prinsip Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Menurut pendapat Suhardi (dalam Andriani:2022) Prinsip-Prinsip Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah sebagai berikut:

a. Holistik
Holistik adalah praktik segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan secara terbuka,
jujur, dan tidak menghakimi. Di P5, ini berarti terlibat dalam diskusi mendalam
tentang topik tertentu sambil terbuka dan menyadari semua hubungan yang dibuat
antara berbagai faktor yang memengaruhi bagaimana sesuatu dipahami secara
keseluruhan. Setiap topik projek yang diluncurkan harus dapat terhubung dengan
pemahaman konsep secara jelas dan ringkas.

b. Kontekstual
Prinsip ini terkait dengan upaya sejumput dalam program pendidikan pengalaman
nyata sehari-hari. Sesuai dengan prinsip-prinsip yang diuraikan di sini, yang
mendorong guru dan peserta didik untuk menggunakan kehidupan sehari-hari sebagai

6
dasar pembelajaran, projek yang melibatkan satu guru harus dapat menyediakan ruang
dan waktu bagi guru dan peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai topik di luar
kelas. Tema projek harus mampu mengakomodir banyaknya kejadian yang terjadi di
setiap daerah secara berurutan. Pembelajaran P5 diharapkan dapat membantu
mahapeserta

didik dalam memperoleh mata kuliah yang sesuai dengan sumber nyata yang tersedia
di lingkungannya, sehingga meningkatkan pemahaman dan kapasitas mahapeserta
didik untuk belajar.

c. Berpusat Pada Peserta Didik


Peserta Didik Menjadi Pusat Pada Proses Pembelajaran Sehingga Mendorong
Pembelajaran Yang Aktif, Dapatkanya Dengan Peran Sebagai Subjek yang Mengelola
Proses Pembelajaran Secara Mandiri. Dalam pendidikan P5, instruktur tidak lagi
menjadi guru utama; sebaliknya, instruktur harus berfungsi sebagai fasilitator untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai topik
dengan diri mereka sendiri. Pembelajaran berbasi projek diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas pembelajar dan meningkatkan kepercayaan diri pembelajar
untuk mengatasi permasalahan yang muncul.

d. Eksploratif
Pembelajaran P5 tidak didasarkan pada struktur organisasi internal yang sesuai
dengan berbagai standar resmi untuk kursus akademik. Projek Pembelajaran memiliki
ruang lingkup yang luas untuk eksplorasi dalam hal alokasi waktu, keselarasan dengan
tujuan projek, dan konten pendidikan. Pendidikan tetap mampu membuat program
projek secara sistematis dan terstruktur dalam pelaksanaan dan perencanaannya untuk
memudahkan pelaksanaan pembelajarannya. Prinsip ini diharapkan mampu untuk
meningkatkan berbagai kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik dalam
pembelajaran intrakurikuler.
Menurut Istianah dkk (2021), (dalam Samsul, 2021) berpendapat bahwa dalam
rangka menciptakan peserta didik yang berkarakter Pancasila yang berhasil
menyelesaikan program akademik, sistem pendidikan Pancasila telah melaksanakan
sejumlah projek terkait nilai-nilai karakter. Projek-projek tersebut meliputi

7
pembudayaan dan penyesuaian yang berkaitan dengan projek-projek yang berkaitan
dengan nilai-nilai karakter tersebut, dengan harapan dapat mengembangkan peserta
didik yang memiliki standar etika dan moral yang sejalan dengan ideologi Pancasila.

3. Manfaat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Projek penguatan profil pelajar pancasila memberikan fasilitas agar semua satuan
pendidikan dapat melaksanakan pembelajaran berbasih profil pelajar pancasila. Manfaat
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Untuk Satuan Pendidikan
1) Menjadikan sekolah menjadi hal yang terbuka untuk masyarakat.
2) Menjadikan sekolah yang ramah terhadap lingkungan masyarakat.
3) Manfaat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Untuk Pendidik
4) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kompetensi yang dimilikinnya
5) Merenakan tujuan akhir pembelajaran dengan rancangan projek yang jelas
6) Mengembangkan kompetensi sebagai guru agar dapat bekerja sama dengan
pendidik dari mata pelajaran lain
7) Manfaat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Untuk Peserta didik
8) Menanamkan karakter agar dapat mengembangkan kompetensi pancasila
9) Bergabung dalam merencanakan pembelajaran yang aktif, kreatif serta
berkelanjutan.
10) Mampu mengembangkan keterampilan, sikap serta pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengerjakan asesmen projek pada waktu
tertentu.
11) Melatih peserta didik untuk mampu memecahkan masalah
dalam kegiatan pembelajaran
12) Menciptakan rasa tanggung jawab dan kepedulian peserta didik terhadap isu-
isu di sekitar mereka dalam bentuk hasil belajar
13) Melatih peserta didik agar terus menghargai proses pembelajaran yang telah
dilakukan dan merasa bangga dengan hasil capaian dari kemampuan dirinya.
Profil pelajar pancasila merupakan alat yang digunakan untuk pendidikan
nasional adalah profil peserta didik pancasila. Acuan bagi instruktur dalam

8
mengembangkan karakter dan keterampilan peserta didik yang profesional. Profil
pendidikan Pancasila memiliki rekam jejak yang terbukti sebagai acuan utama yang.
mendukung semua praktik pendidikan. Karena pentingnya materi pelajaran, setiap
mangku harus memahami profil ajaran Pancasila. Agar profil ini dapat digunakan
dalam tugas sehari-hari, harus lugas dan mudah dimengerti oleh guru maupun peserta
didik.
Menurut informasi tersebut, profil Pancasila sebagai seorang pelajar terdiri dari
delapan ciri sebagai berikut: 1) beriman; 2) Berkebhinekaan Global; 3) bergotong
royong; 4) Mandiri; 5) bernalar kritis; dan 6) kreatif.
Untuk memastikan bahwa setiap orang dapat menjadi peserta didik yang
kompeten, menarik, dan berprestasi sesuai dengan standar Pancasila, penting untuk
membahas detail profil Pancasila setiap peserta didik secara terbuka dan jujur. Sejak
masa pendidikan anak jaman dulu, guru harus mengembangkan keenam mata pelajaran
secara utuh. Selain itu, setiap dimensi profil ajaran pancasila dijelaskan secara rinci
dan dijabarkan perkembangannya sesuai dengan pedoman perkembangan anak usia
dini dan dewasa pada anak usia sekolah. Selain itu, setiap aspek profil pembelajaran
Pancasila tersusun atas sejumlah unsur, yang sebagian besar dari unsur-unsur tersebut
digambarkan sebagai sub unsur. Dimensi elemen dan subelemen profl pelajar
Pancasila sebagai berikut :

1. Dimensi Beriman, Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak
Mulia
Pelajar Indonesia yang tulus, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada
Tuhan YME, dan menunjukan sikap terpuji dalam perilakunya adalah peserta
didik yang menunjukkan perilaku mulia dalam interaksinya dengan Tuhan
YME. Ia memahami kebenaran dan dasar untuk itu, dan dia menerapkannya
dalam aktivitas sehari-hari. Ada lima unsur dalam orang beriman, yaitu: (1)
Akhlak Beragama, (2) Akhlak Pribadi, (3) Akhlak Kepada Manusia, (4)
Akhlak Kepada Alam, dan (5) Akhlak Bernegara.

2. Dimensi Berkebhinekaan Global


Dimensi Berkebhinekaan Global diharapkan dapat memperkuat keunikan

9
budaya dan identitas masing-masing bangsa dengan tetap berhati-hati dalam
berinteraksi dengan budaya bangsa lain. Pelajar Indonesia harus mampu
mengungkapkan kehati-hatian ini agar dapat muncul budaya-budaya baru yang
positif dan tidak bertentangan dengan budaya bangsa lain. Dimensi
kewarganegaraan global meliputi cara berdiskusi dan menilai agama, kapasitas
komunikasi lintas budaya dalam interaksi antarpribadi, dan tetap berpikiran
terbuka dalam hubungan antar pribadi.

3. Dimensi Bergotong Royong


Peserta didik indonesia harus memiliki keterampilan “royong”, atau
kemampuan melaksanakan tugas secara kooperatif agar dapat diselesaikan
dengan cepat, mudah, dan

benar. Unsur-unsur yang termasuk dalam dimensi bergotong royong adalah


peserta harus mampu bekerjasama, saling pengertian, dan berbagai bentuk
kesepakatan.

4. Dimensi Mandiri
Sikap Mandiri adalah hal yang harus diperhatikan oleh setiap pelajar
Indonesia. Artinya, setiap peserta didik Indonesia harus jujur tentang hasil
belajarnya. Unsur-unsur komponen Mandiri tersusun atas peraturan-peraturan
tersendiri serta situasi dan kondisi yang melingkupinya.

5. Dimensi Bernalar Kritis


Pelajar yang memiliki nalar kritis dapat secara objektif memproses informasi
baik kualitatif maupun kuantitif, dapat membangun keterkaitan antara berbagai
informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.

6. Dimensi Kreatif
Dalam dimensi kreativitas, peserta didik harus mampu
mengkonseptualisasikan dan menghasilkan sesuatu yang unik, bermanfaat,
berguna, dan pantang menyerah. Komponen kunci dari proses kreatif adalah
menghasilkan gagasan, karya, dan tindakan inovatif, serta memiliki tim yang
terdiri dari orang-orang yang selalu mencari solusi lain untuk masalah.

10
Sesuai pedoman pengembangan P5 (Projek Profil Belajar Pancasila), tahapan P5
dimulai dengan: 1) Membentuk Tim Fasilitator Projek Penguatan Profil Belajar
Pancasila; 2) Identifikasi Tingkat Kesiapan Satuan Pendidikan; 3) Merancang
Dimensi, Tema, dan Alokasi Waktu Projek Penguatan Profil Peserta didik Pancasila;
4) Mengembangkan Modul Projek; dan 5) Merancang Strategi Pelaporan Hasil Projek.
Berikut penjelasan darI tiap tahapan P5 sebagai berikut :

1. Membentuk Tim Fasilitator Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi projek profil adalah tanggung jawab
sekelompok pendidik yang membuat tim fasilitator. Koordinator projek profil dan
kepala satuan pendidikan membentuk dan mengawasi tim fasilitator. Berikut
merupakan kondisi dan kebutuhan satuan pendidikan yang dapat menjadi diantaranya:

a) Peserta didik yang sesuai dengan jumlah di setiap satuan pendidikan.

b) Menentukan tema yang akan dipilih selama satu tahun pelajaran.


c) Proses mengajar yang belum terpenuhi dan dipindahkan ke pembelajaran
berbasis projek profil.

d) Faktor lain berdasarkan kebutuhan setiap satuan pendidikan

a. Langkah Pembentukan Tim Fasilitator Projek Profil


1) Bagian atas unit sekolah memutuskan fasilitator projek profil, yang dapat
menjadi delegasi atas unit pelatihan atau seorang guru yang memiliki
pengalaman membuat dan mengawasi projek.

2) Koordinator projek profil sekolah dapat menunjuk koordinator untuk setiap


kelas jika sumber daya manusia mencukupi. Misalnya satu fasilitator kelas 1,
satu penyelenggara kelas 2, dst. Spesialisasi dapat digunakan untuk memilih
koordinator untuk pendidikan khusus.

3) Kepala sekolah membuat pemetaan kepada pendidik dari setiap kelas dapat

11
menjadi sebuah tim fasilitator projek profil.

4) Koordinator mengumpulkan tim fasilitator untuk projek profil dan


mengarahkan mereka saat merencanakan dan membuat modul untuk setiap
kelas atau fase.

b. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengelolaan Projek Profil.


1) Satuan Pendidikan
a) Menetapkan sistem dokumentasi projek profil dan sistem perencanaan,
evaluasi, dan refleksi projek profil pada skala satuan pendidikan. Selain itu,
sistem ini dapat dijadikan portofolio bagi satuan pendidikan.

b) Menciptakan peluang kerjasama dengan para ahli untuk meningkatkan materi


projek untuk profil: komunitas, masyarakat, akademisi, dan praktisi. Merujuk
kepada daftar mata pencahariaan orang tua atau ahli narasumber di daerah
sekitar satuan pendidikan, calon orang tua dapat diidentifikasi sebagai
narasumber oleh unit. Memahami tentang Projek Penguatan Profil Peserta
didik, Pancasila Pedoman Pengembangan Projek. Penguatan Profil Peserta
didik, dan Merancang Projek Penguatan Profil Peserta didik Pancasila.

c) Presentasikan projek penguatan profil peserta didik Pancasila kepada mitra


(narasumber dan organisasi terkait), lingkungan satuan pendidikan, dan orang
tua peserta didik.

d) Memastikan beban kerja tenaga pendidik tetap konsisten dengan arah


ketersediaan waktu projek profil yang telah diatur oleh pemerintah, bukan
malah menurun. Mengenai pendidikan kesetaraan, Program Pemberdayaan
dan/atau Keterampilan menentukan berapa banyak waktu yang dialokasikan
untuk projek profil.

e) Libatkan guru bimbingan konseling atau seorang mentor untuk membantu


peserta didik menjalankan projek profil dengan mendukung mereka mengenai
upaya akademik mereka dan dalam memenuhi kebutuhan emosional mereka.

f) Menyediakan dana dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mempertahankan

12
projek profil tetap berjalan.

2) Koordinator Projek Profil


a) Koordinator mungkin wakil kepala satuan pendidikan atau guru yang pernah
bekerja dengan projek profil sebelumnya.

b) Tingkatkan kemampuan kepemimpinan Anda dengan mengatur projek profil


satuan pendidikan.

c) Mengatur sistem yang diperlukan oleh tim pendidik atau fasilitator dan
peserta didik untuk menyelesaikan sebuah projek profil sesuai dengan tujuan
yang sudah ditentukan.

d) Menjamin bahwa upaya bersama terjadi antara guru yang merupakan


individu dari kelompok fasilitator projek profil.

e) Untuk mendapatkan hasil maksimal dari prinsip eksploratif, pastikan alur


projek profil memiliki banyak aktivitas yang berbeda.

f) Memeriksa apakah desain penilaian yang dilakukan sesuai dengan kriteria


keberhasilan yang telah ditetapkan.

3) Fasilitator Projek Profil


a) Memperhatikan kebutuhan dan minat belajar masing-masing peserta didik agar
dapat memberikan berbagai stimulan atau tantangan (yang dibedakan)
berdasarkan gaya belajar, kreativitas, orisinalitas, dan minat pada tema projek
profil

b) Dengan menyesuaikan tingkat keterlibatan berdasarkan kesiapan peserta didik,


memberikan sebuah kesempatan kepada peserta didik untuk merencanakan dan
membuat projek profil.

c) Menerapkan tema projek profil yang disesuaikan dengan karakteristik peserta


didik, memberikan sebuag ruang untuk peserta didik dalam upaya menyelidiki
masalah kontekstual atau topik pembelajaran.

13
d) Bekerja sama dengan semua orang yang terlibat dalam projek profil—orang
tua, mitra, lingkungan satuan pendidikan, dll. dalam mencapai tujuan
pembelajaran setiap tema projek profil.

e) Melakukan penilaian berdasarkan prinsip-prinsip penilaian yang ditetapkan


pada saat pemantauan perkembangan profil peserta didik Pancasila yang
menjadi fokus sasaran.

f) Mendistribusikan bahan pelajaran yang dibutuhkan peserta didik secara


proporsional. Pada tahap pembelajaran, misalnya, peserta didik memerlukan
bantuan dalam menyediakan hal-hal berikut: 1) Buku, surat kabar, majalah,
dan jurnal yang berkaitan dengan projek profil; 2) Orang-orang yang dapat
membantu meningkatkan proses pelaksanaan projek profil.

g) Memerintahkan peserta didik dalam proses inkuiri dan membantu mereka


menemukan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan, seperti buku,
artikel, artikel surat kabar dan majalah, praktisi atau pakar dalam bidang
tertentu, dan sumber belajar lainnya.

h) Mempermudah akses prosedur dan bukti penelitian. Dengan cara: Menyiapkan


surat pengantar untuk dikirim ke sumber belajar; 2) mencari kontak dan
menghubungi narasumber;

i) Terbuka untuk memberi dan menerima umpan balik selama pelaksanaan projek
profil.
j) Membantu peserta didik dalam perencanaan dan pelaksanaan setiap tahapan
kegiatan untuk projek profil yang menjadi ruang lingkup pembelajaran peserta
didik.

k) Izinkan peserta didik untuk berdebat, membuat keputusan, dan


mempresentasikan projek profil mereka di lingkungan yang aman.

l) Menyeimbangkan beban kerja projek intrakurikuler dan profil di kelas.

2. Mengidentifikasi Tingkat Kesiapan Satuan Pendidikan

14
Identifikasi kompetensi utama satu-satunya pendidik dalam memimpin
pembelajaran berbasis projek didasarkan pada kemampuan pendidik utama. Pancasila
adalah subjek projek. Pembelajaran berbasis projek adalah metode kelas yang dinamis
untuk mendapatkan pengetahuan bersama dengan menyelidiki masalah dan tantangan
dunia nyata. Edutopia) Pembelajaran berbasis projek melibatkan lebih dari sekedar
menciptakan produk atau karya itu juga mencakup serangkaian kegiatan yang
semuanya didasarkan pada masalah kontekstual. Akibatnya, banyak kegiatan dalam
pembelajaran berbasis projek tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

3. Merancang Dimensi, Tema, dan Alokasi Waktu Projek Penguatan Profil


Pelajar Pancasila

a. Dimensi Profil Pelajar Pancasila

1) Dimensi profil pelajar pancasila menjadi salah satu fokus dalam pembinaan
selama satu tahun pembelajaran yang akan ditentukan oleh tim fasilitator dan
kepala sekolah dalam satuan pendidikan.

2) Pemilihan mengenai dimensi dapat mengacu pada sebuah visi dan misi setiap
satuan pendidikan atau rencana untuk setiap tahun ajaran baru.

3) Untuk fokus pada penargetan profil projek dalam satu tahun akademik,
disarankan untuk memilih dua hingga tiga dimensi yang paling relevan.

4) Untuk memastikan bahwa tujuan penjualan projek profil jelas dan terdefinisi
dengan baik, dimensi tambahan profil peserta didik pancasila minimal.

5) Mengembangkan modul profile project, memilih sebuah elemen dan sub


elemen yang selaras dengan situasi kondisi dan kebutuhan setiap peserta didik
dan akan mengikuti pengukuruan yang sesuai dengan target ketercapaian.

6) Pemilihan dimensi dapat disesuaikan berdasarkan kesiapan dari tiap satuan


pendidikan, dan dipimpin oleh pimpinan dalam satuan pendidikan yang
memiliki pengalaman dalam kegiatan berbasis projek.

15
b. Tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Tema-tema yang dapat dijadikan pilihan oleh satuan pendidikan SD/MI, Sederajat
adalah sebagai berikut :

1) Gaya Hidup Berkelanjutan


Peserta didik dapat memahami sebuah dampak kegiatan manusia sebagai sarana
untuk mempertahankan hidup mereka—baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Selain itu untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan peserta didik untuk
bertindak ramah lingkungan.

2) Kearifan Lokal
Menggali budaya dan kearifan lokal masyarakat atau daerah untuk
mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan inkuiri peserta didik..

3) Bhineka Tunggal Ika


Peserta didik memahami dan mengimplementasikan budaya harmoni dan
kedamaian, belajar bagaimana membangun pertukaran hormat tentang variasi dan
keuntungan dari pelajaran yang mereka ikuti. Selain itu, peserta didik dapat berpikir
kritis dan reflektif dalam mengkaji berbagai strategi penyelesaian dalam dampaknya
komplik dan kekerasan. Serta tidak adanya saling toleransi dengan berbagai agama dan
kepercayaannya.

4) Bangunlah Jiwa dan Raganya


Peserta didik memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk mempertahankan
kesehatan fisik dan mental untuk diri mereka sendiri dan orang lain. Penindasan dan
masalah terkait kesejahteraan lainnya diteliti, didiskusikan, dan diselesaikan oleh
peserta didik. Selain itu, mereka menyelidiki masalah yang berkaitan dengan
kesenjangan fisik dan mental seseorang, seperti pornografi, penyalahgunaan narkoba,
dan kesehatan reproduksi..

5) Rekayasa dan Teknologi


Dalam rangka merancang produk teknologi yang memudahkan peserta didik dan
orang di sekitarnya untuk melakukan aktivitasnya sendiri, peserta didik
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Dengan menemukan

16
dan memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah di masyarakat, peserta didik
dapat menumbuhkan budaya masyarakat cerdas dengan menggabungkan aspek sosial
dan teknologi.

6) Kewirausahaan
peserta didik menentukan hubungan antara potensi ekonomi lokal dengan aspek
lingkungan, sosial, dan kesejahteraan masyarakat, serta tantangan yang terkait dengan
pengembangannya. Budaya kreativitas dan kewirausahaan akan dikembangkan melalui
kegiatan ini. Selain itu, peserta didik mendapatkan wawasan tentang peluang potensial
di masa depan, mengembangkan empati terhadap kebutuhan masyarakat, menjadi
pemecah masalah yang mahir, dan siap memasuki dunia kerja profesional dengan
integritas.

B. Gaya Hidup Berkelanjutan


Hidup berkelanjutan adalah suatu gaya hidup yang mencoba untuk mengurangi
penggunaan sumber daya alam secara individu atau masyarakat. Praktisi hidup
berkelanjutan sering mencoba untuk mengurangi tapak karbon (carbon footprint)
dengan mengubah metode bertransportasi dan dalam cara mengkonsumsi energi.
Mereka secara konsisten dalam mempraktikkan gaya hidup berkelanjutan, dalam
keseimbangan alam dan menghormati simbiosis manusia dengan ekologi alam, dan
siklus bumi (Victoria, 2019). Praktek dan filosofi umum hidup ekologis sangat terkait
dengan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Startegi kunci dari keberhasilan berkelanjutan (sustainability), diantaranya
adalah eco-eficiency dan zero waste cycle. Kunci pokok dari zero waste cycle
dipopulerkan dengan konsep 3R, yakni, Reduce, Reuse, Recycle. Konsep tersebut
bertujuan untuk meminimalisir dampak perilaku terhadap lingkungan (Thory, 2021).
1. Reduce- untuk membeli lebih sedikit dan menggunakan lebih sedikit.
2. Reuse - elemen item digunakan lagi.
3. Recycle – waste (limbah) dipisahkan menjadi bahan-bahan yang dapat dimasukkan
ke dalam produk baru.

17
Lester R. Brown dalam Willis (2021), seorang terkemuka lingkungan dan
pendiri Worldwatch Institute dan Earth Policy Institute , menjelaskan hidup yang
berkelanjutan di abad ke-21 sebagai "beralih ke energi berbasis, renewable, reuse /
recycle dengan sistem transportasi diversifikasi". Hidup yang berkelanjutan pada
dasarnya penerapan berkelanjutan pada pilihan gaya hidup dan dalam pengambilan
keputusan.
Menurut Wirawan (2012), dalam buku Psikologi Lingkungan menjelaskan
bahwa tingkah laku adalah perbuatan-perbuatan manusia, baik yang terbuka (kasat
indera) maupun yang tertutup (tidak kasat Indera). Perbuatan yang terbuka dinamakan
juga overt behavior, meliputi tingkah laku yang bisa ditangkap langsung dengan indera
seperti, melempar, memukul, menyapu, mengemudi, dan merokok. Tingkah laku yang
tidak kasat indera atau covert behavior adalah yang harus diselidiki dengan metode atau
instrument khusus karena tidak bisa langsung ditangkap oleh indera, misalnya motivasi,
sikap, berpikir, beremosi, dan minat

C. Sampah
a. Pengertian Sampah
Menurut Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan
Sampah, menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau dari
proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak di senangi atau sesuatu yang dibuang dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang, merupakan hasil
aktifitas manusia maupun alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil
unsur atau fungsi utamanya. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau
sampah. Sumber sampah bias berasal dari rumah tangga, pertanian, perkantoran,
perusahaan, rumah sakit, paar dan sebagainya (Sejati, 2009).

b. Jenis-Jenis Sampah
Jenis sampah disekitar kita sangat banyak mulai dari sampah medis, sampah rumah
tangga, sampah pasar, sampah industri, sampah pertanian, sampah peternakan dan

18
masih banyak lainnya. Menurut Sucipto (2012), jenis-jenis sampah berdasarkan zat
kimia yang terkandung di dalamnya dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah
organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi seperti kulit buah dan sisa sayuran. Sementara bahan
yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya
kecil seperti kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.
2) Sampah Anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini berasal dari bahan
yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke
dalam kategori bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik
atau logam. Sampah kering non logam (gelas kaca, botol kaca, kain, kayu, dll) dan juga
sampah lembut yaitu seperti sebu dan abu.

c. Sumber Sampah
Menurut Gilbert dkk.dalam Artiningsih (2008), sumber-sumber timbulan sampah
adalah:
1) Sampah dari pemukiman penduduk
Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu kluarga yang
tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu
plastik dan lainnya.
2) Sampah dari tempat – tempat umum dan perdagangan
Tempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang
berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat – tempat tersebut mempunyai potensi yang
cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti
pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa – sisa
makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah lainnya.
3) Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah

19
Sampah yang dimaksud disini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid,
rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang menghasilkan
sampah kering dan sampah basah.
4) Sampah dari industri
Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam perusahaan kayu dan
lain – lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan
mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah
kering abu, sisa – sisa makanan, sisa bahan bangunan
5) Sampah Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya sampah
dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan
pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil saja dari
sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah.

d. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah


Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah sampah (Chandra, 2006) :
1) Jumlah penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin
padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk
menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang
dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan,
industri, dan sebagainya.
2) Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika
dibandingkan dengan truk.
3) Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali
Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi
golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya
tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

20
4) Faktor geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, pantai, atau dataran
rendah.
5) Faktor waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah
per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih
banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak
begitu bergantung pada faktor waktu.
6) Faktor sosial ekonomi dan budaya
Contoh, adat istiadat dan tafar hidup hidup dan mental masyarakat.
7) Faktor musim
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu air, atau
penyaringan air limbah.
8) Kebiasaan masyarakat
Contoh jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau tanaman
sampah makanan itu akan meningkat.
9) Kemajuan teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh plastik,
kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya.
10) Jenis sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula macam
dan jenis sampahnya.

e. Dampak Sampah
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan dampak negative bagi
kesehatan dan lingkungan seperti berikut (Chandra, 2006) :
1) Dampak terhadap kesehatan
a) Menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vector penyakit seperti
lalat, kecoa atau tikus
b) Jumlah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) akan meningkat karena
vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban

21
bekas yang berisi air hujan
c) Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah sembarangan seperti luka akibat
benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya
d) Gangguan psikosomatis atau penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di
mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau menjadi
bertambah parah misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-lain.

2) Dampak terhadap lingkungan


a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata
b) Prosespembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas
tertentu yang menimbulkan bau busuk
c) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran undara dan bahaya
kebakaran yang lebih luas
d) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan
aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal.

e) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan


banjir dan mengakibatkan penccemaran pada sumber air permukaan atau sumur
dangkal.
f) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat seperti
jalan, jembatan, dan saluran air.

22
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu


Subjek penelitian dalam perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas VI SDN
77 OKU Tahun Pelajaran 2023 / 2024 yang terletak di di Jl. Raya Muara Dua KM 23
Desa Wayheling Kec. Lengkiti Kode Pos 32158 Kabupaten Ogan Komering Ulu
Propinsi Sumatera Selatan.. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil (I) mulai
tanggal 18 Oktober 2023 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2023. Mata pelajaran yang
diteliti adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi Topik
mengidentifikasi perubahan sosial budaya dalam kehidupan masyarakat Alasannya
dipilihnya siswa kelas VI SDN 77 OKU sebagai subjek penelitian pada perbaikan
pembelajaran ini adalah :
1. Peneliti mengajar di kelas tersebut.
2. Jumlah siswa 20 orang terdiri dari
3. Motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) masih sangat
rendah, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada data awal untuk materi Topik
mengidentifikasi perubahan sosial budaya dalam kehidupan masyarakat dari 20
siswa hanya 7 orang siswa yang mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65
dengan ketuntasan secara klasikal.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

C. Teknik Analisis Data

23
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk 2019. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta . Universitas


Terbuka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2019. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta
Nana, Sudjana.2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosda
Karya
Ruseffendi, E.T. 2014. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Modern. Bandung: Tarsito
Mahsetyo, Gatot. 2017. Materi Pokok Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD.
Jakarta. Universitas Terbuka
.Wardani, I.G.A.K, dkk. 2018. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka

24

Anda mungkin juga menyukai