PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan sebuah inisiatif untuk
meningkatkan kesadaran siswa dan siswi mengenai Pancasila sebagai dasar negara dan
budaya bangsa Indonesia. Salah satu fokus tema dalam P5 adalah "Gaya Hidup
Berkelanjutan", para pengajar akan mengajak siswa dan siswi untuk memahami
pentingnya hidup berkelanjutan dan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan
manusia dan kelestarian lingkungan. Menerapkan gaya hidup berkelanjutan
memberikan manfaat yang positif bagi lingkungan dan kualitas hidup manusia.
Dengan mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, dan menggunakan
bahan-bahan ramah lingkungan, siswa dan siswi dapat membantu mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan. Selain itu, gaya hidup berkelanjutan juga meningkatkan
kualitas hidup siswa dan siswi melalui kebiasaan-kebiasaan sehat seperti mengonsumsi
makanan organik dan melakukan penghijauan. Kegiatan dalam tema Gaya Hidup
Berkelanjutan di P5 meliputi penyuluhan tentang pentingnya hidup berkelanjutan dan
pembuatan produk daur ulang.
Diharapkan kegiatan-kegiatan ini dapat menginspirasi siswa dan siswi untuk
mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang lebih baik dalam menjalani gaya
hidup berkelanjutan. P5 merupakan program yang berperan dalam meningkatkan
kesadaran siswa dan siswi tentang pentingnya hidup berkelanjutan. Melalui tema Gaya
Hidup Berkelanjutan, para siswa diajak untuk memahami dan menerapkan pola hidup
yang sehat dan berkelanjutan. Harapannya, dengan kesadaran dan tindakan konkret dari
siswa dan siswi, lingkungan sekolah dan sekitarnya dapat terjaga dan terpelihara dengan
baik. Gaya hidup berkelanjutan pada dasarnya adalah cara hidup dengan kesadaran dan
pandangan jangka panjang, mengingat hampir semua tindakan yang kita lakukan
memiliki dampak pada lingkungan dan orang lain. Mengadopsi gaya hidup
berkelanjutan termasuk dalam hal-hal berikut.
Menyadari bahwa sumber daya alam terbatas, sehingga harus bijaksana dalam
menggunakannya. Lebih berhati-hati saat membeli barang atau jasa dengan
1
mempertimbangkan siklus hidupnya dan dampak lingkungan. Memposisikan diri
sebagai bagian dari lingkungan, bukan entitas terpisah, dan tidak mengeksploitasi
sumber daya alam semena-mena. Berikut adalah beberapa cara menerapkan gaya hidup
berkelanjutan pada siswa. Mendorong siswa membawa bekal makanan sendiri untuk
mengurangi sampah plastik dan meminimalisir limbah makanan. Mengajak siswa untuk
memilah sampah di sekolah dan mengolahnya secara terpisah sesuai jenis sampahnya.
Mengenalkan prinsip diet plastik, yaitu mengurangi penggunaan plastik dengan
membawa botol minum dan tas belanja sendiri. Mengajak siswa untuk mengelola
sampah, seperti mengolah sampah organik menjadi kompos dan sampah plastik menjadi
ecobrik. Mendorong siswa menggunakan transportasi ramah lingkungan, seperti
berjalan kaki atau menggunakan sepeda saat pergi ke sekolah. Menanam pohon di
lingkungan sekolah untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Menghemat penggunaan
listrik dengan memanfaatkan cahaya matahari dan embusan angin saat proses
pembelajaran di kelas. Menggunakan sumber belajar digital untuk mengurangi
penggunaan kertas dan mendukung keberlanjutan hutan. Mengajarkan siswa untuk
menggunakan barang-barang sampai habis dan bijak dalam berkonsumsi. Melakukan
kampanye gaya hidup berkelanjutan di sekolah untuk menyebarkan semangat dan
informasi kepada semua orang. Memberikan teladan sebagai guru dengan menerapkan
gaya hidup berkelanjutan secara langsung. Memberikan apresiasi terhadap tindakan
siswa yang menerapkan gaya hidup berkelanjutan untuk memotivasi dan memperkuat
semangat mereka.
Projek ini bertujuan agar siswa memahami dampak dari aktivitas manusia, baik
jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun
lingkungan sekitarnya, khususnya bagaimana melakukan pengelolaan sampah di
sekitarnya. Karena salah satu masalah terbesar yang tengah dihadapi oleh dunia adalah
pengelolaan sampah.
Target pencapaian proyek penguatan profil pelajar Pancasila dengan tema
pengolahan limbah organik anorganik ini adalah siswa memiliki sikap peduli terhadap
alam sekitar.Diharapkan pula melalui kegiatan dalam proyek ini siswa mampu
mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan
gagasan. Gaya hidup berkelanjutan terjadi karena aktivitas manusia dan berpengaruh
2
kepada cara kita hidup dan masa depan bumi. Dengan melihat isu/ permasalahan dalam
gaya hidup berkelanjutan global, kita bisa mulai mengambil aksi yang membantu
keberlanjutan (sustainability) hidup di bumi.
Sekolah sebagai komunitas dapat membangun kesadaran dari seluruh
masyarakatnya mengenai sampah yang dihasilkan setiap harinya, dan bagaimana peran
kita dalam mengurangi bahaya sampah di bumi. Dengan adanya aksi sehari-hari yang
dapat dilakukan sebagai komunitas, kita juga berperan dalam keberlanjutan kehidupan
di bumi. Semoga melalui kegiatan ini peserta didik dan guru dan semua warga sekolah
mendapatkan wawasan dan bekal tentang pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam
mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan dilingkungan sekitar untuk
menguatkan berbagai karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut : ”bagaimana Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila (P5) dengan tema gaya hidup berkelanjutan dengan mengusung topik
bebas sampah di SMK Trisakti Baturaja?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini adalah : Mendeskripsikan
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema gaya hidup
berkelanjutan dengan mengusung topik bebas sampah di SMK Trisakti Baturaja.
3
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman peneliti setelah
melaksanakan pengamatan langsung terkait dengan Penguatan Pendidikan
Karakter Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan pemikiran bagi
peneliti di masa mendatang sebagai pengembangan ilmu pengetahuan lebih
lanjut.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman siswa setelah
melaksanakan pengamatan langsung terkait dengan Penguatan Pendidikan
Karakter Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
4. Bagi Peneliti
Sebagai rujukan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
fleksibel, kegiatan pembelajaran yang lebih interaktif, dan komunikasi berkelanjutan
dengan lingkungan sekitar untuk menilai berbagai keterampilan.
Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022 dalam panduan pengembangan
projek penguatan profil pelajar Pancasila, “Projek penguatan profil pelajar pancasila
adalah inisiatif berbasis kurikulum yang dibangun pada sebuah projek yang dirancang
untuk diselesaikan dalam rangka memenuhi kriteria profil peserta didik pancasila yang
dinyatakan gugur berdasarkan tingkat keterampilan minimum yang dapat diterima
Pengerjaan projek pembuatan profil peserta didik Pancasila dilakukan dengan cara yang
dipengaruhi oleh kalender akademik, struktur organisasi, dan batasan waktu. Tidak
perlu menghubungkan tujuan, sasaran, dan strategi manajemen projek dengan tujuan
internal kurikulum dan bahan baku. dalam memajukan dan menyelesaikan projek profil
peserta didik pancasila, dapat meminta bantuan rakyat dan/atau dunia kerja. “Menurut
buku pendoman pengembangan projek penguatan profil pelajar Pancasila terdapat
prinsip dan manfaat dalam penerapan profil pelajar Pancasila, berikut prinsip-prinsip
dan manfaatnya yaitu:
a. Holistik
Holistik adalah praktik segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan secara terbuka,
jujur, dan tidak menghakimi. Di P5, ini berarti terlibat dalam diskusi mendalam
tentang topik tertentu sambil terbuka dan menyadari semua hubungan yang dibuat
antara berbagai faktor yang memengaruhi bagaimana sesuatu dipahami secara
keseluruhan. Setiap topik projek yang diluncurkan harus dapat terhubung dengan
pemahaman konsep secara jelas dan ringkas.
b. Kontekstual
Prinsip ini terkait dengan upaya sejumput dalam program pendidikan pengalaman
nyata sehari-hari. Sesuai dengan prinsip-prinsip yang diuraikan di sini, yang
mendorong guru dan peserta didik untuk menggunakan kehidupan sehari-hari sebagai
6
dasar pembelajaran, projek yang melibatkan satu guru harus dapat menyediakan ruang
dan waktu bagi guru dan peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai topik di luar
kelas. Tema projek harus mampu mengakomodir banyaknya kejadian yang terjadi di
setiap daerah secara berurutan. Pembelajaran P5 diharapkan dapat membantu
mahapeserta
didik dalam memperoleh mata kuliah yang sesuai dengan sumber nyata yang tersedia
di lingkungannya, sehingga meningkatkan pemahaman dan kapasitas mahapeserta
didik untuk belajar.
d. Eksploratif
Pembelajaran P5 tidak didasarkan pada struktur organisasi internal yang sesuai
dengan berbagai standar resmi untuk kursus akademik. Projek Pembelajaran memiliki
ruang lingkup yang luas untuk eksplorasi dalam hal alokasi waktu, keselarasan dengan
tujuan projek, dan konten pendidikan. Pendidikan tetap mampu membuat program
projek secara sistematis dan terstruktur dalam pelaksanaan dan perencanaannya untuk
memudahkan pelaksanaan pembelajarannya. Prinsip ini diharapkan mampu untuk
meningkatkan berbagai kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik dalam
pembelajaran intrakurikuler.
Menurut Istianah dkk (2021), (dalam Samsul, 2021) berpendapat bahwa dalam
rangka menciptakan peserta didik yang berkarakter Pancasila yang berhasil
menyelesaikan program akademik, sistem pendidikan Pancasila telah melaksanakan
sejumlah projek terkait nilai-nilai karakter. Projek-projek tersebut meliputi
7
pembudayaan dan penyesuaian yang berkaitan dengan projek-projek yang berkaitan
dengan nilai-nilai karakter tersebut, dengan harapan dapat mengembangkan peserta
didik yang memiliki standar etika dan moral yang sejalan dengan ideologi Pancasila.
8
mengembangkan karakter dan keterampilan peserta didik yang profesional. Profil
pendidikan Pancasila memiliki rekam jejak yang terbukti sebagai acuan utama yang.
mendukung semua praktik pendidikan. Karena pentingnya materi pelajaran, setiap
mangku harus memahami profil ajaran Pancasila. Agar profil ini dapat digunakan
dalam tugas sehari-hari, harus lugas dan mudah dimengerti oleh guru maupun peserta
didik.
Menurut informasi tersebut, profil Pancasila sebagai seorang pelajar terdiri dari
delapan ciri sebagai berikut: 1) beriman; 2) Berkebhinekaan Global; 3) bergotong
royong; 4) Mandiri; 5) bernalar kritis; dan 6) kreatif.
Untuk memastikan bahwa setiap orang dapat menjadi peserta didik yang
kompeten, menarik, dan berprestasi sesuai dengan standar Pancasila, penting untuk
membahas detail profil Pancasila setiap peserta didik secara terbuka dan jujur. Sejak
masa pendidikan anak jaman dulu, guru harus mengembangkan keenam mata pelajaran
secara utuh. Selain itu, setiap dimensi profil ajaran pancasila dijelaskan secara rinci
dan dijabarkan perkembangannya sesuai dengan pedoman perkembangan anak usia
dini dan dewasa pada anak usia sekolah. Selain itu, setiap aspek profil pembelajaran
Pancasila tersusun atas sejumlah unsur, yang sebagian besar dari unsur-unsur tersebut
digambarkan sebagai sub unsur. Dimensi elemen dan subelemen profl pelajar
Pancasila sebagai berikut :
1. Dimensi Beriman, Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak
Mulia
Pelajar Indonesia yang tulus, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada
Tuhan YME, dan menunjukan sikap terpuji dalam perilakunya adalah peserta
didik yang menunjukkan perilaku mulia dalam interaksinya dengan Tuhan
YME. Ia memahami kebenaran dan dasar untuk itu, dan dia menerapkannya
dalam aktivitas sehari-hari. Ada lima unsur dalam orang beriman, yaitu: (1)
Akhlak Beragama, (2) Akhlak Pribadi, (3) Akhlak Kepada Manusia, (4)
Akhlak Kepada Alam, dan (5) Akhlak Bernegara.
9
budaya dan identitas masing-masing bangsa dengan tetap berhati-hati dalam
berinteraksi dengan budaya bangsa lain. Pelajar Indonesia harus mampu
mengungkapkan kehati-hatian ini agar dapat muncul budaya-budaya baru yang
positif dan tidak bertentangan dengan budaya bangsa lain. Dimensi
kewarganegaraan global meliputi cara berdiskusi dan menilai agama, kapasitas
komunikasi lintas budaya dalam interaksi antarpribadi, dan tetap berpikiran
terbuka dalam hubungan antar pribadi.
4. Dimensi Mandiri
Sikap Mandiri adalah hal yang harus diperhatikan oleh setiap pelajar
Indonesia. Artinya, setiap peserta didik Indonesia harus jujur tentang hasil
belajarnya. Unsur-unsur komponen Mandiri tersusun atas peraturan-peraturan
tersendiri serta situasi dan kondisi yang melingkupinya.
6. Dimensi Kreatif
Dalam dimensi kreativitas, peserta didik harus mampu
mengkonseptualisasikan dan menghasilkan sesuatu yang unik, bermanfaat,
berguna, dan pantang menyerah. Komponen kunci dari proses kreatif adalah
menghasilkan gagasan, karya, dan tindakan inovatif, serta memiliki tim yang
terdiri dari orang-orang yang selalu mencari solusi lain untuk masalah.
10
Sesuai pedoman pengembangan P5 (Projek Profil Belajar Pancasila), tahapan P5
dimulai dengan: 1) Membentuk Tim Fasilitator Projek Penguatan Profil Belajar
Pancasila; 2) Identifikasi Tingkat Kesiapan Satuan Pendidikan; 3) Merancang
Dimensi, Tema, dan Alokasi Waktu Projek Penguatan Profil Peserta didik Pancasila;
4) Mengembangkan Modul Projek; dan 5) Merancang Strategi Pelaporan Hasil Projek.
Berikut penjelasan darI tiap tahapan P5 sebagai berikut :
3) Kepala sekolah membuat pemetaan kepada pendidik dari setiap kelas dapat
11
menjadi sebuah tim fasilitator projek profil.
12
projek profil tetap berjalan.
c) Mengatur sistem yang diperlukan oleh tim pendidik atau fasilitator dan
peserta didik untuk menyelesaikan sebuah projek profil sesuai dengan tujuan
yang sudah ditentukan.
13
d) Bekerja sama dengan semua orang yang terlibat dalam projek profil—orang
tua, mitra, lingkungan satuan pendidikan, dll. dalam mencapai tujuan
pembelajaran setiap tema projek profil.
i) Terbuka untuk memberi dan menerima umpan balik selama pelaksanaan projek
profil.
j) Membantu peserta didik dalam perencanaan dan pelaksanaan setiap tahapan
kegiatan untuk projek profil yang menjadi ruang lingkup pembelajaran peserta
didik.
14
Identifikasi kompetensi utama satu-satunya pendidik dalam memimpin
pembelajaran berbasis projek didasarkan pada kemampuan pendidik utama. Pancasila
adalah subjek projek. Pembelajaran berbasis projek adalah metode kelas yang dinamis
untuk mendapatkan pengetahuan bersama dengan menyelidiki masalah dan tantangan
dunia nyata. Edutopia) Pembelajaran berbasis projek melibatkan lebih dari sekedar
menciptakan produk atau karya itu juga mencakup serangkaian kegiatan yang
semuanya didasarkan pada masalah kontekstual. Akibatnya, banyak kegiatan dalam
pembelajaran berbasis projek tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.
1) Dimensi profil pelajar pancasila menjadi salah satu fokus dalam pembinaan
selama satu tahun pembelajaran yang akan ditentukan oleh tim fasilitator dan
kepala sekolah dalam satuan pendidikan.
2) Pemilihan mengenai dimensi dapat mengacu pada sebuah visi dan misi setiap
satuan pendidikan atau rencana untuk setiap tahun ajaran baru.
3) Untuk fokus pada penargetan profil projek dalam satu tahun akademik,
disarankan untuk memilih dua hingga tiga dimensi yang paling relevan.
4) Untuk memastikan bahwa tujuan penjualan projek profil jelas dan terdefinisi
dengan baik, dimensi tambahan profil peserta didik pancasila minimal.
15
b. Tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Tema-tema yang dapat dijadikan pilihan oleh satuan pendidikan SD/MI, Sederajat
adalah sebagai berikut :
2) Kearifan Lokal
Menggali budaya dan kearifan lokal masyarakat atau daerah untuk
mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan inkuiri peserta didik..
16
dan memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah di masyarakat, peserta didik
dapat menumbuhkan budaya masyarakat cerdas dengan menggabungkan aspek sosial
dan teknologi.
6) Kewirausahaan
peserta didik menentukan hubungan antara potensi ekonomi lokal dengan aspek
lingkungan, sosial, dan kesejahteraan masyarakat, serta tantangan yang terkait dengan
pengembangannya. Budaya kreativitas dan kewirausahaan akan dikembangkan melalui
kegiatan ini. Selain itu, peserta didik mendapatkan wawasan tentang peluang potensial
di masa depan, mengembangkan empati terhadap kebutuhan masyarakat, menjadi
pemecah masalah yang mahir, dan siap memasuki dunia kerja profesional dengan
integritas.
17
Lester R. Brown dalam Willis (2021), seorang terkemuka lingkungan dan
pendiri Worldwatch Institute dan Earth Policy Institute , menjelaskan hidup yang
berkelanjutan di abad ke-21 sebagai "beralih ke energi berbasis, renewable, reuse /
recycle dengan sistem transportasi diversifikasi". Hidup yang berkelanjutan pada
dasarnya penerapan berkelanjutan pada pilihan gaya hidup dan dalam pengambilan
keputusan.
Menurut Wirawan (2012), dalam buku Psikologi Lingkungan menjelaskan
bahwa tingkah laku adalah perbuatan-perbuatan manusia, baik yang terbuka (kasat
indera) maupun yang tertutup (tidak kasat Indera). Perbuatan yang terbuka dinamakan
juga overt behavior, meliputi tingkah laku yang bisa ditangkap langsung dengan indera
seperti, melempar, memukul, menyapu, mengemudi, dan merokok. Tingkah laku yang
tidak kasat indera atau covert behavior adalah yang harus diselidiki dengan metode atau
instrument khusus karena tidak bisa langsung ditangkap oleh indera, misalnya motivasi,
sikap, berpikir, beremosi, dan minat
C. Sampah
a. Pengertian Sampah
Menurut Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan
Sampah, menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau dari
proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak di senangi atau sesuatu yang dibuang dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang, merupakan hasil
aktifitas manusia maupun alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil
unsur atau fungsi utamanya. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau
sampah. Sumber sampah bias berasal dari rumah tangga, pertanian, perkantoran,
perusahaan, rumah sakit, paar dan sebagainya (Sejati, 2009).
b. Jenis-Jenis Sampah
Jenis sampah disekitar kita sangat banyak mulai dari sampah medis, sampah rumah
tangga, sampah pasar, sampah industri, sampah pertanian, sampah peternakan dan
18
masih banyak lainnya. Menurut Sucipto (2012), jenis-jenis sampah berdasarkan zat
kimia yang terkandung di dalamnya dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah
organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi seperti kulit buah dan sisa sayuran. Sementara bahan
yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya
kecil seperti kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.
2) Sampah Anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini berasal dari bahan
yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke
dalam kategori bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik
atau logam. Sampah kering non logam (gelas kaca, botol kaca, kain, kayu, dll) dan juga
sampah lembut yaitu seperti sebu dan abu.
c. Sumber Sampah
Menurut Gilbert dkk.dalam Artiningsih (2008), sumber-sumber timbulan sampah
adalah:
1) Sampah dari pemukiman penduduk
Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu kluarga yang
tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu
plastik dan lainnya.
2) Sampah dari tempat – tempat umum dan perdagangan
Tempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang
berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat – tempat tersebut mempunyai potensi yang
cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti
pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa – sisa
makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah lainnya.
3) Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah
19
Sampah yang dimaksud disini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid,
rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang menghasilkan
sampah kering dan sampah basah.
4) Sampah dari industri
Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam perusahaan kayu dan
lain – lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan
mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah
kering abu, sisa – sisa makanan, sisa bahan bangunan
5) Sampah Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya sampah
dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan
pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil saja dari
sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah.
20
4) Faktor geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, pantai, atau dataran
rendah.
5) Faktor waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah
per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih
banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak
begitu bergantung pada faktor waktu.
6) Faktor sosial ekonomi dan budaya
Contoh, adat istiadat dan tafar hidup hidup dan mental masyarakat.
7) Faktor musim
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu air, atau
penyaringan air limbah.
8) Kebiasaan masyarakat
Contoh jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau tanaman
sampah makanan itu akan meningkat.
9) Kemajuan teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh plastik,
kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya.
10) Jenis sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula macam
dan jenis sampahnya.
e. Dampak Sampah
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan dampak negative bagi
kesehatan dan lingkungan seperti berikut (Chandra, 2006) :
1) Dampak terhadap kesehatan
a) Menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vector penyakit seperti
lalat, kecoa atau tikus
b) Jumlah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) akan meningkat karena
vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban
21
bekas yang berisi air hujan
c) Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah sembarangan seperti luka akibat
benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya
d) Gangguan psikosomatis atau penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di
mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau menjadi
bertambah parah misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-lain.
22
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24