Ronald I
Ronald I
PROPOSAL SKRIPSI
RONALDI
1211273
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BATURAJA
2016
1
1. Latar Belakang
oleh beberapa faktor yang penting untuk mendorong produktivitas maupun kinerja
terprogram, maka peran sumber daya manusia sangat berpengaruh besar terhadap
perusahaan. Perusahaan harus memiliki manajemen yang baik agar siap dan
memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya yang ada agar dapat bertahan
suatu perusahaan.
mungkin agar dapat memberikan output yang optimal. Oleh karena itu, sebuah
tujuan perusahaan sangat dipengaruhi oleh suatu upaya yang dilakukan manajer
sebagai pengelola organisasi terhadap SDM secara keseluruhan yang ada dan
2
memiliki kepuasan tinggi dalam pekerjaannya memiliki kinerja yang lebih baik
dalam menjalankan tugasnya dari pada mereka yang merasa tidak puas atas
sebagai bagian dari variabel yang berbeda. Ketidakpuasan pada teori ini tidak
beberapa teori mengenai kepuasan kerja yang dikemukakan oleh para ahli. Teori
kepuasan kerja yang popular antara lain adalah teori kepuasan kerja yang
teori dua faktor yang terdiri dari : faktor motivator dan faktor hygiene. Faktor
sendiri atau disebut juga sebagai aspek intrinsik dalam pekerjaan. Faktor-faktor
untuk maju. Faktor kedua adalah faktor hygiene yaitu faktor yang berada di
ekstrinsik pekerja, yang terdiri dari : kondisi kerja, hubungan antar pribadi,
kepuasan mereka pada aspek instrinsik pekerjaan atau faktor motivator. Karyawan
kepuasan dalam bekerja memiliki dua tahap. Pada tahap pertama manajer harus
memastikan bahwa faktor hygiene telah memadai. Gaji dan keamanan harus
mencukupi, kondisi kerja harus aman, supervisi teknis harus mencukupi, dll.
merasakan ketidakpuasan atau berada pada titik nol landasan motivasi. Manajer
perusahaan, dimana organisasi harus lentur dan efisien supaya dapat berkembang
dengan pesat. Bagi organisasi kepuasan karyawan berarti output yang ada dan
tugasnya agar prestasi kerja dan kinerja dalam organisasi bisa terpenuhi.
Karyawan akan bekerja secara optimal apabila dengan bekerja mereka dapat
tercipta apabila karyawan merasa senang dan nyaman dalam bekerja. Dengan
Salah satu gejala yang menyebabkan kurang baiknya kondisi kerja suatu
kepuasan kerja karyawan melalui perbaikan gaji dan upah, hal tersebut mungkin
masih bisa diterima pada taraf tertentu karena dengan gaji tersebut karyawan
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi kenyataannya gaji yang tinggi tidak
(As’ad, 2005).
Oleh karena itu pihak manajemen perlu mengetahui faktor-faktor apa saja
faktor apa saja yang sekiranya mempengaruhi kepuasan kerja karyawan sehingga
sudah ditargetkan.
PT. Sinar Kencana Multi Lestari Cabang Baturaja tidak bisa hanya
itu sendiri, tanggung jawab, kesempatan untuk berkembang dan kemajuan yang
merupakan unsur-unsur dari faktor motivasi untuk membuat karyawan puas dalam
bekerja. Dimana faktor motivator yang berhubungan dengan isi pekerjaan dan
atau tidaknya faktor motivasi dan faktor hygiene. PT. Sinar Kencana Multi Lestari
karyawan dinas luar atau agen dan bekerja dengan jadwal kerja yang fleksibel.
Agen memiliki jumlah mayoritas pada perusahaan bukan tanpa alasan. Hal ini
betapa pentingya kepuasan kerja para agen karena nantinya akan berdampak
mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang dapat dilihat dari
namun para agen hanya mampu mengumpulkan tagih sesuai standar perusahaan.
Hal ini tentu mengindikasikan adanya faktor kepuasan kerja yang tak terpenuhi
atau kepuasan kerja yang menurun pada para agen PT. Sinar Kencana Multi
PT. Sinar Kencana Multi Lestari Cabang Baturaja saat ini dihadapkan pada
berdampak pada kenaikan absensi karyawan, selain itu didapat informasi dari
karyawan bahwa adanya ketidak puasan yang terjadi disebabkan oleh lingkungan
kerja yang kurang kondusif. Lingkungan kerja kurang kondusif yang dimaksud
adalah adanya masalah interen antara satu karyawan dengan karyawan dan
menurun. Hal ini tentu saja membawa dampak yang sangat tidak menguntungkan
bagi perusahaan, karena karyawan yang mempunyai komitmen yang rendah akan
7
karyawan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena dengan komitmen
yang rendah, karyawan tidak bisa mencurahkan seluruh jiwa, perasaan dan waktu
mereka untuk kemajuan perusahaan yang pada akhirnya perusahaan tersebut akan
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Sinar Kencana Multi Lestari
Cabang Baturaja”.
2. Rumusan Masalah
rumusan masalah penelitian ini adalah apakah faktor hygiene dan motivasi
3. Tujuan Penelitian
tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh faktor hygiene dan
motivasi secara parsial ataupun simultan terhadap kepuasan kerja karyawan pada
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau kajian
hygiene, motivasi dan kepuasan kerja karyawan pada PT. Sinar Kencana Multi
5. Tinjuan Pustaka
Hasibuan (2001: 10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
c. Tujuan fungsi yaitu memelihara konstribusi bagian – bagian lain agar mereka
organisasi.
1. Fungsi-fungsi manajerial
2. Fungsi-fungsi operasional
mengaplikasikan para sumber daya karyawan yang ada sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di tempat
kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka panjang.
Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor ini
adalah faktor ekstrinsik untuk bekerja. Faktor higienis juga disebut sebagai
Siagian (2013: 290), faktor hygiene mencakup antara lain tatus seseorang dalam
sekitar pelaksanaan pekerjaan atau job context yang disebut juga aspek ekstrinsik
terciptanya para karyawan yang sehat baik jasmani atau rohani dalam melakukan
pekerjaan.
Menurut Herzberg dalam Sanyoto (2013: 5), berikut ini indikator hygiene
1. Gaji
2. Kondisi kerja
3. Status
4. Kualitas supervise
ketidakpuasan, dan jika diabaikan maka akan menambah kekecewaaan dan rasa
bahwa faktor hygiene yaitu faktor yang berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan,
5.1.3 Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin yaitu movere yang berarti dorongan atau
sumber daya manusia pada umumnya dan bawahan pada khususnya. Motivasi
mau bekerjasama secara produktif dan berhasil mencapai tujuan yang telah
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan
12
motivasi kerja adalah sebagai keadaan yang mendorong keinginan individu untuk
yang ada pada seseorang merupakan kekuatan yang akan mewujudkan suatu
perilaku dalam mencapai tujuan kepuasan dirinya pada tipe kegiatan yang
agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala
menerus dan adanya tujuan”. Menurut Sunyoto (2013: 3), motivasi di dalam
1. Proses kerja sama antara pemimpin dengan bawahan maupun dengan atasan
3. Perilaku yang ditampilkan oleh bawahan yang berjalan dengan sistem nilai
satu regu atau kelompok yang lebih termotivasi, dan pemberi kerja berharap
memperoleh tenaga kerja yang penuh motivasi. Pada dasarnya pemimpin bukan
saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap dan terampil, tetapi yang
terpenting mereka mau bekerja dengan giat dan berkeinginan untuk mencapai
tidak ada artinya bagi suatu organisasi, jika mereka tidak mau bekerja keras
kebutuhan dalam diri karyawan yang perlu dipenuhi agar karyawan tersebut
mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu
motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.
Selin Menurut Maslow dalam Hasibuan (2001: 95), kebutuhan manusia ada 5
(lima) tingkat (five hierarchy of needs) dimana klasifikasi kebutuhan terdiri dari.
Kebutuhan ini adalah kebutuhan pada tingkat dasar, dimana kebutuhan ini
merupakan kebutuhan yang amat primer atau kebutuhan untuk bisa hidup
14
kehidupan.
membahayakan jiwa;
semakin tinggi posisi seseorang dalam suatu organisasi maka semakin tinggi
pula prestasinya.
5. Selft Actualization.
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yang terdiri dari teori kepuasan (content
Adapun beberapa pedapat para ahli tentang teori-teori kepuasan antara lain :
teori ini para pekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
Menurut teori ini motivasi yang ideal adalah peluang untuk melaksanakan
mengembangkan kemampuan.
16
prilaku individu agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan keinginan
manajer. Teori ini merupakan proses sebab akibat bagaimana seorang bekerja
serta hasil apa yang diperoleh. Jika bekerja baik saat ini maka hasilnya akan
diperoleh baik untuk hari esok. Jadi hasil yang dicapai tercermin dalam
bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang, hasil hari ini merupakan
a. Teori Harapan.
karyawan sebagai imbalan atas usaha yang dilakukan, bila keyakinan yang
b. Teori Keadilan.
dilakukan secara objektif bukan atas dasar suka atau tidak suka, demikian
c. Teori Pengukuhan.
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab akibat dari perilaku dengan
3. Penghargaan yang wajar atas prestasi kerja seperti promosi, jabatan, hadiah
atau bonus.
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
mencerminkan interaksi antara sikap kebutuhan persepsi dan kepuasan pada diri
seseorang.
ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja
dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar
pekerjaan. Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati
dan suasana lingkungan kerja yang baik”. Sedangkan menurut Robbins dalam
Wibowo (2011: 501) kepuasan kerja adalah sikap umum individu terhadap
with employee view their work" (kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau
lingkungan kerjanya.
2. Teori perbedaan, teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter yang
karyawan bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang
bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para karyawan
ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, karyawan akan lebih
merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang
1. Kedisiplinan
Kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
atau ketertiban.
2. Moral kerja
21
Kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan baku mutu yang
ditetapkan.
3. Turnover kecil
keterbatasan tertentu dari cara ini dalam mendapatkan data tentang kepuasan
kerja. Sejumlah masalah yang timbul oleh pengukuran melaui kuesioner tersebut
maupun sejauh mana karyawan mau benar – benar berterus terang dalam
menjawab.
menurut Herzberg dalam Luthans (2006:283) adalah teori dua fakto menyatakan
puas atau tidaknya karyawan bekerkerja dipengaruhi faktor motivasi dan faktor
dalam pekerjaan itu sendiri atau job content yang disebut juga sebagai aspek
yang disebut juga aspek ekstrinsik pekerja, yang terdiri dari: kebijaksanaan dan
kerja. Berikut ini adalah gambaran kerangka pemikiran dapat lebih jelas dilihat
Gambar 1.
Kerangka Pikir
Faktor Hygiene
(X1)
Kepuasan Kerja
(Y)
Motivasi
(X2)
tiga peranan yang menjadi variabel X (factor hygiene dan motivasi) dan Variabel
akan memanfaatkan sebagai acuan membuat angket yang nantinya akan disebar
mencari uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, reliabilitas guna
menentukan layak atau tidaknya angket tersebut diteliti, setelah diperoleh hasil
maka peneliti menggunakan alat analisis yaitu analisis regresi, uji hipotesis untuk
faktor frederick herzberg (hygiene dan motivator faktor) terhadap kepuasan kerja
karyawan di Perusahaan Ritel Infinite Apple Premium Reseller Surabaya. Alat uji
yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda
dengan menggunakan aplikasi penguji IBM SPSS untuk Mac versi 21. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor hygiene (X1) mempunyai pengaruh yang
dominan terhadap kepuasan kerja karyawan (Y) . Hal ini ditunjukkan dengan
koefisien regresi (beta) faktor hygiene (X1) lebih besar daripada koefisien regresi
(beta) faktor motivator (X2). Hal tersebut berarti mendukung hipotesis yang telah
24
motivator terhadap kepuasan kerja pegawai pada PT. Goodyear Cabang Kediri.
mengetahui kausalitas antar variabel yang dianalisis. Berdasarkan hasil olah data
signifikan negatif. Artinya jika faktor motivator turun maka kepuasan kerja
pegawai juga ikut turun, sebaliknya jika faktor motivator naik maka kepuasan
kerja juga akan ikut naik. Dalam penelitian yang dilakukan di PT. Goodyear
cabang Kediri ini faktor hygiene tidak terbukti berpengaruh terhadap kepuasan
kerja pegawai.
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai pada pegawai dinas luar asuransi jiwa
bersama bumi putera 1912 cabang setiabudi medan. Alat uji yang digunakan pada
penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil olah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai dinas luar
berdasarkan hasil uji F (serempak) dan uji t (parsial). Faktor yang paling dominan
25
mempengaruhim kepuasan kerja pegawai dinas luar Asuransi Jiwa Bersama (AJB)
sampai terbukti melalui data terkumpul”. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini hanya terbatas pada pengaruh faktor hygiene dan motivasi
terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Sinar Kencana Multi Lestari Cabang
Baturaja.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh peneliti
pertanyaan kepada subjek penelitian secara tertulis (Ruslan, 2010: 208). Data
26
primer tersebut diperoleh dari penyebaran kuesioner yang meliputi data tentang
penelitian.” Populasi dalam penelitian adalah seluruh objek yang diteliti (diamati,
objek itu. Untuk populasi yang anggotanya sedikit, peneliti dapat dilakukan pada
seluruh anggota populasi. Apabilia seseorang ingin meneliti semua elemen yang
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 50 karyawan tetap PT. Sinar Kencana
karena ada catatan resmi serta perhitungan yang akurat dengan total populasi 50
karyawan.
kuesioner yang berupa jawaban dari responden. Berdasarkan data yang diperoleh
dari penelitian tersebut maka jawaban atas pertanyaan pada angket akan diberi
nilai atau skor dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari pernyataan
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju (Riduwan dan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010: 211). Sedangkan rumus yang
digunakan untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini adalah rumus
Keterangan :
Y = skor item
X = skor total
n = jumlah responden
Untuk menentukan valid atau tidaknya data yang diuji dapat ditentukan
dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika r hasil positif, serta r
hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid. Jika r hasil negatif, serta r
28
hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. Jadi jika, r hasil > r
gejala yang sama, adapun metode koefisien reliabilitas adalah metode alpa
Keterangan :
r1 = reliabilitas instrumen
kuesioner di atas 0,7 maka kuesioner adalah reliabel (Riduwan dan Sunarto, 2010:
375).
29
ada agar dapat menentukan model analisis yang tepat. Data yang digunakan
a. Uji Normalitas
bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
(Ghozali, 2005: 110). Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat
normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan
b. Uji Multikolinearitas
koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (di bawah 0,5). Jika
korelasi kuat, maka terjadi problem multikolinearitas. Model regresi yang baik
dapat dilakukan dengan tidak mengandung multikolinieritas, apabila nilai VIF <
10 dan mempunyai nilai tolarance > 0,10. Jika nilai VIF hasil regresi lebih besar
dari 10 dan nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka dapat dipastikan ada
c. Heteroskedastisitas
Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap
tertentu pada scatterplot, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan
distudentized.
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
d. Uji Autokorelasi
apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan,
menjadi tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan cara
kuesioner yang berasal dari jawaban responden. Jawaban responden diberi skor
atau nilai berdasarkan skala likert, yang alternatif jawabannya terdiri dari yaitu
33
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju (Ridwan dan Sunarto,
2010: 15).
Data dari jawaban responden adalah bersifat ordinal, syarat untuk bisa
menggunakan analisis regresi adalah paling minimal skala dari data tersebut harus
dalam variabel, karena itu skala interval lebih kuat dibandingkan skala nominal
dan ordinal (Riduwan dan Sunarto, 2010: 21). Transformasi tingkat pengukuran
berikut :
2) Untuk setiap item tersebut tentukan berapa orang responden yang mendapat
7) Tentukan nilai interval (scale value) untuk setiap skor jawaban sebagai
berikut:
Keterangan :
8) Sesuai dengan nilai skala ordinal ke interval, yaitu scale value (SV) yang
nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan 1
(satu).
Y = a + b1X1 + b2X2 + + e
Dimana:
Y = Kepuasan Kerja
X1 = Faktor Hygiene
X2 = Motivasi
b1 – b2 = Koefisien regresi
a = Konstanta
35
e = Error Term
jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi
a. Menentukan hipotesis
1) Untuk variabel X1
Baturaja
Baturaja
2) Untuk Variabel X2
Baturaja
Daerah Daerah
penolakan (Ho) penolakan (Ho)
Ho Daerah
penerimaan (Ho) Ho
6.6.2.2 Uji F
terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2009: 239). Hipotesis nol yang hendak diuji
adalah:
Menurut Ridwan dan Sunarto (2010: 110) kaidah pengujian signifikansi jika :
KP = r x 100%
81)
Tabel 2
Batasan Operasional Variabel
No
Variabel Definisi Indikator
.
1. Faktor Hygiene factors (faktor 1. Gaji
Hygiene kesehatan) adalah faktor 2. Kondisi kerja
(X1) pekerjaan yang penting untuk 3. Status
adanya motivasi di tempat 4. Kualitas supervise
kerja. Faktor ini tidak 5. Hubungan antar
mengarah pada kepuasan pribadi
positif untuk jangka panjang. 6. Kebijaksanaan dan
Tetapi jika faktor-faktor ini administrasi
tidak hadir, maka muncul perusahaan.
ketidakpuasan. Sunyoto (2013: 5)
a) Tahap Persiapan
1). Penyelesaian administrasi
2). Pengajuan dan pengesahan judul
3). Pengajuan dan pengesahan proposal penelitian
4). Penyusunan instrumen
5). Observasi awal
b). Tahap Pengumpulan Data
1). Pengumpulan data dari sumber data yang ada
2). Pemeriksaan data
3). Pengklasifikasian data
c). Tahap Pengolahan Data
1). Pemeriksaan data ulang
2). Pengklasifikasian data lebih lanjut
3). Melakukan analisis data
4). Mengevaluasi data
d). Tahap Penyusunan Data
1). Penyusunan data per bab
2). Perbaikan
40
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2009. Analisis Statistik Untuk Bisnis: Dengan Regresi, Korelasi dan
Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE.
Dessler, Garry. 2011. Manajemen Sumber Daya Mnusia Edisi Kesepuluh Jilid 1.
Jakarta: PT. Indeks.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 3 ED.
Semarang: Penerbit Unniversitas Diponegoro.
Hasibuan. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Santoso, S. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
41
Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner, dan Proses Analisis Data Perilaku
Organisasional. Yogyakarta: PT. Buku Seru
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers PT.
RajaGrafindo Persada
Wirawan. 2008. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi, dan
Penelitian. Jakarta: Selemba Empat
42
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………..... i
DAFTAR ISI............................................................................................. iii