Anda di halaman 1dari 28

PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA INDONESIA

SISWA SEKOLAH DASAR


Oleh : Ika Listinawati, S.Pd

A. Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Pelajaran Bahasa Indonesia

Pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang

diajarkan di sekolah sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi.1

Pendapat lain mengatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia meliputi

komponen-komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.yang

dalam praktik pembelajaran guru dapat memusatkan pada salah satu

komponen yang ditentukan.2 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa bahasa indonesia adalah mata pelajaran yang dijarkan sejak

sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang didalamnya diajarkan berbgai

komponen kebahasaan.

Ditetapkannya Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran

di sekolah dasar tentu memiliki tujuan. Tujuan tersebut adalah agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.3

1
Main Sufanti. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.
2010, hal. 96
2
Ngalimun dan Noor Alfulaila. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2014, hal. 39
3
Main Sufanti. Strategi Pengajaran…., hal. 98
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara.

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunaknnya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada sejumlah keterampilan

berbahasa yang dikembangkan. Secara umum keterampilan berbahasa

yang dikembangkan dalam Bahasa Indonesia ada empat. Keempat

keterampilan tersebut adalah, keterampilan mendengarkan (menyimak).

keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis

(mengarang).4 Keempat keterampilan itu saling berhubungan satu sama

4
Zulkifli Musaba, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa, yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2011,
hal. 19
lain. Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini adalah

keterampilan membaca, khususnya kelancaran membaca..

2. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 yang sekarang digunakan

dalam dunia pendidikan menuntut para pendidik maupun siswa untuk ikut

menyesuaikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 baik

siswa maupun guru dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam

memecahan masalah yang mereka hadapi disekolah. Oleh karena itu

diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa

di kelas dan bisa dijadikan acuan pembelajaran sesuai kurikulum yang

digunakan di sekolah tersebut.

Beberapa sekolah, termasuk sekolah yang menjadi lokasi penelitin

ini menggunakan kurikulum 2013. Sehingga dalam pembelajaran juga

menggunakan berbagai strategi pembelajaran aktif. Adapun metode

pembelajaran aktif yang dapat diterapkan dalam pelajaran kurikulum 2013

antara lain:5

a. Metode Pembelajaran Kolaborasi

Strategi pembelajaran kolaborasi ini merupakan strategi yang

menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil kemudian diberikan

5
Irmas kurinasih dan Berlin Sani, Implementsi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan,
Surabaya: Kata Pena, 2014, hal. 43
tugas, dan mereka saling membantu menyelesaikan tugas tersebut.

b. Metode Pembelajaran Individual

Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat

berkembang dengan baik secara mandiri sesuai dengan kebutuhan

peserta didik.strategi yang dapat diterapkan, tugas mandiri, penilaian

diri, portofolio dll.

c. Metode Pembelajaran Teman sebaya

Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mempelajari sesuatu dengan baik untuk kemudian mengajarkan hal

tersebut kepada temannya. Strategi yang dapat diterapkan dengan

metode ini jigsaw learning, peer lesson, everyone is teacher here dll.

d. Metode Pembelajaran bermain

Permainan (game) berguna memberikan kesan dramatis

sehingga tidak mudah dilupakan. Selain itu permainan akan

membangkitkan energi dan keterlibatan belajar siswa. Strategi yang

dapat diterapkan dengan metode ini antara lain, tebak gambar, tebak

kata tebak benda bermain peran dll. Selain itu dengan metode ini akan

memunculkan keceriaan dan humor.

Berbagai metode tersebut tentu memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing ketika diterapkan dalam pembelajaran. Sehingga sudah

menjadi tugas guru untuk menentukan metode mana yang sesuai


diterapkan di kelas. Dengan pemilihan metode yang tepat diharapkan

tujuan dari pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.

B. Kajian Tentang Membaca

1. Definisi Membaca

Sebagaimana sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya,

bahwa keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan salah satunya

adalah membaca yang merupakan fokus dalam penelitian ini. Ada

beberapa definisi tentang membaca diantaranya, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) membaca adalah upaya melihat serta

memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam

hati).6 Menurut Anderson sebagai mana dikutip oleh H. Dalman membaca

merupakan proses membaca sandi berupa tulisan yang harus

diinterpretasikan maksudnya sehingga apa yang ingin disampaikan

penulisnya dapat dipahami dengan baik. 7 Menurut Harjasujana dan

Mulyati membaca merupakan perkembangan keterampilan yang bermula

dari kata dan berlanjut kepada membaca kritis.8 Damaianti

mengemukakan bahwa membaca merupakan hasil interaksi antara

6
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
1994, hal. 72
7
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hal. 6
8
Ibid.
persepsi terhadap lambang-lambang yang mewujudkan bahasa melalui

keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca.9

Sedangkan menurut Tarigan membaca adalah suatu proses yang

dilakukan dan digunakan pembaca untuk mendapatkan pesan dari penulis

melalui media kata-kata atau bahasa tulis.10 Selain itu membaca juga

dapat diartikan suatu metode untuk mengkomunikasikan makna

yangterkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.11 Selain itu

membaca juga dapat diartikan suatu kemampuan untuk melihat lambang-

lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tersebut menjadi

membaca lisan.12 Sedangkan Djojosuroto, mendefinisikan membaca

sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memahami makna atau

pesan yang disampaikan penulis melalui teks bacaan.13

Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca mengandung dua pengertian. Pertama membaca sebagai suatu

proses mengubah lambang tulis menjadi bunyi dan membaca membaca

sebagai suatu usaha untuk menangkap makna dari seluruh lambang bunyi

tersebut. Dalam skripsi ini peneliti menggunakan definisi membaca yang

9
Ibid.
10
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa
1979, hal. 7
11
Ibid., hal 8
12
Ibid.
13
Endang Susilowati, Pengaruh Metode Pembelajaran SBR dan TAR Terhadap Kompetensi
Membaca Cerita Ditinjau Dari Motivasi Belajar, Surakarta: UNS Press, 2012, hal. 8
pertama sebagai fokus penelitian, yaitu membaca sebagai suatu proses

mengubah lambang bunyi menjadi bunyi.

2. Tujuan dan Manfaat Membaca

a. Tujuan Membaca

Setiap orang tentu memiliki tujuan masing-masing ketika

seseorang melakukan kegiatan membaca. Namun pada dasarnya

tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh informasi,

mencakup isi ataupun memahami makna bacaan tersebut.14 Tujuan

umum tersebut oleh Nurhadi dikelompokkan sebagai berikut:

1) Membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah)

2) Membaca untuk menangkap garis besar bacaan

3) Membaca untuk menikmati karya sastra

4) Membaca untuk mengisi waktu luang

5) Membaca untuk mengetahui keterangan tentang suatu istilah.15

Sedangkan tujuan membaca menurut Rahim adalah untuk

mencari kesenangan, menyempurnakan bacaan nyaring, menggunakan

strategi tertentu, memperbarui pengertian tentang suatu topik,

mengaitkan informasi untuk laporan lissan dan ter tulis,

mengkorfimasikan atau menolak prediksi, menampilkan suatu

14
Henry Guntur, Membaca Sebagai…., hal. 9
15
Dalman, Keterampilan Membaca…., hal. 12
eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu

teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks,

serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. 16

b. Manfaat Membaca

Dalam dunia pendidikan membaca merupakan hal yang sangat

penting. Tanpa kemampuan membaca sangat mustahil seseorang bisa

menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Secara umum membaca

memberikan manfaat diantaranya:

1) Meningkatkan daya pikir, kreatifitas dan kecerdasan.17

2) Menambah luas wawasan, melatih konsentrasi dan melatih

kemampuan menyerap isi bacaan.18

3) Membaca dapat membantu memahami proses terjadinya kata dan

proses pembentukan kalimat untuk menangkap konsep serta

memahami apa yang berada dibalik tulisan. 19

Adapun manfaat membaca secara khusus sangatlah beragam.

Manfaat yang didapatkan ini tergantung dari jenis buku bacaan yang

dibaca. Misalnya yang dibaca adalah buku tentang keagamaan maka

16
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah dasar, Jakarta: bumi Aksara, hal. 11
17
Novaria, Triton, Cara Pintar Mendampingi Anak, yogyakarta: Tugu, 2008, hal. 80
18
Ibid., hal 38
19
“Aidh al Qarni, La Tahzan Jangan Bersedih, Jakarta Timur: Qisthi, 2003, hal. 132
akan menambah keimanan. Apabila buku yang dibaca tentang ilmu

pengetahuan maka membaca dapat mengetahui tentang bermacam-

macam ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan nyata. 20

Sehingga dapat disimpulkan jika ingin manfaat yang baik dari

membaca maka haruslah memilih buku bacaan yang bermanfaat.

3. Jenis-Jenis dan Tahapan Membaca

a. Jenis-jenis Membaca

Membaca berdasarkan cara pelafalannya dibedakan menjadi dua

yaitu membaca nyaring dan membaca senyap (dalam hati). Adapun

penjelasan mengenai jenis membaca ini adalah sebagai berikut:

1) Membaca Nyaring

Jenis membaca yang pertama adalah membaca nyaring.

Membaca nyaring menurur H. dalman adalah kegiatan membaca

dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-

lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.21

Sedangkan Henry Guntur Tarigan mendefinisikan membaca

nyaring sebagai suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat

bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama dengan orang

20
Ibid., hal 131.
21
Dalman, Keterampilan …, hal. 63
lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi,

pikiran dan perasaan seorang pengarang. 22

Dalam membaca nyaring ini, ada sejumlah keterampilan

yang dituntut dikuasai pembaca diantaranya:

a) Menggunakan ucapan yang tepat

b) Menggunakan frasa yang tepat

c) Menggunakan intonasi suara yang wajar

d) Dalam posisi sikap yang baik

e) Menguasai tanda-tanda baca

f) Membaca dengan terang dan jelas

g) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif

h) Membaca dengan tidak terbata-bata

i) Kecepatan bergantung dari bahan bacaan yang dibacanya

j) Membaca dengan terus-menerus melihat bahan bacaan

k) Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.23

Adapun tujuan dari membaca nyaring adalah agar seseorang

mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan

jelas dan tidak terbata-bata, membaca dengan intonasi dan lagu

yang tepat dan jelas. Sedangkan manfaat dari membaca nyaring

22
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai…, hal.23
23
Dalman, Keterampilan …, hal.64
adalah dapat menyampaikan informasi penting kepada para

pendengarnya dan mengembangkan sejumlah keterampilan.24

2) Membaca Senyap (Dalam Hati)

Membaca senyap (dalam hati) adalah membaca tidak

bersuara tanpa gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik,

memahami bacaan yang dibaca secara diam atau dalam hati.

Dengan hanya menggunakan ingatan visual yang melibatkan

pengaktifan mata dan ingatan.25 Latihan-latihan pada membaca

senyap hendaknya dimulai sejak dini sehingga anak-anak sudah

dapat membaca sendiri. Pada tahap ini anak hendaknya dilengkapi

bahan bacaan tambahan yang penekanannya diarahkan pada

keterampilan menguasai isi bacaan dan memperoleh serta

memahami ide-ide dengan usahanya sendiri.26

Membaca senyap ini menuntut beberapa keterampilan, yaitu:

a) Membaca tanpa bersuara dan tanpa bibir bergerak

b) Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala

c) Membaca lebih cepat daripada membaca nyaring

d) Tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk

e) Mengerti dan memahami bahan bacaan

24
Ibid. hal. 65
25
Ibid. hal. 67
26
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai…, hal.30
f) Dituntut kecepatan mata dalam membaca

g) Membaca dengan pemahaman yang baik27

Sebelumnya sudah dijelaskan jenis membaca berdasarkan cara

pelafalannya Sedangkan berdasarkan kecepatan dan tujuannya,

membaca dibagi menjadi empat, yaitu:

1) Membaca kilat, adalah membaca dengan mengutamakan isi bacaan

yaitu mendapatkan informasi tanpa membaca keseluruhan bacaan.

2) Membaca cepat, adalah membaca dengan kecepatan yang tinggi

agar mendapatkan informasi dalam waktu yang singkat.

3) Membaca studi, adalah membaca dengan kecepatan rendah untuk

lebih memahami, mengerti dan mengingat pokok-pokok bacaan.

4) Membaca reflektif, adalah membaca untuk mendapatkan informasi

yang terperinci lalu mengaplikasikannya. 28

b. Tahapan Membaca

Membaca sebagai suatu proses memiliki dua tahapan yaitu:

1) Membaca Permulaan

Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan awal

yang harus dikuasai agar seseorang bisa membaca. Pada tahap ini

anak diperkenalkan dengan bentuk huruf abjad serta cara

27
Dalman, Keterampilan …, hal.68
28
Ibid., hal. 73-74
melafalkan huruf tersebut. Selanjutnya, anak diajarkan cara

membaca suku kata, kata dan kalimat.29 Sedangkan tentang

membaca permulaan ni dalman menjelaskan bahwa, pada tahap ini

meliputi pengenalan bentuk-bentuk huruf, pengenalan hubungan

atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan

menyuarakan bahan tertulis), dan kecepatan membaca bertaraf

lambat.30 Membaca permulaaan diberikan di kelas rendah sekolah

dasar (SD), yaitu di kelas satu sampai dengan kelas tiga. Di sinilah

anak-anak harus dilatih membaca dengan lancar sebelum mereka

memasuki membaca lanjut atau pemahaman.

2) Membaca Pemahaman atau Membaca Lanjut

Membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca

yang berada pada urutan lebih tinggi. Apabila seseorang telah

melalui tahap membaca permulaan. Ia berhak memasuki tahap

membaca pemahaman. Dalam tahap ini pembaca dituntut untuk

memahami bacaan yang dibaca untuk selanjutnya bisa

menyampaikan pemahamannnya tersebut dengan bahasanya

sendiri baik secara lisan maupun tertulis.31

Dalam membaca pemahaman ini mencakup beberapa aspek.

29
Ibid., hal. 85-86
30
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai…, hal. 12
31
Dalman, Keterampilan …, hal.87
Aspek yang pertama adalah memahami pengertian sederhana

(leksikal, gramatikal). Aspek yang kedua adalah memahami

signifikasi atau makna, antara lain maksud dan tujuan pengarang,

relevansi dan reaksi pembaca. Aspek yang ketiga adalah kecepatan

membaca yang fleksibel yang bisa disesuaikan dengan keadaan.32

Berdasarkan definisi dari kedua tahapan dan jenis membaca

tersebut. Maka dapat diketahui bahwa membaca memiliki aspek-

aspek tertentu yang harus dikuasai. Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa pada tahap membaca permulaan teknik

membaca nyaring lebih sesuai untuk digunakan sedangkan pada

tahap membaca pemahaman teknik membaca senyap lebih tepat

untuk digunakan.

4. Metode Membaca Permulaan

Membaca permulaan sebagaimana dijelaskan sebelumnya

merupakan hal penting yang harus dikuasai siswa. Kemampuan membaca

permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar,

yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah

dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi

32
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai…, hal. 12-13
bermakna.Untuk mengajari anak membaca pada tahap ini, ada sejumlah

metode yang bisa digunakan diantaranya:

a. Metode Eja

Prinsip dasar Metode Eja dalam pembelajaran membaca permulaan

ialah dengan memulai pengajarannya dengan memperkenlkan huruf-

huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan

anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Kelemahan metode ini

meskipun anak sudah mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun

dia tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian-rangkaian

huruf yang berupa suku kata atau pun kata.

b. Metode Bunyi

Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip

dasar dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode

eja/abjad. Demikian juga dengan kelemahan-kelemahannya.

Perbedaannya terletak hanya pada cara atau sistem pembacaan atau

pelafalan abjad (huruf-hurufnya).

c. Metode Suku kata

Proses pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pengenalan

suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de,

do/; /ka, ki, ku, ke, ko/, dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut,

kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata atau kalimat sederhana.


d. Metode Kata

dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasan dan

perangkaian maka metode ini dikenal juga sebagai Metode Kupas-

Rangkai. Sebagian orang menyebutnya ‟Metode Kata‟ atau ‟Metode

Kata Lembaga‟.

e. Metode Global

Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai ‟Metode Kalimat‟.

Dikatakan demikian, karena alur proses pembelajaran MMP yang

diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa

kalimat secara global. Untuk membantu pengenalan kalimat

dimaksud, biasanya digunakan gambar. Di bawah gambar dimaksud,

dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar

tersebut. Kalimat tersebut dijadikan dasar/alat untuk pembelajaran

membaca. Melalui proses deglobalisasi (proses penguraian kalimat

menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, yakni menjadi kata, suku kata,

dan huruf) yang tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian

kembali)..

f. Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)

Metode membaca SAS ini dilakukan dengan beberapa langkah.

Langkah tersebut yaitu dimulai dengan merekam bahasa siswa,

kemudian menampilkan gambar sambil bercerita, lalu membaca


gambar setelah itu membaca gambar dengan kartu kalimat.

Selanjutnya tahapan SAS akan dimulai yaitu diawali dengan membuat

kalimat secara struktural dengan menghilangkan gambar sehingga

hanya ada kartu kalimat. Setelah itu siswa mulai melakukan proses

analitik, yaitu menganalisis kalimat tersebut menjadi kata, kata

menjadi suku kata lalu suku kata menjadi huruf. Pada tahap terakhir,

siswa didorong untuk melakukan kerja sintesis (menyimpulkan).

Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi kepada

satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-

suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. 33

C. KAJIAN TENTANG METODE MEMBACA FAST

1. Definisi Tentang Metode Membaca FAST

Dalam dunia pengajaran saat ini telah berkembang banyak metode

pembelajaran membaca yang digunakan oleh para pendidik. Salah satu

metode tersebut adalah metode FAST. Metode belajar membaca ini

dikembangkan oleh Bpk. Ipung Atria dan Bpk. Khusnan Rosyadi. Kata

FAST merupakan singkatan dari Fun And Stimulation Technique, Fun

berarti menyenangkan, Stimulation Technique berarti metode ini memiliki

33
Yati Mulyati PembelajaraIn Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta: Modul Tidak
Diterbitkan, tt, Hal. 15-23
teknik stimulasi. Sehingga dapat disimpulkan metode FAST adalah suatu

metode pembelajaran membaca yang disampaikan dengan cara

menyenangkan dan memiliki teknik stimulasi.

Metode ini dikatakan Fun (menyenangkan) dikarenakan metode ini

disampaikan dengan penuh kegembiraan, tepuk tangan intonasi,

bergoyang-goyang dengan melibatkan anak sehingga tidak membuat

stress selama proses pembelajaran. Adapun Stimulation Technique

(Teknik yang mensimulasi) maksudnya, metode ini menggunakan teknik

stimulasi bagi anak yang banyak memberikan humor, nada, gerakan dan

teknik imajinasi yang menyenangkan sehingga anak tidak perlu

menghafal.

Pada awalnya metode ini ditujukan untuk memberikan

pembelajaran membaca pada anak usia dini. Metode ini dibuat

semenyenangkan mungkin sehingga membuat anak-anak merasa seperti

sedang bermain padahal secara tidak sadsr mereka sedang melakukan

kegiatan belajar membaca. Pembelajaran membaca dengan metode FAST

ini menekankan pada dua langkah. Langkah tersebut adalah melatih

pengucapan dan memperkuat daya ingat.

2. Keunggulan Metode Membaca FAST

Ada beberapa keunggulan yang ditawarkan metode membaca FAST.

Adapun keunggulan dari belajar membaca dengan metode ini antara lain:
a. Penuh kegembiraan karena disampaikan dengan humor nada dan

gerakan (tepuk tangan).

b. Penuh dengan gambar-gambar animasi yang edukatif, imsjinstif

kreatif dan inovatif. Sehingga dapat mensimulasi daya kreatifitas dan

inisiatif anak.

c. Metode ini sangat melatih anak-anak dapat mengetahui huruf dengan

membebaskan imajinasi anak tanpa perlu menghafalkan huruf.

d. Metode ini cocok diaplikasikan pada semua kalangan anak dengan

berbagai macam gaya belajar.34

Pembelajaran dengan menggunakan metode FAST ini memiliki dua

buku panduan yaitu buku FAST 1 dan FAST 2. Buku FAST 1 berisi

tentang pembelajaran mengenal huruf, cara melafalkan huruf dan cara

membaca suku kata berakhiran huruf vokal. Sedangkan buku FAST 2

mengajarkan cara membaca suka kata berakhiran huruf konsonan,

membaca kata serta membaca kalimat. Sehingga dengan mempelajari

kedua buku tersebut siswa sudah mampu membaca dengan lancar.

D. SISWA SEKOLAH DASAR

1. Siswa dan Perkembangannya

Siswa, murid atau yang dalam kurikulum 2013 dikenal dengan

34
Ipung Atri “Belajar Membaca FAST”, dalam http://belajarmembaca.co.id/ diakses 12 April
2018
istilah pserta didik merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan guna

keberhasilan pembelajaran. Ada berbagai pandangan para ahli tentang

pengertian siswa atau murid. Pandangan pertama menurut J. looke, dia

berpendapat bahwa siswa sebagai anak memiliki jiwa seperti tabula rasa,

sebuah meja lilin yang bisa ditulis apa saja sesuai keinginan pendidik.

Sedangkan J.J Rousseau berpendapat pada dasarnya anak berjiwa bersih

dan lingkunganlah yang menjadikannya kotor. Sementara itu psikolog

modern berpendapat siswa sebagai seorang anak adalah suatu organisme

yang hidup, yang mereaksi, berbuat memiliki kemampuan, bakat, minat

bersikap aktif yang bersifat kompleks.35

Sebagai organisme yang hidup, siswa tentu mengalami

perkembangan dalam kehidupannya. Perkembangan dapat didefinisikan

sebagai suatu perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang baik

dari segi struktur, kapasitas, fungsi dan efisiensi yang bersifat

keseluruhan.36 Pendapat lain mengartikan perkembangan sebagai

perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri

seseorang sejak lahir hingga akhir hayatnya. 37 Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa perkembangan perubahan yang terjadi pada diri

seseorang baik dari segi kualitas maupun abilitas yang terjadi secara

35
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 100-101
36
Ibid., hal. 94
37
Mahmudi, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009, hal. 345
sistematis, progresif dan berkesinambungan dari lahir sampai akhir hayat.

Perkembangan pada diri siswa terjadi secara sistematis, progresif

dan berkesinambungan dapat diartikan bahwa perkembangan pada

seseorang berlansung secara bertahap sesuai usianya dan akan terus

mengalami kemajuan. Tahapan perkembangan siswa secara didaktis

sebagaimana disampaikan Syamsu yusuf dapat dibagi menjadi empat

tahap. Keempat tahap tersebut adalah masa usia prasekolah, masa usia

sekolah dasar, masa seusia sekolah menengah dan masa usia


38
kemahasiswaan. adapun dalam uraian berikut hnya akan dijelaskan

tentang tugas perkembangan pada masa usia sekolah dasar yang

merupakan fokus penelitian peneliti.

Masa usia sekolah dasar disebut juga masa intelektual atau masa

keserasian bersekolah. Anak yang masuk pada masa ini memiliki rentang

usia antara 6-13 tahun. Masa sekolah dasar ini dibagi menjadi masa kelas

rendah (6/7-9/10 tahun) dan masa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun). Ciri-

ciri siswa pada masa kelas rendah adalah sebagai berikut:

- Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dan

prestasi

- Sikap tunduk pada peraturan-peraturan permainan tradisional

- Adanya kecenderungan memuji diri sendiri dan membandingkan

38
Mahmudi, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009, hal.348-350
dirinya dengan anak lain

- Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal siswa menganggap soal

itu tidak penting

- Pada masa ini anak menginginkan nilai raport yang baik tanpa

mengingat bagaiman prestasinya 39

Sedangkan ciri-ciri anak kelas tinggi adalah sebagai berikut:

- Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret

- Amat realistik rasa ingin tahu dan ingin belajar

- Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan pendamping dalam belajar

- Pada usia ini anak menganggap nilai raport sebagai ukuran prestasi

siswa

- Gemar membuat kelompok sebaya untuk bermain dan membuat aturan

sendiri dalam permainan.40

Demikian pemaparan tentang siswa dan perkembangannya.

Mempelajari tentang apa dan bagaimana siswa merupakan hal yang

penting bagi guru maupun calon garu agar lebih bijaksana dalam

menangani siswa saat kegiatan pembelajaran.

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa

Guru sebagai tenaga pendidik tentu sangat mengharapkan agar

39
Mahmudi, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009, hal. 349
40
Mahmudi, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009, hal. 350
peserta didiknya bisa berhasil dalam belajar. Oleh karena itu perlu

diketahui sejumalah faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor

tersebut secara umum dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Adapun penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang bersifat individual dari dalam diri

siswa. Faktor internal ini terdiri dari beberapa aspek. Pertama, aspek

fisiologis (kondisi umum jasmani) meliputi kondisi kebugaran siswa

dan kondisi organ khusus (panca indra). Kedua, aspek psikologis

meliputi, tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor

eksternal ini juga terdiri dari beberapa aspek. Pertama aspek

lingkungan sosial meliputi, guru, staf administrasi, tetangga, teman-

teman sepermainan dan keluarga siswa sendiri. Kedua aspek non

sosial meliputi, gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, kondisi

rumah dan waktu belajar. Ketiga aspek struktural, aspek struktural ini

lebih kepada pendekatan belajar yang digunakan dalam proses

pembelajaran. Setiap siswa memiliki gaya atau cara belajarnya

masing-masing yang membuat mereka merasa nyaman dan senang


sehingga lebih maksimal dalam menerima pelajaran. Secara umum

ada tiga macam gaya belajar siswa, yaitu:

1) Gaya Auditori

Gaya auditori dalah gaya anak menerima pelajaran dengan

menggunakan indra pendengaran yang dominan. Anak dengan tipe

ini lebih suka mendengarkan penjelasan guru deengan metode

ceramah atau berdiskusi daripada membaca.

2) Gaya Visual

Gaya visual adalah gaya anak menerima pelajaran dengan

menggunakan indra penglihatan. Anak dengan tipe ini lebih

menyukai penyampaian informasi dalam bentu demonstrasi,

gambar ataupun compact disk (CD). Anak dengan tipe ini

membayangkan setiap informasi yang ia terima, setelah ia

mendapatkan gambarannya barulah informasi tersebut tersimpan

dalam ingatan jangka panjang.

3) Gaya Kinestetik

Gaya kinestetik adalah gaya menerima pelajaran dengan ndra

penerima rangsang gerak yang lebih dominan. Anak dengan tipe

ini lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikan dalam

bentuk simulasi, role play dan pendekatan lain dimana siswa


terjun langsung.41

Bagi seorang guru sangat penting mengetahui faktor-faktor

tersebut. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang ada pada diri siswa,

sangatlah perlu untuk memepertimbangkan strategi pembelajaran yang

tepat. Ketika strategi pembelajaran tersebut benar-benar tepat maka

diharapkan agar bisa meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.

3. Mengoptimalkan Fungsi Otak Siswa

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa tidak lepas dari

berfikir. Berfikir sendiri merupakan aktivitas yang sangat erat kaitaannya

dengan otak. Para ahli saraf membagi otak menjadi dua belahan yaitu otak

kanan dan otak kiri. Otak kanan berhubungan dengan aktifitas kreatif

(irama, rima, musik, gambar, imajinasi) sedangkan otak kiri berhubungan

dengan pembelajaran akademis (logika, bahasa, matematika).42 Meskipun

demikian, kedua belahan otak ini tetap saling berhubungan. Oleh karena

itu ketika suatu informasi yang padu bisa disampaikan dengan melibatkan

kedua belahan otak ini secara bersamaan maka informasi tersebut akan

dapat dengan mudah diingat.43

Namun kenyataannya mengajar siswa dan mengharapkan agar

41
Arief Budiman, mencerdaskan IQ dan EQ Anak Anda Melalui Kinerja Otak, Bandung:
Pustaka Setia, 2016, hal. 248-249
42
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012, hal.280
43
Ibid., hal. 281
siswa tersebut mengingat pelajaran yang telah diajarkan bukan hal yang

mudah. Para siswa justru sering melupakan pelajaran yang telah diberikan

bahkan hanya dalam hitungan menit. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan informasi mudah dilupakan. Faktot tersebut diantaranya:

- informasi itu tidak menarik minat sehingga dianggap tidak penting.

- ada rangsangan lain yang menganggu pemrosesan ingatan

- kerusakan ingatan karena tidak pernah dilatih

- informasi tersebut diperoleh dalam keadaan yang sangat tertekan

- stress berat ( berada dalam kecemasan yang berlebihan).44

Dari faktor penyebab lupa tersebut, dapat diketahui bahwa kelupaan

bisa disebabkan karena stress, tekanan dan kurangnya minat, hal ini

nampaknya sering terjadi dalam pembelajaran di kelas. Untuk mengatasi

hal tersebut guru dapat menyisipkan humor (lelucon) dalam pembelajaran.

Sebuah penelitian menyebutkan ada beberapa manfaat memasukkan

humor dalam pembelajaran, manfaat tersebut antara lain:45

- Humor dapat menarik perhatian siswa agar lebih fokus pada pelajaran

- Humor membantu mengurangi kebosanan dalam kelas

- Humor membantu mencairkan ketegangan di dalam kelas

- Humor mampu mengatasi kelelahan fisik dan mental dalam belajar

44
Ibid., hal. 164-168
45
Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Hunor, Jakarta: Bumi Aksara,
2012, hal.102-106
- Humor memudahkan komunikasi dan interaksi antara siswa dan guru.

Begitu banyak manfaat dari humor. Sebuah pendapat juga

mengatakan bahwa humor merupakan pembuka simpul-simpul kreatifitas

dengan latihan lucu tertawa terseenyum siswa akan lebih muda menyerap

pengetahuan yang diajarkan.46 Oleh karena itu tidak ada salahnya bagi

seorang guru menyisipkan humor dalam pembelajaran dikelas.

Selain memberikan humor, usaha-usaha lain yang bisa dilakukan

untuk meningkatkan kemampuan mengingat. Sebagaimana dikutip

Mahmud dari The Great Memory Book karangan Eric jensen dan Karen

Markowitz, ada beberapa strategi meningkatkan ingatan. diantaranya:

- relaksasi untuk mengendurkan otot-otot

- mendengarkan musik klasik

- memanfaatkan kekuatan bercerita

- gunakan gerakan untuk melibatkan sistem tubuh/pikiran

- menggunakan cara menghubungkan dengan tindakan imajiner

- melakukan kegiatan menantang

- lakukan stimulus baru dan libatkan emosi

- gunakan rima dan imajinasi

- gunakan strategi berfikir seluruh otak

46
Irmas kurinasih dan Berlin Sani, Implementsi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan,
Surabaya: Kata Pena, 2014, hal. 44
- istirahatkan otak 3-10 menit setelah 10-50 menit belajar.

Selain itu sebuah penelitian menunjukkan bahwa penambahan

visual pada mata pelajaran menaikkan ingatan dari 14% ke 38% bahkan

ketika kosakata diajarkan degan menggunakan alat visual menunjukkan

perbaikan samapai 200%. Seorang psikolog anak Novita Tandry, M. Psi

juga menyampaikan bahwa 60% porsi ingatan pada anak terbentuk

melalui perbuatan, 30% mendengarkan, 50% melalui penglihatan

sedangkan jika penggunaan ketiganya bersamaan akan membentuk 90%

ingatan anak. Selain itu anak juga bisa diajak melakukan senam otak

(Brain Gym). Selain dapat meningkatkan kemapuan mengingat senam

otak juga dapat meningkatkan konsentrasi anak, meningkatkan

kemampuan membaca, menulis kemampuan matematika serta

meningkatkan koordinasi seluruh tubuh.47

47
Arief Budiman, mencerdaskan IQ dan EQ Anak Anda Melalui Kinerja Otak, Bandung:
Pustaka Setia, 2016, hal.93-95

Anda mungkin juga menyukai