Anda di halaman 1dari 18

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Membaca

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi semakin

maju dan berkembang dengan pesat. Dengan adanya perkembangan dan

kemajuan tersebut menimbulkan dampak bagi kehidupan, khususnya bagi

siswa, baik dampak negatif maupun dampak positif. Bagi siswa yang

memiliki motivasi dan minat belajar yang kurang sudah tentu membuat

siswa tersebut menjadi malas untuk belajar.

Setiap siswa mempunyai perbedaan baik pada taraf kecerdasan

ataupun kemampuan berfikir, juga berbeda dalam menyimpan, menyerap,

serta menerapkan ilmu pengetahuan. Mereka juga dapat berbeda dalam cara

pendekatan terhadap situasi belajar, menerima pelajaran, serta bagaimana

mereka merespon metode pengajaran tertentu. Begitu pula dengan

kemampuan membaca pada anak, antara siswa yang satu dengan yang

lainnya berdasarkan taraf kecerdasan dan kemampuan berfikirnya akan

terdapat perbedaan pada mereka. Oleh karena itu perlu diperhatikan

bagaimana mereka memperoleh, menyimpan serta menerapkan hasil

bacaannya.
9

a. Pengertian Membaca

Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi

juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan

metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses

menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai

suatu proses berfikir, membaca mancakup aktivitas pengenalan kata,

pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman

kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas pengenalan kata,

pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman

kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata

dengan menggunakan rumus (Rawley dan Mountain, 1995 dalam M.

Hafidz Jamil 2008:8).

Membaca adalah interaksi dengan bahasa yang sudah

dialihkodekan dalam tulisan, bahasa yang dialihkodekan didalam

tulisan disebut teks. Teks merupakan area isi pembelajaran menulis

artinya peningkatan kemampuan siswa untuk terampil membaca hanya

bisa dilaksanakan apabila siswa belajar berinteraksi melalui teks.

Melalui sebuah teks siswa dapat mengetahui : (1) system penulisan

dalam suatu bahasa, (2) konteks komunikasi, apa yang terjadi, siapa

yang terlibat (pelaku), dan kaidah bahasa apa yang digunakan?, (3)

proses pilihan-pilihan semantik (a proses of semantic choices), dan (4)

pesan sosial yang dikemas dalam tulisan.


10

Untuk meningkatkan kemampuan siswa di SD terampil

membaca, guru harus dapat menghadirkan teks yang sesuai dengan

pertimbangan tersebut. Membaca adalah suatu kegiatan yang

dilakukan untuk memperoleh pesan/informasi yang disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Soedarso (1983 dalam M. Hafidz Jamil 2008:9) mengemukakan

bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan

sejumlah besar tindakan tepisah-pisah mencakup penggunaan

khayalan, pengamatan, dan ingatan.

Menurut Hodgson 1960 dalam Tim Dosen UPI 2008 : 98

membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan melalui

media kata-kata/bahan tulis.

b. Proses Membaca

Proses membaca merupakan kegiatan yang kompleks dan rumit.

Ada sejumlah aspek yang dituntut dari pembaca. Aspek-aspek itu

adalah : (1) aspek sensori, yakni kemampuan membaca untuk

memahami symbol-symbol teks, (2) aspek perseptual, yakni

kemampuan pembaca untuk menginterprestasikan simbol-simbol teks

(apa yang dilihat dan apa yang tersirat), (3) aspek skemata, yakni

kemampuan pembaca untuk menghubungkan pesan tertulis dengan

struktur pengetahuan dari pengalaman yang telah ada, (4) aspek

berfikir, yakni kemampuan pembaca untuk membuat inferensi dan


11

evaluasi dari teks, dan (5) aspek efektif, yakni kemampuan pembaca

untuk membangkitkan dan menghubungkan minat dan motivasi

dengan teks dibaca. Kelima aspek tersebut harus menciptakan suatu

hubungan yang berimbang (harmonis) pada saat proses membaca,

sehingga itu membentuk interaksi dengan penulis melalui teks yang

dibacanya.

c. Tujuan Membaca

Setiap pembelajaran pasti mempunyai tujuan begitu juga dengan

membaca, karena seorang yang membaca dengan suatu tujuan,

cenderung lebih memahami dibadingkan dengan orang yang tidak

mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru

seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan

khusus yang sesuai dengan membantu mereka menyusun tujuan

membaca siswa itu sendiri.

Tujuan membaca mencakup :

1. Kesenangan

2. Menyempurnakan membaca nyaring

3. Menggunakan strategi tertentu

4. memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik

5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang lama

6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis

7. Menginformasikan atau menolak prediksi


12

8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan

informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain

dan mempelajari struktur teks.

9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton,

dkk, dan Irwin Burns dkk, 1996 dalam M. Hafidz Jamil 2008:10)

d. Jenis Membaca di Sekolah Dasar

Muclisoh dalam M. Hafidz Jamil (2008:11) menjelaskan bahwa

pelajaran membaca di Sekolah Dasar di bagi enam macam, yaitu :

1. Membaca teknik adalah membaca yang diberikan di SD dengan

tujuan agar siswa dapat melafalkan kata-kata Bahasa Indonesia,

dapat mengintonasikan frase, mengintonasikan kalimat-kalimat

Bahasa Indonesia secara benar, serta mengetahui isi bacaanya.

2. Membaca dalam hati merupakan kegiatan membaca untuk orang-

orang yang telah dewasa. Di sekolah dasar jenis membaca ini

belum dapat diberikan secara mutlak, baru bersifat latihan.

3. Membaca bahasa adalah untuk memperkaya wawasan bahasa

Indonesia siswa. Tujuan membaca bahasa agar para siswa

bertambah kosa katanya dan bertambah pengetahuan tentang tata

bentukan, tata kalimat, tata tulis, dan semartik para siswa.

4. Membaca pustaka adalah membaca yang diberikan dengan tujuan

agar para siswa semakin bertambah informasi.


13

5. Membaca cepat yaitu bertujuan agar para siswa dalam waktu

singkat dapat membaca secara lancar, serta dapat memahami

lainnya.

6. Membaca indah (estetika) adalah agar para siswa dapat

memperoleh suatu keindahan dari bacaan.

Pelajaran membaca di SD merupakan dasar, tolak ukur dan

merupakan landasan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Seandainya dasar tersebut kurang kuat, maka pengaruhnya cukup besar

dan snagat terasa. Baik bagi para siswa sendiri juga bagi para guru.

Yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah membaca jenis

membaca cepat. Pada kelas IV SDN. Sukaseneng I Kecamatan

Cikeusik Kabupaten Pandeglang.

e. Kedudukan Membaca dalam Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Tabrani Rusyan dalam M. Hafidz Jamil (2008:12)

menjelaskan bahwa secara etimologis, kurikulum (curriculum)

berasal dari bahasa Yunani, yaitu currir yang artinya ”pelari” dan

curere yang berarti ”tempat berpacu”. Jadi istilah kurikulum

berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi kuno di Yunani,

yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh

oleh pelari dari garis star sampai garis finis. Secara etimologis,

istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, dengan

pengertian semula adalah sejumlah pengetahuan atau mata


14

pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna

mencapai suatu tingkatan ijazah.

Selanjutnya pengertian kurikulum berkembang sejalan

dengan perkembangan berbagai hal yang harus menjadi tugas

sekolah. Kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan mutu

pendidikan secara nasional. Kurikulum yang dikembangkan

menjadi berbasis kompetensi.

Kurikulum berbasis kompetensi dijelaskan oleh Tabrani

Rusyan dalam M. Hafidz Jamil (2008:12) bahwa kurikulum

berbasis kompetensi merupakan kerangka tentang pelajaran

Bahasa Indonesia yang harus diketahui, dilakukan dan

dimahirkan oleh siswa pada setiap tingkatan. Kerangka ini terdiri

dalam tiga komponen utama, yaitu :

- Kompetensi Dasar, merupakan pernyataan minimal atau

memadai tentang pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai

dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub

aspek mata pelajaran tertentu.

- Hasil Belajar, merupakan struktur keilmuan bahasa

Indonesia sebagai alat komunikasi yang dapat berupa

keterampilan berbahasa konteks, dan pengertian konseptual

yang harus dimiliki dan dikembangkan pada diri siswa.


15

- Indikator Pencapaian Hasil Belajar, merupakan uraian

kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam

komunikasi secara spesifikasi yang dapat dijadikan ukuran

untuk melihat kecepatan hasil belajar.

f. Fungsi Kurikulum dalam Kegiatan Membaca

Sudirman dkk dalam M. Hafidz Jamil (2008:13) menjelaskan

bahwa ada tiga macam fungsi kurikulum dalam kerangka mencapai

tujuan pendidikan, yaitu :

- Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional melalui tujuan intruksional, tujuan kurikuler, dan tujuan

institusional.

- Kurikulum merupakan pedoman yang harus dilaksanakan oleh

guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai

tujuan pendidikan.

- Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana

proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka pencapaian

tujuan pendidikan.

2. Membaca Cepat

a. Pengertian Membaca Cepat

Membaca cepat adalah melatih kecepatan gerakan mata para

siswa pada saat membaca untuk memperoleh informasi sebanyak-

banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya. Mata siswa dilatih


16

bergerak secepat-cepatnya (ketika membaca) sambil menjangkau

sebanyak-banyaknya kata-kata yang dibaca. Hal ini dimaksudkan

untuk membantu mempercepat kegiatan membaca tanpa harus

diganggu keharusan mengucapkan wacana yang dibaca. (Depdikbud,

1994:9).

Menurut Muchlisoh (1992:164), membaca cepat bukan berarti

jenis membaca yang ingin memperoleh jumlah halaman yang banyak

dalam waktu yang singkat. Pelajaran membaca cepat diberikan dengan

tujuan agar siswa Sekolah Dasar dalam waktu yang singkat dapat

membaca serta lancar dan dapat memahami isinya secara tepat dan

cermat. Kegiatan membaca cepat dilakukan tanpa bersuara.

Adapun menurut Nurhadi (1989:32) membaca cepat adalah

membaca dengan kecepatan tinggi dengan tidak mengabaikan

pemahaman terhadap bacaan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis berkesimpulan

bahwa membaca cepat merupakan jenis kegiatan membaca yang

diberikan dalam upaya membantu siswa untuk memperoleh informasi

sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sangat singkat, dan siswa

dapat memahami isi bacaan secara tepat dan cermat.

b. Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Membaca

H.G Tarigan (189:20-36) menyatakan bahwa ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi terhadap kegiatan membaca cepat, yaitu :


17

1). Tingkat kesulitan bahan bacaan, misalnya kelas empat Sekolah

Dasar yang berusaha membaca bacaan teks kelas enam. Tentu

saja agak lambat dan kurang lancar. Akan tetapi kalau tekad dan

keberanian pembaca meningkat, maka tingkat kesuliatan akan

berkurang.

2). Keakraban terhadap pokok permasalahan, kekurangakraban

pembaca dengan topik bacaan akan mengurangi atau

memperlambat kecepatan membaca.

3). Kebiasan-kebiasaan yang kurang baik, seperti membaca secara

kata demi kata.

Menurut Soedarso (2006:5-8) ada enam hal yang menjadi

penghambat dalam membaca cepat.

1. Vokalisasi

Vokalisasi atau membaca dengan bersuara sangat memperlambat

membaca, karena itu berarti mengucapkan kata demi kata dengan

lengkap.

2. Gerakan Bibir

Kecepatan membaca bersuara ataupun dengan gerakan bibir

hanya seperempat dari kecepatan membaca diam. Dengan

menggerakan bibir lebih sering regresi (kembali ke belakang),

sebab ketika mata dengan cepat bergerak maju, suara pembaca

masih di belakang.
18

3. Gerakan Kepala

Cara membaca dengan menggunakan gerakan kepala sangat

menghambat membaca, sebab menggerakan mata itu lebih cepat

dan lebih mudah dari pada menggerakan kepala.

4. Menunjuk dengan Jari

Cara membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain itu

sangat menghambat membaca sebab gerakan tangan lebih lambat

daripada gerakan mata.

5. Regresi

Kebiasaan membaca selalu kembali (regresi) ke belakang untuk

melihat kata atau beberapa kata yang baru dibaca itu menjadi

hambatan yang serius dalam membaca.

6. Subvokalisasi

Subvokalisasi juga menghambat karena pembaca menjadi lebih

memperhatikan bagaimana melafalkan secara benar dari pada

berusaha memahami ide yang terkandung dalam kata-kata yang

dibaca.

c.Teknik Membaca Cepat

Antony dalam Kosadi Hidayat (1986:1) menyebutkan bahwa

strategi suatu tehnik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Ada

tiga macam strategi atau teknik dalam kegiatan membaca cepat antara

lain :
19

1. Membaca Sepintas (Scanning)

Mikulecky (1991, dalam M. Hafidz Jamil 2008:1) menjelaskan

scanning adalah keterampilan membaca yang bertujuan

menemukan informasi khusus dengan sangat cepat. Sedangkan

H.G Tarigan (1983:31) berpendapat : ”Scanning adalah teknik

membaca sekilas tetapi teliti dengan maksud menemukan

informasi tertentu dari bahan bacaan”.

2. Membaca Sekilas (Skimming)

Mikulecky (1990 dalam Tim Dosen UPI 208:109) menjelaskan

bahwa skimming kesamaan dengan scanning yaitu memerlukan

kecepatan membaca yang tinggi”. Skimming menuntut pembaca

memiliki kemampuan memproses teks dengan cepat guna

memperoleh gambaran umum mengenai teks tersebut.

3. Membaca Teliti (Close Reading)

H.G Tarigan (1983:33) berpendapat bahwa membaca teliti atau

membaca cermat adalah cara dan upaya untuk memperoleh

pemahaman sepenuhnya atas suatu bahan bacaan. Sedangkan

menurut Moh. Surya (2004, dalam M. Hafidz Jamil 2008:18),

mengatakan bahwa, membaca teliti adalah membaca secara aktif

dan mendalam untuk membuat hubungan, mempertimbangkan

implikasi dan argument (bukti).


20

d. Metode Mengembangkan

Beberapa metode yang pernah dikembangkan

1). Metode Gerak Mata

Metode gerak mata adalah metode yang paling banyak dipakai

dan dikembangkan orang saat ini, baik untuk pengajaran

membaca permulaan, maupun bagi siapa yang ingin

meningkatkan kecepatan membaca.

2). Metode Motivasi (minat)

Cara kerja metode ini adalah memotivasi para penulis (pembaca

yang mengalami hambatan dalam kegiatan membacanya) dengan

berbagai macam rangsangan bacaan yang menarik sehingga

tumbuh minat membacanya. Dari sini kemudian diharapkan

muncul kebiasaan membaca tinggi, yang pada akhirnya

meningkat pula kecepatan dan pemahamannya terhadap bacaan.

Pikiran yang melandasi lahirnya metode ini ialah semakin

tertarik atau berminatnya seseorang pada jenis buku tertentu,

semakin tinggi kecepatan dan pemahaman seseorang.

3). Metode Bantuan

Metode ini yang pernah dikembangkan untuk meningkatkan

kecepatan dan kecermatan membaca anak didik adalah melatih

kecepatan membaca itu dengan bantuan alat.

Ketika seorang membaca (melihat baris-baris bacaan), gerak

matanya dipercepat dengan bantuan alat yang berupa ujung


21

pensil, ujung jari, atau alat petunjuk khusus dari kayu. Gerak

mata dibantu oleh ujung alat yang digunakannya. Pertama

dengan kecepatan rendah, kemudian dipercepat, dan terus

dipercepat.

Jadi, kecepatan mata mengikuti kecepatan gerak alat.

4). Metode Kosakata

Metode kosakata adalah metode yang mengembangkan

kecepatan membaca melalui pengembangan kosakata. Artinya

metode ini mengarahkan perhatian pada aspek perbendaharaan

kata seorang pembaca. Dasar pikiran metode ini sudah jelas,

yaitu semakin besar dan semakin banyak perbendaharaan kata

seseorang, semakin tinggi kecepatan pembacanya.

e.Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Cepat

Depdikbud (1994:2) menjelaskan bahwa ada empat langkah

dalam pelaksanaan pembelajaran membaca cepat, antara lain :

1). Untuk menghindari pemusatan perhatian dan langkah mundur

mengulang bagian yang sudah dibaca sebelumnya, guru

membicarakan bagian yang diperkirakan sulit.

2). Siswa diberi kesempatan membaca suatu bacaan dengan cepat

dalam waktu yang telah ditentukan dengan aba-aba guru, baik

waktu mulai maupun waktu mengakhirinya. Kemudian


22

memberikan batas mengenai bahan yang sudah dibaca dan

menghitung jumlah kata yang telah dibacanya.

3). Siswa diberi tugas menyebutkan atau melukiskan bagian yang

penting, mungkin berupa kata kunci, kalimat atau paragrafh.

4). Pada bagian akhir latihan membaca cepat, guru memberikan tes

untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menangkap isi

bacaan yang telah dibaca.

3. Penerapan Model Literature Based Intruction

Model Pembelajaran ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan

siswa dalam membaca dan berinteraksi dengan teks. Kegiatan

pembelajaran difokuskan pada membaca pada tempat yang telah

disediakan oleh guru seperti halaman sekolah atau perpustakaan dan kelas

(ruangan).

Model pembelajaran ini dapat dikembangkan untuk mengajarkan

sejumlah keterampilan proses membaca. Seperti :

a. Model Literature Based Intruction (LBI) 1

Model LBI 1 ini ditujukan untuk meningkatkan kecepatan dan

kecermatan siswa dalam mengatur fokus pandangan mata.

b. Model Literature Based Intruction (LBI) 2

Model LBI 2 ini ditujukan untuk meningkatkan kecepatan dan

kecermatan siswa dalam mengatur gerakan (arah) fokus pandangan

mata pada teks.


23

c. Model Literature Based Intruction (LBI) 3

Model pembelajaran LBI 3 ini ditujukan untuk meningkatkan

keterampilan siswa dalam mengorganisasikan gerakan dan fokus

pandangan pada saat membaca. Salah satu aspek yang harus dipahami

oleh guru bahwa gerakan dan proses membaca adalah bersifat

multidimensial dan dinamis. Bersifat multidimensial, artinya gerakan

pandangan mata pada saat proses membaca tidak selalu satu arah

(misalnya : dari kiri ke kanan) melainkan multiarah. Bersifat dinamis,

artinya fokus pandangan mata pada saat proses membaca tidak bersifat

(berhenti) pada satu titik melainkan bergerak seiring dengan symbol

(huruf) yang ada tulisan.

Dalam penelitian ini penulisan menggunakan Model Literature Based

Intruction (LBI). Model ini ditujukan untuk meningkatkan kecepatan dan

kecermatan siswa dalam meresfon data tulisan (teks) yang tidak permanen

(Sepintas/Flash). M. Hafidz Jamil 2008:23.

Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah :

1. Menyediakan bermacam-macam buku atau teks bacaan pendek sesuai

dengan jumlah siswa.

2. Guru membagikan buku, siswa membaca dengan terlebih dahulu

menyimak penjelasan guru.

3. Siswa membaca di depan kelas satu persatu.

4. Siswa menjawab pertanyaan.

5. Mengumpulkan hasil
24

B. Kajian Hasil Temuan

Penelitian yang dilakukan Nining Eti Fasocah (2004) dengan judul upaya

guru melatih membaca cepat dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia

untuk meningkatkan kemampuan bernalar siswa. Hasil Penelitian menunjukan

sebagai berikut :

1. Strategi membaca yang tepat dapat meningkatkan kemampuan

bernalar siswa melalui membaca sekilas (skimming), membaca

Sepintas (Scanning) dan membaca teliti (Close Reading).

2. Proses pembelajaran membaca cepat pada siswa telah menunjukan

adanya kemajuan dan peningkatan dalam kemampuan bernalar siswa.

Penelitian Luhis (2004) dengan judul membaca cepat sebagai alat untuk

memperoleh informasi pemahaman bacaan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa

pengaruh kemampuan membaca cepat terhadap kemampuan memperoleh

informasi pemahaman isi bacaan dihasilkan angka korelasi yang menunjukan

angka yang sempurna.

C. Kerangka Berfikir

Lemahnya prestasi siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah kemampuan efektifitas membaca. Kemampuan membaca meliputi dua

komponen utama, yakni kemampuan membaca atau kecepatan membaca dan

pemahaman isi wacana. Dalam penelitian yang peneliti lakukan, peneliti

menemukan masih banyak siswa yang kemampuan membaca cepatnya kurang

maksimal dan rendahnya pemahaman siswa menangkap dengan cepat isi bacaan.
25

Dalam proses mengajar metode mempunyai peran yang sangat penting dan

merupakan salah satu penunjang utama keberhasilan guru dalam mengajar.

Keberhasilan suatu metode atau strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara

guru menggunakan metode pembelajaran tersebut.

Purwanto (1999:70) berpendapat bahwa ”Metode mengajar adalah cara-

cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya agar guru berhasil dalam

mengajar mencapai tujuannya atau mengenai sasarannya”.

Metode yang sering digunakan oleh guru adalah metoe konvensional

karena metode ini banyak kelemahannya sehingga guru perlu mencari metode

lain. Penggunaan metode/model Literature Based Intruction (LBI) dalam

menerangkan pokok bahasan tentang membaca cepat menuntut siswa benar-benar

aktif, cermat, dan dapat menumbuhkan sifat yang kreatif.

D. Hipotesis Tindakan

Hipoteisi merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau sub

masalah yang ditujukan oleh peneliti, yaitu suatu dugaan yang bakal terjadi jika

suatu tindakan dilakukan (E. Yusnandar : 2008).

Jika menggunakan Model Literature Based Intruction (LBI) dalam

kegiatan membaca cepat, maka siswa dapat membaca dengan cepat dan dapat

memahami pesan yang ada dalam teks bacaan.

Anda mungkin juga menyukai