Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PAPER

MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA


PEMBELAJARAN BERBASIS TI
Dosen Pengampu: Dr. Kundharu Saddhono, S.S, M. Hum

Disusun Oleh:
Vicky Alvianto (K1217077/A)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019
Keterampilan Membaca Nyaring

1. Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berahasa bisa dikatakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan


informasi, gagasan dan pesan yang ada dalam pikiran seseorang, media penyampaiannya bisa
melalui lisan atau tulisan. Bahasa juga memiliki peran sentral demi terciptanya masyarakat
yang santun dan beradab. Belajar berbahasa tidak sama dengan belajar tentang bahasa.
Belajar berbahasa merujuk kepada belajar empat keterampilan berbahasa: menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dalam belajar empat keterampilan tersebut, tentunya
dibutuhkan pengetahuan tentang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik bahasa yang
sedang dipelajari (Yahya et al., 2018)

Pendidikan yang ada di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu
bidang studi yang diajarkan di sekolah. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-
usaha yang dapat membawa serangkaian keterampilan. Keterampilan tersebut erat
hubungannya dengan proses-proses yang mendasari pikiran. Semakin terampil seseorang
berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. (Siti et al., 2013). Dalam
keterampilan berbahasa, pembelajaran bahasa dan sastra diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk dijadikan alat komunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara tertulis maupun lisan.

2. Pengertian Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh suatu
informasi melalui media teks. Kegiatan membaca juga bisa dikatakan aktivitas mental
memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulis. Seseorang harus memahami
atau mengerti ide-ide dari bacaan tersebut. Membaca sebagai suatu proses yang dilakukan
serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Harsono et al., 2012). Membaca adalah
kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan oleh pihak lain melalui sarana
tertulis.

Membaca uji kompetensi dimaksudkan untuk mengukur kompetensi peserta tes untuk
memahami isi informasi yang terkandung dalam teks. Oleh karena itu, bahan bacaan teks
yang diuji harus mengandung informasi yang ada menuntut untuk dipahami. Secara umum,
wacana yang layak dijadikan bahan ujian kompetensi membaca tidak banyak berbeda dengan
materi tes kompetensi menyimak (Rahmawati et al., 2018). Jadi membaca merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh suatu informasi melalui media
teks.

3. Jenis-Jenis Membaca

Jenis-jenis membaca terdiri dari membaca nyaring, membaca dalam hati lalu didalam
membaca dalam hatu dibedakan lagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca
intensif. Membaca ekstensif dibagi menjadi tiga yaitu membaca survey, membaca sekilas,
dan membaca dangkal. Lalu dalam membaca intensif dibedakan menjadi dua yaitu membaca
telaah isi dan membaca telaah bahasa, namun didalam membaca telaah isi masih dicabangkan
menjadi empat yaitu membaca teliti, membaca pemahaman, membaca keritis, membaca ide.
Serta membaca telaah bahasa dibedakan menjadi dua yaitu membaca bahasa dan membaca
sastra.

Membaca dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu membaca nyaring dan membaca
dalam hati. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang
dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat
menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan,
sikap, ataupun pengalaman penulis. Sedangkan membaca dalam hati adalah membaca yang
dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya (Lestariningsih, 2009).
Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (1) membaca ekstensif
dan (2) membaca intensif. Lalu dalam membaca intensif dapat dibedakan menjadi dua yaitu
membaca telaah isi dan telaah bahasa. sedangkan menurut (Tarigan, 2008). Jenis-jenis
membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati. Membaca
nyaring terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey,
membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari:
membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari: membaca
teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide.

4. Tujuan Membaca

Tujuan membaca yaitu untuk memperoleh banyak manfaat baik pengetahuan, informasi,
kesenangan, dan lain sebagainya. Membaca nyaring juga melatih individu agar memiliki
kemampuan dalam mempergunakan pengucapan yang baik, benar serta sesuai dengan bahan
bacaan, melakukan aktivitas membaca tanpa mesti harus melihat materi bacaan, membaca
memakai intonasi nada serta lagu yang tepat juga jelas (Maryani et al., 2017). Macam-macam
tujuan membaca yaitu: (1) kesenangan; (2) menyempurnakan membaca nyaring; (3)
menggunakan strategi tertentu; (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; (5)
mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahuinya; (6) memperoleh
informasi untuk laporan lisan atau tertulis; (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; (8)
menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu
teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur teks; (9) menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang spesifik. sedangkan menurut (Nurhadi, 1987) menyebutkaan bahwa tujuan
membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh
keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberi penilaian terhadap
karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang.
Sebaliknya, secara umum, tujuan membaca adalah: (1) mendapatkan informasi, (2)
memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan.

5. Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca menjadi dasar seorang peserta didik guna mencapai pendidikan
dan kehidupan sehari-hari karena membaca menguasai berbagai macam pelajaran bidang
studi di sekolah. Membaca adalah salah satu keterampilan dasar yang harus dipelajari oleh
pelajar dalam bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar yang merupakan tingkat membaca awal
mengingat tugas-tugas pembelajaran lain yang pelajar akan terkena selama periode
akademiknya di sekolah dasar (Enighe & Afangideh, 2018). Jika, anak masih sulit membaca
maka anak akan mengalami banyak hambatan dalam proses belajar yang lainnnya. Namun
ternyata masih banyak kita temukan masalah anak yang mengalami kesulitan dalam belajar
atau membaca.

Kemampuan kognitif merupakan kelompok keterampilan mental yang esensial pada


fungsi-fungsi kemanusiaan. Melalui kemampuan kognitif tersebut memungkin- kan manusia
mengetahui, menyadari, mengerti, menggunakan abstraksi, me- nalar, membahas dan menjadi
kreatif (Eliastuti, 2018). Keterampilan membaca pada hakikatnya perlu dimiliki oleh setiap
orang terlebih lagi oleh peserta didik guna mancapai pengetahuan yang lebih luas. Dengan
membaca seseorang dapat mengetahui pesan yang disampaikan penulis lewat tulisan.
Kridalaksana menyatakan bahwa membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami
tulisan dalam bentuk ututan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara
bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. sedangkan
menurut (Fauziah, 2018) membaca merupakan salah satu keterampilan terpenting bagi anak-
anak. Namun banyak anak-anak tidak mendapatkan pembelajaran membaca secara memadai.
Karena belajar membaca merupakan awal bagi mereka mengenal proses belajar mengajar
yang sistematis. Oleh karena itu sudah sepatutnya ada dorongan dari guru maupun orang tua
untuk mendorong anak belajar membaca dan menjadikan anak menjadi anak yang gemar
membaca.

6. Meningkatkan Minat Membaca

Meningkatkan minat membaca berawal dari pribadi masing-masing, kita harus


membiasakan diri untuk tetap membaca, walaupun awalnya malas namun lama-kelamaan
akan menjadi candu. Semakin orang banyak membaca buku, semestinya akan semakin cepat
kemampuan bacanya. Minat membaca masyarakat Indonesia masih rendah, kondisi saat ini
tercatat satu buku dibaca sekitar 80.000 penduduk Indonesia. (Schunk et al., 2010) juga
menyampaikan tokoh-tokoh sejarah dalam pendidikan seperti Dewey dan Thorndike
menyatakan bahwa minat penting untuk belajar dan prestasi, tetapi sedikit penelitian
dilakukan terhadap minat membaca. Sementara itu, minat membaca merupakan faktor
intrinsik yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman siswa. Minat menjelaskan
seberapa besar tingkat kepedulian siswa terhadap bacaan yang dihadapinya. Meski
keterampilan membaca merupakan keterampilan yang diajarkan di sekolah, namun budaya
membaca siswa masih rendah. Hasil pengamatan peneliti di lingkungan sekolah dan kampus,
perpustakaan sekolah merupakan tem- pat yang kurang diminati pengunjung dibanding- kan
dengan kantin sekolah atau kampus (Romafi, 2015).

Ibarat kendaraan bermotor, jika sudah masuk ke gigi dua maka akan meningkat ke gigi
tiga, empat dan seterusnya. Begitu juga seperti kata pepatah “ sedikit demi sedikit lama-lama
menjadi bukit “, jadi walaupun awalnya siswa tersebut kurang biasa dalam membaca lancar,
tetapi dengan semangat kegigihan dan tekun untuk berlatih membaca maka tidak lah mustahil
siswa yang dari tidak bisa membca dengan lancar akan menjadi lancar membaca. Sedangkan
menurut (Darmono, 2001). Minat baca tumbuh dari pribadi masing-masing seseorang,
sehingga untuk meningkatkan minat baca perlu kesadaran setiap individu. Negara-negara
maju, adalah Negara yang minat baca masyarakatnya tinggi. Oleh karena itu minat baca
menduduki posisi penting bagi kemajuan suatu bangsa.

7. Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas serta menjadi
strategi atau alat yang digunakan untuk meningkatkan minat siswa dalam membaca dan
membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan membaca. Membaca nyaring adalah
alat penting untuk menumbuhkan minat siswa dalam membaca, menanggapi teks, dan
pengembangan sebagai pembaca seumur hidup (Walker-dalhouse et al., 2011). Sedangkan
menurut (Pergams et al., 2010) Membaca nyaring adalah strategi pembelajaran yang biasa
digunakan untuk membantu anak muda siswa mengembangkan keterampilan pemahaman
bahasa dan dalam melek huruf orang dewasa dan kursus bahasa untuk membantu siswa
menguasai pengucapan kata-kata, tata bahasa, dan intonasi.

8. Keterampilan Membaca Nyaring

Keterampilan dalam membaca nyaring adalah lafal harus jelas dan tepat, kecepatan mata
dan suara, intonasi harus baik, serta jeda yang memiliki peran pentingdalam keterampilan
membaca nyaring karena jika penjedaannya salah bisa merubah makna bacaan. Aspek - aspek
yang perlu diperhatikan ketika melakukan kegiatan membaca nyaring adalah sebagai berikut.
1. Ucapan atau lafal harus jelas. Maksudnya, huruf dan kata-kata yang diucapkan harus
benar, tepat dan jelas. 2. Jeda atau perhentiannya harus tepat. Maksudnya, cara memenggal
kata- katanya harus sesuai dengan arti yang dimaksud. Perhatikan contoh di bawah ini. a.
Kucing // makan tikus mati b. Kucing makan // tikus mati c. Kucing makan tikus // mati 3.
Lagu kalimat atau tinggi-randahnya suara harus tepat. Tujuannya agar maksud kalimat itu
jelas, apakah itu kalimat berita, tanya, atau perintah. Lagu kalimat atau tinggi-rendah suara
disebut juga dengan intonasi 4. Tempo adalah cepat atau lambatnya membaca. Jika terlalu
cepat membaca, pendengar akan sulit mengerti (Kelana, 2016).

Membaca nyaring di sekolah dasar menuntut adanya keterampilan-keterampilan yang


harus dikuasai siswa. Kelas 1 meliputi keterampilan mempergunakan ucapan yang tepat;
mempergunakan frase yang tepat; memiliki sikap yang baik dan merawat buku dengan baik;
menguasai tanda baca sederhana seperti titik (.), koma (,), dan tanda tanya (?). Kelas II
meliputi keterampilan membaca dengan terang dan jelas; membaca dengan penuh perasaan,
ekspresi; dan membaca tanpa terbata-bata. Kelas III meliputi keterampilan membaca dengan
penuh perasaan, ekspresi dan mengerti serta memaham bahan bacaan. Kelas IV meliputi
keterampilan memahami bahan bacaan pada tingkat dasar dan kecepatan mata dan suara: 3
patah kata dalam satu detik. Kelas V meliputi keterampilan membaca dengan pemahaman
dan perasaan; beragam kecepatan membaca nyaring sesuai bacaan; dan membaca terus-
menerus melihat pada bacaan. Kelas VI meliputi keterampilan membaca nyaring dengan
penuh perasaan atau ekspresi dan membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri)
dengan mempergunakan frase atau susunan kata yang tepat. Dalam membaca nyaring
penglihatan dan ingatan juga turut aktif (Rahayu et al., 2016).

9. Tujuan Membaca Nyaring

Tujuan membaca nyaring adalah mampu mempergunakan ucapan dengan jelas, tepat,
tidak terbata-bata. Membaca nyaring juga bisa digunakan untuk metode menghafal, menulis
dan juga memahami. tujuan membaca nyaring untuk menghafal, Peserta berpendapat bahwa
membaca nyaring membantu mereka menghafal teks, baik sebagai bagian dari pembelajaran
bahasa, ibadah agama dan lain-lain. Untuk memahami, dengan cara yang sama, para peserta
berbicara tentang membaca teks yang secara konseptual menantang dan / atau linguistik yang
rumit agar dapat memahaminya dengan lebih baik. Untuk menulis, membaca nyaring kadang-
kadang disajikan sebagai bagian dari proses penulisan. (Duncan, 2014) Sedangkan menurut
(Dalman, 2014) tujuan metode membaca nyaring yaitu agar seseorang mampu
mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas, dan tidak terbata-bata, membaca
dengan tidak terus menerus melihat pada bahan bacaan, membaca dengan menggunakan
intonasi dan lagu yang tepat dan jelas.

10. Manfaat Membaca Nyaring

Manfaat membaca nyaring bisa membangkitkan semangat, tenaga baru bagi siswa dalam
membaca, serta menambah informasi dan memperkaya kosakata. Apabila pembaca
menemukan kata-kata yang sulit dicerna maka pembaca disarankan untuk mencoba dengan
keras kata-kata tersebut (Rahim, 2005) Membaca dengan keras disini adalah membaca
dengan bersuara, sehingga telinga lain pembaca ikut mendengarkan.

Membaca dengan keras merupakan kebalikan dari membaca secara batin atau membaca
dalam hati. Dengan melakukan kegiatan membaca dengan keras, pembaca akan mendapatkan
tenaga baru dalam membaca. Selain itu, seperti yang dikemukakan Gruber, 1993 (melalui
Farida Rahim, 2009) mengemukakan lebih rinci manfaat dan pentingnya membaca nyaring
untuk siswa adalah sebagai berikut. a. Memberikan contoh kepada siswa proses membaca
secara positif. b. Mengekspos siswa untuk memperkaya kosakatanya. c. Memberi siswa
informasi baru. d. Mengenalkan kepada siswa dari aliran sastra yang berbeda-beda. e.
Memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya imajinasinya (Sari, 2014).
11. Kelebihan dan Kelemahan Membaca Nyaring

Kelebihan membaca nyaring bisa menambah kepercayaan diri, aktif dan melatih untuk
membaca dalam kelompok. Sedangkan kelemahan membaca nyaring bisa menimbulkan
kegaduhan di dalam kelas serta menyita banyak energi. Kelebihan membaca nyaring, temuan
yang disajikan di sini mirip dengan literatur dalam sejumlah cara. Guru dan sebagian besar
muridnya tampaknya melihat nilai seperti kenikmatan, peningkatan kosa kata dan
pengembangan kepercayaan diri. (Nambi, 2019). Guru memberikan apersepsi dengan
menggali pengalaman siswa dalam membaca dan menulis puisi. Bila sudah membaca puisi
hasil karya orang lain serta pernah menulis puisi tentang tema tertentu. Guru bertanya jawab
tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan puisi, baik membaca maupun menulis
puisi (Kumalasari et al., 2013). Selain memiliki kelebihan, membaca nyaring juga memiliki
kelemahan.

Membaca nyaring akan menyita banyak energi, akibatnya pelajar akan cepat lelah, tingkat
pemahaman membaca nyaring lebih sedikit dari pada membaca diam sebab pelajar lebih
disibukkan melafalkan kata-kata dibandingkan dengan memahami isi bacaan. Membaca
nyaring dapat menimbulkan kegaduhan kadang-kadang dapat mengganggu orang lain”.
Kesulitan atau kelemahan membaca nyaring yang biasanya dihadapi siswa adalah memahami
teks, mengetahui kata-kata dalam teks dan pemahaman yang kurang mengenai pesan dari
teks. siswa tahu kata-kata tetapi tidak tahu arti dari teks. Beberapa mahasiswa mengetahui arti
dari kata-kata atau kosakata dari teks tetapi tidak bisa mendapatkan pesan teks. Dan ada
beberapa siswa yang tidak tahu makna teks sama sekali. (Syahadati et al.,2017) jadi kelebihan
membaca nyaring bisa menambah kepercayaan diri, aktif dan melatih untuk membaca dalam
kelompok. Sedangkan kelemahan membaca nyaring bisa menimbulkan kegaduhan di dalam
kelas serta menyita banyak energi.
REFERENSI

Dalman, D. (2014). Keterampilan Membaca (1st ed.). Jakarta: Rajawali Pers.

Darmono, D. (2001). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Duncan, S. (2014). Reading aloud in Lewisham : an exploration Literacy, 49, 84–91.


https://doi.org/https://doi.org/10.1111/lit.12046

Elly Syahadati, Desi Sri Astuti, H. A. (2017). Hubungan Antara Keterampilan Membaca
Dengan Self Esteem Mahasiswa, 7(2), 318–325.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31571/bahasa.v7i2.1012

Enighe, J., & Afangideh, M. E. (2018). Developing Reading Skills in Beginning Readers in
Nigerian Primary Schools towards the Millennium Development Goals, 9(6), 1160–
1167. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17507/jltr.0906.05

Fauziah, H. (2018). Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan Membaca Menulis


Permulaan Siswa Kelas I Mi, 4, 173–184.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.32332/elementary.v4i2.1241

Harsono, A. S. R., Fuady, A., & Saddhono, K. (2012). Pengaruh Strategi Know Want To
Learn ( Kwl ) Dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa
Smp Negeri Di Temanggung, 1(3), 53–64.

Kelana, kelana. (2016). Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk Meningkatkan


Kemampuan Membaca Nyaring Siswa Kelas Iv Sd Negeri 013 Pagaran Tapah
Darussalam, 5(3), 61–71. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v5i3.3894

Kumalasari, I., Setiawan, B., & Saddhono, K. (2013). Penerapan Metode Quantum Learning
Dengan Teknik Pengepuisi Pada Siswa Sekolah Dasar, 2(April), 1–13.

Lestariningsih, L. (2009). Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring Dengan Teknik


Balainang Melalui Media Buku Bergambar Pada Siswa Kelas 1 Sd Negeri
Karangduren 3 Tengaran Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Maguna Eliastuti, N. I. (2018). Keefektifan Membaca Menggunakan Metode Struktural


Analitik Sintetik ( Sas ) Pada Siswa yang Kesulitan Membaca, 10(01), 33–42.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/deiksis.v10i01.2265

Mokh. Yahya, Andayani, K. S. (2018). Hubungan Penguasaan Kosakata Dengan Kesalahan


Diksi Dalam Kalimat Bahasa Indonesia Mahasiswa Bipa Level Akademik, 1(2), 53–67.
https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-b-000238666

Nambi, R. (2019). Secondary School Students ’ Experiences with Reading Aloud in Uganda :
A Case Study, 10(2), 224–231. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17507/jltr.1002.02

Novi Maryani, Muhammad Ichsan, K. K. (2017). Signifikansi Metode Guide Reading


Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Teori Membaca Nyaring Guide Reading
Method On Students ’ Learning Motivation In Reading Loudly Lesson, 4(2), 126–139.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30997/dt.v4i2.924

Nurhadi, N. (1987). Membaca Cepat Dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA3 Malang.

Pergams, B. O. R. W., Jake-matthews, C. E., & Mohanty, L. M. (2010). A Combined Read-


Aloud Think-Aloud Strategy Improves Student Learning Experiences in College-Level
Biology Courses. College Science Teaching, 47(5), 10.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17507/jltr.0906.05

Rahayu, W., Winoto, Y., & Rohman, A. S. (2016). Kebiasaan Membaca Siswa Sekolah
Dasar, 4(2), 152–162. https://doi.org/10.24252/kah.v4i25

Rahim, F. (2005). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahmawati, L. E., Suwandi, S., Saddhono, K., & Setiawan, B. (2018). Prototype of
Indonesian Reading Test For The Foreign Students, 263(Iclle), 125–134.

Romafi, T. M. (2015). Hubungan Minat Membaca, Fasilitas Orang Tua, Dan Pemberian
Tugas Membaca Dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa, 2(2), 185–199.
https://doi.org/https://doi.org/10.21831/lt.v2i2.7377

Sari, Y. A. (2014). Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Media Cerita


Bergambar Siswa Kelas Iib Sdnegeri Panggang, Bantul Tahun Ajaran 2013/2014.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Siti, M., Andayani, & Saddhono, K. (2013). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita
Dengan Menggunakan Metode Picture And Picture Pada Siswa Sekolah Dasar.
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya, 2(1), 1–
10.

Tarigan, H. G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Walker-dalhouse, D., Ph, D., & Nagwabi, R. C. (2011). Reading Engagement of Preservice
Teachers : Impact of a reading-aloud initiative, 37(1), 34.
https://doi.org/10.1111/lit.12046

Anda mungkin juga menyukai