OLEH :
BANYUWANGI
2020
UJI HIPOTESIS DUA SAMPEL
Uji hipotesis dua sampel dilakukan dengan cara memilih sampel acak dari dua populasi
yang berbeda untuk menentukan apakah rata-rata populasi atau proporsinya sama. Jika populasi
memiliki rata-rata sama maka dapat diperkirakan bahwa selisih rata-rata antara kedua sampel
adalah nol. Menguji hipotesis bahwa rata-rata kedua populasi yang saling bebas dengan
simpangan baku populasi yang diketahui adalah sama. Diperlukan untuk mengambil beberapa
pasangan sampel, menghitung rata-rata masing-masing sampel, menentukan selisih antara rata-
rata sampel dan mempelajari distribusi dari selisih rata-rata sampel. Jika distribusi rata-rata
sampel mengikuti distribusi normal maka dapat dipertimbangkan bahwa distribusi selisihnya
juga mengikuti distribusi normal. Hal ini merupakan hambatan awal.
Hambatan kedua mengacu pada rata-rata dari distribusi selisihnya. Jika selisihnya nol maka tidak
ada perbedaan antara kedua populasi. Jika distribusi selisihnya bukan nol (positif maupun
negatif) maka populasi tidak memiliki rata-rata sama.
Hambatan terakhir ialah mengetahui sesuatu mengenai variabilitas distribusi selisihnya (standar
deviasi dari distribusi selisihnya). Jika populasi saling bebas, distribusi seilisihnya memiliki
variansi (standar deviasi kuadrat) yang sama dengan penjumlahan dari kedua variansi pada
populasi yang berbeda. X 1 −X 2 merupakan distribusi selisih rata-rata sampel.
2 σ12 σ22
Variansi Dari Distribusi selisih rata−rata σ X − X = + [11-1]
1
n1 n2
2
Standar deviasi atau kesalahan baku diperoleh dengan menggunakan akar kuadrat.
X 1−X 2
Ujirata−rata2 sampel−σ diketahui z=
σ12 σ 22 [11-2]
√ +
n1 n2
Contoh : Sampel 65 pengamatan sipilih dari suatu populasi dengan standar deviasu populasi
0,75. Rata-rata sampel adalah 2,67. Sampel 50 pengamatan dipilih dari populasi kedua dengan
standar deviasi populasi 0,66. Rata-rata sampelnya 2,59. Lakukan uji hipotesis berikut
menggunakan tingkat signifikansi 0,08.
Jawab : Untuk menjawab ini menggunakan prosedur uji hipotesis 5 tahap. Selisih rata-rata = 0,08
0,08
√ +
n1 n2
z= =0,607
0,75 2 0,66 2
√ 65
+
50
Karena nilai hitung 0,607 tidak lebih besar dari nilai kritis, maka H 0 tidak ditolak
Setiap benda atau seseorang yang diambil sampelnya dapat digolongkan sebagai suatu
“keberhasilan” atau suatu “kegagalan”. Untuk mengadakan pengujian diasumsikan bahwa setiap
sampel cukup besar, sehingga distribusi normal akan menjadi pendekatan yang baik dari
distribusi binomial
P1−P2
Uji Proporsi 2 sampel z=
Pc (1−Pc )
√ n1
+ Pc ¿¿ ¿
X 1+ X 2
Proporsi gabungan Pc =
n 1+ n2
Contoh : Sampel 100 pengamatan dari populasi pertama menunjukkan bahwa X 1 sebesar 70.
Sampel 150 pengamatan dari populasi kedua menunjukkan bahwa X 2 sebesar 90. Gunakan
tingkat signifikansi 0,05. Diketahui H 0 :π 1 ≤ π 2 dan H 1 : π 1 > π 2
Jawab : Untuk menjawab menggunakan prosedur uji hipotesis 5 tahap. Berdasar hipotesis yang
ada menggunakan uji satu sisi. Daerah penolakan berada di sebelah kanan. Titik kritis 1,65.
P1−P 2
z= 0,7−0,6
Pc (1−P c ) ¿
√ n1
+ P c ¿ ¿ ¿ √0,64 ¿ ¿¿ ¿
Jika dalam sebuah kasus standar deviasi populasi tidak diketahui maka sebagai gantinya
kita bisa menggunakan standar deviasi sampel.
Bagian ini menggambarkan metode lain untuk membandingkan rata-rata sampel dari dua
populasi yang saling bebas untuk ditentukan jika populasi yang diambil sampelya bisa jadi
memiliki rata-rata yang sama. Metode ini tidak memerlukan standar deviasi populasi. 2
perbedaan penting dalam pengujian ini dan sebelumnya :
1. Diasumsikan populasi yang diambil sampelnya memilik standar deviasi yang sama
meskipun tidak diketahui. Dengan asumsi tersebut, kita menyatukan atau
“menggabungkan” standar deviasi sampel
2. Menggunakan distribusi t sebagai statistic pengujian
Standar deviasi sampel dikumpulkan untuk membentuk perkiraan tunggal dari standar deviasi
populasi yang tidak diketahui. Pada dasarnya, kita menghitung rata-rata terbobot standar deviasi
kedua sampel dan menggunakan nilainya sebagai perkiraan standar deviasi populasi yang tidak
diketahui. Pembobotannya adalah derajat kebebasan yang setiap sampel berikan. Untuk
menggabungkan standar deviasi sampel :
2 ( n1−1 ) s1 2+ ( n2−1 ) S2 2
Sp =
n1 +n2−2
X 1−X 2
Ujirata−rata2 sampel−σ tidak diketahui t=
1 1
√ Sp 2
( +
n1 n2 )
X 1 : rata-rata dari sampel pertama
X 2 : rata-rata dari sampel kedua
Jumlah derajat kebebasan adalah total jumlah objek yang diambil sampelnya dikurangi total
banyaknya sampel. df = n1 + n2 - 2
Contoh : Diketahui H 0 :μ 1=μ2 dan H 1 : μ 1 ≠ μ 2. Sampel acak 10 pengamatan dari suatu populasi
pertama menyatakan bahwa rata-rata sampel 23 dan standar deviasinya 4. Sampel acak 8
pengamatan dari populasi lainnya menyatakan bahwa rata-rata sampel 26 dan standar deviasinya
5. Pada tingkat signifikansi 0,05, apakah terdapat perbedaan rata-rata populasi?
Jawab : Menjawab pertanyaan diatas menggunakan prosedur uji hipotesis 5 langkah. Soal ini
menggunakan uji dua sisi. Derajat kebebasan = 10 + 8 – 2 = 16. Sehinnga titik kritisnya ialah
-2,120 dan 2,2120. Kemudian tentukan niliai t , karena standar devuiasi sudah diketahui maka
penghitungan nilai t menggunakan 2 langkah :
X 1− X 2 23−26
t= = =−1,41642
1 1 1 1
√ S p2
( +
n1 n 2 ) √ 19,9375 ×( +
10 8 )
Berdasarkan nilai t yang diperoleh, maka H 0 tidak ditolak
X 1−X 2
Pengujianuntuk rata 2 sama dan variansi beda t=
s 1 2 s2 2
√ n1 n2
+
s1 2 s 2
2
n2
2
s1 2 s2 2
( ) ( )
n1
+
n2
n1−1 n2−1
Contoh : Diketahui H 0 :μ 1=μ2 dan H 1 : μ 1 ≠ μ 2. Tingkat signifikansi 0,05 dan tidak memiliki
standar deviasi populasi yang sama. Sampel acak 15 objek dari populasi pertama menunjukkan
rata-rata 50 dan standar deviasi sampel 5. Sampel 12 objek dari populasi kedua menunjukkan
rata-rata 46 dan standar deviasi sampel 15. Tentukan derajat kebebasan, kaidah keputusannya,
nilai statistic pengujiannya, dan keputusan terthadap hipotesis nol !
Jawab : Dari hipotesis tersebut maka uji menggunakan uji dua sisi.
s1 2 s2 2
df =
[( ) ( ) ] [ (
n1
+
2 2
n2
2 2
=
52
15
+
2 2
15 2
) ( )] =11,1958 ≈ 11
12
2 2
s s 5 15
( n ) + ( n ) 15 + 12 )
1
1
2
2
( ) (
n1−1 n 2−1 15−1 12−1
df 11 maka titik kritisnya dengan titngkat signifikansi 0,05 adalah -2,201 dan 2,201
X 1− X 2 50−46
t= = =0,8852
2 2
5 2 15 2
√ s1 s 2
+
n1 n 2 √ +
15 12
Berdasarkan nilai t yang telah dihitung maka hipotesis nol tidak ditolak.
Terdapat suatu situasi dimana sampelnya tidak saling bebas atau bisa disebut sampelnya terikat
atau berhubungan. Contohnya Perusahaan Maju memperkerjakan A dan B untuk menaksir nilai
tanah. Perusahaan tersebut memilih 10 sampel acak rumah untuk ditaksir oleh A dan B. Dari
sampel tersebut, setiap sampel akan mendapat 2 nilai taksiran dari A dan B. Hal ini disebut
sebagai sampel berpasangan.
d.
uji t berpasangan t =
sd
√n
sd : standar deviasi dari perbedaan antara pengamatan yang berpasangan atau yg berhubungan
∑ (d−d .)2
sd =
√ n−1