Anda di halaman 1dari 55

ASPEK IBADAH

Oleh
DJUNAIDI ISHAK, SE.,M.Si
Wakil Rektor IV UMMU dan Dosen AIK
PENGANTAR
Konsep kehidupan Islami warga Muhammadiyah
dalam ranah ibadah menegaskan bahwa:
1. Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk
senantiasa membersihkan jiwa/hati ke arah
terbentuknya pribadi yang muttaqin dengan
beribadah yang tekun menjauhkan diri dari
jiwa/nafsu yang buruk, sehingga terpancar
kepribadian yang shalih, yang menghadirkan
kedamaian dan kemanfaatan bagi diri dan
sesamanya.
Lanjutan……
2. Setiap warga Muhammadiyah melaksanakan
ibadah mahdah dengan sebaik-baiknya dan
menghidup-suburkan amal nawafil (ibadah
sunnah) sesuai dengan tuntunan Rasulullah serta
menghiasi diri dengan iman yang kokoh, ilmu
yang luas, dan amal shalih yang tulus sehingga
tercermin dalam kepribadian dan tingkah laku
yang terpuji.
Untuk dapat mewujudkan berbagai tujuan itu, maka
terlebih dahulu harus mengerti hakikat dan
makna dari konsep ibadah itu sendiri.
MAKNA SUBSTANTIF DAN URGENSI
IBADAH
Secara bahasa, kata ibadah berasal dari bahasa
Arab al-abdiyyah, al-ubudiyyah dan al-’ibadah
yang berarti: ketaatan.
Kata al-ubudiyyah identik dengan kata al-khudhu’
dan adz-dzull yang berarti ketundukan dan
kehinaan.
Oleh karena itu, kata at-ta’bid yang berarti
menundukkan diri sama dengan kata at-tadzilil
yang bermakna merendahkan diri di hadapan
Allah
Lanjutan.......
Kata al-’ibadah juga memiliki
persamaan makna dengan kata
khudu’, dan tadzallul.
Ibadah merupakan suatu bentuk
ketundukkan kepada eksistensi
tertinggi (baca: Allah) yang memberi
nikmat dan anugerah tertinggi
kepada manusia.
Lanjutan.........

Sementara itu dalam terminilogi syariat, Muhammad


Abduh menafsirkan ibadah sebagai suatu bentuk
ketundukkan dan ketaatan sebagai dampak dari rasa
pengagungan yang bersemai di dalam lubuk hati
seseorang terhadap siapa yang menjadi tujuan
ketundukkannya.
Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan dalam diri orang
yang bersangkutan bahwa obyek tujuan ibadahnya
memiliki kekuasaan yang tak dapat dijangkau oleh
sesuatu yang lain.
Dia adalah Dzat yang menguasai jiwa raganya, namun
Dia berada di luar jangkauannya.
Lanjutan..........
Majelis Tarjih Muhammadiyah, mendefenisikan
“ibadah” sebagai ber-taqarrub atau
mendekatkan diri kepada Allah, dengan jalan
mentaati segala perintah-Nya, menjauhi
larangan-larangan-Nya serta mengamalkan
segala sesuatu yang diizinkan-Nya.
Dalam beribadah, ada beberapa prinsip yang
harus dipenuhi, yaitu:
1. Menyembah Tuhan yang benar-benar berhak
disembah, yaitu Allah SWT.
Lanjutan.......
2. Dilakukan tanpa perantara (yang dibuat-
buat sendiri),
3. Dilakukan secara ikhlas.
4. Dilakukan sesuai dengan tuntunan Allah
dan Rasul-Nya,
5. Memelihara kesimbangan antara unsur
ruhani dan jasmani,
6. Tidak memberatkan dan menyusahkan
orang yang bersangkutan.
Lanjutan.......
Hasbi Ash-Shiddiqy memaparkan sejumlah
pengertian ibadah dari berbagai perspektif:
- Menurut ulama tauhid, tafsir dan hadits,
adalah: mengesakan Allah, mentakzimkan-Nya
dengan sepenuh takzim serta menghinakan
diri dan menundukkan diri kepada-Nya.
- Menurut para ulama akhlak, ibadah adalah
mengerjakan segala ketaatan badaniyah dan
menyelenggarakan segala syari’at (hukum).
Lanjutan..........
- Menurut para ahli fikih, ibadah adalah segala
ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai
keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya
di akhirat.
- Namun demikian, makna paling umum dari
ibadah adalah melakukan segala hal yang
disukai Allah dan yang diridhai-Nya baik
berupa perkataan maupun berupa perbuatan
baik yang terang maupun tersembunyi.
Lanjutan..........
Yasid Abdul Qadir Jawwaz merangkum tiga pengertian
penting ibadah, yakni:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan
melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT,
yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai
dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa
yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa
ucapan atau perbuatan, yang zahir maupun yang
batin.
Lanjutan.................
Syaikh Mahmud Syaltut mengartikan ibadah
sebagai suatu ketundukkan yang tak terbatas
bagi pemilik keagungan yang tidak terbatas
pula. Ketundukkan tersebut merupakan
manifestasi dari kerendahan hati, kecintaan
batin, serta peleburan diri dalam bentuk
yang tertinggi kepada keagungan serta
keindahan Dzat yang kepada-Nya seseorang
beribadah.
Lanjutan...........
Syaikh Ja’far Subhani mengartikan
ibadah sebagai ketundukan dan
ketaatan yang berbentuk lisan
sekaligus praktik yang timbul sebagai
dampak keyakinan tentang
ketuhanan kepada Dzat yang kepada-
Nya seseorang tunduk.
Lanjutan.................
Dari berbagai defenisi di
atas`dapat diambil kesimpulan
utama bahwa kahikat ibadah
adalah ketundukan dan
kepatuhan yang sempurna
kepada Allah SWT disertai dengan
rasa cinta kepada-Nya.
BENTUK-BENTUK IBADAH
Ibadah Umum (ghairu mahdhah), ialah ibadah yang
tidak tetentukan cara, kadar dan waktunya. Umumnya
karena ia menyangkut hubungan mu’amalah dan sosial
kemasyarakatan dalam kehidupan seseorang manusia.
Dengan melaksanakan hidup dalam berbagai aspeknya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan Allah dan Sunah Rasul.
Prinsip yang berlaku adalah segalanya boleh kecuali yang
sudah ditetapkan keharamannya oleh Allah dan atau
Rasulullah.
Mencakup seluruh aspek kehidupan: ekonomi, politik, hukum,
pendidikan, budaya seni, dll.
Lanjutan.......
2. Ibadah khusus (mahdhah), yaitu segala bentuk
aktifitas ibadah yang cara, waktu dan kadarnya telah
ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Seseorang tidak akan mengetahui ibadah ini kecuali melalui
penjelasan Allah dalam al-Qur’an dan penjelasan Rasulullah
di dalam sunnah beliau. Tatacara pelaksanaan pun harus
mengikuti sedemikian rupa seperti yang diajarkan Nabi, tak
boleh menambah dan tak boleh mengurangi.
Seperti: shalat, puasa, dan haji.
Semuanya harus dilakukan dengan apa adanya, sami’na wa
atha’na.
Salah satu fungsi dari ibadah mahdhah adalah
memperkenalkan suatu agama.
PERBEDAAN ANTARA
IBADAH MAHDHAH DAN GHAIR MAHDHAH
ASPEK IBADAH MAHDHAH IBADAH GHAIR
MAHDHAH
Hukum Al-Buthlan, artinya: Al-halal: asal ibadah
asal asal ibadah itu ghai mahdhah atau
adalah batal atau muamalah adalah
haram dikerjakan halal
Dalil Al-amr: ibadah itu An-nahyu:
harus menunggu menunggu larangan.
perintah. Tidak ada Selama tidak
perintah tidak ada dilarang, berarti
ibadah halal/boleh
Lanjutan....
ASPEK IBADAH MAHDHAH IBADAH GHAIR
MAHDHAH

Aplikasi Taufiqi: cocok dengan Ghair Mukhalafah: yang


contoh Rasul penting tidak menyalahi
atau bertentangan
dengan aturan al-Qur’an
dan Sunnah Rasul
Rasio Ghair Ta’aqquli: Ta’aqquli: semua aspek
kadang-kadang tidak ibadah ghair mahdhah
dipahami akal, tetapi mudah dipahami dan
rasio tidak boleh ikut rasio boeh ikut mengatur.
campur.
Lanjutan.....
ASPEK IBADAH MAHDHAH IBADAH GHAIR
MAHDHAH
Pemahaman Al-Ittiba’: mengikuti Al-ittiba’ wa al-fahmu:
apa adanya, baik menaati ketentuan
dimengerti maupun Rasulullah, akan tetapi
tidak dimengerti apabila ada hal-hal yang
tidak dapat dipahami
akal, mungkin karena
kesimpulan yang salah,
sehingga akal boleh ikut
campur
Lanjutan....
ASPEK IBADAH MAHDHAH IBADAH GHAIR MAHDHAH
Intervensi Mihadl: steril dari Ghair Mihadh: tidak
aturan luar. Aturan steril dari aturan luar.
yang dianggap baik Aturan dari hasil
menurut hasil pemikiran mana pun
pemikiran manusia, boleh masuk untuk
tidak berlaku dalam melengkapi aturan
ibadah mahdhah ibadah ghai mahdhah
serlama tidak
bertentangan dengan
prinsip ibadah
Kreasi baru Berlebihan dainggap Berlebihan mungkin bisa
bid’ah dhalalah menjadi bid’ah hasanah
(berlebihan yang (berlebihan yang baik).
sesat)
FUNGSI IBADAH
1. Fungsi taqarrub, yaitu: mendekatkan
diri kepada Allah.
2. Fungsi mahabbah, yaitu: untuk
memperdalam cinta kepada Allah.
3. Fungsi wasilah, yakni: untuk
menghubungkan manusia dengan
Tuhan-Nya.
Lanjutan.....
4. Fungsi thariqah, yakni: untuk membuka jalan,
agar kelak di akhirat bisa bertemu dengan
Allah.
5. Fungsi tanha ‘anil fahsya’ wa al-munkar,
yakni: untuk membangun karakter manusia
sehingga manusia berakhlak mulia, serta
menjauhi perbuatan fahsya’ (keji) dan
munkar (perbuatan yang harus diingkari).
MENGAPA MANUSIA
PERLU BERIBADAH
Manusia terdiri atas dua unsur yakni jasmani dan
ruhani.
Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai
kebutuhan-kebutuhan materil,
Sedangkan ruh manusia bersifat immateril dan
karenanya mempunyai kebutuhan spiritual.
Keduanya harus dipenuhi secara seimbang .
Seseorang yang hanya memnuhi salah salah satu
faktor dari kebutuhannya akan mengalami
ketidakseimbangan dalam hidupnya.
Lanjutan……………..
Islam mengajarkan bahwa beribadah kepada Allah-
lah yang merupakan esensi dari diciptakannya
manusia.
Manusia membutuhkan kecukupan kebutuhan
ruhani dan Islam mencukupinya dengan ibadah.
Badan, karena mempunyai hawa nafsu bisa
menyeret manusia kepada kejahatan serta
kehidupan yang tidak bersih.
Di sinilah kemudian unsur ruh harus diperhatikan.
Lanjutan.......
Ruh manusia berasal dari unsur yang suci dan mengajak
kepada kesucian.
Namun ruh ini harus dilatih sebagaimana badan manusia
juga mendapatkan latihan dan ibadahlah yang
memberikan latihan bagi ruhani yang begitu
dibutuhkan oleh manusia.
Namun demikian, meskipun manusia berkewajiban
beribadah, tunduk, serta taat kepada Allah, pada
prinsipnya Allah tidak membutuhkan sesembahan
manusia, justru manusialah yang memiliki kebutuhan
untuk menyembah Allah SWT. QS. Adz-Dzariyat/51: 56-
58.
Lanjutan.......
Selain untuk beribadah kepada Allah, kehidupan
juga merupakan tempat ujian untuk menyeleksi
mana diantara hamba-hamba-Nya yang paling
baik amalnya.
Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya
Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”. QS. Al-Mulk/67:2
Lanjutan......
Selanjutnya dalam Pedoman Hidup Islami warga
Muhammadiyah, dalam ranah ibadah dijelaskan
bahwa:
1. Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk
senantiasa membersihkan jiwa/hati ke arah
terbentuknya pribadi yang muttaqin dengan
beribadah secara tekun dan menjauhkan diri dari
jiwa/nafsu yang buruk, sehingga terpencar
kepribadian yang saleh yang menghadirkan
kedamaian dan kemanfaatan bagi diri dan
sesama.
Lanjutan......
2. Setiap warga Muhammadiyah
hendaknya melaksanakan ibadah
mahdah dengan sebaik-baiknya dan
menghidupsuburkan amal nawafil
(ibadah sunah) sesuai tuntunan
Rasulullah serta menghiasi diri dengan
iman yang kokoh, ilmu yang luas, dan
amal saleh yang tulus sehingga tercermin
dalam kepribadian dan tingkah laku yang
terpuji.
IBADAH UNTUK TAQARRUB KEPADA
ALLAH
Jika direnungkan secara mendalam, dapatlah
dikatakan bahwa tujuan paling penting dari
amalan-amalan keagamaan, adalah: untuk
mendidik pelakunya memiliki pengalaman
ketuhanan serta menanamkan kesadaran
ketuhanan yang sedalam-dalamnya.
Salah satu tujuan disyariatkan ibadah adalah dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Melalui ibadah manusia berkomunikasi dan
mendekatkan derinya kepada Allah.
QS. Al-Baqarah/2: 152
IBADAH UNTUK MENDAPATKAN
KEBAHAGIAAN
Salah satu manfaat ibadah bertambahnya
kebahagiaan.
Ketika manusia diciptakan, diberikan kepadanya
pula jiwa dan ruh. Jiwa dan ruh ini tidak akan
pernah merasakan kedamaian dan ketentraman
yang sejati kecuali dengan beribadah dan
berdzikir kepada Allah. Hanya dengan mengingat
Allah sajalah hati akan menjadi tenang.
QS. Ar-Ra’d/13: 28; An-Nisa: 13
Lanjutan........
Dalam kitab Al-Ubudiyah, Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa pada dasarnya hatii itu
membutuhkan Allah dari dua segi:
- Segi ibadah
- Segi permohonan pertolongan serta ketakwaan.
Hati tidak menjadi baik, tidak beruntung, tidak
merasakan kenikmatan, tidak gembira, tidak
nyaman, dan tidak pula merasakan kenyamanan
kecuali dengan hanya beribadah kepada Allah,
mencintainya serta kembali bertaubat kepada-
Nya.
Lanjutan........
Manfaat lain dari ibadah adalah hilangnya kecemasan dan
kekhawatiran yang merupakan salah satu dari pilar
penting bagi terbangunnya kebahagiaan.
M. Qurais-Shihab mencatat bagaimana ibadah shalat bisa
menghilangkan rasa cemas.
Menurutnya, manusia adalah makhluk yang memiliki
naluri cemas dan mengharap.
Ia selalu membutuhkan sandaran terutama pada saat-
saat cemas menghinggapinya. Shalat memberikan
peluang untuk berkomunikasi serta menyalurkan
segenap kecemasan itu kepada Tuhan.
MANFAAT IBADAH & RITUAL AGAMA,
PENGAKUAN AHLI PSIKOLOGI
1. C.G. Jung (Swiss), mengakui bahwa
berbagai ritual agama memiliki efek
batin yang sangat besar serta penting
bagi kesehatan jiwa.
Agama juga dapat memandu seseorang
untuk menemukan makna hidup yang
lebih berarti, dan juga lebih
memberikan kesiapan batin
menghadapi kematian.
Lanjutan......
H.G. Koeng juga mengemukakan hasil penelitian
yang memukau bahwa ketaatan menjalankan
agama sangat membantu mengatasi stress,
depresi, dan menurunkan tingkat kecemasan.
Ia juga mengemukakan bahwa ritual ibadah
yang sifatnya sendirian seperti sembahyang
atau membaca kitab cuci berkaitan dengan
kesehatan yang lebih besar, serta memiliki
tingkat kepuasan hidup yang tinggi.
MERAIH KEKHUSYUKAN
DALAM IBADAH
Imam Ja’far as-Shadiq dan Syaikh Muhammad al-
Gazali, bahwa ibadah yang sesungguhnya baru
dapat mewujud bila seseorang memenuhi:
1. Tidak menganggap apa yang berada dalam
genggaman tangannya (kewenangannya) sebagai
milik pribadinya, karena seorang hamba (‘abd)
tidak memiliki sesuatu pun. Apa yang dimilikinya
sesungguhnya adalah miliki siapa yang kepadanya
dia mengabdi.
Lanjutan.......
2. Menjadikan segala aktivitasnya berkisar
kepada apa yang diperintahkan oleh siapa
yang kepada-Nya dia beribadah atau
mengabdi serta menjauhi larangan-Nya.
3. Tidak mendahului-Nya dalam mengambil
keputusan, serta mangaitkan segala apa yang
hendak dilakukannya dengan seizin serta restu
siapa yang kepada-Nya dia beribadah.
Lanjutan........
Ibnu Taimiyah menambahkan bahwa hendaknya
suatu ibadah – terutama menyangkut ibadah
mahdhah- itu dikerjakan di atas`tiga landasan,
yakni:
- cinta (hubb),
- takut (khauf),
- harapan (raja’).
Qs. Al-Baqarah/2: 165
Lanjutan.......
Sayidina Ali bin Abi Thalib, menjelaskan bahwa
orang yang menyembah Tuhan terbagi ke dalam
tiga tipe:
1. Orang yang beribadah karena mengharapkan
balasan. Ibadah merupakan investasi masa
depan. Semakin banyak ia menjalankan ritual-
ritual keagamaan, semakin banyak pula imbalan
yang akan didapatkannya.
Beliau menyebutnya sebagai ibadah para pedagang,
pebinisnis.
Lanjutan.........
2. Orang menyembah Tuhan karena takut terhadap
siksa-Nya. Ibadah laksana pengabdian seorang
budak terhadap tuannya. Ia melakukan sesuatu
lantaran khawatir akan murka sang tuan.
Ia membayangkan Tuhan ibarat Sang Pemurka
yang siap menghukum hamba-Nya yang
mengabaikan perintah-Nya.
Kata beliau, orang tipe ini biasanya beribadah
semata untuk menggugurkan kewajiban.
Lanjutan.......
3. Orang beribadah karena ia sadar memang seharusnya
beribadah.
Beliau meyebutnya sebagai ibadahnya orang yang
merdeka.
Ibadah yang dihiasi dengan penuh cinta serta ketulusan.
Ibadah benar-benar menjadi penjelmaan dan ungkapan
rasa syukur seorang hamba kepada Tuhan sang
Pemberi kehidupan.
Ketika ditanya dari mana datangnya ketulusan cinta itu?
Beliau menjawab: ketulusan cinta itu muncul dari
rasa`syukur dan terima kasih yang mendalam.
KEUTAMAAN IBADAH
KEPADA ALLAH SWT
a. Ibadah merupakan bukti iman dan cinta
kepada Allah SWT (QS. 35: 15; 3: 31).
b. Merupakan konsumsi untuk
ruhiyyah/spiritual/jiwa, sebagaiman fisik
kita, apabila tidak dipenuhi akan
menjadi kelaparan dan sakit. (Hadits
tentang “kemiskinan Iman, HR. Bukhari-
Musliam).
Lanjutan.....
c. Ibadah hanya kepada Allah saja, merupakan
kemerdekaan abadi (QS. 2: 165; 39: 29) dari
segala yang hina dan fana’, karena semua
manusia pasti akan diperbudak apakah oleh
Allah SWT atau seainnya (hawa nafsu, harta,
tahta, dsbnya).
d. Ibadah merupakan ujian untuk meningkatkan
derajat seorang Mukmin (Qs. 29: 1-2; 2: 214;
33; 72).
Lanjutan……
e. Merupakan hak Allah SWT atas manusia (QS.
2:21-22; Hadits Bukhari-Muslim dari Muadz
ra).
f. Merupakan sarana untuk mendapatkan pahala
dan menhindari siksa Allah (Qs. 25: 65-66; 3:
16). Lihat doa Ibrahim as Qs. 26: 82-87).
g. Merupakan sarana untuk mendidik dan
melatih kejiwaan manusia (QS. 2: 21 dan
Hadits: al Imanu yazidu wa yanqusu).
Lanjutan....
h. Merupakan sarana untuk menghindari sifat
sombong (Qs. 7: 146; 17:44).
i. Merupakan sarana untuk berjumpa
dengan Allah SWT (QS. 20: 14; 17: 79, dan
Hadits Nabi Saw: “Arihnaa bihaa yaa
Bilaal”. Hr. Abu Daud dan “wa ju’ilat
qurratu ainii fis shalah”. HR. Ahmad
dan Nasa’i.
KLASIFIKASI
AMAL IBADAH
ASPEK MANFAAT
Amal Individu Untuk diri sendiri: Shalat, puasa, haji
Amal Populasi Untuk diri sendiri dan dan orang lain: sedekah dan
membantu orang yang membutuhkan bantuan
Amal Komunitas Amal ibadah yang bersistem dan berstruktur yang
manfaatnya untuk diri sendiri dan untuuk orang lain
dalam jumlah yang lebih banyak: membangun
masjid, sekolah, tempat olah raga, rumah sakit
gratis, dan lembaga bea siswa.
Amal Ekosistem Amal ibadah untuk meningkatkan keterkaitan antara
semua anggota ekosistem, seperti: flora, fauna, dan
energi. Contoh amalnya seperti: menanam pohon,
melestarikan hutan, menyantuni hewan, menghemat
energi, mengelola pertambangan,
dengan sebaik-baiknya.
KELOMPOK DALAM PEMAHAMAN
IBADAH
1. Kelompok yang mengamalkan Hakikat tanpa Syariat
Kelompok ini salah dalam memaknai cinta kepada Allah (hubb),
sehingga mereka seolah-olah mengarungi samudera luas
(haqiqah) tanpa penunjuk arah (syariah).
Akibatnya, mereka sesat di lautan yang luas.
Yang benar adaah bahwa semakin tinggi pendalaman hakikat
seseorang maka akan semakin sesuai dengan hukum syariat,
demikianlah Allah menegaskan (Qs. 3: 31).
Rasulullah Saw adalah manusia yang paling bertakwa, paling
dicintai Allah SWT, dan paling mengenal Allah SWT. Ia orang
yang paling tegas dan istiqamah dalam menjalankan semua
syariat. Yang kesemuanya diiukti oleh para sahabatnya ra.
Lanjutan……
2. Kelompok yang mengamalkan Syariat tanpa Hakekat.
Kelompok ini melaksanakan ibadah sekedar melaksanakan kewajiban tanpa
memperhatikan hakekatnya, sehingga ibadah tersebut tidak menambah
kepada mereka kecuali rasa lelah dan semakin jauh dari Allah SWT.
Kelompok ini sedikit rasa takunya kepada Allah SWT, padahal Allah SWT
menjadikan rasa takut (khauf) kepada-Nya sebagai para merter iman atau
tidaknya seseorang (QS. 8: 2; 50: 30).
Kelompok kedua ini akan melahirkan sifat-sifat kemunafikan.
Jika dibiarkan, mereka akan menjadi munafik sejati.
Bagi mereka, Islam hanyalah sekedar kumpulan aturan yang memberatkan,
tidak ada manfaatnya untuk dipelajari dan didalami
Yang masih tertinggal pada kelompok ini hanyalah ikatan Islam keturunan
belaka, tanpa ruh, tanpa daya dorong untuk mencintai, medekatkan diri,
apalagi memperjuangkan agama Allah di muka bumi ini.
Lanjutan…..
3. Kelompok yang mengamalkan Syariat
dan Hakekat
Kelompok ini yang sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw.
Mereka memahami bahwa hakekat ibadah adalah penghambaan diri
kepada Allah SWT , sehingga mereka selalu berusaha untuk
menghiasi dan meningkatkan kualitas ibadah mereka dengan
khusyu’, tadharru’, dan tabattul dihadapan Allah SWT,.
Mereka pun sangat mengetahui bahwa syarat diterimanya ibadah tidak
cukup dengan niat yang ikhlas dan khusyu’, tetapi harus sesuai
dengan Sunah Nabi Saw.
Mereka senantiasa berusaha menyesuaikan cara ibadah mereka
dengan Sunah, sehingga ibadah mereka sesuai dengan dalil yang
sahih, tidak ditambah, dan tidak dikurangi.
KECENDERUNGAN UMAT
DALAM BERIBADAH
1.Beban dan terpaksa
2.Kewajiban
3.Kebutuhan
4.Kenikmatan
DIMENSI SOSIAL IBADAH
Menurut Imam asy-Syatibi, ibadah memiliki dimensi
keakhiratan sekaligus keduniawian.
Ibadah dalam ajaran Islam tidak hanya
dimaksudkan dalam kerangka hubungan dengan
Allah (hablumunallah) semata, tetapi juga
mengandung dimensi sosial (hablumenannas)
yang tinggi bagi para pemeluknya.
Semua bentuk ibadah memiliki makna sosialnya
masing-masing sebagaimana dijelaskan sbb :
Lanjutan...........
1.Ibadah Shalat.
Salah satu kandungan soaial dari ibadah
shalat adalah bahwa Shalat
mengajarkan makna:
- Persaudaran dan persatuan manusia
yang begitu tinggi.
- Persamaan setiap manusia
- Kepemimpinan
Lanjutan......................
2. Ibadah Puasa
- Puasa mampu menumbuhkan kepekaan
sosial bagi pelakunya.
- Melatih dan membina orang mebjadi
dermawan dan peduli terhadap orang-
orang yang lemah.
Lanjutan............
3. Ibadah Zakat
- Secara individu, untuk membersihkan dan
mensucikan diri serta harta bendanya
- Menjadi tanda kederwanan, solidaritas,
dan kasih sayang seorang muslim
terhadap saudara-saudaranya agar bisa
ikut merasakan rezeki sebagai karunia
Allah SWT.
Lanjutan.......
4. Ibadah Haji
- Terkandung pengalaman nilai-nilai
kemanusiaan universal.
- Menanggalkan perbedaan status sosial.
- Memelihara kehidupan
- Menjauhkan diri dari keterjebakan pada
kesenangan dan kaindahan materi.
SEKIAN
WASSALAM………………..

Anda mungkin juga menyukai