Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN

MEMBACA ANAK DALAM MEMAHAMI ISI BACAAN

Oleh

CANDRA DEWI SARASWATI

candradewisaraswati@student.uns.ac.id

1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia. Dikatakan sebagai sebuah keterampilan
dikarenakan kemampuan membaca seorang individu dapat dikembangkan seiring
waktu secara bertahap, diawali dengan kemampuan mengenal huruf, selanjutnya
merangkainya menjadi sebuah kata, kemudian menjadi sebuah kalimat dan
memahaminya. Keterampilan membaca sangat memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia, karena pengetahuan apapaun tidak akan dapat dipisahkan dari
kegiatan membaca (Rahim, 2008). Membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui
media bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan, 1985). Depdikbud (1985) menuliskan
bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan
dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu,
dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Pendapat yang
lebih sederhana menyatakan bahwa membaca sebagai proses membunyikan lambang
bahasa tertulis (Saddhono, 2014: 99). Sedangkan definisi lainnya adalah suatu proses
kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis
(Anderson dalam Tarigan, 1985). Hal ini sesuai dengan membaca pada level rendah,
yang semuanya dilakukan bertahap dari proses untuk mengenal kata dan memadukan
arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, hasil akhir dari proses membaca adalah
seseorang mampu membuat intisari dari bacaan (Sandjaja, 2005). Intisari tersebut
dimaksudkan sebagai sebuah hasil akhir dari pemahaman yang nantinya akan diingat
oleh seorang individu. Kemudian mengenai hasil akhir dari proses membaca juga
berkaitan dengan beberapa hal seperti yang disampaikan bahwa membaca adalah
pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan
oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman
awal pembaca. Sehingga pemahaman diperoleh bila pembaca mempunyai
pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumya dengan apa yang
terdapat dalam bacaan (Farris, 1993).
2. Tujuan Membaca
Tujuan membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan informasi faktual, (2)
memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberi
penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5)
mengisi waktu luang. Sebaliknya, secara umum, tujuan membaca adalah: (1)
mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh
kesenangan (Nurhadi, 1989). Tujuan dan kemampuan membaca selalu bertalian erat
karena tujuan akan mempengaruhi proses dan pemahaman membaca. Seorang
pembaca dengan tujuan yang sama, bisa saja berbeda cara pencapaian tujuan tersebut.
(Saddhono & Slamet, 2014).
Tujuan dimaksudkan sebagai titik akhir yang diharapkan dari sebuah kegiatan
membaca. Maka dari itu, hendaklah menentukan tujuan yang akan dicapai sebelum
membaca agar kegiatan membaca lebih terarah.
3. Fungsi Membaca
Adapun fungsi-fungsi dari kegiatan membaca antara lain: 1) Fungsi
intelektual: dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar intelektualitas,
membina daya nalar kita; 2) Fungsi pemacu kreativitas: hasil membaca kita dapat
mendorong, menggerakkan diri kita untuk berkarya, didukung oleh keleluasan
wawasan dan pemilihan kosakata; 3) Fungsi praktis: kegiatan membaca dilaksanakan
untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan; 4) Fungsi rekreatif:
membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya yang
mengasyikan.; 5) Fungsi informative: dengan banyak membaca informatif seperti
surat kabar, majalah, dan lain-lain dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat
kita perlukan dalam kehidupan; 6) Fungsi religious: membaca dapat digunakan untuk
membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi dan meningkatkan diri
kepada Tuhan; 7) Fungsi sosial: kegiatan membaca memiliki fungsi sosial yang tinggi
manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring; 8) Fungsi pembunuh sepi: kegiatan
membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi
waktu luang. (Saddhono, 2014: 101-102).
Dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki banyak fungsi, baik bagi diri
sendiri maupun orang lain, karena pada dasarnya membaca adalah suatu kegiatan
yang dibutuhkan untuk keberlangungan kehidupan.
4. Manfaat Membaca
Selain memiliki berbagai fungsi, kegiatan membaca memiliki banyak manfaat
antara lain: 1) Memperoleh banyak pengalaman hidup; 2) Memperoleh pengetahuan
umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan; 3)
Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa;
4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dunia;
5) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan pola pikir,
meningkatkan taraf hidup dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa; 6)
Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang
menjadi cerdik pandai; 7) Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, istilah,
dan lainlain yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis;
8) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap eksistensi dan lain-
lain (Saddhono, 2014: 66).
Manfaat membaca tentunya akan diperoleh apabila kegiatan membaca telah
dilakukan secara terus-menerus. Dengan adanya proses pengulangan, kegiatan
membaca dapat menjadi sebuah kebiasaan dan bahan bacaan akan dapat diserap
dengan baik oleh pembaca.
5. Jenis-jenis Membaca
Dilihat dari sudut cakupan bahan, keterampilan membaca dapat digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Membaca
ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan secara luas antara lain bahan
bacaan yang digunakan beraneka ragam dan dibaca dalam waktu yang singkat.
Membaca ekstensif dibagi menjadi tiga, yaitu membaca survei, membaca sekilas
(skimming) dan mem‐baca dangkal (Harras & Sulistianingsih, 1997).
Membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara
seksama, yaitu hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan yang ada untuk
menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif
dibagi menjadi empat, yaitu membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis,
dan membaca ide (Harras & Sulistianingsih, 1997).
6. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan proses memaknai ide-ide tertulis dengan
interpretasi yang bermakna dan interaksi dengan bahasa, seperti yang diutarakan
bahwa “Reading comprehension is a process of making sense of written ideas through
meaningful interpretation and interaction with language” (Heilman, dkk, 1981).
Sementara definisi lain mengatakan bahwa “Reading comprehension is a result of the
interaction between the perception of graphic, symbols that represent language and
the reader’s language skills, cognitive skills and knowledge of the world. In this
process the readers try to recreate the meanings intended by the writer” (Sipay,
1996).
Dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman merupakan proses yang
didalamnya terdapat informasi yang berada dalam bacaan dan proses memaknai
informasi tersebut. Jadi, dapat diketahui makna baru dapat diperoleh dari interaksi
antara simbol-simbol tulisan dengan kemampuan bahasa, kemampuan kognitif, dan
pengetahuan membaca. Sehingga memang pada dasarnya tiap individu diharuskan
untuk memiliki kemampuan membaca pemahaman untuk dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuan, yang digunakan sebagai bahan pembicaraan dalam
kegiatan bersosialisasi. Hal itu disebabkan membaca merupakan kemampuan yang
melandasi kemampuan berliterasi lainnya (Suyono, 2005).
Membaca pemahaman melibatkan bahasa, motivasi, persepsi, pengembangan
konsep, dan keseluruhan pengalaman (Zuchdi dalam Johnson & Pearson, 2008: 23).
Membaca merupakan hal kompleks yang berkaitan dengan tuntutan memahami suatu
bacaan dengan menggunakan kemampuan-kemampuan lainnya karena pada
hakikatnya, membaca tidak hanya melafalkan tulisan, namun juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Rahim, 2005). Dalam
kegiatan membaca, dibutuhkan tanggapan kepada rangsangan yang bersifat simbolik
yakni kata‐kata yang ada dalam bacaan. Tanggapan dapat berupa penerimaan,
penolakan, dan kritik terhadap bacaan berdasarkan konsep dan pengalaman. Penilaian
membaca pemahaman dapat dilihat dari kemampuan siswa mengungkapkan kembali
isi bacaan. Siswa harus mampu mengungkapkan isi bacaan dengan bahasa baik dan
benar (Alwi dalam Iswara, 1996).
Pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: 1) menerjemahkan; 2)
menginterpretasi; dan 3) mengektrapolasi (Selversius, 1991). Berkaitan dengan
pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana diantara fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 1995). Membaca pemahaman
adalah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih
mendalam, sehingga ada kepuasan tersendiri setelah bacaan itu selesai dibaca
(Suhendar, 2007). Supaya pemahaman dapat maksimal, tentunya diperlukan strategi
yang relevan dan efektif sesuai dengan konteks bacaannya. Selain itu, juga berkaitan
dengan jenis teks dan tujuan membaca itu sendiri.
7. Pemahaman Membaca
Terdapat banyak kendala yang dijumpai dalam keberjalanan dunia pendidikan,
salah satunya adalah kendala pengembangan diri siswa yang berkaitan dengan potensi
membaca. Saat ini sudah banyak tersaji berbagai materi belajar sesuai jenjang
pendidikan yang ditempuh. Diantara berbagai materi yang disajikan, kebanyakan dari
materi tersebut disuguhkan dalam bentuk tulisan saja. Sehingga tiap siswa diminta
memiliki kemampuan membaca yang baik agar dapat memahaminya. Pemahaman
membaca merupakan salah satu komponen dari membaca dengan jelas dan juga
digunakan pada proses belajar dan hasil siswa secara keseluruhan (Pecjak, dkk, 2011).
Pemahaman membaca terdapat tiga tingkatan, yaitu: 1) Pemahaman Literal
(pemahaman mengenai ide-ide dan informasi yang eksplisit dalam bacaan); 2)
Pemahaman Inferensial (pemahaman mengenai ide-ide dan informasi yang tidak
dinyatakan secara eksplisit dalam bacaan); 3) Pemahaman Kritikal (kemampuan
menganalisis, mengevaluasi, dan bereaksi secara personal terhadap informasi yang
disajikan dalam bacaan) (Heilman, dkk, 1981). Pemahaman tiap individu dalam
memahami suatu bacaan dengan tingkatan-tingkatan tersebut dapat dipengaruhi
beberapa faktor, baik secara internal maupun eksternal. Factor internal, seperti: a)
keadaan emosi; b) karakteristik individual; c) kemahiran dalam proses decoding; d)
pengetahuan sebelumnya; e) motivasi; f) kemampuan kgnitif; g) kemampuan
pemahaman; h) intelegensi; g) minat baca; h) tujuan; i) strategi; dan j) usia.
Sedangkan factor eksternal, meliputi: a) keadaan lingkungan belajar; dan b) materi
belajar.
Namun, sering dijumpai kenyataan di lapangan bahwa siswa hanya mengerti
tulisan yang disuguhkan tanpa memahami isi bacaan tersebut. Keberhasilan
mempelajari materi pelajaran tergantung pada kompetensi pemahaman bacaan
(Sofiyatun dalam Jalilehvand, 2012). Pendapat lain menyatakan bahwa dua faktor
utama yang mempengaruhi prestasi seseorang dalam membaca serta terukur dari
pemahaman bacaan, adalah karakteristik lingkungan dan karakteristik psikologi
pembaca (Pecjak, dkk, 2011). Karakteristik lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan sekolah dan rumah, sedangkan karakteristik psikologi pembaca adalah
kognitif, metakognitif, dan motivasional-emosional. Dalam hal ini, orang tua dan guru
memiliki andil dalam mendorong potensi membaca siswa agar dapat memiliki minat
yang menggebu-gebu.

8. Minat Baca
Berbicara mengenai minat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V
diartikan sebagai gairah, keinginan, atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu. Sebenarnya minat merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat seseorang (Slamet, 2003). Minat merupakan kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati satu aktivitas disertai dengan rasa
senang. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah dorongan
melakukan sesuatu berdasarkan kesenangan tanpa adanya paksakan (Hilgard, 1962).
Apabila tiap siswa memiliki minat yang menggebu-gebu terhadap membaca, otomatis
membaca akan diberikan perhatian khusus. Kemudian minat baca adalah sikap
mencurahkan perhatian akan sikap ingin tahu yang intelektual yang bijaksana, serta
ditambah dengan suatu usaha yang konstan untuk menggali bidang-bidang
pengetahuan (informasi) baru dan adanya kesediaan untuk menyediakan waktu guna
melakukan kegiatan membaca (Tarigan, 1986). Dengan kesediaan seorang individu
dalam menyediakan waktu untuk kegiatan membaca tersebut, maka diharapkan tujuan
dari kegiatan membaca yang dimiliki masing-masing individu dapat tercapai, yang
salah satunya adalah meningkatkan kemampuannya membaca. Minat baca merupakan
keadaan siswa yang digunakan untuk memperoleh kemampuan membaca yang tinggi
(Saddhono, 2012). Sehingga dapat diketahui bahwa minat baca dan kemampuan baca
seorang individu itu berkaitan. Selanjutnya hal tersebut sesuai dengan yang
disampaikan bahwa minat baca berpengaruh terhadap kemampuan baca seseorang
dalam memahami bacaan.
9. Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
"medium" yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media dalam
pembelajaran merupakan alat perantara untuk menyampaikan pesan dari guru kesiswa
agar siswa dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran
dimaksudkan sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang mereka untuk belajar (Gagne dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 23).
Kemudian media pembelajaran digunakan untuk dapat mempengaruhi efektivitas
pembelajaran (Brown, 1973). Sehingga proses pembelajaran dapat mencapai tujuan
yang diinginkan, sesuai dengan pendapat bahwa media adalah alat bantu apa saja yang
dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran
(Djamarah & Zain, 2006: 120).

Terdapat berbagai jenis media pembelajaran, diantaranya: a) media visual,


seperti: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, dan komik; b) media audial:
radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya; c) projected still media :
slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya; d) projected motion media :
film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Penggunaan media
pembelajaran disesuaikan dengan metode dan bahan ajar yang telah dipersiapkan guru
sebelumnya.

10. Hubungan Minat Baca dengan Media Pembelajaran


Minat tidak dibawa seseorang sejak lahir, tetapi akan diperoleh seiring dengan
keberlangsungan hidupnya kemudian. Minat terhadap suatu bacaan akan berpengaruh
terhadap bacaan selanjutnya, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kegiatan
belajar serta penerimaan minat baru. Minat merupakan suatu sifat yang relatif
menetap pada diri seseorang. Oleh karena itu, minat sangat besar pengaruhnya
terhadap belajar karena dengan adanya minat, seseorang akan melakukan sesuatu
yang diminatinya, begitupun sebaliknya. Kebanyakan siswa merasa jenuh dan malas
membaca dikarenakan minat baca mereka yang cenderung rendah. Maka dari itu
diperlukan stimulus untuk meningkatkan minat baca tiap siswa. Banyak hal yang
dapat dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan minat baca siswa, antara lain:
a) menceritakan sebuah cerita anak-anak; b) menanamkan kepada siswa pentingnya
membaca; c) memberikan perhatian / menyediakan waktu khusus kepada siswa; d)
memberikan bahan bacaan yang sesuai usianya kalau perlu pilihlah bacaan yang
dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi yang menarik seperti komik; e) menyediakan
ruang baca yang memadai seperti perpustakaan; f) menyediakan berbagai jenis bahan
bacaan di perpustakaan; g) mengadakan kunjungan ke perpustakaan sekolah; h)
mengadakan berbagai lomba yang berkaitan dengan peningkatan minat dan
kegemaran membaca; i) menugasi siswa membaca di depan kelas; j) menugaskan
siswa membuat kliping dan majalah dan surat kabar; k) menugaskan siswa untuk
mencari informasi tambahan di perpustakaan untuk memperkaya pengetahuan; l)
memberikan hadiah kepada siswa yang meningkat minat bacanya berupa buku
(Eanes, 1997).
Dari sekian upaya yang dapat dilakukan, guru dapat mulai menyiapkan bacaan
yang dapat menarik minat baca siswa, yang sebelumnya memilih metode mengajar
dan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Hamalik,
1996). Salah satu dari sekian media pembelajaran yang dapat dengan mudah ditemui
adalah gambar. Banyak orang beranggapan bahwa tulisan dan gambar merupakan
perpaduan yang pas untuk memudahkan para siswa mengoptimalkan penyerapan
informasi yang ada dalam bacaan.
11. Media Gambar
Media gambar adalah suatu perantara yang paling umum dipakai. Dia
merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-
mana (Sadiman, 2011). Media gambar adalah media yang berfungsi untuk
menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut indera penglihatan. Pesan
yang disampaikan dituangkan melalui simbol-simbol komunikasi visual. Media
gambar mempunyai tujuan untuk menarik perhatian, memperjelas materi,
mengilustrasikan fakta dan informasi (Kusnadi & Sujipto, 2013). Media gambar
adalah setiap bentuk grafis statis maupun dinamis antara lain: foto, grafis, denah,
ilustrasi (yang terdiri dari dua atau lebih gambar), dan juga animasi atau kartun
(Richard, 2009). Dan semakin diperkuat dengan pernyataan bahwa “Perangkat apa
pun dengan penglihatan dan suara dapat meningkatkan praktik individu, di luar dari
yang diperoleh melalui pembacaan berlabel sebagai alat bantu audio visual. Alat
bantu visual adalah perangkat instruksional yang digunakan di kelas untuk
mendorong pembelajaran dan membuatnya lebih mudah dan memotivasi. Materi
seperti model, grafik, strip film, proyektor, radio, televisi, peta dll disebut alat bantu
instruksional” (As Singh, 2005). Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa media
gambar adalah objek visual yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis-
garis, kata-kata, simbol-simbol, maupun gambaran.
Sebagai permulaan hendaknya, hal ini menjadi perhatian khusus orang tua.
Orang tua disarankan menanamkan minat baca anak dengan memberikan buku bacaan
bergambar sebagai langkah awal. Buku bergambar anak-anak tidak hanya penting
karena nilai sastra yang mereka berikan kepada pembaca muda, tetapi juga merupakan
elemen penting dalam proses membaca perkembangan (Nicholas dalam Jalilehvand,
2012). Dengan demikian, diperlukan adanya gambar untuk membangun minat baca
anak sehingga anak dapat lebih memahami isi bacaan tersebut.

12. Keunggulan dan Kelemahan Media Gambar


Saat ini, media gambar dapat ditemui dengan mudah dari berbagai sumber,
bahkan dapat dibuat sendiri. Media gambar merupakan media sederhana, mudah
dalam pembuatannya, dan ditinjau dari pembiayaan termasuk media yang murah
harganya. Gambar yang bagus digunakan dalam proses belajar-mengajar berukuran
20 cm x 30 cm dan 32 cm x 44 cm yang dapat dibuat sendiri atau mengambil dan
media gambar yang telah ada (Sukartiningsih, 2004). Media gambar sebagai salah
satu media pembelajaran mempunyai kelebihan di antaranya: a) mudah dimanfaatkan
di dalam kegiatan belajar-mengajar karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan
apa-apa; b) Harganya relatif murah daripada jenis-jenis media pengajaran lainnya, dan
cara memperolehnya pun mudah sekali tanpa perlu mengeluarkan biaya; c) dapat
dipergunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pengajaran mulai dan TK
sampai dengan perguruan tinggi, dan ilmu sosial sampai ilmu eksakta; d) dapat
menerjemahkan konsep atau gagasan karena media gambar dapat memperjelas suatu
masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia apa saja, sehingga dapat
mencegah dan membetulkan kesalahan pemahaman; e) dapat mengatasi batasan ruang
dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas. Selain itu,
anak-anak tidak selalu bisa dibawa ke tempat objek tersebut berada. Oleh karena itu,
gambar dapat mengatasinya; f) sifatnya kongkret. Artinya, gambar lebih realistis
menunjukkan pokok masalah dibandingkan media verbal semata (Leinrich, dkk,
1996: 8).
Selain memiliki keunggulan, media gambar juga memiliki kelemahan-kelemahan,
antara lain: a) kadang-kadang ukurannya terlalu kecil untuk digunakan pada
kelompok siswa yang cukup besar. Memang suatu gambar dapat diperbesar. Akan
tetapi, hal itu memerlukan suatu proses dan memerlukan biaya yang cukup besar; b)
hanya dua dimensi yang tampak pada suatu gambar, sehingga sukar untuk melukiskan
bentuk yang sebenarnya yang berdimensi tiga; c) tidak dapat memperlihatkan suatu
pola gerakan utuh untuk suatu gambar, kecuali jika menampilkan sejumlah gambar
dalam suatu urutan peristiwa pada pola gerak tertentu; d) tanggapan bisa berbeda
terhadap gambar yang sama; e) gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif
untuk kegiatan belajar (Leinrich, dkk, 1996: 8).
Berdasarkan pertimbangan kelebihan dan kelemahan media gambar, pemilihan
media gambar yang tepat dapat disesuaikan seperti yang dipaparkan bahwa “dalam
memilih kriteria media gambar dapat dilihat dan dua sudut pandang, yaitu dan sudut
pendidikan dan sudut seni” (Sudjana & Rivai, 2002: 73).

13. Kesimpulan
Penggunaan media pembelajaran dapat memberikan efek psikologis terhadap
siswa. Selain minat, hal ini juga berkaitan dengan motivasi. Motivasi berpengaruh
terhadap besarnya usaha seseorang didalam menyelesaikan suatu tugas kognitif
(Matthew dkk., 2009) dan dalam memahami bacaan (dalam Gunarsa, 2004).
Kemudian media juga harus merangsang pembelajar untuk mengingat apa yang sudah
dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru.
Adanya gambar pada bacaan dapat memudahkan individu untuk me-recall
informasi. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa anak yang membaca cerita
dengan gambar, dapat memberikan performa terbaik saat me-recall informasi lebih
detail dan dapat disimpulkan bahwa gambar dapat meningkatkan pemahaman anak
(Jalilehvand, 2012). Selain itu, banyak peneliti yang mengungkapkan bahwa gambar
lebih mudah di recall daripada kata-kata. Dalam sebuah penelitian, ditegaskan bahwa
prinsip pembelajaran yang efektif adalah visual memory (Chun & Plass, 1996). Dan
mereka percaya bahwa orang akan lebih mudah mengingat kata-kata jika diikuti
dengan pemberian gambar. Pemahaman siswa dapat diukur dengan memberikan
pertanyaan mengenai sebuah bacaan yang kemudian akan mereka recall fakta-fakta
tertentu mengenai cerita pada bacaan tersebut (Brookshire dalam Jalilehvand, 2012).
Hasil dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa yang melihat
bacaan dengan gambar, dapat menjawab pertanyaan dengan benar, sehingga memang
benar bahwa ilustrasi mempengaruhi pemahaman dalam membaca. Kemudian, hasil
penelitian mengenai pengaruh penggunaan gambar dan bacaan pada pemahaman
membaca siswa yang telah dilakukan mengindikasi bahwa metode pembelajaran
Picture-to-Text dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif (Captu, 2009). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa gambar dapat mempengaruhi keterampilan membaca siswa
dalam memahami bacaan.

DAFTAR PUSTAKA

Earles, J.L.K., Smith, A., Connor, L.T., & Park, D.C. (1997). Interrelations of age, self-
reported health, speed, and memory. Journal Psychology and aging, 12(4), 675-683.
Gunarsa, S.D. Prof, Dr. (2006). Dari Anak Sampai Usia Lanjut- Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Heilman, A. W., Blair, T.R., & Rupley, W.H. 1981. Principles and Practices of Teaching
Reading (edisi lima). Colombus, Ohio: Charles E. Merril Publishing.
Hsiao, C.-H., Chen, R.-J., & Chang, W.-L. (2006). The Effects of Mood, Picture Image, and
Repetition on Memory Recall. Journal of Accounting, Finance & Management
Strategy, 1(2), 88-104.
Iriaji. (2006). Pengembangan Gambar Ilustrasi Berperspektif Jender pada Buku Bacaan
Sekolah Dasar Kelas Awal. Jurnal Penelitian Pendidikan Tahun 16, Nomor 2, Des
2006. Malang: UNM Press
Jalilehvand, M. (2012). The Effects of Text Length and Picture on Reading Comprehension
of Iranian EFL Students. Asian Social Science, 8(3), 111-112.
Matthews, G., Davis, D.Roy., Westerman, J.S., & Stammers, B. R. (2000). Human
Performance Cognition, Stress and Individual Differences. Philadelphia: Taylor &
Francis.
Papalia, Diana. E., dan Ruth Daskin Feldman. (2012). Experience Human Development
Twelfth Edition. New York: McGraw-Hill International Edition.
Pecjak, S., Podlesek, A., & T, P. (2011). Model of Reading Comprehension for 5th Grade
Students. Studia Psychologica, 1(53), 53-64.   
Sukadji, Soetarlinah. (2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok: LPSP3
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Saddhono, K. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Saddhono, K., & Slamet, Y. (2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Surakarta: UNS Press

Saddhono, K. & Slamet, Y. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia.


Bandung: Karya Putra Darwati.

Saddhono, K. & Slamet, Y. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia:


Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Harsono, Rina, A., Fuady, A., & Saddhono, K. (2012). Pengaruh Strategi Know Want To
Learn (KWL) dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa
SMP Negeri di Temanggung. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya, 1 (1), 53-64. 

Wulandari, Y. T., Suryanto, E., & Saddhono, K. (2015). Penerapan Metode Picture and
Picture Untuk Meningkatkan Motivasi dan Keterampilan Menulis Teks Narasi Pada
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya, 3(2), 318-327.

Tarigan, H. G. (1985). Membaca : sebagai suatu ketrampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Aliponga, J. (2013). Reading Journal: Its Benefits for Extensive Reading. International
Journal of Humanities and Social Science, 3(2), 62-54.

Dewi, E. P. (2015). Analisis penerapan model pembelajaran based learning dalam


pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi kelas X IIS 1 SMAN 1 Mendoyo.
Jurnal pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, 3(1), 123-124.

Juliawati, N., dkk. (2015). Pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi berbasis
kearifan lokal pada siswa kelas VII A4 SMP Negeri 1 Singaraja. Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(1), 34-36.

Sahrebabaki, Masoud, M. & Batul, S. N. (2015). Effects of Metacognitive Strategy


Instruction on the Reading Comprehension of English Language Learners Through
Cognitive Academic Language Learning Approach (CALLA). International Journal
of languages’ Education and Teaching, 3 (2), 187-188.

Yulianto, dkk. (2013). Kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XII SMA di Surabaya.
Jurnal Bahasa dan Satra Indonesia, 1(1), 66-69.
Fajar, Rachmawati.(2008). Dunia Di Balik Kata (Pintar Membaca). Yogyakarta: Gatra Aji
Parama

Sunarto H, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik: Jakarta Rhineka

Syah. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Padawa, dkk. (2009). Pembelajaran Membaca. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional 2009.

Musaddat, Syaiful. (2015). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Mataram.

Ahmad, F. Z. (2006). Strategi PQ4R Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca


Pemahaman Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Civics: Media Kajian
Kewarganegaraanurnal Civic, 1(5), 112-113.
Ampuni, S. (1998). Proses Kognitif Dalam Pemahaman Bacaan. Buletin Psikologi, 6(2), 16–
26. https://doi.org/10.22146/bpsi.7395
Dan, E. (2010). Implementasi Collaborative Strategic Reading Untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca Pemahaman Evaluatif dan Apresiatif Mahasiswa, Jurnal UPI,
1(3), 1–14, https://doi.org/10.31227/osf.io/2w4v9
Farboy, S. (2009). Penerapan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Sebuah Teks.
Artikulasi. Jurnal Pendidikan, 7(1), 415–431.
Irdawati, Yunidar, & Darmawan. (2015). Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1 di Min Buol. Jurnal Kreatif Tadulako
Online, 5(4), 1–14. https://doi.org/10.1167/iovs.04-0923
Kurnianingsih, N. (2016). Kebiasaan Membaca di Era Digital: Benarkah Masyarakat
Indonesia Tidak Gemar Membaca? Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan,
1(4), 31–48.
Patiung, D. (2018). Membaca Sebagai Sumber Pengembangan Intelektual. Al Daulah : Jurnal
Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan, 5(2), 352–376.
https://doi.org/10.24252/ad.v5i2.4854
Rohmawati, H. (2018). Mengatasi kesulitan siswa belajar membaca. Jurnal Litbang Pertama,
6(2), 77-80.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai