Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

MEMBACA DAN MENULIS DI KELAS RENDAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah

Dosen Pengampu:

Nugraheti Sismulyasih SB, S. Pd., M. Pd

Disusun Oleh:

An Nisaa’ Novitaningtyas (1401419251)

Diah Nikasari (1401419252)

Puji Mulyani (1401419253)

Chusnia Nurul Azizah (1401419254)

ROMBEL F

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
A. Hakikat Menyimak dan Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan satu di antara keterampilan berbahasa. Manfaat dari
membaca adalah kita akan memperoleh ilmu pengetahuan yang pastinya ilmu
tersebut sangat berguna bagi kita. Sebelum kita mengenal jauh tentang membaca,
ada baiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian dari membaca.
“Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan
melisankan maupun hanya dalam hati. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
“Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata
yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersiratakan tertangkap atau dipahami,
dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik ”. (Hodgson, 1960: 43-44).
“Membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di
dalam bahasa tertulis.” (Finochiaro dan Bonomo, 1973:119).
“Membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran
tertulisnya.” (Lado, 1976: 132).
“Membaca adalah suatu proses yang kompleks meliputi kegiatan yang bersifat
fisik dan mental. Membaca juga dapat diartikan sebagai proses pemberian makna
simbol-simbol visual.” (Gorys Keraf, 1996: 24).
“Membaca adalah merupakan rangkaian yang respon yang kompleks,
diantaranya mencakup respon kognitif, sikap dan manipulatif. Membaca tersebut
dapat dibagi menjadi beberapa sub keterampilan, yang meliputi sensori, persepsi,
sekuensi, pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, afektif, dan konstruktif.
Menurutnya, aktivitas membaca dapat terjadi jika beberapa sub keterampilan
tersebut dilakukan secara bersam-sama dalam suatu keseluruhan yang terpadu.”
(Fredick Mc Donald dalam Burns, 1996: 8)
“Membaca adalah suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan
bahasa tulis. Hakikat membaca ini menurutnya ada tiga hal, yakni afektif,
kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu pada perasaan, perilaku kognitif
mengacu pada pemikiran, dan perilaku bahasa mengacu pada bahasa anak.”
(Kolker, 1983: 3)
“Mengatakan karena bahasa tulisan mengandung ide-ide atau pikiran- pikiran,
maka dalam memahami bahasa tulisan dengan membaca, proses- proses kognitif
(penalaran), terutama yang bekerja. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
membaca adalah cara untuk membina daya nalar.” (Tampubalon, 1987: 6)
“Membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman sari teks
yangtertulis.” (Smith Ginting, 2005)
“Membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata
dalam kalimat dan struktur bacaan. Sehingga hasil akhir dari proses membaca
adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.” (Juel Sandjaja, 2005)
“Membaca adalah proses pengucapan lisan untuk mendapatkan isi yang
terkandung di dalamnya. Sedangkan rumit dimaksudkan faktor di atas sering
bertautan dan berhubungan, membentuk semacam koordinasi yang rumit untuk
menunjang pemahan terhadap bacaan.” ( Nurhadi, 1987: 13-14)
“Membaca adalah tidak hanya sekedar membunyikan lambang-lambang bunyi
bahasa yang tertulis. Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang
mengarahkan sejumlah besar tindakan yang berbeda-beda.” (Soedarso, 1996:4)
“Membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses
mekanis,beberapa psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam
mengolahinformasi.” (Syafi'I, 1999: 7),
“Membaca adalah pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-
gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan
pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemahaman
diperoleh bila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yangtelah
dimiliki sebelumya dengan apa yang terdapat dalam bacaan.” (Farris,1993: 304)
Dari beberapa pengertian membaca di atas dapat disimpulkan, bahwa membaca
adalah suatu proses memahami serta memetik makna dari kata-kata, ide,
gagasan, konsep, dan informasi yang dikemukakan oleh pengarang dalam bentuk
tulisan.
2. Hakikat Membaca
Menurut Tarigan, membaca pemahaman (reading for undersanding) adalah jenis
membaca untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan, resensikritis,
drama tulis, dan pola-pola fiksi dalam usaha memperoleh pemahamanterhadap
teks, pembaca menggunakan strategi tertentu. Menurut Rubin, membaca
pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencangkup
duakemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir
tentang konsep verbal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam
merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca dengan
menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki untuk mengerti ide
pokok, detail penting, dan seluruh pengertian serta mengingat bahan yang
dibacanya.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat
reseptif (menerima), dikatakan reseptif karena dengan membaca akan
memperoleh informasi, ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman
baru. Membaca juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan
untukmemperoleh suatu gagasan, kesimpulan dan berbagai pandangan dari
pengarang melalui bukti tertulis.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyakhal,
tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berpikir,
psikolinguitik, dan metokognitif. Sebagai proses visual menbaca merupakan
proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan.Sebagai
proses berpikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman
literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif.
Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan mengintepretasi yang
dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan
oleh penulis dalam media tulisan.Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring
dan membaca dalam hati.Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang
dilakukan dengan cara membaca keras-keras di depan umum. Sedangkan
kegiatan membaca dalam hati adalah kegiatan membaca dengan seksama yang
dilakukan untuk mengerti dan memahami maksud atau tujuan penulis dalam
media tertulis.
Syafi’ie menyebutkan hakikat membaca adalah:

Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata,


kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami
secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan.
Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris- baris
tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata
dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan.

Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan


makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan
pengalamanyang telah dipunyai.

Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami
informasi serta memberikan makna terhadap bacaan.

Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam


bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang
relevan dengan informasi tersebut.

Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan sistem tulisan


yang digunakan.

Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan


membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan
menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa makna.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca pada


hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang
berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan
proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan
proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan
terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf.

3. Hakikat Menulis
Pengertian menulis menurut Tarigan adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.3 Seseorang dapat
dikatakan sedang menulis apabila memahami lambang grafik dari huruf yang
ditulis. Dalam hal ini yaitu menulis Aksara Jawa. Akan tetapi, seseorang tidak
dapat dikatakan sedang menulis Aksara Jawa kalau tidak memahami lambang
grafik dari huruf tersebut. Apabila seseorang tidak memahami lambang grafik
dari huruf yang ditulis, maka kegiatan yang dilakukan disebut melukis lambang
grafik. Jadi dalam menulis seseorang dituntut memahami makna dari lambang
grafik yang dutulis. Sedangkan dalam melukis lambang grafik seseorang tidak
dituntut memahami makna lambang yang dilukiskan.
Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan
bahasa sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri dari rangkaian huruf yang
bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan. Menulis juga merupakan
suatu proses berfikir. Menulis dan berfikir saling melengkapi. Costa
mengemukakan bahwa menulis dan berfikir merupakan dua kegiatan yang
dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Tulisan adalah wadah yang
sekaligus merupakan hasil pemikiran. Hubungan antara menulis dan berpikir
yakni melalui kegiatan menulis seseorang juga dapat mengomunikasikan apa
yang sedang dipikirkan. Dan melalui kegiatan berpikir seseorang dapat
meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Menulis juga diartikan sebagai proses menggambarkan suatu bahasa dan proses
menyampaikan gagasan. Kedua proses ini sama-sama mengacu pada menulis
sebagai kegiatan melambangkan bunyi-bunyi berdasarkan aturan-aturan tertentu.
Jadi segala ide, pikiran, gagasan yang ada disampaikan dengan cara
menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang
tersebut pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan oleh penulis
Dalam kegiatan menulis juga terjadi proses komunikasi. Proses ini dilakukan
secara tidak langsung, tidak melalui tatap muka antara penulis dan pembaca.
Agar tulisan itu berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh penulis maka isi
tulisan serta lambang grafik yang digunakan harus benar-benar dipahami oleh
keduanya. Tulisan merupakan media komunikasi yang harus dipahami karena
manfaatnya yang luas. Jadi menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan
dengan bahasa tulis sebagai medianya. Dalam komunikasi tulis setidaknya ada
empat unsur yang terlibat yakni, penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisa atau
pesan, saluran atau medianya berupa tulisan atau pesan, dan pembaca sebagai
penerima pesan.

B. Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk
dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan buku yang
berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk
tertulis (Nalurita, Siroj, & Ilma, 2010). Senada dengan hal itu Hamdani (2011)
mengungkapkan bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun
secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan proses pembelajaran sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan peserta didik untuk belajar. Lebih lanjut Trianto (2009) mengatakan
bahwa “bahan ajar adalah buku panduan bagi peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran yang memuat materi pembelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan
konsep, kegiatan, informasi, dan contoh-contoh penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari”. Pendapat lain dikemukakan Daryanto & Dwicahyono (2014)
menyatakan bahwa “bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan
guru/instruktur untuk perencanaan dan penelahaan implementasi pembelajaran”.
1. Bahan Ajar Membaca di Sekolah Dasar
Bahan ajar membaca di Sekolah Dasar terutama di kelas rendah yang cocok
untuk diterapkan adalah dongeng. Dongeng adalah bentuk sastra lama yang
bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa, terjadi diluar nalar manusia
yang penuh Fantasi dan khayalan (fiksi). Dongeng dianggap oleh masyarakat
suatu hal yang tidak benar-benar terjadi di dunia nyata. Dongeng memang sudah
menjadi pelajaran lama dalam bidang studi Bahasa Indonesia. Oleh karena itu
banyak siswa dituntun untuk mengerti tentang dongeng sejak di bangku sekolah
dasar. Berikut adalah beberapa macam jenis-jenis dongeng :
a. Fabel
Fabel adalah salah satu dongeng yang menampilkan binatang sebagai tokoh
utama. Tokoh tersebut dapat berpikir, berperasaan, berbicara, bersikap dan
berinteraksi seperti manusia. Fabel bersifat didaktis untuk mendidik. Fabel
digunakan sebagai kiasan kehidupan manusia dan untuk mendidik
masyarakat. Contoh fabel dengan judul Kupu-Kupu Berhati Mulia.
Kupu-Kupu Berhati Mulia
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan
ditaman. Ia sangat bahagi, karena bisa berjalan-jalan melihat taman yang
indah. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang
yang berada di taman itu.
Ia melihat sebuah kepompong di atas pohon, Sang semut mengejek bentuk
kepompong yang jelek yang tidak bisa pergi ke mana-mana. “Hei,,
kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di
ranting itu. Ayo jalan-jalan, lihat dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu
jika ranting itu patah?”.
Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka.
Bahkan sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya.
Sang semut merasa bahwa dirinya ialah binatang yang paling hebat. Si
kepompong hanya diam saja mendengar ejekan tersebut. Pada suatu pagi
sang semut kembali berjalan ke taman itu, karena hujan dimana-mana
terdapat genangan lumpur.
Lumpur yang licin membuat semut tergelincir ke dalam lumpur. Ia terjatuh
ke dalam lumpur. Sang semut hampir tenggelam dalam genangan itu. Semut
berteriak sekencang mungkin untuk meminta bantuan ” Tolong, bantu aku!
Aku mau tenggelam, tolong,,,, tolong…!!
Untunglah saat itu ada seekor kupu-kupu yang terbang melintas, kemudian
kupu-kupu menjulurkan sebuah ranting ke arah semut. “Semut, peganglah
erat-erat rating itu!! nanti aku akan mengangkat ranting itu. Lalu sang
semut memegang erat ranting itu.
Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang
aman. Kemudian sang semut berterima kasih kepada kupu-kupu karena
kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya. Ia memuji kupu-kupu sebagai
binatang yang hebat dan terpuji. Mendengar pujian itu, kupu-kupu berkata
kepada semut. “Aku adalah kepomponng yang pernah diejek” kata si kupu-
kupu, ternyata kepompong yang dulu ia ejek sudah menyelamatkan dirinya”.
Akhirnya sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan
menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
b. Legenda / Cerita Rakyat
Legenda/Cerita Rakyat, adalah dongeng yang diciptakan masyarakat
sehubugan dengan keadaan alam dan nama suatu daerah. dongeng yang
menceritakan tentang kejadian alam atau suatu tempat. Contoh Legenda
dengan judul Rawa Pening
Rawa Pening
Pada suatu hari, diperlukan sarana tolak bala berupa pusaka sakti sebagai
salah satu syarat agar penyelenggaraan acara merti  desa bisa berjalan
lancar tanpa ada halangan apapun. Endang Sawitri diutus untuk meminjam
pusaka sakti milik Ki Hajar Salokantara, sahabat Ki Sela Gondang. Namun,
Ki Hajar Salokantara memberikan pesan kepada Endang Sawitri untuk
jangan meletakkan pusaka di atas pangkuannya.  Namun, di tengah
perjalanan pulang, Endang Sawitri melanggar pesan tersebut. Akibatnya,
Endang Sawitri hamil.
Ki Sela Gondang pun memohon agar Ki Hajar Salokantara mau menikahi
sang putri untuk menutup aib keluarganya. Dengan berat hati, maka Ki
Hajar Salokantara pun menerima Endang Sawitri sebagai istrinya. Setelah
lahir, ternyata anaknya berupa naga yang diberi nama Baro Klinting. Untuk
melepas kutuk pusaka, Baro Klinting harus menemui Ki Hajar Salokantara
yang sedang bertapa di gunung Telomoyo dan bertapa dengan melingkari
gunung Telomoyo dengan tubuhnya.
Selanjutnya Ki Hajar Salokantara menyuruh Baru Klinting untuk bertapa
kembali di gunung Telomoyo agar dia terlepas dari kutukan pusaka sakti
tersebut. Setelah selesai bertapa, Baro Klinting berubah menjadi manusia.
Setelah berubah wujud manusia, Baro Klinting meminta makanan dan
minuman, namun diusir oleh penduduk desa.
Hanya seorang janda tua yang bernama Nyai Latung yang memberikan
makanan dan minuman. Baro Klinting menancapkan sebatang lidi dan
mengadakan sayembara siapa yang dapat mencabut lidi, maka ia adalah
orang hebat.
Tidak seorangpun penduduk desa yang sanggup. Saat lidi dicabut oleh Baro
Klinting, menyemburkah air yang sangat deras menjadi air bah,
pendudukpun memukul kentongan tanda bahaya. 
Mendengar suara kentongan, Nyai Latung naik ke atas lesung sesuai dengan
pesan dari Baro Klinting. Air bah tersebut menjelma menjadi genangan luas
berbentuk rawa-rawa denga airnya yang bening.  Nyai Latung menamakan
desa yang tengggelam dengan nama Rawa Pening yang berasal dari
genangan air bening yang mebentuk rawa
c. Mitos/ Mite
Mitos atau disebut juga Mite adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan
sebuah cerita yang berlatar belakang masa lalu, berisi tafsir tentang alam
semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, dan diyakini terjadi oleh
mereka yang menganutnya atau pemiliknya. Secara umum mitos bercerita
tentang kejadian alam semesta, dunia dan para makhluk yang menghuninya,
bentuk topografi, kisah para makhluk supranatural serta lain sebagainya.
Mitos muncul sebagai catatan kejadian sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan,
sebagai alegori atau personifikasi untuk kejadian alam atau juga suatu
penjelasan mengenai ritual.
d. Sage
Sage adalah dongeng yang di dalamnya mengandung unsur sejarah, namun
tetap sukar dipercaya kebenaranya karena unsur sejarahya terdesak oleh
unsur fantasi. Dongeng yang mengandung unsur sejarah atau kisah
kepahlawanan. Contoh sage dengan judul Jaka Tingkir
Jaka Tingkir
Setelah Majapahit runtuh oleh serangan pasukan Islam di bawah pimpinan
Raden Patah, daerah di sekitar Jawa Tengah dikuasai oleh Kesultanan
Demak Bintara dan Raden Patah menjadi raja kesultanan baru tersebut.
Raden Patah kemudian digantikan oleh menantunya yaitu Raden Yunus yang
lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor yang menerapkan
politik Islam garis keras. Pemerintahan kedua ini hanya bertahan tiga tahun
karena kemudian Raden Yunus terbunuh oleh pemberontak Majapahit yang
masih ada. Pengganti Raden Yunus adalah Sultan Trenggana, anak dari
Raden Patah. Ketika itu keturunan pewaris tahta resmi Majapahit yang
masih tersisa, yaitu putra dari Ki Ageng Pengging yang diasuh oleh Nyi
Ageng Tingkir telah tumbuh dewasa. Dia adalah Mas Karebet yang
kemudian lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Sejak kecil Mas Karebet
gemar bepergian dan masuk ke dalam hutan belantara. Selain bermain
dengan binatang-binatang liar, Mas Karebet juga banyak belajar dari para
pertapa Shiva Buddha yang sering berada di dalam hutan. Mas Karebet
tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan sakti mandraguna. Suatu ketika Mas
Karebet bertemu dengan Sunan Kalijaga dan dia diperintahkan untuk masuk
ke Kesultanan Demak. Tidak berapa lama setelah memasuki istana Demak,
Mas Karebet atau Jaka Tingkir (Pemuda dari Tingkir) berhasil menarik
perhatian Sultan Trenggana yang akhirnya mengangkat Jaka Tingkir
menjadi Lurah (pemimpin) Pasukan Pengawal Sultan Demak. Kehadiran
Jaka Tingkir yang tidak beragama Islam melainkan Shiva Buddha telah
menimbulkan pro-kontra dalam istana, namun Sultan Trenggana sudah
terlanjur menyukai Jaka Tingkir dan merasa aman jika dikawal oleh pemuda
keturunan raja Majapahit itu. Jaka Tingkir juga disegani oleh pendukung
Majapahit yang masih banyak melakukan gerilya dan pemberontakan. Suatu
ketika, Jaka Tingkir melakukan perbuatan yang kurang berkenan bagi
Sultan Trenggana sehingga jabatan Jaka Tingkir diturunkan dan harus pergi
dari istana. Selama di luar istana Jaka Tingkir berguru pada Ki Ageng
Banyu Biru, seorang guru spiritual Shiva Buddha yang terkenal. Untuk bisa
kembali masuk di Istana Demak, Jaka Tingkir harus mendapatkan
kepercayaan dari Sultan Trenggana. Untuk itu, Jaka Tingkir dibantu oleh
teman-temannya dan juga dari pasukan gerilya Majapahit merencanakan
penyerangan kepada pasukan sultan Demak dan kemudian Jaka Tingkir
akan tampil sebagai penyelamat. Suatu malam sebelum penyerangan, Jaka
Tingkir mendapatkan wahyu keprabon yaitu semacam tanda yang hanya
akan datang pada mereka yang kelak akan menjadi raja atau penguasa
tanah Jawa. Meski agak meleset dari rencana penyerangan, namun akhirnya
Jaka Tingkir berhasil mendapatkan kembali kepercayaan Sultan Trenggana
dan kembali ke Demak. Jaka Tingkir diangkat menjadi Adipati di daerah
Pajang dan pada kemudian hari akan mendirikan Kerajaan Pajang setelah
Demak Runtuh.

2. Bahan Ajar Menulis di Sekolah Dasar


Berdasarkan jenjang kelas di SD pembelajaran menulis dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu :
a. Pembelajaran menulis permulaan
Kegiatan ini biasa disebut dengan hand writing, yaitu cara merealisasikan
simbol- simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik dan benar. Tingkatan
ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan simbol-simbol bunyi bahasa
menjadi huruf- huruf yang dapat dikenali secara konkret.
Tujuan menulis permulaan adalah agar siswa dapat menulis kata-kata dan
kalimat sederhana dengan tepat. Pada menulis permulaan siswa diharapkan
untuk dapat memproduksi tulisan dapat dimulai dengan tulisan
eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j dan dapat berupa suku kata seperti su-ka, ma-ta,
ha-rus, lu-ka serta dalam bentuk kalimat sederhana. Seperti halnya membaca
permulaan, menulis permulaan juga dapat menggunakan metode-metode
seperti metode abjad, metode suku kata, metode global dan metode SAS.
Pembelajaran permulaan ini terjadi pada kelas rendah yaitu kelas I dan kelas
II.
Ruang lingkup pembelajaran menulis di kelas rendah antara lain sebagai
berikut :
 Kelas I ( satu )
Menulis permulaan di kelas I ini menggunakan huruf-huruf kecil,
tujuannya siswa dapat memahami cara menulis permulaan dengan
ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis,
materi pelajaran menulis permulaan dikelas I SD disajikan secara
bertahap dengan menggunakan pendekatan huruf, suku kata, kata-
kata atau kalimat.
 Kelas II ( dua )
Menulis permulaan di kelas II ini menggunakan huruf – huruf besar
pada pada awal kalimat dan penggunaan tanda baca, tujuannya siswa
memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan
mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, untuk memperkenalkan
cara menulis huruf besar di kelas II SD mempergunakan pendekatan
spiral maksudnya huruf demi huruf diperkenalkan secara berangsur-
angsur sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa.
b. Pembelajaran menulis lanjutan ( pemahaman )
Pembelajaran menulis ini terdapat dikelas III, IV, V, VI. Tujuan menulis
lanjut adalah agar siswa mampu menuangkan pikiran dan perasaannya
dengan bahasa tulis secara teratur dan teliti. Yang membedakan menulis
permulaan dengan menulis lanjut adalah adanya kemampuan untuk
mengembangkan skema yang ada yang telah diperoleh sebelumnya untuk
lebih mengembangkan hal-hal yang akan ditulis.
C. Teknik dan Strategi Pembelajaran Membaca dan Menulis di SD Kelas Rendah
1. Teknik dan Strategi Membaca
Menurut KBBI (W.J.S. Poerwadarminta), 1. metode adalah cara yang telah
teratur dan telah terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (dalam ilmu
pengetahuan dsb); cara menyelidiki (mengajar dsb. Dalam dunia pengajaran,
metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang
sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Jadi metode merupakan cara
melaksanakan pekerjaan, sedangkan pedekatan bersfat filosofis/ aksioma.
Metode pembelajaran bahasa Membaca Permulaan di kelas rendah adalah
sebagai berikut.
1. Metode Eja/Abjad
Metode ini merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelajaran pertama
dimulai dengan pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya.
Guru sering mengajarkannya melalui lagu ABC. Lagu ini ada dalam
berbagai bahasa setelah siswa menguasai huruf-huruf itu.Guru merangkai
huruf-huruf konsonan dengan huruf vokal menjadi sukukata. Suku-suku
kata dirangkai menjadi kata, dan kata-kata dirangkaikan menjadi kalimat.
Penggunaan metode ini kerap kali menimbulkan kecenderungan mengeja,
yaitu membaca huruf demi huruf. Kecenderungan ini menghambat proses
penguasaan kemampuan membaca permulaaan.

B, a  ba (dibaca be. A ba)

D, u  du (dibaca de. U du)

Ba-du dilafalkan badu

2. Metode Bunyi

Metode ini juga merupakan metode yang sudah sangat tua.


Pelaksanaannya hampir sama dengan metode abjad. Namun, huruf-
huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan nama
bunyinya. Jadi, huruf “m” tidak diucapkan sebagai [ɛm] atau [ɚm]
melainkan [m]. Bunyi-bunyi konsonan dirangkai dengan bunyi vokal
sehingga membentuk suku kata. Suku kata dirangkai menjadi kata,
dan akhirnya kata-kata dirangkai menjadi kalimat. Baik metode abjad
maupun metode bunyi sering menggunakan kata-kata lepas untuk
latihan membaca.
ma – ma ru – sa
ma –na ra – si

na – ma dan seterusnya. i – na
a – na ni – na
3. Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,seperti ba, bi, bu, be, bo,
ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya. Suku kata tersebut kemudian
dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar
suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata
menjadi kata-kata bermakna. Misalnya:
ba – bi cu – ci da – da ka – ki

ba – bu ca – ci du – da ku – ku

bi – bi ci – ca da – du ka – ku

ba – ca ka – ca du – ka ku – da

Kemudian suku kata dirangkai menjadi kata kemudian menjadi


kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud,
seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka – ki ku – da

ba – ca bu – ku

cu –ci ka – ki (dan seterusnya)

Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat


sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau
penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil di
bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata dan kata ke dalam suku-suku
kata. Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai
dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini,
yakni Metode Rangkai Kupas.
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan
metode suku kata adalah:
a. tahap pertama, pengenalan suku-suku kata,

b. tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata,


c. tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana, dan

d. tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan


pengupasan (kalimat kata-kata  suku-suku kata)
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan

serangkaian proses “pengupasan” dan “perangkaian”. Oleh


karena itu, metode ini dikenal juga sebagai “Metode Kupas
Rangkai”. Sebagian orang menyebutnya “Metode Kata” atau
“Metode Kata Lembaga”.
4. Metode Global

Global memiliki arti secara utuh atau bulat. Yang disajikan pertama
kali dalam metode global kepada murid adalah kalimat seutuhnya.
Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi
kalimatnya. Gambar itu ditujukkan untuk mengingatkan siswa kepada
kalimat yang ada di bawahnya. Setelah berkali-kali membaca, murid
dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh, di bawah ini bahan ajar untuk MMP yang
menggunakan metode global.
i. Memperkenalkan gambar dan kalimat.

ii. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi


suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.
ini mama

ini mama

i-ni ma-ma

i-n-i m-a-m-a

5. Metode Struktural Analisis Sintesis (SAS)

Metode SAS diawali dengan perkenalan struktur kalimat pada anak.


Kemudian anak diajak untuk melakukan proses analitik untuk
mengenal konsep kata.kalimat utuh yang diperkenalkan pada anak
untuk pertama kali akan diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa
yang lebih kecil di sebut kata hingga sampai pada wujud satuan
bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi yakni huruf. Jika
dituliskan proses penguraian/penganaliosisan dalam pembelajaran
Membaca Menulis Permulaan dengan metode SAS adalah sebagai
berikut:

i. kalimat menjadi kata-kata

ii. kata menjadi suku-suku kata

iii. suku kata menjadi huruf-huruf

Metode SAS ini berperan baik untu siswa. Berpikir secara


analisis- sintesis dapat memberikan arah pada pemikiran yang
tepat sehingga murid dapat mengetahui kedudukan dirinya dalam
hubungannya dengan masyarakat dan alam sekitar. Selain itu
metode SAS sejalan dengan prinsip linguistik yang memandang
satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi
sebagai kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa di
bawahnya yaitu kata, suku kata, fonem (huruf- huruf). Metode ini
juga menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengna
perkembangan dan pengalaman bahasa siswa yang selaras dengan
situasi lingkungannya. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri
sehingga siswa akan merasa lebih percaya diri atas
kemampuannya. (Hairuddin, 2008)

Teknik adalah aktivitas tertentu yang diterapkan di dalam kelas


yang sesuai dengan metode dan sesuai pula dengan pendekatan.
Teknik bersifat implementasional sebab teknik merupakan
implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas atau
aplikasi dari metode di dalam pembelajaran. Teknik pembelajaran
merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah
disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut.
Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan
guru untuk berinovasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan
lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik
pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas,
lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi
yang lain. Jadi, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat
bervariasi, dimana untuk metode yang sama dapat digunakan
teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada
berbagai faktor tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik
pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil
yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan
metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan
pendekatan yang dianut.
a. Teknik pembelajaran membaca
b. Membaca survei

Kegiatam membaca yang bertujuan untuk mengetahui


gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan bacaan,
membaca survei merupakan kegiatan membaca misalnya
melihat judul, pengarang, daftar isi dll.

c. Membaca sekilas

Kegiatan membaca yang menyebabkan mata kita bergerak


cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk
mencari dan mendapatkan informasi secara cepat
(skimming). Skimming bertujuan untuk mengetahui topik
bacaan, mengetahui pendapat orang, mendapat bagian
penting tanpa membaca seluruhnya, dan menyegarkan
apa yang pernah dibaca.

d. Membaca dangkal

Kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang


dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan
bacaannya merupakan bahan bacaan yang ringan karena
tujuannya untuk mencari kesenangan.
e. Membaca nyaring

Membaca nyaring adalah proses melisankan sebuah


tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan
tekanan secara tepat, yang diikuti oleh pemahaman makna
bacaan oleh pembaca (Kamidjan).

f. Membaca dalam hati

Membaca dalam hati pada dasarnya adalah membaca


dengan mempergunakan ingatan visual(visual memory),
melibatkan pengaktifan mata dan ingatan.Tujuan utama
membaca dalam hati (silent reading)adalah untuk
memperoleh informasi(Tarigan 2008:30).

g. Membaca kritis

Kegiatan membaca yang dilaksanakan secara bijaksana,


penuh tenggang rasa, evaluatif, serta analitis, dan bukan
mencari kesalahan penulis.

h. Membaca teliti

Membaca teliti diawali dengan surve yang cepat untu


melihat organisasi bacaan dan melihat hubungan paragraf
dengan seluruh bacaan.

i. Membaca pemahaman

Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca


yang tujuan utamanya memahami bacaan secara tepat
dan cepat.

2. Teknik dan Strategi Menulis

Upaya yang dilakukan guru agar siswa senang menulis adalah


memberi kebebasan kepada siswa untuk mau menulis apa yang
disenanginya sesuai dengan perkembangan tema pembelajaran yang
dilaksanakan.
a. Menulis abjad

Menulis abjad dilakukan dengan cara setiap siswa diberikan


tugas untuk meniru tulisan beberapa huruf lepas yang
dicontohkan guru.
1) Tujuan:

a) Pengenalan huruf
b) Mengidentifikasi lafal

2) Materi:

Huruf kapital dan huruf biasa dari Aa sampai Zz. Huruf


lepas yang akan ditulis berukuran besar +/- 15x10 cm.
3) Prosedur:

a) Guru menjelaskan tujuan, langkah-langkah


pembelajaran dan memberikan apersepsi.
b) Siswa mengamati contoh huruf yang akan ditulis.

c) Masing-masing siswa diberi tugas menulis huruf-


huruf tertentu.
d) Masing-masing siswa menulis huruf yang telah
ditentukan guru. Setiap hasil kerja diberi nama
pembuatnya.
e) Setiap hasil kerja ditempel di papan pajangan.

b. Menulis Kegiatan

Daya ingat anak sekolah dasar terhadap suatu kegiatan


yang menarik atau yang membawa kesan tersendiri akan
sangat mudah diingat anak. Bagi siswa sekolah dasar, untuk
mengkonstruksi daya ingat terhadap peristiwa yang pernah
dialami secara berulang-ulang merupakan objek ide yang
terdekat. Sehingga dengan ide tersebut anak dapat diajak
untuk menulis kegiatan atau membuat karangan sederhana.
1) Tujuan:

a) Menulis cerita yang paling dekat dan dialami siswa.

b) Menulis karangan sederhana dengan menggunakan


pilihan kata yang tepat.
c) Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman
dengan bahasa yang runtut dan penggunaan EYD
yang tepat.
2) Materi:

Menulis kegiatan yang telah dan pernah dilakukan siswa


baik di rumah maupun di sekolah.
3) Prosedur:

a) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah


pembelajaran menulis yang akan dilaksanakan, dan
memberikan apersepsi.
b) Siswa diberikan peluang untuk merekonstruksi
ingatannya dengan cara bercerita dengan teman
sebangku atau kelompok kecil.
c) Siswa diminta menuliskan hal-hal apa yang telah
diceritakan dengan kalimat-kalimat pendek yang
merupakan inti cerita.
d) Siswa mengembangkan kalimat-kalimat pendek yang
telah dibuat menjadi cerita yang telah diceritakan
kepada teman.
e) Siswa secara berkelompok membacakan hasil
karangannya, siswa lain menyimak dan memberi
masukan atas tulisan yang mereka simak.

f) Secara cepat guru memilih hasil tulisan siswa yang


dianggap baik untuk ditempel di papan pajangan.
c. Menulisi Gambar Kesayangan

Gambar yang telah dibuat siswa ditulisi sesuai dengan


keinginannya, seolaholah gambar itu bercerita sesuai dengan
apa yang ada pada imajinasi siswa.
1) Tujuan:

a) Meningkatkan keterampilan menulis kreatif siswa.

b) Meningkatkan penguasaan perbendaharaan kata.

c) Menghubungkan pengalaman pribadi dengan


pengalaman membaca buku.
2) Materi:

Gambar yang telah dibuat dan siap diisi tulisan.

3) Prosedur:
a) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pembelajaran.
b) Siswa diminta untuk membuat gambar kesenangan
dengan bentuk yang sederhana.
c) Gambar yang telah selesai dibuat ditulisi dengan
keinginan masing-masing siswa.
d) Guru melaksanakan pengamatan, bimbingan, dan
penilaian proses terhadap kerja yang dilakukan siswa.
e) Hasil kerja siswa yang dianggap baik dipajang di
papan pajangan.
d. Menulis Bentuk Gambar

Variasi menulis puisi dapat dilakukan dengan berbagai


cara. Salah satunya adalah baris-baris kalimat itu seolah-olah
sebagai garis coretan yang membentuk gambar tertentu.
1) Tujuan:

a) Menulis kreatif

b) Mengidentifikasi suatu bentuk puisi untuk menambah


efek pengimajinasian dari wujud yang digambarkan.

c) Menulis puisi yang menggunakan suatu bentuk


deskriptif kata-kata.
2) Materi:

Pengalaman, dan pemahaman siswa terhadap suatu


bentuk benda yang mengesankan.
3) Prosedur:

a) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah


pembelajaran.
b) Guru memperlihatkan satu bentuk puisi yang
berbentuk sebuah benda.
c) Berdasarkan contoh yang dilihat, siswa membuat
puisi sesuai dengan pengalaman, dan pemahaman
siswa terhadap suatu bentuk benda yang
mengesankan.
d) Guru melakukan pengamatan, memberikan
bimbingan, memotivasi, memfasilitasi siswa saat
pembelajaran menulis puisi.
e) Siswa berlatih menulis draft puisi.

f) Siswa berdiskusi melakukan tukar pendapat atas draft


puisi yang dibuat.
g) Siswa melakukan kegiatan revisi draft, dan
melakukan proses akhir menulis puisi.
h) Hasil tulisan siswa dibacakan di depan kelas.

i) Tulisan siswa yang representatif dengan tujuan


pembelajaran ditempel di papan pajangan.
j) Guru memberikan tindak lanjut agar siswa lebih
kreatif dalam membuat puisi dengan bentuk-bentuk
lain, dan hasilnya akan di pajang.
e. Menulis Cerita Bentuk Arkodion

Gambar berseri berupa foto yang biasanya merekam


kejadian beruntun/kronologis, akan membantu siswa untuk
menemukan gagasan dalam bercerita.
1) Tujuan:

a) Mengembangkan keterampilan penulisan kreatif.

b) Melatih siswa bercerita berdasarkan kronologis


waktu, kejadian, dan tempat.
2) Materi:

Menulis cerita dengan berpedoman pada foto keluarga


atau gambar berseri yang diperoleh dari media massa.
3) Prosedur:

a) Minal sehari sebelum pembelajaran dilaksanakan,


guru meminta siswa membawa foto-foto keluarga
atau gambar yang dianggap berseri.
b) Sebelum pembelajaran dimulai, siswa mengeluarkan
foto atau gambar yang mereka bawa.
c) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran.
d) Siswa mengamati contoh karangan atau cerita dalam
bentuk arkodion.
e) Siswa diarahkan untuk membuat bingkai arkodion
dari kertas gambar, menempel foto/gambar.
f) Siswa menulis draft cerita berdasarkan gambar yang ada.

g) Saat siswa melakukan kegiatan menulis sedangkan


guru melakukan pengamatan serta bimbingan dan
penilaian proses.
h) Siswa mendiskusikan draft cerita untuk memperoleh
masukan dari unsur kronologis cerita, pilihan kata,
serta susunan kalimat, dan lain-lainnya yang
berkenaan dengan unsur kebahasaan.
i) Siswa melakukan revisi draft yang dilakukan dengan
menyelesaikannya menjadi sebuah cerita bersambung
model arkodion.
j) Selesai menulis, siswa membacakan cerita yang dibuat.

k) Tindak lanjut yang dilakukan guru adalah


menempelkan karya yang dianggap baik di papan
pajangan.

f. Menulis Cara Memainkan Sesuatu

Menulis ekspossisi, akan terasa sulit jika apa yang akan


ditulis jauh dari siswa. Mulailah dengan cara menuliskan
bagaimana cara siswa memainkan benda kesayangannya.
1) Tujuan:

a) Menulis eksposisi

b) Menuliskan cerita secara runtut

2) Materi:

Mainan kesayangan sebagai objek penceritaan.

3) Prosedur:

a) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah


pembelajaran.
b) Siswa menyimak pembacaan tulisan tentang cara
membuat burung dari kertas.
c) Berdasarkan contoh yang disimak, siswa berlatih
menulis karangan eksposisi sesuai dengan objek
tulisan masing- masing dengan langkah-langkah, (a)
membuat kerangka karangan (b) mengembangkan
kerangka karangan berupa draft karangan.
d) Secara berpasangan siswa berbagi melakukan
kegiatan perbaikan dan penyuntingan.
e) Guru mengamati, memotivasi, membimbing, serta
menilai saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran
menulis.
f) Kegiatan menyelesaikan karangan eksposisi
dilanjutkan di rumah, dengan demikian tampilan
karangan siswa yang akan dipajang di papan pajangan
dapat menarik minat siswa untuk membacanya.
g) Hasil karangan siswa dipajang di papan pajangan.

g. Menulis Poster atau Reklame

1) Tujuan:

a) Mengidentifikasi ciri kalimat poster atau reklame.

b) Penggunaan kalimat pengharapan, anjuran.

c) Membuat poster atau reklame.

2) Materi:

Membuat poster atau reklame.

3) Prosedur:

a) Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran.

b) Melihat contoh poster atau reklame yang sering dijumpai.

c) Mengidentifikasi bentuk dan karakteristik bahasa


poster atau reklame.
d) Siswa berlatih membuat poster atau reklame yang
dapat dilakukan dengan cara berkelompok atau
mandiri dengan bahan guntingan huruf yang
ditempelkan pada kertas manila.
e) Guru memberikan bimbingan, memotvasi,
memfasilitasi saat siswa belajar membuat poster.
f) Setelah menyimpulkan materi pelajaran tentang
karakteristik bahasa poster atau reklame, hasil
pekerjaan siswa dapat dipajang di kelas.
h. Menulisi Benda-benda Pos

Benda-benda pos adalah benda-benda yang digunakan untuk


menyelesaikan urusan pos dan siswa perlu memiliki
pengetahuan tentang benda-benda pos tersebut.
1) Tujuan:

a) Mengenal bentuk benda-benda pos.

b) Mengetahui fungsi masing-masing benda pos.

c) Mengetahui cara menulisi benda-benda pos.

2) Materi:

Menulis kartu ucapan dengan menggunakan kartu pos.

3) Prosedur:

a) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-


langkah pembelajaran.
b) Memberikan apersepsi terkait dengan aktivitas
surat- menyurat.

c) Guru memperlihatkan berbagai macam kartu ucapan


dengan menggunakan kartu pos.
d) Berdasarkan contoh bermacam-macam kartu ucapan
siswa berlatih menulisi kartu pos.
e) Guru mengamati, memberikan bimbingan, menilai
saat siswa melakukan aktivitas menulisi kartu pos.
f) Selesai menulis, hasil menulis kartu pos dapat
ditindaklanjuti dengan melengkapinya dengan
perangko, kemudian mengirim surat itu ke alamat
teman yang dituju atau alamat sekolah.
i. Menulis catatan harian

Kegiatan menulis catatan harian merupakan lanjutan dari


kegiatan yang berawal dari menulis satu kejadian yang
pernah dialami siswa. Kegiatan yang sama dilakukan setiap
hari, terjadwal mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur
kembali. Adakalanya aktivitas yang sama dilakukan setiap
hari tetapi adakalanya saat melaksanakan kegiatan tersebut
ada peristiwa atau kejadian yang tidak sama dengan hari
kemarin. Pola karangan yang akan dibuat siswa bersifat bebas
dan guru secara intensif dan berkelanjutan mengingatkan akan
tugas yang harus dikerjakan siswa sebab menulis catatan harian
tidak harus dikerjakan dalam sekali atau dua kali pertemuan.
Tujuan dari menulis catatan harian adalah menulis
kalimat efektif dan menulis kejadian-kejadian lain yang
secara kronologis dirangkai dalam satu cerita yang dialami
dalam sehari. Materi yang digunakan untuk menulis catatan
harian adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan di rumah
ataupun di sekolah selama seminggu. Prosedur dalam menulis
catatan harian adalah sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran, apersepsi.
2) Siswa berdiskusi kelompok mencermati, menganalisis
contoh diary/catatan harian.

3) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil analisisnya.

4) Guru menyimpulkan materi pelajaran yang terkait dengan


bentuk, ciri-ciri kalimat yang dipergunakan dalam
diary/catatan harian.
5) Guru memberikan tindak lanjut menulis diary/catatan
harian selama seminggu/kurun waktu yang disepakati.
6) Hasil kerja siswa dapat disimpan sebagai portofolio atau
diteruskan oleh anak yang bersangkutan.
j. Menulis mainan kesenangan

Setiap siswa biasanya memiliki mainan yang disenangi di


rumah. Mereka dekat dengan objek ini karena setiap
kesempatan yang ada dimanfaatkan untuk bermain, sehingga
siswa mengetahui setiap detail bagian dari mainannya.
Menulis dengan menggunakan objek mainan yang disenangi
merupakan langkah awal bagi siswa untuk menulis deskripsi.
Tujuan dari menulis mainan kesenangan adalah menulis
deskripsi tentang mainan kesayangan atau benda di sekitar
anak dengan bahasa yang runtut dan menulis kalimat efektif.
Materi yang digunakan untuk menulis mainan kesayangan
adalah mainan kesayangan siswa/benda-benda lingkungan
yang dekat dengan anak. Prosedur dalam menulis mainan
kesayangan adalah sebagai berikut.
1) Minimal sehari sebelum pembelajaran dimulai, guru
mengingatkan siswa untuk membawa mainan/benda kecil
yang disenangi dari rumah untuk pelajaran Bahasa
Indonesia berikutnya.
2) Pada saat pembelajaran, siswa diminta mengeluarkan
mainan/benda kecil yang disenangi dari rumah.
3) Guru menjelaskan tujuan dan langkah/langkah
pembelajaran, apersepsi.
4) Siswa mulai menulis dengan objek benda yang dibawa
masing- masing.

5) Guru mengamati proses menulis yang dilakukan siswa,


memberikan motivasi, dan memfasilitasi.
6) Setelah siswa selesai menulis, pekerjaannya ditukar
dengan teman terdekat. Masing-masing siswa membaca
karangan temannya dan mengomentari tulisan yang
dibacanya. Komentar yang mungkin diberikan adalah
runtut penceritaannya, ketepatan penggunaan kosakatanya,
ketepatan penggunaan EYD. Komentar tersebut ditulis di
kertas lain. Proses menukar pekerjaan ini dilakukan dua
kali.
7) Berdasarkan masukan yang diberikan dari dua temannya,
tulisan yang telah dibuat diperbaiki.
8) Guru melakukan pengamatan, bimbingan kepada siswa
saat proses perbaikan karangan yang dilakukan siswa.
9) Berdasarkan hasil pengamatan, guru memperoleh
masukan terhadap kreativitas siswa saat mendeskripsikan
mainan kesayangannya/benda yang dekat dengan anak.
Masukan tersebut mungkin dari penggunaan kosakatanya,
susunan kalimatnya, dan penceritaannya. Gunakanlah
sebagai reinforcement.

Tindaklanjut yang diberikan adalah siswa diminta untuk menulis


ulang tulisan dengan tulisan yang lebih rapi dan tampilan yang
menarik di rumah. Kemudian hasil tulisan tersebut dipajang di
papan pajangan.

DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/
196008091986012-YETI_MULYATI/Modul_MMP.pdf Diunduh 8 April 2021 pukul
14.34 WIB

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131415515/pendidikan/Materi+1-+8.pdf Diunduh 8
April 2021 pukul 10.08 WIB
Yunus, Abidin. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:
PT. Refika Aditama.

Samsu, Somadaya. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Jalil, Abdul dan Elmustian. 2006. Pendidikan Bahasa Indonesia Di Kelas-Kelas Rendah
Sekolah Dasar. Pekanbaru: Unri Press.
Razak, Abdul. 2005. Membaca Pemahaman, Teori dan Aplikasi Pengajaran. Pekanbaru:
Autografi.

Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca Terpadu (Bahan Kursus Pendalaman Materi
Guru Inti PKG Bahasa dan Sastra Indonesia). Malang: IKIP.

Efendi, Anwar, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai