Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
ROMBEL F
2021
A. Hakikat Menyimak dan Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan satu di antara keterampilan berbahasa. Manfaat dari
membaca adalah kita akan memperoleh ilmu pengetahuan yang pastinya ilmu
tersebut sangat berguna bagi kita. Sebelum kita mengenal jauh tentang membaca,
ada baiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian dari membaca.
“Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan
melisankan maupun hanya dalam hati. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
“Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata
yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersiratakan tertangkap atau dipahami,
dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik ”. (Hodgson, 1960: 43-44).
“Membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di
dalam bahasa tertulis.” (Finochiaro dan Bonomo, 1973:119).
“Membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran
tertulisnya.” (Lado, 1976: 132).
“Membaca adalah suatu proses yang kompleks meliputi kegiatan yang bersifat
fisik dan mental. Membaca juga dapat diartikan sebagai proses pemberian makna
simbol-simbol visual.” (Gorys Keraf, 1996: 24).
“Membaca adalah merupakan rangkaian yang respon yang kompleks,
diantaranya mencakup respon kognitif, sikap dan manipulatif. Membaca tersebut
dapat dibagi menjadi beberapa sub keterampilan, yang meliputi sensori, persepsi,
sekuensi, pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, afektif, dan konstruktif.
Menurutnya, aktivitas membaca dapat terjadi jika beberapa sub keterampilan
tersebut dilakukan secara bersam-sama dalam suatu keseluruhan yang terpadu.”
(Fredick Mc Donald dalam Burns, 1996: 8)
“Membaca adalah suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan
bahasa tulis. Hakikat membaca ini menurutnya ada tiga hal, yakni afektif,
kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu pada perasaan, perilaku kognitif
mengacu pada pemikiran, dan perilaku bahasa mengacu pada bahasa anak.”
(Kolker, 1983: 3)
“Mengatakan karena bahasa tulisan mengandung ide-ide atau pikiran- pikiran,
maka dalam memahami bahasa tulisan dengan membaca, proses- proses kognitif
(penalaran), terutama yang bekerja. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
membaca adalah cara untuk membina daya nalar.” (Tampubalon, 1987: 6)
“Membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman sari teks
yangtertulis.” (Smith Ginting, 2005)
“Membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata
dalam kalimat dan struktur bacaan. Sehingga hasil akhir dari proses membaca
adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.” (Juel Sandjaja, 2005)
“Membaca adalah proses pengucapan lisan untuk mendapatkan isi yang
terkandung di dalamnya. Sedangkan rumit dimaksudkan faktor di atas sering
bertautan dan berhubungan, membentuk semacam koordinasi yang rumit untuk
menunjang pemahan terhadap bacaan.” ( Nurhadi, 1987: 13-14)
“Membaca adalah tidak hanya sekedar membunyikan lambang-lambang bunyi
bahasa yang tertulis. Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang
mengarahkan sejumlah besar tindakan yang berbeda-beda.” (Soedarso, 1996:4)
“Membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses
mekanis,beberapa psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam
mengolahinformasi.” (Syafi'I, 1999: 7),
“Membaca adalah pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-
gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan
pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemahaman
diperoleh bila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yangtelah
dimiliki sebelumya dengan apa yang terdapat dalam bacaan.” (Farris,1993: 304)
Dari beberapa pengertian membaca di atas dapat disimpulkan, bahwa membaca
adalah suatu proses memahami serta memetik makna dari kata-kata, ide,
gagasan, konsep, dan informasi yang dikemukakan oleh pengarang dalam bentuk
tulisan.
2. Hakikat Membaca
Menurut Tarigan, membaca pemahaman (reading for undersanding) adalah jenis
membaca untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan, resensikritis,
drama tulis, dan pola-pola fiksi dalam usaha memperoleh pemahamanterhadap
teks, pembaca menggunakan strategi tertentu. Menurut Rubin, membaca
pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencangkup
duakemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir
tentang konsep verbal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam
merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca dengan
menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki untuk mengerti ide
pokok, detail penting, dan seluruh pengertian serta mengingat bahan yang
dibacanya.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat
reseptif (menerima), dikatakan reseptif karena dengan membaca akan
memperoleh informasi, ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman
baru. Membaca juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan
untukmemperoleh suatu gagasan, kesimpulan dan berbagai pandangan dari
pengarang melalui bukti tertulis.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyakhal,
tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berpikir,
psikolinguitik, dan metokognitif. Sebagai proses visual menbaca merupakan
proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan.Sebagai
proses berpikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman
literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif.
Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan mengintepretasi yang
dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan
oleh penulis dalam media tulisan.Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring
dan membaca dalam hati.Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang
dilakukan dengan cara membaca keras-keras di depan umum. Sedangkan
kegiatan membaca dalam hati adalah kegiatan membaca dengan seksama yang
dilakukan untuk mengerti dan memahami maksud atau tujuan penulis dalam
media tertulis.
Syafi’ie menyebutkan hakikat membaca adalah:
Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami
informasi serta memberikan makna terhadap bacaan.
3. Hakikat Menulis
Pengertian menulis menurut Tarigan adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.3 Seseorang dapat
dikatakan sedang menulis apabila memahami lambang grafik dari huruf yang
ditulis. Dalam hal ini yaitu menulis Aksara Jawa. Akan tetapi, seseorang tidak
dapat dikatakan sedang menulis Aksara Jawa kalau tidak memahami lambang
grafik dari huruf tersebut. Apabila seseorang tidak memahami lambang grafik
dari huruf yang ditulis, maka kegiatan yang dilakukan disebut melukis lambang
grafik. Jadi dalam menulis seseorang dituntut memahami makna dari lambang
grafik yang dutulis. Sedangkan dalam melukis lambang grafik seseorang tidak
dituntut memahami makna lambang yang dilukiskan.
Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan
bahasa sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri dari rangkaian huruf yang
bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan. Menulis juga merupakan
suatu proses berfikir. Menulis dan berfikir saling melengkapi. Costa
mengemukakan bahwa menulis dan berfikir merupakan dua kegiatan yang
dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Tulisan adalah wadah yang
sekaligus merupakan hasil pemikiran. Hubungan antara menulis dan berpikir
yakni melalui kegiatan menulis seseorang juga dapat mengomunikasikan apa
yang sedang dipikirkan. Dan melalui kegiatan berpikir seseorang dapat
meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Menulis juga diartikan sebagai proses menggambarkan suatu bahasa dan proses
menyampaikan gagasan. Kedua proses ini sama-sama mengacu pada menulis
sebagai kegiatan melambangkan bunyi-bunyi berdasarkan aturan-aturan tertentu.
Jadi segala ide, pikiran, gagasan yang ada disampaikan dengan cara
menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang
tersebut pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan oleh penulis
Dalam kegiatan menulis juga terjadi proses komunikasi. Proses ini dilakukan
secara tidak langsung, tidak melalui tatap muka antara penulis dan pembaca.
Agar tulisan itu berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh penulis maka isi
tulisan serta lambang grafik yang digunakan harus benar-benar dipahami oleh
keduanya. Tulisan merupakan media komunikasi yang harus dipahami karena
manfaatnya yang luas. Jadi menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan
dengan bahasa tulis sebagai medianya. Dalam komunikasi tulis setidaknya ada
empat unsur yang terlibat yakni, penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisa atau
pesan, saluran atau medianya berupa tulisan atau pesan, dan pembaca sebagai
penerima pesan.
B. Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk
dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan buku yang
berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk
tertulis (Nalurita, Siroj, & Ilma, 2010). Senada dengan hal itu Hamdani (2011)
mengungkapkan bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun
secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan proses pembelajaran sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan peserta didik untuk belajar. Lebih lanjut Trianto (2009) mengatakan
bahwa “bahan ajar adalah buku panduan bagi peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran yang memuat materi pembelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan
konsep, kegiatan, informasi, dan contoh-contoh penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari”. Pendapat lain dikemukakan Daryanto & Dwicahyono (2014)
menyatakan bahwa “bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan
guru/instruktur untuk perencanaan dan penelahaan implementasi pembelajaran”.
1. Bahan Ajar Membaca di Sekolah Dasar
Bahan ajar membaca di Sekolah Dasar terutama di kelas rendah yang cocok
untuk diterapkan adalah dongeng. Dongeng adalah bentuk sastra lama yang
bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa, terjadi diluar nalar manusia
yang penuh Fantasi dan khayalan (fiksi). Dongeng dianggap oleh masyarakat
suatu hal yang tidak benar-benar terjadi di dunia nyata. Dongeng memang sudah
menjadi pelajaran lama dalam bidang studi Bahasa Indonesia. Oleh karena itu
banyak siswa dituntun untuk mengerti tentang dongeng sejak di bangku sekolah
dasar. Berikut adalah beberapa macam jenis-jenis dongeng :
a. Fabel
Fabel adalah salah satu dongeng yang menampilkan binatang sebagai tokoh
utama. Tokoh tersebut dapat berpikir, berperasaan, berbicara, bersikap dan
berinteraksi seperti manusia. Fabel bersifat didaktis untuk mendidik. Fabel
digunakan sebagai kiasan kehidupan manusia dan untuk mendidik
masyarakat. Contoh fabel dengan judul Kupu-Kupu Berhati Mulia.
Kupu-Kupu Berhati Mulia
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan
ditaman. Ia sangat bahagi, karena bisa berjalan-jalan melihat taman yang
indah. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang
yang berada di taman itu.
Ia melihat sebuah kepompong di atas pohon, Sang semut mengejek bentuk
kepompong yang jelek yang tidak bisa pergi ke mana-mana. “Hei,,
kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di
ranting itu. Ayo jalan-jalan, lihat dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu
jika ranting itu patah?”.
Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka.
Bahkan sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya.
Sang semut merasa bahwa dirinya ialah binatang yang paling hebat. Si
kepompong hanya diam saja mendengar ejekan tersebut. Pada suatu pagi
sang semut kembali berjalan ke taman itu, karena hujan dimana-mana
terdapat genangan lumpur.
Lumpur yang licin membuat semut tergelincir ke dalam lumpur. Ia terjatuh
ke dalam lumpur. Sang semut hampir tenggelam dalam genangan itu. Semut
berteriak sekencang mungkin untuk meminta bantuan ” Tolong, bantu aku!
Aku mau tenggelam, tolong,,,, tolong…!!
Untunglah saat itu ada seekor kupu-kupu yang terbang melintas, kemudian
kupu-kupu menjulurkan sebuah ranting ke arah semut. “Semut, peganglah
erat-erat rating itu!! nanti aku akan mengangkat ranting itu. Lalu sang
semut memegang erat ranting itu.
Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang
aman. Kemudian sang semut berterima kasih kepada kupu-kupu karena
kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya. Ia memuji kupu-kupu sebagai
binatang yang hebat dan terpuji. Mendengar pujian itu, kupu-kupu berkata
kepada semut. “Aku adalah kepomponng yang pernah diejek” kata si kupu-
kupu, ternyata kepompong yang dulu ia ejek sudah menyelamatkan dirinya”.
Akhirnya sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan
menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
b. Legenda / Cerita Rakyat
Legenda/Cerita Rakyat, adalah dongeng yang diciptakan masyarakat
sehubugan dengan keadaan alam dan nama suatu daerah. dongeng yang
menceritakan tentang kejadian alam atau suatu tempat. Contoh Legenda
dengan judul Rawa Pening
Rawa Pening
Pada suatu hari, diperlukan sarana tolak bala berupa pusaka sakti sebagai
salah satu syarat agar penyelenggaraan acara merti desa bisa berjalan
lancar tanpa ada halangan apapun. Endang Sawitri diutus untuk meminjam
pusaka sakti milik Ki Hajar Salokantara, sahabat Ki Sela Gondang. Namun,
Ki Hajar Salokantara memberikan pesan kepada Endang Sawitri untuk
jangan meletakkan pusaka di atas pangkuannya. Namun, di tengah
perjalanan pulang, Endang Sawitri melanggar pesan tersebut. Akibatnya,
Endang Sawitri hamil.
Ki Sela Gondang pun memohon agar Ki Hajar Salokantara mau menikahi
sang putri untuk menutup aib keluarganya. Dengan berat hati, maka Ki
Hajar Salokantara pun menerima Endang Sawitri sebagai istrinya. Setelah
lahir, ternyata anaknya berupa naga yang diberi nama Baro Klinting. Untuk
melepas kutuk pusaka, Baro Klinting harus menemui Ki Hajar Salokantara
yang sedang bertapa di gunung Telomoyo dan bertapa dengan melingkari
gunung Telomoyo dengan tubuhnya.
Selanjutnya Ki Hajar Salokantara menyuruh Baru Klinting untuk bertapa
kembali di gunung Telomoyo agar dia terlepas dari kutukan pusaka sakti
tersebut. Setelah selesai bertapa, Baro Klinting berubah menjadi manusia.
Setelah berubah wujud manusia, Baro Klinting meminta makanan dan
minuman, namun diusir oleh penduduk desa.
Hanya seorang janda tua yang bernama Nyai Latung yang memberikan
makanan dan minuman. Baro Klinting menancapkan sebatang lidi dan
mengadakan sayembara siapa yang dapat mencabut lidi, maka ia adalah
orang hebat.
Tidak seorangpun penduduk desa yang sanggup. Saat lidi dicabut oleh Baro
Klinting, menyemburkah air yang sangat deras menjadi air bah,
pendudukpun memukul kentongan tanda bahaya.
Mendengar suara kentongan, Nyai Latung naik ke atas lesung sesuai dengan
pesan dari Baro Klinting. Air bah tersebut menjelma menjadi genangan luas
berbentuk rawa-rawa denga airnya yang bening. Nyai Latung menamakan
desa yang tengggelam dengan nama Rawa Pening yang berasal dari
genangan air bening yang mebentuk rawa
c. Mitos/ Mite
Mitos atau disebut juga Mite adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan
sebuah cerita yang berlatar belakang masa lalu, berisi tafsir tentang alam
semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, dan diyakini terjadi oleh
mereka yang menganutnya atau pemiliknya. Secara umum mitos bercerita
tentang kejadian alam semesta, dunia dan para makhluk yang menghuninya,
bentuk topografi, kisah para makhluk supranatural serta lain sebagainya.
Mitos muncul sebagai catatan kejadian sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan,
sebagai alegori atau personifikasi untuk kejadian alam atau juga suatu
penjelasan mengenai ritual.
d. Sage
Sage adalah dongeng yang di dalamnya mengandung unsur sejarah, namun
tetap sukar dipercaya kebenaranya karena unsur sejarahya terdesak oleh
unsur fantasi. Dongeng yang mengandung unsur sejarah atau kisah
kepahlawanan. Contoh sage dengan judul Jaka Tingkir
Jaka Tingkir
Setelah Majapahit runtuh oleh serangan pasukan Islam di bawah pimpinan
Raden Patah, daerah di sekitar Jawa Tengah dikuasai oleh Kesultanan
Demak Bintara dan Raden Patah menjadi raja kesultanan baru tersebut.
Raden Patah kemudian digantikan oleh menantunya yaitu Raden Yunus yang
lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor yang menerapkan
politik Islam garis keras. Pemerintahan kedua ini hanya bertahan tiga tahun
karena kemudian Raden Yunus terbunuh oleh pemberontak Majapahit yang
masih ada. Pengganti Raden Yunus adalah Sultan Trenggana, anak dari
Raden Patah. Ketika itu keturunan pewaris tahta resmi Majapahit yang
masih tersisa, yaitu putra dari Ki Ageng Pengging yang diasuh oleh Nyi
Ageng Tingkir telah tumbuh dewasa. Dia adalah Mas Karebet yang
kemudian lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Sejak kecil Mas Karebet
gemar bepergian dan masuk ke dalam hutan belantara. Selain bermain
dengan binatang-binatang liar, Mas Karebet juga banyak belajar dari para
pertapa Shiva Buddha yang sering berada di dalam hutan. Mas Karebet
tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan sakti mandraguna. Suatu ketika Mas
Karebet bertemu dengan Sunan Kalijaga dan dia diperintahkan untuk masuk
ke Kesultanan Demak. Tidak berapa lama setelah memasuki istana Demak,
Mas Karebet atau Jaka Tingkir (Pemuda dari Tingkir) berhasil menarik
perhatian Sultan Trenggana yang akhirnya mengangkat Jaka Tingkir
menjadi Lurah (pemimpin) Pasukan Pengawal Sultan Demak. Kehadiran
Jaka Tingkir yang tidak beragama Islam melainkan Shiva Buddha telah
menimbulkan pro-kontra dalam istana, namun Sultan Trenggana sudah
terlanjur menyukai Jaka Tingkir dan merasa aman jika dikawal oleh pemuda
keturunan raja Majapahit itu. Jaka Tingkir juga disegani oleh pendukung
Majapahit yang masih banyak melakukan gerilya dan pemberontakan. Suatu
ketika, Jaka Tingkir melakukan perbuatan yang kurang berkenan bagi
Sultan Trenggana sehingga jabatan Jaka Tingkir diturunkan dan harus pergi
dari istana. Selama di luar istana Jaka Tingkir berguru pada Ki Ageng
Banyu Biru, seorang guru spiritual Shiva Buddha yang terkenal. Untuk bisa
kembali masuk di Istana Demak, Jaka Tingkir harus mendapatkan
kepercayaan dari Sultan Trenggana. Untuk itu, Jaka Tingkir dibantu oleh
teman-temannya dan juga dari pasukan gerilya Majapahit merencanakan
penyerangan kepada pasukan sultan Demak dan kemudian Jaka Tingkir
akan tampil sebagai penyelamat. Suatu malam sebelum penyerangan, Jaka
Tingkir mendapatkan wahyu keprabon yaitu semacam tanda yang hanya
akan datang pada mereka yang kelak akan menjadi raja atau penguasa
tanah Jawa. Meski agak meleset dari rencana penyerangan, namun akhirnya
Jaka Tingkir berhasil mendapatkan kembali kepercayaan Sultan Trenggana
dan kembali ke Demak. Jaka Tingkir diangkat menjadi Adipati di daerah
Pajang dan pada kemudian hari akan mendirikan Kerajaan Pajang setelah
Demak Runtuh.
2. Metode Bunyi
na – ma dan seterusnya. i – na
a – na ni – na
3. Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,seperti ba, bi, bu, be, bo,
ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya. Suku kata tersebut kemudian
dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar
suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata
menjadi kata-kata bermakna. Misalnya:
ba – bi cu – ci da – da ka – ki
ba – bu ca – ci du – da ku – ku
bi – bi ci – ca da – du ka – ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
ba – ca bu – ku
Global memiliki arti secara utuh atau bulat. Yang disajikan pertama
kali dalam metode global kepada murid adalah kalimat seutuhnya.
Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi
kalimatnya. Gambar itu ditujukkan untuk mengingatkan siswa kepada
kalimat yang ada di bawahnya. Setelah berkali-kali membaca, murid
dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh, di bawah ini bahan ajar untuk MMP yang
menggunakan metode global.
i. Memperkenalkan gambar dan kalimat.
ini mama
i-ni ma-ma
i-n-i m-a-m-a
c. Membaca sekilas
d. Membaca dangkal
g. Membaca kritis
h. Membaca teliti
i. Membaca pemahaman
a) Pengenalan huruf
b) Mengidentifikasi lafal
2) Materi:
b. Menulis Kegiatan
3) Prosedur:
a) Guru menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pembelajaran.
b) Siswa diminta untuk membuat gambar kesenangan
dengan bentuk yang sederhana.
c) Gambar yang telah selesai dibuat ditulisi dengan
keinginan masing-masing siswa.
d) Guru melaksanakan pengamatan, bimbingan, dan
penilaian proses terhadap kerja yang dilakukan siswa.
e) Hasil kerja siswa yang dianggap baik dipajang di
papan pajangan.
d. Menulis Bentuk Gambar
a) Menulis kreatif
a) Menulis eksposisi
2) Materi:
3) Prosedur:
1) Tujuan:
2) Materi:
3) Prosedur:
2) Materi:
3) Prosedur:
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/
196008091986012-YETI_MULYATI/Modul_MMP.pdf Diunduh 8 April 2021 pukul
14.34 WIB
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131415515/pendidikan/Materi+1-+8.pdf Diunduh 8
April 2021 pukul 10.08 WIB
Yunus, Abidin. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Samsu, Somadaya. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Jalil, Abdul dan Elmustian. 2006. Pendidikan Bahasa Indonesia Di Kelas-Kelas Rendah
Sekolah Dasar. Pekanbaru: Unri Press.
Razak, Abdul. 2005. Membaca Pemahaman, Teori dan Aplikasi Pengajaran. Pekanbaru:
Autografi.
Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca Terpadu (Bahan Kursus Pendalaman Materi
Guru Inti PKG Bahasa dan Sastra Indonesia). Malang: IKIP.
Efendi, Anwar, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
Tiara Wacana.