Anda di halaman 1dari 26

Menganalisis Kurikulum IPA SD Kurikulum 2013 dan Pendekatan Saintifik

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPA

Dosen Pengampu :

Dr. Barokah Isdaryanti S.Pd., M.Pd.

Dewi Nilam Tyas S.Pd., M.Pd.

Di Susun Oleh :

Sri Riski Martini (1401419231)

Inge Liset Marlian Wandani (1401419232)

Yuliana Widya Putri (1401419233)

Putri Arlisa Hanafiah (1401419235)

Rombel F

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang

2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


Alhamdulillah, senantiasa kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kami nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi
kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan
makalah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam tidak lupa saya haturkan kepada junjungan Nabi Agung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua
sebagai sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususya dosen
pembimbing yang terhormat :
1. Dr. Barokah Isdaryanti S.Pd., M.Pd.
2. Dewi Nilam Tyas S.Pd., M.Pd.

Yang telah membimbing saya, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dengan judul “Menganalisis
Kurikulum IPA SD Kurikulum 2013 dan Pendekatan Saintifik Dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan IPA”.

Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran khususnya dari dosen
pembimbing agar makalah yang kami susun kedepannya bisa menjadi lebih baik.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, 28 September 2020


 

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Kata Pengantar...........................................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan.......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kurikulum 2013 Pembelajaran IPA di SD................................................................6
B. Kerangka Dasar IPA di SD.....................................................................................7
C. Tujuan dari Pembelajaran IPA di SD.........................................................................7
D. Konsep Pengembangan Saintifik .............................................................................8
E. Hakikat Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) ......................................................11
F. Penerapan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013.........................................12
BAB III PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................................25
Daftar Pustaka................................................................................................................26

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Kurikulum, bukan kata yang asing dalam dunia pendidikan. Pendidikan atau
pembelajaran tidak lepas dari istilah ini, karena kurikulum adalah salah satu komponen dari
pembelajaran. Dengan adanya kurikulum proses belajar dan pembelajaran akan berjalan
secara terstruktur dan tersistem demi mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Pengembangan kurikulum menjadi sangat penting sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan perubahan pada masyarakat.
Untuk mencapai tujuan mulia dari pembelajaran tersebut, maka para pengembang
kurikulum terus berbenah dan melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang diberlakukan.
Sebagaimana yang akan dibahas di makalah ini, kurikulum 2013 merupakan hasil
pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan( KTSP ). Kurikulum ini bertujuan
tidak lain untuk lebih memperbaiki lagi kualitas pendidikan yang ada saat ini.
Kurikulum 2013 ini adalah kurikulum terbaru yang implementasinya baru dimulai di
lapangan mulai tahun 2013 ini. Karena kurikulum ini masih sangat baru, maka sosialisasi
pada masyarakat pun juga masih sedang berjalan sekarang ini Tidak bisa dipungkiri bahwa
perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut
dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu
adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi menciptakan generasi
masa depan berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang
unggul, mampu bersaing di dunia internasional.
Kurikulum sifatnya dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban suatu bangsa, maka semakin berat pula
tantangan yang dihadapinya. Persaingan ilmu pengetahuan semakin gencar dilakukan oleh
dunia internasional, sehingga Indonesia juga dituntut untuk dapat bersaing secara global demi
mengangkat martabat bangsa.
Pada saat penerapan KTSP, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA
di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik
dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Untuk
kurikulum 2013, Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti adalah acuan utama bagi
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah C?

4
2. Bagaimanakah Kerangka Dasar IPA di SD?
3. Apa sajakah Tujuan dari Pembelajaran IPA di SD?
4. Bagaimana Konsep Pengembangan Saintifik ?
5. Bagaimana Hakikat Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) ?
6. Bagaimana Penerapan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013 ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana Pembelajaran Kurikulum 2013 IPA di SD.
2. Untuk mengetahui Kerangka Dasar IPA di SD.
3. Untuk mengetahui Tujuan Pembelajaran IPA di SD.
4. Untuk mengetahui Konsep Pengembangan Saintifik.
5. Untuk mengetahui Hakikat Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
6. Untuk mengetahui Penerapan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. Kurikulum IPA SD
Pembelajaran IPA ialah suatu pembelajarn yang mempelajari tentang pengetahuan
tentng alam. IPA sebagai aplikasimerupakan penerapanmetode atau kerja ilmiah dan
konsepsains dalam kehidupan sehari-hari. IPA sebagai sikap merupakan rasa ingin tahu
tentang objek,fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibatnya yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Pembelajaran IPA di SD merupakan pembelajaran yang menyiapkan masa depan anak.
Sekolah mempersiapkan anak didik untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang.
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengatahuan yang dilaksanakan dengan
menuangkan pengetahuan kepada siswa. IPA merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan,konsep, ang terorganisasi tentang
alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyususnan, dan penyajian gagasan-gagasan.
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu denganmelakukan observasi, eksperimen,
penyimpulan, penyususnan teori, dan demikian seterusnya kait-mengait dengan cara-cara
yang lain. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, dan
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip
saja melainkan juga merupakan suatu proses penemuan.
IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahu
tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkanmelalui prosedur yang benar; IPA bersifat
open ended; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
dan (4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Empat unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA sebaiknya menggunakan metode discovery, metode pembelajaran
yang menekankan pola dasar: melakukan pengamatan, menginferensi, dan
mengomunikasikan/menyajikan. Pola dasar ini dapat dirinci dengan melakukan pengamatan
lanjutan (mengumpulkan data), menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Di dalam
pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama di dalam
pikirannya, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.

6
Kompetensi dalam menyusun RPP, memberikan konstribusi yang sangat berarti dalam
melakasanakan Pembelajaran IPA di kelas.Kompetensi menyusun rencana pembelajaran IPA
berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Kajian yang akan dibahas adalah
1. Mengkaji dan memahami informasi yang berkenaan dengan latar belakang dan ruang
lingkup mata pelajaran IPA.
2. Mengkaji kerangka dasar dan struktur kurikulum. Dan ada pula tes formatif untuk
mengetahui tingkat ketercapaian Anda dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.

B. Kerangka Dasar IPA


Kerangka dasar kurikulum IPA SD terdiri dari tiga hal, yaitu kelompok mata pelajaran,
prinsip pengembangan kurikulum, dan prinsip pelaksanaan kurikulum. Kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal,
menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan
kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

C. Tujuan Pembelajaran IPA


Tujuan pembelajaran IPA SD/MI yang disuratkan dalam latar belakang mata pelajaran
IPA SD/MI menegaskan bahwa pembelajaran IPA bertujuan untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah melalui inkuiri ilmiah, dan
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup, untuk mengembangkan
kemampuan menerapkan konsep IPA yang dimiliki siswa melalui pembelajaran Saling temas,
dalam bentuk kegiatan merancang dan membuat suatu karya. Adapun tujuan Pembelajaran
IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:

1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan
masyarakat.
2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.
7
6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai
berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri
Sulistiyorini, 2007: 40)

D. Konsep Pendekatan Saintifik


Dalam sejarah pengembangan kurikulum di Indonesia, Balitbang Depdiknas sejak
tahun 1979 telah merintis pengembangan program prestisius ini dalam Proyek Supervisi dan
CBSA (Cara Belajar Pesertadidik Aktif). Hasil-hasil proyek ini kemudian direplikasi di
sejumlah daerah dan dikembangkan melalui penataran tenaga pendidik ke seluruh Indonesia.
Upaya yang dimulai pada tingkat sekolah dasar ini kemudian mendorong penerapan
pendekatan belajar aktif di tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap
kemudiandiintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum
Berbasis Kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal
dengan istilah KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
Dalam perancangan kurikulum baru, Kemendikbud masih menggunakan latar belakang
pemikiran yang menyatakan bahwa secara faktual tenaga pendidik belum melaksanakan cara
belajarpeserta didik aktif. Kondisi ideal yang diharapkan masih lebih seringmenjadi slogan
dari pada fakta dalam kelas. Produktivitas pembelalaran untuk menghasilkan peserta didik
yang terampil berpikir pada level tinggi dalam kondisi madek alias kolep. Deskripsi ini
merujuk pada hasil tes anak bangsa kita yang dikompetisikanpada tingkat internasional
dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu. Memang, ini kondisi yang sangat
memprihatinkan.
Apakah Pendekatan Ilmiah itu?
Untuk mengetahui pengertian scientific terlebih dahulu harus kita pahami pengertian
dari ilmu, Ilmu dalam arti science dapat dibedakan dengan ilmu dalam arti pengetahuan
(knowledge). Ilmu adalah pengetahuan yang sistematik, berfungsi sebagai alat bantu dalam
mengatasi masalah sehari-hari.
Berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metodei lmiah yang
menggabungkan berpikir deduktif dan induktif merupakan ekspresi cara kerja pikiran
sehingga mempunyai sifat rasional dan teruji. Pengetahuan yang disusunnya merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan. Pengetahuan yang berupa ilmu dapat menjelaskan gejala
alam empiric sehingga memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi, sehingga

8
dengan berdasarkan ramalan itulah manusia akan dapat mengontrol dan mengendalikan
gejala-gejala bahkan sebelum ia berubah menjadi kenyataan.
Berpikir deduktif dapat memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah, sifat
konsisten terhadap pengetahuan yang telah ada atau yang telah terkumpul sebelumnya.
Secara sistematik dan kumulatif, pengetahuan ilmiah disusun secara bertahapdengan
argumentasi mengenai sesuatu didasarrkan atas pengetahuan yang telah ada.
Secara koheren, konsisten, dan teratur ilmu mencoba mmemberikan penjelasan rasional
kepada objek yang berada di dalam kajiannya. Penjelasan yang rasional dan koheren itu tidak
memberikan kesimpulan yang bersifat final. Oleh karena itu dimungkinkan menyususn
berbagai penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu. Meskipun argumentasi rasional
didasarkan pada premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya namun mungkin juga
untuk memilih premis yang tersedia yang digunakan dalam penyususnan argumentasi. Oleh
karena itulah dipergunakanlah cara berpikir induktif yang didasarkan atas criteria kebenaran
korenpondensial.pendektan korespondensial mengatakan bahwa suatu pernyataan benar jika
terdapat fakta-fakta empiric yang mendukung pernyataan tersebut.
Sebagai seuah contoh adalah pernyataan bahwa “salju itu berwarna putih”. Pernyataan
ini akan bernilai benar jika terdapat kenyataan yang mendukung hal ini, yakni fakta empiric
yang memang dapat diuji kebenarannya.
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan
melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori
tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama
artinya dengan metode, padahal berbeda. Dalam pendekatan dapat dioperasionalkan sejumlah
metode. Misalnya, dalam penerapan pendekatan saintifik dapat dioperasionalkan metode
observasi, metode diskusi, metode ceramah, serta metode lainnya. Artinya, pendekatan itu
lebih luas dibandingkan metode pembelajaran.
Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi
perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan
pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada
pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada
bagaimana mengembangkan kompetensi peserta didik dalam melakukan observasi atau
eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir
sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Maka dari

9
penjelasan yang telah dipaparkan kita dapat mengatakan bahwa pendekatan scientific
merupakan pendekatan yang dilakukan secara nyata dan riil.
Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004
sebagaimana dikutip Wikipedia, menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi
pembelajaran peserta didik aktif yang mengintegrasikan peserta didik dalam proses berpikir
dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan
peserta didik yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu tenaga pendidik
mengindentifikasi perbedaan kemampuan peserta didik.
Pada penerbitan majalah selanjutnya pada tahun 2007 tentang Scientific Teaching
dinyatakan terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan pendekatan ilmiah; yaitu:
1) Belajar peserta didik aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar
berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat
pada peserta didik. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar peserta didik yang
dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.
2) Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan
pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi peserta didik unik,
kelompok peserta didik unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur,
pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
3) Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui
kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat
aktivitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam
tujuh langkah berikut:
a) Merumuskan pertanyaan.
b) Merumuskan latar belakang penelitian.
c) Merumuskan hipotesis.
d) Menguji hipotesis melalui percobaan.
e) Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
f) Jika hipotesis terbukti benar maka daapt dilanjutkan dengan laporan.
g) Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan pengujian kembali.
Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis berdasarkan fakta dan teori.
Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai. Karena itu kemampuan bertanya

10
merupakan kemampuan dasar dalam mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi baru digali
untuk menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, penguasaan teori dalam sebagai dasar untuk
menerapkan metode ilmiah. Dengan menguasi teori maka peserta didik dapat
menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala, memprediksi, memandu perumusan
kerangka pemikiran untuk memahami masalah. Bersamaan dengan itu, teori menyediakan
konsep yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan mengarahkan perumusan pertanyaan
penelitian.

E. Hakikat Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)


Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik artinya pembelajaran itu
dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu, pendekatan saintifik (scientific) disebut juga
sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses
ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau
proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan
induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran
deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti
spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas.
Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan
detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum (Daryanto, 2014: 55). Dapat diketahui
bahwa metode ilmiah merujuk pada teknik teknik investigasi atas suatu atau beberapa
fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry)
harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsipprinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat
serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah
informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. Dengan
demikian, pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional.

11
F. Penerapan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 didasarkan pada prinsip-prinsip yang baru antara lain: (1) dari peserta
didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu, (2) dari guru sebagai satu-satunya
sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar, dan (3) dari pendekatan
tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah. Penerapan ketiga
prinsip tersebut memerlukan kreativitas guru dalam mengarahkan, membimbing, dan
memfasilitasi peserta didik.
Kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik adalah kompetensi, sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Kompetensi sikap terkait dengan
nilai-nilai yang bersifat umum, yaitu nilai spiritual (terkait dengan Kompetensi Inti ke-1) dan
nilai-nilai social (terkait dengan Kompetensi Inti ke-2). Selain itu, pembelajaran sikap juga
perlu dikaitkan dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Sebagai contoh, sesuai
dengan karakteristik pembelajaran seni, kompetensi sikap juga mencakup sikap terhadap
karya seni rupa yakni menghargai dan menikmati karya seni rupa. Kompetensi pengetahuan
terkait dengan aspek-aspek kesejarahan, estetika, kritik, dan penciptaan seni rupa.
Kompetensi keterampilan terkait dengan pembuatan berbagai jenis karya seni rupa.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran seni rupa pada dasarnya menitikberatkan pada
kegiatan apresiasi dan kreasi seni rupa. Apresiasi seni adalah kegiatan memahami dan
menghayati karya seni rupa dan pemahaman tentang seni rupa menjadi landasan untuk
menghayati dan juga membuat karya seni rupa. Oleh karena itu, pembelajaran apresiasi dan
kreasi seni rupa seharusnya diberikan secara terpadu. Pembelajaran suatu seni rupa
seharusnya dimulai dengan pengenalan ciri-ciri karya seni rupa yang dipelajari, dengan
pengamatan contoh karya gambar atau reproduksinya, dan konsep-konsep yang terkait
dengan substansi menggambar alam benda yakni objek, bentuk (komposisi), dan teknik
menggambar alam benda, dan kemudian dilanjutkan praktik membuat karya seni rupa.
Pembelajaran seni rupa berdasarkan langkah-langkah pendekatan saintifik selanjutnya
dijelaskan dalam uraian berikut.
Mengamati. Ciri khas pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah belajar dalam
kelompok, maka sebelum memulai bagian inti pembelajaran, peserta didik dibagi menjadi
kelompok-kelompok, misalnya dengan anggota empat atau lima orang peserta didik. Dalam
hal ini perlu dicari cara yang praktis dalam mengatur meja dan kursi peserta didik.
Mengamati merupakan landasan untuk melakukan kegiatan menanya atau mengajukan

12
pertanyaan-pertanyaan. Mengamati pada dasarnya melakukan identifikasi hal-hal yang
penting terkait dengan materi pengetahuan yang harus dipelajari, yaitu menemukan unsur-
unsur atau aspek-aspek pengetahuan tersebut.
Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena
mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.Dalam
kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi peserta didik untuk secara luas dan
bervariasi melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka
untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau
objek.Selanjutnya guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai
apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca.
Dalam memulai kegiatan ini guru perlu mengingatkan tujuan pembelajaran atau
indikator pencapaian kompetensi yang telah diberikan pada bagian pendahuluan. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan membaca sekilas bab yang terdapat di dalam buku siswa. Pada
bagian awal bab bahkan terdapat peta konsep yang merupakan bagan susunan konsep-konsep
pokok materi yang dipelajari. Selain itu, guru dapat memberikan sumber belajar lainnya
(misalnya berupa tayangan video) sebagai objek pengamatan.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah


seperti berikut ini(Kemdikbud, 2013).
a.Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b.Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c.Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun
sekunder
d.Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e.Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data
agar berjalan mudah dan lancar
f.Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku
catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Kegiatan mengamati/mengobservasi dalam proses pembelajaran meniscayakan
keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk
keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut(Kemdikbud,2013).

13
a.Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan
pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi
(complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku,
objek, atau situasi yang diamati.
b.Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa,
padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekali tidak
melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Merepa juga tidak memiliki
hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda
dengan observasi biasa, pada observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati
ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran
dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku
atau objek yang diobservasi.
c.Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta didik
melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi
semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi.
Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas,
atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan
pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau
komunitas tertentu dan pada waktu tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek
setempat, termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua
carapelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi
tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini(kemdikbud 2013).
a.Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran,
fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah
direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.
b.Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses
pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasi
oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau
mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dam guru
melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: (1) tape
recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan

14
secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual;
dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi,
dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal
record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa
suatu daftar yang berisikannama-nama subjek, objek, atau faktor-faktor yang akan
diobservasi. Skala rentang, berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut
tingkatannya. Catatan anekdotal berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru
mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang
diobservasi. Alat mekanikal berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau
merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang
diobservasi.
Prinsip-prinsip yangharus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi
pembelajaran disajikan berikut ini(Kemdikbud, 2013).
a.Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran.
b.Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi
yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi,
makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta
didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
c.Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

Menanya. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun


pengetahuan siswa dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori.
Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan
sistematis (critical thinking skills). Proses menanya bisa dilakukan melalui kegiatan diskusi
dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang pada
peserta didik untuk mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri. Guru membimbing
peserta didik agar mampumengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang
konkrit sampai abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang
lebih abstrak. Pertanyaan yang disusun dapat bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Guru melatih peserta didik menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang

15
dibuat dan memberikan bantuan untuk belajar mengajukan pertanyaan sehingga peserta didik
mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

Melalui kegiatan bertanya rasa ingin tahu peserta didik dikembangkan. Semakin
terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin berkembang. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
akan menjadi dasar untuk mencari informasi lebih lanjut dan beragam melalui sumber yang
ditentukan guru sampai yang dipilih peserta didik sendiri. Dimulai dari sumber kajian yang
tunggal sampai yang beragam.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan
dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam
bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang
efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!
a. Fungsi bertanya:
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan
untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi
pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa
yang baik dan benar.
Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.

16
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati
satu sama lain.
b. Kriteria pertanyaan yang baik adalah (Kemdikbud, 2013):
Singkat dan jelas.Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya pemanasan global? (2) Faktor-faktor apakah
yang menyebabkan terjadinya pemenasan global?Pertanyaan kedua lebih singkat dan
lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.
Menginspirasi jawaban. Contoh: Membangun kesadaran manusia dalam
menggunakan teknologi yang ramah lingkunganitu sangat penting dalam menekan
terjadinya pemanasan global. Jika kita gagal mencari alternatif teknologi yang ramah
lingkungan, akan muncul aneka persoalan yang diakibatkan terjadinya pemanasan
global. Coba jelaskan dampak apa saja yang muncul, jika suatu kita gagal dalam
menekan terjadinya pemansan global? Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di
muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta
menjawab pertanyaan.
Memiliki fokus. Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya
pemanasan global? Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta
didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima
misalnya menjawab: penggunaan freon, bahan bakar fosil, pabrik-pabrik, kendaraan
bermotor, dan rusaknya hutan. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta
didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas
seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa rusaknya hutanmenjadi
penyebab pemanasan global? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada
peserta didik secara perorangan.
Bersifat probing atau divergen.Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas lingkungan
hidup, apakah kita harus menggunakan energi alternatif?(2) Mengapa penggunaan
energi alternatif dapat mengurangi terjadinya kerusakan lingkungan?Pertanyaan
pertama cukup dijawab oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya,
pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan
penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
Bersifat validatif atau penguatan.Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta
kepada peserta didik yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban
atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas

17
jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah
memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau
meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya
menguatkan. Contoh:
Guru: “mengapa berkurangnya hutanmenjadi penyebab pemanasan global”?
Peserta didik I: “karena tanaman di hutan dapat menyerap CO2.”
Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik II: “karena dengan diserapnya CO2oleh tanaman di hutan, maka
penyebabrusaknya laposan ozon (O3) menjadi berkurang”
Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik III: “bila penyebab rusaknya lapisan ozon berkurang, maka lapisan ozon
memiliki kemampuan yang baik dalam memantulkan dan meneruskan sinar
ultraviolet sesuai dengan kebutuhan bumi kita.” dan seterusnya
Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.Untuk menjawab
pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan
jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan
pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau
menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu. Jika dengan pertanyaan
tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan
guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu utama Belanda
menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah Indonesia? Jika dengan
pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya
dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.
Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. Pertanyaan guru yang baik
membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang
makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya.Guru mengemas atau
mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke
makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah
kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa,
bagaimana, dan seterusnya.
Merangsang proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya
interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah

18
menyampaikan pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
mendiskusikan jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang
atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan
tersebut. Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana
pemantul.Dengan membaca sekilas uraian materi dan melakukan pengamatan
berdasarkan sumber belajar lainnya, peserta didik selanjutnya dapat mengembangkan
sejumlah pertanyaan sebagai langkah awal bagian inti pembelajaran. Dalam hal ini
sebaiknya masing-masing kelompok peserta didik diminta berdiskusi untuk
merumuskan dan menuliskan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas sehelai kertas
dan menyerahkannya kepada guru. Selanjutnya guru bersama-sama dengan seluruh
peserta didik menyimpulkan pertanyaan pertanyaan yang relevan dengan tujuan
pembelajaran.
Dalam praktik sering dijumpai bahwa guru cukup menghabiskan waktu untuk untuk
kegiatan mengamati ini dan menjadi rancu dengan kegiatan pengumpulan data atau informasi
(mencoba), sehingga langkah menanya tidak terjadi. Sering juga terjadi bahwa guru kurang
berhasil dalam membimbing peserta didik dalam membuat pertanyaan-pertanyaan, sehingga
bukan peserta didik melainkan guru sendiri yang membuat pertanyaan-pertanyaan. Hal-hal
tersebut tidak akan terjadi jika guru benar-benar memahami peranan kegiatan mengamati dan
menanya sebagai langkah awal dalam proses belajar, sehingga harus dipisahkan dengan
kegiatan selanjutnya (mencoba). Kesulitan untuk membuat pertanyaan dapat diatasi dengan
memberikan acuan penggunaan kata tanya yang lazim digunakan dalam membuat penjelasan
yang dikenal dengan “5W 1H”, yaitu apa, siapa, di mana, mengapa, dan bagaimana.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik dalam mempelajari materi suatu
mata pelajaran mencakup unsur-unsur tertentu yang membentuk struktur materi tersebut.

Mengumpulkan Data/Informasi. Hasil kegiatan menanya merupakan landasan untuk


melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi. Untuk melakukan kegiatan ini, guru
perlu memberikan acuan kepada peserta didik pengetahuan tentang metode pengumpulan
data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam hal ini peserta didik dapat
berbagi tugas untuk menemukan data atau informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang telah dirumuskan. Pertanyaan yang dirumuskan merupakan pertanyaan secara umum,
sehingga sebaiknya sebelum mengumpulkan data, pertanyaan tersebut dijabarkan menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang lebih rinci dan ditentukan sumber data dan metode

19
pengumpulannya (misalna dalam bentuk matriks). Dengan demikian, peserta didik dapat
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dan tidak melakukan kegiatan secara sporadis
dan mengumpulkan data yang tidak diperlukan. Dalam kegiatan ini, perlu dipertimbangkan
pula ketersediaan dan keterjangkauan sumber belajar oleh peserta didik serta aspek
keselamatan dalam proses pengumpulan data.
Selain buku teks (buku siswa), terdapat banyak buku nonteks dan artikel di internet
yang dapat digunakan guru untuk mendukung pembelajaran di SMP. Namun demikian, untuk
mata pelajaran tertentu, misalnya seni rupa, ketersediaan buku seni rupa dapat dikatakan
sangat terbatas dan sumber belajar yang sangat potensial adalah internet. Melalui media
elektronik ini peserta didik dapat mencari informasi tentang pengetahuan tentang seni rupa
dan mengamati proses dan hasil pembuatan berbagai jenis karya seni rupa baik di dalam
maupun di luar negeri. Namun demikian, peserta didik perlu diarahkan dan diawasi dalam
memanfaatkan internet agar terhindar dari konten-konten yang tidak sesuai dengan
pendidikan. Selain itu, peserta didik harus diberi tugas membuat catatan-catatan, sketsa, dan
perekaman seperlunya (jika diperlukan dan memungkinkan).
Kegiatan eksperimen bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa dalam
memperkuat pemahaman fakta, konsep, prinsip, ataupun prosedur dengan cara
mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan
ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, menyajikan data,
mengolah data, dan menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber belajar termasuk
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sangat disarankan. Tindak lanjut kegiatan
bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui
berbagai cara. Agar terkumpul sejumlah informasi, peserta didik dapat lebih banyak
membaca buku, memperhatikan fenomena, atau objek dengan lebih teliti, bahkan melakukan
eksperimen.
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA
dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan
metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.

20
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan
kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat
dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan
hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat
fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil
percobaan; dan (7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya
merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid
mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan
waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru
membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas
kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8)
Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan
eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
a. Persiapan
Menentapkan tujuan eksperimen
Mempersiapkan alat atau bahan
Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didik serta alat
atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan
melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran
Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil
atau menghindari risiko yang mungkin timbul
Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapan-
tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau
membahayakan.
b. Pelaksanaan

21
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan
mengamatiproses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan
terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu
berhasil dengan baik.
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi
secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-
masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c. Tindak lanjut
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama
eksperimen.
Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat
yang digunakan.

Menganalisis Data/Informasi. Menganalisis data pada dasarnya kegiatan untuk


menindaklanjuti data yang diperoleh dengan cara memilah-milah dan mengkatagorikannya
sesuai dengan aspek-aspek yang tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Menganalisis data juga dapat diartikan memadukan seluruh data yang diperoleh dari berbagai
sumber belajar secara sistematis dan bermakna. Sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan, setiap kelompok harus melakukan diskusi untuk memberikan jawaban secara rinci
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dan merangkumnya dalam kesimpulan-
kesimpulan sebagai bahan untuk presentasi dalam langkah pembelajaran selanjutnya
(mengomunikasikan). Jawaban tersebut berkisar tentang latar belakang seni rupa, ciri-ciri
keindahan, makna, dan cara pembuatannya. Sebaiknya rangkuman tersebut ditulis di kertas
plano atau dalam bentuk tampilan slide sebagai media untuk presentasi dan untuk itu guru
juga perlu memberikan acuan seperlunya untuk membuat media tersebut.

Mengomunikasikan. Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa


yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik
atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk

22
menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram,
atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan,
keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan,
dan/atau unjuk karya. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap(religius dan
sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan
ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills)d an manusia
yang memilikikecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta
didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Untuk memulai langkah ini, guru perlu memberikan acuan seperlunya tentang tatacara
berdiskusi. Dalam langkah ini peserta didik secara kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok yang lain. Sebaiknya setiap anggota
kelompok berkesempatan untuk terlibat dalam presentasi ini, misalnya secara bergiliran
memberikan penjelasan atau memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

Mencipta. Kegiatan mencipta bukan merupakan langkah yang wajib dilaksanakan


untuk setiap rangkaian pembelajaran (pembelajaran dengan rangkaian KD-1 sampai KD-4).
Kegiatan mencipta untuk suatu mata pelajaran dapat berupa benda yang merupakan
penerapan pengetahuan yang telah dipelajari oleh peserta didik, misalnya berupa karya
teknologi, prakarya, atau karya seni rupa. Namun karya ciptaan dapat juga berupa karya tulis
baik yang berupa karya ilmiah maupun karya sastra. Mencipta merupakan kegiatan yang khas
dalam pembelajaran seni rupa; seluruh pembelajaran seni rupa yang harus disertai dengan
pembuatan karya. Karya yang dibuat, baik secara individual maupun berkelompok, perlu
disesuaikan dengan ketersediaan bahan dan alat serta tingkat kemampuan keterampilan
peserta didik. Sebelum anak-anak mulai berkarya, guru perlu menentukan dan menjelaskan
kriteria tentang karya yang akan dibuat. Kriteria tentang karya ini mencakup aspek-aspek
jenis, bentuk, fungsi, dan ukuran karya serta bahan, alat, dan teknik pembuatannya.

23
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kurikulum 2013, yang menekankan pada penerapan pendekatan saintifik, menuntut
pembelajaran IPA yang menekankan pada pembelajaran terpadu juga menerapkan
pendekatan saintifik. Hal ini tidak menjadi kendala karena hakikat IPA memang

24
mempersyaratkan pendekatan saintifik dalam setiap tahapan pembelajarannya. Meskipun
pembelajaran terpadu yang saatini baru dapat dilakukan, adalah pembelajaran terpadu dalam
satu disiplin ilmu, terpadu antarmata pelajaran (Fisika, Biologi dan Kimia). Pembelajaran
terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan yang
utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta
kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan
peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang
disampaikan.Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach)
dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk
mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak
selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-
nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Daftar Pustaka

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131662618/pengabdian/penerapan-pendekatan-
saintifik.pdf
http://eprints.umsida.ac.id/306/1/BUku%20Saintifik.pdf

25
https://www.slideshare.net/taqiudinzarkasi/implementasi-pendekatan-saintifik-
kurikulum-2013-pada-pembelajaran-ipa-di-sd-atau-mi-kelas-iv
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132058092/penelitian/semnas-unes-2014-pendekatan-
saintifik-dalam-pembelajaran-ipa-secara-terpadu.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai