Anda di halaman 1dari 13

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TI

Dosen Pengampu : Dr. Kundharu Saddhono,M.Hum

Disusun oleh :
Vicki Enggal Saputra (K1217076 / B)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
Membaca Kritis Karya Ilmiah

1. Keterampilan Berbahasa

Berubahnya zaman menuntut semakin meningkatnya daya saing dan pola pikir masyarakat,
begitu pula generasi muda. Karenanya untuk menghadapi persaingan global yang ketat,
generasi muda (peserta didik) harus dibekali dengan keterampilan berbahasa melalui
pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah tentu erat kaitannya dengan proses
berbahasa (Setiawan dkk. 2018). Pembelajaran tersebut, tentunya perlu di imbangi dengan
minat. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai atau
memperoleh tujuan yang diminati. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan
senantiasa memberikan perhatian penuh dalam usahanya mencapai tujuan pembelajaran
(Yahya dkk, 2018). Keterampilan berbahasa berhubungan erat dengan proses-proses yang
mendasari pikiran, semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan
pikirannya (Siti dkk, 2013). Keterampilan berbahasa yaitu, menyimak atau mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan 2008:2). Given the importance L2 knowledge must
have for L2 listening ability, and the previously mentioned correlations with reading, a
correlation of the magnitude reported by Feyten seems somewhat unlikely and would require
independent replication with more complete documentation of the test data (Bonk, 2012). Dari
keterampilan tersebut, yang saling berkaitan erat satu sama lain adalah menyimak dan
membaca, keduanya saling mendukung dan mempermudah satu sama lain. Berdasarkan
pemaparan di atas, kita ketahui bahwa sastra merupakan sumber kekayaan bangsa sekaligus
rekaman akan masa lampau. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi yang erat hubungannya
dengan pengenalan budaya.

2. Pengertian Menyimak

Dari keempat keterampilan berbahasa yang ada, menyimak merupakan kemampuan dasar
yang harus dikuasai terlebih dahulu sebab setiap aktivitas sehari-hari yang kita lakukan secara
tidak langsung akan menyertakan menyimak didalamnya, posisi menyimak pun vital dalam
keberjalanan pembelajaran di kelas. Menyimak merupakan proses kegiatan menengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Menyimak disebut juga
keterampilan reseptif, kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan dengan
mendengar dan mendengarkan, bahkan Harimurti Kridalaksana (1993:2) menggunakan
mendengarkan untuk istilah menyimak, tapi secara arti menyimak cakupannya lebih luas
daripada mendengarkan (Saddhono & Slamet, 2012:8). Berdasarkan penelitian Rankin yang
dipaparkan dalam Tarigan (1988:3), aktivitas menyimak selalu melebihi kegiatan berbicara,
membaca, dan menulis, yakni menyimak 42%, berbicara 25%, membaca 15% dan menulis
11%. Ini menunjukkan kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan
secara sungguh-sungguh (Saptanti, 2008). Di era informasi dan globalisasi ini, setiap individu
dipacu waktu dan pikirannya untuk dapat menyerap setiap informasi yang tepat dan tepat. Oleh
sebab itu, peranan menyimak tidak boleh hanya dipandang sebelah mata (Chaniago dkk. 2011).
Selain itu, menyimak membutuhkan fokus tinggi, menyimak dapat meningkatkan kualitas
mental maupun emosional peserta didik. Penunjang pembelajaran di satuan pendidikan,
khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia adalah penguasaan empat keterampilan berbahasa
yang baik oleh para peserta didik.

3. Pengertian Membaca
Setelah siswa mempelajari keterampilan menyimak, akan dilanjutkan dengan mempelajari
keterampilan membaca. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis
yang bersifat reseptif, karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu
pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Terlebih lagi dalam aktivitas membaca
semakin penting, karena setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Semua yang
diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya
pikirannya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Kegiatan membaca
mempunyai tiga komponen dalam proses membaca, dibuktikan dalam (Sariyem, 2016) bahwa
tiga komponen dalam proses membaca tersebut yaitu, recording, decoding, dan meaning.
Komponen (recording) merujuk kepada kata-kata yang diasosiasikan ke dalam bunyi-bunyi
sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, penyandian (decoding) merujuk kepada proses
menerjemahkan rangkaian grafis kata-kata, dan (meaning) menitik beratkan pada pemahaman
anak kepada bacaan. Membaca merupakan sistem pengetahuan dasar, dibuktikan dalam (Zhou,
2018) yang menyatakan bahwa membaca merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi,
memperdalam pengetahuan karena mengetahui fungsi yang terdapat dalam bacaan dan
mengartikan teks yang terurat dalam sebuat bacaan. Dapat dilakukan dengan bahan bacaan
apapun, dibuktikan dalam (Darmuki dkk. 2015) yang menyatakan bahwa membaca buku
referensi akan membantu para pembaca untuk meningkatkan keterampilan berbahasa.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca merupakan
keterampilan berbahasa dengan melafalkan kumpulan kata yang dirangkai menjadi sebuah
kalimat agar memperoleh informasi, pengetahuan yang tinggi dan berwawasan luas juga dapat
memperkaya perbendaharaan makna dan meningkatkan kecerdasan. Dalam proses membaca
diibaratkan kunci pembuka pintu pengetahuan, dalam proses membaca ada tahap pengenalan
kata yang menunjukkan proses penerimaan simbol bahasa tertulis, kemudian pemahaman kata
menunjukkan proses memaknai kata, kalimat dan teks terkait, oleh karena itu membaca itu
penting sebab itu perlu ada upaya pembentukan kemampuan dan kebiasaan membaca agar
mampu mengembangkan secara mandiri pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan
pendidikan.

4. Tujuan Membaca

Tujuan membaca secara umum adalah memperoleh informasi, secara khusus tujuan
membaca yaitu, (1) menemukan informasi, (2) menemukan gagasan utama, (3) menemukan
organisasi bacaan, (4) menyimpulkan, (5) mengklasifikasikan, (6) menilai, (7)
membandingkan atau mempertentangkan, dan (8) untuk memperoleh kesenangan, untuk
mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui. (Sukirno, 2009) menyebut
tujuan membaca adalah untuk memperoleh kesenangan, untuk mengaitkan informasi baru
dengan informasi yang telah diketahui, untuk memperoleh informasi laporan tertulis atau lisan.
Hal ini diperkuat oleh (Aini, 2009) yang mengungkapkan bahwa tujuan membaca yaitu
memperoleh banyak informasi yang mencakup isi, dan memahami makna yang terkandung
dalam bahan bacaan. Dengan membaca, seseorang dapat membuka cakrawala wawasan dan
menambah ilmu pengetahuan memperluas pengetahuan. Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan membaca yaitu dapat memperoleh kumpulan informasi yang
terdapat pada bacaan tersebut, mampu memunculkan pandangan yang luas, mempertajam daya
ingat, mampu berpikir secara cepat dan kritis, tujuan membaca juga merupakan usaha untuk
memperoleh keberhasilan dalam pemahaman terhadap argumen-argumen yang logis,
memahami isi bacaan dan membandingkannya dengan sumber lain termasuk dengan yang telah
pembaca ketahui dalam bidang itu. Pembaca boleh menerima atau menolak ide dalam bacaan.
Memahami dalam konteks penelitian ini adalah memahami isi teks bacaan mengidentifikasi
strategi yang cocok, memperbaharui pengetahuannya tentang topik bacaan, mengkaitkan
informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, memperoleh informasi untuk,
mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, menampilkan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks, dan mempelajari struktur teks.

5. Aspek-Aspek Membaca

Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan
yang terpisah-pisah. Sebelum membaca tentu ada proses keterampilan berbahasa yang menjadi
peranan sangat penting dan saling mempengaruhi terhadap kemampuan berbahasa. Oleh
karena itu dalam aspek membaca terdapat aktivitas kompleks. Aspek-aspek dalam membaca,
meliputi: pembaca harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-
ingat. (Safitri & Sunarsih, 2017) mengungkapkan bahwa aspek-aspek membaca meliputi:
keterampilan mengenali kata; keterampilan mengenali tanda baca; keterampilan memahami
makna tersurat. (Clara dkk. 2018) mengungkapkan bahwa aspek membaca merupakan kegiatan
mengenali dan mengamati sebuah bacaan agar mendapatkan informasi yang terkandung dalam
bacaan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek membaca yaitu
keterampilan mengenali kata yang merupakan bagian terkecil dari bahasa yang berdiri sendiri
dan jika dihubungkan dengan beberapa kata bisa menghasilkan kalimat. Selanjutnya mengenali
tanda baca yang berarti simbol, berperan sebagai aturan dalam sebuah bacaan. Keterampilan
mengenali kata dan tanda baca sudah terpenuhi, selanjutnya memahami makna tersurat dalam
sebuah bacaan tersebut, makna tersurat merupakan arti atau maksud yang ingin disampaikan
penulis kepada pembaca melalui media tulis. Namun demikian, membaca membutuhkan
tingkat pemahaman tertentu, agar maksud dan makna yang diperoleh dari membaca tidak salah
penafsiran, dalam membaca tindakan kognitif tersebut bekerjasama untuk membangun makna
melalui penggunaan daya khayal, kemampuan mengamati, kemampuan mengingat dan
pengetahuan bahasa.

6. Klasifikasi Jenis Membaca Menurut Bentuknya

Keterampilan membaca mempunyai klasifikasi jenis membaca menurut bentuknya,


dibuktikan dalam (Erlina, 2003) jenis membaca menurut bentuknya ada dua, yaitu: membaca
intensif dan membaca ekstensif. Membaca intensif merupakan cara membaca dengan
memahami suatu bacaan dengan cermat dibuktikan dalam (Samino, 2018) bahwa proses
berpikir membaca intensif mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal,
interpretasi, kritis, dan pemahaman kreatif.. Membaca ekstensif disebut extreme reading,
dibuktikan dalam (Boudah, 2018) kegiatan membaca ekstensif yang dilakukan dengan luas dan
komprehensif. Dapat dibuktikan juga bahwa membaca ekstensif merupakan teknik membaca
secara luas atau teknik membaca cepat yang objeknya adalah bacaan atau teks yang dikuasai
dalam waktu sesingkat mungkin dan membaca ekstensif meliputi: (1) membaca survei, (2)
membaca sekilas, (3) membaca dangkal. Objeknya adalah bacaan atau teks yang dikuasai
dalam waktu sesingkat mungkin. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca intensif merupakan keterampilan berbahasa dengan cara membaca suatu bacaan
dengan mengutamakan pemahaman dan ketelitian yang tinggi dengan memahami bacaan
secara teliti agar mencapai proses berpikir dalam bentuk rasionalisasi atas apa yang dibaca,
dengan menela‘ah, mengkritisi untuk menghasilkan pengetahuan baru. Sedangkan membaca
ekstensif merupakan membaca secara luas dengan berbagai bahan teks akademik dalam
memperoleh pengetahuan yang saling berkaitan dan melengkapi pada teks yang relatif panjang,
melibatkan seluruh jaringan otak yang dibantu oleh latar belakang pengetahuan, pengalaman
yang dimiliki dan memanfaatkan kemampuan dengan bacaan yang panjang untuk makna agar
mendapatkan informasi secara menyeluruh dan pemahaman global dan menganalisis
keterkaitan data dan fakta serta melibatkan tingkat kemahiran seseorang sesuai dengan
keperluan akademik dan pribadi.

7. Pengertian Membaca Intensif

Membaca intensif merupakan membaca pemahaman yang mempunyai tujuan memahami


bacaan dengan kecepatan dan kecermatan untuk mendapatkan pemahaman dari sebuah teks
bacaan (Pu’at, 2017). Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk
belajar yang lebih mengutamakan kepada pemahaman terhadap bacaan (Purnama dkk. 2013).
Membaca intensif yang mengutamakan pemahaman itu harus dengan konsentrasi penuh,
dibuktikan dalam (Samino, 2018) bahwa membaca intensif dengan pemahaman penuh
merupakan aktivitas membaca yang ditempuh dengan sangat teliti, biasanya agak lambat,
dengan tujuan memahami keseluruhan isi bacaan kedalam-dalamnya agar pesan yang
disampaikan lebih merasuk ke otak dan hati, baik itu berupa pokok-pokok pikiran dalam
paragraf maupun pikiran penjelas yang terdapat dalam bacaan baik bacaan. Selain itu membaca
intensif juga merupakan suatu proses mencari makna dari gagasan-gagasan tertulis melalui
interpretasi bermakna dan interaksi dengan bahasa. Membaca intensif dipandang sebagai suatu
proses beragam yang dipengaruhi oleh berbagai pemikiran kemampuan berbahasa (Harsono
dkk. 2012). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca intensif
merupakan keterampilan berbahasa dengan cara membaca suatu bacaan dengan pemahaman
dan ketelitian yang tinggi sehingga akan mendapatkan informasi secara cepat dan tepat seperti
topik khusus dalam bacaan, definisi suatu bacaan dan mengambil intisari dengan cermat.
Membaca intensif lebih mengedepankan pemahaman daripada keindahan saat membaca,
dibuktikan dalam (Ariningsih dkk. 2012) bahwa membaca intensif juga diperlukan konsentrasi,
kecermatan dan ketekunan.agar mencapai proses berpikir dalam bentuk rasionalisasi atas apa
yang dibaca, dengan menela‘ah, mengkritisi untuk menghasilkan pengetahuan baru.
Penguasaan kosa kata, dan memaknai isi bacaan yang merupakan proses membaca intensif.
Pemahaman isi bacaan dalam membaca intensif harus tinggi atau kompleks.

8. Membaca Kritis

Membaca kritis termasuk dalam membaca intensif, kali ini akan membahas menganai
membaca kritis. Membaca kritis adalah kemampuan memahami tingkat tinggi yang
berhubungan dengan kemampuan pembaca untuk berpikir secara kritis dan mereaksi secara
intelejen terhadap gagasan penulis untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan
itu. Pada membaca itu terjadi proses mengajukan pertanyaan dan evaluasi bahan tercetak atau
tertulis. Membaca kritis berhubungan dengan kemampuan pembaca untuk berpikir secara kritis
dan mereaksi secara intelejen terhadap gagasan penulis (Roe & Rose, 1990). Membaca kritis
juga dapat diartikan membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat
dalam bacaan dan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu (Agustina, 2008).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca kritis merupakan
kemampuan memahami tingkat tinggi yang berhubungan dengan kemampuan pembaca untuk
berpikir secara kritis dan mereaksi secara intelejen terhadap gagasan penulis untuk mengetahui
fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan itu. Setelah menangkap isi bacaan, selanjutnya
pembaca dapat menceritakan kembali isi wacana tersebut dengan keterampilan bahasa dan
pemahaman sendiri agar menghasilkan temuan yang berupa gagasan utama atau pikiran utama
setiap paragraf untuk menjawab suatu pertanyaan dengan lengkap dan tepat. Kegiatan tersebut
jika dibiasakan akan mengatasi kebiasaan yang kurang baik saat membaca yaitu kebiasaan
tidak memahami isi dalam sebuah bacaan.
9. Karya Ilmiah

Dalam membaca karya ilmiah kita harus tau apa sih karya ilmiah itu ? dan apa jenis-
jenisnya. Karangan/karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta
dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Barnawi & M, 2015). Amir
menegaskan bahwa karangan/karya ilmiah adalah karangan ilmiah yang ditujukan kepada
masyarakat tertentu (profesional) yang bersifat ilmiah tinggi (Amir, 2007). Karya ilmiah seperti
itu disebut juga karya tulis penelitian. Berikut Jenis-jenis Karya Ilmiah : Pertama resensi,
Pengertian Resensi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resensi diartikan
“pertimbangan atau pembicaraan tentang buku”. Resensi disebut juga ulasan atau penilaian
terhadap suatukarya, baik berupa buku, film, atau Karya Lainya. Kedua sinopsis, Berdasarkan
KBBI, pengertian sinopsis adalah ikhtisar karangan yang biasanya diterbitkan bersama-
samadengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis itu. Ketiga jurnal, Pengertian Jurnal
ilmiah merupakan sebuah kutipan dari dale laporan dan di dalamnya terdapat point-point
penting dari laporan tersebut. Keempat makalah, Pengertian Makalah menurut KBBI, makalah
didefinisikan sebagai 1. tulisan resmi tentang suatu pokok yang dimaksudkan, untuk dibacakan
dimuka umum dalam suatu persidangan dan yang sering disusun untuk diterbitkan; 2. karya
tulis pelajar atau mahasiswa sebagai laporan hasil pelaksanaan tugas sekolah atau perguruan
tinggi. Kelima skripsi, Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang dibuat untuk menyelesaikan studi
tingkat Sarjana (S1). Agar dapat melaksanakan pembacaan secara kritis dalam karya ilmiah
diperlukan pertanyaan pemandu. Pertanyaan pemandu ini memungkinkan pembaca
mengidentifikasi dan membedakan nilai-nilai yang ditawarkan dalam teks. Misalnya, (1)
Mengapa topik ini ditulis? (2) Bagaimana topik ditulis? (3) Apakah terdapat cara lain untuk
menulis topik itu? (4) Siapakah model pembaca teks? (Hedge, 2000). Sedangkan menurut
Soedarso ada empat teknik yang dapat digunakan dalam membaca kritis. 1.Mengerti Isi Bacaan
2. Menguji Sumber Penulis 3. Interaksi Antara Penulis dengan Pembaca 4. Terbuka Terhadap
Gagasan Penulis (Soedarso, 1989). Jadi dalam melaksanakan pembacaan secara kritis
diperlukan pertanyaan pemandu atau tekniknya supaya lebih memudahkan dalam Membaca
Kritis Karya Ilmiah.

10. Manfaat Membaca Kritis Karya Ilmiah

Membaca Kritis Karya Ilmiah mempunyai beberapa manfaat, dibuktikan dalam (Safitri &
Sunarsih, 2017) manfaat tersebut antara lain: siswa dapat memahami bacaan secara intensif,
tanpa bersuara, dan tuntas; siswa dapat memahami bacaan tertentu tanpa harus berkomat-kamit,
sangat tekun, dan analisis; meningkatkan keterampilan dengan pemahaman yang tinggi. Selain
itu, manfaat membaca intensif juga dapat dilakukan belajar dari pengalaman orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat membaca Kritis Karya Ilmiah
yaitu mampu menguasai isi teks secara lengkap, dapat mengetahui latar belakang ditulisnya
teks tersebut, mempunyai daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan isi teks,
memahami suatu bacaan dengan kecerdasan yang cepat dan tanggap dengan tekun dan fokus
pada bacaan. Selain itu, manfaat membaca Kritis Karya Ilmiah yaitu meningkatkan
keterampilan membaca, meningkatkan pemahaman tinggi dan kecerdasan dalam berpikir cepat
dan menganalisi dengan tepat, keterampilan menguasai kode-kode kebahasaan untuk
memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan. Oleh karena itu, jika membaca intensif dilakukan
dengan teliti akan mendapatkan banyak manfaat salah satunya cepat dalam memahami suatu
informasi dan meningkatkan pengetahuan.

11. Kesimpulan

Kemampuan berbahasa mempunyai bebrapa jenis, dibuktikan dalam (Rahmawati dkk.


2012) bahwa kemampuan berbahasa meliputi: menyimak, menulis, membaca dan berbicara.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif, karena
dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-
pengalaman baru. Keterampilan membaca juga merupakan suatu proses kegiatan dan teknik
yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu seperti
mengenali huruf, kata, frasa, kalimat, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya.
Dengan demikian, dalam mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca seseorang, haruslah
dengan cara mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang mereka
butuhkan dalam membaca. Sedangkan, membaca intensif merupakan membaca pemahaman
yang mempunyai tujuan memahami bacaan dengan kecepatan dan kecermatan untuk
mendapatkan pemahaman dari sebuah teks bacaan, dibuktikan dalam (Roberts dkk. 2015)
bahwa membaca intensif juga dapat meningkatkan prestasi dalam membaca dan mengurangi
faktor kesulitan saat membaca.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan keterampilan


berbahasa dengan melafalkan kumpulan kata yang dirangkai menjadi sebuah kalimat agar
memperoleh informasi, pengetahuan yang tinggi dan berwawasan luas. Membaca Kritis Karya
Ilmiah harus mempunyai tingkat intelejensia yang tinggi yaitu kecerdasan daya pikir yang
cepat dan tanggap dalam memaknai suatu kata atau kalimat. Manfaat membaca Kritis Karya
Ilmiah yaitu mampu menguasai isi teks secara lengkap, dapat mengetahui latar belakang
ditulisnya teks tersebut, mempunyai daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan isi
teks, memahami suatu bacaan dengan kecerdasan yang cepat dan tanggap dengan tekun dan
fokus pada bacaan. Selain itu, manfaat membaca Kritis Karya Ilmiah yaitu meningkatkan
keterampilan membaca, meningkatkan pemahaman tinggi dan kecerdasan dalam berpikir cepat
dan menganalisi dengan tepat, keterampilan menguasai kode-kode kebahasaan untuk
memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan. Kemampuan berbahasa juga sangat penting
dalam membaca intensif, karena pada saat membaca dengan pemahaman yang tinggi harus
mempunyai kesanggupan dalam berbahasa sehingga saat membaca secara intensif mampu
menggunakan bahasa yang baik dan tepat.
REFERENSI

Aini, N. (2009). Penerapan Strategi PQ4R Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca


Intensif Siswa Kelas VIII Mts Muhammadiyah 1 Malang Tahun Pelajaran 2008/2009.
Jurnal Artikulasi, 8(2), 503–523.

Ariningsih, N. E., Sumarwati, & Saddhono, K. (2012). Analisis Kesalahan Berbahasa


Indonesia Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia
Dan Pengajarannya, 1(1), 40–53.

Agustina. (2008). Pembelajaran Keterampilan Membaca. Padang: Jurusan Bahasa dan Sastera
Indonesia dan Daerah UNP.

Amir. (2007). Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press.

Barnawi, & M, A. (2015). Teknik Penulisan KARYA ILMIAH: Panduan untuk Mahasiswa,
Dosen, & Guru. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Bonk, W. J. 2012. Second Language Lexical Knowledge and Listening Comprehension.


International Journal of Listening. 14(1) : 14–31.
https://doi.org/10.1080/10904018.2000.10499033

Boudah, D. J. (2018). Evaluation of Intensive Reading Strategies Intervention for Low-


Performing Adolescents With and Without Learning Disabilities. Jurnal Membaca
Intensif, 15(2), 195–205.

Chaniago, S. M., Badusah, J., & Embi, M. A. 2011. Masalah Pengajaran Kemahiran Berbahasa
di Sekolah di Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Melayu. 1(1) : 109–122.

Clara, C., Anggraini, D., Murwaningsih, T., & Winarni, R. (2018). Development of Materials
Are Based on Character Values to Improve Intensive Reading Skill Students for Class III
in Elementary School. International Journal of Multicultural and Multireligious
Understanding, 5(2), 118–127.https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v5i2.131

Darmuki, A., Andayani, Nurkamto, J., & Saddhono, K. (2016). Model Student Learning To
Speak For Education Study Language And Literature Indonesia : Document Analisis And
Needs Learning to Speak. International Journal of Languages’ Education, 4(2), 99–109.
https://doi.org/10.18298/ijlet.611

Harsono, A. S. R., Fuady, A., & Saddhono, K. (2012). Pengaruh Strategi Know Want To Learn
( Kwl ) Dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa SMP
Negeri di Temanggung. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya,
1(3), 53–64. https://doi.org/https://doi.org/10.15575/bioeduin.v8i1.2920

Hedge, T. (2000). Teaching and Learning in the Language Classroom. Oxford: Oxford
University Press.

Pu’at. (2017). Upaya Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Dengan Menggunakan


Cooperative Learning Kelas V SD Negeri 11 Tebat Karai. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 10(2), 107–113. https://doi.org/https://doi.org/10.33369/pgsd.10.2.107-
113

Purnama, S. I., Slamet, S. y, & Rintayati, P. (2013). Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R
Terhadap Kemampuan Membaca Intensif. Jurnal Didaktika Dwija Indria, Vol 1(No 5),
1–7.

Roe, B., & Rose, E. (1990). Developing Power in Reading. Kendall/Hunt Iowa: Publishing.

Rahmawati, L. E., Suwandi, S., Saddhono, K., & Setiawan, B. (2012). Urgensi Literasi
Komunikasi Dalam Pengembangan Tes Kompetensi Berbahasa Indonesia Untuk
Mahasiswa Asing. Prosiding The 1st International Conference on language, Literature
and Teaching, 2(1), 901–906.

Roberts, G., Denton, C. A., Fletcher, J. M., & Vaughn, S. (2015). The Impact of Intensive
Reading Intervention on Level of Attention in Middle School Students. Journal of Clinical
Child & Adolescent Psychology, 44(6), 942–953.
https://doi.org/10.1080/15374416.2014.913251

Saddhono, K., Slamet, Y. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung:


CV Karya Putra Darwati.

Safitri, & Sunarsih, E. (2017). Peningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Dengan Model
Cooperative Think Pair Sahre Pada Siswa Kelas XI Ipa 3 MAN Model Singkawang. JP-
BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia), 1(1), 28.
https://doi.org/10.26737/jp-bsi.v1i1.73

Samino, F. A. (2018). Hubungan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Membaca Pemahaman


Dengan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas V Sekolah Dasar Strada Bhakti Nusa.
Jurnal Pendidikan Dasar, 9(3). https://doi.org/doi.org/10.21009/JPD.091.08
Saptanti, S. N. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak Fabel Dengan
Pembelajaran Produktif Dan Multimedia Komputer.Thesis.

Sariyem. (20116). Kemampuan Berpikir Kritis Dan Minat Baca Dengan Kemampuan
Membaca Kritis Siswa Kelas Tinggi Sd Negeri Di Kabupaten Bogor. Jurnal Pendidikan
Dasar, 7(2).

Setiawan, B., Wardani, N., Saddhono, K. 2018. Bercerita Dengan Media Wayang Kulit Untuk
Meningkatkan Pemahaman Tingkat Tutur Bahasa Jawa Siswa Smp Di Kabupaten
Magelang. INA-Rxiv. 1-7. https://doi.org/10.31227/osf.io/vhcdf

Siti, M., Andayani., Saddhono, K. 2013. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Dengan
Menggunakan Metode Picture And Picture Pada Siswa Sekolah Dasar. Basastra Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya. 2(4) : 1–10.

Soedarso. (1989). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : PT. Gramedia.

Sukirno. (2009). Sistem membaca pemahaman yang efektif. Purworejo: UMP Press.

Tarigan, H. G. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit


Angkasa.

Yahya, M., Andayani, & Saddhono, K. 2018. Studi Kesalahan Penulisan Kalimat dalam
Karangan Pelajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Jurnal Bahasa, Sastra,
dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), 1-20.
https://doi.org/10.15408/dialektika.v5i1.6295.

Zhou, C. (2018). Teaching Model of College English Grammar in Intensive Reading Course.
Jurnal Pendidikan, 18(6), 2617–2632. https://doi.org/10.12738/estp.2018.6.162

Anda mungkin juga menyukai