Disusun oleh :
Vicki Enggal Saputra (K1217076 / B)
1. Keterampilan Berbahasa
Berubahnya zaman menuntut semakin meningkatnya daya saing dan pola pikir masyarakat,
begitu pula generasi muda. Karenanya untuk menghadapi persaingan global yang ketat,
generasi muda (peserta didik) harus dibekali dengan keterampilan berbahasa melalui
pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah tentu erat kaitannya dengan proses
berbahasa (Setiawan dkk. 2018). Pembelajaran tersebut, tentunya perlu di imbangi dengan
minat. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai atau
memperoleh tujuan yang diminati. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan
senantiasa memberikan perhatian penuh dalam usahanya mencapai tujuan pembelajaran
(Yahya dkk, 2018). Keterampilan berbahasa berhubungan erat dengan proses-proses yang
mendasari pikiran, semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan
pikirannya (Siti dkk, 2013). Keterampilan berbahasa yaitu, menyimak atau mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan 2008:2). Given the importance L2 knowledge must
have for L2 listening ability, and the previously mentioned correlations with reading, a
correlation of the magnitude reported by Feyten seems somewhat unlikely and would require
independent replication with more complete documentation of the test data (Bonk, 2012). Dari
keterampilan tersebut, yang saling berkaitan erat satu sama lain adalah menyimak dan
membaca, keduanya saling mendukung dan mempermudah satu sama lain. Berdasarkan
pemaparan di atas, kita ketahui bahwa sastra merupakan sumber kekayaan bangsa sekaligus
rekaman akan masa lampau. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi yang erat hubungannya
dengan pengenalan budaya.
2. Pengertian Menyimak
Dari keempat keterampilan berbahasa yang ada, menyimak merupakan kemampuan dasar
yang harus dikuasai terlebih dahulu sebab setiap aktivitas sehari-hari yang kita lakukan secara
tidak langsung akan menyertakan menyimak didalamnya, posisi menyimak pun vital dalam
keberjalanan pembelajaran di kelas. Menyimak merupakan proses kegiatan menengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Menyimak disebut juga
keterampilan reseptif, kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan dengan
mendengar dan mendengarkan, bahkan Harimurti Kridalaksana (1993:2) menggunakan
mendengarkan untuk istilah menyimak, tapi secara arti menyimak cakupannya lebih luas
daripada mendengarkan (Saddhono & Slamet, 2012:8). Berdasarkan penelitian Rankin yang
dipaparkan dalam Tarigan (1988:3), aktivitas menyimak selalu melebihi kegiatan berbicara,
membaca, dan menulis, yakni menyimak 42%, berbicara 25%, membaca 15% dan menulis
11%. Ini menunjukkan kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan
secara sungguh-sungguh (Saptanti, 2008). Di era informasi dan globalisasi ini, setiap individu
dipacu waktu dan pikirannya untuk dapat menyerap setiap informasi yang tepat dan tepat. Oleh
sebab itu, peranan menyimak tidak boleh hanya dipandang sebelah mata (Chaniago dkk. 2011).
Selain itu, menyimak membutuhkan fokus tinggi, menyimak dapat meningkatkan kualitas
mental maupun emosional peserta didik. Penunjang pembelajaran di satuan pendidikan,
khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia adalah penguasaan empat keterampilan berbahasa
yang baik oleh para peserta didik.
3. Pengertian Membaca
Setelah siswa mempelajari keterampilan menyimak, akan dilanjutkan dengan mempelajari
keterampilan membaca. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis
yang bersifat reseptif, karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu
pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Terlebih lagi dalam aktivitas membaca
semakin penting, karena setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Semua yang
diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya
pikirannya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Kegiatan membaca
mempunyai tiga komponen dalam proses membaca, dibuktikan dalam (Sariyem, 2016) bahwa
tiga komponen dalam proses membaca tersebut yaitu, recording, decoding, dan meaning.
Komponen (recording) merujuk kepada kata-kata yang diasosiasikan ke dalam bunyi-bunyi
sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, penyandian (decoding) merujuk kepada proses
menerjemahkan rangkaian grafis kata-kata, dan (meaning) menitik beratkan pada pemahaman
anak kepada bacaan. Membaca merupakan sistem pengetahuan dasar, dibuktikan dalam (Zhou,
2018) yang menyatakan bahwa membaca merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi,
memperdalam pengetahuan karena mengetahui fungsi yang terdapat dalam bacaan dan
mengartikan teks yang terurat dalam sebuat bacaan. Dapat dilakukan dengan bahan bacaan
apapun, dibuktikan dalam (Darmuki dkk. 2015) yang menyatakan bahwa membaca buku
referensi akan membantu para pembaca untuk meningkatkan keterampilan berbahasa.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca merupakan
keterampilan berbahasa dengan melafalkan kumpulan kata yang dirangkai menjadi sebuah
kalimat agar memperoleh informasi, pengetahuan yang tinggi dan berwawasan luas juga dapat
memperkaya perbendaharaan makna dan meningkatkan kecerdasan. Dalam proses membaca
diibaratkan kunci pembuka pintu pengetahuan, dalam proses membaca ada tahap pengenalan
kata yang menunjukkan proses penerimaan simbol bahasa tertulis, kemudian pemahaman kata
menunjukkan proses memaknai kata, kalimat dan teks terkait, oleh karena itu membaca itu
penting sebab itu perlu ada upaya pembentukan kemampuan dan kebiasaan membaca agar
mampu mengembangkan secara mandiri pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
4. Tujuan Membaca
Tujuan membaca secara umum adalah memperoleh informasi, secara khusus tujuan
membaca yaitu, (1) menemukan informasi, (2) menemukan gagasan utama, (3) menemukan
organisasi bacaan, (4) menyimpulkan, (5) mengklasifikasikan, (6) menilai, (7)
membandingkan atau mempertentangkan, dan (8) untuk memperoleh kesenangan, untuk
mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui. (Sukirno, 2009) menyebut
tujuan membaca adalah untuk memperoleh kesenangan, untuk mengaitkan informasi baru
dengan informasi yang telah diketahui, untuk memperoleh informasi laporan tertulis atau lisan.
Hal ini diperkuat oleh (Aini, 2009) yang mengungkapkan bahwa tujuan membaca yaitu
memperoleh banyak informasi yang mencakup isi, dan memahami makna yang terkandung
dalam bahan bacaan. Dengan membaca, seseorang dapat membuka cakrawala wawasan dan
menambah ilmu pengetahuan memperluas pengetahuan. Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan membaca yaitu dapat memperoleh kumpulan informasi yang
terdapat pada bacaan tersebut, mampu memunculkan pandangan yang luas, mempertajam daya
ingat, mampu berpikir secara cepat dan kritis, tujuan membaca juga merupakan usaha untuk
memperoleh keberhasilan dalam pemahaman terhadap argumen-argumen yang logis,
memahami isi bacaan dan membandingkannya dengan sumber lain termasuk dengan yang telah
pembaca ketahui dalam bidang itu. Pembaca boleh menerima atau menolak ide dalam bacaan.
Memahami dalam konteks penelitian ini adalah memahami isi teks bacaan mengidentifikasi
strategi yang cocok, memperbaharui pengetahuannya tentang topik bacaan, mengkaitkan
informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, memperoleh informasi untuk,
mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, menampilkan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks, dan mempelajari struktur teks.
5. Aspek-Aspek Membaca
Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan
yang terpisah-pisah. Sebelum membaca tentu ada proses keterampilan berbahasa yang menjadi
peranan sangat penting dan saling mempengaruhi terhadap kemampuan berbahasa. Oleh
karena itu dalam aspek membaca terdapat aktivitas kompleks. Aspek-aspek dalam membaca,
meliputi: pembaca harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-
ingat. (Safitri & Sunarsih, 2017) mengungkapkan bahwa aspek-aspek membaca meliputi:
keterampilan mengenali kata; keterampilan mengenali tanda baca; keterampilan memahami
makna tersurat. (Clara dkk. 2018) mengungkapkan bahwa aspek membaca merupakan kegiatan
mengenali dan mengamati sebuah bacaan agar mendapatkan informasi yang terkandung dalam
bacaan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek membaca yaitu
keterampilan mengenali kata yang merupakan bagian terkecil dari bahasa yang berdiri sendiri
dan jika dihubungkan dengan beberapa kata bisa menghasilkan kalimat. Selanjutnya mengenali
tanda baca yang berarti simbol, berperan sebagai aturan dalam sebuah bacaan. Keterampilan
mengenali kata dan tanda baca sudah terpenuhi, selanjutnya memahami makna tersurat dalam
sebuah bacaan tersebut, makna tersurat merupakan arti atau maksud yang ingin disampaikan
penulis kepada pembaca melalui media tulis. Namun demikian, membaca membutuhkan
tingkat pemahaman tertentu, agar maksud dan makna yang diperoleh dari membaca tidak salah
penafsiran, dalam membaca tindakan kognitif tersebut bekerjasama untuk membangun makna
melalui penggunaan daya khayal, kemampuan mengamati, kemampuan mengingat dan
pengetahuan bahasa.
8. Membaca Kritis
Membaca kritis termasuk dalam membaca intensif, kali ini akan membahas menganai
membaca kritis. Membaca kritis adalah kemampuan memahami tingkat tinggi yang
berhubungan dengan kemampuan pembaca untuk berpikir secara kritis dan mereaksi secara
intelejen terhadap gagasan penulis untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan
itu. Pada membaca itu terjadi proses mengajukan pertanyaan dan evaluasi bahan tercetak atau
tertulis. Membaca kritis berhubungan dengan kemampuan pembaca untuk berpikir secara kritis
dan mereaksi secara intelejen terhadap gagasan penulis (Roe & Rose, 1990). Membaca kritis
juga dapat diartikan membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat
dalam bacaan dan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu (Agustina, 2008).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca kritis merupakan
kemampuan memahami tingkat tinggi yang berhubungan dengan kemampuan pembaca untuk
berpikir secara kritis dan mereaksi secara intelejen terhadap gagasan penulis untuk mengetahui
fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan itu. Setelah menangkap isi bacaan, selanjutnya
pembaca dapat menceritakan kembali isi wacana tersebut dengan keterampilan bahasa dan
pemahaman sendiri agar menghasilkan temuan yang berupa gagasan utama atau pikiran utama
setiap paragraf untuk menjawab suatu pertanyaan dengan lengkap dan tepat. Kegiatan tersebut
jika dibiasakan akan mengatasi kebiasaan yang kurang baik saat membaca yaitu kebiasaan
tidak memahami isi dalam sebuah bacaan.
9. Karya Ilmiah
Dalam membaca karya ilmiah kita harus tau apa sih karya ilmiah itu ? dan apa jenis-
jenisnya. Karangan/karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta
dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Barnawi & M, 2015). Amir
menegaskan bahwa karangan/karya ilmiah adalah karangan ilmiah yang ditujukan kepada
masyarakat tertentu (profesional) yang bersifat ilmiah tinggi (Amir, 2007). Karya ilmiah seperti
itu disebut juga karya tulis penelitian. Berikut Jenis-jenis Karya Ilmiah : Pertama resensi,
Pengertian Resensi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resensi diartikan
“pertimbangan atau pembicaraan tentang buku”. Resensi disebut juga ulasan atau penilaian
terhadap suatukarya, baik berupa buku, film, atau Karya Lainya. Kedua sinopsis, Berdasarkan
KBBI, pengertian sinopsis adalah ikhtisar karangan yang biasanya diterbitkan bersama-
samadengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis itu. Ketiga jurnal, Pengertian Jurnal
ilmiah merupakan sebuah kutipan dari dale laporan dan di dalamnya terdapat point-point
penting dari laporan tersebut. Keempat makalah, Pengertian Makalah menurut KBBI, makalah
didefinisikan sebagai 1. tulisan resmi tentang suatu pokok yang dimaksudkan, untuk dibacakan
dimuka umum dalam suatu persidangan dan yang sering disusun untuk diterbitkan; 2. karya
tulis pelajar atau mahasiswa sebagai laporan hasil pelaksanaan tugas sekolah atau perguruan
tinggi. Kelima skripsi, Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang dibuat untuk menyelesaikan studi
tingkat Sarjana (S1). Agar dapat melaksanakan pembacaan secara kritis dalam karya ilmiah
diperlukan pertanyaan pemandu. Pertanyaan pemandu ini memungkinkan pembaca
mengidentifikasi dan membedakan nilai-nilai yang ditawarkan dalam teks. Misalnya, (1)
Mengapa topik ini ditulis? (2) Bagaimana topik ditulis? (3) Apakah terdapat cara lain untuk
menulis topik itu? (4) Siapakah model pembaca teks? (Hedge, 2000). Sedangkan menurut
Soedarso ada empat teknik yang dapat digunakan dalam membaca kritis. 1.Mengerti Isi Bacaan
2. Menguji Sumber Penulis 3. Interaksi Antara Penulis dengan Pembaca 4. Terbuka Terhadap
Gagasan Penulis (Soedarso, 1989). Jadi dalam melaksanakan pembacaan secara kritis
diperlukan pertanyaan pemandu atau tekniknya supaya lebih memudahkan dalam Membaca
Kritis Karya Ilmiah.
Membaca Kritis Karya Ilmiah mempunyai beberapa manfaat, dibuktikan dalam (Safitri &
Sunarsih, 2017) manfaat tersebut antara lain: siswa dapat memahami bacaan secara intensif,
tanpa bersuara, dan tuntas; siswa dapat memahami bacaan tertentu tanpa harus berkomat-kamit,
sangat tekun, dan analisis; meningkatkan keterampilan dengan pemahaman yang tinggi. Selain
itu, manfaat membaca intensif juga dapat dilakukan belajar dari pengalaman orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat membaca Kritis Karya Ilmiah
yaitu mampu menguasai isi teks secara lengkap, dapat mengetahui latar belakang ditulisnya
teks tersebut, mempunyai daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan isi teks,
memahami suatu bacaan dengan kecerdasan yang cepat dan tanggap dengan tekun dan fokus
pada bacaan. Selain itu, manfaat membaca Kritis Karya Ilmiah yaitu meningkatkan
keterampilan membaca, meningkatkan pemahaman tinggi dan kecerdasan dalam berpikir cepat
dan menganalisi dengan tepat, keterampilan menguasai kode-kode kebahasaan untuk
memperoleh pemahaman terhadap isi bacaan. Oleh karena itu, jika membaca intensif dilakukan
dengan teliti akan mendapatkan banyak manfaat salah satunya cepat dalam memahami suatu
informasi dan meningkatkan pengetahuan.
11. Kesimpulan
Agustina. (2008). Pembelajaran Keterampilan Membaca. Padang: Jurusan Bahasa dan Sastera
Indonesia dan Daerah UNP.
Barnawi, & M, A. (2015). Teknik Penulisan KARYA ILMIAH: Panduan untuk Mahasiswa,
Dosen, & Guru. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Chaniago, S. M., Badusah, J., & Embi, M. A. 2011. Masalah Pengajaran Kemahiran Berbahasa
di Sekolah di Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Melayu. 1(1) : 109–122.
Clara, C., Anggraini, D., Murwaningsih, T., & Winarni, R. (2018). Development of Materials
Are Based on Character Values to Improve Intensive Reading Skill Students for Class III
in Elementary School. International Journal of Multicultural and Multireligious
Understanding, 5(2), 118–127.https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v5i2.131
Darmuki, A., Andayani, Nurkamto, J., & Saddhono, K. (2016). Model Student Learning To
Speak For Education Study Language And Literature Indonesia : Document Analisis And
Needs Learning to Speak. International Journal of Languages’ Education, 4(2), 99–109.
https://doi.org/10.18298/ijlet.611
Harsono, A. S. R., Fuady, A., & Saddhono, K. (2012). Pengaruh Strategi Know Want To Learn
( Kwl ) Dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa SMP
Negeri di Temanggung. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya,
1(3), 53–64. https://doi.org/https://doi.org/10.15575/bioeduin.v8i1.2920
Hedge, T. (2000). Teaching and Learning in the Language Classroom. Oxford: Oxford
University Press.
Purnama, S. I., Slamet, S. y, & Rintayati, P. (2013). Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R
Terhadap Kemampuan Membaca Intensif. Jurnal Didaktika Dwija Indria, Vol 1(No 5),
1–7.
Roe, B., & Rose, E. (1990). Developing Power in Reading. Kendall/Hunt Iowa: Publishing.
Rahmawati, L. E., Suwandi, S., Saddhono, K., & Setiawan, B. (2012). Urgensi Literasi
Komunikasi Dalam Pengembangan Tes Kompetensi Berbahasa Indonesia Untuk
Mahasiswa Asing. Prosiding The 1st International Conference on language, Literature
and Teaching, 2(1), 901–906.
Roberts, G., Denton, C. A., Fletcher, J. M., & Vaughn, S. (2015). The Impact of Intensive
Reading Intervention on Level of Attention in Middle School Students. Journal of Clinical
Child & Adolescent Psychology, 44(6), 942–953.
https://doi.org/10.1080/15374416.2014.913251
Safitri, & Sunarsih, E. (2017). Peningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Dengan Model
Cooperative Think Pair Sahre Pada Siswa Kelas XI Ipa 3 MAN Model Singkawang. JP-
BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia), 1(1), 28.
https://doi.org/10.26737/jp-bsi.v1i1.73
Sariyem. (20116). Kemampuan Berpikir Kritis Dan Minat Baca Dengan Kemampuan
Membaca Kritis Siswa Kelas Tinggi Sd Negeri Di Kabupaten Bogor. Jurnal Pendidikan
Dasar, 7(2).
Setiawan, B., Wardani, N., Saddhono, K. 2018. Bercerita Dengan Media Wayang Kulit Untuk
Meningkatkan Pemahaman Tingkat Tutur Bahasa Jawa Siswa Smp Di Kabupaten
Magelang. INA-Rxiv. 1-7. https://doi.org/10.31227/osf.io/vhcdf
Siti, M., Andayani., Saddhono, K. 2013. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Dengan
Menggunakan Metode Picture And Picture Pada Siswa Sekolah Dasar. Basastra Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya. 2(4) : 1–10.
Soedarso. (1989). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : PT. Gramedia.
Sukirno. (2009). Sistem membaca pemahaman yang efektif. Purworejo: UMP Press.
Yahya, M., Andayani, & Saddhono, K. 2018. Studi Kesalahan Penulisan Kalimat dalam
Karangan Pelajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Jurnal Bahasa, Sastra,
dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), 1-20.
https://doi.org/10.15408/dialektika.v5i1.6295.
Zhou, C. (2018). Teaching Model of College English Grammar in Intensive Reading Course.
Jurnal Pendidikan, 18(6), 2617–2632. https://doi.org/10.12738/estp.2018.6.162