BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kebiasaan Membaca
a. Hakikat Kebiasaan
dilakukan berulang ulang mengenai sesuatu hal yang sama, yang dianggap
senantiasa didasari oleh adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
gangguan, maka bagi tiap manusia perlu adanya suatu “tata”. Tata itu
dan kewajiban masing-masing. Tata itu lazim disebut kaidah (berasal dari
bahasa Arab) atau norma (berasal dari bahasa Latin) atau ukuran-ukuran.
14
b. Hakikat Membaca
membaca melibatkan dua hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya
bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan
psikologis. Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara
dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual
(written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang
berbahasa yang aktif menyerap informasi atau pesan yang disampaikan melalui
yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan.
pada SD kelas rendah (I dan II). Dalam membaca permulaan, siswa diharapkan
dapat mengenali jenis-jenis huruf, suku kata, kata dan kalimat serta mampu
kelas III. Terdapat berbagai jenis membaca lanjut, yaitu: Membaca Teknik,
konteks tertulis; Mengenal kelas kata gramatikal, yaitu kata benda, kata sifat,
perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau
membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau
hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang
berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan
gudang ingatan. Jadi pada hakikatnya aktivitas membaca terdiri atas dua
bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca
sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental, sedangkan membaca
sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada
saat membaca.
dan sintaksis; Mengalami perasaan dan pemikiran yang paling dalam; Memicu
dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan suatu misteri. Tujuan membaca
rincian tujuan membaca menurut Anderson (1972: 214) yaitu: Membaca untuk
literasi pada saat mereka memasuki sekolah dasar. Sasaran pertamanya adalah
merupakan hal yang sangat penting dan menarik untuk dikaji dan
merupakan hal baru bagi anak. Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada
dan pengetahuan dari berbagai media cetak yang dapat diakses sendiri.
Mengapa anak tidak suka membaca? Malas membaca dan tidak mampu
membaca banyak terjadi pada anak-anak mulai tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Fenomena ini menjadi kekhawatiran orang tua dan para
pendidik yang tidak ingin anak-anaknya bodoh dan tidak memiliki wawasan.
bukanlah persoalan yang mudah. Banyak faktor yang menyebabkan anak tidak
teman sebaya dan pengaruh media. Akan tetapi faktor yang diduga banyak
Bila mana anak belajar membaca? Mengarahkan anak agar mampu dan
membaca tidak bisa langsung diterima begitu saja oleh anak ketika mereka
miliki rasa ingin tahu yang sangat besar,jauh lebih besar dibandingkan dengan
orang dewasa. Otak manusia memang unik semakin banyak diisi semakin
banyak pula yang dapat ditampungnya. Pada sekitar usia 9 bulan sampai 4
tahun kemampuan otak manusia untuk menyerap informasi tidak terbatas dan
G.2011) selanjutnya Beek (1998) mengatakan bahwa usia 3-6 tahun adalah
usia anak paling optimal untuk belajar membaca. Adapun Santrock (2007)
menyatakan anak-anak pada masa kini jauh lebih cepat dalam kesiapan
membacanya. Pada anak usia pranatal sampai usia prasekolah sudah dapat
pramembaca dan pra menulis sebagai tahap pemula, pada tahap ini anak perlu
Apa yang ada didalam benak/otak bukan saja bisa dibunyikan dalam
lebih lanjut oleh Soenjono (2010) bahwa kesiapan anak untuk belajar membaca
hanya dapat dilakuakan jika neuro biologisnya sudah memungkinkan untuk itu.
harus sudah menguasai sistem tehnologi dari bahasa yang sudah dikenal.
Pemilihan strategi pembelajaran dan bahan ajar yang tepat dapat mendorong
Sekolah dasar. Untuk siswa yang baru memasuki dunia sekolah, pemerolehan
menulis permulaan.
dapat dilakukan orang tua atau pengajar agar anak-anaknya mampu membaca
sejak awal. Anak harus mempunyai kesiapan dalam membaca. Tanpa persiapan
maka akan timbul banyak kegagalan pada proses berikutnya. Dechent (1970)
hasil bahwa persepsi visual memiliki pengaruh kuat dalam kesiapan membaca.
kemampuan persepsi visual yang lebih berpengaruh dari pada usia kronologis
dan mental age (MA) Selanjutnya Space dan Filliam (dalam Damaianti, 2003)
Penglihatan (visual) berisi lebih banyak informasi dan lebih banyak detail
dari pada indra lainnya. Menurut EEG (elektro encethalographic) 80% area
otak kita telibat dalam respon visual dari pada indra lainnya (Wenger,W.2001).
Di sisi lain ada pendapat yang ditunjukan oleh Rochyadi, E (2011) bahwa
kemampuan membaca tidak hanya dipengaruhi oleh persepsi visual tetapi juga
(1981) Bahwa kesadaran linguistik pada anak sekolah dasar merupakan salah
1) Spacial relation;
ruang.
2) Visual Discrimination;
4) Visual Closure;
5) Visual Memory;
simbol/illustrasi.
yaitu.
3) Pembentuikan kata
4) Peleburan bunyi
5) Pemisahan Fonem
6) Penghapusan bunyi.
Piaget anak usia Sekolah Dasar itu berada pada fase Pra operasional (2-7)
karakteristik berikut .
lain
Apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun
relatif lama.
membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang (dari segi
agar diketahui apakah benar atau salah ia membaca. Selagi belajar anak
mengamati tiap kata dengan seksama pada susunan yang ada. Oleh
kata.
Secara tidak disadari, cara membaca yang dilakukan waktu kecil itu
yang relatif lama. Selain waktu, faktor keinginan dan kemauan serta
motivasi perlu ada. Tetapi keinginan dan kemauan harus diperkuat oleh
sedini mungkin dalam kehidupan, yaitu sejak masa anak-anak. Pada masa
baik dapat dimulai sejak kira-kira umur dua tahun, yaitu sesudah anak
dan berbicara).
Anak
kemajuan anak di sekolah adalah tingkat perhatian orang tua pada anak di
rumah.
dilakukan dengan:
kantor pos, televisi (TV), plaza, dan toko swalayan, dan lain-lain.
2) Membaca Dini
dasar.
dasarnya orang tua atau guru KB atau TK dapat juga menyusun dan
bersangkutan.
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa dari kata medium Latin dan
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat
Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu
pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik.
bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat
bantu, tetapi di lain pihak ada ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan
alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan
sebagainya.
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis,
tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya
inputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan
1) Media Auditif
suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini
pendengaran.
2) Media Visual
seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau
lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar
atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
3) Media Audiovisual
unsur gambar.
pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
di kelas. Bahan yang dimaksud bisa tertulis ataupun tidak tertulis. ( National
bahan ajar menurut Prastowo (2013: 17) seperangkat materi yang disusun
pembelajaran.
bahan ajar adalah segala bentuk baik cetak maupun non-cetak yang
yaitu :
film.
a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak
komputer.
c) Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang
media rekam contoh tipe compo, CD pleyer, VCD pleyer dan lain-
lain.
d) Bahan ajar vidio, bahan ajar ini mirip dengan audio, hanya saja
didik, peta, chart, foto bahan dari majalah serta koran dan lain
sebagainya.
telepon, handphone.
bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan seperangkat materi pembelajaran
Indonesia. Bahan ajar atau sumber belajar yang berupa buku teks, buku
penting bagi peserta didik maupun guru. Salah satu tugas utama pendidik
itu terdapat bagian berupa bahan ajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
dapat menyiapkan dan membuat bahan ajar. Hal tersebut disebutkan dalam PP
komponen RPP adalah materi ajar. Guru hendaknya di dalam menyusun bahan
ajar secara runtut, logis, kontekstual dan mutakhir, artinya bahan ajar disusun
dari yang sederhana ke yang kompleks, mudah ke yang sulit, keluasaan dan
kedalamaan bahan ajar disesuaikan dengan potensi peserta didik. Bahan ajar
sumber belajar berupa media cetak seperti bahan ajar, lembar kerja peserta
didik, buku teks yang ideal, buku referensi, dan buku pengayaan serta buku-
buku penunjang yang lain perlu mendapat penanganaan yang serius dari
berbagai pihak.dengan menyusun bahan ajar buku besar untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum KTSP dan uji produk pada tim ahli
didik, 2) penggunaan bahan ajar dapat memberi hasil belajar sesuai yang
kurikulum.
dengan buku besar. Makna harfiah ini mendekati makna dan fakta yang
pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dimiliki anak agar mereka dapat
membaca dengan lancar dan pemahaman bacaan yang baik di perlukan hal-
hal berikut.
4) Kesadaran fonemik;
6) Kosa kata;
7) Seamntik destruktur;
8) Metakognisi;
antara satu dengan lainya. Untuk mendukung dan meletakan aspek tersebut,
diperlukan stimulus yang berfungsi ganda, selain sebagai bahan ajar juga
Book. Bagi siswa pemula yang belum dapat melek huruf, kegiatan ini juga
pada halaman pertama melalui permodelan baca yang harus diikuti dan
ditirukan anak, secara tidak langsung guru tengah menyadarkan anak akan
berbentuk huruf, kumpulan huruf yang membentuk kata dan kumpulan kata
Hal lain yang dapat kita petik dari buku besar adalah tersedianya
siswa dapat digali melalui kegiatan tanya jawab yang dipandu guru. Hal ini
sesuai dengan teori skemata sebagaimana yang dianut oleh para penyokong
,proses pembaca permulaan itu tidak saja bergantung pada informasi yang
dibaca dari teks, melainkan juga bergantung pada struktur mental (kognisi)
Grabe 1988-56) Struktur mental yang telah dimiliki pembaca sebelum dia
dengan buku besar. Makna harfiah ini mendekati makna dan fakta yang
Idealnya jumlah siswa dalam satu kelas tidak melebihi 25 orang. Dengan
buku besar itu seluruh siswa dapat melihat buku itu dari jarak pandang
tempat duduknya di kelas itu. Jika jarak pandang menjadi kendala, guru
dapat mengatur dan menata kelas sesuai dengan keperluan intinya, buku
Buku besar pada umumnya dibuat sendiri oleh guru dengan tulisan
tangannya sendiri. Buku besar berisi teks sederhana yang dinyatakan dalam
sederhana. Halaman pertama berisi judul. Misal : “Si Lucu Kucingku“ atau
“Bermain Bola“ atau judul lainya.Dalam beragam tema dan beragam cerita.
yang secara teknis mudah ditiru, sederhana, dan menjadi landasan bagi
bermacam-macam bentuk /A/ (Kapital), /a/ (huruf biasa /kecil dengan dua
tarikan dan /a/ (huruf biasa/kecil dengan satu tarikan). Huruf kapital
kalimat, nama orang, nama tempat dan lain-lain. Dari dua bentuk huruf kecil
dan /@/ dan /a/, untuk buku besar disarankan menggunakan bentuk kedua
hanya membutuhkan satu tarikan tangan dan bentuk itu akan membekali
anak untuk berkemampuan menulis rangkai. Misalnya ada, bola, mama dan
seterusnya.
x 60 cm menjadi 8 lembar.
b) Tentukan tema yang akan diambil pada buku besar tersebut dan
berilah judul
e) Buatlah satu atau dua kalimat dirangkai menjadi cerita yang padu
pembelajaran.
Pada saat guru membuka halaman demi halaman bacaan dalam Buku
Besar secara tidak langsung si anak juga akan diajarkan akan cara membuka
buku. Cara membuka buku itu dilakukan itu juga penting,meskipun tidak
sendirinya. Di samping itu konvensi cara membaca tulisan latin juga akan
latin itu dilakukan dari kiri ke kanan. Hal ini berbeda dengan konvensi
Pengembangan bahasa lisan anak yang digali melalui rangsang gambar dan
ilustrasi yang terdapat dalam Buku Besar akan seiring dan sejalan dengan
pengembangan kosa kata anak. Satu kata dalam buku besar bisa
berkembang menjadi banyak kosa kata pada anak, jika guru pandai
menggalinya. Kekayaan kosa kata merupakan salah satu modal dasar dalam
memahami bacaan. Kosa kata lisan mengacu pada kosa kata yang biasa
digunakan dalam berbicara atau yang biasa didengar. Kosa kata bacaan
mengacu pada kosa kata yang biasa digunakan dalam materi cetak.
Pengembangan kosa kata itu meliputi pula pengenalan kosa kata yang tidak
dikenali anak (Un familiar). Tentu saja ini merupakan tantangan bagi anak
kurikulum 2013 kosakata adalah sangat penting, karena disetiap materi yang
Masih banyak yang bisa digali dari buku besar dalam sumbangsihnya
untuk pembelajaran literasi awal, baik untuk pemula di kelas rendah yang
belum melek huruf maupun untuk pembaca yang sudah melek huruf.
Meskipun demikian penggunaanya untuk bahan ajar dan media ajar dalam
presepsi visual.
dengan nyaring. Melaui isi cerita di dalam buku besar anak-anak akan
bentuk buku yang besar dan berwarna warni akan menambah daya tarik
dapat kita atasi pengajar berikan kepada ana-anak. Pada dasarnya dengan
lisan;
4);
8) Waktu yang digunakan membaca tidak terlalu lama (Klein ML, 1991).
Membaca cerita baik dibacakan oleh guru dan dibaca sendiri oleh
saat guru menbacakan cerita kepada anak-anak akan terjadi suasana intim
1) Buku tidak terlalu besar, anak dapat mudah memegang dan anak bisa
5) Tulisan cukup besar untuk dilihat oleh anak yang berada di belakang
kelompoknya sekalipun;
membaca berulang-ulang.
4. Sikap Sosial
yang bersifat nyata dan berkesinambungan. Penilaian yang bisa menilai dari
tiga aspek ; religi, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Ketika kita pelajari
Pada tulisan kali ini kita akan fokus keproses penilaian sikap sosial atau
sering disebut KI 2 pada kurikulum 2013. Banyak indikator sikap sosial yang
harus kita nilai agar siswa bisa memiliki sikap-sikap yang baik. Namun jika
kita kaji dan analisis di buku guru pada tiap tema, sub tema, dan pembelajaran
sudah dinampakkan indikator sikap apa yang harus dicapai di pada kelas dan
semester tertentu. Semisal Kelas 2, Jika kita analisis ternyata untuk sikap sosial
yang ditekankan pada semester satu adalah percaya diri, dan di semester dua
kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada
tindakan.
jujur dan kejelasan, dan kedua tergantung pada proses evaluasi (menerapkan
maupun eksplisit.
kritis terkait dnegan beberapa hal yang dipikirkan tentang isi dan materi
tertentu.
Berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi membidik baik berpikir kritis
maupun berpikir kreatif. Salah satu bentuk berpikir adalah berpikir kritis
berpikir kritis. Elaine Johnson (2002: 183) berpikir kritis merupakan sebuah
proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti
untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk dalam proses ini adalah
bahwa tujan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam.
(2002: 55) proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah,
yaitu:
ciri-ciri mana yang sama dan yang tidak sama. Langkah berikutnya,
yang terdiri dari subyek dan predikat. Misalnya rumah itu baru, rumah
kebarangkalian.
Misalkan contoh dari keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum
media buku besar adanya hasil t hitung yang signifikan pada kemampuan
membaca permulaan.
pembelajaran membaca, lebih kreatif, aktif dan senang, serta berani untuk
C. Kerangka Berpikir
tersebut memengaruhi hasil belajar peserta didik. Bahan ajar yang digunakan guru
kebanyakan merupakan terbitan ataupun edaran dari pemerintah. Tentu saja bahan
ajar haruslah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, untuk itu dalam
penelitian ini penulis hendak mengembangkan bahan ajar untuk memotivasi siswa
gemar membaca dikemas lain dengan bahan ajar yang di buat oleh guru.
berdasarkan identifikasi kebutuhan guru dan siswa tentang bahan ajar, bahwa
bahan ajar yang ada masih kurang memadai sehingga hanya mengena sedikit
kemampuan finansial siswa rendah. Sehingga dalam kondisi seperti itu peneliti
D. Hipotesis Penelitian