Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Membaca

1. Pengertian Membaca Menurut Para Ahli


a. Tilaar (1999:382), bahwa membaca sesungguhnya adalah
fondasi dari proses belajar. Masyarakat yang gemar membaca
(reading society) akan melahirkan masyarakat belajar
(learning society), karena membangun perilaku dan budaya
membaca adalah kunci untuk membangun masyarakat ilmu
pengetahuan (knowledge society) yang berbasis pada
pengembangan kualitas sumber daya manusia.
b. Farr (1984:5) mengemukakan, “Reading is Heart of
Education” yang artinya membaca merupakan jantung
pendidikan. Dalam hal ini, orang yang sering membaca,
pendidikanya akan maju dan ia akan memiliki wawasan luas.
Tentu saja hasil membacanya itu akan menjadi skema
baginya. Skema ini adalah pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki seseorang. Jadi, semakin sering seorang membaca,
maka semakin besarlah peluang mendapatkan skema dan
berarti maju pulalah pendidikanya. Hal inilah yang
melatarbelakangi banyak orang yang mengatakan bahwa
membaca sama dengan membuka jendela dunia. Dengan
membaca kita dapat mengetahui seisi dunia dan pola berpikir
kita pun akan berkembang.
c. Andeson (1972:209-210) menjelaskan, bahwa membaca
adalah suatu proses penyadian kembali dan pembacaan sandi
(a recording and decoding process). Istilah penyandian
kembali (recording) digunakan untuk mengantikan istilah
membaca (reading) karena mula-mula lambang tertulis diubah
menjadi bunyi, baru kemudian sandi itu dibaca, sedangkan
pembacaan sandi (decoding process) merupakan suatu
penafsiran atau interprestasi terhadap ujaran dalam bentuk
tulisan. Jadi, membaca itu merupakan proses membaca sandi
berupa tulisan yang harus diinterpestasikan maksudnya
sehingga apa yang diinginkan oleh penulisnya dapat dipahami
dengan baik.
d. Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:5-25), membaca
merupakan perkembangan ketrampilan yang bermula dari kata
dan berlanjut kepada mmebaca kritis.
e. Damaianti (dalam Harras,dkk., 2003:3) mengemukakan
bahwa membaca merupakan hasil interaksi antara persepsi
terhadap lambang-lambang yang mewujudkan bahasa melalui
keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca dan
pengetahuanya tentang alam sekitar.
f. Rusnyana (1984:190) mengartikan membaca sebagai suatu
kegiatan memahami pola-poladalam penampilanya secara
tertulis untuk memperoleh informasi darinya.
g. Sejalan dnegan beberapa pendapat di atas, Klein,dkk.
(dalam Rahim, 2005:3) mengemukakan bahwa membaca
mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses.
Maksudnya adalah informasi dari teks atau pengetahuan yang
dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam
membantuk makna. Kedua, membaca adlah strategis.
Pembaca yang afektif menggunakan berbagai strategi,
membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka
mengontruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca
interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada
konteks. Orang yang senang membaca suatu yang bermanfaat,
akan menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks
yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable)
sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Dari
uraian diatas dapat dikatakan bahwa mambaca merupakan
proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam
kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu
memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat
merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahsa
sendiri.
h. Menuruit Tarigan (2008), membaca adalah proses yang
dilakukan serta dipergunakanoleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendk disampiakn oleh penulis
media kata-kata/bahasa itu. Dalam hal ini, membaca adalah
suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.
2. Pengertian Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa
yang tertulis (dengan melisankan maupun hanya dalam hati).
3. Pengertian Membaca Secara Umum
Membaca merupakan kegiatan atau proses menerapkan
sejumlah ketrampilan teks bacaan dalam rangka memahami
isi bacaan. Oleh sebab itu, membaca dapat dikatakan sebagai
kegiatan memperoleh informasi atau pesan yang disampiakan
oleh penulis dalam tuturan bahasa tulis. Di sini membaca
berarti memahami teks bacaan baik secara literal, interpretatif,
kritis, maupun kreatif.
Membaca dapat pula dikatakan sebagai sutau proses
memperoleh informasi dengna menggunkan teknik membaca
yang sesuai dengan bahan bacaan agar informasi yang didapat
sesuai dengan tujuan membaca. Oleh karena itu, membaca
harus sesuai dengan tujuan membaca.
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif
yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang
terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan
proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh
sebab itu, membaca bukan sekedar melihat kumpulan huruf
yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf,
dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca
merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan
lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna sehinga pesan yang
disampaikan penulis dapat diterima oleh pemmabaca.
Membaca adalah proses perubahan bentuk
lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna.
Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sengat ditentukan oleh
kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseornag untuk
menginterpretasi simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis
sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca
dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh infomasi
yang dibutuhkan.
Pada dasarnya, membaca merupakan proses. Murn, Roe,
& Ross (dalam Damaianti, 2003) memasukkan proses
membaca itu sendiri atas proses membaca dan produk
membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan
membaca, sedangkan produk membaca adalah kopmunikasi
pikiran dan perasaaan penulis pada pembaca.
Dalam kegiatan membaca, pembaca harus dapat: (1)
mengamati lambang yang disajikan di dalam teks, (2)
menafsirkan lambang atau kata, (3) mengikuti kata tercetak
dengan pola linier, logis, dan gramatikal, (4) menghubungkan
kata dengan pengalaman langsung yang memberi makna
terhadap kata tersebut, (5) membuat interfensi (kesimpulan)
dan mengevaluasi materi bacaan, (6) mengingat yang
dipelajari pada masa lalu dan menggambungkan ide-ide baru
dan fakta-fakta isi teks, (7) mengetahui hubungan antara
lambang dan bunyi, serta antarkata yang dinyatakan dalam
teks, dan (8) membagi perhatian membaca (Haejasujana dan
Damaianti, 2003:40-43). Sebagai pembaca yang baik,
kedelapan kegiatan membaca di atas perlu diperhatikan agar
informasi yang terkandung dalam teks dapat kita pahami.
Jadi, Pengertian Membaca
Membaca adalah proses perubahan bentuk
lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna
Pengertian Menulis
1. Pengertian Menulis Menurut Para Ahli
a. Tarigan (1986:3), menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-
lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat
membaca dan memahami lambang-lambang grafik itu
(Tarigan, 1982:21).
b. Menurut Akhadiah, dkk. (1988:2) menulis adalah
kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan
dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong untuk
terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus
pemecah masalah bukan sekadar menjadi penyadap informasi
dari orang lain. Penulis akan lebih mudah memecahkan
permasalahannya, yaitu menganalisisnya secara tersurat dalam
konteks yang lebih kongkret. Kegiatan menulis yang
terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa
secara tertib.
c. Suriamiharja, dkk. (1996:2) menulis, seperti halnya ketiga
keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses
perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu,
kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan
pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menulis
menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis,
diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik.
Selanjutnya, menuntut penelitian yang terperinci, observasi
yang saksama, pembeda yang tepat dalam pemilihan judul,
bentuk, dan gaya. Dalam menulis diperlukan adanya suatu
bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan
mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan
tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan
sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi
yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk
terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-
menerus dan teratur .

2. Pengertian Menulis Secara Umum


Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis,
melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.
Menulis merupakan suatu medium yang penting untuk
mengekspresikan diri pribadi, untuk berkomunikasi, dan
untuk menemukan makna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
semakin bertambah oleh adanya perkembangan media baru
untuk komunikasi masa. Oleh karena itu praktik, latihan, dan
studi menulis tetap merupakan bagian yang penting dari
kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam
pengajaran bahasa Indonesia.
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu
topik, penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta,
membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan
kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis
timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir
secara nyata. Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan
sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan yang lebih tinggi
dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling
berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan.
Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut
kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran merupakan
proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
Jadi, Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,
tidak secara tatap muka dengan orang lain.

http://rianoorsiti.blogspot.co.id/2015/10/makalah-
pengertian-membaca-dan-menulis.html

Tujuan Membaca
Tujuan membaca secara umum yaitu mampu membaca
dan memahami teks pendek dengan cara lancar atau bersuara
beberapa kalimat sederhana dan membaca puisi ( Depdiknas ;
2004 : 15 ).
Menurut kurikulum 1994 tujuan membaca yaitu :
1. Mampu memahami gagasan yang didengar secara
langsung atau tidak langsung.
2. Mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya
dengan kata-kata sendiri.
3. Mampu membaca teks bacaan secara cepat dan mampu
mencatat gagasan-gagasan utama ( Depdiknas ; 1994 : 18 ).
Jadi tujuan akhir membaca intinya adalah memahami ide,
kemampuan menangkap makna dalam bacaan secara utuh,
baik dalam bentuk teks bebas, narasi, prosa ataupun puisi
yang disimpulkan dalam suatu karya tulis ataupun tidak
tertulis. Secara umum, tujuan membaca adalah:
1. mendapatkan informasi.
2. memperoleh pemahaman.
3. memperoleh kesenangan.
Sedangkan secara khusus, tujuan membaca adalah:
1. memperoleh informasi faktual.
2. memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan
problematis.
3. memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang.
4. memperoleh kenikmatan emosi.
5. mengisi waktu luang.

Lebih lanjut Nurhadi (1987) yang mengutip pendapat


Waples (1967) menuliskan bahwa tujuan membaca adalah :
1. Mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah.
2. Mendapat hasil yang berupa prestise yaitu agar mendapat
rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam
lingkungan pergaulannya.
3. Memperkuat nilai pribadi atau keyakinan.
4. Mengganti pengalaman estetika yang sudah usang.
5. Menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau
penyakit tertentu.
Hal menarik diungkapkan oleh Nurhadi (1987) bahwa
tujuan membaca akan mempengaruhi pemerolehan
pemahaman bacaan. Artinya, semakin kuat tujuan seorang
dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang
itu dalam memahami bacaannya.

http://dwicahyadiwibowo.blogspot.co.id/2014/04/tujuan-
membaca-fungsi-membaca-dan.html

Tujuan menulis
Adapun tujuan menulis yaitu:
a. Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data
maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap
fakta, data dan peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh
pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang
dapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.
b. Membujuk melalui tulisan seorang penulis mengharapkan
pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui
atau mendukung yang dikemukakannya. Penulis harus mampu
membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan
gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi
dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis
mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab,
bersahabat, dan mudah dicerna.
c. Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi
melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan wawasan
pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan
terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku
seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya,
cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih
menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung
lebih rasional.
d. Menghibur fungsi dan tujuan menghibur dalam
komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi,
namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur
khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan
“ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman
lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk
melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas.

Abdurrahman dan Waluyo (2000: 223) menyatakan bahwa


“tujuan menulis siswa di sekolah dasar untuk menyalin,
mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas-tugas yang
diberikan di sekolah dengan harapan melatih keterampilan
berbahasa dengan baik”.
Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan menulis dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Mengubah keyakinan pembaca;
2) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca;
3) Merangsang proses berpikir pembaca;
4) Menyenangkan atau menghibur pembaca;
5) Memberitahu pembaca; dan
6) Memotivasi pembaca.
Hugo Harting (dalam Tarigan, 1994:24-
25) mengklasifikasikan tujuan penulisan, antara lain:
1. Tujuan penugasan (assingnment purpose)
2. 2. Tujuan altruistik (altruistic purpose), tujuan
persuasi (persuasive purpose)
3. 3. Tujuan Persuasif (Persuassive Purpose)
4. 4. Tujuan penerangan (informational purpose), tujuan
penyataan (self-expressive purpose)
5. Tujuan Pernyataan diri (Self expressive purpose)
6. Tujuan kreatif (creative purpose)
7. Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose).
https://bahasakublog.wordpress.com/2012/08/13/tujauan-
dan-manfaat-menulis/

1. Metode Eja

Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metodenya ini memulai


pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis.Huruf-huruf tersebut
dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a,
B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai (a), (be), (ce), (de), (e), (ef), dan
seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang, tulisan, seperti a, b, c, d, e,
f, dan seterusnya.

Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan
cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah di kenalnya misalnya :

B, a, d, u menjadi b-a ba (dibaca atau dieja/be-a/(ba)

d-u du (dibaca atau dieja/de-u/(du)

ba-du dilafalkan badu


Proses ini sama dengan menulis permulaan,setelah anak-anak bisa menuliskan huruf-huruf
lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata.
Sebagai contoh, ambilah kata ‘ badu’ tadi, selanjutnya, anak diminta menulis seperti ini : ba-
du badu.

Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh-


contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi
kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan komunikatif, dan
pengalaman berbahasa.

2. Metode Bunyi

Proses pembelajaran membaca permulaan pada metode bunyi ini berasal dari pertama atau
pemula dari kata yang ia dengar ,melalui proses pelatihan dan proses tubian. Prinsip dasar
dari proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad.

3. Metode Suku Kata

Proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini diawali dengan
pengenalan suku kata, seperti: ba, bi,bu,be,bo / ca, ci, cu, ce, co,/ da, di, du, de, do/ ka, ki, ku,
ke, ko/., dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata
bermakna.Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi
paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar membaca, menulis
permulaan.

Kata-kata tadi misalnya :

ba-bi cu-ci da-da ka-ki

ba-bu ca-ci du-da ku-ku

bi-bi ci-ca da-du ka-ku

ba-ca ka-ca du-ka ku-da

Proses perangkaian suku kata menjadi kata,kata menjadi kalimat sederhana,kemudian


ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi
satuan-satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kaliamat ke dalam kata dan dari kata
ke dalam suku-suku kata.Proses pembelajaan MMP yan melibatkan kegiatan merangkai dan
mengupas,kemudian di lahirkan istilah lain untuk metode ini yakni Metode Rangkai Kupas.

4. Metode Kata

Proses pembelajaran membaca, menulis permulaan seperti yang digambarkan dalam


langkah-langkah di atas dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan
awalnya. Sebagai contoh proses pembelajaran membaca, menulis permulaan diawali dengan
pengenalan sebuah kata tertentu. Kata ini kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk
pengenalan suku kata dan huruf.

5. Metode Global
Metode ini sering dikatakan dengan metode kalimat. Dikatakan demikian karena
alur proses pembelajaran membaca, menulis permulaan yang diperlihatkan melalui metode
ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Sebagai contoh :
memperkenalkan gambar, mengurangi salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku
kata; dan suku kata menjadi huruf-huruf.

Sebagai contoh,di bawah ini dapat anda lihat bahan ajar untuk membaca dn menulis
permulaan yang menggunakan metode Global.

1. Memperkenalkan gambar dan kalimat

Ini buku

2. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata,kata menjadi suku kata.suku kata menjadi
huruf-huruf.

Ini buku

ini buku

i-ni bu-ku

i-n-i b-u-k-u

6. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Metode ini merupakan salah satu jenis metode yang bisa digunakan untuk proses
pembelajaran mambaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Kemudian melalui proses
analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata,.Kalimat utuh yang dijadikan tonggak
dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa
yang lebih kecil di sebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut
hingga pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.

Proses penguraian ini dalam pembelajaran dengan metode SAS meliputi : kalimat menjadi
kata-kata, kata menjadi suku-suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf.

https://myibrah.wordpress.com/tag/metode-membaca-dan-
menulis-permulaan/
Gaya Tulisan Berasal dari Membaca

Riset dengan jelas menunjukkan bahwa kita belajar menulis lewat membaca. Untuk lebih
tepatnya, kita memperoleh gaya tulisan, bahasa khusus penulisan, dengan membaca. Kita
sudah melihat banyak bukti yang menegaskan hal ini: Anak-anak yang berpartisipasi dalam
program membaca-bebas, menulis dengan lebih baik (misalnya, Elley dan Mangubhai, 1983;
McNeil dalam Fader, 1976) dan mereka yang melaporkan bahwa semakin banyak mereka
membaca semakin baik tulisannya (misalnya, Kimberling et al., 1988 sebagaimana
dilaporkan dalam Krashen 1978, 1984; Applebee, 1978; Alexander, 1986; Salyer, 1987;
Janopoulus, 1986; Kaplan dan Palhinda, 1981; Applebee et al., 1990).

Ada alasan lain untuk memperkirakan bahwa gaya penulisan berasal dari membaca.
"Argumen kompleksitas" berlaku pula untuk penulisan: Semua cara di mana bahasa tertulis
"resmi" berbeda dengan bahasa yang lebih informal terlalu rumit untuk dipelajari satu per
satu. Bahkan walau pembaca mengenali tulisan yang baik, para peneliti tidak berhasil
menjabarkan secara lengkap tentang apa persisnya yang membuat tulisan yang "bagus" itu
bagus. Oleh karena itu, masuk akal untuk mengatakan gaya penulisan tidak dipelajari secara
sadar, melainkan umumnya diserap, atau secara tidak sadar diperoleh, lewat membaca.

Hunting (1967) memaparkan riset untuk disertasi (tidak dipublikasikan) yang menunjukkan
bahwa kuantitas tulisan tidak berkaitan dengan kualitas tulisan. Banyak sekali kajian yang
menunjukkan bahwa meningkatnya kuantitas tulisan tidak mempengaruhi kualitas tulisan.
Nah, tentang gaya tulisan berasal dari membaca bukan dari menulis, sejalan dengan yang
diketahui tentang kemahiran berbahasa: Kemahiran berbahasa diperoleh melalui masukan
(input), bukan keluaran (output), dari pemahaman, bukan hasil. Dengan demikian, jika Anda
menulis satu halaman sehari, gaya tulisan Anda tidak akan meningkat. Akan tetapi, hal baik
lain bisa dihasilkan dari tulisan Anda, sebagaimana yang akan kita lihat dalam pembahasan
berikut.

http://m.pelitaku.sabda.org/menulis_membutuhkan_memba
ca_dan_membaca_membutuhkan_menulis

Anda mungkin juga menyukai