Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Tentang

BAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA PUSTAKA

Oleh :

NAMA : ISMAWATI S. SOKAN


KELAS : PGSD
M.K : PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


MUHAMMADIYAH KALABAHI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Kalabahi, 25 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Membaca
B. Pengertian Membaca
C. Pembelajaran Membaca
D. Hakikat Menulis
E. Pengertian Menulis
F. Pembelajaran Menulis
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah pembelajaran pastinya tidak terlepas dari sebuah kegiatan membaca
maupun menulis. Kedua kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai aspek dasar dalam
pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus mampu memiliki ketrampilan, kompetensi
dalam mengembangakan pembelajaran membaca maupun menulis.
Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah
pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Dengan demikian membaca merupakan kegiatan
yang penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya.
Sedangkan menulis adalah salah satu media yang digunakan seseorang dalam
menyampaikan pesan secara tidak langsung. Oleh karena itu pembelajaran menulispun sangat
penting karena berkaitan dengan bagaimana seseorang berinteraksi maupun berkomuniakasi.
Kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dan memiliki keterkaitan dalam sebuah
pembelajaran. Oleh karena itu kita harus mengetahui apa itu membaca dan menulis serta
bagaimanakah pembelajaranya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian membaca?
2. Bagaimana pembelajaran membaca?
3. Apa pengertian menulis?
4. Bagaimana pembelajaran menulis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian membaca.
2. Untuk mengetahui pembelajaran membaca.
3. Untuk mengetahui pengertian menulis.
4. Untuk mengetahui pembelajaran menulis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Membaca
1. Proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi (auditoris).
2. Proses decoding, yakni mengubah kode-kode atau lambang-lambang verbal menjadi
bunyi bahasa yang dapat dipahami (proses pembacaan sandi).
3. Proses merekonstruksi makna dari bahan-bahan cetak (proses pemetikan informasi).
4. Proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan siap
pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan.
Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah
pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Membaca adalah kegiatan otak untuk mencerna dan
memahami serta memaknai simbol-simbol sehingga merangsang otak untuk melakukan olah
fikir memahami makna yang terkandung dalam rangkaian simbol-simbol tersebut.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7). Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang
penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya.
B. Pengertian Membaca
1. Pengertian Membaca Menurut Para Ahli
a. Tilaar (1999:382), bahwa membaca sesungguhnya adalah fondasi dari proses belajar.
Masyarakat yang gemar membaca (reading society) akan melahirkan masyarakat
belajar (learning society), karena membangun perilaku dan budaya membaca adalah
kunci untuk membangun masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society) yang
berbasis pada pengembangan kualitas sumber daya manusia.
b. Farr (1984:5) mengemukakan, “Reading is Heart of Education” yang artinya
membaca merupakan jantung pendidikan. Dalam hal ini, orang yang sering membaca,
pendidikanya akan maju dan ia akan memiliki wawasan luas. Tentu saja hasil
membacanya itu akan menjadi skema baginya. Skema ini adalah pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki seseorang. Jadi, semakin sering seorang membaca, maka
semakin besarlah peluang mendapatkan skema dan berarti maju pulalah pendidikanya.
Hal inilah yang melatarbelakangi banyak orang yang mengatakan bahwa membaca
sama dengan membuka jendela dunia. Dengan membaca kita dapat mengetahui seisi
dunia dan pola berpikir kita pun akan berkembang.
c. Andeson (1972:209-210) menjelaskan, bahwa membaca adalah suatu proses
penyadian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process). Istilah
penyandian kembali (recording) digunakan untuk mengantikan istilah membaca
(reading) karena mula-mula lambang tertulis diubah menjadi bunyi, baru kemudian
sandi itu dibaca, sedangkan pembacaan sandi (decoding process) merupakan suatu
penafsiran atau interprestasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan. Jadi, membaca itu
merupakan proses membaca sandi berupa tulisan yang harus diinterpestasikan
maksudnya sehingga apa yang diinginkan oleh penulisnya dapat dipahami dengan
baik.
d. Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:5-25), membaca merupakan perkembangan
ketrampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada mmebaca kritis.
e. Damaianti (dalam Harras,dkk., 2003:3) mengemukakan bahwa membaca merupakan
hasil interaksi antara persepsi terhadap lambang-lambang yang mewujudkan bahasa
melalui keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca dan pengetahuanya tentang
alam sekitar.
f. Rusnyana (1984:190) mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-
poladalam penampilanya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.
g. Sejalan dnegan beberapa pendapat di atas, Klein,dkk. (dalam Rahim, 2005:3)
mengemukakan bahwa membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu
proses. Maksudnya adalah informasi dari teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membantuk makna. Kedua,
membaca adlah strategis. Pembaca yang afektif menggunakan berbagai strategi,
membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengontruk makna
ketika membaca. Ketiga, membaca interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks
tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu yang bermanfaat, akan
menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus
mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Dari
uraian diatas dapat dikatakan bahwa mambaca merupakan proses memahami kata dan
memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu
memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan
tersebut dengan menggunakan bahsa sendiri.
h. Menuruit Tarigan (2008), membaca adalah proses yang dilakukan serta
dipergunakanoleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendk disampiakn oleh
penulis media kata-kata/bahasa itu. Dalam hal ini, membaca adalah suatu usaha untuk
menelusuri makna yang ada dalam tulisan.
2. Pengertian Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan
maupun hanya dalam hati).
3. Pengertian Membaca Secara Umum
Membaca merupakan kegiatan atau proses menerapkan sejumlah ketrampilan teks bacaan
dalam rangka memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, membaca dapat dikatakan sebagai
kegiatan memperoleh informasi atau pesan yang disampiakan oleh penulis dalam tuturan
bahasa tulis. Di sini membaca berarti memahami teks bacaan baik secara literal,
interpretatif, kritis, maupun kreatif. Membaca dapat pula dikatakan sebagai sutau proses
memperoleh informasi dengna menggunkan teknik membaca yang sesuai dengan bahan
bacaan agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan membaca. Oleh karena itu,
membaca harus sesuai dengan tujuan membaca. Membaca merupakan suatu kegiatan
atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat
dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi
teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan sekedar melihat kumpulan huruf yang
telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih
dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan
lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna sehinga pesan yang disampaikan penulis dapat
diterima oleh pemmabaca. Membaca adalah proses perubahan bentuk
lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan
membaca ini sengat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseornag
untuk menginterpretasi simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola
komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan
memperoleh infomasi yang dibutuhkan. Pada dasarnya, membaca merupakan proses.
Murn, Roe, & Ross (dalam Damaianti, 2003) memasukkan proses membaca itu sendiri
atas proses membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan
membaca, sedangkan produk membaca adalah kopmunikasi pikiran dan perasaaan penulis
pada pembaca. Dalam kegiatan membaca, pembaca harus dapat: (1) mengamati lambang
yang disajikan di dalam teks, (2) menafsirkan lambang atau kata, (3) mengikuti kata
tercetak dengan pola linier, logis, dan gramatikal, (4) menghubungkan kata dengan
pengalaman langsung yang memberi makna terhadap kata tersebut, (5) membuat
interfensi (kesimpulan) dan mengevaluasi materi bacaan, (6) mengingat yang dipelajari
pada masa lalu dan menggambungkan ide-ide baru dan fakta-fakta isi teks, (7)
mengetahui hubungan antara lambang dan bunyi, serta antarkata yang dinyatakan dalam
teks, dan (8) membagi perhatian membaca (Haejasujana dan Damaianti, 2003:40-43).
Sebagai pembaca yang baik, kedelapan kegiatan membaca di atas perlu diperhatikan agar
informasi yang terkandung dalam teks dapat kita pahami.
C. Pembelajaran Membaca
Membaca itu bersifat reseptif. Artinya si pembaca menerima pesan atau informasi yang
disampiakan oleh penulis dalam sebuah teks bacaan. Pesan yang disampaikan itu merupakan
informasi fokus yang dibutuhkan. Dalam hal ini, si pembaca haruis mampu memahami
makna/lambnag/tulisan dalam teks berupa kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, ataupun
wacana yang utuh. Jadi membaca merupakan proses mengubah lambang/ tanda/ tulisan
menjadi wujud makna.
Disekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek kemampuan memahami
isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami sebuah teks
bacaan. Hal ini berarti siswa bukan mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan memahami
isi bacaan. Dalam hal ini, pesan guru sangat besar berpengaruh terhadap kemampuan siswa
dalam memahami isi bacaan.
Guru bahasa Indonesia sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang strategi, metode,
dan teknik membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi bacaan dengan baik
pula. Begitu juga halnya dengan ujian ketrampilan membaca, sebaiknya ujian tersebut lebih
ditekankan pada kemmapuan memahami isi bacaan, yaitu berupa kemampuan:
1) Memahami makna kata-kata yang dibaca;
2) Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat;
3) Memahmai inti sebuah kalimat yang dibaca;
4) Memahmai ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca;
5) Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang dicaba,
dan menarik kesimpuulan dari suatu wacana yang dibaca;
6) Membuatrangkuman isi bacaan sevcara tertulis dengan mengguankan bahasa sendiri;
7) Menyampikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakna bahsa sendiri di
depan kelas.
Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, ia harus mampu menerapkan ujian ketrampilan
membaca tersebut dengan baik sehingga kemampuan memahami isi abcaaan [ada siswa dapat
diukur dan dinilai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikian, kita dapat
mengatahui kemampuan siswa dalam memahami sisi bacaan yang dibacanya.
D. Hakikat Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis.
Pesan yang dibawa oleh penulis melalui gambar huruf-huruf disebut karangan. Karangan
sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis
(Sutari, 1997:26)
Seseorang yang terampil menulis tanpa terampil mengarang tidak mempunyai arti
sebab tidak ada yang dinikmati pembaca. Sebaliknya, terampil mengarang belum tentu
terampil menulis karena dalam mengarang yang terlibat hanya ekspresi atau imajinasi. Hal
tersebut dapat dilakukan baik melalui bahasa lisan maupun tulis. Akan tetapi, jika terampil
menulis berarti harus terampil mengarang karena ada karangan yang dihasilkan sebagai
ekspresi pikiran dan perasaan. Dengan kata lain, mengararang merupakan bagian dari
menulis. Keduanya saling melengkapi.
E. Pengertian Menulis
1. Pengertian Menulis Menurut Para Ahli
a. Tarigan (1986:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafik itu
(Tarigan, 1982:21).
b. Menurut Akhadiah, dkk. (1988:2) menulis adalah kemampuan kompleks yang
menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong
untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah
bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Penulis akan lebih mudah
memecahkan permasalahannya, yaitu menganalisisnya secara tersurat dalam konteks
yang lebih kongkret. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita
berpikir serta berbahasa secara tertib.
c. Suriamiharja, dkk. (1996:2) menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa
lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman,
waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran
langsung menjadi seorang penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun
secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya,
menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat
dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya. Dalam menulis diperlukan adanya suatu
bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan
menggunakan kosakata dan tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang
digunakan sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang
diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan
dan praktik yang terus-menerus dan teratur .
2. Pengertian Menulis Secara Umum
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan
praktik yang banyak dan teratur. Menulis merupakan suatu medium yang penting untuk
mengekspresikan diri pribadi, untuk berkomunikasi, dan untuk menemukan makna.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bertambah oleh adanya perkembangan media
baru untuk komunikasi masa. Oleh karena itu praktik, latihan, dan studi menulis tetap
merupakan bagian yang penting dari kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam
pengajaran bahasa Indonesia. Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu
topik, penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan
sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak
penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata.
Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan
yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan,
dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah
yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir
sistematik untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
F. Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan
bahasa dalam bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis. Menulis merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya merupakan keterampilan yang
menghasilkan tulisan. Keterampilan yang memerlukan proses panjang dan ketekunan dari si
penuls. Dalam pembelajaran menulis selama ini, umumnya guru hanya menerangkan hal-hal
yang berkenaan dengan teori. Sementara pelatihan menulis kurang diperhatikan. Penggunaan
tanda baca, kalimat yang efektif, paragraf yang baik kurang mendapat perhatian dari guru.
1. Pemilihan Materi Pembelajaran
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru diharuskan memilih materi pembelajaran
yang telah ditentukan dalam kurikulum. Guru pun akan mencari buku sumber yang tepat.
Dewasa ini, guru banyak mengambil sumber dari buku paket. Cara inilah tampaknya yang
paling mudah dilakukan oleh guru. Hal itu dapat saja dilakukan sepanjang dapat
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Akan tetapi, tentu
saja kesadaran ini jangan sampai mengakibatkan guru terlalu bergantung pada buku paket
atau buku pegangan, sehingga ia tidak mampu lagi mengajar tanpa buku paket. Guru
dapat juga menggunakan sumber pembelajaran dari Koran, majalah, atau benda asli di
lingkungan sekolah. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru untuk
menggunakan buku paket atau buku pegangan guru sebagai bahan pengembangan
pembelajaran menulis di sekolah. Langkah-langkah tersebut di antaranya:
 Menelaah gambaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) yang telah
ditetapkan.
 Menelaah buku paket atau buku pegangan guru. Hal yang harus diperhatikan antara
lain sebagai berikut.
1) Ketepatan dan kelengkapan isi atau uraian pokok bahasan yang ada dalam SK-
KD.
2) Keterkaitan isi buku dengan SK-KD yang harus dicapai.
3) Kesesuaian cara pembahasan dengan kemampuan berpikir siswa.
4) Kemungkinan dapat dimiliki oleh siswa.
5) Kemudahan cara mencarinya.
6) Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pola yang telah digariskan.
7) Menyiapkan alat bantu (media) pembelajaran dengan memperhatikan kemudahan,
keterkaitan dengan SK-KD, keterkaitan dengan materi, dan daya tarik bagi siswa.
Pemilihan materi pembelajaran menulis harus memperhatikan hal-hal berikut.
1) Keterampilan menulis yang bagaimana yang harus dikuasai siswa?
2) Jenis tulisan apa saja yang perlu dilatihkan kepada siswa?
3) Apa yang harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran?
Jika pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab, pembelajaran menulis dapat dikembangkan
dan lebih bermanfaat.
2. Metode dan Media Pembelajaran
Metode apa yang tepat digunakan bagi pembelajaran menulis? Dalam pembelajaran
menulis tingkat awal (SMP), guru dapat menggunakan metode terbimbing. Marcela
Frank dalam Sampurno (2003:64) memberikan langkah-langkah menulis terbimbing
sebagai berikut.
1) Langkah 1: Tahap berbicara menulis
Langkah ini merupakan langkah prapenulisan. Siswa berdiskusi tentang topic yang
sudah diberikan kerangkanya oleh guru.
2) Langkah 2: Tahap menyimak menulis
Sesudah menulis karangannya, siswa akan memperoleh kertas dari guru yang harus
diisi dengan komentar mereka tentang karangan temannya serta membuat koreksi
yang dianggap perlu. Setelah itu mereka harus berlatih lagi tentang struktur dan
kosakata yang berkaitan dengan subyek yang ditulisnya. Akhirnya mereka menuliskan
ringkasan yang berkaitan dengan karangannya.
3) Langkah 3: Diskusi berpasangan
Sesudah diskusi kelas, siswa melanjutkan diskusinya secara berpasangan.
4) Langkah 4: Menulis karangan
Siswa disuruh menulis karangan sesuai dengan kerangka yang telah didiskusi-kan.
Mereka mencoba mengerjakannya sendiri dan tidak diperkenankan mengutip sumber-
sumber dari luar.
5) Langkah 5: Proses penguatan
Setelah karangan diserahkan dan diperiksa guru, guru harus memberikan penguatan.
Kesalahan yang sekiranya dapat dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu
membetulkannya. Guru cukup memberikan tanda lingkaran pada bentuk atau kata
yang dianggap salah itu.
3. Evaluasi Pembelajaran
Sampurno (2003:68), menjelaskan ada beberapa metode untuk menilai sebuah tulisan
siswa sebagai berikut.
- Pertama, metode impresi. Metode ini mendasarkan penilaiannya pada impresi atau
kesan terhadap karangan secara keseluruhan. Pada umumnya, dua atau tiga orang
menilai setiap karangan. Hasil penilainya dijumlahkan dan diambil rata-ratanya. Jika
ternyata perbedaannya mencolok, perlu diadakan pemeriksaan ulang. Untuk itu, perlu
diadakan diskusi sehingga tercapai kata sepakat tentang karangan yang dinilai
tersebut. Penilaian karangan dengan metode impresi biasanya menggunakan skala
penilaian dengan rentangan yang ditentukan antara penilai. Rentangan nilai itu dapat
berkisar antara 0 sampai dengan 5; 0 sampai dengan 10; 0 sampai dengan 20; 0
sampai dengan 100. Penilai diberi waktu khusus untuk menilai sejumlah karangan,
misalnya 20 karangan diberi waktu kira-kira satu jam.
- Kedua, metode analitik. Metode ini biasanya digunakan guru-guru yang sukar mencari
teman guru lain untuk menilai karangan siswanya. Penilaian analitik didasarkan pada
suatu norma atau aspek tertentu yang akan dinilai. Misalnya, aspek karangan yang
akan dinilai ialah aspek ejaan, tata bahasa, kelancaran, dan relevansi. Setiap karangan
dapat dinilai dengan menggunakan rentangan 1 sampai dengan 5. Supaya memperoleh
hasil yang baik, perlu adanya pembobotan untuk tiap aspek. Pada tataran elementer,
misalnya, penilai memusatkan perhatiannya pada aspek tata bahasa dan kosakata dan
kurang memperhatikan kelancaran. Pada tataran menengah, penilai mungkin
memusatkan perhatiannya pada relevansi. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk
memberi bobot 10 untuk relevansi, sedangkan aspek yang lain diberi bobot 5. pada
tataran lanjut, penilai memusatkan perhatiannya pada organisasi karangan yang belum
termasuk aspek yang dinilai pada tataran sebelumnya. Mungkin juga penilai akan
memasukkan register sebagai aspek yang baru serta akan menggabungkan aspek ejaan
dengan aspek kelancaran.
- Ketiga, metode menghitung kesalahan atau metode mekanis. Metode ini dianggap
yang paling mekanis di antara ketiga metode yang ada. Akan tetapi, metode ini tidak
dianjurkan pemakaiannya karena dianggap kurang sahih. Prosedur penilaiannya ialah
dengan cara menghitung kesalahan yang dibuat siswa secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hakikat Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7).
2. Pengertian Membaca
Membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi
yang bermakna
3. Pembelajaran Membaca
Disekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek kemampuan memahami
isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami sebuah teks
bacaan. Hal ini berarti siswa bukan mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan
memahami isi bacaan. Dalam hal ini, pesan guru sangat besar berpengaruh terhadap
kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.
4. Hakikat Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang
dibawa penulis.
5. Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
6. Pelajaran Menulis
Pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan
bahasa dalam bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis.
B. Saran
1. Ketrampilan membaca dan menulis dapat dikatakan sebagai tahap dasar dalam
pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru haruslah mampu menguasai ketrampilan
membaca dan menulis.
2. Seorang guru diharapkan tidak hanya mampu menguasai ketrampilan membaca maupun
menulis saja namun mampu mengembangkan dan memberikan pengembangan kepada
peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Sugihartati, Drs.Rahma. 2010. Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Dalman,Dr.H. 2013. Ketrampilan Membaca. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung:
Percetakan Angkasa.
Hatami, Chaerul. 2011. Pengertian Membaca Menurut Beberapa Ahli.
Alwasilah, Ch. (2005). Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi.
Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Kurniawan, K. (2004). “Pembelajaran Menulis dengan Menggunakan Pendekatan Proses”.
Jurnal Mimbar Pendidikan No. 2 Tahun XXIII 2004.
Kurniawan, K. (2000). “Pembaharuan Pendidikan Baca-Tulis Menuju Masyarakat Madani”,
Jurnal Pendidikan Mimbar Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, No. 1 Tahun XIX
2000.
Sampurno, A. (2003). Menulis. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Sutari, I. (1997). Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Bandung : FPBS IKIP.
Tarigan, H.G. (1983). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai