Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA SD

“KETERAMPILAN MEMBACA”

Disusun Oleh Kelompok 2:

LAIMIN (825989092)

ISROK FIYAH (825983805)

IMAM YAHUDI (825987762)

FITRIANINGSIH (825993727)

JOKO RUDI (825994087)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS TERBUKA
UPJJ JEMBER
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan khadirat Allah SWT yang telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
KETERAMPILAN MEMBACA. Penyusunan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia SD

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa hasil yang dicapai dari
makalah ini, masih banyak kekuranganya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun pribadi maupun pembaca.

Lumajang , Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Hakikat Membaca ......................................................................................... 3
B. Tujuan Membaca .......................................................................................... 4
C. Tahapan Membaca ........................................................................................ 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Permendiknas nomon 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa


Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selanjutnya
disebutkan pula bahwa ruang lingkup pembelajaran bahasa meliputi empat aspek
keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada
hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis.

Dalam pembelajarannya keempat aspek keterampilan berbahasa disajikan dalam porsi


yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Bahan pembelajaran pemahaman diambil
dari bahan mendengarkan dan membaca, yang meliputi pengembangan kemampuan untuk
menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang dilisankan atau ditulis.
Bahan pemahaman tersebut mencakup pula karya sastra, baik asli Indonesia maupun
terjemahan (daerah/asing).

Keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan reseptif di samping


keterampilan mendengarkan. Sebagai salah satu keterampilan reseptif, membaca merupakan
komponen pemahaman. Dalam kegiatan pembelajaran membaca, selain guru dituntut untuk
memahami kurikulum yaitu memahami dan menguasai materi pembelajaran, guru juga harus
mampu merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Pada akhirnya, pada saat pelaksanaan pembelajaran membaca, guru tidak sekadar
menugasi siswa membaca (dalam hati) kemudian mengerjakan tugastugas yang ada dalam
wacana tersebut. Berdasarkan hal itulah, modul (suplemen) ini disusun untuk melengkapi
bahan belajar mandiri (BBM) yang telah ada. Modul ini khusus tentang membaca dan
pembelajarannya. Pada akhirnya, dengan membaca modul (suplemen) ini, guru akan lebih
memahami konten (isi) tentang membaca dan dapat menyampaikannya dalam kegiatan
pembelajaran di kelas.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimanakah hakikat membaca ?
b. Apakah tujuan membaca ?
c. Bagaimanakah tahapan membaca ?

C. TUJUAN MASALAH
a. Menjelaskan hakikat membaca
b. Menjelaskan tujuan membaca
c. Mengidentifikasi tahapan membaca
BAB II
PEMBAHASAN
1. HAKIKAT MEMBACA

Membaca merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat


reseptif. Sebagai bentuk keterampilan reseptif, kegiatan membaca merupakan proses
mengumpulkan dan menemukan informasi melalui suatu bacaan. Oleh sebab itu, salah
satu tujuan membaca adalah mendapatkan informasi melalui suatu bacaan untuk
memperkaya khasanah keilmuan, baik yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah.
Membaca merupakan suatu yang rumit karena melibatkan banyak hal. Tidak hanya
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berpikir, psikolinguistik,
dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca merupakan proses penerjemah
symbol tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca
mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membacakritis,
danpemahamankreatif.
Menurut klien dkk (dalam Rahim , 2005: 3) definisi membaca mencakup: (1)
membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah setrategi, (3) membaca
merupakan interaktif. Membaca sebagai suatu proses dimaksudkan yaitu informasi
dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang
utama dalam membentuk makna. Membaca merupakan suatu strategi berarti pembaca
yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka mengkonstruksi makna dalam bacaan. Membaca adalah interaktif,
artinya keterlibatan pembaca dengan teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa
tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami
sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Depdikbud (1985:11) menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan


secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang
bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi,
dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat lanjut, yakni
membaca kritis dan membaca kreatif. Selanjutnya, Anderson dalam Tarigan (1985:7)
berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau
melafalkan lambanglambang bahasa tulis. Hal ini sesuai dengan membaca pada level
rendah. Finochiaro dan Bonono (1973:119) menyatakan bahwa membaca adalah
proses memetik serta memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa tulis.
Batasan ini tepat dikenakan pada membaca literal. Di pihak lain, Thorndike
(1967:127) berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir atau bernalar.

Syafi’ie (1999:6–7) menyebutkan, hakikat membaca adalah: (1)


Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-
kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis
danevaluatif keseluruhan isi bacaan. (2) Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan
mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan
kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman
terhadap bacaan. (3) Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan
memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah dipunyai. (4) Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses
mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan. (5)
Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam
bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang
relevan dengan informasi tersebut. (6) Proses menghubungkan tulisan dengan
bunyinyasesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. (7) Kemampuan
mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan membaca bukan
hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari
kelompok-kelompok kata yang membawa makna.
Aktivitas membaca dilakukan pembaca dalam rangka: (a) menginginkan
informasi untuk tujuan-tujuan tertentu, atau karena ingin tahu tentang beberapa topik;
(b) memerlukan instruksi untuk dapat melaksanakan tugas dalam pekerjaan atau hidup
sehari-hari; (c) ingin melaksanakan beberapa aktivitas yang menyenangkan, seperti
ingin bermain drama atau permainan baru yang lain; (d) ingin akrab dengan teman,
dengan berkorespondensi; (e) ingin tahu dimana dan kapan sesuatu yang terjadi; (f)
ingin mencari/menemukan kesenangan dan kenikmatan (membaca karya sastra).
Implikasi tujuan membca diuraikan berikut ini.

2. TUJUAN MEMBACA
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif.Dalam hal
ini,karena melalui membaca,pembaca menyerap berbagai informasi.Secara umum
orang melakukan aktivitas membaca dengan tujuan (a) mengijinkan informasi untuk
tujuan-tujuan tertentu; (b) ingin mengetahui tentang beberapa topik atau masalah; (c)
memerlukan instruksi untuk dapat melaksanakan beberapa tugas dlam pekerjaan atau
kehidupan sehari-hari; (d) ingin melaksanakan beberapa aktifitas yang
menyenangkan,seperti ingin bermain drama atau permainan peran yang lain; (e) ingin
akrab dengan teman dengan berkorespondensi; (f) ingin mengetahui waktu dan tempat
terjadinya suatu peristiwa; (g) ingin mencari/atau menemukan kesenangan dan
kenikmatan (membaca karya sastra).Di samping itu,dalam aktivitas kegiatan
membaca,beberapa tujuan lain dapat muncul misalnya sebagai berikut.
a. Program membaca yang bertujuan untuk (1) menambah kecepatan dan
memperbaiki pemahaman, (2) mengajar siswa begaimana mengadaptasi
pendekatan membaca dengan berbagai variasi bahan bacaan, (3) memperbaiki
bacaan bagi semua ketrampilan berbahasa
b. Latihan membaca untuk dapat mengapresiasi dan memperoleh kesenangan estetis
dari prosa atau puisi (karya sastra)
c. Program individual yang ditunjukkan untuk mendorong siswa agar membaca
sebanyak-banyaknya dan memungkinkan siswa itu untuk dapat mengembangkan
diri menjadi pembaca yang teliti sepanjang hayat.

Tujuan utama dalam membaca adalah mendapatkan informasi yang tepat dan
benar. Hal ini ditegaskan oleh Rahim (2007: 11) membaca bertujuan untuk
mendapatkan informasi atau pesan dari teks. Membaca dengan tujuan, cenderung
lebih memahami dibandingkan dengan yang tidak mempunyai tujuan. Menurut
Tarigan (2008: 9) tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna, arti (meaning) erat sekali
hubungannya dengan maksud tujuan atau intensif kita dalam membaca.

Hal ini sesuai pendapat Nurhayati (2009: 4) bahwa tujuan membaca


mempunyai kedudukan yang sangat penting karena akan berpengaruh pada proses
membaca dan pemahaman membaca. Resmini (2006: 94) menjelaskan bahwa
pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan tersebut yaitu:
a. menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan.

b. membaca bersuara memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan.

c. menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan.

d. menggali simpanan pengetahuan atau schemata siswa tentang suatu topik.

e. menghubungkan pengetahuan baru dengan schemata siswa.

f. mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan
dan tertulis.

g. melakukan penguatan dan penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh


siswa sebelum melakukan perbuatan membaca.

h. memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti


sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan.

i. mempelajari struktur bacaan.

j. menjawab pertanyaan khususnya yang dikembangkan oleh guru atau sengaja


diberikan oleh penulis bacaan.

3. TAHAPAN MEMBACA

Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah


kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensori,
perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan.
Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh dari pengungkapan
simbol-simbol grafis melalui indra penglihatan. Anak-anak belajar membedakan
secara visual di antara simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk
memrepresentasikan bahasa lisan.
Kegiatan berikutnya adalah tindakan perseptul, yaitu aktifitas mengenal suatu
kata, sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Kegiatan persepsi
melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak. Ketika seseorang membaca, otak
menerima gambaran kata-kata, kemudian mengungkapkannya berdasarakan
pengalaman membaca sebelumnya dengan objek, gagasan, atau emosi yang
dipresentasikan oleh suatu kelas. Pembaca mengenali rangkaian simbol-
simboltertulis, baik yang berupa fakta, frasa maupun kalimat. Kemudian pembaca
memberi makna yang berbed. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan
kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya
tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak-anak
yang memiliki pengalaman yang banyak akan memiliki kesempatan yang lebih luas
dalam mengembangkan pemahaman kosakata dan konsep ynag mereka hadapi dalam
membaca dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai pengalaman terbatas..
Oleh sebab itu, guru atau orang tua sebaiknya memberikan pengalaman langsung atau
tidak langsung kepada anak-anaknya, misalnya pengalaman tentang tempat, benda,
dan proses yang dideskripsikan dalam materi bacaan sehingga materi bacaan akan
lebih mudah mereka serap. Pengalaman konkret (pengalaman langsung) dan
pengalaman tidak langsung akan meningkatkan perkembangan konseptual anak,
namun pengalaman langsung lebih efektif daripada pengalaman tidak langsung.
Membaca merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan,
pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya
melalui proses asosiasi dan eksperimental sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Kemudian pembaca membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang
terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu, pembaca harus mampu berpikir secara
sistematis, logis, dan kreatif (Syafi’ie, 1993: 44). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek
asosiasi dalam membaca. Anak-anak belajar menghubungkan simbol-simbol grafis
dengan bunyi bahasa dan makna. Tanpa kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa
tidak mungkin dapat memahami teks.

Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan


memusatkan perhatian,membangkitkan kegemaran membaca (sesuai dengan
minatnya), dan menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca (Berns
dkk., 1996). Pemusatan perhatian, kesenangan, dan motivasi yang tinggi diperlukan
dalam membaca. Anak-anak SD seharusnya terlatih memusatkan perhatiannya pada
bahan bacaan yang dibacanya. Guru SD bisa melatih sisiwanya terbiasa memusatkan
perhatiannya dengan memberikan bacaan yang menjadi minat mereka.Tanpa
perhatian yang penuh ketika membaca, siswa sulit mendapatkan sesuatu dari bacaan.
Motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk memusatkan
perhatian pada bacaan.

Aspek berikutnya pada tahapan membaca ialah aspek pemberian gagasan.


Aspek gagasan dimulai dengan penggunan sensor dan perseptual dengan latar
belakang pengalaman dan tanggapan afektif. Dalam hal ini, pembaca membangun
makna teks yang dibacanya secara pribadi. Makna dibangun berdasarkan pada teks
yang dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemui dalam teks. Teks tersebut
ditransformasikan oleh pembaca dari informasi yang diambil dari teks. Pembaca
dengan latar belakang pengalaman yang berbeda dan reaksi afektif yang berbeda akan
meghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan berbahasa tulis dan


keterampilan berbahasa lisan. Klasifikasi seperti ini dibuat berdasarkan pendekatan
komunikatif. Implikasinya pembelajaran bahasa di SD harus difokuskan pada
kemampuan siswa memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan berbahasa tulis terdiri dari keterampilan membaca dan menulis.


Sedangkan keterampilan berbahasa lisan terdiri dari menyimak dan berbicara.

2. SARAN

Guru tidak dapat melepaskan diri dari bantuan media dalam melakukan
pembelajaran berbicara. Dengan dukungan media, guru berharap dapat menciptakan
kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang akan membentuk keterampilan berbicaranya baik berupa lisan ataupun
tertulis.

Anda mungkin juga menyukai