Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS”


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pendidikan Bahasa Indonesia SD 2”
Dosen Pengampu :
Prof. Drs. H.Rustam Effendi,M.Pd., Ph.D / Dessy Dwitalia Sari, M.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Kelas 4B PGSD
Tazkiatul Mahfuzah 1910125220012
Siti Firda Anggraini 1910125220042
Melly Wati 1910125220092
Ade Ahmadianur 1910125310032
Esty Fahlupi Yurinda 1910125320027
Nada Azizah 1910125220077

Nor Latifah
1910125320037

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2020

2
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT


serta sholawat dan salam tak lupa senantiasa kita hanturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw yang mana atas karunia-Nya dan syafaat beliau kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia SD 2 Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lambung Mangkurat, dengan materi pembahasan mengenai Model Pembelajaran
Menulis dan Membaca .
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Drs. H.Rustam
Effendi,M.Pd., Ph.D dan Ibu Dessy Dwitalia Sari, M.Pd selaku dosen pengampu
beserta pihak-pihak yang sudah mendukung penulisan makalah ini. Kami pun
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna menjadikan makalah ini menjadi
lebih sempurna. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Aamiin Yarobbal Aalamiin.

Banjarmasin, Februari 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Keterampilan Membaca dan Menulis.....................................3
B. Tujuan Keterampilan Membaca dan Menulis...........................................5
C. Hubungan Antara Keterampilan Membaca dan Menulis..........................7
D. Cara Meningkatkan Keterampilan Membaca dan Menulis.......................8
E. Model Pembelajaran Keterampilan Membaca dan Menulis...................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah pembelajaran pastinya tidak terlepas dari sebuah
kegiatan membaca maupun menulis. Kedua kegiatan tersebut dapat dikatakan
sebagai aspek dasar dalam pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus
mampu memiliki ketrampilan, kompetensi dalam mengembangakan
pembelajaran membaca maupun menulis.
Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan
pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Dengan
demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi seseorang yang
ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya.
Sedangkan menulis adalah salah satu media yang digunakan seseorang
dalam menyampaikan pesan secara tidak langsung. Oleh karena itu
pembelajaran menulispun sangat penting karena berkaitan dengan bagaimana
seseorang berinteraksi maupun berkomuniakasi.
Kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dan memiliki keterkaitan
dalam sebuah pembelajaran. Oleh karena itu kita harus mengetahui apa itu
membaca dan menulis serta bagaimanakah pembelajaranya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keterampilan membaca dan menulis ?
2. Apa tujuan dari keterampilan membaca dan menulis ?
3. Bagaimana hubungan antara keterampilan membaca dan menulis ?
4. Bagaimana cara meningkatkan keterampilan membaca dan menulis ?
5. Model pembelajaran apa saja yang cocok untuk keterampilan membaca
dan menulis ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian daru keterampilan membaca dan menulis.
2. Mengetahui tujuan dari keterampilan membaca dan menulis.

1
3. Mengetahui bagaimana hubungan antara keterampilan membaca dan
menulis.
4. Mengetahui cara meningkatkan keterampilan membaca dan menulis.
5. Mengetahui model pembelajaran yang cocok untuk keterampilan membaca
dan menulis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Membaca dan Menulis


Pada hakikatnya, membaca merupakan proses memahami dan menemukan
makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pengenalan makna kata sesuai
dengan konteksnya merupakan syarat awal yang diperlukan untuk memahami
pesan yang terdapat dalam bahan bacaan. Membaca dapat ditolak ukuri oleh
dua kemampuan utama yakni, (1) kemampuan visual, yaitu kemampuan mata
melihat dan menangkap lambing-lambang tulis secara cepat dan (2)
kemampuan kognisi, yaitu kemampuan otak memahami makna dan maksud
lambing-lambang secara cepat.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas
visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual,
membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam
kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas
pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan
pemahaman kreatif.
Tarigan (2008:7-8) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/Bahasa tulis.
Selanjutnya, dipandang dari segi linguistic, membaca adalah suatu proses
penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan
menulisyang justru melibatkan penyandian, sebuah aspek pembacaan
sandiadalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna Bahasa lisan yang
mencakup pengubahan tulisan/ cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
Oleh karena itu, membaca pada hakikatnya merupakan proses membangun
makna dari pesan yang disampaikan melalui symbol-simbol tulisan. Dalam
proses tersebut, pembaca mengintegrasikan atau mengaitkan antara informasi,
pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki
pembaca. Dalam proses membaca, pembaca menggunakan berbagai
keterampilan meliputi ketrampilan fisik dan mental.

3
Pengertian menulis menurut para ahli, yaitu:
a. Musaba, menulis adalah berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran
atau perasaan melalui suatu lambing (tulisan)
b. Tarigan, menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahan yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang yang lain dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut
sepanjang mereka memahami Bahasa dan gambaran-gambaran tersebut.
c. Fachruddin Ambo Enre, menulis merupakan kemampuan mengungkapkan
pikiran dan juga perasaan dalam tulisan yang efektif.
d. Sabir, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, secara tatap muka dengan
orang lain.
e. Takala, menulis merupakan sistem yang konvensional yang dapat dilihat
dan dibaca.
Dengan memperhatikan pendapat-pendapat di atas mengenai menulis,
maka dapatlah ditarik kesimpulan, menulis pada hakikatnya adalah suatu
proses yang menggunakan lambing-lambang (huruf) untuk menyusun,
mencatat, dan mengkomunikasikan serta dapat menampung aspirasi yang
dapat menghibur, memberi informasi, dan menambah pengetahuan. Menulis
dapat pula disimpulkan sebagai berikut:
1) Merupakan suatu bentuk komunikasi
2) Merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran
tentang gagasan yang akan disampaikan
3) Adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, dalam
tulisan tidak terdapat intonasi ekpresi wajah, gerak fisik, serta situasi yang
menyertai percakapan
4) Merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-
alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca
5) Merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis
kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

4
B. Tujuan Keterampilan Membaca dan Menulis
Keterampilan membaca dan menulis adalah kegiatan yang saling
berkaitan, keterampilan membaca berpengaruh terhadap keterampilan
menulis, keterampilan menulis membutuhkan pengetahuan dan ide-ide yang
akan dituangkan melalui tulisan sedangkan pengetahuan dan ide-ide diperoleh
dari kegiatan membaca (Febrina, 2017). Kemampuan menulis yang baik tidak
dapat diperoleh tanpa kemampuan membaca yang baik, karena dengan
memiliki kemampuan membaca yang baik seseorang akan mendapatkan
informasi yang lebih luas, pengalaman yang didapatkan pun lebih banyak
sehingga kosakata yang dimiliki oleh pembaca akan lebih beragam.
Membaca adalah salah satu aktivitas belajar yang efektif untuk
mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Hal ini berarti membaca merupakan
proses berpikir untuk memahami isi teks bacaan (Pratiwi et al., 2018).
Membaca adalah salah satu kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia
pendidikan, karena kegiatan membaca merupakan suatu proses transformasi
ilmu melalui cara melihat dan memahami isi yang tertulis didalam sebuah
buku pengetahuan maupun buku pelajaran (Nugraha et al., 2018). Sejalan
dengan pendapat milik Tarigan dalam Kuanaben mengatakan bahwa
membaca merupakan suatu keterampilan yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui bahasa tulis (Kuanaben, 2016).
Membaca juga memiliki manfaat yang banyak, menurut Rahim dalam
Novrizta keterampilan membaca selain bermanfaat untuk menambah
pengetahuan juga dapat memperbanyak perbendaharaan kata bagi si pembaca,
banyaknya kosa kata yang dikuasai akan mempengaruhi kelancaran dalam
menulis. Selain itu, membaca penting dilakukan untuk mengasah kemampuan
intelektual seseorang dengan mempelajari estetika suatu tulisan, memelajari
bagaimana agar tulisan itu dapat dipahami baik oleh penulis itu sendiri
maupun orang lain, dan belajar bagaimana mengembangkan ide menjadi
sesuatu yang bernilai lebih (Novrizta, 2019). Proses dan kegiatan membaca
harus memiliki makna dan tujuan sehingga siswa akan memiliki motivasi

5
untuk selalu melakukan kegiatan membaca. Kebanyakan anak perlu
mendapatkan dukungan untuk selalu membaca.
Banyak faktor yang menyebabkan siswa masih rendah dalam keterampilan
membaca yaitu siswa kurang gemar dalam keterampilan membaca, terlepas
dari kesadaran diri akan pentingnya membaca untuk meningkatkan
pengetahuan. Faktor lainnya banyak media elektronik yang berisi tentang
hiburan dan permainan sehingga membuat siswa malas dalam keterampilan
membaca (Almana et al., 2019). Keterampilan membaca saling berkaitan
dengan keterampilan menulis yang dimiliki oleh seseorang. Siswa yang
memiliki literasi membaca yang bagus juga akan mampu untuk menuliskan
kalimat yang tertata, karena perbendaharaan kata yang dimilikinya lebih
banyak daripada siswa yang tidak memiliki keterampilan membaca, siswa
juga akan lebih mampu untuk menuliskan ide kreatif yang dimilikinya.
Ada beberapa permasalahan dalam keterampilan menulis sebab dari
kurangnya keterampilan membaca, yaitu siswa menjadi kesulitan dalam
mengeluarkan ide-idenya, siswa tidak memahami dengan baik tentang tata
bahasa Indonesia yang baik dan benar dan juga karena perbendaharaan kata
siswa yang sedikit menjadikan tulisannya menjadi kurang efektif (Martavia et
al., 2016). Rendahnya keterampilan membaca yang dimiliki siswa ini juga
berpengaruh terhadap wawasan dan penetahuan siswa, karena pada dasarnya
wawasan dan pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kegiatan menulis.
Masih banyak siswa Sekolah Dasar yang belum menyukai kegiatan
menulis ini, entah dikarenakan merasa tidak memiliki bakat dalam menulis
atau kebingungan tidak tahu apa yang hendak ditulis. Padahal kegiatan
menulis memiliki banyak manfaat, diantaranya:
1. Dengan menulis maka potensi dan kemampuan diri siswa dapat
dieksplorasi, dan
2. Dengan menulis siswa dapat melatih kemampuan dalam mengembangkan
berbagai ide atau gagasan (Setiawan & Mirnawati, 2017).
Masalah yang sering terjadi dalam menulis adalah siswa merasa kesulitan
untuk menuangkan ide yang dimiliki ke dalam kata-kata yang kemudian

6
menjadi kalimat dan membentuk sebuah paragraf untuk dapat dibaca, siswa
juga masih belum menguasai topik atau tema yang diberikan.
Menulis dan membaca adalah kegiatan yang saling berkaitan. Kegiatan
menulis perlu dibiasakan dan dilatih sejak kecil, sehingga kreatifitas yang
dimiliki oleh anak bisa tersalurkan dengan baik. Agar memiliki pengetahuan
yang luas untuk ditulis perlu adanya kegiatan membaca, sehingga anak
memiliki perbendaharaan kata yang cukup dan dapat menuangkan idenya
dengan pemilihan kata yang tepat.

C. Hubungan Antara Keterampilan Membaca dan Menulis


Menurut Henry Guntur Tarigan dalam bukunya “ Menulis sebagai
Keterampilan Berbahasa” menyebut bahwa antara kemampuan menulis dan
kemampuan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Jika kita
menuliskan sesuatu, maka pada prinsipnya kita ingin supaya tulisan itu dibaca
oleh orang lain, paling sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Seperti
itu pula dengan kemampuan menulis, menulis merupakan bagian yang tidak
kalah penting dengan membaca. Jadi kecakapan membaca dan menulis
terdapat hubungan yang sangat erat khususnya dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Aktivitas membaca, berbanding lurus dengan kemampuan
menulis. Makin orang banyak membaca, semakin luas wawasan dan
pengetahuannya, sehingga ia memiliki cukup referensi dan takkan kehabisan
ide untuk menulis. Pembaca bukan berarti mesti menjadi penulis, akan tetapi
untuk menjadi seorang penulis, seseorang harus mutlak memiliki kebiasaan
membaca. Kalau membaca adalah proses melihat wawasan melalui jendela
yang terbuka dan menjadikannya sebagai pengetahuan pribadi, maka menulis
adalah suatu cara menyajikan kembali khazanah yang telah diperoleh kepada
masyarakat luas.
Dapat dibilang bahwa seseorang akan kesulitan untuk menulis sesuatu di
luar dirinya, di luar apa yang telah ia miliki sebelumnya. Seseorang tentunya
patut memiliki sesuatu terlebih dulu sebelum membagikannya kepada orang
lain. Dengan demikian itu, mau tidak mau, suka tidak suka, membaca adalah
sebuah proses yang harus dilakukan bagi kamu yang memiliki keinginan
untuk mejadi seorang penulis. Kaitan antara membaca dan menulis yakni

7
membaca adalah merupakan proses awal yang melatih dan meningkatkan
keterampilan bahasa lisan sehingga mampu mengembangkan keterampilan
bahasa tulis dalam bentuk karya sastra. Secara garis besar hubungan antara
membaca dan menulis adalah sebagai berikut :
1. Membaca (reseptif) dan menulis (produktif).
2. Menulis adalah aktivitas menyampaikan gagasan, pesan, informasi,
sedangkan membaca adalah kegiatan memahami gagasan, perasaan,
informasi dalam tulisan.
3. Sebelum menulis, acap kali penulis melakukan aktivitas membaca.
4. Dalam aktivitas membaca, seringkali pembaca menulis atau membuat
catatan, bagan, rangkuman, atau komentar.
5. Acap kali kita menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita
tulis.

D. Cara Meningkatkan Keterampilan Membaca dan Menulis


a) Upaya meningkatkan keterampilan membaca
Ellis (lewat Numan, 1991: 46) mengemukakan adanya tiga cara untuk
mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan
berbicara:
1. Menirukan pembicaraan orang lain.
2. Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai.
3. Mendekatkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang
belum benar dan ujaran orang dewasa yang sudah benar.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia
di sekolah, dapat dilaksanakan program sebagai berikut :
1. Guru menjadi model yang baik untuk dicontoh oleh siswa
Siswa sangat membutuhkan suatu model guru yang dalam
berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Guru
hendaknya memberikan contoh konkret dengan keteladanan dalam
berbahasa. Agar siswa dapat menirukan dan melafalkan kata atau
kalimat dengan tepat sesuai kaidah yang berlaku.
2. Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way

8
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan
berbicara bahasa Indonesia perlu menerapkan pendekatan Modeling
The Way (membuat contoh praktik). Strategi ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan
berbicara bahasa Indonesia melalui demonstrasi, dari hasil
demonstrasi ini kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah,
yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, identifikasi
beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan di ruang kelas dan
luar kelas dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar,
kemudian siswa mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara
bahasa Indonesia.
3. Adanya penilaian keterampilan berbicara bahasa Indonesia
Walaupun pelaksanaannya di luar kegiatan belajar mengajar tetapi
guru harus mengadakan penilaian keterampilan berbicara pada
kesehariannya. Penilaian ini akan menjadi motivasi bagi siswa untuk
berusaha mempraktikkannya baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Dengan demikian siswa termotivasi untuk melakukan
perbuatan yang sama bahkan berusaha meningkatkannya.
4. Sekolah Membuat Program ” Sehari Berbahasa Indonesia ”
Program sehari berbahasa di tiap sekolah merupakan kondisi
eksternal yang efektif untuk mempraktikkan keterampilan berbahasa.
b) Upaya meingkatkan keterampilan menulis
Menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI yang harus di ajarkan oleh guru
kepada siswa. Pembelajaran menulis adalah hal kedua yang harus di kusai
oleh anak-anak setelah membaca. Kemampuan menulis khususnya bagi
anak didik SD/MI perlu diperhatikan, karena tidak sedikit siswa SD/MI
kurang memahami atau mengenal simbol-simbol bahasa tulisan. Menulis
sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya dalam pendidikan tetapi juga
dalam kehidupan masyarakat. Menulis sebagai suatu ketrampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta

9
memerlukan cara berpikir yang teratur untuk di ungkapkan dalam sebuah
tulisan. Dengan menulis siswa dapat menuangkan segala gagasan,
pemikiran, dan perasaan yang dimiliki, selain itu siswa juga dapat
mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis.
Banyak orang beranggapan kalau menulis itu adalah kegiatan yang
sulit, namun sebagian lainnya mungkin memiliki anggapan bahwa menulis
merupakan kegiatan yang sangat mudah. Begitu juga dengan anak-anak
SD/MI, tidak banyak dari mereka yang menyukai kegiatan menulis ini.
Sayangnya banyak para guru yang malas untuk mengajari muridnya
menulis, ini dikarenakan banyak guru yang lebih mementingkan teori
daripada melatih ketrampilannya. Selin ituguru dalam menyampaikan
pembelajaran masih menggunakan metode atau pendekatan yang kurang
bervariasi. Sehingga yang terjadi guru aktif di depan kelas dan siswa
duduk diam di kursi masing-masing, hal ini akan membuat siswa mudah
merasa bosan. Oleh karena itu peran guru sangat penting dalam memberi
motivasi pada siswa agar siswa merasa senang dalam pembelajaran
menulis karangan.
Salah satu cara agar anak memiliki ketrampilan menulis adalah
dengan membiasakan mereka sejak dini untuk membaca. Karena berbagai
tulisan yang telah mereka baca secara tidak sadar akan terekam dibawah
alam sadarnya.ketrampilan menulis harus sejalan dengan ketrampilan
membaca. Itu sebabnya anak yang sudah terbiasa membaca akan
menambah kosa katanya sehingga akan lebih mudah dalam merangkai
kata-katanya di banding anak yang tidak suka membaca. Agar anak
tertarik untuk menulis, maka kegiatan menulis harus kita buat menjadi
semenarik mungkin, menyenangkan penuh permainan dan hiburan.
Misalnya guru menyediakan mading di dalam kelas, dan mengajarkan
siswa untuk berkreasi menuangkan segala pikiran, ide, gagasan,
pengetahuan maupun pengalaman yang dia alami menjadi sebuah karya.
Kemudian karya tersebut di tempel pada mading yang sudah disediakan.
Guru memberikan jadwal untuk mengganti karya tersebut misalnya setiap
hari senin atau tiga hari sekali agar anak selalu menambah lembar

10
karyanya. Guru juga bisa memilih salah satu karya tersebut untuk dikirim
kemedia seperti majalah anak-anak. Dan jika karya tersebut berhasil di
muat dalam majalah jangan lupa untuk memberi hadiah pada siswa yang
berhasil, sehingga akan timbul rasa senang dan bangga. Ini juga akan
menambah motivasi pada anak agar terus berkarya. Cara lain yang bisa
dilakukan oleh guru adalah sering-sering mengadakan lomba menulis
mingguan dengan mengangkat tema yang sedang hangat, dengan kriteria
puisi, cerpen, pantun dan sebagainya. Dan jangan lupa untuk menyediakan
hadih yang menarik agar para siswa semangat untuk terus berkarya.

E. Model Pembelajaran Keterampilan Membaca dan Menulis


a) Model Pembelajaran
Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran. Model pembelajaran yang
memenuhi kriteria baik akan melahirkan sebuah proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Namun sebaliknya, apabila model pembelajaran kurang
sesuai dengan kriteria maka yang akan lahir adalah berbagai permasalahan
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan sebuah pola
yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar dan berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Berdasarkan hasil pencarian diberbagai sumber maka didapatkan
beberapa model pembelajaran yang cocok untuk membaca dan menulis
anak disekolah dasar adalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Multiliterasi
Model pembelajaran multiliterasi dapat dijadikan sebagai model
dalam pembelajaran membaca dan menulis karena model pembelajaran
multiliterasi adalah model pembelajaran yang dikaitkan dengan
penggunaan berbagai macam sumber pembelajaran serta menempatkan
keempat keterampilan berbahasa seefisien mungkin dan diintegrasikan
dengan ilmu pengetahuan lainnya.
Multiliterasi merupakan paradigma baru dalam pembelajaran
literasi. Pembelajaran literasi berimplikasi pada munculnya konsep

11
multiliterasi. Konsep multiliterasi muncul karena manusia tidak hanya
membaca atau menulis, namun mereka membaca dan menulis dengan
genre tertentu yang melibatkan tujuan sosial, kultural, dan politik yang
menjadi tuntutan era globalisasi, maka hal ini menjadi dasar lahirnya
multiliterasi dalam dunia pendidikan.

2. Model Pembelajaran Cooperatif Inegratif Reading Composition (CIRC)


Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dinilai akomodatif
dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa adalah model
pembelajaran Cooperatif Inegratif Reading Composition (CIRC).
Kessler dalam Abidin (1992: 24) berpendapat bahwa metode CIRC
merupakan gabungan kegiatan membaca dan menulis yang
menggunakan pembelajaran baru dalam pemahaman bacaan dengan
menulis. Keberhasilan metode CIRC sangat bergantung pada proses
pembelajaran yang dilaksana- kan. CIRC telah dikembangkan dalam
pembelajaran sejak tahun 1986 di sekolah dasar. Sekarang, CIRC telah
digunakan dalam berbagai tingkatan kelas. Ahli yang terus
mengembangkan metode ini adalah Robert Slavin, Robert Stiven,
Nancy Maden, dan Marie Farnish.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Example
Model kooperatif tipe example non example merupakan salah satu
strategi pembelajaran kelompok yang menggunakan gambar sebagai
media untuk menyampaikan materi pelajaran. Strategi ini bertujuan
mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis secara bersama-sama
dengan memecahkan permasalahan yang terdapat dalam contoh-contoh
gambar yang disajikan. (Huda, 2014, hlm. 234). Strategi ini
menekankan pada konteks analisis siswa. Pembelajaran kelompok serta
penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat dengan mudah
menganalisis gambar secara bersama-sama dan siswa dapat saling
bertukar pikiran mengenai contoh-contoh gambar yang ditampilkan
untuk kemudian disajikan secara singkat kedalam sebuah kalimat
sederhana.

12
b) Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari Medium
yang secara harfiah berarti Perantara. Perantara disini dapat diartikan
sebagai alat bantu dalam proses mendapatkan sesuatu. Dalam konteks
pembelajaran membaca, media dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
mendapatkan pesan yang terdapat dalam bacaan agar lebih mudah
dipahami khususnya bagi para siswa.
Media pembelajaran membaca dan menulis pada dasarnya merupakan
alat bantu yang dapat mempermudah pembelajaran. Dalam pembelajaran
membaca, media pembelajaran dapat berupa grafik, tabel, peta, diagram,
bagan dan alat-alat bantu visual lainnya yang mungkin bisa dikembangkan
oleh para guru.

1. Media Grafik
Grafik memungkinkan penyampaian ide yang koimpleks secara
mudah, dapat memberi gambaran suatu data secara efektif kepada
membaca. Ciri utama grafik adalah sederhana tetapi jelas.Grafik
memberikan gambaran perbandingan atau gambaran asosiasi antara dua
atau beberapa variabel serta menyusun dan mengikhtisarkan serta
melaporkan hubungan antara data statistik dengan bagian-bagian lain
secara komperhensif, singkat, padat dan sederhana.Grafik merupakan
bentuk penyajian visual yang dipakai untuk membandingkan jumlah
data pada saat-saat yang berbeda. Banyak hal yang harus diuraikan
secara panjang lebar dapat ditunjukan dalam sekejap dengan gambar
grafik.
2. Media Tabel
Tabel merupakan salah satu media pembelajaran membaca
disajikan dalam bentuk data yang diklasifiklasikan secara sistematik,
dalam jumlah menurut kesatuan tertentu. Tabel merupakan alat bantu
untuk perangkuman gagasan-gagasan tertentu. Dari judul tabel kita
dapat mengetahui secara singkat tetapi jelas pokok yang terkandung
dalam tabel itu. Dalam judul diterangkan mengenai apa, dimana
bagaimana perkembangan suatu fakta tertentu.

13
3. Media Bagan
Bagan merupakan alat bantu pembelajaran membaca sebagai
petunjuk hubungan antara suatu pokok pikiran tertentu, tanpa harus ada
keterangan dalam jumlah. Jenis bagan ditentukan oleh penggunaan
gambar-gambar simbolik seperti balaok, garis panah, lingkaran, peta
yang disebut sebagai: bagan balok (histo-organism), bagan lingkaran,
bagan gambar (piktograf), bagan arus dan bagan pohon.
4. Media Peta
Selain tiga media pembelajaran membaca diatas, peta juga
merupakan salah satu media pembelajaran membaca yang sering
digunakan oleh guru dalam mengajar. Peta tidak sekedar menunjuk
geografis, tetapi juga menghadirkan fakta dan informasi serta
hubungannya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas
visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Menulis pada hakikatnya
adalah suatu proses yang menggunakan lambing-lambang (huruf) untuk
menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan serta dapat menampung
aspirasi yang dapat menghibur, memberi informasi, dan menambah
pengetahuan. Hubungan antara membaca dan menulis adalah Menulis ialah ,
aktivitas menyampaikan gagasan, pesan, informasi, sedangkan membaca
ialah kegiatan memahami gagasan, perasaan, informasi dalam tulisan.
Kemampuan menulis yang baik tidak dapat diperoleh tanpa kemampuan
membaca yang baik, karena dengan memiliki kemampuan membaca yang
baik seseorang akan mendapatkan informasi yang lebih luas, pengalaman
yang didapatkan pun lebih banyak sehingga kosakata yang dimiliki oleh
pembaca akan lebih beragam.
beberapa model pembelajaran yang cocok untuk membaca dan menulis
anak disekolah dasar adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran multiliterasi
2. Model pembelajaran cooperative inegratif reading composition (CIRC)
3. Model pembelajaran kooperatif tipe example non example

B. Saran
Kita sebagai calon guru perlu memberikan dorongan kepada anak untuk
mengemukakan pandangan dan pendapatnya. Kebiasaan untuk
memperhatikan, memahami, dan menanggapi secara kritis pembicaraan orang
lain perlu dikembangkan, demikian juga anak-anak perlu diarahkan untuk
dapat menyampaikan kritis yang konstruktif secara sopan, dan menerima
kritik secara terbuka. Untuk itu guru perlu memberikan teladan sebagai
penyimak yang kritis dan pembicara yang efektif.

15
Saran dari makalah ini adalah makalah yang kami buat ini masih perlu
untuk diperbaiki, karena pada penulisan makalah ini diperlukan ketepatan dan
ketelitian yang tinggi. Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran, pendapat
maupun kritikan terhadap makalah kami ini, supaya makalah kami ini dapat
disempurnakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kasupardi Endang, Supriatna. 2010. Pengembangan Keterampilan Menulis.


Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan

Herlinyanto. 2019. Membaca Pemahaman dengan Strategi Kwl Pemahaman dan


Minat Membaca. Yogyakarta: Deepublish

Tarigan & Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Angkasa

Rinawati Agustin.Dkk.2016.Analisis Hubungan Keterampilan Menbaca Dengan


Keterampilan Menulis Siswa Sekolah Dasar.
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=tujuan+keterampilan+membaca+dan+menulis+
&oq=tujuan+keterampilan#d=gs_qabs&u=%23p%3D3riVXrNVDWIJ
.Diakses pada tanggal 11 Februari 2021

Roza, Aulia. 2018. Hubungan Membaca dengan menulis


https://www.academia.edu/40958427/HUBUNGAN_MEMBACA_DENG
AN_MENULIS Diakses pada tanggal 10 Februari 2021

Palowa. Novia. 2014. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir. :


https://mahasiswa.ung.ac.id/151412213/home/2014/11/3/makalahbahasain
donesiaproses.html) Di akses pada tanggal 11 februari 2021

Atinaf. 2016. Meningkatkan Daya Menulis pada Kalangan SD/MI. (


https://www.kompasiana.com/atinafat/572ac6816c7e614e076ae434/menin
gkatkan-daya-menulis-pada-kalangan-sdmi ) Di akses pada tanggal 11
Februari 2021

Halimah, Andi. (2014). Metode Cooperative Integtrated Reading And Compsition


(CIRC) Dalam Pembelajaran Membaca dan Menulis di SD/MI. Auladuna.
27-35. 1 (1).

17
Dafit, Febrina. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Multiliterasi Terhadap
Kemampuan Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan
Dan Pembelajaran Sekolah Dasar 1 (1).

Resniwati, Lina. (2016). Penerapan Model Kooperatif Tipe Example Non


Example Untuk Meningkatkan Keterampilan Kalimat Di Kelas I Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 131-141. 1 (1)

18

Anda mungkin juga menyukai