Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
“Keterampilan Membaca”

Dosen Pengampu :
Refril Dani, M.Pd

Disusun Oleh:
Dian Juniati
221186206202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MUARA BUNGO
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melinpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah kami.Alhamadulillah dengan izin dan kehendak dari
Allah SWT sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada Bapak REFRIL DANI, M.Pd selaku dosen
pengampu dan teman teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bungo, 25 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................1

B. Masalah Rumusan.............................................................................2

C. Tujuan Penlulisan.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

A. Hakikat Membaca............................................................................3

B. Tujuan Membaca.............................................................................5

C. Proses Membaca..............................................................................8

D. Jenis-Jenis Membaca dan Tahap-Tahapan Membaca......................

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca...........

BAB III PENUTUP......................................................................................9

A. Kesimpulan .....................................................................................9

B. Saran ...............................................................................................9

Daftar Pustaka..............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membaca merupakan salah satu bentuk kompetensi kebahasaan yang di
dalamnya memiliki beberapa jenjang, yaitu membaca literal, membaca kritis
dan membaca kreatif. Membaca adalah bentuk kemampuan yang kompleks di
mana di dalam prosesnya melibatkan berbagai aspek kemampuan seseorang
guna memahami makna yang ingin disampaikan oleh penulis melalui gagasan
yang tertuang di dalam bahan bacaan. Jadi, kegiatan membaca bukan sekedar
memahami lambang tertulis saja, tetapi dituntut pula kemampuan pembaca
dalam berpikir kritis. Proses berpikir kritis di dalam kegiatan membaca
berguna untuk memahami makna tersirat yang disampaikan penulis di dalam
suatu bacaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi (2013:143) yang
menyatakan sebagai berikut, “Sikap-sikap kritis di dalam kegiatan membaca
meliputi beberapa kemampuan pembaca untuk: (1) Menginterpretasi secara
kritis, (2) Menganalisis secara kritis, (3) Mengorganisasi secara kritis, (4)
menilai secara kritis, (5) Menerapkan konsep secara kritis.” terhadap kualitas
isi dan style teks yang dibaca berdasarkan kriteria yang dapat
dipertanggungjawabkan. Tarigan (2005:89) mengungkapkan bahwa,
“Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana,
penuh tenggang hati, mendalam evaluatif, serta analitis dan bukan hanya
mencari kesalahan.”
Sementara itu menurut Sigalingging (2015:128), “Membaca kritis adalah
salah satu strategi membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian
terhadap suatu karya tulis dengan jalan melibatkan diri sebaik-baiknya ke
dalam bacaan itu dan membuat analisis yang dapat diandalkan.” Berdasarkan
pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca kritis adalah suatu
proses membaca yang bertujuan untuk menemukan makna teks secara
keseluruhan baik tersirat ataupun tersurat, kemudian memberikan penilaian
terhadap bahan bacaan tersebut.

1
2

Kegiatan membaca memiliki kaitan dengan kompetensi kebahasaan


lainnya yaitu, kompetensi menulis. Kompetensi menulis adalah keterampilan
menulis atau menghasilkan suatu tulisan dengan mengaplikasikan cara atau
aturan-aturan penulisannya (Barus, 2013:3). Kompetensi menulis hanya dapat
dimiliki melalui proses belajar. Selain proses belajar baik yang secara otodidak,
latihan mandiri ataupun latihan terbimbing, hal lain yang dapat
mengembangkan kompetensi menulis seseorang adalah dengan adanya
kemauan serta motivasi belajar. Sebab, hal-hal tersebut adalah dasar dalam
mencapai keterampilan menulis.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan tersebut adalah :
1. Apa pengertian dari hakikat membaca?
2. Apa saja tujuan membaca?
3. Bagaimana proses membaca?
4. Apa saja jenis-jenis membaca dan tahap-tahapan membaca?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca?
C. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari materi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakikat membaca
2. Untuk mengetahui tujuan membaca
3. Untuk mengetahui proses membaca
4. Untuk mengetahui jenis-jenis membaca dan tahap-tahapan membaca
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Membaca
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, membaca berasal dari kata
baca, membaca memiliki arti melihat tulisan dan mengerti atau dapat
melisankan apa yang tertulis itu. Akhadiah (1991: 22) menyatakan bahwa
membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup
beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkanya
dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud
bacaan. Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan
membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan
mendengarkan dan berbicara Mulyati (2007: 1.12). Membaca merupakan suatu
kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti
mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta
maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
Anderson (Akhadiah 1991: 22-24) memandang membaca sebagai suatu
proses untuk memahami makna suatu tulisan. Kemampuan membaca
merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerjasama antara
sejumlah kemampuan. Untuk dapat membaca suatu bacaan, seseorang harus
dapat meggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Pada waktu membaca
mata mengenali kata, sementara pikiran menghubungkannya dengan
maknanya. Makna kata dihubungkan satu sama lain menjadi makna frase,
klausa, kalimat, dan akhirnya makna seluruh bacaan. pemahaman akan makna
bacaan ini tidak mungkin terjadi tanpa pengetahuan yang telah dimiliki dahulu,
misalnya konsep-konsep yang terjadi dalam bacaan, tentang bentuk kata-kata,
struktur kalimat, ungkapan dan sebagainya. Dengan singkat, pada waktu
membaca, pikiran sekaligus memproses informasi, yang menyangkut hubungan
antar tulisan dan bunyi bahasa. Informasi sintaksis, yaitu yang berhubungan
dengan struktur kalimat, serta informasi, dan yang menyangkut aspek makna.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa membaca nerupakan proses
penerjemahan tanda-tanda dan lambang-lambang kedalam maknanya serta

3
4

pemaduan makna baru kedalam sistim kognitif dan afektif yang telah dimiliki
pembaca. Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerahkan
sejumlah tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan
pengertian dan hayalan, mengamati dan mengingat-ingat. Kompleks
maksudnya adalah membaca tidak hanya suatu proses pengenalan
lambanglambang fonetis dan proses penafsiran tentang makna dari lambang-
lambang fonetis tersebut tapi membaca juga melibatkan daya hayal atau imaji.
Membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit. Kompleks berarti
dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor eksternal
pembaca. Faktor internal berupa intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi,
tujuan membaca, dan lain sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk
sarana membaca, latar belakang sosial dan ekonomi, dan tradisi membaca.
Rumit artinya faktor eksternal dan internal saling berhubungan membentuk
koordinasi yang rumit untuk menunjang pemahaman bacaan.
Membaca adalah suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi
dengan diri kita sendiri dan terkadang dengan oran lain yaitu
mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada
lambanglambang tertulis. Komunikasi di sini adalah proses bagaimana kita
mencerna dan memberikan referensi kata demi kata yang tertulis dalam bahan
bacaan sehingga dapat menemuan imformasi yang disampaikan. Membaca
menurut Dalman adalah kegiatan yang melibatkan analisis terhadap bahan
bacaan. Membaca tidak sekedar mengeja huruf demi huruf tetapi lebih dari itu,
membaca adalah menemukan makna tentang apa yang dibaca dan apa maksud
yang terkandung dari bacaan tersebut. Hal ini tentu berbeda dengan apa yang
kita pahami selama ini, bahwa membaca hanya sekedar mengeja dan
menerjemahkan referensi dari setiap kata. Selanjutnya, Dalman menyebutkan
bahwa membaca adalah proses berfikir.
Hal ini tentu berguna dalam proses menemukan informasi dan
penyampaian pesan dari penulis terhadap pembaca. Membaca menurut Dendi
Sugono adalah melihat, mengeja atau melafalkan bunyi-bunyi bahasa,
mengetahui, memperhitungkan dan memahami isi dari apa yang tertulis. Lebih
5

jelasnya membaca adalah sebuah proses yang dimulai dari pengenalan terhadap
huruf-huruf yang dilakukan dengan cara melihat huruf dengan seksama.
Seorang yang tidak mengenal huruf tentunya tidak bisa membaca. Penganalan
terhadap huruf dilanjutkan dengan mengeja dan melafalkan susunan-susunan
huruf yang terbentuk dalam sebuah bacaan dan dilanjutkan dengan aktivitas
berfikir untuk mengetahui, memperhitungkan dan memahami isi dari apa yang
tertulis. Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa membaca
adalah suatu proses pemahaman terhadap bahan bacaan yang melibatkan
aktivitas visual yang secara cermat mengamati dan mengikuti alur wicara
lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna guna memperoleh
pemahaman dan informasi yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Anderson (Akhadiah 1991: 23-24), mengemukakan lima ciri
membaca :
1) Membaca adalah proses konstruktif Pengertian atau pemahaman pembaca
mengenai suatu tulisan merupakan hasil pengolahan berdasarkan informasi
yang terdapat dalam tulisan itu dipadukan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki.
2) Membaca harus lancar Kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan
pembaca mengenai kata-kata. Artinya pembaca harus dapat menghubungkan
tulisan dengan maknanya. Dari hasil penelitian ternyata bahwa konteks yang
bermakna dapat mempercepat pengenalan.
3) Membaca harus dilakukan dengan strategi yang tepat Pembaca yang
terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan srtategi membaca dengan
taraf kesulitan tulisan, pengenalannya tentang topik yang dibaca, serta
tujuan membacanya. Pembaca yang terampil dengan cepat akan dapat
menangkap jika ada kalimat atau informasi yang tidak relevan dalam
bacaannya, sedangkan pembaca yang belum terampil tidak dapat
melihatnya.
4) Membaca memerlukan motivasi Motivasi merupakan kunci keberhasilan
dalam belajar membaca. Membaca pada dasarnya adalah sesuatu yang
menyenangkan.
6

5) Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara


berkesinambungan. Keterampilan tidak diperoleh secara mendadak atau
dalam waktu singkat dan untuk selamanya. Keterampilan diperoleh melalui
belajar, tahap demi tahap, dalam waktu yang panjang serta terus-menerus.
B. Tujuan Membaca
Lingkungan masyarakat tertentu membaca merupakan kegiatan sehari-
hari yang dilakukan sebagai kebiasaan atau bahkan kebutuhan disamping
kebutuhan pokok lainnya seperti makan dan minum. Lingkungan tersebut
adalah lingkungan terpelajar seperti para cendekiawan, para pejabat
pemerintah,pengusaha besar, guru, wartawan, mahasiswa, penulis, dan
sebagainya. Tujuan membaca memang sangat beragam, bergantungan pada
situasi dan berbagai kondisi pembaca.
Akhadiah (1991: 24-25) secara umum tujuan ini dapat dibedakan sebagai
berikut:
1) Salah satu tujuan membaca ialah untuk mendapatkan informasi.
2) Ada orang-orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar citra dirinya
meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan,
bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang
memberikan nilai positif terhadap diri sendiri.
3) Ada kalanya orang membaca untuk melepaskan diri dari
kenyataan,misalnya pada saat ia merasa jenuh,sedih, bahkan putus asa.
4) Mungkin juga orang membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapat
kesenangan atau hiburan, seperti halnya menonton film atau bertamasya.
Bacaan yang dipilih untuk tujuan ini ialah bacaan-bacaan ringan atau
sejenis bacaan yang disukainya, misalnya cerita tentang cinta, petualangan,
dan sebagainya.
5) Kemungkinan lain, orang membaca tanpa ada tujuan apa-apa hanya karena
iseng tidak tahu apa yang akan dilakukan: jadi hanya sekedar untuk
merintang waktu.
6) Tujuan membaca yang tinggi ialah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau
pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya.
7

Tarigan (1979: 9–10) membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa


menguraikan beberapa hal tentang tujuan membaca adalah sebagai berikut :
1) Membaca bertujuan untuk memperoleh kenyataan-kenyataan tentang
tingkah laku yang dilakukan oleh pelaku dalam wacana bersangkutan.
2) Membaca bertujuan untuk mengetahui kesan-kesan utama yang dialami
oleh pelaku dalam perjalanan untuk mencapai tujuan.
3) Membaca juga bertujuan untuk mengetahui tujuan dan alur cerita (jalan
cerita) seluru bacaan yang dibaca dari awal sampai akhir cerita.
4) Membaca bertujuan untuk menemukan kesimpulan perubahan tingkah laku
yang diperlihatkan oleh pengarang melalui bacaan.
5) Membaca juga bertujuan untuk mengelompokkan suatu cerita yang
ditampilkan pengarang.
6) Membaca bertujuan untuk menilai kehidupan pelaku-pelaku utama yang
diceritakan.
7) Membaca bertujuan untuk membandingkan kehidupan tokoh dalam bacaan
dengan kehidupan pembaca bacaan tersebut.
Anderson (Tarigan 1994: 11) mengemukakan beberapa tujuan membaca:
1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta. Dimana
membaca untuk menemukan atau untuk mengetahui penemuanpenemuan
yang telah dilakukan oleh sang tokoh, yang meliputi apa-apa yang telah
dibuat oleh sang tokoh, apa yang terjadi pada tokoh, atau untuk
memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca
seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau
fakta-fakta.
2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama. Membaca ini untuk
mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik,
masalah yang terdapt dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang
dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan sang tokoh
untuk mencapai tujuanya.
3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita.
Membaca ini untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada
8

setiap bagian suatu cerita, tentang apa yang terjadi mula-mula pertama,
kedua, dan ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu
masalah, adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatisasi.
4) Membaca untuk menyimpulkan atau referensi (reading for inference)
Membaca bertujuan untuk menemukan serta mengetahui mengapa para
tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan
oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah,
kualitaskualitas yang dimiliki para toko yang membuat mereka berhasil
atau gagas.
5) Membaca untuk mengklasifikasikan. Membaca bertujuan untuk
menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar
mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, apakah cerita itu
benar atau tidak benar.
6) Membaca manilai,membaca mengevaluasi Membaca bertujuan untuk
menemukan sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran
tertentu,apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh,
atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.
7) Membaca untuk memperbandingkam atau mempertentangkan Membaca
bertujuan untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh
berubah,bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupanya yang kita
kenal,bagaimana dua cerita mempunyai persamaan,dan bagaimana sang
tokoh menyerupai pembaca.
Disamping tujuan membaca yang telah diuraikan di atas, menurut
Waples (Tarigan 1994:13) tujuan membaca itu meliputi :
1) Membaca bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat praktis.
2) Membaca dengan tujuan ingin mendapat rasa lebih pengetahuannya
dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulanya.
3) Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan.
4) Mengganti pengalaman estetik yang sudah usang.
9

5) Membaca untuk menghindari diri dari kesulitan, ketakutan atau penyakit


tertentu. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pada hakekatnya tujuan
membaca adalah modal utama membaca.
C.Proses Membaca
Anderson (1972:209) secara singkat dan sederhana mencoba
mendefinisikan membaca sebagai proses kegiatan mencocokkan huruf atau
melafalkan lambang-lambang bahasa tulis atau reading is a recording and
decoding process. Alasannya karena ketika dia melakukan kegiatan membaca
dia hanya terbatas mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang-
lambang bahasa tulis yang dilihatnya; dari huruf menjadi kata, kemudian
menjadi frase, kalimat dan seterusnya. Perkara apakah dirinya mengerti atau
tidak arti atau makna dari seluruh rangkaian lambang-lambang bahasa tulis
tersebut tidak begitu menjadi persoalan. Kegiatan membaca semacam itu
tentunya merupakan level yang paling rendah. Selain itu, pengertian tersebut
mengisyaratkan seakan-akan proses membaca merupakan proses yang pasif
belaka.
Bagi anak-anak SD kelas 2 ke atas, pengertian membaca sebagaimana
disebutkan oleh Anderson tersebut tentunya sudah tidak dapat dipertahankan
lagi. Sebab tuntutan pada level mereka ketika mereka melakukan kegiatan
proses membaca adalah pemahaman. Atau dengan kata lain, saat mereka harus
dapat memahami maksud atau tujuan arti lambang-lambang bunyi bahasa tulis
yang dibacanya. Oleh karena itu, Finnochiaro dan Bonomo (1973:119)
mencoba mendefinisikan membaca sebagai proses memetik serta memahami
arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing
meaning to and getting meaning from printed or witten material). Kedua jenis
kegiatan membaca tersebut oleh para pakar membaca umumnya digolongkan
sebagai kegiatan membaca literal. Artinya, pembaca hanya menangkap
informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan atau
informasi yang ada dalam baris-baris bacaan (reading the lines). Pembuka tidak
lagi menangkap makna yang lebih dalam lagi yaitu makna di balik baris-baris
10

tersebut. Membaca semacam ini masih mencerminkan sebagai kegiatan yang


pasif.
Pengertian membaca sebagaimana dikatakan oleh Finnochiaro dan
Banomo di atas untuk anak-anak SLTP ke atas tampaknya sudah tidak tepat
lagi. Mengapa demikian? Jawabannya karena bagi mereka ketika membaca
bukan hanya dituntut untuk memahami informasi-informasi yang tersurat saja
tapi juga yang tersirat. Atau sebagaimana dikatakan oleh Goodman (1967:127),
bahwa ketika seseorang membaca bukan hanya sekedar menuntut kemampuan
mengambil dan memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga
menuntut kemampuan menyusun konteks yang tersedia guna membentuk
makna. Oleh karena itu,, membaca dapat kita definisikan sebagai kegiatan
memetik makna atau pengertian bukan hanya dari deretan kata yang tersurat
saja (reading the lines), melainkan juga makna yang terdapat di antara baris
(reading between the lines), bahkan juga makna yang terdapat dibalik deretan
baris tersebut (reading beyond the lines).
Definisi membaca juga dikemukakan oleh Gillet & Temple (1986).
Keduanya mengatakan Reading is making sense of written language. Membaca
ialah memberi makna terhadap bahasa tulis. Jadi menurut definisi ini kegiatan
yang paling mendasar dari proses membaca ialah membuat pengertian.
Maksudnya ialah memperoleh dan menciptakan gagasan, informasi, serta imaji
mental dari segala sesuatu yang dicetak. Memberi makna sering disebut
'memahami'. Supaya dapat memahami, kita harus menjalani berbagai proses
yang sering sekali berlangsung secara simultan. Dalam kajian membaca, jenis
membaca semacam ini digolongkan dalam membaca kritis serta membaca
kreatif. Selain itu, dalam prosesnya kegiatan membaca ini juga tidak lagi pasif
melainkan sebagai proses yang aktif. Dengan demikian dalam tataran yang
lebih tinggi membaca bukan hanya sekedar memahami lambang-lambang
bahasa tulis belaka melainkan pula berusaha memahami, menerima, menolak,
membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh si
pengarang. Oleh karena itu, Thorndike mengatakan bahwa proses membaca itu
tak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang berpikir atau bernalar
11

(reading as thinking or reading as reasoning). Pada proses membaca


sebagaimana dikemukakan oleh para pakar.
1) Membaca itu merupakan suatu kegiatan membedakan huruf dengan mata
dan telinga agar tidak dibingungkan oleh posisinya nanti jika tampak dalam
bentuk tulisan atau terdengar dalam bentuk lisan (Plato).
2) Membaca itu merupakan rekonstruksi kejadian di belakang lambangnya
(Korzybski, 1941).
3) Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan bahasa yang tertulis
dan pembaca mencoba merekonstruksi berita dari penulis (Goodman,
1968).
4) Membaca itu merupakan interaksi makna yang dikode dalam stimuli yang
visual menjadi makna dalam pikiran pembaca. Interaksi itu selalu meliputi
tiga segi:
5) materi yang akan dibaca; pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca; dan
kegiatan psikologis dan intelektual (Gephart, 1970).
6) Membaca itu merupakan pemikiran (Thorndike, 1922).
7) Membaca itu belajar, dan membaca itu berpikir (Adler 1940).
8) Membaca itu merupakan proses pikiran yang merupakan pusat, dan
merupakan alat untuk mengubah simbol-simbol yang tampak pada halaman
tercetak (Gray, 1940).
9) Membaca itu merupakan proses sosial yang menghubungkan pembaca
dengan lingkungannya dan mengondisikan hubungan itu (Waples, 1940).
10) Membaca yang baik itu tidak hanya meliputi pengertian literal tetapi juga
perasaan, maksud, dan sikap terhadap subjeknya, pembacanya, dan
terhadap dirinya sendiri (Richards, 1935).
11) Membaca itu meliputi pengenalan lambang-lambang yang tercetak atau
tertulis yang berlangsung sebagai perangsang makna yang dihafal yang
tersusun atas pengalaman yang lalu, dan konstruksi arti yang baru melalui
manipulasi konsep yang sudah dimiliki oleh pembaca. Hasilnya
diorganisasikan menjadi proses pikiran berdasarkan tujuan yang diikuti
oleh pembaca (Tinker dan McCullough, 1968).
12

12) Membaca itu pertama-tama terdiri atas perolehan pikiran pengarang dari
bahasa yang tertulis atau tercetak; kedua ialah pemberian ekspresi lisan
terhadap pikiran tersebut dalam bahasa pengarang sehingga pikiran yang
sama dapat disampaikan kepada pendengar (Farnham, 1905).
13) Arti membaca yang paling luas menurut Spencer ialah proses menafsirkan
rangsangan pemahaman dan mengadaptasikan perilaku seseorang yang
sesuai dengan tafsir tersebut (Gray & Rogers (1956).
14) Makna lain yang tertera dalam kamus, membaca itu berarti pengujian dan
penafsiran data yang simbolis seperti membaca termometer; membaca
bahan apa pun seperti bacaan yang diwajibkan oleh seorang dosen;
menderas seperti membaca Al-Qur'an.
D. Jenis-Jenis Membaca dan Tahap-Tahapan Membaca
1. Jenis-Jenis Membaca
Membaca terdiri atas dua jenis yaitu membaca nyaring dan membaca
senyap.
a) Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan
suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan
suara yang cukup keras. Membaca nyaring ini bertujuan agar pembaca
menyuarakan tulisan yang dibaca dengan ucapan dan intonasi yang tepat
agar informasi yang disampaikan dapat ditangkap sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam penafsiran makna. Kesalahan dalam penafsiran makna
ini akan berakibat fatal dan menyebabkan kesalahan dalam penerimaan
informasi.
b) Membaca Senyap
Membaca senyap adalah membaca yang sangat bertolak dengan
membaca nyaring. Membaca senyap adalah kegiatan membaca tampa
mengeluarkan suara, bahkan lebih dari itu membaca senyap adalah
membaca tampa menggerakkan bibir, tampa gerakan kepala, tampa
berbisik dan tampa menggunakan alat tunjuk meskipun dengan jari
telunjuk. Kegiatan membaca senyap ini akan memberikan pemahaman
13

mendalam terhadap bacaan dan membutuhkan tingkat konsentrasi yang


tinggi.
Membaca senyap sangat membutuhkan kecepatan gerakan mata
dan daya ingat. Suasana dan keadaan sekeliling sangat berpengaruh
dalam proses membaca ini. Keuntungan yang dapat kita peroleh, yaitu
pemahaman terhadap bacaan yang didukung oleh proses membaca yang
menekankan kepada proses penerimaan pemahaman itu sendiri.
Membaca senyap tampa menggerakkan kepala, tampa menggerakkan
bibir dan menggunakan kecepatan mata akan mengarahkan pembaca
sehingga dapat menikmati bacaan tersebut sehingga tercipta kenyamanan
dalam membaca.
Perlu kita ingat bahwa membaca adalah suatu aktifitas yang
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal si pembaca. Membaca
dalam hati dapat dibagi atas:
Akhadiah (1991/1992: 29-31), mengemukakan berapa jenis kegiatan
membaca antara lain sebagai berikut:
a. Membaca dalam hati Membaca dalam hati merupakan kegiatan
membaca tanpa mengeluarkan suara ataupun gerakan bibir.
b. Membaca indah pada hakikatnya membaca indah ialah membaca teknik
juga. Tetapi bahan bacaaan yang digunakan ialah karya sastra, seperti
puisi.kegiatan ini lebih bertujuan apresiatif. Siswa diharapkan dapat
membaca sebagai ungkapan penghayatannya terhadap karya sastra.
c. Membaca bahasa Kegiatan membaca bahasa ditekankan pada sisi
kebahasaan, bukan isinya. Jadi, dalam kegiatan ini bardasarkan bacaan
yang diberikan, siswa berlatih mengenai makna dan penggunaan kata,
ungkapan, serta, kalimat.
d. Membaca cepat Tujuan kegiatan membaca cepat ialah agar siswa
mampu dengan cepat menangkap isi bacaan. Kemampun ini sangat
penting karena informasi mengenai ilmu dan teknologi disampaikan
melalui tulisan. Untuk mencapai kecepatan membaca yang memadai,
siswa harus berlatih mempercepat gerakan mata dan memperluas
14

penglihatannya pada waktu menghadapi bacaan. Dalam hal ini harus


dihindari membaca kata demi kata. Ini berarti bahwa sekali melihat
siswa dapat membaca beberapa kata.
e. Membaca Pustaka Kegiatan membaca ini merupakan kegiatan diluar
pelajaran jadi dapat bersifat kokurikuler, ekstrakurikuler, bahkan
individual. Dalam hal ini, yang harus diperhatiakn ialah bagaimana
menumbuhkan minat baca anak,tidak saja terhadap bacaan hiburan,
tetapi juga terhadap bacaan yang berisi pengetahuan. Kegiatan membaca
pustaka yang terarah dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti
dalam pengembangan minat serta kemampuan memahami bacaan.
2. Tahap-Tahapan Membaca
Kemampuan membaca anak akan jelas perbedaanya sesuai dengan
usia dan tahapan pencapaiannya. Menurut Steinberg (dalam Akhmad
Susanto, 2011:90) mengatakan bahwa kemampuan membaca anak usia dini
dapat dibagi atas empat tahap perkembangan, yaitu :
a. Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan Pada tahap ini anak mulai
belajar dengan buku dan menyadari bahwa buku itu penting, melihat dan
membalik-balikkan buku dan kadang-kadang ia membawa buku
favoritnya.
b. Tahap membaca gambar Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya
sebagai pembaca dan memulai libatkan diri dalam kegiatan membaca
seperti pura-pura membaca, membolak-balikan buku, dan membaca
gambar pada buku yang di pegangnya.
c. Tahap pengenalan bacaan Pada tahap ini anak usia Taman Kanak-kanak
telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa ,seperti fonem (bunyi
huruf), semantik (arti kata) dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara
bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan mulai
mengingat kembali cetakan hurufnya dan konteksnya. Anak mulai
mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda dilingkungannya
15

d. Tahap membaca lancar Pada tahap ini anak sudah dapat membaca lancar
berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung
berhubungan dengan kehidupan seharihari.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Akhadiah (1991/1992: 25-26), menggemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi membaca diantaranya seagai berikut:
1. Motivasi Otivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap
kemampuan membaca. Motivasi untuk membaca dapat dibedakan
berdasarkan sumbernya. Dalam hal ini ada motivasi yang bersifat intrinsik,
yaitu yang bersumber pada membaca itu sendiri,dan informasi ekstrinsik
yang sumbernya terletak diluar membaca itu. Contoh motifasi yang intrinsik
ialah keinginan atau dorongan untuk mendapatkan penghargaan, atau untuk
mendapatkan imbalan. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi atau kuat,
tanpa didorong atau disuruh membaca atau giat belajar membaca;
sedangkan yang tidak bermotivasi atau motivasinya rendah, tentunya
enggan membaca. Faktor motivasi juga dipengaruhi oleh berbagai hal
seperti kondisi ekonomi orangtua, lingkungan keluarga, teman sebaya,
lingkungan sekolah, dan lain sebagainya.
2. Lingkungan Keluarga orang tua yang memiliki kesadaran akan pentingnya
kemampuan membaca akan berusaha agar anak-anaknya memiliki
kesempatan untuk belajar membaca. Kebiasan orangtua membacakan cerita
untuk anak-anak yang masih kecil merupakan usaha yang besar sekali
artinya dalam menumbuhkan minat baca maupun perlusan pengalaman serta
pengetahuan anak.
3. Bahan Bacaan Bahan bacaan akan mempengaruhi minat maupun
kemampuan memahaminya. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk
seseorang akhirnya akan mematahkan selera untuk membacanya.
Menurut Tarigan (1979). terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
membaca antara lain sebagai berikut :
16

a. Tingkat intelejensi Membaca itu sendiri pada hakekatnya proses berpikir


dan memecahkan masalah. Dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti
akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya.
b. Kemampuan Berbahasa Apabila seseorang menghadapi bacaan yang
bahasanya tidak pernah didengarnya maka akan sulit memahami teks bacaan
tersebut. Penyebabnya tidak lain karena keterbatasan kosakata yang
dimilikinya.
c. Sikap dan Minat Sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang dan tidak
senang. Sikap umumnya bersifat laten atau lama. Sedangkan minat
merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu. Minat lebih bersifat sesaat.
d. Keadaan Bacaan Tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau
desain hamana-halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya juga bisa
mempengaruhi proses membaca.
e. Kebiasaan Membaca Kebiasaan yang dimaksud adalah apakah seseorang
tersebut mempunyai tradisi membaca atau tidak. Yang dimaksud tradisi ini
ditentukan oleh banyak waktu atau kesempatan yang disediakan oleh
seseorang sebagai sebuah kebutuhan.
f. Pengetahuan Tentang Cara Membaca Pengetahuan seseorang tentang cara
membaca misalnya, menemukan ide pokok secara cepat, menangkap kata-
kata kunci secara cepat, dan sebagainya.
g. Latar Belakang Sosial, Ekonomi dan Budaya Seseorang akan kesulitan
dalam menangkap isi bacaan jika bacaan yang dibacanya memiliki latar
kebudayaannya.
h. Emosi Keadaan emosi yang berubah akan mempengaruhi membaca
seseorang.
i. Pengetahuan dan Pengalaman Yang Dimiliki Sebelumnya.
j. Kurang bisa berkomunikasi dalam membaca
k. Daya tahan membaca cepat berkurang
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemampuan membaca memiliki hubungan dengan kemampuan
memproduksi atau menulis seseorang. Keterampilan membaca kritis tersebut
dapat diterapkan untuk 3 menulis artikel ilmiah populer. Artikel ilmiah
populer merupakan karangan faktual yang membahas tentang suatu masalah
yang diungkapkan secara lengkap, menarik dan menumbuhkan minat
pembaca untuk membaca artikel tersebut sampai selesai.
Karya ilmiah yang memenuhi kaidah ilmiah adalah yang memenuhi unsur
kebenaran. Studi filsafat ilmu memandang bahwa kebenaran yang berkaitan
dengan kualitas pengetahuan, kebenaran ini bersifat subjektis, relatif, absolut-
intersubjektif dan kebenaran yang bersifat dogmatif/absolut. Kebenaran yang
dikaitkan dengan sifat sifat/karakteristik dari berbagai cara atau dengan cara
penginderaan atau ratio, intuisi atau dengan keyakinan. Kebenaran ini harus
dibuktikan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan tadi yaitu
apabila seseorang membangunnya melalui indera, maka ia membuktikan
kebenaran itu harus melalui indera pula, tidak bisa dengan yang lainnya.
Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan, artinya nilai kebenaran itu
amat tergantung pada subyek dan obyek yang memiliki pengetahuan itu.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang sintak.

17
DAFTAR PUSTAKA
Harras K.A. Membaca Minat Baca Masyarakat Kita dalam jurnal Mimbar Bahasa
dan Seni, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1995), hal. 104
Harjasujana, A. Materi Pokok Membaca, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1988),
hal. 98
Harja sujana, (dkk). Materi Pokok Membaca. (Jakarta: Universitas Terbuka,
1988), hal. 104
Harjasujana, A. dan Vismaia Damianti. Membaca Dalam Teori Dan Praktik,
(Bandung: Penerbit Mutiara, 2003), hal. 126
Nurhadi. Meningkatkan Kemampuan Membaca. (Bandung: CV Sinar Baru,
1989), hal.
Suharianto. Membina Keterampilan Membaca, (Makalah untuk Penataran Guru-
guru Bahasa Indonesia, 1980), hal. 12 1
soedarso. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. (Jakarta: Gramedia, 1988), hal. 15
Tarigan, (dkk). Membaca Dalam Kehidupan. (Bandung: Angkasa, 1989), hal. 120
Tampubolon, D.P. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif Dan Efisien.
(Bandung: Angkasa, 1989), hal. 58
Titik Harsiati. Tingkat Keterbacaan Buku Teks Membaca Siswa Sekolah Dasar se
Kodya Malang. (Malang: Lembaga Penelitian IKIP Malang, 1993), hal.
94

18

Anda mungkin juga menyukai