Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN
“Profesi Pendidikan Dibidang Layanan Instruksional”

Disusun Oleh Kelompok 8:


1. Putri Wahyu Ilahi (221186206148)
2. Lalan Aulia Janurani (221186206162)

Dosen Pengampu :
Ratih Juwita Novalia,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melinpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah kami.Alhamadulillah dengan izin dan kehendak dari Allah SWT
sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Ratih Juwita Novalia, M.Pd selaku dosen pengampu
dan teman teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bungo, 09 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................1

B. Masalah Rumusan.............................................................................2

C. Tujuan Penlulisan.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

A. Kompetensi Pribadi.........................................................................3

B. Kompetensi Sosial
.........................................................................................................
6

C. Kompetensi Pedagogic
.........................................................................................................
7

D. Kompetensi Profesional
.........................................................................................................
9

BAB III PENUTUP......................................................................................12

A. Kesimpulan .....................................................................................12

B. Saran ...............................................................................................12

Daftar Pustaka..............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru sebagai ujung tombak pendidikan itu sendiri memiliki tugas
yang sangat besar dalam membangun nilai-nilai karakter peserta didiknya dan
memgembangkan potensi-potensi yang ada di dalam diri peserta didiknya.
Dalam mewujudkan hal ini tentunya seorang guru juga harus dituntut
mempunyai karakter serta nilai-nilai moral yang baik agar dapat memberikan
contoh bagaimana menerapkan nilai-nilai karakter kepada peserta didiknya.
Guru sebagai figure bagi peserta didik yang sejak dini menanamkan nilai –
nilai etika, moral dan norma dalam menjalankan tugasnya, bahkan dalam setiap
denyut kehidupannya, menjadi indikator dalam keberhasilannya mengajar dan
mendidik. Pandangan masyarakat, guru selalu menjunjung tinggi etika dan
moral, guru selalu benar, digugu dan ditiru, menjadi suri tauladan dan mereka
selalu memposisikan sebagai pejuang nilai, etika dan moral di tengah – tengah
masyarakat. Sebagai cara untuk menyiapkan calon guru yang berkarakter di
masa depan maka pendidikan guru di perguruan tinggi harus
diimplementasikan secara baik.
Upaya untuk menerapkan nilai-nilai karakter pada calon guru adalah
melalui mata kuliah Etika dan Profesi Kependidikan. Mata kuliah ini
merupakan mata kuliah yang membekali mahasiswa calon guru mengenai
ajaran moral untuk memperoleh orientasi kritis sebagai bekal mahasiswa untuk
menumbuhkan pemahaman moral, perasaan moral dan tindakan moral terkait
dengan profesi guru dan profesi tenaga kependidikan lainnya. Harapannya
mahasiswa bukan sekedar mengetahui tugas-tugas seorang guru seperti apa,
tetapi membawa mereka untuk lebih mengetahui tugas dan tanggung jawab
yang mereka harus jalankan ketika menjadi seorang guru nantinya. Guru
dihrapkan bukan hanya mampu memberikan ilmu pengetahuan saja tetapi juga
mampu memberikan contoh perilaku yang akan menjadi pedoman bagi peserta
didiknya dan lingkungan sekitarnya. Guru yang professional bukan berarti guru
yang mengandalkan materi semata, namun kualitas moral dan menjunjung

1
tinggi nilainilai kode etik profesi. Dengan demikian professional guru
merupakan sebuah sikap loyalitas kepada bangsa dan negara untuk
mencerdaskan tunas-tunas bangsa berdasarkan nilai-nilai, etika dan norma
perundang-undangan yang diatur khusus untuk guru. Oleh karena itu, seorang
yang berprofesi sebagai guru harus memiliki etika. Seorang guru juga harus
memilliki watak kerja yang professional, guru yang memiliki jiwa
profesionalisme adalah guru yang memiliki pandangan, sikap, selalu berpikir,
bekerja dengan sungguh – sungguh, bekerja kelas, sepenuh waktu, loyalitas
tinggi dan penuh dedikasi untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Tugas guru dalam menceerdaskan bangsa harus memiliki
kecerdasan yang tinggi, namun sampai disini guru harus memiliki jiwa yang
halus, karakteristik yang baik dalam memberikan bimbingan, pengajaran dan
pengiring cita – cita anak bangsa. Dedikasi dan nilai pengabdian yang tinggi
dengan kehalusan jiwa yang mengkristal disanubari guru yang akan
memujudkan tujuan pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan tersebut adalah :
1. Bagaimana kompetensi pribadi?
2. Bagaimanakah kompotensi sosial?
3. Apa saja kompetensi pedagogic?
4. Bagaimana kompetensi profesional?
C. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari materi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kompetensi pribadi
2. Untuk mengetahui kompotensi sosial
3. Untuk mengetahui kompetensi pedagogic
4. Untuk mengetahui kompetensi profesional

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kompetensi Pribadi
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam
hal ini Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang mengerti bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Kompetensi guru terdiri dari dua kata
yaitu kompetensi dan guru. Kompetensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu
“competence” atau “competency” yang berarti kecakapan, kemampuan dan
kewenangan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan kompetensi
adalah kewenangan untuk mementukan (memutuskan) sesuatu.
Kompetensi pribadian guru menurut undang- undang guru dan dosen
adalah kompetensi yang berkaitan dengan pribadi seseorang guru yang yang
mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi
peserta didik dan berahlak mulia. Penjelasan kompetensi pribadi diatas, yang
dijelaskan oleh Undang-Undang guru dan dosen merupakan indikator-indikator
kepribadian seseorang. Kepribadian itu sendiri sebenarnya abstrak, yang dapat
dilihat atau diketahui hanyalah indikatornya. Kepribadian ini sesungguhnya
abstrak (ma’nawi), sukar dilihat secara nyata, yang dapat dilihat atau diketahui
hanyalah indikator atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan.
Kepribadian guru ini dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara
berpakaian dan dalan menghadapi persoalan.
Dalam proses belajar-mengajar, guru memegang peran sebagai
sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah terletak keberhasilan proses
belajar-mengajar, untuk itu guru merupakan faktor yang sangat dominan dalam
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di samping faktor-faktor
lainnya. Dengan demikian, untuk mencapai hal tersebut, guru harus memiliki
kemampuan dasar dalam melaksanakan tugasnya. Salah satu kemampuan
tersebut adalah kemampuan pribadi guru itu sendiri. Menurut Cece Wijaya

3
kemampuan pribadi guru dalam proses belajar-mengajar, ditandai dengan
beberapa indikator sebagai berikut:
1. Kemantapan dan Integritas Pribadi Seorang guru dituntut untuk bekerja
teratur dan konsisten, serta kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai
guru. Menurut Oemar Hamalik, yang dikutip oleh Cece Wijaya :
“Kemantapannya dalam bekerja, hendaknya merupakan karakteristik
pribadinya, sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai
pendidik. Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan tumbuh melalui suatu proses belajar yang sengaja
diciptakan.” Kemantapan pribadi berpengaruh terhadap tugas yang
dijalankannya, demikian juga kemantapan pribadi guru dalam melaksanakan
proses belajar-mengajar akan berpengaruh terhadap situasi belajar-mengajar
yang diselenggarakannya.
2. Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan Guru harus peka baik terhadap apa
yang sedang berlangsung di sekolah maupun yang sedang berlangsung di
sekitarnya. Ini dimaksudkan agar apa yang dilakukan di sekolah tetap
konsisten dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Untuk itu
kemampuan penelitian merupakan karakteristik yang mutlak harus dikuasai
oleh guru walaupun dalam bentuk dan sifat yang sederhana,sebab dewasa ini
penggunaan teknologi seperti komputer, TV dan video sudah sering kita
lihat dan alami, terutama oleh warga kota besar.
3. Berpikir Alternatif Sebelum menyajikan bahan pelajaran, guru harus sudah
menyiapkan berbagai kemungkinan permasalahan yang akan dihadapinya
beserta alternatif pemecahannya. Ini dimaksud untuk menghindari
verbalisme dan absolutisme. Untuk itu, Panduan Belajar untuk setiap
pelajaran harus dibuat setiap awal caturwulan atau awal semester. Guru
harus mampu berpikir dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses belajar-mengajar. Minimal guru harus mampu memberikan
berbagai alternatif jawaban dan memilih salah satu alternatif untuk
kelancaran proses belajarmengajar dan peningkatan mutu pendidikan, atau
guru harus mampu memilih jalan tertentu untuk memecahakan persoalan

4
yang dihadapinya demi ketenangan dan aktivitas proses belajarmengajar
yang berkadar tinggi sehingga proses belajar-mengajar tersebut berhasil
dengan baik.
4. Adil, Jujur, dan Objektif Adil, jujur, dan objektif dalam melakukan
pembelajaran dan juga penilaian terhadap siswa merupakan hal yang harus
dilaksanakan oleh guru. Sifat-sifat ini harus ditunjang oleh penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial budaya yang diperolehnya
dari kehidupan masyarakat dan bernegara serta pengalaman belajar yang
diperolehnya. Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya,
sedangkan jujur adalah tulus ikhlas dan menjalakan fungsinya sebagi guru,
sesuai dengan peraturan yang berlaku, tidak pamrih, dan sesuai pula dengan
norma-norma yang berlaku. Objektif artinya benar-benar menjalankan
aturan dan kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih, tidak memandang
bahwa siswa itu familinya, atau anak si A, si B,dan seterusnya
5. Berdisiplin dalam melaksanakan tugas Beberapa indikator yang dapat
dikemukakan agar disiplin dapat dibina dan dilaksanakan dalam proses
pendidikan sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan adalah dengan
melaksanakan tata tertib dengan baik, baik bagi guru maupun siswa, karena
tata tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan yang harus ditaati
oleh siapapun demi kelancaran proses, taat terhadap kebijakan dan kebijakan
yang berlaku, menguasai diri dan intropeksi.
6. Ulet dan tekun bekerja Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal
lelah dan tanpa pamrih merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru. Siswa
akan memperoleh imbalan dari guru yang menampilkan pribadi utuh yang
bekerja tanpa mengenal lelah dan tanpa pamrih. Guru tidak akan berputus
asa apabila menghadapi kegagalan, dan akan terus berusaha mengatasinya.
Guru harus ulet dan tekun dalam bekerja sehingga program pendidikan yang
telah digariskan dalam kurikulum yang telah ditetapkan berjalan
sebagaimana mestinya. Keuletan dan ketekunan bekerja merupakan faktor
pendorong keberhasilan. Demikian juga dalam proses belajar-mengajar,

5
ketekunan dan keuletan yang dimiliki guru merupakan salah satu pendorong
keberhasilan proses belajar-mengajar.
7. Berusaha memperoleh hasil kerja yang baik Dalam mencapai hasil kerja,
guru diharapkan selalu meningkatkan diri, mencari cara-cara baru, agar
mutu pembelajaran selalu meningkat, pengetahuan umum yang dimilikinya
selalu bertambah dengan menambah bacaan berupa majalah, harian, dan
sebagainya. Dengan adanya usaha untuk menambah pengetahuan,
pemahaman, dan ketrampilan, sudah barang tentu kemampuan guru akan
bertambah pula sehingga dalam mengelola proses belajar-mengajar tidak
akan mendapat kesulitan yang berarti.
Selain beberapa kerekteristik diatas, yang juga termasuk karakteristik
kompetensi kepribadian guru ialah memberikan bimbingan dan penyuluhan.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran diperlukan dukungan dari berbagai
komponen pembelajaran,salah satunya adalah siswa sebagai obyek
pembelajaran. Kenyataan dilapangan banyak dijumpai kendala-kendala yang
dihadapi guru untuk mengantarkan murid-muridnya menguasai pelajaran, atau
yang sering disebut sebagai kesulitan belajar. Hal ini sangatlah wajar terjadi
karena memang siswa atau peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-
beda satu sama lain. Mulai dari latar belakang keluarga, ekonomi, orang
tua ,kecerdasan siswa, lingkungan dan sebagainya Maka dari sinilah diperlukan
peran seorang guru untuk memberikan bimbingan terhadap muridnya.
B. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial sosial diharapkan dapat mempertahankan
hubungan posistif antara kedua belah pihak. Suatu kemampuan individu dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan dan memberi pengaruh kepada
orang lain demi mencapai tujuan dalam konteks sosial tertentu yang
disesuaikan dengan budaya, lingkungan dan situasi yang dihadapi serta nilai
yang dianut oleh individu disebut sebagai kompetensi sosial (Hughes dalam
Chasbiansari, 2007). Menurut Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., berdasarkan
kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk etis, seorang guru harus
dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar

6
tercapai optimalisasi potensi pada diri masingmasing peserta didik. Ia harus
memahami dan menerapkan prinsip belajar humanistik yang beranggapan
bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan yang ada pada diri
peserta didik tersebut. Instruktur hanya bertugas melayani mereka sesuai
kebutuhan mereka masing-masing. Kompetensi sosial yang dimiliki seorang
guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan
lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).
C. Kompetensi Pedagogic
Kompetensi pedagogik menurut Dwi Siswoyo, bukan kompetensi
yang hanya bersifat teknis belaka, yaitu “kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik” (yang dirumuskan dalam PP RI No. 19 Tahun 2005) karena
“pedagogy” or paedagogy adalah “the art and science of teaching and
educating ” (Dwi Siswoyo, 2006). Selain mencakup pemahaman dan
pengembangan potensi peserta didik, kompetensi pedagogik juga mencakup
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta sistem pelaksanaan evaluasi
pembelajaran. Menurut Suparno (2005:52) kemampuan pedagodik disebut juga
kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman
akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep
pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa
metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkembangan siswa, serta
menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin
meningkatkan kemampuan siswa.
Menurut Mulyasa (2013:63), kompetensi merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi
yang diharapkan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kompetensi mengacu
pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan;
kompetensi menunjuk kepada performa dan perbuatan yang rasional untuk
memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanaan tugastugas kependidikan.
Sedangkan pada UU RI No. 14 tahun 2005, disebutkan bahwa kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan

7
tugas keprofesionalan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa
yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan yang meliputi
seperangkat pengetahuan, keterampilan, perilaku seseorang guru dalam
melaksanakan sesuatu, yang diperoleh melalui pendidikan yang dimiliki,
dikuasai, dan dihayati.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian kompetensi dan
pedagogik di atas dapatlah dipahami bahwa gabugan dari pengertian kata
kompetensi dan pedagogik yang telah disambungkan itu adalah kemampuan
seseorang yakni guru dan dosen (meliputi seperangkat pengetahuan,
keterampilan, perilaku) dalam mengelola pembelajaran peserta didik
(mengelola dengan didukung oleh ilmu filsafat, sosiologi, pesikologi dan
metodologi pembelajaran. Selanjutnya selain pengertian secara bahasa,
pengertian kompetensi pedagogik juga ternyata dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Dageng (1989:3), kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru
dalam menjalankan kegiatannya untuk mengembangkan prosedur-prosedur
pengajaran yang dapat memudahkan belajar siswa, berdasarkan prinsip
dan/atau teori yang telah dikembangkan oleh ilmuan pengajaran. Menurut
Mulyasa (2013:56), kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam
pengelolaan peserta didik saat berlangsung pembelajaran. Sedangkan menurut
Sagala (2010: 24), kompetensi pedagogik adalah prioritas guru untuk selalu
meningkatkan kemampuannya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan
melakasanakan tugas guru, yakni proses belajar mengajar yang baik.
Menurut Permendikbud No. 16 tahun 2007, Kompetensi pedagogik
yang harus dikuasai guru adalah :
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual;
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik;
3. Mengembangkan kurikulum terkait dengan mata pelajaran yang di ampu;
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran;

8
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki;
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik;
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
Indikator kompetensi pedagogik guru pada dasarnya menyangkut
beberapa keahlian guru yaitu mampu menguasai materi, membuat RPP,
mampu mengelola kelas, dan mampu dalam melakukan evaluasi pembelajaran
serta mampu mengembangkan profesionalitasnya sendiri dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
D. Kompetensi Profesional
Guru yang baik adalah guru yang profesional, Rice dan Bishorprick
dalam Ibrahim Bafadal (2009:5) guru profesional adalah guru yang mampu
mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugastugasnya sehari-hari. Guru
profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mengorganisasikan
lingkungan belajar yang produktif. Profesionalisasi merupakan proses
peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu
profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan
yang diinginkan oleh profesinya. (Desy Sigit R, 2013:2) Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, profesi guru dan
dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimaan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

9
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
Seorang guru yang profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai
pembelajaran tetapi juga harus menguasai seluruh aspek yang ada dalam
pembelajaran, karena pembelajaran yang bermakna itu adalah pembelajaran
yang melibatkan peserta didik dan mencakup semua ranah pembelajaran seperti
aspek kognitif (berpikir), aspek afektif (perilaku), dan aspek psikomotor
(keterampilan) (Asmarani, N. 2014). Secara teoritis, keempat kompetensi ini
dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, tetapi secara praktis sesungguhnya
keempat jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dipisah-pisahkan. Empat
kompetensi tersebut saling berhubungan secara padu dalam identitas guru.
Guru yang terampil mengajar, tentu memiliki kemampuan pedagogik, tetapi
harus juga memiliki kepribadian yang baik dan mampu melakukan social
adjustment dalam masyarakat, karena guru selalu dijadikan panutan oleh siswa
dan masyarakat tempat sekitaranya. Sejalan dengan ini menurut Mulyasa
(2007:37) menyatakan bahwa guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat,
untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di
mayarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
Untuk itu guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan
perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik, dan kewibawaannya,
terutama di depan siswa. Dalam proses pembelajaran kompetensi pedagogik,
professional, kepribadian dan kompetensi sosial memang sangat penting yang
harus dimiliki oleh guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Namun,
kenyataan yang ada di lapangan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadi
dalam pembelajaran saat ini masih kurang diperhatikan oleh guru-guru dan
terkadang sering di abaikan, hal ini sebagaimana sering ditemukan dalam
proses pembelajaran menunjukkan bahwa interaksi guru dan siswa yang kurang

10
efektif dan efesien serta kepribadian guru yang acuh tak acuh terhadap
siswanya. Contohnya seperti interaksi guru dan siswa dalam belajar mengajar,
guru lebih banyak memberikan informasi/menjelaskan tanpa intonasi suara,
sebaliknya siswa jarang sekali diberikan kesempatan mengemukan pendapat
dan bertanya karena kepribadian guru yang kurang peka terhadap sekitarnya,
akibatnya siswa pasif sebagai pendengar, guru juga kurang membuat susasana
kelas tenang, dan kurang peduli dengan keadaan kelas, karena ada beberapa
orang siswa yang membuat keributan pada saat pembelajaran tidak ditegur oleh
guru, yang berakibat proses pembelajaran kurang menyenangkan menjadikan
siswa kurang aktif, dalam pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan
kurang diserap oleh siswa sehingga mempengaruhi nilai siswa. Beberapa guru
kurang mampu mengolah informasi situasi lingkungan terlebih dahulu,
bersikap sesuai dengan kondisi, waktu dan tempat.
Padahal sebagai guru yang sekaligus juga sebagai direktur belajar
yang artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan
kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar. Hal ini selaras
dengan konsep bahwa guru berfungsi sebagai perancang pengajaran, pengelola
pengajaran dan penilai hasil pembelajaran siswa (Syah, 2008:67). Guru yang
cerdas secara sosial akan bersikap empati, membaca pesan-pesan verbal dan
non-verbal siswa dan juga membaca situasi lingkungan dengan baik,
mengambil tindakan sesuai dengan situasi dan lawan bicara, menggunakan
kemampuan komunikasi yang baik melalui komunikasi verbal maupun non
verbal dalam menerima dan menyampaikan pesan
Guru Sekolah Dasar yang mengembangkan kompetensi sosial dan
kompetensi kepribadian dalam kehidupannya dapat menjadi contoh dan
panutan siswanya. Dengan panutan atau guru yang telah mengembangkan
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian dengan baik maka siswa akan
lebih mudah mempelajari dengan cara meneladani atau meniru guru dan
mengembangkan kecerdasan sosial dan kepribadiannya pada aktivitas sehari-
hari sejak dini.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
kompetensi sosial ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi kepribadian dan sosial
sangatlah penting bagi guru untuk membantu mencapai keberhasilan
pembelajaran. Karena dengan kompetensi kepribadian ini akan sangat
mewarnai kinerjanya dalam mengelola kelas dan berinteraksi dengan siswa
serta membantu pengajaran, komunikasi antara guru dengan siswa bahkan
meski tanpa ucapan. Sedangkan kompetensi sosial akan menjadikan kondisi
interaksi yang bermutu dan kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya
interaksi dan komunikasi edukatif yang produktif serta kondusif bagi
perkembangan kematangan siswa serta dapat membuat suasana komunikasi,
interaksi dan pergaulan sosial dengan siswa dapat berjalan dengan efektif.
Dalam hal ini kemampuan guru dalam bergaul dengan siswa inilah yang akan
menjadi penentu utama bagi terlaksanya proses pendidikan dan pembelajaran
yang efekrif dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang sintak.

12
DAFTAR PUSTAKA
Alzano, Alfi. 2015.” Efektivitas Program Sertifikasi Guru Dalam Meningkatkan
Mutu Hasil Pendidikan (Studi pada SMK Negeri 2 Batusangkar)”. Skripsi.
Bandung. Program Sarjana Unpad.

Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem


Pengajaran Modul (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.

Agung, Iskandar. (2014). Kajian Pengaruh Kompetensi Kepribadian Dan Sosial


Terhadap Kinerja Guru. Kompetensi Kepribadian dan Sosial,

Dimiyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Muspiroh, Novianti. (2016). Peran Kompetensi Sosial Guru Dalam Menciptakan


Eefektifitas Pembelajaran. Jurnal Kompetensi Sosial.

Widyaningsih. (2015). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap


Disiplin Siswa Kelas V SD Se-gugus I Sidoarum Godean Sleman Tahun
Ajaran 2015/2016. Jurnal Kompetensi Kepribadian.

13

Anda mungkin juga menyukai