Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN
“Peserta Didik Sebagai Faktor Pendidikan”

Disusun Oleh:
Khoirudin
NPM. 231185201054

Dosen Pengampu :
Khoirul Saleh, S.Pd.I., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melinpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah kami.Alhamadulillah dengan izin dan kehendak dari Allah SWT
sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Khoirul Saleh, S.Pd.I., M.Pd selaku dosen pengampu
dan teman teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bungo, 06 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................1

B. Masalah Rumusan.............................................................................2

C. Tujuan Penlulisan.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

A. Pengertian Peserta Didik..................................................................3

B. Karakter Manusia Sebagai Peserta Didik


.........................................................................................................
6

C. Batas Awal dan Akhir Pendidikan


.........................................................................................................
8

BAB III PENUTUP......................................................................................11

A. Kesimpulan .....................................................................................11

B. Saran ...............................................................................................11

Daftar Pustaka..............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang
lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola
berfikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Salah satu
komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didik
merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan, sebab
seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang
dididiknya.
Melihat dari hal di atas, perlu adanya pengetahuan oleh masyarakat
tentang pengertian peserta didik itu sendiri. Fakta-fakta di lapangan ditemukan
system pengelolaan anak didik masih mengguanakan cara-cara konvensional
dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan
kurang memberikan perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta
didik. Sehingga diperlukan pengertian dan pemahaman karakter manusia
sebagai peserta didik. Kemudian tentang pengetahuan batas awal dan akhir
pendidikan juga sangat dibutuhkan, mengingat masih kurangnya pemahaman
dari hal-hal tersebut.
Setiap Individu adalah unik, artinya setiap individu memiliki
perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-
macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berfikir dan cara merespon atau
mempelajari hal-hal baru. Salah satu komponen dalam system pendidikan
adalah adanya peserta didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat
penting dalam system pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai
pendidik apabila tidak ada yang dididiknya. Peserta didik adalah orang yang
memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik
secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah
maupun dilingkkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Namun itu
semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus
memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang

1
terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau
seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi
yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta
didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya.
Perkembangan zaman ternyata banyak mempengaruhi istilahistilah
yang digunakan untuk menyebutkan nama sasaran pendidikan, namun
demikian semuanya mengarah pada maksud yang sama. Berarti dalam bagian
ini tidak mengganggu makna yang melekat dalam istilah itu. Peserta didik
adalah satu diantara faktor pendidikan yang paling kompleks dibahas dalam
ilmu pendidikan , maka dalam kegiatan 3 ini berisikan empat pokok bahasan,
yaitu (A) Pengertian peserta didik, (B) Karakter manusia sebagai peserta didik,
(c) Batas awal dan akhir pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan tersebut adalah :
1. Bagaimana pengertian peserta didik?
2. Apa saja karakteristik manusia sebagai peserta didik?
3. Bagaimana batas awal dan akhir pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari materi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian peserta didik
2. Untuk mengetahui karakteristik manusia sebagai peserta didik
3. Untuk mengetahui batas awal dan akhir pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik
Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum
undangundang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.1 Dengan demikian peserta didik adalah orang yang
mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan
masa depan. Oemar Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu
komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam
proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok
manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan
"orang seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang
pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai
sifat-sifat dan keinginan sendiri". Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa
siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan
keberhasilan proses pendidikan. Selain pengertian peserta didik sebagai
tersebut di atas, juga ada beberapa pengertian lain tentang apa itu peserta didik.
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab juga disebut
dengan timidzjamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”,
maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa
arab dikenal juga dengan istilah Thalib jamaknya adalah Thullab, yang artinya
adalah “orang-orang yang mencari ilmu”.
Dalam arti Luas, Peserta didik adalah setiap orang yang terkait dengan
proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit, peserta didik
diartikan setiap siswa yang belajar di sekolah (sinolungan, 1997)
Departemen pendidikan nasional (2003), menegaskan bahwa peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

3
Dari beberapa pengertian di atas yang telah disebutkan. Maka
pengertian peserta didik dapat pula diartikan sebagai individu yang mengalami
perkembangan dan perubahan, sehingga ia harus mendapatkan bimbingan dan
arahan untuk membentuk sikap moral dan kepribadian.
Suatu system pendidikan dapat di katakana bermutu, jika proses
belajar mengajar di laksanakan dengan menarik dan menantang sehingga
peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang
berkelanjutan. Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi
proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang membutuhkan
pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang
ada pada peserta didik.
Dalam pengertian ini peserta didik bisa dikatakan sebagai manusia
yang memiliki potensi yang bersifat terselubung sehingga di butuhkan
bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia menjadi manusia susila yang
bercakap. Dalam pengertian perspektif psikologis peserta didik adalah individu
yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan optimal
baik fisik ataupun psikis menurut fitrahnya masing masing. Sebagai individu
yang tengah tumbuh dan berkembang ,ia memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal dalam kemampuan
fitrahnya4 . Peserta didik adalah makhluk individu yang mempunyai
kepribadian dengan ciri-ciri yang khas yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dipengaruhi
oleh lingkungan dimana ia berada.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik sebagai komponen
yang tidak dapat terlepas dari sistem pendidikan sehingga dapat dikatakan
bahwa peserta didik merupakan obyek pendidikan tersebut6 . Jadi secara
sederhana peserta didik dapat didefinisikan sebagai anak yang belum memiliki
kedewasaan dan memerlukan orang lain untuk mendidiknya sehingga menjadi
individu yang dewasa, memiliki jiwa spiritual, aktifitas dan kreatifitas sendiri.

4
Dengan demikian peserta didik adalah individu yang memiliki potensi
untuk berkembang, dan mereka berusaha mengembangkan potensinya itu
melalui proses pendidikan pada jalur dan jenis pendidikan tertentu. Dalam
perkembangan peserta didik ini, secara hakiki memiliki kebutuhan-kebutuhan
yang harus dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan peserta didik tumbuh dan
berkembang mencapai kematangan pisik dan psikis. Kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh pendidik diantaranya:
1. Kebutuhan jasmani; tuntunan siswa yang bersifat jasmaniah, seperti
kesehatan jasmani yang dalam hal ini olah raga menjadi materi utama,
disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain seperti: makan, minum, tidur,
pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian.
2. Kebutuhan sosial; pemenuh keinginan untuk saling bergaul sesama siswa
dan guru serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi
kebutuhan sosial anak didik. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai
lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi dengan
lingkungan seperti bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku,
bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.
3. Kebutuhan intelektual; semua peserta didik tidak sama dalam hal minat
untuk mempelajari suatu ilmu pengetahuan, mungkin ada yang lebih
berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi atau yang lain-lain. Minat
semacam ini tidak dapat dipaksakan kalau ingin mencapai hasil belajar yang
optimal.
Menurut Samsul Nizar beberapa hakikat peserta didik dan
implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu:
1. Peserta didik bukan merupakan objek orang dewasa, akan tetapi memiliki
dunia sendiri.
2. Peserta didik adalah manusia yang memiliki proses periodesasi
perkembangan dan pertumbuhan.
3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.

5
4. Peserta didik adalah makhluk tuhan yang memiliki perbedaan individual
dengan yang lain.
5. Peserta didik terdiri dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.
6. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
B. Karakteristik Manusia Sebagai Peserta Didik
Kegiatan dan pengajaran ini melibatkan peserta didik sebagai
penerima bahan ajar dengan maksud akhir dari semua hal ini sesuai yang
diamanatkan dalam Undang-undang No20 tentang sisdiknas tahun 2003 yaitu
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.
Dalam pendidikan, peserta didik merupakan titik focus yang startegis, karena
kepadanyalah bahan ajar melalui sebuah proses pengajaran diberikan Sebagai
seorang manusia menjadi sebuah aksioma bahwa peserta didik mempunyai
kelebihan dan kekurangannya masing-masing, mereka unik dengan seluruh
potensi dan kapasitas yang ada pada diri mereka dan keunikan ini tidak dapat
di seragamkan dengan satu aturan yang sama antara peserta didik yang stu
dengan peserta didik yang lain, para pendidik dan lembaga sekolah harus
menghargai perbedaan yang ada pada diri mereka. Keunikan yang terjadi pada
peserta didik memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang harus
diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan murid (peserta didik) dalam
satu kerangka kerja yang terpadu mutlak diperhatikan.
Individu memiliki sifat bawaan (heredity) dan karakteristik yang
diperoleh dari pengaruh lingkungan sekitar. Menurut ahli psikologi,
kepribadian dibentuk oleh perpaduan faktor pembawaan dan lingkungan.
Karakteristik yang bersifat biologis cenderung lebih bersifat tetap,sedangkan
karakteristik yang berkaitan dengan faktor psikologis lebih mudah berubah
karena dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan.

6
1. Pengertian dan Karakteristik Kehidupan Pribadi
Pengertian: Kehidupan individu yang utuh, lengkap, dan memiliki
cirri khusus/unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai
aspek,antara lain:
a. aspek emosional
b. aspek sosial psikologis
c. aspek sosial budaya
d. kemampuan intelektual terpadu secara integratif terhadap faktor
lingkungan.
Karakteristik kehidupan pribadi bersifat khusus,dengan kata
laintidak dapat disamakan dengan individu-individu lainnya. Seseorang
individu juga memerlukan sebuah pengakuan dari pihak lain tentang harga
dirinya.Ia mempunyai harga diri dan berkeinginan untuk selalu
mempertahankan harga diri tersebut.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Diri
Perkembangan pribadi yang menyangkut aspek psikologis dapat
ditunjukkan oleh sikap dan perilakunya.Menurut ahli psikologi
perkembangan kehidupan pribadi manusia dipengaruhi oleh faktor
keturunan (pembawaan) dan faktor lingkungan (pengalaman).
Aliran Nativisme menyatakan perkembanagn pribadi telah ditentukan sejak
lahir,sedangkan aliran Empirisme menyatakan perkembangan pribadi
dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Aliran yang menyatakan bahwa kedua
faktor itu secara terpadu memberikan pengaruh tarhadap kehidupan
seseorang adalah aliran konvergensi.
3. Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
Upaya pengembangan kehidupan pribadi dapat dilakukan sbb.:
a. Membiasakan hidup sehat,teratur,serta efisien waktu, mengenal dan
memahami nilai-nilaidan norma sosial yang berlaku secara baik dan
benar.
b. Mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari secara mandiri dan penuh
tanggung jawab.

7
c. Sering bersosialisasi dengan masyarakat.
d. Melatih cara merespon berbagai masalah dengan baik.
e. Menghindari sikap dan tindakan yang bersifat lari dari masalah.
f. Disiplin, patuh, dan tanggung jawab terhadap aturan hidup keluarga.
g. Melaksanakan peran sesuai status dan tanggung jawab dalam kehidupan
keluarga.
h. Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatakan penguasaan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki,baik melalui pendidikan yang formal maupun tidak.
i. Selain itu perlu diciptakan suasana yang kondusif dan keteladanan dari
pihak yang memiliki otoritas, serta mengefektifkan perkembangan
sosial.
C. Batas Awal dan Akhir Pendidikan
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia sejak
kejadiannya sampai akhir hayatnya melelui berbagai ilmu pengetahuan yang
disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, di mana proses
pengajaran tersebut menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju
pendekatan diri kepada Allah. Batas awal berlangsungnya pendidikan
menurutnya sejak bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian manusia.
Sedangkan batas akhir pendidikan kebajikan dan manusia lain adalah bodoh
dan tak bermoral. Ibnu Khaldun nama lengkapnya Abdurrahman Al-ghazali
menerangkan bahwa batas awal berlangsungnya pendidikan adalah sejak
bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian manusia. Adapun batas
akhir pendidikan adalah tidak ada karena selama hayatnya manusia dituntut
untuk melibatkan diri dalam pendidikan sehingga menjadi insane kamil.
Pengajaran dan pendidikan harus dilaksanakan secara bertahap, disesuaikan
dengan perkembangan psikis dan fisik anak.
Batas – batas pendidikan yang dimaksud disini ialah hal-hal yang
menyangkut masalah kapan pendidikan itu dimulai dan kapan pendidikan itu
berakhir. Langeveld menyatakan bahwa saat kapan pendidikan itu dimulai
disebut batas bawah dari pendidikan, dan saat kapan pendidikan itu berakhir,

8
disebutkan batas akhir dari pendidikan itu ialah saat mana anak telah sadar /
mengenal kewibawaan ( gezaq ). Ada beberapa pendapat mengenai pengertian
batas - batas awal pendidikan :
1. Al-Abdori Menyatakan bahwa anak dimulai di didik dalam arti
sesungguhnya setelah berusia 7 tahun, oleh karena itu beliau mengeritik
orang tua yang menyekolahkan anaknya pada usia yang masih terlalu muda,
waktu sebelum usia 7 tahun.
2. Dr. Asma Hasan Fahmi Mengemukakan bahwa dikalangan ahli didik Islam
berbeda pendapat tentang kapan anak mulai dapat di didik sebagian
diantara mereka mengatakan setelah anak berusia 4 tahun.
3. Athiyah Al-‘Abrasy Mengatakan anak di didik itu dimulai setelah anak
berusia 5 tahun, yaitu dengan membaca Al-Qur’ an, mempelajari Sya’ ir,
sejarah nenek moyang dan kaumnya, mengendarai kuda dan memanggul
senjata.
4. Zakiyah Derajat Meninjau dari segi psikologi, beliau menjelaskan bahwa
usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa pembangkang. Dari segi pendidikan
justru pada masa itu terbuka peluang ketidak patuhan yang sekaligus
merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya.
Setelah itu anak mulai memiliki kesadaran batin atau motivasi dalam
perilakunya. Di sini pula mulai terbuka penyelenggaraan pendidikan artinya
sentuhan – sentuhan pendidikan untuk menumbuh kembangkan motivasi
anak dalam perilakunya kearah-arah tujuan pendidikan.
Pendididkan itu dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan
persiapan ke arah pendidikan yang nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama
seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan sesungguhnya baru terjadi
kemudian. Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian
bahwa ia harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan
dan menyadari bahwa hal yang di ajarkan adalah perlu baginya. Dengan
singkat dapat dikatakan bahwa diri utama dari pendidikan yang sesungguhnya
ialah adanya kesiapan interaksi edukatif antara pendidik dan terdidik Oleh
karena itu,manusia dibimbing dan diarahkan sejak awal pertumbuhannya agar

9
kehidupannya berjalan mulus. Bimbingan yang dilakukan sejak dini
mempunyai pengaruh amat besar sekali bagi kehidupan masa dewasa.
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan anak
berlangsung untuk pertama kalinya, begitu pula sulitnya menentukan kapan
pendidikan itu berlangsung untuk terakhir kalinya. Kesulitan tersebut berkaitan
erat dengan kesukaran menentukan masa kematangan. Seorang anak dalam hal-
hal lain kadang-kadang masih tetap menunjukkan sikap kekanak-kanakan.
Disamping itu masih dapat ditambahkan pula bahwa lingkungan dan keadaan
kehidupan seseorang turut mempengaruhi percepatan atau tempo proses
kematangnnya. Kenyataan-kenyataan itu tidak memberi peluang untuk dapat
menentukan pada umur berapa pendidikan manusia harus berakhir.
Sehubungan dengan itu, perlulah suatu kehati-hatian kalau juga ingin
mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidikan itu
mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah, titik akhir bersifat principal dan
tecapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara
mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan
hidupnya. Ia telah memiliki kepahaman terhadap segala pengaruh yang
menerpa kehidupan batiniyahnya dengan berpegang dan mengembalikiannya
pada dasar – dasar pedoman hidup yang kokoh. Pada kondisi yang disebutkan
diatas, pendidikan sudah tidak menjadi masalah lagi, ia telah dapat mendidik
dirinya sendiri.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peserta didik adalah individu yang mengalami perkembangan dan
perubahan, sehingga ia harus mendapatkan bimbingan dan arahan untuk
membentuk sikap moral dan kepribadian dirinya. Peserta didik memiliki
karakteristik yang berbeda-beda yang diperoleh dari lingkungan sekitar.
Karakteristik bersifat biologis yang cenderung lebih tetap dan karakteristik
bersifat psikologis lebih mudah berubah karena dipengaruhi oleh pengalaman
dan lingkungan. Pendididkan itu dimulai dengan pemeliharaan yang
merupakan persiapan ke arah pendidikan yang nyata, yaitu pada minggu dan
bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan sesungguhnya
baru terjadi kemudian.Sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidikan itu
mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah, titik akhir bersifat principal dan
tecapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara
mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan
pandangan hidupnya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang sintak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anisah, and Sri Lastuti. 2018. “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah


Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20
Tahun 2003 tentang sisdiknas, (Bandung: Permana, 2006), h. 65.

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (t.tp.,


Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 47

Desmita,Psikologi Perkembangan Peserta Didik , (PT.Remaja Rosdakarya :


Bandung ),39

Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), h. 121

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung:


Alfabeta, 2009), h. 205.

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011), 119.

Syarif Al Quraisyi. Kamus Akbar Arab Indonesia (Surabaya Giri Utama) , 68.

12

Anda mungkin juga menyukai