Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MUNAKAHAT MENURUT ISLAM

Dosen Pengampu :
Drs.H.M.Rifai Abtes,M.Sy

Disusun Oleh:

1. Laila fitriani
2. Rafita Efrilya
3. M. Deris Jovanri ab

FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUARA BUNGO
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melinpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah kami.Alhamadulillah dengan izin dan kehendak dari
Allah SWT sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan. Makalah ini kami beri
judul “MUNAKAHAT MENURUT ISLAM” tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Drs.H.M.Rifai Abtes,M.Sy selaku dosen pengampu
dan teman teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bungo, 02 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................1

B. Masalah Rumusan.............................................................................2

C. Tujuan Penlulisan.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

A. Pengertian Pernikahan.....................................................................3

B. Hukum Menikah..............................................................................4

C. Rukun dan Syarat Menikah.............................................................4

D. Wanita Yang Haram Dinikahi.........................................................6

E. Hikmah Pernikahan.........................................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................10

A. Kesimpulan .....................................................................................10

B. Saran ...............................................................................................10

Daftar Pustaka..............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Kata dasar pernikahan
adalah nikah. Menurut kamus bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul
atau bersatu. Pernikahan adalah suatu lembaga kehidupan yang disyariatkan
dalam agama Islam. Pernikahan merupakan suatu ikatan yang menghalalkan
pergaulan laki-laki dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga yang
bahagia dlan mendapatkan keturunan yang sah. Nikah adalah fitrah yang
berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk Allah SWT. Tujuan
pernikahan adalah untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah,
warahmah, serta bahagia di dunia dan akhirat.
Dalam usaha meleburkan suatu bentuk hukum dalam dunia hukum Islam
Indonesia. Tentunya kita ingin mengetahui lebih dalam darimana asal konsep
hukum yang diadopsi oleh Departemen Agama RI tersebut yang kemudian
menjadi produk hukum yang lazim disebut Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia, dan diantara materi bahasannya adalah rukun dan syarat perkawinan
yang akan coba kita pelajari perbandingannya dengan fikih munakahat.
Terpenuhinya syarat dan rukun suatu perkawinan, mengakibatkan
diakuinya keabsahan perkawinan tersebut baik menurut hukum agama/fiqih
munakahat atau pemerintah (Kompilasi Hukum Islam).Bila salah satu syarat
atau rukun tersebut tidak terpenuhi maka mengakibatkan tidak sahnya
perkawinan menurut fikih munakahat atau Kompilasi Hukum Islam, menurut
syarat dan rukun yang telah ditentukan salah satunya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan tersebut adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan pernikahan?
2. Bagaimana hukum menikah?
3. Apa saja rukun dan syarat sah menikah?
4. Siapa saja wanita yang haram dinikahi?
5. Apa hikmah pernikahan?

1
C. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari materi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pernikahan
2. Untuk mengetahui humum menikah
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat sah menikah
4. Untuk mengetahui wanita yang haram dinikahi
5. Untuk mengetahui hikmah pernikahan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan
Secara bahasa : kumpulan, bersetubuh, akad secara syar’i : dihalalkannya
seorang lelaki dan untuk perempuan bersenangg-senang, melakukan hubungan
seksual, dll. Kata nikah berasal dari bahasa arab yang didalam bahasa
Indonesia sering diterjemahkan dengan perkawinan. Nikah menurut istilah
syariat Islam adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki - laki dan
perempuan yang tidak ada hubungan Mahram sehingga dengan akad tersebut
terjadi hak dan kewjiban antara kedua insan.
Para mujtahid sepakat bahwa nikah adalah suatu ikatan yang dianjurkan
syari‟at. Orang yang sudah berkeinginan untuk nikah dan khawatir terjerumus
ke dalam perbuatan zina, sangat dianjurkan untuk melaksanakan nikah.
Yangdemikian adalah lebih utama daripada haji, shalat, jihad, dan puasa
sunnah.Demikian menurut kesepakatan para imam mazhab.
Pernikahan adalah kebersamaan manusiawi yang merupakan tuntutan
naluri,dianjurkan oleh agama dan dapat membawa kemaslahatan manusia, baik
secaraindividu, maupun social. Tidak sepantasnya dalam agama islam
pernikahandianggap sebagai kesenangan sesaat dan pergaulan bebas yang tidak
berdiripada suatu dasar dan tidak terikat dengan suatu ketentuan.
Sebaliknya,pernikahan haruslah menjadi buah dari keserasian, dimana suami
istri ridhadengan kebersamaan abadi dan sama-sama berusaha melaksanakan
hak-hakyang telah diwajibkan Allah SWT atas keduanya. Kesepakatan inilah
yang disebut dengan akad nikah. Allah juga berfirman dalam surat An-Nahl
ayat 72 yaitu “Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis
kamu sendiridan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu,
serta memberimurezeki yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang
bathil danmengingkari nikmat Allah?"

3
B. Hukum Menikah
Para fuqaha mengklasifikasikan hukum nikah menjadi 5 kategori yang
berpulang kepada kondisi pelakunya :
1. Wajib, bila nafsu mendesak, mampu menikah dan berpeluang besar jatuh
ke dalam zina.
2. Sunnah, bila nafsu mendesak, mampu menikah tetapi dapat memelihara
diri dari zina.
3. Mubah, bila tak ada alasan yang mendesak/mewajibkan segera menikah
dan/atau alasan yang mengharamkan menikah.
4. Makruh, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah tetapi tidak
merugikan isterinya.
5. Haram, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah sehingga
merugikan isterinya.
C. Rukun dan Syarat Sah Menikah
Akad nikah tidak akan sah kecuali jika terpenuhi rukun-rukun yang enam
perkara ini :
1. Ijab-Qabul
Islam menjadikan Ijab (pernyataan wali dalam menyerahkan mempelai
wanita kepada mempelai pria) dan Qabul (pernyataan mempelai pria dalam
menerima ijab) sebagai bukti kerelaan kedua belah pihak. Al Qur-an
mengistilahkan ijab-qabul sebagai miitsaaqan ghaliizhaa (perjanjian yang
kokoh) sebagai pertanda keagungan dan kesucian, disamping penegasan
maksud niat nikah tersebut adalah untuk selamanya. Syarat ijab-qabul
adalah :
a. Diucapkan dengan bahasa yang dimengerti oleh semua pihak yang hadir.
b. Menyebut jelas pernikahan & nama mempelai pria-wanita
2. Adanya mempelai pria.
Syarat mempelai pria adalah :
a. Muslim & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka )
b. Bukan mahrom dari calon isteri
c. Tidak dipaksa.

4
d. Orangnya jelas.
e. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
3. Adanya mempelai wanita.
Syarat mempelai wanita adalah :
a. Muslimah (atau beragama samawi, tetapi bukan kafirah/musyrikah) &
mukallaf
b. Tidak ada halangan syar’i (tidak bersuami, tidak dalam masa ‘iddah &
bukan mahrom dari calon suami).
c. Tidak dipaksa.
d. Orangnya jelas.
e. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
4. Adanya wali.
Syarat wali adalah :
a. Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).
b. ‘Adil
c. Tidak dipaksa.
d. Tidaksedang melaksanakan ibadah haji.
Tingkatan dan urutan wali adalah sebagai berikut:
a. Ayah
b. Kakek
c. Saudara laki-laki sekandung
d. Saudara laki-laki seayah
e. Anak laki-laki dari saudara laki – laki sekandung
f. Anak laki-laki dari saudara laki – laki seayah
g. Paman sekandung
h. Paman seayah
i. Anak laki-laki dari paman sekandung
j. Anak laki-laki dari paman seayah.
k. Hakim

5
5. Adanya saksi (2 orang pria)
Meskipun semua yang hadir menyaksikan aqad nikah pada hakikatnya
adalah saksi, tetapi Islam mengajarkan tetap harus adanya 2 orang saksi pria
yang jujur lagi adil agar pernikahan tersebut menjadi sah. Syarat saksi
adalah :
a. Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).
b. ‘Adil
c. Dapat mendengar dan melihat.
d. Tidak dipaksa.
e. Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab-qabul.
f. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
6. Mahar
Beberapa ketentuan tentang mahar :
a. Mahar adalah pemberian wajib (yang tak dapat digantikan dengan
lainnya) dari seorang suami kepada isteri, baik sebelum, sesudah maupun
pada saat aqad nikah. Lihat QS. An Nisaa’ : 4.
b. Mahar wajib diterimakan kepada isteri dan menjadi hak miliknya, bukan
kepada/milik mertua.
c. Mahar yang tidak tunai pada akad nikah, wajib dilunasi setelah adanya
persetubuhan.
d. Mahar dapat dinikmati bersama suami jika sang isteri memberikan
dengan kerelaan.
e. Mahar tidak memiliki batasan kadar dan nilai. Syari’at Islam
menyerahkan perkara ini untuk disesuaikan kepada adat istiadat yang
berlaku. Boleh sedikit, tetapi tetap harus berbentuk, memiliki nilai dan
bermanfaat. Rasulullah saw senang mahar yang mudah dan pernah pula.
D. Wanita Yang Haram Dinikahi
Tidak semua wanita boleh dipersunting sebagai istri. Wanita yang
hendakdipersunting disyaratkan bukan mahram bagi laki-laki yang
hendakmenikahinya, baik haram dinikahi selama-lamanya maupun sementara
waktu Maksud haram selama-lamanya (mahram abadi) adalah wanita tersebut

6
tidakboleh dinikahi sepanjang waktu. Sedangkan maksud haram sementara
(mahramsementara) adalah wanita tersebut tidak boleh dinikahi karena kondisi
tertentuyang dialaminya. Apabila kondisi tersebut berubah, maka
berakhirlahhukumnya bagai mahram sementara dan berubah menjadi halal
dinikahi.
1. Wanita-wanita yang haram dinikahi selamanya (Mahram abadi)
a. Mahram karena hubungan nasab
1) Ibu, termasuk nenek dari pihak ayah atau pihak ibu.
2) Anak-anak perempuan, termasuk cucu perempuan dari anak laki-
lakiatau anak perempuan, hingga keturunan dibawahnya.
3) Saudara-saudara perempuan,baik saudara seayah, seibu,
maupunseayah dan seibu
4) Saudara perempuan ayah, termasuk saudara perempuan kakek
dannenek dari pihak ayah, dan seterusnya.
5) Saudara perempuan ibu, termasuk saudara perempuan kakek
dannenek dari pihak ibu, dan seterusnya.
6) Anak-anak perempuan saudara laki-laki hingga
keturunandibawahnya.
7) Anak-anak perempuan saudara perempuan hingga
keturunandibawahnya.
b. Mahram karena faktor perbesanan
1) Ibu Istri (mertua perempuan), nenek istri dari pihak ibunya, dannenek
istri dari pihak ayahnya, dan seterusnya.
2) Anak tiri perempuan dari istri yang telah dicampuri
(melakukanhubungan badan).
3) Istri anak (menantu), istri cucu laki-laki dan istri cucu perempuan,dan
seterusnya.
4) Istri ayah (ibu tiri).

7
c. Mahram Karena faktor persusuan
1) Ibu yang menyusui keatas (nenek dan seterusnya). Yang
dimaksudadalah ibu yang menyusui dan ibunya ibu, dari nasab
maupun daripersususan, keatas. Juga ibunya bapak dan kakek
persusuan, darinasab maupun persusuan Al-Qurthubi mengatakan,
“apabila seorang wanita menyusui seorangbayi laki-laki, maka wanita
itu haram dinikahinya karena ia adalahibunya. Dan haram juga
menikahi ibu wanita itu sebab ia adalah neneknya.
2) Anak perempuan yang disusui kebawah. Yaitu anak perempuan
yangdisusui air susu isteri seorang laki-laki yang sebetulnya untuk
anakkandung laki-laki itu. Demikian juga anak dari anak
perempuantersebut baik dari nasab maupun dari persusuan ke bawah
dan anakperempuan dari anak laki-laki perempuan tersebut.
3) Anak-anak perempuan dari bapak-ibu persusuan. Yang
dimaksudadalah saudara-saudara perempuan persusuan, anak-anak
perempuanmereka, baik karena nasab maupun menyusui ke bawah
dan anak-anak perempuan dari saudara-saudara laki-laki persusuan
dan anak-anak perempuan dari anak-anak perempuan tersebut, ke
bawah.
4) Tingkatan pertama dari anak-anak kakek dan nenek persusuan.
Yangdimaksud adalah saudara-saudara perempuan ayah dan saudara-
saudara perempuan ibu persusuan. Sedangkan anak-anakperempuan
dari saudara-saudara perempuan ayah persusuan dananak-anak
perempuan dari saudara-saudara laki-laki ibu persusuantidak haram
dinikahi disebabkan hubungan menyusui tersebutsebagaimana tidak
haram dinikahi disebabkan hubungan nasab.
2. Haram Dinikahi Karena Faktor Tertentu
Terdapat faktor-faktor lainnya yang menyebabkan seseorang tidak
bolehuntuk dinikahi, di antaranya adalah sebagai berikut:

8
a. Wanita yang dalam masa iddah setelah ia bercerai dari orang lain.
b. Wanita (mantan istri) yang ditalak tiga, sampai ia menikah secara
sahdengan orang lain.
c. Wanita yang sedang ihram sampai ia tahallul.
d. Wanita muslim haram menikah dengan laki-laki kafir sampai ia
masukIslam.
e. Laki-laki muslim haram menikah dengan wanita kafir. Namun
adapengecualian bahwa seorang laki-laki muslim boleh menikahi wanita
ahlikitab.
E. Hikmah Pernikahan
Islam tidak mensyari’atkan sesuatu melainkan dibaliknya terdapat
kandungan keutamaan dan hikmah yang besar. Demikian pula dalam nikah,
terdapat beberapa hikmah dan maslahat bagi pelaksananya :
1. Sarana pemenuh kebutuhan biologis (QS. Ar Ruum : 21)
2. Sarana menggapai kedamaian & ketenteraman jiwa (QS. Ar Ruum : 21)
3. Sarana menggapai kesinambungan peradaban manusia (QS. An Nisaa’ : 1,
An Nahl : 72) Rasulullah berkata : “Nikahlah, supaya kamu berkembang
menjadi banyak. Sesungguhnya saya akan membanggakan banyaknya
jumlah ummatku.” (HR. Baihaqi)
4. Sarana untuk menyelamatkan manusia dari dekadensi moral. Rasulullah
pernah berkata kepada sekelompok pemuda : “Wahai pemuda, barang siapa
diantara kalian mampu kawin, maka kawinlah. Sebab ia lebih dapat
menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun jika belum
mampu, maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu sebagai wija’
(pengekang syahwat) baginya.” (HR Bukhari dan Muslim dalam Kitab
Shaum)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pernikahan adalah suatu lembaga kehidupan yang disyariatkan dalam
agama Islam. Pernikahan merupakan suatu ikatan yang menghalalkan
pergaulan laki-laki dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan mendapatkan keturunan yang sah. Nikah adalah fitrah yang
berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk Allah
SWT.
Tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, warahmah, serta bahagia di dunia dan akhirat. Hukum nikah
pada dasarnya adalah mubah, artinya boleh dikerjakan dan boleh
ditinggalkan. Meskipun demikian, hukum, nikah dapat berubah menjadi
sunah, wajib,makruh,atau haram. Tujuan pernikahan menurut Islam adalah
untuk memenuhi hajat manusia (prig terhadap wanita atau sebaliknya) dalam
rangka mewujudkan rumah tangga yang bahagia sesuai dengan ketentuan-
ketentuan agama Islam.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang sintak.

10
DAFTAR PUSTAKA
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Kencana: Jakarta. 2007
Al-Hamdani, Risalah an-Nikah, Pustaka Amani: Jakarta. 2002
Dewantoro Sulaiman, SE, Agenda Pengantin, Hidayatul Insan, Solo, 2002
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab(Jakarta, Lentera, 2011)
Rasjid, Sulaiman, H., Fikh Islam, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1996
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah( Jakarta Timur: Al-I’tishom, 2011)

11

Anda mungkin juga menyukai