Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN
“Integritas Kependidikan dan Sikap Prefesional dalam Kependidikan”

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Anggun Anjilina
2. Ida Linur Insan
3. Isfa Lara
4. Ike Opiyani
5. Juliana Safitri
6. Yessi Silvia

Dosen Pengampu :
Yelvia Prahagia, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melinpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah kami.Alhamadulillah dengan izin dan kehendak dari Allah SWT
sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Yelvia Prahagia, M.Pd selaku dosen pengampu dan
teman teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bungo, 01 Mei 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Masalah Rumusan ......................................................................... 2

C. Tujuan Penlulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

A. Profesi Guru Sebagai Panggilan Jiwa ............................................ 3

B. Teori Kepribadian ........................................................................ 4

C. Integritas Kepribadian .................................................................. 8

D. Sikap Profesional dalam Kependidikan ........................................ 10

BAB III PENUTUP................................................................................... 14

A. Kesimpulan ................................................................................. 14

B. Saran ........................................................................................... 14

Daftar Pustaka .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru sebagai ujung tombak pendidikan itu sendiri memiliki tugas
yang sangat besar dalam membangun nilai-nilai karakter peserta didiknya dan
memgembangkan potensi-potensi yang ada di dalam diri peserta didiknya.
Dalam mewujudkan hal ini tentunya seorang guru juga harus dituntut
mempunyai karakter serta nilai-nilai moral yang baik agar dapat memberikan
contoh bagaimana menerapkan nilai-nilai karakter kepada peserta didiknya.
Guru sebagai figure bagi peserta didik yang sejak dini menanamkan nilai –
nilai etika, moral dan norma dalam menjalankan tugasnya, bahkan dalam setiap
denyut kehidupannya, menjadi indikator dalam keberhasilannya mengajar dan
mendidik. Pandangan masyarakat, guru selalu menjunjung tinggi etika dan
moral, guru selalu benar, digugu dan ditiru, menjadi suri tauladan dan mereka
selalu memposisikan sebagai pejuang nilai, etika dan moral di tengah – tengah
masyarakat. Sebagai cara untuk menyiapkan calon guru yang berkarakter di
masa depan maka pendidikan guru di perguruan tinggi harus
diimplementasikan secara baik.
Upaya untuk menerapkan nilai-nilai karakter pada calon guru adalah
melalui mata kuliah Etika dan Profesi Kependidikan. Mata kuliah ini
merupakan mata kuliah yang membekali mahasiswa calon guru mengenai
ajaran moral untuk memperoleh orientasi kritis sebagai bekal mahasiswa untuk
menumbuhkan pemahaman moral, perasaan moral dan tindakan moral terkait
dengan profesi guru dan profesi tenaga kependidikan lainnya. Harapannya
mahasiswa bukan sekedar mengetahui tugas-tugas seorang guru seperti apa,
tetapi membawa mereka untuk lebih mengetahui tugas dan tanggung jawab
yang mereka harus jalankan ketika menjadi seorang guru nantinya. Guru
dihrapkan bukan hanya mampu memberikan ilmu pengetahuan saja tetapi juga
mampu memberikan contoh perilaku yang akan menjadi pedoman bagi peserta
didiknya dan lingkungan sekitarnya. Guru yang professional bukan berarti guru
yang mengandalkan materi semata, namun kualitas moral dan menjunjung

1
tinggi nilainilai kode etik profesi. Dengan demikian professional guru
merupakan sebuah sikap loyalitas kepada bangsa dan negara untuk
mencerdaskan tunas-tunas bangsa berdasarkan nilai-nilai, etika dan norma
perundang-undangan yang diatur khusus untuk guru. Oleh karena itu, seorang
yang berprofesi sebagai guru harus memiliki etika. Seorang guru juga harus
memilliki watak kerja yang professional, guru yang memiliki jiwa
profesionalisme adalah guru yang memiliki pandangan, sikap, selalu berpikir,
bekerja dengan sungguh – sungguh, bekerja kelas, sepenuh waktu, loyalitas
tinggi dan penuh dedikasi untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Tugas guru dalam menceerdaskan bangsa harus memiliki
kecerdasan yang tinggi, namun sampai disini guru harus memiliki jiwa yang
halus, karakteristik yang baik dalam memberikan bimbingan, pengajaran dan
pengiring cita – cita anak bangsa. Dedikasi dan nilai pengabdian yang tinggi
dengan kehalusan jiwa yang mengkristal disanubari guru yang akan
memujudkan tujuan pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan tersebut adalah :
1. Bagaimana profesi guru sebagai panggilan jiwa?
2. Bagaimanakah teori kepribadian?
3. Apa saja integritas kepribadian?
4. Bagaimana sikap profesional dalam kependidikan?
C. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari materi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui profesi guru sebagai panggilan jiwa
2. Untuk mengetahui teori kepribadian
3. Untuk mengetahui integritas kepribadian
4. Untuk mengetahui sikap profesional dalam kependidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Profesi Guru Sebagai Panggilan Jiwa
Guru merupakan sebutan bagi seseorang yang dianggap mempunyai
ilmu pengetahuan dan keahlian yang lebih dibanding dengan yang lainnya.
Guru juga merupakan sosok yang mempunyai peranan penting dalam suatu
proses pembelajaran dan pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain makna
guru disini dapat dimaknai sebagai seseorang yang mengabdikan dirinya dalam
bidang pendidikan melalui hubungan interaksi edukatif antara guru siswa, yang
dilakukan secara terstruktur, formal dan sistematis.
Sebutan guru bagi seseorang dapat juga diartikan sebagai sebuah
jabatan, posisi ataupun profesi. Dalam UU Nomor 14 pasal 1 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Guru dengan segala prilaku yang ia lakukan merupakan cerminan bagi para
anak didiknya sehingga ia menjadi sosok yang digugu dan ditiru dalam setiap
event pembelajaran yang tersirat maupun yang tersurat. Guru juga dapat
diartikan sebagai orang yang tugasnya mengajar, mendidik dan melatih peserta
didik serta memenuhi kompetensi sebagai orang yang patut digugu dan ditiru
dalam ucapan dan tingkah lakunya (Sukadi; 2009).
Guru dengan beragam peranan yang dilakonkannya dalam dunia
pendidikan merupakan sosok seseorang yang digugu dan ditiru, dalam arti kata
bahwa seorang guru harus dapat dipercaya dan ditiru setiap hal positif yang
dilakukannya, dapat menjadi contoh suri teladan baik dibidang keilmuan yang
dimilikinya hingga sikap dan etikanya saat berada disekolah ataupun diluar
sekolah. Karena seorang guru tidak hanya mengemban tugas sebagai pengajar
saja, akan tetapi mempunyai tugas yang sangat komplit dan menyeluruh yakni
sebagai pendidik, pembimbing, pelatih, pengarah dan penilai bagi setiap anak
didiknya.

3
Sekalipun demikian, untuk masa sekarang ini tidak sedikit kita
menemukan masih adanya guru menjadikan tugasnya sebagai guru hanya
sebatas sebuah pekerjaan untuk mendapatkan uang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Bahkan ada yang menjadikannya profesi guru sebagai
sebuah bisnis sehingga hal ini dapat merusak citra, fungsi dan peranan guru
yang sebenarnya (seharusnya dimuliakan, dihormati dan dihargai). Namunpun
demikian disisi lain masih dapat ditemukan seseorang yang berprofesi guru
benar-benar menjadikan dan menempatkan profesinya sebagaimana mestinya
yakni sebagai panggilan jiwa yang memang benar dengan ridha berkeinginan
untuk memberikan sumbangsihnya atas ilmu dan kemampuan lain yang
dimilikinya dan inilah sosok seseorang pengabdi pendidikan yang sebenarnya,
profil guru yang ideal. Menjadi seorang guru berdasarkan tuntutan pekerjaan
adalah suatu perbuatan yang tidak terlalu sulit, namun menjadi guru
berdasarkan panggilan jiwa itulah nantinya yang bakal menemukan berbagai
cobaan. Guru lebih banyak dituntut sebagai suatu pengabdian kepada anak
didik, tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan dengan segala usaha yang
dilakukan dari pada karena tuntutan pekerjaan ataupun materi. Yang pada
akhirnya kita akan lebih memaknai sosok seorang guru itu sebagai guru tanpa
tanda jasa.
Ketika menjadi seorang guru merupakan panggilan jiwa maka profesi
guru akan dihayati dengan sedemikian rupa, dinikmati dengan segenap
semangat pengabdian dan prestasi, serta sanggup mengalahkan godaan-godaan
profesi lain yang secara materi lebih menjanjikan. Seorang guru harus bersedia
berpikir bagaimana seharusnya sistem pendidikan dibangun dan
dikembangkan. Bila diperlukan, siap mengabdikan dirinya sebagai guru di
daerah terpencil dan mampu berprestasi, baik secara akademis maupun materi.
B. Teori Kepribadian

Menurut Philip Kotler, kepribadian adalah ciri bawaan psikologi


manusia (human psychologicl traits) yang terbedakan yang menghasilkan
tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan
lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik

4
perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi,
otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat agresif.
Hal yang berkaitan dengan kepribadian adalah konsep diri. Konsep diri yaitu
pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait
dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri. Konsep diri
merupakan inti dari kepribadian individu. Inti kepribadian berperan penting
untuk menentukan dan mengarahkan perkembangan kepribadian serta perilaku
positif individu.
Ada empat teori kepribadian yang utama, yaitu Teori Kepribadian
Freud, Teori Kepribadian Neo-Freud, Ciri (Trait Theory), Teori Konsep Diri.
Keempat teori tersebut dianggap banyak dipakai sebagai landasan teori dalam
studi hubungan antara perilaku konsumen dan kepribadian.
1. Teori Kepribadian Freud mengemukakan suatu teori psikoanalitis
kepribadian (Psychoanalitic Theory of Personality). Teori tersebut dianggap
sebagai landasan dari psikologi modern. Teori ini menyatakan bahwa
kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs) atau dorongan dari
dalam diri manusia (drive), seperti dorongan seks dan kebutuhan biologis
adalah inti dari motivasi dan kepribadian manusia. Menurut Freud,
kepribadian manusia terdiri dari tiga unsur yang saling berinteraksi, yaitu Id,
Superego, dan Ego.
a. Id adalah aspek biologis dalam diri manusia yang ada sejak lahir, yang
mendorong munculnya kebutuhan fisiologis seperti rasa lapar, haus, dan
nafsu seks. Id menggambarkan naluri manusia yang secara biologis
membutuhkan makanan, minuman, dan seks. Manusia akan secara alami
memenuhi kebutuhan tersebut untuk menghindari tensi dan mencari
kepuasan sesegera mungkin. Inilah yang disebut bahwa unsur Id akan
melakukan prinsip kepuasan (pleasure principle atau immediate
satisfaction).
b. Superego Superego adalah aspek psikologis pada diri manusia yang
menggambarkan sifat manusia untuk tunduk dan patuh kepada norma-
norma sosial, etika dan nilai-nilai masyarakat. Superego menyebabkan

5
manusia memperhatikan apa yang baik dan apa yang buruk bagi suatu
masyarakat dan perilakunya disesuaikan dengan apa yang baik menurut
lingkungan sosialnya. Superego adalan kecenderungan sifat manusia
yang selalu ingin berbuat baik sesuai dengan norma dan etika, serta
aturan-aturan yang ada di masyarakat. Superego bisa dianggap sebagai
unsur yang berfungsi untuk mengurangi atau menekan nafsu biologis (Id)
yang ada dalam diri manusia. Ketika kita berbuat kesalahan, sering kali
secara tidak sadar muncul dalam diri manusia rasa bersalah dan malu.
Inilah contoh bagaimana unsur superego bekerja menekan usnur Id,
sehingga kita tidak mengulangi perbuatan salah kembali. Id dan superego
dianggap sebagai dorongan yang tidak disadari oleh manusia.
c. Ego Unsur ketiga dari kepribadian adalah ego, yang merupakan unsur
yang bisa disadari dan dikontrol oleh manusia. Ego berfungsi menjadi
penengah antara id dan superego. Ego berusaha menyeimbangkan apa
yang ingin dipenuhi oleh id dan apa yang dituntut oleh superego agar
sesuai dengan norma sosial. Ego bekerja dengan prinsip realitas (reality
principle), yaitu ia berusaha agar manusia dapat memenuhi kebutuhan
fisiologisnya tetapi sesuai dengan aturan baik dan buruk menurut
masyarakat. Schiffman dan Kanuk (2010) mengutip pendapat para
peneliti yang menggunakan teori Freud dalam studi perilaku konsumen
dengan mengatakan bahwa motivasi (human drive) manusia sebagian
besar tidak disadari, sehingga konsumen seringkali tidak menyadari atau
tidak tahu alasan sesungguhnya mereka membeli suatu produk. Karena
itu, apa yang dibeli dan apa yang dikonsumsi oleh konsumen merupakan
gambaran dari kepribadian konsumen tersebut. Pakaian, kendaraan,
aksesoris yang konsumen pakai adalah memperlihatkan kepribadian dari
konsumen tersebut.
2. Teori Kepribadian Neo-Freud (Teori Sosial Psikologi) Beberapa pakar yang
juga rekan Freud mengembangkan suatu teori kepribadian yang disebut
sebagai Teori Sosial Psikologi atau Teori Neo-Freud. Teori tersebut berbeda
dengan Freud dalam dua hal berikut:

6
a. Lingkungan sosial yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian
manusia bukan insting manusia.
b. Motivasi berperilaku diarahkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Teori ini merupakan kombinasi dari sosial dan psikologi. Teori ini
menekankan bahwa manusia berusaha untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan masyarakat dan masyarakat membantu individu dalam
memenuhi kebutuhan dan tujuannya. Teori Neo-Freud menyatakan
bahwa hubungan sosial adalah faktor dominan dalam pembentukan dan
pengembangan kepribadian manusia.
3. Teori Ciri (Trait Theory) Teori Ciri mengklasifikasikan manusia ke dalam
karakteristik atau sifat atau cirinya yang paling menonjol. Ciri atau trait
adalah karakteristik psikologi yang khusus, yang didefinisikan sebagai
“Setiap cara yang membedakan dan relatif abadi dimana setiap individu
berbeda dari yang lain”. (Schiffman dan Kanuk, 2010). Definisi lain adalah
“Sebuah sifat (ciri) adalah karakteristik dimana satu orang berbeda dari
yang lain dengan cara yang relatif permanen dan konsisten”. (Mowen dan
Minor, 1998). Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
trait adalah sifat atau karakteristik yang membedakan satu individu dengan
individu yang lain, yang bersifat permanen dan konsisten. Menurut Loudon
dan Della Bitta (1993), teori ciri didasarkan kepada tiga asumsi, yaitu (a)
individu memiliki perilaku yang cenderung relatif stabil, (b) orang memiliki
derajat perbedaan dalam kecenderungan perilaku tersebut, (c) jika
perbedaan-perbedaan tersebut diidentifikasi dan diukur, maka perbedaan
tersebut bisa menggambarkan kepribadian individu-individu tersebut.
4. Teori Konsep Diri (Self-Concept) Menurut teori ini manusia mempunyai
pandangan atau konsepsi atas dirinya sendiri, berupa penilaian terhadap
dirinya sendiri. Dengan ini setiap individu berfungsi sebagai subjek dan
objek persepsi. Menurut Mowen, konsep diri merupakan totalitas pikiran
dan perasaan individu yang mereferensikan dirinya sebagai objek. Konsep
diri, disebut pula sebagai citra diri atau persepsi tentang diri sangat
berkaitan dengan kepribadian. Teori konsep diri memandang bahwa tiap

7
individu memiliki suatu konsep tentang dirinya yang didasari oleh siapa
dirinya (dirinya yang sebenarnya atau actual self) dan suatu konsep tentang
memandang dirinya ingin seperti siapa (dirinya yang ideal atau ideal self).
Teori konsep diri berkaitan erat dengan dua konsep kunci teori kepribadian
psikoanalitik, yaitu ego dan superego. Karena ego merupakan refleksi dari
realita obyektif seseorang, maka ia mirip dengan actual self. Sementara itu,
superego ditentukan oleh sesuatu yang seharusnya, dan karena itu
merupakan suatu refleksi dari ideal self.
C. Integritas Kepribadian
Membangun kepribadian dan karakter yang berintegritas
memungkinan orang lain untuk percaya dengan Anda. Hal itu dikarenakan,
kepercayaan adalah faktor terpenting dalam hubungan individu dengan
individu lainnya baik pribadi maupun dalam lingkup profesional seperti
lingkungan kerja. Ketika orang lain sudah mempercayaimu, Anda dapat
memberikan pengaruh lebih kepada orang tersebut. Inilah yang akan
menyatukan Anda untuk tetap menjalin hubungan dengan orang lain. Pribadi
berintegritas ialah pribadi yang mempertahankan tingkat kejujuran dan etika
yang tinggi dalam perkataan dan tindakannya sehari-hari. Pribadi berintegritas
adalah orang-orang yang kompeten, teliti dan handal dalam berperilaku, dapat
dipercaya oleh rekan kerjanya, bawahan, dan atasannya serta pihak luar.
Mereka yang berintegritas juga memperlakukan orang lain dengan adil. Untuk
membangun kepribadian yang berintegritas, ada langkah yang harus dilakukan
yaitu :
1. Membangun konsep diri positif
Memiliki pandangan dan perasaan yang positif mengenai diri sendiri
yang akan membuat seseorang menjadi manusia yang optimis dalam
menyelesaikan masalah. Kemudian merasa setara dengan orang lain,
menganggap pujian sebagai kewajaran, menyadari bahwa sebagai individu
tidak bisa menyenangkan semua orang dan memiliki kemampuan untuk
mengubah diri. Disamping itu, kunci untuk hidup dalam integritas
diantaranya adalah memiliki karakter jujur, hati yang tulus, tidak munafik,

8
tidak menyimpan kesalahan atau konflik, pandai menjaga lidah, berani
mengakui kesalahan dan bertanggung jawab terhadap komitmen yang telah
dibuat kapanpun dan dimanapun berada.
2. Melihat integritas sebagai integritas pada seluruh bagian
Menurut Henry Cloud (2006), ada enam aspek integritas, yaitu :
kemampuan terhubung secara autentik (yang mengarah pada rasa percaya),
kemampuan berorientasi pada kebenaran (yang mengarah pada penemuan
kenyataan dan bekerja sesuai kenyataan), kemampuan bekerja dengan cara
yang menghasilkan dan selesai dengan baik (yang mengarah pada
pencapaian sasaran, laba, atau misi), kemampuan terlibat dalam menghadapi
hal negatif (yang mengarah pada penyelesaian atau perubahan masalah),
kemampuan untuk berorientasi pada pertumbuhan (yang mengarah ada
peningkatan), kemampuan untuk menjadi transenden (yang mengarah pada
perluasan gambaran yang lebih besar dari diri sendiri).
3. Mengenali konsep dari integritas
Menurut Henry Cloud (2006), ada empat konsep integritas, yakni :
a. Sebagai keterampilan Integritas merupakan sebuah keterampilan yang
harus dilatih terus-menerus. Ia bukan sesuatu yang ada dalam
kepribadian seseorang. Integritas diajarkan dan dipelajari sepanjang
hidup.
b. Sebagai pedoman Integritas merupakan benchmark, rujukan atau tujuan
yang digunakan dalam membuat keputusan yang berdasarkan pada
kebenaran dan kejujuran.
c. Sebagai bangunan yang kokoh Integritas harus dibangun dan dilestarikan
sepanjang hidup. Integritas merupakan suatu bangunan di dalam hati
seseorang, dimulai ketika orang itu masih muda. Integritas harus
dipelihara terus menerus, jika tidak maka bangunan yang sudah dibuat
selama hidup dapat runtuh dalam waktu singkat dan akan hancur
berantakan.
d. Sebagai benih Integritas ibarat sebuah benih yang ditanam sejak kecil,
disirami, dan akan berbunga di saat dewasa. Semakin rajin dirawat, akan

9
lebih cepat tumbuh dan berbunga. Jika tanaman itu mati, harus segera
menanam yang baru dan disirami tiap hari. Perlu diingatkan bahwa
tanaman tidak bisa langsung berbunga, perlu waktu untuk kembali seperti
semula.
Untuk menjadi pribadi yang berintegritas tak semudah membalikan
telapak tangan. Jika ingin membangun integritas dibutuhkan usaha, kerja
keras dan merupakan suatu proses yang panjang. Hal-hal kecil akan menjadi
kebiasaan dan kebiasaan yang berubah menjadi karakter yang akan melekat
dalam diri. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjadi pribadi yang
berintegritas. Membangun integritas dapat dimulai dari hal-hal kecil yang
kita lakukan sehari-hari. Tetapi untuk menjadi pribadi yang berintegritas,
haruslah berani tampil beda dari yang lain.
D. Sikap Profesional dalam Kependidikan
Masyarakat akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu
sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaiman
guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi
arahan dan dorongan kepada siswanya, dan bagaimana cara guru berpakaian
dan berbicara serta bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota
masyarakat. Beberapa sikap kemampuan dan sikap profesional keguruan yaitu:
1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
2. Sikap terhadap organisasi profesi
3. Sikap terhadap teman sejawat
4. Sikap terhadap siswa
5. Sikap terhadap tempat kerja
6. Sikap terhadap pemimpin
7. Sikap terhadap pekerjaan.
Afriza mengemukakan bahwa sikap polos tulus hati, jujur dan terbuka
adalah modal penting menciptakan kondisi yang optimal untuk memberikan
pembelajaran pada siswa. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam
segala tindakannya tidak boleh berpura-pura dalam bersikap dan harus
bertindak apa adanya. Guru dengan segala sikap kepribadiannya sangat

10
mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku guru merupakan
stimulus yang akan direspon oleh para siswa.
Menurut Mohamad Surya dkk Pendidik yang baik, tentu saja pendidik
yang memiliki ciri-ciri yang menurut pandangan umum dianggap baik, baik
dari segi sikap, perilaku, maupun tutur kata. Berikut dapat dikemukakan ciri-
ciri sikap dan sifat guru yang baik, yaitu:
1. Tidak mudah marah Guru atau pendidik yang baik yaitu guru yang memiliki
sifat tidak marah. Ia tetap tenang dan sabar dalam menghadapi berbagai
situasi, situasi terburuk atau yang tidak menyenangkan sekalipun.
2. Menepati janji Guru atau pendidik yang selalu tepat waktu dalam mengajar
dan menepati janjinya akan berwibawa dihadapan siswanya. Tepat janji
dalam segala hal merupakan kunci adanya kepercayaan. Guru harus menjadi
orang tepat janji sebagai bagian dari pembelajaran kepada siswanya.
3. Jujur Guru atau pendidik yang jujur akan melaksanakan tugasnya dengan
tanpa mengharapkan pujian semata-mata dari manusia atau atasan. Ia akan
bekerja sepenuh hati dengan dasar keyakinan bahwa pekerjaanya akan
dimintai pertanggungjawaban dihadapan Yang Maha Kuasa, yang mustahil
akan salah menilai.
4. Disiplin Guru atau pendidik “wajib” memiliki sikap disiplin dalam
melakasanakan tugasnya. Guru yang disiplin akan dapat melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kedisiplinan akan membawa pada ketercapaian tujuan pendidikan dengan
hasil yang maksimal. Mengingat, tujuan pendidikan memiliki tujuan yang
harus dicapai secara bertahap.
5. Adil Perilaku adil, yaitu perilaku yang proposional dan selalu memihak atau
berdasarkan pada kebenaran. Guru atau pendidik yang adil akan dirasakan
menguntungkan semua siswanya karena siswa diperlakukan secara
proposional sesuai dengan tingkat kemampuan masing- masing.dengan
demikian guru atau pendidik yang adil tidak akan berbuat yang merugikan
siswanya.

11
6. Pemaaf Pemaaf artinya orang yang rela memberi maaf. Guru atau pendidik
yang pemaaf akan terbuka hatinya untuk memaafkan kesalahan siswanya. Ia
tidak akan menyimpan dendam atas kesalahan siswanya. Guru yang pemaaf
akan selalu memperbaiki dirinya dan akan selalu memandang siswanya
dengan kasih sayang, sekalipun siswanya yang melakukan kesalahan.
7. Rapi Penampilan guru atau pendidik secara fisik memang bukan segalanya,
tetapi rambut, pakaian, dan gerak-gerik guru akan selalu menjadi perhatian
siswanya. Oleh karen itu, kerapian guru dalam hal penampilan seperti
kerapian rambut dan berpakain bagian yang harus diperhatikan oleh guru.
8. Ceria Guru atau pendidik harus selalu menampilkan wajah yang ceria atau
berseri-seri. Air muka yang berseri-seri akan sedap dipandang mata. Dengan
demikian, siswa seakan berhadapan dengan orang yang sangat
disenanginya, karena memancarkan wajah yang ceria.
9. Cerdas Cerdas artinya sempurna perkembangan akal budinya. Guru atau
pendidik yang cerdas, yaitu guru yang memiliki akal budi yang sempurna,
sehingga dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, ia akan
memperdayakan seluruh potensi akal budinya dalam melaksanakan
tugasnya
10. Optimis Guru atau pendidik harus selalu memilki optimisme dalam
mendidik siswanya. Guru yang optimis selalu berpandangan baik dalam
segala hal, termasuk dalam menghadapi siswanya. Dengan demikian,
diharapkan akan terbangun jiwa optimisme pada diri siswa sebagai bekal
menghadapi tantangan di masa depan dengan penuh harapan yang lebih
baik.
11. Rajin Rajin artinya suka bekerja. Guru atau pendidik yang rajin, ia suka
bekerja dan berusaha untuk meraih keberhasilan. Guru yang rajin akan
menunjukkan ketekunannya dalam bekerja, sehingga siswa akan melihatnya
sebagai sosok yang tekun dan ulet.
12. Sabar Sabar berarti tahan menghadapi cobaan. Guru atau pendidik yang
sabar akan selalu tabah dalam menghadapi cobaan ditengah-tengah
pengulatan tugasnya. Ia tidak akan banyak mengeluh dalam menjalani

12
tugasnya. Dengan demikina, guru yang sabar akan dipandang siswanya
sebagai sosok yang tabah. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa siswa dengan mencoba meniru kesabaran gurunya.
13. Peka terhadap lingkugan Guru yang baik harus mempunyai kepekaan
terhadap lingkungan, minimal lingkungan sekolah. Kebersihan dan
kenyamanan, dan keamanan harus menjadi kepedulian guru. Termasuk
kedalam lingkungan, yaitu penghijauan di lingkungan sekolah. guru yang
peka terhadap lingkungan akan peduli terhadap keberishan, kenyaman, dan
keamanan disekolah.
14. Kreatif Guru atau pendidik yang kreatif akan selalu dapat melakukan
sesuatu meski dalam keterbatasan sarana. Guru yang kreatif akan dapat
menciptakan keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
15. Inovatif Guru yang inovatif selalu dapat membarui sesuatu yang ada. Ia
akan berbuat sesuatu dengan penuh kreasi, sehingga menghasilkan sesuatu
dengan optimal.
16. Produktif Guru yang produktif yaitu guru yang beorientasi pada keinginan
untuk selalu menghasilkan sesuatu. Dengan jiwa produktif, maka akan
dihasilkan siswa yang aktif, kreatif, dan inovatif. Guru yang produktif akan
menghasilkan pencapain hasil pembelajaran yang maksimal.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi kependidikan adalah sebuah wadah perkumpulan orang –
orang yang memiliki suatu keahlian dan keterampilan mendidik yang
dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta
dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan. Fungsi
organisasi tersebut ada 2 yaitu sebagai pemersatu dan kemampuan
peningkatan profesinal. Peran organisai keguruan dalam peningkatan kualitas
pendidikan dasar adalah Pemberi pertimbangan (advisory agency) dan
memberikan masukan-masukan pada pemerintah dalam menyusun
perencanaan pendidikan dasar. Pendukung (supporting agency) yang bersifat
pemikiran maupun tenaga ahli dalam penyelenggaraan, pembinaan, dan
pengembangan pendidikan dasar serta memberikan perlingdungan hukum
terhdap guru dalm melaksanakan profesinya maupun dalm tugas pengabdian
kepada masyarakat.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang sintak.

14
DAFTAR PUSTAKA
Alzano, Alfi. 2015.” Efektivitas Program Sertifikasi Guru Dalam Meningkatkan
Mutu Hasil Pendidikan (Studi pada SMK Negeri 2 Batusangkar)”. Skripsi.
Bandung. Program Sarjana Unpad.

Chairiah, Siti. 2010. “Efektivitas Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Dalam Menunjang Profesionalisme Guru (Studi Kasus Pada Guru Smp
Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang – Banten).”. Skripsi
Program Studi Ki-Manajemen Pendidikan . Jakarta. Fakultas Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah

Danil, Deden. 2009. “Upaya Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan


Prestasi Siswa di Sekolah (Study Deskriptif Lapangan di Sekolah Madrasah
Aliyah Cilawu Garut)”. Garut: Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol.
3,No. 1. Danim, Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.

Mustofa. 2007. “Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru di Indonesia”.


Yogyakarta: Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol. 4,No. 1.

Pahrudin. 2015. “Peningkatan Kinerja dan Pengembangan Profesionalitas Guru


Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia”. Surakarta:
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Ekonomi dan Bisnis.

Wau, Yasaratado. 2014. Profesi Kependidikan. Medan: Unimed Press

15

Anda mungkin juga menyukai