KIBLAT.NET, Poso – Setelah kasus pembunuhan Yuyun, minuman keras kembali menjadi biang
kejahatan. Kali ini dunia pendidikan di Poso Sulawesi Tengah tercoreng dengan beredarnya video
asusila yang dilakukan sepasang pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Poso Pesisir
Selatan di Desa Patiwunga. Sepasang pelajar ini melakukan hubungan perzinahan di sebuah
bangunan yang terbuka dengan disaksikan oleh setidaknya 3 teman-teman laki-laki lainnya
sekitar tanggal 21 April 2016 silam. Kuat dugaan para pelajar itu dalam kondisi mabuk saat
melakukan aksi tidak senonoh tersebut. Dua orang pelajar yang diketahui berinisial NV, laki-laki
pelajar kelas 2 dan PK, perempuan pelajar kelas 3 di SMA Negeri 1 Poso Pesisir Selatan itu nekat
melakukan perzinahan dengan disaksikan oleh pelajar lainnya. Dua pelajar menjadi penonton,
seorang lainnya mengarahkan layaknya sutradara sekaligus mengambil gambar video yang
diduga dilakukan dengan perangkat telepon genggam.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Poso Pesisir Selatan, Yusran Kalape mengaku sangat terpukul
dengan aksi para siswanya yang rata-rata pindahan dari sekolah lain. Mereka diketahui
berkumpul di lokasi itu karena sudah tidak ada lagi mata pelajaran setelah mengikuti pelaksanaan
Ujian Nasional. Yusran mengatakan kasus tersebut telah diselesaikan secara internal oleh pihak
sekolah dengan memanggil siswa-siswa yang terlibat berikut orang tua dari masing masing siswa
yang terekam dalam video tersebut.
Siswa perempuan berinisal PK diketahui telah lulus dari Ujian Nasional dan rencananya akan
melanjutkan pendidikan ke daerah lainnya, sedangkan siswa berinisial NV memilih pindah ke
sekolah lain di wilayah Kabupaten Poso karena malu setelah video itu tersebar. Adapun 3 pelajar
lainnya juga diketahui telah lulus Ujian Nasional tahun ini. Kepada Kiblat.net Yusran
mengungkapkan bahwa para pelajar yang terlibat di dalam kasus itu dalam kondisi mabuk. “Satu
persatu saya tanya, ternyata mereka minum. Saya kurang jelas, apakah minuman mereka
bermerek atau cap tikus (arak), yang jelas mereka mengaku mabuk,” kata dia. Sementara itu
Dinas Pendidikan Kabupaten Poso Sulawesi Tengah sejauh ini belum memberikan pernyataan
terkait beredarnya video asusila yang melibatkan sepasang pelajar SMA Negeri 1 Poso Pesisir
Selatan tersebut. Namun kasus ini harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah terkait
pendidikan di wilayah Poso, untuk mencegah agar kasus memalukan seperti itu tidak kembali
terulang di masa yang akan datang.
MABUK-MABUKAN, SEMBILAN REMAJA DI DAERAH INI DIAMANKAN
JawaPos.com – Jajaran Polsek Tapin Utara, Kalimantan Selatan mengamankan sembilan remaja
di kawasan Rantau Baru dan Lapangan Basimban Rantau. Mereka ditangkap karena ketahuan
mengonsumsi minuman keras dan ngelem Fox, Jumat (4/8) sekitar pukul 22.00 Wita.
Adapun sembilan remaja tersebut antara lain berinisial AY (15), MGR (16), LM (14), MFA(15),
MHF (15), FA (13), MI (15), AW (16) dan W (17), yang semuanya adalah warga Tapin.
Ihwal adanya penangkapan terhada[ sembilan remaja ini bermula dari kegiatan anggota Polsek
Tapin Utara. Saat berpatroli dan sampai di dua TKP, aparat kepolisian melihat sekumpulan
remaja sedang bersantai. Aparat langsung melakukan penggeledahan. Ternyata mereka sedang
berpesta minuman keras dan lem Fox. Para remaja ini akhirnya digiring ke Mapolsek Tapin
Utara. Terkait penangkapan terhadap sembilan remaja tersebut, Kapolsek Tapin Utara Iptu
Salahudin Kurdi mengatakan, para remaja yang ditangkap telah dibawa pihaknya ke kantornya.
“Mereka langsung kami berikan pembinaan,” ucapnya, Minggu (6/8) seperti dilansir Radar
Banjarmasin (Jawa Pos Group). Untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja tersebut terulang,
ia mengimbau kepada warga untuk mengawasi kegiatan anak-anaknya agar tak tak mengikuti
pergaulan bebas yang merugikan keluarga. “Supaya anak-anak tidak mencari kesenangan dengan
cara yang salah,” tukasnya.
JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi menetapkan seorang tersangka dalam kasus pembajakan film
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part I. Dirkrimsus Polda Metro Jaya Kombes M. Fadil
Imran mengatakan, tersangka tersebut adalah perempuan 31 tahun berinisial P. Adapun P
diketahui menyiarkan atau streaming film Warkop DKI ke aplikasi Bigo Live. Film yang
disiarkannya itu adalah film yang direkam dengan ponsel ketika P menonton di bioskop. "Pelaku
ini merekam film secara langsung di bioskop ketika menyaksikan film tersebut di bioskop
Ambarukmo Plaza," kata Fadil di Mapolda Metro Jaya, Selasa (27/9/2016). Kepada polisi, P
mengatakan bahwa ia tak tahu aksinya ini melanggar hukum. P juga mengaku ia hanya iseng
mengunggah film itu ke dunia maya. "Akan kami dalami lagi apakah yang bersangkutan ada
keuntungan ekonomi atau keuntungan lainnya," kata Fadil. P diamankan di kediamannya di
Jakarta pada Senin (26/9/2016). Kendati demikian, polisi tidak menahan P. Ia hanya diwajibkan
melapor dan memenuhi panggilan penyidik. "Pelakunya tidak kita tahan dengan pertimbangan
berkas perkara kita lanjutkan. Dia kooperatif, dan sudah meminta maaf," kata Fadil. Kuasa
hukum Falcon Picture, Lydia Wongso, mengucapkan terima kasih kepada jajaran Direktorat
Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Ia memperingatkan agar hal serupa tidak diulangi.
Lydia mengatakan, Falcon Picture maupun mereka yang berkecimpung di dunia perfilman, tidak
akan segan untuk melaporkan aksi semacam ini ke polisi. "Yang lain sudah meminta maaf dan
kita kejar. Karena ini dari film kita pertama kali (pembajakan) online. Proses hukum kita tidak
bisa hindari meski sudah meminta maaf," kata Lydia. Pelaku dijerat dengan Undang-undang Hak
Cipta serta Pasal 48 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE). Ancaman hukumannya, 10 tahun penjara dan denda paling banyak Rp 4 miliar.
PEMBERONTAKAN GERAKAN ACEH MERDEKA (GAM)
adalah sebuah organisasi (yang dianggap separatis) yang memiliki tujuan supaya daerah Aceh
atau yang sekarang secara resmi disebut Nanggroe Aceh Darussalam lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan
ini telah berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15.000 jiwa.
Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM
dipimpin oleh Hasan di Tiro yang sekarang bermukim di Swedia dan berkewarganegaraan
Swedia.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap perundingan di Vantaa,
Finlandia. Mantan presiden Finlandia Marti Ahtisaari berperan sebagai fasilitator.
Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil
mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota
kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian selanjutnya
dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan
lima negara ASEAN dan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di antara poin
pentingnya adalah bahwa pemerintah Indonesia akan turut memfasilitasi pembentukan partai
politik lokal di Aceh dan pemberian amnesti bagi anggota GAM.
Seluruh senjata GAM yang mencapai 840 pucuk selesai diserahkan kepada AMM pada 19
Desember 2005. Kemudian pada 27 Desember, GAM melalui juru bicara militernya, Sofyan
Daud, menyatakan bahwa sayap militer mereka telah dibubarkan secara formal.