Anda di halaman 1dari 6

Berbuat Asusila 2 Guru Dicopot

Selasa, 10/4/2012 | Oleh uploader | BOYOLALIDianggap melakukan perbuatan asusila, dua guru di Boyolali dicopot dari jabatan mereka lalu dipindahtugaskan. Sanksi penonjoban dan alih tugas dari jabatan fungsional ke struktural bagi kedua tenaga pendidik itu datang dari Bupati Boyolali. Kedua guru tersebut adalah EH, guru di sebuah SMP di Kecamatan Sambi serta SI, Kepala SD di Kecamatan Ampel. Keduanya diberhentikan dari jabatan mereka sebagai tenaga pengajar dan beralih menjadi staf biasa. EH dipindah menjadi staf biasa di Kecamatan Juwangi. Sedangkan SI juga menjadi staf di Kecamatan Selo. Keputusan Bupati ini berlaku per bulan Februari lalu, papar Kabid Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Boyolali, Bambang Hermanto, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (9/4). Dijelaskan Bambang, kedua PNS yang melakukan tindak asusila itu tidak hanya dinonjobkan, tetapi tunjangan sertifikasi keduanya pun dihapuskan. Selain itu, masa pensiun mereka dipersingkat. Hamili Murid Menurutnya, dua abdi negara ini terbukti melanggar PP No 53/2010 tentang Disiplin PNS. Mereka ditindak setelah adanya laporan dari masyarakat ataupun Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga (Dikpora). Sanksi yang dijatuhkan kepada PNS yang melanggar ada tingkatannya. Akan tetapi, apa yang mereka lakukan masuk kategori pelanggaran berat. Mereka juga mencederai citra PNS sebagai abdi negara serta Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang harusnya jadi contoh siswanya, tambahnya. Ditambahkan Kasubid Pembinaan BKD, Yoga Nugroho, guru berinisial EH, warga Simo ini terlibat kasus tindak asusila, yaitu mencabuli siswanya yang masih di bawah umur. Guru kesenian itu bahkan menyebabkan korban hamil. Sebelumnya ia telah diperiksa baik oleh tim Inspektorat maupun BKD Boyolali. Dari hasil pemeriksaan, pelaku mengakui perbuatannya tersebut. Dikatakan, yang bersangkutan pernah melakukan hubungan badan dengan korban lebih dari sekali di beberapa tempat, jelasnya. Sedangkan SI kedapatan berlaku amoral dengan staf pengajar di sekolahnya. Perbuatan itu dilakukan berulang kali selepas kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Aksi as usila keduanya sempat direkam dengan kamera handphone oleh masyarakat setempat karena mereka merasa resah dengan kelakuan guru-guru ini. Perbuatan tidak terpuji ini kemudian dilaporkan tokoh masyarakat setempat ke instansi terkait. Selain itu, perbuatannya itu sudah mencederai korps PNS maupun PGRI sebagai tenaga pendidik yang seharusnya menjadi panutan. Farida Trisnaningtyas/JIBI/SOLOPOS

Video Asusila Disebar, Murid Polisikan Guru Penulis : Kontributor Probolinggo, Ahmad Faisol | Senin, 4 Juni 2012 | 23:09 WIB Dibaca: 5909 Komentar: 0 |

Share:

Ahmad Faisol Seorang siswi yang baru lulus dari SMP Negeri 1 Sumbermalang, Situbondo (kiri), Senin (4/6/2012), mendatangi Mapolres Situbondo untuk melaporkan gurunya yang menyebar video asusila terhadap dirinya. SITUBONDO, KOMPAS.com Gara-gara menyebarkan video asusilanya dengan siswi kelas III SMP Negeri 1 Sumbermalang, oknum guru SD Negeri 2 Desa Baderan, Kecamatan Sumbermalang, Situbondo, Jawa Timur, dilaporkan ke Polres Situbondo. Siswi yang masih berusia 14 tahun itu melaporkan pelaku berinisial T (23), warga Desa Tlogosari, Kecamatan Sumbermalang, karena telah menyebarkan video seronok berdurasi sekitar 48 detik itu yang direkam sendiri guru olahraganya di tempat korban bersekolah tersebut. Adegan itu direkam menggunakan kamera ponsel milik T sekitar awal Mei 2012 di rumah paman korban saat T menjenguk korban yang sedang sakit. "Saya baru tahu video mesum itu disebar oleh guru olahraga, itu pun setelah diberitahu teman sekolah SMP saya. Video itu disebar setelah saya menolak diajak bercumbu kembali oleh pelaku karena sebelumnya guru olahraga itu mengancam untuk menyebar video itu," kata korban dengan didampingi orangtuanya saat melaporkan kasus penyebaran video itu ke Polres Situbondo, Senin (4/6/2012). Begitu mengetahui video tersebut tersebar, siswi yang baru lulus SMP ini langsung melaporkan kepada pamannya. Paman korban langsung melaporkan tentang penyebaran video itu kepada orangtua korban yang tinggal di Desa Taman Sari, Kecamatan Sumbermalang. Kasubag Humas Polres Situbondo Ajun Komisaris Besar Mardjuki membenarkan adanya laporan tentang penyebaran video asusila yang dilakukan oknum guru tersebut. Saat ini kasus itu sudah ditangani penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Situbondo. Polisi juga akan memintakan segera visum et repertum ke dokter untuk mendalami kasus tersebut.

"Jika terbukti, nanti terlapor dapat dijerat dengan UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Ancaman hukumannya maksimal 6 tahun penjara," kata Mardjuki. Ia menambahkan, terlapor juga dapat dianggap melanggar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebab korban masih di bawah umur. Editor : Laksono Hari W Dispen Wajo Serahkan Kasus Asusila Guru ke Polisi Tribun Timur - Rabu, 6 Juni 2012 16:03 WITA More Sharing ServicesShare | Share on facebook Share on myspace Share on google Share on twitter
Berita Terkait

Kasus Tanah, Keturunan Andi Idjo Laporkan Kapolda Pengendara di Jl Masjid Raya Nekat Melanggar Depan Kronologis Komandan Polisi Selingkuhi Istri Anak Buah Dipenda Sulsel Minta Penambahan Bagi Hasil Jasa Raharja Polisi Ciduk Pelaku Teror Bom Via SMS Polisi Pidanakan Pengendara yang Parkir di Bahu Jalan Selingkuhi Istri Bawahan, Perwira Polres Bulukumba Jangan Gunakan Simbol Agama untuk Berantas Teroris! Siapakah Iptu BS, Perwira Polisi di Bulukumba yang Perwira Polisi di Bulukumba Selingkuhi Istri orang

TRIBUN-TIMUR.COM, WAJO - Oknum guru yang mencabuli mantan siswinya dan videonya beredar di kalangan masyarakat, terancam dipecat. Kepala Dinas Pendidikan Wajo Jasman Juanda mengatakan, Jumadi merupakan guru yang pernah terpilih sebagai guru berprestasi di Wajo. Ditambahkan, mengenai sanksi indisipliner terhadap guru bersangkutan, diserahkan sepenuhnya ada proses hukum. Kita persilahkan proses hukum dulu yang jalan. Nant kita liat apakah diberikan sanksi atau pemecatan, ujarnya. Akibat dari perbuatan pelaku, Warga Desa, Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo merusak rumah Jumadi hingga menhadi puing. Puing kayunya rumah oknum guru tersebut kemudian dibawa masyarakat ke dua lapangan untuk dibakar. Dari hasil pemeriksaan penyidik Polres Wajo, tersangka Jumadi (51) mengakui dirinya sebagai pemeran dalam video tersebut. Tidak hanya dia, pasangannya dalam vidoe tersebut berinisial ST yang diketahui pernah duduk di sekolah menengah atas negeri di Kecamatan Belawa ini, juga mengakui perlakuan mantan gurunya tersebut. Hanya saja perbuatan oknum guru tersebut baru disadarinya setelah adegan layaknya

hubungan suami istri selesai karena rasa sakit pada bagian alat vitalnya. "Tersangka dijerat dengan pasal berlapis. Tersangka diduga keras melakukan perbuatan pidana," ungkap penyidik Polres Wajo Brigadir Imran, Rabu (6/6/2012) saat dihubungi.(*) Penulis : Mahyuddin Editor : Ridwan Putra Seorang Guru di Jaktim Paksa Murid Lakukan Oral Seks Penulis : Fabian Januarius Kuwado | Kamis, 28 Februari 2013 | 20:34 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang siswi kelas III salah satu SMA negeri di Matraman, Jakarta Timur, menjadi korban pelecehan seksual oleh gurunya berinisial T (46). Dengan menggunakan sejumlah ancaman, siswi berinisial MA itu dipaksa oleh T untuk melakukan oral seks sebanyak empat kali. MA menuturkan, peristiwa amoral itu pertama kali dilakukan pada 26 Juni 2012. T yang merupakkan wakil kepala sekolah sekaligus guru Biologi tersebut mengajak MA bertemu di suatu tempat dengan alasan membicarakan urusan sekolah. Namun, MA malah dibawa ke area wisata di Jakarta Utara dan dipaksa melampiaskan nafsu bejatnya. "Sampai sana jam 18.30 WIB. Mobilnya disimpan di tempat parkir yang gelap. Saya dipaksa untuk melakukan oral seks sama dia," ujar MA kepada wartawan di kediamannya yang tidak jauh dari sekolahnya, Kamis (28/2/2013) sore. Setelah pulang dari sana, putri pertama dari dua bersaudara itu diturunkan di suatu tempat dekat dengan rumahnya dan diberi uang tunai Rp 50.000 untuk ongkos pulang. Tak berhenti sampai di situ, satu bulan kemudian, sang guru kembali mengajak MA bertemu di tempat yang sama dan dengan modus yang sama pula. T pun memaksa MA kembali melakukan oral seks di dalam mobil Toyota Avanza miliknya itu. Lagi-lagi T memberikan uang Rp 50.000 untuk ongkos MA kembali ke rumah. Seminggu kemudian, T kembali mengajak MA bertemu. Tanpa disangka, MA dibawa ke sebuah restoran bakmi di daerah Sentul, Bogor, Jawa Barat. Berbeda dari sebelumnya, kali ini T menyertai aksinya dengan bujuk rayu dan iming-iming. Mulai dari mengajak makan, nonton film di bioskop, hingga an belanja di mal. "Tapi saya tolak semua. Saya teriak minta pulang karena sudah malam. Akhirnya diparkir lagi di tempat gelap, dia maksa melakukan itu lagi. Pas pulang dikasih uang lagi Rp 50.000," tutur MA. Tak berhenti di situ, tiga hari kemudian T memaksa MA melakukan oral seks di rumahnya sendiri di Bekasi, Jawa Barat. T mengelabui istrinya, yang diketahui tengah hamil, untuk mencuri waktu menjemput MA. T membawa MA ke rumahnya secara sembunyi-sembunyi dengan menyuruh MA bersembunyi di bagasi agar tak diketahui oleh para tetangganya. Untuk masuk ke dalam rumah, MA pun diminta masuk melalui pintu samping. MA terkejut karena kamar T nampaknya telah dipersiapkan betul untuk melancarkan aksi bejat tersebut. T pun kembali

memaksa MA melakukan oral seks di kamarnya dan memulangkannya ke rumah korban dengan modus yang sama persis seperti tiga kejadian sebelumnya. MA mengaku tidak bisa melawan tindakan bejat sang guru sebab T selalu mengancam akan mempersulit dikeluarkannya nilai kelas dan ijazah sekolah jika korban memberitahukan peristiwa itu ke orang lain. MA pun mengaku takut dan tak berani menceritakan peristiwa memalukan tersebut kepada siapa pun. Namun, setelah tekanan batin dalam dirinya cukup berat, ia pun terpaksa menceritakan aksi T pada seorang guru lainnya di sekolah tersebut. Setelah sang guru itu melakukan koordinasi dengan orangtua korban, mereka memberanikan diri untuk melaporkan aksi amoral pelaku ke Polda Metro Jaya pada 9 Februari 2013. Korban juga telah melakukan visum psikologis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tiga hari setelah laporan. Hingga kini, penyelidikan telah memasuki panggilan kedua saksi dan korban. "Saya mau ini enggak terulang lagi, baik sama saya atau pun sama adik-adik kelas saya," ujarnya. Editor : Laksono Hari W

Polisi Telusuri Kasus Guru Oral Seks Siswi Penulis : Robertus Belarminus | Jumat, 1 Maret 2013 AKARTA, KOMPAS.com Pihak kepolisian saat ini tengah melakukan penyelidikan kasus tindak asusila yang dilakukan seorang wakil kepala sekolah di wilayah Jakarta Timur berinisial T terhadap korbannya yang merupakan siswinya sendiri berinisial MA (17). Penyelidikan tersebut dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap saksi dan bukti yang mendukung kasus tersebut. "Dari penyidik sudah memeriksa dua orang, yakni saksi korban dan guru BP sekolah tersebut. Dan dari keduanya memang membenarkan kejadian itu," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, di Mapolda Metro Jaya, Jumat (1/3/2013). Menurut Rikwanto, untuk mendukung keterangan dari saksi korban dan juga guru BP sekolah tersebut, polisi masih memerlukan bukti-bukti yang bisa dikumpulkan dengan melakukan pemeriksaan di empat lokasi tempat T melakukan perbuatan asusilanya itu. Penyidikan tersebut nantinya dilakukan di Ancol, Jakarta Utara, di Sentul Bogor, Jawa Barat, dan di rumah oknum guru tersebut di Bekasi, Jawa Barat, sesuai keterangan korban. "Penyidik akan mengumpulkan bukti-bukti di empat tempat itu. Nanti korban diminta menunjukkan tempatnya saja," ujar Rikwanto. Seperti diberitakan sebelumnya, terungkapnya kasus tersebut bermula saat MA sudah tak tahan lagi untuk menceritakan aibnya. Seorang guru berinisial Y pun menjadi tempat curhat pertamanya. Y kemudian berkoordinasi dengan keluarga korban dan akhirnya mereka memberanikan diri melaporkan aksi amoral pelaku ke Polda Metro Jaya, 9 Februari 2013. Saat ini, polisi masih mengumpulkan bukti-bukti pendukung kasus itu. Editor :

Hertanto Soebijoto

Anda mungkin juga menyukai