Anda di halaman 1dari 3

INI SOSOK Dua Pelajar SMK yang Tega Membunuh Sopir

Taksi Online

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ratusan pengemudi angkutan online mendatangi


Polrestabes Semarang, Selasa (23/1). Mereka ingin menyaksikan secara langsung dua
pembunuh sopir taksi online yang mayatnya ditemukan diJalan Cendana Selatan IV,
Sambiroto, Tembalang, Sabtu (20/1) lalu.

Ada dua tersangka yang berhasil diringkus kepolisian Senin (22/1) malam. Mereka ialah DIR
dan dan IBR yang masih berusia 16 tahun. IBR (15) warga Barusari, Semarang Selatan dan
DIR (15) warga Kembang Arum, Semarang Barat

Dua remaja itu merupakan satu kelas di SMKN 5 Semarang. Keduanya dihadirkan dalam
jumpa pers yang digelar Polrestabes Selasa siang kemarin. Sekitar pukul 10.30, keduanya
dihadirkan di hadapan publik. Dengan mengenakan topeng hitam mereka tampak berjalan
tegap. Ratusan pengemudi transportasi online kemudian berteriak-teriak meminta topeng
yang menutupi wajah pelaku dibuka.

Namun permintaan itu tidak diladeni karena keduanya masih berusia di bawah 17 tahun.
Kepada polisi, dua remaja itu mengaku tega melakukan penggorokan dan mengambil mobil
karena menunggak SPP.
Meski demikian, Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Abioso Seno Aji menyatakan masih
mendalami motif dari pelaku. Ia juga sudah mengundang orangtua keduanya.

"Orangtuanya mampu, dan mengaku rutin memberikan uang SPP, nah ini nanti akan kami
kembangkan, karena keduanya saat ini ketika diinterogasi masih saling melempar," jelang
Abioso. Hal itu juga tercermin saat keduanya ditanyai siapa yang melakukan eksekusi
terhadap sopir taksi online bernama Deni Setiawan. DIR dan IBR saling tunjuk meski
diinterogasi di ruang terpisah.

Dari hasil pemeriksaan diketahui pelaku melakukan order pada hari Sabtu (20/1) pukul 20.00
dari rumah IBR di daerah Lemah Gempal, Semarang Selatan. Keduanya pesan taksi online
dengan tujuan Sambiroto, Tembalang.

"Sesampai di depan Citra Grand mereka eksekusi, satu duduk di samping sopir, satu di
belakang, yang di depan bertugas mengajak ngobrol, yang belakang eksekusi," imbuh pria
yang akrab disapa Abi tersebut.
Ia menjelaskan posisi korban tidak bisa berbuat banyak dan melakukan perlawanan karena
sedang menggunakansafety beltdan konsentrasi mengemudi.Usai mengeksekusi keduanya
lalu mengambil identitas dan segala barang milik korban kemudian membuang jasadnya di
Jalan Cendana Selatan IV, Sambiroto, Tembalang.

"Dipilih lokasi itu karena ayah IBR ini tinggal di sana, jadi dia menganggap tahu beberapa
lokasi sepi di sana," bebernya.Setelah itu keduanya kemudian pulang mengganti baju yang
penuh bercak darah dan menempatkan mobil di Jalan HOS Cokroaminoto. "Maksudnya
ditaruh di sana untuk mendinginkan mobil, dalam artian saat suasana lebih kondusif akan
diambil lagi, begitu juga handphone korban ditanam di daerah Banjir Kanal Barat (BKB)
diberi tanda dengan bambu," ungkapnya. Tanda itu dipasang karena keduanya berencana
akan kembali mengambil handphone (Hp) tersebut untuk dijual. Kontak mobil, dan dompet
korban dibawa tersangka IBR disimpan di rumahnya, sedangkan dua hanphone milik korban
dibawa DIR dan kemudian ditanam di Banjir Kanal Barat.

Dari hasil pengembangan sementara, keduanya diperkirakan sudah merencanakan aksinya


jauh-jauh hari sebelumnya. Hal itu karena diketahui, ia sempat mengejak kawan lainnya
untuk beraksi.
"Awalnya ada tiga orang lagi yang diajak utuk melakukan tindakan ini, tapi katanya nggak
mau dan nggak berani, lalu beraksilah keduanya," jelas pria yang akrab disapa Abi tersebut.

Karena memenuhi unsur perencanaan keduanya akan dijerat dengan pasal 340, 338, dan 365
KUHP dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup. Meski demikian karena
usia keduanya masih di bawah umur maka diperkirakan hukumannya akan lebih ringan.

Kepala SMKN 5 Semarang, Suharto mengaku tidak menyangka jika dua siswanya tega
melakukan perbuatan tersebut. Terlebih keduanya tidak pernah membuat catatan pelanggaran
di Sekolah.

Menurutnya, satu pelanggaran yang dibuat adalah Senin (22/1) lalu keduanya terlambat
datang ke sekolah. Setelah membunuh orang pada hari Sabtu (20/1), DIR dan IBR memang
masih sempat kembali ke sekolah.
"Ya belajar seperti biasa, pulang juga sesuai waktunya tidak ada yang mencurigakan," beber
Suharto.

Soal SPP yang dijadikan alasan kedua siswanya untuk membacok dan merampas mobil
korban, ia pun menyangsikan. Sebab, soal SPP menurutnya tidak ada kendala terlebih pelaku
dari keluarga mampu.
Suharto menjelaskan, soal pembayaran sekolah jika pun tidak mampu bisa disesuaikan
dengan kemampuan hanya dengan komunikasi.

"Infonya orangtua sudah ngasih, cuma dari catatan sekolah memang baru dibayarkan
sejumlah Rp 510 ribu dari total Rp 1 juta, tapi pembayarannya tidak ada patokan harus bulan
ini atau kapan, ada kelonggaran," tandasnya.

Senada dengan Suharto, Adi Prasetyo ketua RT 5 RW 4 Jalan Lemah Gempal 5, tempat
tersangka IBR tinggal juga menyatakan keseharian remaja itu tidak tampak seperti anak
nakal.

"Saya terkejut sekali mendengar kabar ini, anak kemarin sore yang saya lihat bermain di jalan
sudah tega melakukan perbuatan seperti itu," jelas Adi.

IBR diduga kuat sebagai pelaku yang melakukan eksekusi terhadap Deni Setiawan. Barang
bukti belati sepanjang 30 cm yang digunakan menggorok adalah miliknya dan ia simpan di
rumah.
ANALISIS

 Kenapa hal tersebut dapat terjadi?


Jawaban: Kasus tersebut terjadi karena pelaku mengaku nekat merampok untuk
membayar uang sekolah (SPP). Tetapi setelah diselidiki, latar belakang pelaku berasal
dari orang tua yang cukup berada.

 Cara menghindari / meminimalisir hal tersebut?


Jawaban: Hal dapat terjadi karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.
Dalam kasus ini, peran orang tua sangat penting dalam membimbing anaknya serta
menjaga kesehatan mental anaknya. Di usia yang masih sangat muda itu, mental anak
tentunya masih belum teratur. Mereka cederung mengikuti emosi dan ego ketimbang
memikirkan apa dampak yang akan mereka dapatkan dari tindakan yang mereka lakukan.
Maka, cara untuk menghindari hal tersebut adalah orang tua harus memberi perhatian
lebih ke anak-anaknya dan selalu membimbing mereka di setiap tindakan yang mereka
lakukan.

Anda mungkin juga menyukai