Kapolda DIJ Brigjen Pol Ahmad Dofiri mengatakan, kasus penusukan bermula
hanya karena ketersinggungan para pelaku yang merasa diumpat dengan kata-kata
kasar oleh korban saat berpapasan di Simpang Empat Amongrogo. Setidaknya, hal itu
berdasarkan hasil pemeriksaan sementara terhadap para pelaku. Merasa diejek, lanjut
Dofiri, para pelaku tersulut emosi, kemudian berbalik arah mengejar korban. ”Tanpa
perkataan lain, pelaku langsung membacokkan celurit ke tubuh korban,” jelas Dofiri di
Mapolresta Jogja kemarin. Dikatakan, setiap berkeliling kota gerombolan pelaku
memang selalu membawa senjata tajam yang sengaja disiapkan untuk melawan
kelompok lain.
Menurut perwira tinggi Polri kelahiran Jawa Barat, kasus kekerasan di Jalan
Kenari berbeda dengan yang terjadi di Bantul beberapa waktu lalu. Kasus di Bantul
adalah perkelahian kelompok pelajar dari dua sekolah, sedangkan peristiwa di Jalan
Kenari murni konflik dua kelompok yang tidak saling mengenal. ”Dua kelompok ini
bukan geng sekolah. Mereka kumpulan para pelajar dari berbagai sekolah,” jelas
jenderal bintang satu itu. Meski sebagian pelaku masih tergolong di bawah umur, Dofiri
menegaskan tetap akan menerapakan hukuman sebagaimana mestinya. Mereka dijerat
pasal 338 dan 340 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman lebih dari
tujuh tahun. “Hukuman ini untuk memberi efek jera bagi pelaku kekerasan oleh pelajar.
Termasuk geng sekolah,” tegasnya. Diungkapkan, beberapa eksekutor klithih yang
masih di bawah umur nekat melakukan tindakan tersebut atas dorongan dari para
senior. Sebab, para senior masih berpikiran bahwa para pelaku kejahatan di bawah
umur akan mendapatkan keistimewaan. Misalnya, diversi atau istilahnya dikembalikan
kepada orang tua. ”Kalau sudah tindak kejahatan serius apalagi ancaman hukuman di
atas tujuh tahun aparat bisa langsung menangkap, menjebloskan ke penjara, dan
langsung proses pengadilan,” tandas mantan Kapolresta Jogja itu. Nah, terkait kasus
Jalan Kenari, penyidik masih akan mendalami kemungkinan eksekutor pembunuh Ilham
juga bertindak akibat suruhan senior.
Di bagian lain, operasi klithih juga dilakukan jajaran Polres Bantul. Senin (13/3)
malam aparat menangkap sepuluh remaja yang membawa senjata tajam. Tiga di
antaranya masih di bawah umur. Mereka diringkus saat nongkrong sambil menenggak
minuman beralkohol di kawasan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Sorowajan,
Banguntapan. Kesepuluh remaja tanggung itu langsung digelandang ke Mapolres
Bantul. Dari tangan mereka polisi mengamankan pedang, pisau, dan potongan besi.
“Mereka berasal dari berbagai daerah, seperti Sleman, Kota Jogja, dan Bantul,” ungkap
Kapolsek Banguntapan Kompol Suharno kemarin. Tak hanya sampai di situ, polisi juga
menelusuri asal-usul minumah beralkohol yang dikonsumsi para remaja tersebut. Dari
pemeriksaan, mereka memperoleh barang haram itu dari seorang penjual di wilayah
Sorowajan. “Pria berinisial Sb dari Sindumartani, Ngemplak, Sleman ini langsung kami
periksa. Kami juga menyita 24 botol minuman beralkohol,” ucapnya.
Sumber : https://www.radarjogja.co.id/cah-klitih-pembacok-ilham-7-dibekuk-2-buron/