Anda di halaman 1dari 4

DAMPAK TRAUMATIS REMAJA KORBAN TINDAKAN KEKERASAN SEKSUAL

DOSEN PENGAMPU: NOVA SONTRY SIREGAR SKM,Mkes

DISUSUN OLEH: ASRI SIMATUPANG

NIM:2115003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU


DOLOKSANGGUL
JL.BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
T.A 2022/2023
CONTOH KASUS

Seorang remaja putri berusia 13 tahun diduga menjadi korban pemerkosaan empat orang di
Hutan Kota, Jakarta Utara. Ironisnya semua pelaku masih di bawah umur.Pihak kepolisian telah
menangkap keempat terduga pelaku kekerasan seksual terhadap korban. "Pelaku sudah
diproses," kata Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran saat dikonfirmasi, di Jakarta,
Sabtu, 17 September 2022, Fadil mengatakan para pelaku berstatus anak di bawah umur,
sehingga kepada mereka tidak dilakukan penahanan, tapi dititipkan di Selter Khusus Anak
Berhadapan dengan Hukum (ABH) di Cipayung, Jakarta Timur. "Pelakunya anak. Saat ini
diamankan di Selter ABH Cipayung," ujar Fadil.

PERMASALAHAN

KARENA CINTA DI TOLAK

Kepala Polres Jakarta Utara Komisaris Besar Wibowo mengatakan pihaknya sudah memeriksa
para pelaku dan mengungkap motif dugaan pemerkosaan ini, yaitu karena korban menolak
penyataan cinta salah seorang dari mereka."Memang begitu, korban ini sedang pulang sekolah
ketemu empat orang ini karena salah satu dari mereka pernah ditolak cintanya oleh si korban,"
kata Wibowo.Ia menjelaskan kasus ini terjadi Hutan Kota Rawa Malang, Semper Timur,
Cilincing, Jakarta Utara pada 1 September lalu sekitar pukul 17.30 WIB. Polisi mendapat laporan
kasus ini pada 6 September 2022 dan menangkap pelaku hari itu juga.
Setelah ditangkap, kata Wibowo,mereka tidak dipulangkan, namun dititipkan ke Selter Anak
Berhadapan Hukum di Cipayung, Jakarta Timur karena tidak bisa dilakukan penahanan sesuai
Pasal 32 UU SPPA( Sistem Peradilan Pidana Anak).
Diproses Sesuai Sistem Peradilan Anak

Kapolres Jakarta Utara Komisaris Besar Wibowo mengatakan pihaknya menangani dugaan kasus
kekerasan seksual di Hutan Kota Jakarta Utara ini sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA). Sebabnya ia tidak bisa menahan pelaku karena
belum genap berusia 14 tahun."Jadi, perlu saya tegaskan di sini bahwa kami tetap memproses
lanjut kasus ini. Namun, terkait penahanan terhadap anak ini diatur dalam Pasal 32 UU Nomor
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah minimal 14 tahun," kata Wibowo.
Lebih lanjut, Wibowo mengatakan mungkin kesalahpahaman muncul ketika polisi menerapkan
untuk satu orang dari mereka karena dikenakan pasal khusus, yakni pasal 32 UU SPPA dan dia
memang masih berusia 12 tahun.Wibowo menuturkan pihaknya telah berkoordinasi dengan
pihak terkait seperti Badan Pemasyarakatan, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Pusat
Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak serta pengacara tersangka. "Koordinasi untuk
menentukan apakah anak itu diserahkan kembali kepada orang tua atau mengikuti pendidikan
pembinaan selama enam bulan," katanya. Polres Jakarta Utara telah mengagendakan pertemuan
tersebut pada 14 September kemarin, tetapi urung terlaksana karena tidak dihadiri keluarga
korban kekerasan seksual. "Proses hukum terhadap sistem peradilan anak, memang
mekanismenya sedemikian panjang. Jadi, ini layak diketahui publik," kata Wibowo.

DAMPAK DARI PERMASALAHAN TERSEBUT ADALAH

Tindakan kekerasan seksual yang menimpa remaja dapat membawa dampak psikologis secara
psikis dan fisik kepada korbannya. Secara psikologis, dampak yang akan dirasakan oleh anak
sebagai korban kekerasan seksual yaitu akan mengalami stres, depresi, adanya perasaan bersalah
dan menyalahkan diri sendiri, munculnya rasa takut berhubungan dengan orang lain, bayangan
peristiwa dimana anak menerima kekerasan seksual, mengalami mimpi buruk, sulit tidur,
ketakutan akan hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan termasuk benda, bau, tempat,
kunjungan dokter, masalah harga diri, disfungsi seksual, keinginan untuk melakukan bunuh diri,
keluhan somatik, dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Menurut WHO, korban kekerasan seksual inses sangat berdampak pada kesehatan mental
korban, sebab korban dan pelaku berada pada lingkungan yang sama. Anak korban hubungan
seks antara pria dan wanita saudara sekandung (incest) sangat rentan mengalami masalah mental
akibat trauma dan gangguan psikologis, seperti depresi, fobia, dan curiga terhadap oran lain
dalam waktu yang cukup lama. Setelah korban mengalami kekerasan seksual dapat mengalami
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang ditandai dengan gejala,

yaitu keinginan untuk bunuh diri, peningkatan kecemasan, gelisah, kekhawatiran terhadap masa
depan, bahkan kecenderungan untuk menjadi pelaku kekerasan seksual di masa depan
(Messman-Moore, Terri Patricia, 2000; Dinwiddie et al, 2000 (dalam Noviana, 2015). Pada
kasus inses, anak akan mengalami dampak trauma psikologis yang lebih serius dan dalam jangka
waktu yang panjang

IMPLEMENTASI

Menurut saya Pelecehan seksual pada dasarnya adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki
muatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang atau sejumlah orang namun tidak
diharapkan dan disenangi oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negatif
misalnya rasa malu, tercermar, tersinggung, terhina, geram, marah, kehilangan harga diri,
kecewa, kehilangan kesucian dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai