NPM : 21300053 - G
Menurut UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Pada usia 14-21 tahun, yang dinamakan masa remaja, dalam arti sebenarnya yaitu fase pubertas, di
mana terdapat masa penghubung dan masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa. Masa ini
dibagi dalam 4 fase:
Pada fase ini terjadi perubahan-perubahan besar. Perubahan besar yang dialami anak membawa
pengaruh pada sikap dan tindakan ke arah lebih agresif sehingga pada periode ini banyak anak-anak
dalam bertindak dapat digolongkan ke dalam tindakan yang menunjukan ke arah gejala kenakalan
anak. menurut Pasal 1 butir 2 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa yang dimaksud
dengan anak nakal adalah :
Dalam KUHP di indonesia, jelas terkandung makna bahwa suatu perbuatan pidana (kejahatan) harus
mengandung unsur-unsur :
Romli Atmasasmita mengemukakan pendapatnya mengenai motivasi dari tindak pidana anak:
1. motivasi intrinsik
2. motivasi ekstrinsik
Motivasi Intrinsik
Motivasi Ekstrinsik
Faktor keluarga
biasanya yang menjadi sebab timbulnya kejahatan yaitu kondisi keluarga yang tidak normal
(broken home)
Faktor pendidikan dan sekolah
biasanya proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak
sering kali memberi pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap anak didik di sekolah
sehingga dapat menimbulkan kejahatan
Faktor pergaulan anak
Anak menjadi jahat karena banyak dipengaruhi oleh berbagai tekanan pergaulan, yang
semuanya memberikan pengaruh yang menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku
buruk, sebagai produknya anak-anak tadi suka melanggar peraturan, norma sosial dan
hukum formal
Pengaruh Mass-Media
Keinginan atau kehendak yang tertanam pada diri anak untuk berbuat jahat kadang-kadang
timbul karena pengaruh bacaan, gambar-gambar dan film.
Oleh karena itu upya yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengadakan penyensoran
film-film yang berkualitas buruk terhadap psikis anak dan mengarahkan anak pada tontonan
yang menitikberatkan aspek pendidikan
Kasus Pidana Anak
Jakarta, CNN Indonesia -- Polres Metro Jakarta Pusat akan menerapkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) pada gadis 15 tahun berinisial NF.
Diketahui, NF diduga membunuh temannya yang berusia 5 tahun.
"Saat ini masih pendalaman, karena anak di bawah umur perlakuannya beda dengan orang dewasa.
Ada UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan pidana Anak," kata Kabid Humas Polda
Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus, saat jumpa media di Mapolres Metro Jakarta Pusat, Sabtu (7/3).
Ia mengatakan empat asas yang harus diterapkan sesuai UU SPPA, yaitu asas praduga tak bersalah,
asas anak sebagai korban, pendampingan orang tua atau pengacara dan penanganan berbeda
dengan orang dewasa.
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai pasal apa yang dikenakan pada NF, Yusri belum bisa menjawab
karena masih proses pemeriksaan. Meski NF menyerahkan diri dan mengaku membunuh, polisi
masih perlu memeriksa dari sisi psikologis.
Yusri juga belum apakah proses penanganan NF akan menjalani rehabilitasi atau seperti apa. Namun
berdasarkan ketentuan NF dititipkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
"Sekarang masih kami tahan, kalau berdasarkan ketentuan memang kami titipkan di LPKA di Cinere,"
kata Yusri.
Sebelumnya, NF menyerahkan diri ke Polsek Metro Taman Sari Jakarta Barat pada Jumat (6/3) pagi
usai membunuh. Ia menyerahkan diri saat hendak berangkat ke sekolah, di tengah perjalanan ia
berganti pakaian kemudian mendatangi Polsek Taman Sari.
Pembunuhan terjadi saat korban main di rumah NF di kawasan Sawah Besar, Kamis (5/3). Ibu korban
dan ibu NF memiliki usaha bersama jual gorengan sehingga NF kerap main bersama dengan korban.
Analisa Kasus
Pelaku
Nama : inisial NF
Usia : 15 Tahun
Korban
Usia : 5 Tahun
Karena NF sudah berusia 15 Tahun maka, anak yang berkonflik dengan Hukum dalam Pasal
1 angka 3 UU SPPA dapat dimintai pertanggung Jawaban atas tindak pidananya.
Dan Dalam sistem peradilan pidana anak, anak yang dijatuh pidana penjara ditempatkan
dilembaga pembinaan khusus Anak (LPKA).
Dalam Kasus Pembunuhan tersebut, NF terbukti Melanggar Pasal 76 huruf C Juncto Pasal 80
Ayat 3 UU RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas UU RI Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan anak.