I. PENDAHULUAN
Seperti yang diutip dari CNN INDONESIA, Kasus itu berawal dari
seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Luwu Timur, berinisial SA (43)
dilaporkan mantan istrinya berinisial RS (41). Sembari membawa tiga
anaknya yakni perempuan AL (8) dan AZ (4) serta satu anak laki-laki MR (6).
SA dilaporkan oleh mantan istrinya, RA setelah diduga mencabuli anak
kandungnya sendiri yang kala itu masih berusia di bawa 10 tahun. RA
melaporkan mantan suaminya, SA ke Mapolres Luwu Timur untuk dilakukan
pemeriksaan dan penyelidikan. Akan tetapi, penyelidikan kasus pencabulan
yang diduga dilakukan oleh ayah korban hanya berjalan selama dua bulan di
Mapolres Luwu Timur hingga dihentikan oleh penyidik dengan alasan tidak
ada bukti tindak pidana asusila seperti yang dilaporkan oleh ibu korban.
II. METODE
A. Kronologi
c) Fakta Baru
b) 24 Okt 2019
Penyidik meminta visum Et Repertum ke RS Bhayangkara
Makassar. Hasilnya tidak ada kelainan pada alat kelamin dan dubur
perlukaan pada tubuh lain tidak ditemukan.
c) 31 Okt 2019
d) 11 Okt 2021
e) 12 Okt 2021
C. Pandangan-pandangan
2. Pandangan DPR RI
4. Pandangan KPAI
6. Pandangan POLRI
D. Analisa Yuridis
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya disebut KUHP)
mengatur tindak pidana pencabulan termasuk dalam kejahatan
terhadap kesusilaan dalam bab XIV yang dimulai dari Pasal 281 sampai
dengan
IV. KESIMPULAN
SDM pemberi layanan yang masih belum responsive gender baik APH,
pendamping, peksos dll, termasuk ketersediaan SDM yang belum merata;