Emmy LS Noegroho
Universitas Indonesia
Abstrak
Lingkungan hidup anak, termasuk lingkungan fisik seperti pemukiman berpengaruh
pada proses tumbuh kembang anak. Proses urbanisasi dimana orang dari desa pindah
ke kota dengan harapan dapat memperoleh hidup yang layak membuat mereka terpaksa
tinggal di pemukiman kumuh yang dekat dengan kota, tempat mereka mencari nafkah.
Pemukiman kumuh berpotensi menimbulkan kenakalan anak, termasuk kenakalan anak
dalam aspek seksual. Salah satu kasus yang memprihatinkan muncul di media massa
dimana terjadi dugaan kasus pemerkosaan anak perempuan berusia 5 tahun di Jakarta
Timur oleh tujuh anak laki-laki yang masih belia, berusia antara 5-12 tahun. Mereka
tinggal di pemukiman kumuh di Jatinegara, Jakarta Timur.
Masalah delinkuensi anak dalam aspek seksual, sudah terjadi sejak lama dan pada
usia yang sangat muda. Untuk kasus di Jatinegara, Jakarta Timur, munculnya anak-anak
sebagai pelaku kekerasan seksual karena pernah menyaksikan orangtuanya melakukan
hubungan seks dan melakukannya karena ikut-ikutan atau dipaksa oleh anak yang lebih
besar darinya. Anak dapat menyaksikan orangtuanya melakukan hubungan seks karena
sebagian besar pemukiman di tempat anak tinggal hanya mempunyai satu ruangan saja,
dimana semua aktivitas dilakukan disana. Apabila hal ini tidak dicegah, maka gejala
sosial seperti ini apabila keadaan ini berlangsung terus, maka dalam 10 tahun ke depan
pelaku kenakalan anak akan terus meningkat ini pada masa dewasanya akan menjadi
pelaku kejahatan.
Anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila Sistem Perlindungan Anak,
khususnya implementasi system hukum dan kebijakan Pemukiman, dapat mencegah dan
merespon kasus kenakalan anak terkait perilaku seksual anak baik dari norma, struktur
maupun prosesnya.
PENDAHULUAN
D
ugaan kasus pemerkosaan (8) yang bertugas menjaga pintu dan
anak berusia 5 tahun di memberitahu temannya jika ada yang
Jakarta Timur oleh tujuh anak datang. Tempat terjadinya pemerkosaan
laki-laki yang masih belia, SF (12), FR ini adalah rumah kosong sekitar rumah
(7), EG (5), BK (5), IK (6), RD (7), HR korban.
(10), muncul di berbagai media massa Kejadian ini bukan merupakan
awal Oktober 2016. Ke tujuh anak ini kejadian pertama kali dialami GS.
tinggal di sekitar rumah korban. Diduga, Sebelumnya, GS diperkosa oleh SF (12)
otak dari pemerkosaan ini adalah dengan membujuk GS agar bermain di
SF (12). Selain itu ada satu anak lagi rumah kosong yang ada di lingkungan
yang terlibat dalam aksi ini, yaitu DF tempat tinggal mereka. Rumah kosong
27
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40
itu letaknya 20-meter dari tempat tinggal oleh anak laki-laki berusia 10 tahun (4
korban. Seminggu kemudian, tersangka SD). Pelecehan seksual ini dipergoki
SF kembali memerkosa korban GS dan oleh guru ketika anak melakukan seks
mengajak keenam rekannya. Bocah oral kepada alat kelamin kedua korban.
lainnya berada di dalam rumah tersebut Menurut pengakuan anak kepada guru
untuk secara bergantian memperkosa saat diwawancara, ia sering melihat
GS. GS akhirnya mengeluh kepada orangtuanya bulan madu. Menurut
orangtuanya bahwa organ vitalnya sakit, pengakuan orangtua korban, pengakuan
terlebih saat buang air kecil. Disitulah anak sudah sangat menikmati oral seks
orangtua mengetahui bahwa putrinya tersebut. Sepertinya anak sudah sering
telah diperkosa. melakukan hal yang sama karena di
Orangtua korban akhirnya rumah mereka sering terlihat bertiga.
melaporkan ke RT dan RW setempat Rumah anak dihuni beberapa keluarga
untuk mediasi atau jalur damai. Namun, tanpa kamar. Orangtua korban cukup
tidak ditemukan mufakat antara stres sementara orangtua anak nakal
orangtua korban dan anak-anak nakal ini menganggap biasa saja, sebagai
tersebut. Orangtua GS seorang petugas kenakalan anak. Ketiga anak ini masih
kebersihan di daerah Jakarta Selatan keluarga dekat. Orangtua sudah
yang tidak mengerti hukum dan kasus ini dipanggil sekolah.
mereka laporkan ke tetangganya, Adam Di tingkat nasional, data KPAI (2011-
(31) yang langsung mengantar mereka 2014) menunjukkan bahwa kasus
ke Polsek Jatinegara. Pada tanggal 20 delinkuensi anak dalam aspek kejahatan
Okober 2016, orangtua GS datang ke meningkat, yaitu 695 (2011), 1.413
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (2012), 1.428 (2013) dan 2.208 (2014).
(PPA) Polres Jakarta Timur melaporkan Kekerasan seksual yang dilakukan anak
kasus pemerkosaan putrinya. Saat ini proporsinya cukup tinggi, yaitu 17%-
korban sedang divisum dan menunggu 25% dibanding kejahatan lain, seperti
hasil visum resmi. Jika terbukti bahwa pembunuhan, pencurian, penculikan.
pelaku kekerasan seksual adalah ketujuh Sesungguhnya fenomena tersebut
tersangka tersebut, mereka harus bukanlah yang pertama kali terjadi.
didampingi Bapas selama menjalani Sejak tahun 2002, Rifka Annisa di
pemeriksaan. Mereka juga akan Yogyakarta telah mendampingi korban
menjalani konseling yang akan ditangani perkosaan akibat delinkuensi anak.
Kementerian Sosial. Sejak tahun 2000-2010 terdapat 61 kasus
Penelusuran informasi terhadap anak- delinkuensi anak dalam aspek seksual,
anak nakal ini menunjukkan bahwa 5 yaitu pelecehan seksual 27 kasus dan
dari 8 anak ini, tidak tinggal/diasuh oleh perkosaan 34 kasus. Kategori usia anak
orangtuanya (bapak dan ibu). Satu anak delinkuen paling banyak 15–18 tahun
yang tinggal dengan kakek neneknya, kemudian 12-15 tahun dan 5-12 tahun,
satu anak tinggal dalam keluarga besar, dengan usia termuda berusia 5 tahun.
satu anak bapaknya sudah tidak ada, Kecenderungan munculnya delinkuensi
hanya tinggal dengan ibu dan kakaknya, anak-anak dalam aspek seksual ini
satu tinggal di rumah nenek dari ibu karena anak-anak tersebut mengikuti
dan satu lagi tinggal dengan bapak dan saja apa yang dilakukan oleh anak-
neneknya. anak yang lebih tua darinya dan mereka
Tiga minggu kemudian, di kecamatan tidak sendirian dalam melakukan
yang sama terjadi pelecehan seksual aksinya. Kebanyakan anak delinkuen
di toilet sekolah, dimana korban anak memiliki hubungan yang dekat dengan
laki-laki berusia 7 dan 6 tahun (1 SD) korban, seperti teman, tetangga maupun
28
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho
29
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40
30
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho
kondisi yang lebih baik, tetapi mereka pada sector informal, pembanguna
dipaksa untuk hidup di lingkungan perumahan bagi mereka menjadi tidak
kumuh seperti, dengan kondisi fisik terwadahi oleh tumbuhnya sektor
yang buruk, psikologis dan emosional. swasta. Dengan demikian, hasil dari
Mereka tinggal di daerah yang ruang kebijakan dipandang sangat tidak adil.
dan fasilitas rekreasi tidak memadai Ditemukan bahwa tujuan kebijakan
sehingga memaksa anak-anak untuk perumahan sebagian besar didorong
menghabiskan banyak waktu mereka oleh tekad kota untuk menciptakan
di jalan-jalan, mencari sesuatu untuk citra kota yang baru. Bentuk perkotaan
dilakukan, seseorang untuk diajak bicara, yang timbul dari proses ini tidak
dan seseorang yang diajak bermain mengakomodir mayoritas penduduk
dengannya. Berkurangnya kontrol sosial dan mempromosikan berbagai kelas
oleh keluarga, memberikan kesempatan pendapatan penduduk (Leaf, 1991).
dan dorongan untuk terjadinya Wilayah Jatinegara di Jakarta Timur,
penyimpangan dan kenakalan. menurut Teori Ekologi Kejahatan
Pada tahun 1991, dalam oleh Park dan Burgess (1928) dapat
disertasinya Land Regulation and dianalogikan dengan adalah Zona 3,
Housing Development In Jakarta, yaitu wilayah pemukiman pekerja.
Indonesia: From The “Big Village” Zona 3 ini adalah wilayah yang paling
To The “Modern City”, Michael Leon dekat pusat kota, yaitu dengan Zona 2,
Leaf menyatakan bahwa di negara- yaitu wilayah transisi yang diinvasi oleh
negara Dunia Ketiga banyak ibukota kegiatan bisnis dan industry dan Zona
Negara menghadapi masalah dalam 1, yang merupakan wilayah bisnis atau
memastikan tersedianya perumahan industri.
yang cukup terjangkau bagi rumah Wilayah Jatinegara ini sebagian
tangga berpendapatan rendah. Selain besar merupakan wilayah kumuh
untuk kesejahteraan sosial, kebijakan yang penghuninya adalah pendatang,
perumahan di Jakarta juga berfungsi umumnya bekerja sebagai buruh harian
sebagai mekanisme penting untuk dan pedagang informal. Menurut
mengubah citra kota itu dari “desa besar” Shaw & McKay (1942) dengan Teori
menjadi sebuah kota metropolis modern. Disorganisasi Sosial menyatakan bahwa
Penelitian ini menguji komponen struktur sosial seperti kemiskinan,
tanah/lahan kebijakan ini. Sumber data etnis dan heterogenitas ras, dan
dasar meliputi catatan penggunaan ketidakstabilan perumahan secara
izin lahan, perencanaan dokumen dan langsung mempengaruhi tingkat
laporan pemerintah lainnya. Selain itu kejahatan dan kenakalan anak. Pada
dilakukan wawancara dengan pejabat wilayah kumuh ini, komunitas sebagai
pemerintah dan pengembang swasta. agen pengendalian sosial berhenti
Tujuan jangka panjang dari kebijakan berfungsi secara efektif, dan daya
perumahan Jakarta adalah untuk tahan terhadap tingkah laku kriminal
mendorong pertumbuhan sektor swasta menurun, dan keadaan itu menjadi tidak
diatur untuk menjadi penyedia utama hanya diberi toleransi tetapi kadang-
perumahan di kota. Dengan demikian, kadang juga diterima. Hal ini dapat
pembangunan perumahan tanpa dilihat dari respon anak yang melakukan
pengaturan (perumahan kampung, kenakalan yang menganggap kejadian
yang saat ini merupakan mayoritas ini merupakan kenakalan anak biasa
perumahan kota) harus dikurangi belaka.
dan akhirnya dihilangkan. Warga Kenakalan anak merupakan akibat
berpenghasilan rendah yang bergantung dari lemahnya atau tidak berfungsinya
31
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40
pengendalian sosial terhadap anak. frustrasi tingkat tinggi; (4) Moral dan
Pengendalian sosial adalah berbagai etika yang terinternalisasi sangat kuat;
mekanisme yang dibuat untuk (5) Ego dan super ego yang berkembang
memastikan agar setiap warganya tidak dengan baik.
melakukan pelanggaran nilai dan norma Reckless memperlihatkan adanya
bersama. Pengendalian sosial meliputi: kemungkinan anak dengan pertahanan
(1) Nilai-nilai keluhuran; (2) Norma, eksternal dan internal yang kuat
regulasi; (3) Sosialisasi; (4) Fasilitasi ; (5) cenderung tidak melakukan kenakalan.
Penerapan sanksi. Dari informasi awal Faktor pertahanan ini membuatnya
diketahui bahwa sebagian besar anak berpikir kembali sebelum melakukan
tidak tinggal/diasuh oleh orangtuanya kenakalan. Di masyarakat urban
(ayah dan ibu). Dari sini terlihat bahwa contohnya, anak dengan pertahanan
ada kekosongan anak terkait dengan internal yang kuat, lebih kuat untuk
disiplin dan perhatian ayah terhadap menolak kejahatan. Hal ini karena
anak, pengawasan dan perhatian ibu masyarakat urban sangat jarang bertemu
terhadap anak, serta lemahnya tingkat dengan kelompok terdekatnya seperti
kohesi dalam keluarga. Hal ini sesuai keluarga dan kelompok yang memberi
dengan yang disampaikan S. Glueck dukungan, sehingga pertahanan
Dan E. Glueck dalam Teori Unraveling eksternal tidak terlalu berpengaruh
Juvenile Delinquency (1950) dalam kehidupannya. Oleh karena itu,
Kenakalan anak ini merupakan hasil pertahanan internal yang kuat dapat
(akibat) dari interelasi antara dua bentuk membendungnya untuk tidak melakukan
kontrol, yaitu internal dan eksternal. Hal kenakalan. Ketika pertahanan internal
ini disampaikan Walter Reckless dalam lemah, dan tidak ada dukungan dari
Contaiment Theory yang menjelaskan pertahanan eksternal maka anak ini
bahwa setiap manusia mempunyai akan rentan melakukan kenakalan.
sejumlah kontrol sosial, pertahanan/ Selain pertahanan internal yang
benteng pengaman yang menolong kuat, menurut Hirschi, dalam Teori
mereka tahan terhadap tekanan yang Pengendalian Kenakalan terdapat empat
mengarahkannya pada kejahatan. elemen ikatan sosial (social bond) dalam
Pertahanan eksternal terdiri dari: (1) setiap masyarakat, yaitu Attachment,
Peran struktur yang menyediakan ruang Commitment, Involvement dan Belief,
untuk individu; (2) Seperangkat batas yang membuat anak tidak melakukan
yang wajar dan tanggung jawab bagi kenakalan. Attachment (keterikatan)
anggota masyarakat; (3) Kesempatan adalah kemampuan manusia melibatkan
bagi individu untuk mencapai status; dirinya pada orang lain. Kalau attachment
(4) Kohesi antara anggota, termasuk ini sudah terbentuk, maka orang
aktivitas bersama dan kebersamaan; tersebut akan peka terhadap pikiran,
(5) Rasa memiliki (identifikasi dengan perasaan dan kehendak orang lain yang
kelompok); (6) Identifikasi dengan satu dapat menahan dirinya melakukan
atau lebih orang dalam kelompok; (7) penyimpangan. Ikatan pertama yaitu
Penyisihan memasok alternatif dan keterikatan dengan orang tua, guru
kepuasan (ketika satu atau lebih cara yang dan teman. Commitment (komitmen)
ditutup). Pertahanan internal terdiri adalah keterikatan seseorang pada
dari: (1) Gambar yang menguntungkan subsistem konvensional seperti sekolah,
diri dalam kaitannya dengan pihak lain, pekerjaan, organisasi yang dapat
kelompok, dan lembaga; (2) Kesadaran mendatangkan manfaat bagi orang
menjadi diarahkan batin, orang yang tersebut. Manfaat tersebut dapat berupa
berorientasi tujuan; (3) Toleransi harta benda, reputasi, masa depan.
32
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho
33
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40
34
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho
35
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40
36
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho
37
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40
Daftar Pustaka
A. BUKU 7. ECPAT International, 2014, National
1. Beerling Kwee, Mooij dan Van Peursen, Child Protection System In The East
1990, Pengantar Filsafat Ilmu, PT Tiara Asia And Pacific Region A Review And
Wacana, Yogyakarta. Analysis Of Mappings And Assessments).
2. Doyle Paul Johnson, 1986, Teori 8. Sudarminto, J, 2002Epistemologi
Sosiologi Klasik dan Modern, University Dasar. Pengantar Filsafat Pengetahuan.
of South Florida, Jilid 1. Diindonesiakan Pustaka Filsafat, Kanisius, Yogyakarta.
oleh Robert M.Z. Lawang. 9. UNICEF East Asia And Pacific Regional
3. Michael Howlett/M. Ramesh, 1955. Office (EAPRO) 2015, Evidence -
Studying Public Policy. Policy Cycles and Strengthening Child Protection Systems
Policy Subsystems, Oxford University Legal Protection From Violence. Analysis
Press. Of Domestic Laws Related To Violence
4. Muhammad Mustofa, 2013, Metode Against Children In ASEAN Member
Penelitian Kriminologi, Edisi Ketiga, States. Legal Protection From Violence.
Prenadamedia Group, Jakarta 10. Van Peursen CA, 1980. Orientasi di
5. Muhammad Mustofa, 2010, Kajian Dalam Filsafat. Diterjemahkan oleh Dick
Sosiologi terhadap Kriminalitas, Perilaku Hartoko, PT Gramedia, Jakarta.
Menyimpang dan Pelanggaran Hukum, 11. Modul Sistem Perlindungan Anak,
Edisi Kedua, Sari Ilmu Pratama, Bekasi. Kementerian PPN/Bapenas,
6. M. Kemal Darmawan, 2007. Teori Kementerian Pemberdayaan Perempuan
Kriminologi. Penerbit Universitas dan Perlindungan Anak, UNICEF, 2014.
Terbuka. 12. Keputusan Menteri Permukiman Dan
38
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho
39
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40
news/2016/10/21/133258/gadis-ds- 10. h t t p : / / m e g a p o l i t a n . k o m p a s .
diduga-diperkosa-tujuh-bocah com/read/2016/10/21/12411901/
8. https://www.publica-news.com/berita/ bocah.5.tahun.diperkosa.oleh.tujuh.
daerah/2016/10/21/3841/anak-lima- teman.sepermainannya
tahun-diperkosa-tujuh-bocah-ingusan. http://m.beritasatu.com/
html megapolitan/394137-polisi-selidiki-
9. https://m.merdeka.com/peristiwa/ bocah-perempuan-diperkosa-
bocah-5-tahun-di-jatinegara-digilir-7- ramairamai-di-jatinegara.html
temannya-di-rumah-kosong.html
40