Anda di halaman 1dari 14

Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di

Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks Implementasi


Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman

Emmy LS Noegroho
Universitas Indonesia

Abstrak
Lingkungan hidup anak, termasuk lingkungan fisik seperti pemukiman berpengaruh
pada proses tumbuh kembang anak. Proses urbanisasi dimana orang dari desa pindah
ke kota dengan harapan dapat memperoleh hidup yang layak membuat mereka terpaksa
tinggal di pemukiman kumuh yang dekat dengan kota, tempat mereka mencari nafkah.
Pemukiman kumuh berpotensi menimbulkan kenakalan anak, termasuk kenakalan anak
dalam aspek seksual. Salah satu kasus yang memprihatinkan muncul di media massa
dimana terjadi dugaan kasus pemerkosaan anak perempuan berusia 5 tahun di Jakarta
Timur oleh tujuh anak laki-laki yang masih belia, berusia antara 5-12 tahun. Mereka
tinggal di pemukiman kumuh di Jatinegara, Jakarta Timur.
Masalah delinkuensi anak dalam aspek seksual, sudah terjadi sejak lama dan pada
usia yang sangat muda. Untuk kasus di Jatinegara, Jakarta Timur, munculnya anak-anak
sebagai pelaku kekerasan seksual karena pernah menyaksikan orangtuanya melakukan
hubungan seks dan melakukannya karena ikut-ikutan atau dipaksa oleh anak yang lebih
besar darinya. Anak dapat menyaksikan orangtuanya melakukan hubungan seks karena
sebagian besar pemukiman di tempat anak tinggal hanya mempunyai satu ruangan saja,
dimana semua aktivitas dilakukan disana. Apabila hal ini tidak dicegah, maka gejala
sosial seperti ini apabila keadaan ini berlangsung terus, maka dalam 10 tahun ke depan
pelaku kenakalan anak akan terus meningkat ini pada masa dewasanya akan menjadi
pelaku kejahatan.
Anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila Sistem Perlindungan Anak,
khususnya implementasi system hukum dan kebijakan Pemukiman, dapat mencegah dan
merespon kasus kenakalan anak terkait perilaku seksual anak baik dari norma, struktur
maupun prosesnya.

PENDAHULUAN

D
ugaan kasus pemerkosaan (8) yang bertugas menjaga pintu dan
anak berusia 5 tahun di memberitahu temannya jika ada yang
Jakarta Timur oleh tujuh anak datang. Tempat terjadinya pemerkosaan
laki-laki yang masih belia, SF (12), FR ini adalah rumah kosong sekitar rumah
(7), EG (5), BK (5), IK (6), RD (7), HR korban.
(10), muncul di berbagai media massa Kejadian ini bukan merupakan
awal Oktober 2016. Ke tujuh anak ini kejadian pertama kali dialami GS.
tinggal di sekitar rumah korban. Diduga, Sebelumnya, GS diperkosa oleh SF (12)
otak dari pemerkosaan ini adalah dengan membujuk GS agar bermain di
SF (12). Selain itu ada satu anak lagi rumah kosong yang ada di lingkungan
yang terlibat dalam aksi ini, yaitu DF tempat tinggal mereka. Rumah kosong

27
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40

itu letaknya 20-meter dari tempat tinggal oleh anak laki-laki berusia 10 tahun (4
korban. Seminggu kemudian, tersangka SD). Pelecehan seksual ini dipergoki
SF kembali memerkosa korban GS dan oleh guru ketika anak melakukan seks
mengajak keenam rekannya. Bocah oral kepada alat kelamin kedua korban.
lainnya berada di dalam rumah tersebut Menurut pengakuan anak kepada guru
untuk secara bergantian memperkosa saat diwawancara, ia sering melihat
GS. GS akhirnya mengeluh kepada orangtuanya bulan madu. Menurut
orangtuanya bahwa organ vitalnya sakit, pengakuan orangtua korban, pengakuan
terlebih saat buang air kecil. Disitulah anak sudah sangat menikmati oral seks
orangtua mengetahui bahwa putrinya tersebut. Sepertinya anak sudah sering
telah diperkosa. melakukan hal yang sama karena di
Orangtua korban akhirnya rumah mereka sering terlihat bertiga.
melaporkan ke RT dan RW setempat Rumah anak dihuni beberapa keluarga
untuk mediasi atau jalur damai. Namun, tanpa kamar. Orangtua korban cukup
tidak ditemukan mufakat antara stres sementara orangtua anak nakal
orangtua korban dan anak-anak nakal ini menganggap biasa saja, sebagai
tersebut. Orangtua GS seorang petugas kenakalan anak. Ketiga anak ini masih
kebersihan di daerah Jakarta Selatan keluarga dekat. Orangtua sudah
yang tidak mengerti hukum dan kasus ini dipanggil sekolah.
mereka laporkan ke tetangganya, Adam Di tingkat nasional, data KPAI (2011-
(31) yang langsung mengantar mereka 2014) menunjukkan bahwa kasus
ke Polsek Jatinegara. Pada tanggal 20 delinkuensi anak dalam aspek kejahatan
Okober 2016, orangtua GS datang ke meningkat, yaitu 695 (2011), 1.413
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (2012), 1.428 (2013) dan 2.208 (2014).
(PPA) Polres Jakarta Timur melaporkan Kekerasan seksual yang dilakukan anak
kasus pemerkosaan putrinya. Saat ini proporsinya cukup tinggi, yaitu 17%-
korban sedang divisum dan menunggu 25% dibanding kejahatan lain, seperti
hasil visum resmi. Jika terbukti bahwa pembunuhan, pencurian, penculikan.
pelaku kekerasan seksual adalah ketujuh Sesungguhnya fenomena tersebut
tersangka tersebut, mereka harus bukanlah yang pertama kali terjadi.
didampingi Bapas selama menjalani Sejak tahun 2002, Rifka Annisa di
pemeriksaan. Mereka juga akan Yogyakarta telah mendampingi korban
menjalani konseling yang akan ditangani perkosaan akibat delinkuensi anak.
Kementerian Sosial. Sejak tahun 2000-2010 terdapat 61 kasus
Penelusuran informasi terhadap anak- delinkuensi anak dalam aspek seksual,
anak nakal ini menunjukkan bahwa 5 yaitu pelecehan seksual 27 kasus dan
dari 8 anak ini, tidak tinggal/diasuh oleh perkosaan 34 kasus. Kategori usia anak
orangtuanya (bapak dan ibu). Satu anak delinkuen paling banyak 15–18 tahun
yang tinggal dengan kakek neneknya, kemudian 12-15 tahun dan 5-12 tahun,
satu anak tinggal dalam keluarga besar, dengan usia termuda berusia 5 tahun.
satu anak bapaknya sudah tidak ada, Kecenderungan munculnya delinkuensi
hanya tinggal dengan ibu dan kakaknya, anak-anak dalam aspek seksual ini
satu tinggal di rumah nenek dari ibu karena anak-anak tersebut mengikuti
dan satu lagi tinggal dengan bapak dan saja apa yang dilakukan oleh anak-
neneknya. anak yang lebih tua darinya dan mereka
Tiga minggu kemudian, di kecamatan tidak sendirian dalam melakukan
yang sama terjadi pelecehan seksual aksinya. Kebanyakan anak delinkuen
di toilet sekolah, dimana korban anak memiliki hubungan yang dekat dengan
laki-laki berusia 7 dan 6 tahun (1 SD) korban, seperti teman, tetangga maupun

28
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho

saudara. mandatkan untuk melakukan layanan-


Kriminologi membedakan pengertian layanan yang komprehensif, termasuk
kejahatan, perilaku menyimpang dan kapasitas dan fasilitas pendukung;
kenakalan. Ciri utama kejahatan adalah (3) Proses merupakan standard and
pola tindakan yang merugikan. Ciri mekanisme dalam melaksanakan
utama perilaku menyimpang adalah menjalankan norma dan bersifat teknis.
pola tindakan yang bertentangan dengan Ontologi obyek yang akan diteliti
perasaan moral masyarakat. Kenakalan dalam penelitian ini adalah kebijakan
anak ciri utamanya adalah pelakunya pemukiman, terutama di perkotaan
adalah yang dikategorikan sebagai melalui pendapat para ahli yang
anak. Tindakan kenakalan anak dapat berkecimpung dalam isu pemukiman,
saja merupakan tindakan yang bila baik pembuat kebijakan langsung atau
dilakukan oleh orang dewasa disebut tidak, termasuk anak-anak yang sudah
kejahatan atau perilaku menyimpang. aktif di Forum Anak.
Tindakan-tindakan pelanggaran yang Penelitian ini, salah satunya
dilakukan oleh anak disebut kenakalan berpijak pada Teori Belajar (Social
karena belum ada konsekuensi Learning Theory), dikembangkan oleh
tanggung jawab hukum yang penuh Ronald Akkers yang dikaitkan dengan
bagi anak. Pelanggaran tersebut lebih delinkuensi anak. Pendekatannya
mencerminkan belum berhasilnya berpegang pada asumsi, bahwa perilaku
orang dewasa atau masyarakat dalam seseorang dipengaruhi oleh pengalaman
menanamkan nilai dan norma bersama belajar, pengalaman kemasyarakatan
masyarakat melalui proses sosialisasi disertai nilai-nilai dan penghargaan
(Muhammad Mustofa, 2010). Dari latar dalam kehidupan di masyarakat.
belakang ini, dalam kriminologi ini Secara umum, teori ini berpandangan
disebut sebagai kenakalan anak. bahwa anak-anak akan memperagakan
Masalah kenakalan anak ini perilakunya atas dasar: (a). reaksi yang
merupakan masalah kongkrit dan diterimanya dari pihak lain (positif atau
relevan untuk diteliti dalam bidang sosio- negatif), (b). perilaku orang dewasa
kriminologi dan gejala ini merupakan yang mempunyai hubungan dekat
kenakalan anak. Kenakalan anak dapat dengan mereka (utamanya orangtua),
terjadi akibat Sistem Perlindungan dan (c). perilaku yang mereka lihat di
Anak tidak berjalan dengan baik. Sistem TV maupun di bioskop. Apabila seorang
Perlindungan Anak terdiri dari lima anak mengamati perilaku agresif,
elemen yaitu: (1) Sistem Hukum dan misalnya orang dewasa menampar atau
Kebijakan; (2) Sistem Peradilan Anak; memukul orang lain saat bertengkar,
(3) Sistem Kesejahteraan Sosial Anak dan apabila anak melihat bahwa
dan Keluarga; (4) Sistem Perubahan perilaku agresif diperbolehkan atau
Perilaku Sosial; (5) Sistem Data dan mendatangkan hadiah (pujian), akan
Informasi Perlindungan Anak. Elemen terjadi kecenderungan anak akan
– elemen tersebut berdiri sendiri bereaksi dengan cara kekerasan selama
namun saling saling berhubungan yang ia mengalami kejadian serupa. Akhirnya
menciptakan suatu kebulatan yang anak pun akan menguasai teknik-
padu. Sistem Perlindungan Anak terdiri teknik agresifitas dan akan semakin
dari tiga komponen yaitu: (1) Norma yakin bahwa penggunaan kekerasan
merupakan kebijakan dan peraturan itu akan mendatangkan hadiah
yang menggarisbawahi apa harus (pujian). Dampaknya, pengikut teori ini
dilakukan oleh pihak yang dimandatkan; menyatakan seorang anak yang tumbuh
(2) Struktur merupakan lembaga yang di kembang dalam lingkungan rumah

29
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40

dimana kekerasan menjadin kebiasaan, Campione-Barr, & Metzger (2006)


maka anak pun akan belajar untuk rentang usia remaja dibagi menjadi
meyakini bahwa perilaku seperti itu dapat 3 bagian, yaitu awal (10-13 tahun),
diterima dan mendatangkan hadiah atau tengah (14-17 tahun) dan akhir (di atas
pujian (Paulus Hadisuprapto, 2002:78- 18-pertengahan dua puluhan tahun).
79). Perilaku remaja merupakan perilaku
Teori pembelajaran ini berpendirian yang selalu ingin mencoba-coba hal
bahwa perilaku delinkuen ini dipelajari apapun. Hal tersebut membuat remaja
melalui proses psikologis yang sama cenderung melakukan penyimpangan
sebagai mana semua perilaku non perilaku dari berbagai aturan-aturan
delinkuen tokoh yang mendukung teori sosial ataupun dari nilai dan norma sosial
ini diantaranya adalah Albert Bandura. yang berlaku. Lingkungan secara sosial
Ia berpendapat bahwa individu-individu maupun fisik dan pergaulan remaja di
yang mempelajari kekerasan dan permukiman kumuh dapat berpengaruh
agresi melalui behavioral modeling; dalam pembentukan perilaku remaja.
anak belajar bertingkah laku melalui Beberapa penelitian menemukan
peniruan tingkah laku orang lain. Albert bahwa pemukiman yang tidak
Bandura sangat terkenal dengan teori memadai atau kumuh berpotensi pada
pembelajaran social (Social Learning terjadinya kenakalan anak. Karakteristik
Theory) salah satu konsep dalam pemukiman berdampak pada kenakalan
aliran behaviorisme yang menekankan anak secara tidak langsung (Heimer
pada komponen kognitif dari fikiran, dan Matsueda, 1994). Dalam penelitian
pemahaman dan evaluasi. Ia seorang ini pula ditemukan bahwa kenakalan
psikologi yang terkenal dengan teori dipengaruhi oleh teman-teman
belajar social atau kognitif social serta sebaya. Demikian pula kelekatan dan
efikasi diri. Eksperimen yang sangat komitmen anak berpengaruh pada
terkenal adalah eksperimen Bobo Doll kenakalan anak. Penelitian di Philipina
yang menunjukkan anak – anak meniru (Narag, 2013). menemukan tantangan
seperti perilaku agresif dari orang pemukiman kumuh ditimbulkan oleh
dewasa disekitarnya. kondisi struktural dan proses-proses
sosial petugas dan budaya berkontribusi
KENALAKAN ANAK pada peningkatan kadar kejahatan,
Dari kasus di atas, pelaku adalah anak kenakalan, dan perilaku negatif lainnya.
laki-laki. Penelitian Asniar dkk (1997) Perubahan dalam struktur sosial,
mengenai Peran Fantasi Agresi terhadap proses sosial, dan budaya masyarakat
Perilaku Agresif Anak-anak disimpulkan diperkenalkan melalui program Gawad
bahwa ada hubungan antara fantasi Kalinga meningkatkan perilaku warga
agresi dengan perilaku agresif pada di masyarakat. Temuan penelitian ini
anak-anak. Dengan demikian, fantasi selaras dengan klaim dari kerangka
agresi turut berperan pada timbulnya teoritis barat dan menggarisbawahi
perilaku agresif anak-anak. Pada pentingnya menggabungkan secara
subyek penelitiannya ini, ada perbedaan bersamaan tiga aspek komunitas struktur
perilaku agresif antara anak laki-laki sosial, proses sosial, dan budaya dalam
dengan anak perempuan, dimana anak rekomendasi dan kebijakan. Penelitian
laki-laki lebih agresif dibanding anak di Bagdad (Jumaily, 1984). mengenai
perempuan. pemukiman migran di daerah kumuh
Adapun pengertian remaja adalah terkait kenakalan, dapat dikatakan
suatu massa peralihan antara kanak- bahwa sebagian besar migran ini telah
kanak dan dewasa. Menurut Smetana, pindah ke Baghdad dengan harapan

30
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho

kondisi yang lebih baik, tetapi mereka pada sector informal, pembanguna
dipaksa untuk hidup di lingkungan perumahan bagi mereka menjadi tidak
kumuh seperti, dengan kondisi fisik terwadahi oleh tumbuhnya sektor
yang buruk, psikologis dan emosional. swasta. Dengan demikian, hasil dari
Mereka tinggal di daerah yang ruang kebijakan dipandang sangat tidak adil.
dan fasilitas rekreasi tidak memadai Ditemukan bahwa tujuan kebijakan
sehingga memaksa anak-anak untuk perumahan sebagian besar didorong
menghabiskan banyak waktu mereka oleh tekad kota untuk menciptakan
di jalan-jalan, mencari sesuatu untuk citra kota yang baru. Bentuk perkotaan
dilakukan, seseorang untuk diajak bicara, yang timbul dari proses ini tidak
dan seseorang yang diajak bermain mengakomodir mayoritas penduduk
dengannya. Berkurangnya kontrol sosial dan mempromosikan berbagai kelas
oleh keluarga, memberikan kesempatan pendapatan penduduk (Leaf, 1991).
dan dorongan untuk terjadinya Wilayah Jatinegara di Jakarta Timur,
penyimpangan dan kenakalan. menurut Teori Ekologi Kejahatan
Pada tahun 1991, dalam oleh Park dan Burgess (1928) dapat
disertasinya Land Regulation and dianalogikan dengan adalah Zona 3,
Housing Development In Jakarta, yaitu wilayah pemukiman pekerja.
Indonesia: From The “Big Village” Zona 3 ini adalah wilayah yang paling
To The “Modern City”, Michael Leon dekat pusat kota, yaitu dengan Zona 2,
Leaf menyatakan bahwa di negara- yaitu wilayah transisi yang diinvasi oleh
negara Dunia Ketiga banyak ibukota kegiatan bisnis dan industry dan Zona
Negara menghadapi masalah dalam 1, yang merupakan wilayah bisnis atau
memastikan tersedianya perumahan industri.
yang cukup terjangkau bagi rumah Wilayah Jatinegara ini sebagian
tangga berpendapatan rendah. Selain besar merupakan wilayah kumuh
untuk kesejahteraan sosial, kebijakan yang penghuninya adalah pendatang,
perumahan di Jakarta juga berfungsi umumnya bekerja sebagai buruh harian
sebagai mekanisme penting untuk dan pedagang informal. Menurut
mengubah citra kota itu dari “desa besar” Shaw & McKay (1942) dengan Teori
menjadi sebuah kota metropolis modern. Disorganisasi Sosial menyatakan bahwa
Penelitian ini menguji komponen struktur sosial seperti kemiskinan,
tanah/lahan kebijakan ini. Sumber data etnis dan heterogenitas ras, dan
dasar meliputi catatan penggunaan ketidakstabilan perumahan secara
izin lahan, perencanaan dokumen dan langsung mempengaruhi tingkat
laporan pemerintah lainnya. Selain itu kejahatan dan kenakalan anak. Pada
dilakukan wawancara dengan pejabat wilayah kumuh ini, komunitas sebagai
pemerintah dan pengembang swasta. agen pengendalian sosial berhenti
Tujuan jangka panjang dari kebijakan berfungsi secara efektif, dan daya
perumahan Jakarta adalah untuk tahan terhadap tingkah laku kriminal
mendorong pertumbuhan sektor swasta menurun, dan keadaan itu menjadi tidak
diatur untuk menjadi penyedia utama hanya diberi toleransi tetapi kadang-
perumahan di kota. Dengan demikian, kadang juga diterima. Hal ini dapat
pembangunan perumahan tanpa dilihat dari respon anak yang melakukan
pengaturan (perumahan kampung, kenakalan yang menganggap kejadian
yang saat ini merupakan mayoritas ini merupakan kenakalan anak biasa
perumahan kota) harus dikurangi belaka.
dan akhirnya dihilangkan. Warga Kenakalan anak merupakan akibat
berpenghasilan rendah yang bergantung dari lemahnya atau tidak berfungsinya

31
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40

pengendalian sosial terhadap anak. frustrasi tingkat tinggi; (4) Moral dan
Pengendalian sosial adalah berbagai etika yang terinternalisasi sangat kuat;
mekanisme yang dibuat untuk (5) Ego dan super ego yang berkembang
memastikan agar setiap warganya tidak dengan baik.
melakukan pelanggaran nilai dan norma Reckless memperlihatkan adanya
bersama. Pengendalian sosial meliputi: kemungkinan anak dengan pertahanan
(1) Nilai-nilai keluhuran; (2) Norma, eksternal dan internal yang kuat
regulasi; (3) Sosialisasi; (4) Fasilitasi ; (5) cenderung tidak melakukan kenakalan.
Penerapan sanksi. Dari informasi awal Faktor pertahanan ini membuatnya
diketahui bahwa sebagian besar anak berpikir kembali sebelum melakukan
tidak tinggal/diasuh oleh orangtuanya kenakalan. Di masyarakat urban
(ayah dan ibu). Dari sini terlihat bahwa contohnya, anak dengan pertahanan
ada kekosongan anak terkait dengan internal yang kuat, lebih kuat untuk
disiplin dan perhatian ayah terhadap menolak kejahatan. Hal ini karena
anak, pengawasan dan perhatian ibu masyarakat urban sangat jarang bertemu
terhadap anak, serta lemahnya tingkat dengan kelompok terdekatnya seperti
kohesi dalam keluarga. Hal ini sesuai keluarga dan kelompok yang memberi
dengan yang disampaikan S. Glueck dukungan, sehingga pertahanan
Dan E. Glueck dalam Teori Unraveling eksternal tidak terlalu berpengaruh
Juvenile Delinquency (1950) dalam kehidupannya. Oleh karena itu,
Kenakalan anak ini merupakan hasil pertahanan internal yang kuat dapat
(akibat) dari interelasi antara dua bentuk membendungnya untuk tidak melakukan
kontrol, yaitu internal dan eksternal. Hal kenakalan. Ketika pertahanan internal
ini disampaikan Walter Reckless dalam lemah, dan tidak ada dukungan dari
Contaiment Theory yang menjelaskan pertahanan eksternal maka anak ini
bahwa setiap manusia mempunyai akan rentan melakukan kenakalan.
sejumlah kontrol sosial, pertahanan/ Selain pertahanan internal yang
benteng pengaman yang menolong kuat, menurut Hirschi, dalam Teori
mereka tahan terhadap tekanan yang Pengendalian Kenakalan terdapat empat
mengarahkannya pada kejahatan. elemen ikatan sosial (social bond) dalam
Pertahanan eksternal terdiri dari: (1) setiap masyarakat, yaitu Attachment,
Peran struktur yang menyediakan ruang Commitment, Involvement dan Belief,
untuk individu; (2) Seperangkat batas yang membuat anak tidak melakukan
yang wajar dan tanggung jawab bagi kenakalan. Attachment (keterikatan)
anggota masyarakat; (3) Kesempatan adalah kemampuan manusia melibatkan
bagi individu untuk mencapai status; dirinya pada orang lain. Kalau attachment
(4) Kohesi antara anggota, termasuk ini sudah terbentuk, maka orang
aktivitas bersama dan kebersamaan; tersebut akan peka terhadap pikiran,
(5) Rasa memiliki (identifikasi dengan perasaan dan kehendak orang lain yang
kelompok); (6) Identifikasi dengan satu dapat menahan dirinya melakukan
atau lebih orang dalam kelompok; (7) penyimpangan. Ikatan pertama yaitu
Penyisihan memasok alternatif dan keterikatan dengan orang tua, guru
kepuasan (ketika satu atau lebih cara yang dan teman. Commitment (komitmen)
ditutup). Pertahanan internal terdiri adalah keterikatan seseorang pada
dari: (1) Gambar yang menguntungkan subsistem konvensional seperti sekolah,
diri dalam kaitannya dengan pihak lain, pekerjaan, organisasi yang dapat
kelompok, dan lembaga; (2) Kesadaran mendatangkan manfaat bagi orang
menjadi diarahkan batin, orang yang tersebut. Manfaat tersebut dapat berupa
berorientasi tujuan; (3) Toleransi harta benda, reputasi, masa depan.

32
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho

Involvement (keterlibatan) merupakan menyelenggarakan pemenuhan


aktivitas seseorang dalam subsistem. kebutuhan perumahan dan permukiman
Jika seseorang berperan aktif dalam relatif sangat terbatas. Sementara
organisasi maka kecil kecenderungannya itu walaupun masalah perumahan
untuk melakukan penyimpangan, merupakan tanggung jawab bersama,
karena ia akan menghabiskan waktu namun kewajiban untuk pemenuhan
dan tenaganya dalam kegiatan tersebut kebutuhan rumah tersebut pada
sehingga ia tidak sempat lagi memikirkan hakekatnya merupakan tanggungjawab
hal-hal yang bertentangan dengan individual. Oleh karenanya sumber
hukum. Belief (kepercayaan) merupakan daya dan potensi masyarakat perlu
aspek moral yang terdapat dalam ikatan ditumbuhkembangkan untuk dapat
sosial dan berbeda dengan ketiga aspek memenuhi kebutuhan perumahan dan
di atas. Belief merupakan kepercayaan permukimannya secara mandiri, dengan
seseorang pada nilai-nilai moral yang didukung oleh upaya pemerintah
ada. Kepercayaan seseorang terhadap melalui penciptaan iklim yang
norma-norma yang ada menimbulkan kondusif. Gambaran yang ada tentang
kepatuhan terhadap norma tersebut ketidakmampuan masyarakat untuk
yang dapat mengurangi hasrat untuk mewujudkan perumahannya lebih
melanggar. sering dikarenakan iklim yang ada belum
secara optimal memberikan ruang,
KEBIJAKAN PERUMAHAN kesempatan dan peluang yang memadai
DAN PEMUKIMAN bagi masyarakat untuk mengembangkan
Perumahan dan permukiman selain kapasitasnya.
merupakan salah satu kebutuhan Dengan mengacu kepada hakekat
dasar manusia, juga mempunyai fungsi bahwa keberadaan rumah akan sangat
yang sangat strategis dalam perannya menentukan kualitas masyarakat dan
sebagai pusat pendidikan keluarga, lingkungannya di masa depan, serta
persemaian budaya, dan peningkatan prinsip pemenuhan kebutuhan akan
kualitas generasi yang akan datang, serta perumahan adalah merupakan tanggung
merupakan pengejawantahan jati diri. jawab masyarakat sendiri, maka
Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat penempatan masyarakat sebagai pelaku
ditandai dengan meningkatnya kualitas utama dengan strategi pemberdayaan
kehidupan yang layak dan bermartabat, merupakan upaya yang sangat strategis.
antara lain melalui pemenuhan Sehingga Misi yang harus dilaksanakan
kebutuhan papannya. Dengan demikian dalam rangka mewujudkan Visi
upaya menempatkan bidang perumahan penyelenggaraan perumahan dan
dan permukiman sebagai salah satu permukiman, adalah sebagai berikut
sektor prioritas dalam pembangunan : (1) Melakukan pemberdayaan
manusia Indonesia yang seutuhnya masyarakat dan para pelaku kunci
adalah sangat strategis. Visi Kebijakan lainnya di dalam penyelenggaraan
perumahan dan pemukiman adalah perumahan dan permukiman ;
Setiap orang (KK) Indonesia mampu (2) Memfasilitasi dan mendorong
memenuhi kebutuhan rumah yang terciptanya iklim yang kondusif di
layak dan terjangkau pada lingkungan dalam penyelenggaraan perumahan
yang sehat, aman, harmonis, dan dan permukiman ; (3) Mengoptimalkan
berkelanjutan dalam upaya terbentuknya pendayagunaan sumber daya pendukung
masyarakat yang berjatidiri, mandiri, penyelenggaraan perumahan dan
dan produktif. permukiman.
Kemampuan pemerintah untuk Cita-cita Negara Indonesia adalah

33
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40

setiap orang/keluarga/rumah tangga terjangkau akan tetapi tetap memenuhi


Indonesia menempati rumah yang persyaratan kesehatan, keamanan, dan.
layak huni. Hal dipastikan oleh UUD Kenyamanan dalam upaya memenuhi
1945 pasal 28H, “Setiap orang berhak ketiga persyaratan dasar tersebut diatas
hidup sejahtera lahir dan batin, serta memenuhi tujuan dari penyediaan
bertempat tinggal, dan mendapatkan perumahan bagi kelompok masyarakat
lingkungan hidup yang baik dan tersebut maka perlu disediakan suatu
sehat serta memperoleh pelayanan rancangan yang memenuhi standar
kesehatan”. Selain itu Pemerintah minimal. Pendekatan penyediaan rumah
Indonesia memiliki UU No. 1/ 2011 selama ini lebih diseragamkan, sehingga
Tentang Perumahan dan Kawasan terdapat beberapa kendala di lapangan
Permukiman pasal 5 ayat (1), “Negara diantaranya kesenjangan harga yang
bertanggungjawab atas penyelenggaraan sangat menyolok diantara beberapa
perumahan dan kawasan permukiman daerah. Selain itu terlalu dipaksakan satu
yang pembinaannya dilaksanakan oleh standar nasional untuk seluruh daerah.
pemerintah”. Proyeksi Data Indikator Bentuk rancangan tidak mengakomodasi
Perumahan dan Kesehatan Lingkungan potensi setempat sehingga menjadi
(Inperkesling) 2011 dari BPS tahun 2011 mahal. Pada kenyataannya Rumah
menunjukkan bahwa terdapat 3,4 juta Sederhana/Rumah Sangat Sederhana
unit rumah tidak layak huni. setelah 2 – 3 tahun pasca huni,
Rumah yang layak huni menurut mengalami perubahan yang dilakukan
Peraturan Menteri Negara Perumahan oleh pemiliknya, sebagian besar
Rakyat Republik Indonesia Nomor: perubahan tersebut hanya menyisakan
22/Permen/M/2008 Tentang Standar satu ruangan. Harga rumah sederhana
Pelayanan Minimal Bidang Perumahan di beberapa daerah meningkat sangat
Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah tinggi, disebabkan beberapa material
Kabupaten/Kota, kriteria rumah layak dasar yang harus didatangkan dari
huni meliputi: daerah lain, karena di daerah tersebut
a). Memenuhi persyaratan ketersediaannya sangat terbatas.
keselamatan bangunan meliputi: Akibatnya harga material bangunan
1. Struktur bawah/pondasi; sampai di tempat menjadi sangat tinggi,
2. Struktur tengah/kolom dan balak bahkan menjadi dua kali lipat harga
(Beam); dasarnya. Akhirnya kelompok sasaran
3. Struktur atas. yang direncanakan justru tidak dapat
b). Menjamin kesehatan meliputi menjangkau fasilitas ini.
pencahayaan, penghawaan dan sanitasi Perkembangan lingkungan
c). Memenuhi kecukupan luas permukiman di daerah perkotaan tidak
minimum 7,2 m2/orang sampai dengan terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan
12 m2/orang penduduk baik karena faktor
Dalam Pedoman Umum Rumah pertumbuhan penduduk secara alami
Sederhana Sehat, dinyatakan bahwa serta proses urbanisasi. Pertumbuhan
dalam rangka peningkatan taraf hidup penduduk dan terbatasnya lahan di
rakyat Indonesia melalui penyediaan daerah perkotaan menyebabkan semakin
perumahan secara merata, khususnya berkembangnya rumah petak kecil yang
bagi kelompok masyarakat yang diperjualbelikan dan disewakan kepada
berpenghasilan rendah, sangat rendah para pendatang. Rumah-rumah petak
dan kelompok berpenghasilan informal, kecil tersebut kemudian berkembang
maka diperlukan upaya penyediaan menjadi kawasan padat dan kumuh yang
perumahan murah yang layak dan disebut dengan kawasan kumuh (slum

34
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho

area). Permukiman kumuh di Jakarta kondisi fisik suatu komunitas dapat


Timur banyak dijumpai di sekitar sungai merupakan hasil dari relasi timbal
dan berada di jalan lokal. Kondisi rumah balik, atau bahkan kausalitas, dengan
pemukiman kumuh umumnya berlantai keberadaan mereka secara ekonomi dan
keramik dan sebagian berlantaikan sosial. Penghuni permukiman kumuh
tanah. Kondisi atap rumah permukiman merupakan salah satu dari komunitas
kumuh umumnya menggunakan yang marginal secara ekonomi, sosial
asbes atau seng. Jenis dinding rumah dan politik. Padahal karakteristik
umumnya tembok namun terdapat komunitas ini cukup merepresentasikan
kurang lebih 28 % dinding rumah sebagian besar kelompok masyarakat
semi permanen yaitu ½ tembok, ½ Indonesia, yaitu kelompok miskin.
triplek. Sebagian rumah (21%) di Secara teoritis kelompok ini merupakan
permukiman kumuh tidak memiliki kelompokyang perlu mendapatkan
ventilasi. Berdasarkan survei lapang, prioritas agendakebijakan-
lebar rata-rata jalan terdekat dengan kebijakan pro poor policies.
rumah adalah sekitar 1 m. Faktor penciri Kualitas lingkungan permukiman
permukiman kumuh adalah asal daerah, kumuh mempengaruhi perilaku remaja
lokasi rumah, luas rumah, dan lebar jalan. yang terbentuk. Jika kualitasnya
Jika dilihat dari Rencana Tata Ruang buruk maka kecendungan perilaku
wilayah Jakarta Timur 2010 terdapat menyimpang pada remaja akan semakin
11,14 Ha permukiman kumuh berada pada besar. Ketersediaan ruang yang sangat
peruntukkan lahan untuk perumahan, terbatas, ketidakjelasan status lahan,
dan sekitar 14,34 Ha lahan berada pada kurangnya kebersihan lingkungan,
peruntukkan ruang terbuka hijau. Faktor- rawan penyakit dan bencana, kurang
faktor yang mempengaruhi mobilitas tersedianya fasilitas umum dan sosial,
masyarakat di permukiman kumuh
pendidikan rendah, mata pencaharian
antara lain jumlah kegiatan, pendidikan,
yang tidak tetap, ketidakjelasan data
alat transportasi, tujuan kegiatan, lokasi
penduduk, banyak pengangguran dan
kegiatan, pekerjaan, pekerjaan lain, dan
ekonomi rendah merupakan elemen-
asal daerah. Masyarakat yang tinggal di
elemen fisik dan sosial di permukiman
permukiman kumuh umumnya bekerja
kumuh yang harus diperhatikan
sebagai buruh harian dan pedagang
dalam pembentukan perilaku remaja.
informal. Sekitar 42% masyarakat yang
Perumahan kumuh adalah perumahan
tinggal di permukiman kumuh hanya
yang mengalami penurunan kualitas
berpendidikan SD (Gusmaini, 2010).
fungsi sebagai tempat hunian baik secara
Pada tahun 2015 pernah
fisik, sosial ekonomi maupun sosial
dilakukan penelitian Perilaku
budaya, yang tidak memungkinkan
Remaja di Permukiman Kumuh
dicapainya kehidupan yang layak bagi
(Universitas Trisakti, 2015). Peneliti
penghuninya (Undang Undang Republik
mengutip Adriasih, 2004 untuk
Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
menjelaskan pemukiman kumuh, antara
Perumahan dan Kawasan Permukiman).
lain adalah lingkungan permukiman
Munculnya kawasan permukiman
yang kondisi tempat tinggal atau
kumuh merupakan satu indikasi
tempat huniannya berdesakan, luas
kegagalan program perumahan yang
rumah tidak sebanding dengan jumlah
terlalu berpihak pada produksi rumah
penghuni, rumah berfungsi sekedar
langsung terutama bagi masyarakat
tempat istirahat dan melindungi diri dari
golongan ekonomi menengah ke atas,
panas dan dingin. Semua ciri-ciri diatas
dan prioritas program perumahan pada
berkaitan dengan penghuni permukiman
rumah milik dan mengabaikanpotensi
kumuh yang bersifat fisik. Keberadaan

35
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40

rumah sewa (Sueca, 2004:56-107). peningkatan peran negara dalam


Tumbuhnya pemukiman kumuh memberdayakan keluarga.
merupakan akibat dari urbanisasi, Pembangunan perlindungan anak
migrasi yang tinggi, masyarakat berbasis sistem bertujuan untuk
berbondong-bondong datang ke kota mengoptimalkan fungsi Sistem
untuk mencari nafkah. Kota tidak lagi Perlindungan Anak untuk menjamin
mampu menampung, karena lapangan pencegahan dan penanganan anak dari
kerja sangat terbatas. Akhirnya dengan kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah,
adanya pemanfaatan ruang yang tidak dan penelantaran. Pendekatan Sistem
terencana di beberapa daerah, terjadi bertujuan mempromosikan suatu Sistem
penurunan kualitas lingkungan bahkan Perlindungan Anak yang komprehensif,
kawasan pemukiman, terutama di dengan menangani faktor risiko yang
daerah perkotaan yang padat penghuni, diketahui guna meminimalisasikan
berdekatan dengan kawasan industri, kerentanan anak dan merespons
kawasan bisnis, kawasan pesisir dan semua bentuk kekerasan, eksploitasi,
pantai yang dihuni oleh keluarga para perlakuan salah, dan penelantaran.
nelayan, serta di bantaran sungai, dan Sistem Perlindungan Anak dibangun
bantaran rel kereta api (Marwati, 2004). dengan melihat apa yang hendaknya
ada dalam Sistem Perlindungan Anak
SISTEM PERLINDUNGAN dan dibandingkan dengan kondisi
ANAK saat ini yaitu melihat kesenjangan dan
Penanganan perlindungan anak yang selanjutnya intervensi dikembangkan
seringkali terjadi hingga saat ini adalah berdasarkan kesenjangan tersebut.
berdasarkan isu seperti anak yang Sistem Perlindungan Anak terdiri dari
berkonflik dengan hukum. Pendekatan lima elemen, yaitu: (1). Sistem Hukum dan
ini lebih bersifat reaktif, tidak Kebijakan; (2). Sistem Peradilan Anak;
menyeluruh, dan hanya menyentuh (3). Sistem Kesejahteraan Sosial Anak
masalah di permukaan sehingga gagal dan Keluarga; (4). Sistem Perubahan
melihat persoalan secara utuh. Dalam Perilaku Sosial dan (5). Sistem Data dan
perkembangannya terdapat pergeseran Informasi. Elemen – elemen tersebut
pendekatan perlindungan anak di berdiri sendiri namun saling saling
tingkat global dari yang berbasis isu, ke berhubungan yang menciptakan suatu
pendekatan lingkungan yang protektif kebulatan yang padu. Dalam penelitian
dan selanjutnya ke pendekatan yang ini salah satu elemen yang akan dikaji
berbasis sistem. dalam Sistem Perlindungan Anak adalah
Pendekatan yang berbasis sistem elemen Sistem Hukum dan Kebijakan
memperkuat lingkungan yang protektif Perlindungan Anak.
(protective environment) dengan
menitikberatkan pada tindakan-
tindakan terpadu dengan tujuan
melindungi anak, yang memiliki
ciri: (1). Pelayanan terkoordinasi
dan berdasarkan pada sistem yang
terintegrasi; (2). Pelayanan komprehensif
dan berorientasi pada pencegahan dan
intervensi dini; (3). Pelayanan yang
berpusat pada kepentingan terbaik
anak, pemberdayaan keluarga dalam
mengasuh dan melindungi anak, serta

36
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho

Gambar 1: Elemen Sistem Perlindungan Anak


Sistem Perlindungan Anak terdiri dari termasuk kapasitas dan fasilitas
tiga komponen yaitu: pendukung;
NORMA merupakan kebijakan PROSES merupakan standard
dan peraturan yang menggarisbawahi and mekanisme dalam melaksanakan
apa harus dilakukan oleh pihak yang menjalankan norma dan bersifat teknis
dimandatkan; Dalam penelitian ini, akan dikaji
STRUKTUR merupakan lembaga ketiga komponen Sistem Perlindungan
yang di mandatkan untuk melakukan Anak ini.
layanan-layanan yang komprehensif,

Gambar 2: Komponen Sistem Perlindungan Anak


Di tingkat nasional, UNICEF pernah Kerangka hukum dan kebijakan
melakukan Kajian Perlindungan Anak, di Indonesia perlu diperkuat untuk
Pendekatan Berbasis Sistem (2012). mencegah dan menangani kekerasan,
Kajian ini menemukan bahwa: perlakuan salah, eksploitasi dan

37
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40

penelantaran anak. depan harus bertujuan untuk memahami


Di tingkat kabupaten, peraturan dan konteks nasional perlindungan anak
kebijakan tentang perlindungan anak dan alasan mengapa saat ini langkah-
cenderung berfokus pada permasalahan, langkah telah ada atau belum ada untuk
terbatas pada rehabilitasi korban dan mendapatkan hasil yang baik bagi anak-
seringkali mengabaikan aspek-aspek anak dan keluarga. Setahun berikutnya,
pencegahan. UNICEF, 2015 melakukan penelitian
Layanan kesejahteraan social dan untuk menganalisis Kebijakan Domestik
keluarga di banyak propinsi telah yang Terkait dengan Kekerasan
mengembangkan penanganan tersier terhadap Anak pada Negara-Negara
dengan baik bagi anak-anak dalam krisis, anggota ASEAN. Untuk itu, diperlukan
tetapi tetap belum memadai dalam penelitian lebih lanjut untuk melihat
hal pencegahan, seperti mekanisme bagaimana kontribusi lingkungan atau
identifikasi dini. pemukiman yang buruk pada potensi
Di tingkat yang lebih luas, penelitian anak melakukan kejahatan dengan
mengenai Sistem Perlindungan Anak menggunakan pendekatan berbasis
sudah pernah dilakukan oleh ECPAT sistem. Penelitian ini nantinya akan
International, 2014. Salah satu lebih banyak berkontribusi terhadap
rekomendasi penelitian ini adalah terjadinya kasus kekerasan terhadap
proses-proses untuk memperkuat dan anak karena berupaya merespon akar
mereformasi sistem nasional harus masalah dari kekerasan seksual yang
didasarkan pada penelitian kuantitatif dilakukan oleh anak.
dan kualitatif valid. Penelitian di masa

Daftar Pustaka
A. BUKU 7. ECPAT International, 2014, National
1. Beerling Kwee, Mooij dan Van Peursen, Child Protection System In The East
1990, Pengantar Filsafat Ilmu, PT Tiara Asia And Pacific Region A Review And
Wacana, Yogyakarta. Analysis Of Mappings And Assessments).
2. Doyle Paul Johnson, 1986, Teori 8. Sudarminto, J, 2002Epistemologi
Sosiologi Klasik dan Modern, University Dasar. Pengantar Filsafat Pengetahuan.
of South Florida, Jilid 1. Diindonesiakan Pustaka Filsafat, Kanisius, Yogyakarta.
oleh Robert M.Z. Lawang. 9. UNICEF East Asia And Pacific Regional
3. Michael Howlett/M. Ramesh, 1955. Office (EAPRO) 2015, Evidence -
Studying Public Policy. Policy Cycles and Strengthening Child Protection Systems
Policy Subsystems, Oxford University Legal Protection From Violence. Analysis
Press. Of Domestic Laws Related To Violence
4. Muhammad Mustofa, 2013, Metode Against Children In ASEAN Member
Penelitian Kriminologi, Edisi Ketiga, States. Legal Protection From Violence.
Prenadamedia Group, Jakarta 10. Van Peursen CA, 1980. Orientasi di
5. Muhammad Mustofa, 2010, Kajian Dalam Filsafat. Diterjemahkan oleh Dick
Sosiologi terhadap Kriminalitas, Perilaku Hartoko, PT Gramedia, Jakarta.
Menyimpang dan Pelanggaran Hukum, 11. Modul Sistem Perlindungan Anak,
Edisi Kedua, Sari Ilmu Pratama, Bekasi. Kementerian PPN/Bapenas,
6. M. Kemal Darmawan, 2007. Teori Kementerian Pemberdayaan Perempuan
Kriminologi. Penerbit Universitas dan Perlindungan Anak, UNICEF, 2014.
Terbuka. 12. Keputusan Menteri Permukiman Dan

38
Studi Kasus Perilaku Delinkuen dalam Aspek Seksual di Jatinegara, Jakarta Timur dalam Konteks
Implementasi Sistem Hukum dan Kebijakan Pemukiman
Emmy LS Noegroho

Prasarana Wilayah Selaku Ketua Badan Perlindungan Anak, Badan Perencanaan


Kebijaksanaan Dan Pengendalian Nasional, UNICEF, 2015
Pembangunan Perumahan Dan 6. Michael Leon Leaf B.S, 1991, Land
Permukiman Nasional (BKP4N) Regulation and Housing Development
Nomor : 217/Kpts/M/2002 T E N T A in Jakarta, Indonesia: From the
N G Kebijakan Dan Strategi Nasional "Big Village" to the "Modern City”,
Perumahan Dan Permukiman (KSNPP) Dissertation of Doctor Of Philosophy
Menteri Permukiman Dan Prasarana In City And Regional Planning In The
Wilayah Selaku Ketua BKP4N Graduate Division Of The University Of
13. Keputusan Menteri Permukiman California At Berkeley.
Dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/ 7. Puti Larasati, 2015, Perilaku Remaja
Kpts/M/2002 Tentang Pedoman Teknis di Permukiman Kumuh. Jurusan
Pembangunan Rumah Sederhana Sehat Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan
(RS Sehat) Menteri Permukiman Dan Perencanaan, Universitas Trisakti,
Prasarana Wilayah. Jakarta
8. Raymund E. Narag, 2013, Mitigating
B. JURNAL Crime in A Slum Community:
1. Adriasih, 2004, Perilaku Remaja Understanding the Role of Social
di Permukiman Kumuh. Jurusan Structures, Social Processes, And
Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Community Culture in A Neighborhood
Perencanaan, Universitas Trisakti, 2015 Intervention Program, A Dissertation
2. Fathia H Ph. D, 1984, Rural Migration of Michigan State University, Doctor of
and Juvenile Delinquency in Iraq: A Philosophy.
Case Study of Medenat Al-Thov/Rah In
Baghdadal-Jumaily, State University Of C. INTERNET
New York at Buffalo. 1. https://www.unicef.org/indonesia/
3. Gusmaini, 2010, Identifikasi id/A7_-_B_Ringkasan_Kajian_
Karakteristik Permukiman Kumuh (Studi Perlindungan.pdf
Kasus Kecamatan Jatinegara, Jakarta 2. https://www.merdeka.com/peristiwa/
Timur), Program Studi Manajemen bocah-5-tahun-di-jatinegara-digilir-7-
Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu temannya-di-rumah-kosong.html
Tanah Dan Sumberdaya Lahan Fakultas 3. h t t p : / / w w w . j p n n . c o m /
Pertanian Institut Pertanian Bogor, read/2016/10/21/475724/Ya-Ampun-
2010. Bocah-5-Tahun-Diperkosa-7-Anak-di-
4. Karen Heimer and Ross L. Matsueda Bawah-Umur-
(1994), Role-Taking, Role-Commitment, 4. http://poskotanews.com/2016/10/20/
and Delinquency: A Theory of Differential gadis-cilik-diperkosa-tujuh-bocah-usia-
Social Control. 9-11-tahun/
5. Khumas, Asniar dkk, Peran Fantasi 5. h t t p : / / w w w . t e l i n g a m a t a . c o m / d i -
Agresi terhadap Perilaku Agresif Anak- jatinegara-anak-usia-7-tahun-sudah-
anak. Jurnal Psikologi 1997, No. 1, jadi-pemerkosa/
21-29, Fakultas Psikologi Universitas 6. h t t p : / / m . t r i b u n n e w s . c o m /
Gadjah Mada, Yogyakarta.Modul Sistem metropolitan/2016/10/21/anak-lima-
Perlindungan Anak, Kementerian tahun-diperkosa-tujuh-bocah-di-jakarta
Pemberdayaan Perempuan dan 7. h t t p : / / m . s u a r a . c o m /

39
Jurnal Kriminologi Indonesia
Volume 12 Nomer 1, Mei 2016
27-40

news/2016/10/21/133258/gadis-ds- 10. h t t p : / / m e g a p o l i t a n . k o m p a s .
diduga-diperkosa-tujuh-bocah com/read/2016/10/21/12411901/
8. https://www.publica-news.com/berita/ bocah.5.tahun.diperkosa.oleh.tujuh.
daerah/2016/10/21/3841/anak-lima- teman.sepermainannya
tahun-diperkosa-tujuh-bocah-ingusan. http://m.beritasatu.com/
html megapolitan/394137-polisi-selidiki-
9. https://m.merdeka.com/peristiwa/ bocah-perempuan-diperkosa-
bocah-5-tahun-di-jatinegara-digilir-7- ramairamai-di-jatinegara.html
temannya-di-rumah-kosong.html

40

Anda mungkin juga menyukai