Anda di halaman 1dari 12

Sexual

abuse
1. Pengertian
Penyiksaan seksual (sexual abuse) terhadap anak disebut Pedofilian atau penyuka anak-anak secara
seksual. Seorang Pedofilia adalah orang yang melakukan aktivitas seksual dengan korban anak usia 13
tahun ke bawah. Penyakit ini ada dalam kategori Sadomasokisme adalah suatu kecenderungan terhadap
aktivitas seksual yang meliputi pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan (Pramono,
2009).

Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku yang mengganggu orang lain
yang melanggar peraturan perundang-undangan berupa tindakan yang dilakukan seseorang kepada orang
lain dalam konteks seksual yang dilakukan secara sepihak atau tidak dikehendaki oleh korbannya.
Secara umum ada 5 bentuk
Pelecehan seksual :
Penyebab
❑ Teori Biologis
- Pengaruh neurofisiologis
- Fisik - Pengaruh biokimia
- Lisan - Pengaruh genetic
- Non-verbal/isyarat - Kelainan otak
❑ Teori Psikologis
- Visual - Psikoanalitik
- Psikologis/ emosional - Pembelajaran
❑ Teori sosialkultural : hasil dari struktur
budaya dan sosial seseorang
Menurut Freewebs (2006) kekerasan Dampak kekerasan seksual pada anak
seksual (sexual abuse) pada anak adalah sebagai berikut:
sering muncul dalam berbagai kondisi • Stress: akut, traumatic – PTSD (post
dan lingkup sosial. traumatik stress disorder)
▪ Kekerasan seksual dalam keluarga • Agresif, menjadi pelaku kekerasan,
(Intrafamilial abuse) tidak percaya diri
▪ Kekerasan seksual di luar keluarga • Rasa takut, cemas
(Extrafamilial abuse) • Perilaku seksual yang tidak wajar
▪ Ritualistic abuse untuk anak seusianya
▪ Institutional abuse
▪ Kekerasan seksual oleh orang yang
tidak dikenal (Street or stranger
abuse)
Finkelhor dan Browne (2002) menegaskan 4 jenis dari efek akibat trauma kekerasan seksual, yaitu:
Betrayal ( penghianatan)
Traumatic sexualization ( trauma secara seksual)
Powerlessness ( merasa tidak berdaya)
stigmatization
Efek klinis pencabulan berkisar dari : pendarahan pada genital dan anus, fisur pada anus,
pembesaran liang vagina dan anus, dan penipisan/kerusakan hymen pada vagina. Efek
psikologis pencabulan terhadap anak umumnya berjangka panjang, antara lain: kemarahan,
kecemasan, mimpi buruk, rasa tak Iman, kebingungan, ketakutan, kesedihan, dan
perubahan perilaku baik menjadi buruk.
Di Amerika Utara, sekitar 15%-25% wanita dan 5%-15% pria yang mengalami kekerasan
seksual saat mereka masih anak-anak. Sebagian besar pelaku kekerasan seksual adalah
orang yang dikenal oleh korban mereka, sekitar 30% adalah keluarga dari si anak, paling
sering adalah saudara laki-laki, ayah, paman, atau sepupu, sekitar 60% adalah kenalan
lainnya seperti 'teman' dari keluarga, pengasuh, atau tetangga, orang asing adalah pelaku
sekitar 10% dalam kasus kekerasan seksual anak (Finkelhor, 1994)
Contoh Kasus

Pada Juni 2016 terjadi sebuah kasus pelecehan seksual di Kota Tangerang
yang dilakukan oleh Kepala sekolah kepada beberapa muridnya. Kasus tersebut
terungkap karena sejumlah orang tua murid SDN 3 Pabuaran Tumpeng, Kota
Tangerang, mendatangi Polres Metro Tangerang yang hendak melaporkan
dugaan pelecehan seksual yang dilakukan kepala sekolah setempat terhadap
anak mereka beberapa bulan lalu.
Sejauh ini ada 12 orang tua siswa yang mengaku anaknya menjadi korban
tindakan seronok oknum kepala sekolah tersebut. Diantaranya 5 siswa dan 7 siswi
yang terdiri dari kleas 3,4,5,dan 6. Mereka mengaku, perbuatan tersebut dilakukan
oleh Kepsek SDN 3 Pabuaran Tumpeng bernama Triyono. (Inisial T). Para orang tua
siswa sempat mendatangi sekolah untuk meminta pertanggung jawaban. Namun tidak
ada satu pun pihak sekolah yang menemui mereka dan tidak mendapat respon yang
baik. Akhirnya mereka mendatangi SPK Polres Metro Tangerang untuk membuat
laporan. Namun karena laporan mereka kurang lengkap, akhirnya polisi menolaknya.
Kepala SD Negeri Pabuaran Tumpeng 3, Tangerang mengatakan bahwa ia marah kepada
muridnya karena mendapat kabar bahwa anak didiknya ada yang sudah pernah
berhubungan seks. Informasi tersebut menjadi alasan mengapa T memaksa 12 muridnya
untuk mengaku bahwa mereka telah melakukan pelecehan seksual terhadap 7 orang murid
perempuan di ruangannya. T menuduh siswa berbuat cabul terhadap teman lawan jenisnya.
Kemudian mereka dipaksa mengaku atau diancam tidak bisa mendapatkan nilai bagus dan
tidak bisa naik kelas. Karena takut, anak-anak terpaksa mengaku. Lalu mereka diminta
menuruti kemauan Kepsek tersebut.
Pelaku mengaku telah melakukan pelecehan terhadap muridnya pada pukul
10.00 WIB pagi dan pada pukul 15.00 WIB. Dengan cara, kepala sekolah memanggil
korban secara bergantian ke ruangannya, kemudian satu per satu ditanyakan. “Apakah
kamu sudah pernah berhubungan badan?'" Korban yang dipanggil masuk ke ruangan
kepala sekolah adalah murid laki-laki. Di dalam, murid laki-laki dipaksa untuk mengaku
bahwa mereka pernah melakukan hubungan seks. Jika tidak mengaku, T mengancam
mereka tidak bisa mendapatkan nilai bagus dan tidak bisa naik kelas. Karena terpaksa
mengaku, korban diperintahkan untuk membuka celananya sampai kemaluannya terlihat,
kemudian dipaksa untuk ereksi. Pelaku juga menyentuh alat kelamin mereka. Sementara itu,
terhadap murid perempuan, T hanya menginterogasi dengan pertanyaan yang sama, yaitu
apakah mereka pernah berhubungan badan. T tidak sampai menyentuh alat kelamin murid
perempuannya. Selain itu berdasarkan informasi dari orangtua murid siswi selain
menelanjangi siswa/siswi untuk dilecehkan sampai ejakulasi ia juga pernah mengajak
seorang siswi untuk berpacaran.
Sebanyak 12 siswa/siswi SDN 3 Pabuaran Tumpeng, Kota Tangerang
yang menjadi korban pelecehan kepala sekolah takut untuk masuk sekolah. Mereka merasa
ketakutan hal itu akan terulang kembali pada diri mereka apalagi
kondisi lingkungan sekolah yang belum sepenuhnya menerima keberadaan mereka,
Hal itu dikatakan Purwoto, ayah dari siswi kelas 4 SD Pabuaran Tumpeng
berinisial PR. Dia mengatakan, putrinya pernah berinteraksi tiga kali dengan Kepsek.
Dan ditanya apakah pernah melakukan hubungan intim. Kemudian diiming-imingi
imbalan untuk tidak mengatakan hal itu ke orang lain.

Pasca ramainya peristiwa para orang tua murid yang mengaku anaknya
dilecehkan, Beberapa orangtua lainnya langsung menanyai anak mereka dan tidak
sedikit yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh kepala
sekolah tersebut.
Sikap tegas diperlihatkan Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah terhadap
kasus pelecehan seksual yang menimpa 12 siswa/siswi SDN 3 Pabuaran Tumpeng,
Karawaci, Kota Tangerang.Beliau memerintahkan untuk mencopot jabatan Triyono
sebagai Kepsek SDN 3 Paburan Tumpeng. Dan ditugaskan hanya menjadi staf di
UPTD wilayah Karawaci sampai kasus pelecehan seksual tersebut terbukti.
Penonaktifan Triyono sebagai Kepala Sekolah Dasar Negeri 3 Pabuaran Tumpeng
adalah salah satu respons pemerintah dalam menyikapi laporan dugaan tindakan
asusila yang dilakukannya kepada siswa sekolah dasar itu.

Adanya kasus tersebut tentu mencoreng pendidikan di Tangerang karena


pelakunya merupakan kaum terdidik yang seharsunya menjadi pendidik yang bisa
dijadikan teladan bagi muridnya justru malah menjadi ancaman besar bagi murid.
Kasus tersebut menyadarkan kita bahwa siapapun dapat berpotensi menjadi seorang
yang jahat, bukan hanya orang asing yang selama ini selalu kita waspadai, orang
dekatpun juga harus lebih diwaspadai karena berdasarkan survey 73 % pelaku
pelecehan adalah orang terdekat korban atau berada di lingkungan yang sama dengan
korban
Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Seksual Terhadap Anak di Indonesia

Dari kasus diatas korban melakukan pengaduan untuk menegakan keadilan. Pihak
yang bersalah harus diberi hukuman dan pihak korban mendapat keadilan.
Setelah mendengar pengaduan dari anak (korban) yang mengalami pelecehan
seksual dari kepala sekolah mererka sendiri, orang tua murid melaporkan ke
pihak kepolisian , karena ada beberapa berkas yang tidak lengkap, berkas
tersebut di tolak oleh pihak kepolisian dan ortu di minta untuk melengkapi berkas
yang kurang agar dapat segera ditindak lanjuti.
Berdasarkan kasus di atas pelaku pelecehan seksual dapat dijerat dengan
menggunakan Pasal 82 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 atas
perubahan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and


includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai