Anda di halaman 1dari 3

Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada

perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau
korban yang lebih lemah darinya. Victorian Departement of Education and Early
Chilhood Development mendefinisikan bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok
orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara
fisik maupun psokologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang
serta dilakukan secara berulang dan terus menerus.

Riset UNICEF (2015) menunjukkan bahwa 40% anak muda di Indonesia


mengalami bullying di sekolah, sementara 32% dari korban bullying tersebut menjadi
korban kekerasan fisik. Hal ini membuktikan bahwa bullying adalah salah satu masalah
terbesar yang dihadapi oleh anak muda Indonesia sehari-hari. Berikut ini adalah contoh
kasus bullying yang terjadi di Indonesia.

Ini Kronologi "Bullying" Siswi SMP di Thamrin City

JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi mengusut kasus bullying terhadap siswi SMP di


Thamrin City, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Video bullying itu sempat viral di media
sosial.

Kanit Reskrim Polsek Metro Tanah Abang Kompol Mustakim mengatakan, peristiwa
tersebut terjadi pada Jumat (14/7/2017) sekitar pukul 13.30 WIB di lantai 3A Thamrin
City.

Kejadian tersebut bermula ketika korban yang berinisial SB terlibat percekcokan


dengan salah satu pelaku.

"Korban cekcok mulut sama salah satu terduga pelaku yang cewek. Besoknya, korban
dihadang di dekat sekolah dan disuruh datang ke Thamrin City," ujar Mustakim saat
dihubungi, Senin (17/7/2017).

Setibanya korban di Thamrin City, ternyata ada teman-teman pelaku yang menunggunya.
Setelah itu, lanjut Mustakim, terjadilah kekerasan terhadap SB oleh para pelaku.

Mustakim menambahkan, pihak korban telah membuat laporan polisi di Polsek Metro
Tanah Abang. "Sudah, pokoknya sekarang lagi penyelidikan," kata Mustakim.
Video bullying terhadap siswi SMP sempat viral di media sosial. Video berdurasi 50 detik
itu menunjukkan sejumlah siswa SMP sedang mengelilingi satu siswi yang menggunakan
seragam putih.

Siswi berseragam putih itu mendapat kekerasan dari sejumlah siswa-siswi lainnya. Tak
ada perlawanan yang dilakukan siswi berseragam putih itu.

Pada akhir video, siswi tersebut disuruh mencium tangan siswa dan siswi yang mem-
bully-nya. Dari keterangan video, disebutkan bahwa lokasinya di Thamrin City.

Apa penyebab kasus bullying tersebut?

Berdasarkan analisa saya, kasus bully tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

 ·         Faktor pubertas dan krisis identitas


Pubertas dan krisis identitas adalah hal yang normal terjadi di kalangan remaja. Dalam
tahap mencari identitas dan juga eksistensi, biasanya para remaja hobi membentuk
geng. Namun, ada geng yang normal, ada juga geng yang suka membuat onar dan
melakukan hal-hal menyimpang. Pada kasus ini, diduga terjadi kesalahpahaman antar
sesama anggota geng dan memicu terjadinya bullying.

 ·         Ekspos kekerasan dari media


Televisi, surat kabar dan media online  mengandung topik yang berkembang begitu pesat.
Tak heran, tindak kekerasan juga banyak ditemukan di media, seperti adegan dalam
sinetron atau reality show yang menunjukan adegan kekerasan, bullying, game atau
melalui sosial media. Pada dasarnya, anak-anak yang masih dalam tahap belajar dan
memiliki rasa penasaran tinggi akan menirukan hal-hal yang mereka lihat tersebut tanpa
menyaringnya. Bisa jadi, pelaku bully pada kasus ini meniru adegan kekerasan dari media,
seperti sinetron pada televisi, atau mungkin media online. Karena selain melakukan
bullying, para pelaku juga merekam aksi bullying yang mereka lakukan.
 ·         Pola asuh dalam keluarga
Sikap bullying  merupakan pengembangan dari sikap anak yang agresif. Mereka yang
mengembangkan perilaku agresif tumbuh dalam pengasuhan yang tidak kondusif, mulai
dari kedekatan yang tidak aman dengan pengasuhnya, tuntutan disiplin yang terlalu
tinggi dari orang tuanya dan bahkan masalah hubungan kedua orang tuanya: konflik
suami-istri, depresi, antisosial dan bahkan melakukan tindakan kekerasan di rumah. Bisa
jadi, terdapat konflik dalam keluarga atau ada pola asuh yang salah dari orang tua
pelaku, sehingga pelaku dapat melakukan bullying terhadap teman sebayanya.

Bagaimana cara menyikapi kasus bullying tersebut?

Menurut saya, untuk menyikapi kasus bully ini maka dibutuhkan peran psikolog
dibutuhkan untuk mengatasi mental dari korban maupun pelaku, terutama pada korban
karena setelah kasus bullying tersebut, korban pastinya mengalami depresi dan rasa
trauma yang dapat mempengaruhi mentalnya. Disisi lain, peran orang tua juga sangat
berpengaruh besar dalam meyikapi kasus ini. Para pelaku juga perlu untuk direhabilitasi
guna mendapat ruang terbaik untuk memperbaiki diri.

Solusi agar tidak ada lagi kasus bully di Indonesia

Dalam kasus bullying, seseorang yang pemalu, kurang percaya diri, dan ketakutan
biasanya akan menjadi mangsa bagi para pelaku bully. Karena mereka yang mempunyai
pribadi seperti itu akan terlihat lemah di mata pelaku bully. Oleh karena itu, orang tua
sebaiknya membekali anak mereka tentang kecerdasan emosi dan cara untuk membela
dirinya, agar anak tersebut dapat memanajemen emosinya dan membangkitkan
keberanian anak untuk melapor apabila menjadi korban pemubulian. 

Sedangkan perilaku bully merupakan tanda bahwa anak tidak belajar untuk


mengendalikan agresivitasnya sehingga pelaku bully perlu belajar untuk berinteraksi
secara sehat dengan orang lain. Oleh kareng itu, orang tua harus mengajarkan anak
untuk senantiasa peduli dan berempati kepada orang lain. Ajarkan anak untuk
melampiaskan kekesalan dan kemarahan secara sehat. Selain itu, dampingi anak ketika
menonton sinetron atau film yang mengandung kekerasan atau bully  agar anak paham
bahwa itu contoh yang salah atau buruk sehingga ia tahu membedakan mana nilai-nilai
yang perlu diadopsi dan ditirunya mana yang tidak.

Sumber http://megapolitan.kompas.com/read/2017/07/17/15274181/ini-kronologi-bullying-siswi-
smp-di-thamrin-city

Anda mungkin juga menyukai