Anda di halaman 1dari 5

Korupsi merupakan akibat dari sebuah situasi kondisi di mana seseorang membutuhkan penghasilan

lebih, atau merasa kurang terhadap apa yang dia peroleh jika menjalankan usaha dengan cara-cara
yang sah. Korupsi merupakan tindakan yang tidak lepas dari pengaruh kekuasaan dan
kewenangan yang dimiliki oleh individu maupun kelompok, dan dilaksanakan  baik sebagai kejahatan
individu (professional) maupun sebagai bentuk dari kejahatan korporasi (dilakukan denga kerjasama
antara berbagai pihak yang ingin mendapatkan keuntungan sehingga membentuk suatu struktur
organisasi yang saling melindungi dan menutupi keburukan masing-masing). Korupsi merupakan
cerminan dari krisis kebijakan dan representasi dari rendahnya akuntabilitas birokrasi publik.

Korupsi juga dapat terjadi karena kurangnya kesadaran untuk mematuhi prinsip
“mempertahankan jarak”. Ketika di dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia yang
menjujung tinggi konsep keluarga besar menjadi sebuah faktor individu untuk berada di
situasi yang sulit dalam menutupi kekurangan ekonomi, pengaruh-pengaruh dari keluarga
dan kerabat dapat menyebabkan munculnya sikap untuk melakukan kecurangan dan
pelanggaran hukum. Individu yang melakukan korupsi gagal dalam memilah antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan umum. Korupsi terjadi karena hilangnya rasa
tanggung jawab dan rasa malu di dalam diri pelakunya.

Korupsi juga tidak datang begitu saja di pikiran seorang pelaku. Dia dipahami
seabagai suatu tindakan melanggara hukum dan diperoleh melalui proses belajar. Sesuai
dengan teori different association, kemungkinan terbesar aksi pelanggaran hukum ini
dipelajari ketika seseorang mulai belajar melakukan bisnis atau usaha untuk mencari
keuntungan. Semakin kuatnya paham setiap pelaku bisnis bahwa mendapatkan keuntungan
(materil) adalah tujuan utama dari suatu bisnis, menyebabkan pelangaran hukum, seperti
korupsi, menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan. Selain itu, semakin bertambahnya
anggota yang memiliki paham yang sama tentang keuntungan tersebut, menjadikan
korupsi sebagai lahan untuk mencari uang sehingga membuka lebar untuk terjadinya
tindakan kejahatan korporasi.

Semua faktor-faktor itu sangat mempengaruhi diri individu untuk melakukan


kejahatan: korupsi. Hal ini disebabkan kurangnya rasa kesadaran akan pentingnya
tanggung jawab moral bagi mereka yang memiliki jabatan dan kekuasaan. Oleh karena itu,
meskipun terkesan sebagai mimpi dan harapan yang muluk, memperbaiki kesadaran
seseorang dan mengembalikan rasa tanggung jawab moralnya adalah salah satu cara yang
paling ampuh untuk mencegah dan menghentikan korupsi di negeri ini. Pendidikan agama
dan aksi memperkuat iman adalah metode yang mesti ditingkatkan demi mendapatkan
orang-orang yang memiliki hati nurani bersih dan mau bekerja demi kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat.

Sangsi bagi para koruptor : Indonesia telah memiliki hukum yang dibangun dalam
rangka memberantas korupsi, misalnya UU No 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan
Korupsi, UU No 31 Tahun 1999 yang diubah dengan UU No 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No 30 Tahun 2002 yang mengatur tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi. Namun pendekatan hukum di Indonesia masih dilakukan
dalam koridor paradigma kekuasaan. Pendekatan hukum dalam bentuk ini merupakan
pendekatan hukum yang feodalis dan diskriminatif karena untuk memeriksa pejabat tinggi
negara harus terlebih dahulu memperoleh izin dari Presiden Hal ini dinilai bisa menjadi
tameng dan perlindungan bagi mereka untuk lolos dari jeratan hukum.

Pendapat saya terkait upaya penanggulangan korupsi di Indonesia :

Indonesia adalah negara hukum, dan hukum itu harus ditegakkan sesuai dengan undang-
undang yang berlaku, semua yang melakukan pelanggaran harus di hukum setimpal dengan apa
yang telah di perbuatnya.

Putusan hukum terhadap para pelaku kejahatan korupsi ini tidak  memunculkan efek jera
terhadap pelaku-pelaku korupsi baru. Seluruh warga Indonesia hendaknya secara bersama-sama
mencari jalan keluar untuk mencegah dan memberantas korupsi yang sedang merajalela di tanah
bumi Indonesia ini, dan itu semua wajb kita perjuangkan demi apa yang selama ini kita inginkan yaitu
sebagai negara yang bebas dari korupsi.

Indonesia dengan korupsi adalah hutang negara bertambah untuk membangun


infrakstruktur negara yang tak pernah selesai karena uangnya selalu dikorupsi, dan itu
membuat Indonesia semakin terpuruk, kemiskinan merajalela karena pemerataan tidak
sampai pada tempatnya.

Negara Indonesia tanpa korupsi, pasti kehidupan rakyat akan lebih baik, tidak
dipungkiri akan bisa lebih maju dari pada negara tetangga , karena Indonesia adalah
negara kaya sumber daya alam, jika kita punya uang untuk membeli alat, tak perlu lagi
mengolah sesuatunya diluar negeri, kita masih memiliki anak bangsa yang mampu
mengerjakan atau mengelola sumber daya alam dengan baik.
dahuluan

Kehidupan sosial manusia terdiri atas

beberapa fase dan tingkatan. Pada saat lahir,

manusia sebagai individu tumbuh dan berkembang

di lingkungan keluarga. Setiap hari, ia melakukan

kontak dan interaksi dengan keluarga terutama

orang tua. Pada fase ini, bayi ditanamkan nilai-nilai

yang dianut oleh orang tuanya.

Bertumbuh dewasa dan menjadi remaja,


manusia sebagai individu mulai mengenal

lingkungan yang lebih luas daripada keluarga.

Sosialisasi yang dialami individu mulai bertambah

luas. Individu mulai berinteraksi dengan teman

sebayanya. Hal ini membuat keterampilan sosial

individu makin meningkat. Jika nilai-nilai yang

ditanamkan oleh kedua orang tuanya diserap

dengan baik, maka keterampilan sosial yang

dimiliki oleh individu tersebut bisa menjadi lebih

baik. Hal itu disebabkan karena manusia tumbuh

dan berkembang dari fase ke fase tanpa

meninggalkan apa yang telah ia pelajari dari fase

sebelumnya. Sebaliknya, apabila sosialisasi nilainilai yang ditanamkan keluarga kurang terserap

oleh anak, maka bisa jadi perkembangan perilaku

dan psikososialnya terhambat. Akibatnya, remaja

mulai menunjukkan gejala-gejala patologis seperti

kenakalan dan perilaku-perilaku beresiko lainnya,

salah satunya adalah bullying.

Saat ini, bullying merupakan istilah yang

sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia.

Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan

untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang

baik secara verbal, fisik, maupun psikologis

sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak

berdaya (Sejiwa, 2008). Pelaku bullying sering

disebut dengan istilah bully. Seorang bully tidak

mengenal gender maupun usia. Bahkan, bullying

sudah sering terjadi di sekolah dan dilakukan oleh

para remaja.

Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini

pun sangat luas cakupannya. Remaja yang menjadi


korban bullying lebihberisiko mengalami berbagai

masalah kesehatan, baik secara fisik maupun

mental. Adapun masalah yang lebih mungkin

diderita anak-anak yang menjadi korban bullying,

antara lain munculnya berbagai masalah mental

seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur

yang mungkin akan terbawa hingga dewasa,

keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit

perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat

berada di lingkungan sekolah, dan penurunan

semangat belajar dan prestasi akademis.

Contoh kasus terjadi pada seorang siswa

sekolah dasar di Ohio yang tewas gantung diri

menggunakan dasi karena dibully oleh teman

sekolahnya. Bocah berumur 8 tahun ini menjadi

korban bullying secara fisik. Ia kerap dipukuli oleh

teman-temannya di sekolah. Contoh lain datang

dari Texas. Seorang remaja perempuan nekat

menembakkan pistol ke dadanya sendiri hingga

tewas karena ia merasa dihujat habis-habisan di

dunia maya.

Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak

korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat

kekerasan. Seperti yang dialami seorang remaja 15

tahun di Denpasar, Bali, yang tega membunuh

temannya sendiri karena dendamnya kepada

korban. Pelaku mengaku kerap menjadi target

bullying korban sejak kelas satu SMP. Akibat

perbuatannya, pelaku yang masih di bawah umur

ini dijerat dengan Pasal 80 ayat 3 Undang-undang

Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,


serta KUHP Pasal 340, 338, dan 351.

Kasus ini membawa kepada penjelasan

bahwa masyarakat khusunya harus lebih paham

mengenai bullying. Apa yang menyebabkan remaja

melakukan bullying, apa dampak bagi pelaku,

korban, dan saksi, bagaimana bentuk-bentuk

tindakan bullying, dan bagaimana cara mencegah

dan memberhentikan tindakan penindasan ini

Anda mungkin juga menyukai