Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ANALISIS KASUS BULLYING TERHADAP TIPOLOGI

KORBAN MENURUT STEPEN SCHAFER

NAMA : GADIS ADIATI


NIM : 210101009
MK : VIKTIMOLOGI (02)

KASUS BULLY AUDREY


1. Kronologi Kasus Menurut IDN Times

Kasus ini berawal karena korban dan pelaku saling sindir menyindir tentang mantan pacar
pelaku yang merupakan pacar sepupu korban. Selain itu, salah satu orang tua pelaku juga
pernah meminjam uang sebesar Rp500 ribu pada korban. Meski sudah dikembalikan, korban
suka mengungkit-ungkit sehingga pelaku tersinggung. Disebutkan bahwa penganiayaan
tersebut terjadi pada Jumat, 29 Maret pukul 14.30 WIB.
Awalnya, pelaku mengirimkan pesan pada korban untuk bertemu menyelesaikan masalah.
Kemudian, korban dijemput saksi D dan P lantas bonceng bertiga menggunakan sepeda
motor menuju kawasan belakang Paviliun Informa, Jalan Sulawesi, Pontianak.
Sampai di lokasi, sudah menunggu tiga tersangka, yakni EC, LL, dan TR beserta remaja lain
yang tidak dikenal korban, keseluruhan sekitar 10 orang.

"Tersangka TR langsung menanyakan kepada korban 'Kamu ngomong apa' dan tiba-tiba dari
arah belakang kepala korban disiram. Korban membalas dengan menjambak rambut EC
kemudian EC menendang bagian belakang korban. Korban terjatuh dan sempat akan
melawan, namun kembali dipukul.

Korban sempat lari bersama P, sepupunya tadi, menuju jalan dekat Taman Akcaya, namun
dikejar oleh pelaku. TR memperlihatkan chatt sambil memiting leher dan memukul kepala
korban. Kemudian pelaku LL datang, menendang wajah, dan menampar pakai sendal.
elanjutnya, masih menurut keterangan yang disampaikan oleh Kombes M. Anwar, pada saat
korban jatuh, EC menekan organ vital korban. "EC menekan kelamin korban sehingga
korban merasa nyeri. Kemudian pada saat warga lewat, para pelaku langsung pergi.
Selanjutnya, korban menceritakan masalah ini ke kakak ipar yang kemudian menceritakan hal
tersebut ke ibu korban.

Ibu korban melaporkan kasus ini ke Polsek Pontianak Selatan pada 5 April. Korban pun
langsung diambil tindakan visum di RS Bhayangkara yang kemudian dilaporkan sebagai
pengaduan untuk penyelidikan sehingga langsung melakukan pemeriksaan baik terhadap
pelapor, korban, dan terlapor. "Pada 5 April ada juga upaya mediasi, dari keluarga pelaku
mendekati korban untuk melakukan upaya mediasi, namun buntu.

Kemudian pada 8 April, Polsek Pontianak Selatan melimpahkan pengaduan perkara ke


Polresta Pontianak untuk ditangani Satreskrim Unit PPA sebab di Polsek tidak ada unit PPA.
"Pada 8 April dilakukan Laporan Polisi dan BAP dari ibu korban, kemudian membuat
permintaan rekam medis karena kejadian sudah seminggu lewat ke RS Mitra Medika, tempat
korban check up dan RS Promedika tempat korban dirawat inap sejak 6 April," jelas M.
Anwar. Pada 9 April, pihak Polresta Pontianak melakukan interogasi tambahan terhadap
korban di RS Promedika dan terhadap para pelaku.

Namun, hasil visum Audrey selaku korban pengeroyokan, menunjukkan bahwa tidak ada
kerusakan di bagian vital korban. Berdasarkan hasil pemeriksaan visum yang dikeluarkan
rumah sakit pontianak , kondisi kepala tidak ada bengkak atau benjolan, mata tidak ada
memar, penglihatan normal, THT nyeri tekan lokasi nasal anterior tidak ditemukan darah,
dada nampak simetris tidak ada memar atau bengkak, jantung dan paru dalam batas normal,
perut datar tidak ditemukan memar, bekas luka tidak ditemukan, organ dalam abdomen tidak
ada pembesaran, selaput dara tidak tampak luka robek atau memar, kulit tidak ada memar
lebam maupun bekas luka Hasil diagnosa awal, pasien depresi pasca trauma.

Pasal yang akan dijatuhkan kepada calon tersangka yang semuanya adalah anak-anak, adalah
Pasal 80 ayat 1 dan/atau ayat 2 UU No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Ayat 1
terkait penganiayaan ringan dengan ancaman hukuman 3 tahun 6 bulan (diversi), sementara
Ayat 2 terkait penganiayaan berat dengan ancaman hukuman 5 tahun (diversi).

2. Kronologi Kasus Menurut Detik News

29 Maret 2019

Pada jumat tanggal 29 maret 2019, berdasarkan cerita EC alias NNA, dian dan A membuat
janji bertemu pada hari sabtu tanggal 30 maret untuk menyelesaikan permasalahan mereka
yang berawal dari ejek-ejekan di medsos. Namun, rupanya A meminta pertemuan
dilakukan hari itu juga. A dan EC pun bertemu di pinggir tepi kapuas. Dalam pertemuan
itu, mereka terlibat adu mulut dan berlanjut dengan baku hantam. Tak berhenti disitu,
perkelahian berlanjut ke lokasi lainnya, yaitu taman Akcaya yang jaraknya sekitar 500
meter dari tepi kapuas. Di sana A berkelahi dengan AR dan LI. EC menyebut tak ada
pengeroyokan, dan yang ada hanyalah duel satu lawan satu.

5 April 2019

Korban diketahui mengadukan apa yang dialaminya kepada ibunya, lalu ibu korban
mengadukan kasus ini ke polsek pontianak.

8 April 2019

Kasus ini kemudian dilimpahkan ke Polresta Pontianak. Dari BAP orang tua, A disebut
sempat dijemput di rumahnya oleh temannya yang berinisial DE dan diantar ke rumah
sepupunya yang berinisial PP. Selanjutnya, A dan PP pergi naik motor dan mengaku
dibuntuti 4 perempuan. Mereka lalu dicegat seseorang berinisial TR, yang lalu melakukan
penganiayaan bersama EC dan LL.
10 April 2019

Pukul 12.20 WIB

Perkara yang sampai memicu petisi viral 'Justice for Audrey' ini sudah ditingkatkan ke
penyidikan. Polisi juga meminta hasil visum A pada pihak RS.
"Saat ini dari pihak Polresta sudah melakukan proses penyidikan, sudah ditingkatkan
menjadi penyidikan bukan lagi penyelidikan.

Pukul 14.33 WIB

Polisi menyatakan ada 4 orang yang sedang diperiksa di Polresta Pontianak terkait dugaan
kekerasan terhadap A. Mereka yang diperiksa berstatus sebagai saksi.

Pukul 15.11 WIB

Polisi memaparkan hasil visum terhadap A. Visum dilakukan sepekan setelah dugaan
pengeroyokan terjadi di rumah sakit tempat A dirawat. Dari hasil visum, kepala korban
tidak bengkak dan tidak ada benjolan. Tidak ada memar di mata dan penglihatan normal.
Dari pengakuan korban, terduga pelaku sempat menekan alat kelamin korban.
Berdasarkan hasil visum, tidak ada bekas luka di alat kelamin.

PUKUL 19.30 WIB

Polisi menyatakan telah menetapkan 3 orang tersangka kasus dugaan kekerasan terhadap
anak yang dialami A. Ketiga orang yang menjadi tersangka itu ialah Ar, Ec alias NNA,
dan Ll.
Mereka dijerat dengan Pasal 76C juncto Pasal 80 ayat 1 UU Perlindungan Anak tentang
kekerasan terhadap anak. Ancaman hukuman maksimalnya adalah 3,5 tahun penjara.

ANALISIS KETERKAITAN KASUS DENGAN TIPOLOGI KORBAN

Dalam hal ini, korban yang berinisial A (Audrey) merupakan seorang siswa yang dalam
kronologinya, ia melakukan perbuatan saling ejek di media sosial dengan beberapa pelaku
yang menimbulkan permasalahan yang diawali oleh rasa tidak senang dikarenakan
perbuatan saling ejek tersebut. Sehingga timbul lah rasa amarah lalu mengakibatkan para
pelaku serta korban terlibat adu mulut dan hingga adu kekerasan dan sang korban didapati
dipukul berkali kali.

Menerima perlakukan seperti itu, korban merasa di bully dan di aniaya oleh kelompok
pelaku sehingga mengadukan hal tersebut kepada ibunya lalu memasukan laporan ke
polisi. Namun pada kenyataannya, korban bukanlah sepenuhnya korban dalam kasus ini.

Dalam kasus ini, korban diduga telah melakukan sebuah perbuatan yang mengakibatkan
amarah pelaku lalu timbul lah niatan untuk melakukan pembalasan akan perbuatan si
korban. Namun buruknya, korban malah melebihkan keterangan atas kejadian yang
menimpanya, sehingga keterangan yang diberikan oleh korban bisa disebut dengan
keterangan palsu.
Dalam hal ini, kaitan kasus tersebut dengan tipologi korban adalah sebagai berikut :

1. Proactive Victims, yang dalam hal ini, di dalam kronologi kasus yang terjadi, korban
menerima perlakukan kekerasan, hal tersebut diakibatkan oleh rasa amarah pelaku
yang dipicu oleh perbuatan korban yang menjelek-jelekkan pelaku serta
mengakibatkan rasa tidak terima dari pelaku lalu timbuul lah kejadian penganiayaan.
Dan pertanggung jawaban dalam kasus ini jika dilihat dari tipologi korban ini, maka
tanggung jawab ada di diri korban dan pelaku bersama-sama.
2. Participating Victims, dalam hal ini, korban kembali ikut berpartisipasi atas kejadian
ini, korban melakukan perbuatan yang tanpa disadari malah mendorongnya sebagai
korban, sebagai awalan korban tidak sengaja menlontarkan kata-kata yang
menyinggung perasaan pelaku lalu hal tersebut mendoromg pelaku untuk membalas
perbuatan korban dan pertanggung jawaban sepenuhnya ada pada pelaku.
3. Biologically Weak Victims, tipologi ini merupakaan kejahatan yang diisebabkan
adanya kerentanan kondisi korban sehingga menjadi sasaran terjadinya kekerasan
dalam bentuk bully. Dalam hal ini, korban yang hanya seorang diri berhadapan dengan
beberapa pelaku lalu mengalami kekerasan dan dianiaya oleh beberapa orang pelaku.
Sehingga aspek pertanggung jawabannya sepenuhnya berada pada pelaku.

Anda mungkin juga menyukai