Anda di halaman 1dari 6

Nama : Gadis Adiati

Nim : 210101009
MK : Praktik Perancangan Legal Opinion (unit 01)

Legal Opinion (Pendapat Hukum)


Tentang sengketa waris terkait kepemilikan hak atas tanah

A. Identifikasi Fakta Hukum (Posisi Kasus)


1. Bahwa alm Aisyah memiliki tanah seluas + 400 M2 atau 0,04 ha.
2. Bahwa alm Aisyah memiliki 3 (tiga) orang anak. Dengan anak
pertama Bernama Husniati, anak kedua Bernama M Husein dan
anak ketiga Bernama Anwar.
3. Bahwa diketahui Anwar telah melakukan pembuatan akta hibah
atas tanah kepemilikan alm Aisyah selaku ibu kandungnya
kepada dirinya sendiri tanpa sepengetahuan kedua saudaranya
yaitu husniati dan M. Husein. Yang mana dalam akta hibah
tersebut telah ditandatangani oleh kepala desa serta disaksikan
langsung oleh kepala Lorong desa tersebut.
4. Bahwa diketahui Anwar telah menjual tanah hasil hibah tersebut
kepada Pak Boy seharga Rp 150. 000.000.
5. Bahwa diketahui pak boy berencana untuk membangun rumah
diatas tanah yang ia beli dari saudara Anwar.
6. Bahwa diketahui sdr. Boy menyuruh beberapa orang untuk
membersihkan tanah milik alm. Aisyah yang telah dijual oleh
sdr. Anwar kepada sdr. Boy. Namun hal tersebut diketahui oleh
sdri. Husniati dan ditambah lagi sdri. Husniati mengetahui fakta
bahwa tanah tersebut telah dijual oleh sdr. Anwar kepada sdr.
Boy.
7. Ketika mengetahui kebenaran bahwa tanah tersebut telah dijual,
selanjutnya husniati melaporkan hal tersebut kepada sdr. M.
husein. Lalu setelahnya sdri. Husniati langsung menanyakan
kebenaran kepada kepala desa selaku saksi dilakukannya
proses hibah dari alm. Aisyah kepada sdr. Anwar. Namun pada
kenyataannya kepala desa yang Namanya tertera di dalam akta
hibah tersebut menyangkal bahwa ia tidak pernah menjadi saksi
apapun dalam proses hibah yang dilakukan oleh anwaratas
tanah peninggalan orang tuanya, dan kepala desa tersebut pun
menegaskan bahwa tanda tangan yang tertera di akta hibah
tersebut bukan berasal dari tandatangan dirinya seperti apa
yang tertera di surat tersebut.

B. Isu Hukum
Berdasarkan uraian pada bagian kasus posisi di atas, isu hukum
yang hendak dijawab dalam legal opinion ini adalah sebagai berikut
:
1. Apakah sah hibah tanah tersebut dari kepemilikan aisyah
kepada Anwar?
2. Apakah sah jual beli tanah tersebut antara anwar dan Pak Boy?
3. Apabila tidak dijual, berapakah besaran bagian tanah tersebut
bila dibagikan kepada ahli waris?
4. Apakah dalam kasus tersebut mengandung unsur pidana? Dan
bagaimana analisis hukum tentang dugaan tindak pidana yang
dilakukan oleh Anwar?

C. Dasar Hukum
1. Pasal 1666 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata)
2. Pasal 37 Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
3. Pasal 42 ayat 1 Peraturan Pemerintan Nomor 24 tahun 1997
4. Pasal 176 Kompilasi Hukum Islam
5. Pasal 263 dan 378 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
(KUHP)

D. Analisis Hukum
1. Apakah sah hibah tanah tersebut dari kepemilikan aisyah
kepada Anwar?
Dalam hal ini, maka digunakanlah pasa 1666 KUHPerdata,
yang berbunyi sebagai berikut :
“hibah adalah suatu perjanjian dimana si penghibah, di waktu
hidupnya,dengan Cuma – Cuma dan dengan tidak dapat ditarik
Kembali menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si
penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Undang –
undang tidak mengakui lain – lain hibah selain hibah – hibah di
anatara orang – orang yang masih hidup.
Dari rumusan tersebut di atas, dapat diketahui unsur–unsur
hibah sebagai berikut:
a. Hibah merupakan perjanjian sepihak yang dilakukan dengan
Cuma – Cuma, artinya tidak ada kontra prestasi dari pihak
penerima hibah.
b. Dalam hibah selalu diisyaratkan bahwa penghibah
mempunyai maksud untuk menguntungkan pihak yang
diberi hibah.
c. Yang menjadi objek perjanjian adalah segala macam harta
milik menghibah, baik benda berwujud maupun tidak
berwujud, benda tetap maupun benda bergerak, termasuk
juga segala macam piutang penghibah.
d. Hibah tidak dapat ditarik Kembali.
e. Hibah harus dilakukan dengan akta notaris.
Syarat, tata cara dan akta hibah berdasarkan KUHPerdata
adalah sebagai berikut :
a. Semua orang boleh memberikan dan menerima hibah
kecuali mereka yang oleh Undang – undang dinyatakan
tidak mampu untuk itu. Anak – anak di bawah umur juga
tidak boleh menghibahkan sesuatu kecuali dalam hal yang
ditetapkan dalam bab ke tujuh dari buku ke satu
KUHPerdata.
b. Suatu hibah harus dilakukan dengan suatu akta notaris yang
aslinya disimpan oleh notaris.
c. Suatu hibah mengikat si penghibah atau menerbitkan suatu
akibat mulai dari penghibahan dengan kata – kata yang
tegas yang diterima oleh si penerima hibah.
Sebelum lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang pendaftaran tanah (PP 24/1997), bagi mereka yang
tunduk kepada KUHPerdata, akta hibah harus dibuat dalam
bentuk tertulis dari notaris. Hal ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 37 ayat (1) PP 24/1997 :
“Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah
susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam
perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya,
kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan
jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang
berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.” Pembuatan akta hibah ini dihadiri oleh para pihak
yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan dan
disaksikan oleh sekurang kurangnya 2 (dua) orang saksi yang
memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam
perbuatan hukum itu. Dari ketentuan di atas dapat diketahui
bahwa hibah tanah tersebut harus dituangkan dalam sebuah
akta yang dibuat oleh PPAT, yakni berupa akta hibah. Jadi
hibah itu wajib dibuatkan akta hibah oleh PPAT. Selain itu,
perbuatan penghibahan itu dihadiri oleh sekurang-kurangnya
dua saksi. Selanjutnya, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT
wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-
dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk
didaftar dan PPAT wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis
mengenai telah disampaikannya akta ke Kantor Pertanahan
kepada para pihak yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas dan dan dalam pasal 1666
KUHPerdata tentang hibah, jika dikaitkan dengan kasus posisi
maka dapat disampaikan bahwa hibah yang dilakukan sdr.
Anwar atas tanah milik alm aisyah adalah TIDAK SAH karena
hibah tersebut tidak pernah terjadi pada saat alm aisyah masih
hidup dan akta hibah yang dibuat oleh sdr. Anwar bukanlah
sebuah akta yang sah dikarenakan tidak dikeluarkan
langsungnoleh notaris serta tidak adanya saksi yang benar –
benar mengakui bahwa hibah tersebut pernah terjadi.
2. Apakah sah jual beli tanah tersebut antara sdr. Anwar dan
Pak Boy?
Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai proses hibah yang
terjadi antara alm. Aisyah dengan sdr. Anwar merupakan proses
hibah yang tidak sah dikarenakan akta hibah yang dibuat oleh
sdr. Anwar sebagai perantara penjualan tanah tersebut
merupakan dokumen palsu maka proses jual beli yang
dilakukan antara sdr. Anwar terhadap sdr. Boy merupakan
proses jual beli yang TIDAK SAH sesuai dengan Pasal 37
Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang mencakup
proses jual beli dalam pemindahan hak karena proses jual beli
tersebut.
Pemindahan hak atas tanah antara sdr. Anwar dan sdr. Boy
dalam peristiwa jual beli tidak termasuk peristiwa yang sah
dikarenakan hak atas tanah yang diperjual belikan tidak
sepenuhnya sah bahkan belum sah menjadi hak milik sdr.
Anwar karena proses hibah tidak benar terjadi atas dasar yang
sah.

3. Apabila tidak dijual, berapakah besaran bagian tanah


tersebut bila dibagikan kepada ahli waris?
Salah satu dasar hukum yang sering digunakan untuk membagi
harta waris adalah Kompilasi Hukum Islam (KHI) bila terjadi
suatu sengketa. Seperti pada pasal 176 KHI, yang berisi
tentang :
” Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat 1/2
(seperdua) bagian, bila dua orang atau lebih mereka bersama-
sama mendapat 2/3 (dua pertiga) bagian, dan apabila anak
perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian
anak laki-laki adalah 2 (dua) berbanding 1 (satu) dengan anak
perempuan.”
Maka uraian dalam pembagian harta waris kepemilikan alm.
Aisyah apabila tanah miliknya tidak dijual, maka pembagiannya
sebagai berikut :
Husniati mendapat bagian sebanyak ½
M. Husein mendapat bagian sebanyak 2/3
Anwar mendapat bagian sebanyak 2/3

4. Apakah dalam kasus tersebut mengandung unsur pidana?


Dan bagaimana analisis hukum tentang dugaan tindak
pidana yang dilakukan oleh Anwar?
Merujuk pada kausu posisi di atas, saat ini diketahui bahwa
timbul dugaan unsur tindak pidana yang dilakukan oleh sdr.
Anwar, yang dalam hal ini, ia melakukan tindak pidana seperti
yang tertuang dalam pasal 263 dan 378 Kitab Undang -
Undang Hukum Pidana (KUHP) . yang dalam hal ini, sdr. Anwar
melakukan pemalsuan dokumen akta hibah yang pada pasal
263 berisikan “barangsiapa membuat surat palsu atau
pemalsuan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu
perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan hutang, atau
yang boleh dipergunakan sebagai ketenaran bagi suatu
perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh
orang lain menggunakan surat – surat itu seolah surat - surat
itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalua mempergunakannya
dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena
pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama – lamanya
enam tahun.
Serta pasal 378 yang dalam hal ini sdr. Anwar melakukan
proses jual beli dengan objke serta dokumen yang dipalsukan
yang dalam pasal tersebut berbunyi “barangsiapa dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu padanya, atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.”
Berdasarkan kasus posisi dan aturan hukum diatas, patut
diduga telah terjadi tindak pidana pemalsuan dokumen serta
penipuan yang dilakukan oleh sdr. Anwar. Secara hukum, sdr.
Anwar tidak memiliki wewenang untuk membuat sebuah akta
hibah yang belum ada pembagiannya dan memalsukan tanda
tangan seseorang sebagai saksi dan ditambah lagi dengan
dokumen tersebut ia melakukan proses jual beli atas harta yang
bukan miliknya.

5. Upaya Hukum
Dalam hal ini, atas perbuatan yang dilakukan oleh sdr. Anwar,
dengan melakukan pemalsuan dokumen hibah, maka dokumen
tersebut dapat sekiranya dibatalkan atas keinginan sdr. Husniati
serta M. anwar selaku ahli waris atas tanah tersebut. Dan atas
dugaan penipuan yang dilakukan sdr. Anwar, maka pihak yang
merasa dirugikan diperbolehkan untuk menuntut kerugian yang
ditimbulkan atas perbuatan sdr. Anwar

6. Kesimpulan
1. Patut diduga bahwa sdr. Anwar telah melakukan tindak
pidana, yakni memalsukan dokumen akta hibah atas tanah
waris kepunyaan alm. Aisyah selaku ibu kandungnya tanpa
sepengetahuan kedua saudaranya.
2. Patut diduga bahwa sdr. Anwar telah melakukan penipuan
kepada sdr. Boy dengan melakukan proses jual beli atas
tanah yang bukan miliknya serta menggunakan dokumen
palsu sebagai alat pelengkap jual beli sehingga
menimbulkan permasalahan sengketa tanah waris.
3. Oleh karenanya, perbuatan anwar dapat dituntut oleh pihak
yang bersangkutan apabila perbuatannya tersebut dianggap
merugikan.

Anda mungkin juga menyukai